EVALUASI PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S."

Transkripsi

1 EVALUASI PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Megasari Delfia NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 EVALUASI PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Megasari Delfia NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuni-nya. Tak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai tauladan, panutan bagi umat manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Pengadaan Obat Dengan Metode ABC di Puskesmas Sleman Yogyakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis hingga akhir penulisan laporan skripsi. Oleh karena itupenulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, pengarahan, dan semangat selama penyusunan skripsi. 3. Para dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian naskah skripsi ini. 4. Bappeda Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Kepala UPT POAK Kabupaten Sleman, Apoteker Pengelola Ruang Obat dan Dokter Puskesmas Sleman Yogyakarta dan Puskesmas Tempel I Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin penelitian dan membantu dalam proses pengambilan data. vii

8 5. Keluarga Tercinta, Mamah, Papah, Iyo, Teh Ulan, Teh Fanny, dan Giri Graha Fikri terimakasih atas doa dan dukungannya yang selalu diberikan, yang selalu memotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 6. Sahabat terkasih, Titi, Panic, Ari, Vrizka Maulida, Fitri, Resa Aditama, Ikka, Windy, Ayu, Agi, Edita, Hanny, Echa, Sahnaz yang tidak putus untuk memberikan dukungan, motivasi, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, terimakasih. 7. Bernadetha, Rany Willem, Maria Johana, Devi, dan I Gusti Ngurah Teguh serta kerabat yang selama ini membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengakui terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan karya ini. Penulis berharap karya ini dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti khususnya dalam bidang kefarmasian. Yogyakarta, 24 November 2016 Penulis viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. PRAKATA... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. INTISARI.. ABSTRACT.. i iii iv v vi vii ix xii xiii xiv xv xvi BAB I PENGANTAR 1 A. Latar Belakang 1 1. Permasalahan Keaslian penelitian 3 3. Manfaat penelitian. 6 B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum 6 ix

10 2. Tujuan khusus 7 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA. 8 A. Obat B. Pengelolaan Obat.. 9 C. Pengadaan Obat 10 D. Puskesmas E. Analisis ABC F. Analisis VEN G. Keterangan empiris BAB III METODE PENELITIAN.. 25 A. Jenis dan rancangan penelitian.. 25 B. Variabel penelitian 25 C. Definisi operasional D. Subyek penelitian E. Bahan atau Materi Penelitian. 27 F. Instrument penelitian. 28 G. Tempat Penelitian.. 28 H. Tata cara penelitian 29 I. Keterbatasan Penelitian. 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 33 A. Analisis ABC B. Analisis VEN. 36 C. Analisis Ketersediaan Obat Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Pola Penyakit Obat Yang Dikembalikan. 41 D. Hasil Wawancara 41 x

11 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 44 A. Kesimpulan 44 B. Saran.. 45 DAFTAR PUSTAKA 46 LAMPIRAN.. 48 BIOGRAFI PENULIS. 76 xi

12 DAFTAR TABEL Tabel I. Pengelompokkan Pemakaian Obat Berdasarkan Analisis ABC Pada Tahun 2013 dan 2014 di Puskesmas Sleman. 34 xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tahapan Pengelolaan Obat di Puskesmas 17 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Laporan Pengambilan Barang Puskesmas Sleman Periode Lampiran 2. Laporan Pengambilan Barang Puskesmas Sleman Periode Lampiran 3. Laporan Pengambilan Obat Puskesmas Tempel I Tahun Lampiran 4. Laporan Pengambilan Obat Puskesmas Tempel I Tahun Lampiran 5. Analisis VEN Tahun 2013 dan 2014 Oleh Dokter Umum Puskesmas Sleman Yogyakarta Lampiran 6. Analisis VEN Tahun 2013 Oleh Kepala UPT POAK Sleman.. 66 Lampiran 7. Analisis VEN Tahun 2014 Oleh Kepala UPT POAK Sleman. 67 Lampiran 8. Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang diterima dari Puskesmas Sleman ke UPT POAK Sleman tahun 2013 dan Lampiran 9. Analisis VEN Tahun 2013 Oleh Dokter Umum Puskesmas Tempel I 69 Lampiran 10. Analisis VEN Tahun 2014 Oleh Dokter Umum Puskesmas Tempel I.. 70 Lampiran 11. Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang diterima dari Puskesmas Tempel I ke UPT POAK Sleman tahun 2013 dan Lampiran 12. Daftar 10 Penyakit Terbesar Tahun 2013 dan 2014 di Puskesmas Sleman. 73 Lampiran 13. Contoh Form LPLPO Puskesmas Tempel Lampiran 14. Panduan Pertanyaan Wawancara.. 75 xiv

15 INTISARI Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efektif dan efisien untuk menghindari perhitungan kebutuhan obat yang tidak sesuai.penelitian ini dilakukan untuk evaluasi terkait pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta menggunakan metode ABC kombinasi VEN dari data LPPO yang diperoleh dari UPT POAKdi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan analisis deskriptif. Pengumpulan data menggunakan rancangan penelitian retrospektif dari data pemakaian obat tahun 2013 dan 2014 didukung dengan wawancara terhadap dokter di Puskesmas Sleman dan Puskesmas Tempel I serta kepala UPT POAK Kabupaten Sleman. Analisis ABC dilakukan dengan pengambilan data pemakaian serta harga obat yang dikumulatifkan, dipersentasekan, dan diurutkan dari persen pemakaian terbesar sampai terkecil tiap tahunnya serta kategori Vital, Esensial, dan Non Esensial (VEN) dilakukan dengan wawancara. Evaluasi pengadaan 144 item obat berdasarkan metode ABC tahun 2013 diketahui sebanyak 24 item obat termasuk dalam kelompok A, 39 item obat kelompok B, dan 81 item obat kelompok C. Sedangkan tahun 2014 sebanyak 177 item obat dengan pengelompokkan dalam kategori A sebanyak 20 item obat, 45 item obat kategori B, dan 112 item obat kategori C. Dari hasil wawancara, dari kategori A tahun 2013 dan 2014 dengan narasumber berbeda yang termasuk obat vital sebanyak 1 item obat yaitu Serum ATS Inj IU/amp. Kata kunci : Evaluasi pengadaan obat, ABC, VEN xv

16 ABSTRACT Drug inventory at Puskesmas aims to ensure the efficiency and the effectiveness of drug management and inventory system to estimate the accurate amount of drug needed and thus, to avoid wasting drugs that aren t actually needed. The main goal of the research is to evaluate the drug provisioning process at Puskesmas Sleman Yogyakarta, combining the ABC and VEN method from the LPPO data collected from UPT POAK Sleman District. It s a non-experimental with descriptive analysis research. The data collection is done retrospectively by taking the data from 2013 and 2014 drug consumption at Puskesmas Tempel 1 and Puskesmas Sleman, and by interviewing medical doctors of the Puskesmas and chief of UPT POAK Sleman. The ABC analysis method is conducted by taking the data of drug use and each of its prices, cumulating them, converting those data into percentage form, and sorting them; while the VEN method is done through the interviews. The ABC-based evaluation conducted in 2013 from 144 items of drug resulted in 24 items belong to the group A, 39 items belong to the group B and 81 items belong to the group C. In 2014, 177 drug items are divided into 3 groups, with group A hosts for 20 items, group B hosts for 45 items, and group C hosts for 112 items. From the interview, it is known that the group A hosts for 1 vital drug, 19 and 16 essential drug, while the interviewees perception on those non essential drugs are diverging. Keyword: Evaluation drug provision, ABC, VEN xvi

17 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang juga merupakan organisasi jasa pelayanan umum. Pelayanan kesehatan berkaitan dengan pelayanan obat dan pelayanan obat tergantung dari ketersediaan obat di Puskesmas (Dirjen POM, 1995). Permasalahan yang sering terjadi di Puskesmas adalah ketersediaan obat yang kurang atau berlebih dan adanya obat yang telah kadaluwarsa atau rusak yang masih ditemukan di tempat penyimpanan obat. Masalah ini dipengaruhi oleh pengelolaan obat yang kurang baik. Pengelolaan yang kurang baik bisa disebabkan karena pihak Puskesmas kurang mengetahui cara pengelolaan obat yang baik dan benar (Anshari, 2009). Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efektif dan efisien untuk menghindari perhitungan kebutuhan obat yang tidak sesuai, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota memegang

18 2 peranan yang sangat penting dalam menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat untuk pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat yang dapat menghambat proses pelayanan obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014, proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan, permintaan, penerimaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Banyak cara dalam melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien yaitu salah satunya adalah dengan metode ABC. Metode ABC dapat membantu dalam pengendalian persediaan sehingga dapat memberikan informasi dalam rangka memprioritaskan pengadaan. Dengan analisis ABC maka dapat membantu menentukan pengendalian yang tepat untuk masing-masing kelompok obat dan menentukan obat mana yang harus diprioritaskan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Selanjutnya kelompok A yang harus diprioritaskan akan dihitung jumlah yang harus dipesan, waktu pemesanan, dan keefisienan pemesanannya (Reddy, 2008). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta karena Puskemas ini memiliki jumlah permintaan obat paling banyak kepada UPT POAK dibanding dengan Puskemas lainnya di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT POAK bahwa Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tahun 2013 memiliki permintaan obat sebanyak 144 item obat dan pada tahun 2014 memiliki permintaan obat sebanyak 177. Puskesmas ini juga memberikan pelayanan kesehatan dengan

19 3 cakupan yang cukup luas yaitu dengan beberapa fasilitas pendukung dalam pelayanan kesehatan antara lain : pengobatan umum, pelayanan kesehatan ibu dan anak/kb, pengobatan gigi, perbaikan gizi, psikologi, pelayanan poliklinik kesehatan reproduksi remaja, poli kesehatan dan lingkungan, poliklinik infeksi menular seksual (IMS) yang biasa berkembang menjadi HIV/AIDS, fisioterapi, pelayanan ambulan dan pelayanan penunjang laboratorium. Dengan profil Puskesmas yang memiliki banyak instalasi kesehatan maka diharapkan memiliki pengelolaan obat yang baik. Oleh karena itu dilakukan evaluasi terkait pengadaan obat dengan metode ABC yang diharapkan dapat membantu memperbaiki proses pengendalian persediaan dan pengadaan obat di Puskesmas Sleman sehingga lebih efisien dan efektif. 1. Permasalahan Beberapa permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Seperti apakah pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta? b. Seperti apakah hasil evaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta? 2. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian mengenai evaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta belum pernah dilakukan. Akan tetapi penelitian serupa pernah dilakukan oleh :

20 4 a. Mikha, (2011) yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Obat Dengan Metode ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Tahun Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan obat dengan metode ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun agar pengelolaan obat dapat efektif dan efisien. Pengambilan datanya dilakukan secara retrospektif yaitu data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran dari LPLPO Dapat disimpulkan pengelolaan obat di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta dilihat dari profil nilai pakai berdasarkan analisis ABC, ketersediaan obat sesuai dengan pola penyakit, ketersediaan obat sesuai dengan Daftar Obat Esensial National (DOEN), serta persentase sediaan obat yang dikembalikan ditiap tahunnya dapat dikatakan bahwa pengelolaan obatnya cukup baik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat dan periode penelitian berbeda, subyek penelitian lebih dari satu, tidak melakukan perhitungan persentase obat kadaluwarsa, tidak digunakan, serta rusak yang dikembalikan oleh Puskesmas Induk Tegalrejo ke UPT POAK Kota, dan tidak hanya menggunakan metode ABC melainkan VEN. b. Nabila, (2012) yang berjudul Evaluasi Perencanaan Obat Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda, Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui nilai pemakaian dari obat yang ada dalam perencanaan berdasarkan metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda

21 5 Kabupaten Gorontalo Tahun Perencanaan obat dianalisis menggunakan metode ABC dari tiga jalur yaitu Reguler, Jamkesmas, dan Askes. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari ketiga jalur tersebut menyerap biaya hingga 90% dari pemakaian keseluruhan, sehingga perlu mendapat perhatian khusus pada pengendalian persediaan agar selalu terkontrol. Ini artinya perencanaan di IFRS Dr. M. M. Dunda masih kurang baik karena sering terjadi kekosongan dan kelebihan obat. Dengan menggunakan analisis ABC dapatmembantu rumah sakit dalam merencanakan pemakaian obat dengan mempertimbangkan nilai pemakaian dari beberapa item obat, pengadaan dan pengawasan obat dengan prioritas sesuai hasil analisis ABC yang bertujuan efisiensi penggunaan dana dan efektivitas efek terapi obat terhadap pasien. Perbedaan dari penelitian ini adalah tempat penelitian, subjek penelitian, dan metode yang digunakan bukan hanya metode ABC melainkan VEN. c. Lestari, (2010) yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Sleman Periode Tahun Dengan Metode ABC Indeks Kritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan obat di Puskesmas berdasarkan analisis ABC Indeks Kritis sehingga pengadaan obat menjadi efektif dan efisien. Pengumpulan data menggunakan daftar seluruh obat selama tiga tahun (2007, 2008, 2009) untuk menentukan Vital, Esensial dan Non esensial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengelolaan obat di Puskesmas dikatakan cukup baik, hal ini dilihat dari nilai indeks kritis yaitu kelompok A dan B jumlahnya lebih banyak dari

22 6 kelompok C. Selain itu obat-obatan yang masuk dalam kelompok C direkomendasikan perencanaan obatnya agar dioptimalkan pengadaannya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat dan periode penelitian, tidak melakukan perhitungan nilai indeks kritis dan analisis z score. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang evaluasi pengelolaan obat agar pengadaan obat dapat efisien dan pemakaian yang efektif di Puskesmas Sleman Yogyakartamenggunakan metode ABC. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak Puskesmas Sleman Yogyakarta berkaitan dengan pengelolaan obat terkait pengadaan obat agar lebih efisien dan efektif sehingga ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Sleman Yogyakarta lebih terjamin. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan sediaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta berdasarkan metode ABC.

23 7 a. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya adalah untuk : 1. Mengetahui profil kelompok A selama tahun , termasuk dengan nilai VEN dalam kelompok tersebut. 2. Mengetahui pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta selama tahun Mengevaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta selama tahun

24 8 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014,obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Secara umum, pengertian obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Sedangkan, menurut undang-undang, pengertian obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Dirjen POM, 1995). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006, obat sebagai salah satu unsur yang penting dalam

25 9 upaya kesehatan, mulai dariupaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan danpemulihan harus diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Obat juga dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila digunakan secara tidak tepat atau disalahgunakan. B. Pengelolaan Obat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, pengelolaan obat merupakan alah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang mencangkup aspek perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pengadaan, pendistribusian, dan pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan perbekalan farmasi yang efisien, efektif, dan rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga kefarmasian, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Kegiatan pengelolaan obat meliputi perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai. Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuan perencanaan obat untuk mendapatkan : a. Perkiraan jenis dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat

26 10 Proses seleksi obat merupakan salah satu proses perencanaan yang dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas seperti dokter, bidan, dan perawat, serta pengelola Puskesmas yang berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Instansi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan analisa terhadap kebutuhan obat di Puskesmas menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih. Pencatatan dan pelaporan dilakukan dalam rangka penatalaksanaan secara tertib, baik obat dan bahan medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. C. Pengadaan Obat Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, baik secara langsung atau tender dari distributor, produksi/pembuatan sediaan farmasi baik steril maupun non steril, maupun yang berasal dari sumbangan (Pratiwi et al., 2011). Pengadaan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi perencanaan. Proses

27 11 pelaksanaan rencana pengadaan dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran (Seto et al., 2012). Tujuan pengadaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di setiap unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit di wilayah kerja Puskesmas (Depkes, 2003). Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu, pengadaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah direncanakan (Depkes RI, 2003). Pengadaan obat memiliki tiga syarat penting yangharus dipenuhi, antara lain: sesuai rencana, sesuai kemampuan, sistem atau cara pengadaan sesuai ketentuan (Seto et al., 2012). Proses pengadaan yang efektif adalah berusaha untuk memastikan ketersediaan obat yang tepat dalam jumlah yang tepat, pada harga yang tepat, dan kualitas sesuai dengan standar yang diakui. Obat-obatan dapat diperoleh melalui pembelian, sumbangan, atau produksi sendiri (Quick et al., 2012). Siklus pengadaan obat meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Meninjau atau memeriksa kembali tentang pemilihan obat (seleksi obat) 2. Menyesuaikan atau mencocokan kebutuhan dan dana 3. Memilih metode pengadaan 4. Mengalokasikan dan memilih calon penyedia obat (supplier) 5. Menentukan syarat-syarat atau isi kontrak

28 12 6. Memantau status pesanan 7. Menerima dan mengecek obat 8. Melakukan pembayaran 9. Mendistribusikan obat 10. Mengumpulkan informasi mengenai pemakaian Sebuah proses pengadaan yang efektif harus : 1. Mengelola hubungan antara pembeli dan penjual secara transparan dan etis 2. Pengadaan obat yang tepat dalam jumlah yang tepat 3. Mendapatkan harga pembelian terendah dari harga total 4. Memastikan bahwa semua obat-obatan yang dibeli memenuhi standar yang berkualitas 5. Mengatur pengiriman tepat waktu untuk menghindari kekurangan dan kehabisan stok obat Mengatur jadwal pembelian, jumlah pesanan, dan tingkat safety stock untuk mencapai total biaya terendah dalam pembelian (Quick et al., 2012). Permintaan/pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis dan jumlah yang tepat. Pengadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada Kota/Kabupaten melalui mekanisme Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di Puskesmas merupakan bagian dari tugas distribusi obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK), sehingga ketersediaan obat di Puskesmas sangat tergantung dari kemampuan GFK dalam melakukan distribusi berdasarkan laporan pemakaian dan permintaan obat di semua Puskesmas (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

29 13 Kegiatan utama dalam permintaan dalam pengadaan obat baik di Rumah sakit maupun Puskesmas antara lain berupa : a. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan. b. Mengajukan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan GFK dengan menggunakan LPLPO. c. Penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat. Langkah-langkah pengadaan obat meliputi: a. Memilih metode pengadaan melalui pelelangan umum, terbatas, penunjukkan langsung, perundingan kompetisi dan pengadaan langsung. b. Memilih pemasok dan dokumen kontrak c. Pemantauan status pesanan, dengan maksud untuk pengiriman, pesanan terlambat segera ditangani d. Penerimaan dan pemeriksaan obat melalui penyusunan rencana pemasukan obat, pemeriksaan penerimaan obat, berita acara dan pemeriksaan obat, obatobat yang tidak memenuhi syarat dikembalikan serta pencatatan harian penerimaan obat (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Ada berbagai cara yang dapat ditempuh dalam fungsi pengadaan logistik yaitu : a. Pembelian yaitu dengan cara membeli baik dengan cara pengadaan langsung, pemilihan (banding) langsung atau dengan pelelangan b. Produksi sendiri, beberapa jenis bahan farmasi dan obat sederhana dapat dibuat oleh unit produksi dari Instalasi Farmasi

30 14 c. Sumbangan atau hibah. Biasanya sumbangan ini berasal dari Badan Sosisal dan atau lembaga dari luar negeri yang tidak mengikat d. Meminjam yaitu meminjam dari Puskesmas lain atau lembaga lain, biasanya untuk mengatasi kedaruratan atau keadaan diluar perhitungan e. Menukar, biasanya dilakukan terhadap barang-barang yang jarang terpakai sehingga menumpuk dalam persediaan Masalah yang sering dihadapi dalam pengadaan obat yakni anggaran yang terbatas sehingga kebutuhan tidak mencukupi, pemasok yang yang kurang baik, kualitas obat rendah dan jadwal penerimaan barang yang tidak sesuai. Metode pengadaan pada setiap tingkat sistem kesehatan umumnya jatuh ke dalam kategori dasar, yaitu : tender terbuka, tender terbatas, negosiasi bersaing, dan pengadaan langsung, yang mana kesemuanya akan berpengaruh terhadap harga dan waktu pengiriman. Pengadaan obat dapat berjalan dengan model berbeda misalnya model pembelian tahunan, pembelian tetap atau pembelian terus menerus (Quick, et al., 2012) Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Menurut Quick J., et al., ada empat metode proses pengadaan : 1. Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga lebih menguntungkan.

31 15 2. Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup. Hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan punya riwayat yang baik. Harga masih bisa dikendalikan. 3. Pembelian dengan tawar menawar dilakukan bila jenis barang tidak urgen dan tidak banyak, biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk jenis tertentu. 4. Pengadaan langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia. Harga tertentu relatif agak mahal. D. Puskesmas 1. Definisi Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. 2. Pengelolaan obat di Puskesmas Berdasarkan pedoman teknis pengelolaan obat untuk unit pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota menyatakan bahwa pengadaan obat dilakukan setelah perhitungan biaya kebutuhan obat dalam rupiah yang disesuaikan dengan dana yang tersedia.

32 16 Dalam pengadaan obat, kesesuaian jumlah dan jenis obat antara yang direncanakan dengan yang diadakan merupakan salah satu hal yang penting untuk mencegah terjadinya kelebihan atau kekurangan obat. Penyimpanan obat harus sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam distribusi obat. Pendistribusian obat dari UPT POAK dilakukan secara bijaksana agar obat yang tersedia di Kabupaten/Kota dapat tersebar secara merata memenuhi kebutuhan Puskesmas. Pencatatan atau pelaporan obat merupakan fungsi pengendalian dan evaluasi administratif obat mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, sampai pendistribusian obat (Ditjen POM, 2000). Pengelolaan obat di Puskesmas juga melakukan manajemenlogistik yang ditandai dengan adanya pemesanan, penyimpanan, pengeluaran, dan pengawasan atau pemeliharaan dalam jangka waktu tertentu. Pemesanan yang dilakukan oleh Puskesmas disesuaikan dengan kebutuhan pada Puskesmas tersebut dengan memperhatikan pemakaian bulan yang lalu dan sisa stok yang ada. Setelah obat diperoleh maka Puskesmas selanjutnya melakukan tahap penyimpanan. Permasalahan yang sering dihadapi pada tahap penyimpanan adalah pada buku pencatatan terutama kartu stok kadang tidak tercatat, adanya resep yang tidak tercatat, label pada kaleng obat sering lepas, hilang atau tercecer, dan kadang tidak memadainya tempat untuk penyimpanan (Arsad, 2008). Tahapan pengelolaan obat di Puskesmas dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini :

33 17 Pemesanan Pengawasan dan Pemeliharaan Tahapan Pengelolaan Obat di Puskesmas Penyimpanan Distribusi Gambar 1. Tahapan Pengelolaan Obat di Puskesmas (Arsad, 2008) 3. Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta Puskesmas Sleman merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Puskesmas Sleman memiliki visi yaitu Terwujudnya Puskesmas yang berkualitas dan professional menuju Sleman sehat. Puskesmas ini juga memiliki misi yaitu : 1. Memberikan pelayanan yang berkualitas 2. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang professional 3. Meningkatkan peran serta masyarakat 4. Mengelola lingkungan dengan baik 5. Pengelolaan manajemen Puskesmas secara efisien dan efektif 6. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai

34 18 Adapun pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta meliputi pengobatan umum, pelayanan kesehatan ibu dan anak/kb, pengobatan gigi, perbaikan gizi, psikologi, pelayanan poliklinik kesehatan reproduksi remaja, poli kesehatan dan lingkungan, poliklinik infeksi menular seksual (IMS) yang biasa berkembang menjadi HIV/AIDS, fisioterapi, pelayanan ambulan dan pelayanan penunjang laboratorium. E. Analisis ABC Analisis ABC merupakan metode yang sangat berguna dalam melakukan pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi, dan promosi penggunaan obat yang rasional. Analisis ABC juga dapat membantu untuk mengidentifikaasi biaya yang dihabiskan untuk setiap item obat yang tidak terdapat dalam daftar obat esensial atau untuk obat yang jarang digunakan. Metode ini dalam proses pengadaan sesuai dengan prioritas masyarakat dan menaksir frekuensi pemesanan yang mempengaruhi keseluruhan persediaan (Quick et al., 2012). Terkait dengan pendapat dari penyediaan obat, analisis ABC digunakan untuk : 1. Menentukan frekuensi permintaan item obat Memesan item obat pada kelompok A lebih sering dan dalam jumlah yang lebih kecil akan mengurangi biaya inventoris 2. Mencari sumber item kelompok A dengan harga yang lebih murah Dilakukan dengan mencari item kelompok A dalam bentuk sediaan yang paling murah atau supplier yang paling murah

35 19 3. Memonitor status permintaan item Hal ini untuk mencegah terjadinya kekurangan item yang mendadak dan keharusan untuk melakukan pembayaran darurat yang biasanya mahal 4. Memonitor prioritas penyediaan Pola penyediaan disesuaikan dengan prioritas sistem kesehatanyang menunjukkan jumlah obat jenis apa saja yang sering digunakan 5. Membandingkan biaya aktual dan terencana 6. Membandingkan biaya aktual dan terencana dengan sistem penyediaan obat di sektor publik Negara yang bersangkutan (Quick et al., 1997). Analisis ABC juga sering disebut dengan hukum Pareto. Pareto ABC digunakan untuk mengetahui prioritas item yang digunakan di apotek yaitu melihat persentase kumulatif dari jumlah pemakaian (nilai pakai), persentase kumulatif dari jumlah investasi (nilai investasi), dan skor total nilai pakai dan nilai investasi (nilai indeks kritis). Dalam metode ini, item obat dikelompokkan menjadi kelompok berdasarkan persentase kumulatif dari nilai pakai dan nilai investasi, yaitu 80% untuk kelompok A, 15% untuk kelompok B, dan 5% untuk kelompok C. Item prioritas merupakan item kelompok A yang menghabiskan biaya sebesar 80% dari total biaya persediaan (Ancelmatini, 2013). Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto ( ). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan

36 20 konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan (Kusnadi, 2009). Dalam hal ini, pengelompokan kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut : 1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang. 2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang. 3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang (Sutarman, 2003). Metode ABC ini dalam proses pengadaan digunakan untuk memastikan bahwa pengadaan sesuai dengan prioritas kesehatan masyarakat dan menaksir frekuensi pemesanan yang mempengaruhi keseluruhan persediaan (Quick et al., 2012). Kriteria nilai kritis obat adalah : a. Kelompok A adalah kelompok obat yang tidak boleh diganti dan harus selalu tersedia dalam rangka proses perawatan pasien, untuk mengatasi penyakit penyebab kematian, kekosongan obat tidak dapat ditoleransi mengingat efek terapinya terhadap pasien. b. Kelompok B adalah obat-obatan yang dapat diganti dengan obat lain yang tersedia, banyak digunakan dalam pengobatan pencegahan penyakit. Kekosongan kurang dari 48 jam masih dapat ditoleransi.

37 21 c. Kelompok C adalah obat-obatan yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri. Kekosongan lebih dari 48 jam dapat ditoleransi (Modeong, 2014). Analisis ABC dapat diterapkan pada suatu periode tahunan atau periode lebih singkat. Langkah-langkah analisis ABC yaitu : 1. Menghitung total pemakaian obat selama satu periode dan memasukkannya dalam unit biaya 2. Data pemakaian obat dikelompokkan berdasarkan jumlah pemakaian dari pemakaian terbesar sampai terkecil 3. Menghitung persentase nilai total setiap item 4. Menyusun kembali daftar berurutan dari nilai total yang paling tinggi sampai terkecil 5. Menghitung persentase kumulatif nilai total untuk setiap item 6. Kelompok obat A dengan pemakaian 80% dari keseluruhan pemakaian obat, kelompok obat B dengan pemakaian 15% dari keseluruhan pemakaian obat dan kelompok obat C dengan pemakaian 5% dari keseluruhan pemakaian obat (Quick et al., 2012). F. Analisis VEN Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk menetapkan prioritas seleksi pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga penjualan obat yang tepat, sering digunakan untuk memprioritaskan

38 22 pengadaan obat bila tidak cukup dana untuk membeli semua item yang diminta. Analisis VEN juga membantu menentukan item mana yang harus dibeli bila diperlukan (Quick et al., 2012). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1121/MENKES/SK/XII/2008, analisa VEN merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas adalah dengan mengelompokkan obat didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berikut : a. V (Vital) Merupakan obat-obat yang harus ada, yang diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan (life saving drugs), obat untuk mengatasi penyakitpenyakit penyebab kematian terbesar ataupun untuk pelayanan pokok kesehatan di Puskesmas salah satunya adalah Vaksin, Vitamin A, Salbutamol sulfat tablet. Pada obat kelompok ini tidak boleh terjadi kekosongan. Contoh obat yang termasuk jenis obat vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung. b. E (Essensial) Merupakan obat-obat yang efektif untuk mengurangi rasa kesakitan, namun sangat signifikan untuk bermacam-macam penyakit. Kriteria nilai kritis obat ini adalah obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan banyak digunakan dalam pengobatan pencegahan penyakit terbanyak. Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolelir kurang dari 48 jam. Contoh obat yang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotik, obat

39 23 gastrointestinal, NSAID dan lain lain. Contoh obat yang termasuk jenis obat Esensial di Puskesmas adalah Aminofilin tablet, Klorpromazin HCl, Vitamin B kompleks. c. N (Non Essensial) Merupakan obat-obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri dan obat yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis. Kriteria nilai krisis obat ini adalah obat penunjang agar tindakan atau pengobatan menjadi lebih baik, untuk kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan. Kekosongan obat kelompok ini dapat ditolerir lebih dari 48 jam. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-esensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non Esensial di Puskesmas adalah Aspirin tablet, Propranolol HCl, Nystatin tablet (Quick.,2012). Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk menetapkan prioritas pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga penjualan obat (Syifa, 2011). Langkah-langkah menentukan VEN antara lain menyusun kriteria VEN, menyediakan data pola penyakit, dan merujuk pada pedoman pengobatan. Pemantauan status pesanan dilakukan berdasarkan sistem VEN dengan memperhatikan nama obat, satuan kemasan, jumlah obat yang diadakan, obat yang sudah dan belum diterima (Syifa, 2011).

40 24 G. Keterangan Empiris Pengelolaan obat di Puskesmas merupakan suatu aspek manajemen yang penting karena mempengaruhi efisiensi pelayanan di Puskesmas. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh data berupaprofil nilai VEN berdasarkan metode ABC di Puskesmas Sleman Yogyakarta sebagai Puskesmas dengan jumlah permintaan obat terbanyak dari UPT POAK di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

41 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu berdasarkan data sebenarnya (tanpa adanya manipulasi data). Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara retrospektif yaitu pengambilan data diambil berdasarkan data yang telah ada yaitu dari daftar seluruh obat yang ada di Puskesmas Sleman tahun (Pratiknya, 2001). B. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah obat yang diterima Puskesmas dari UPT POAK dannilai pareto serta VEN dari jumlah obat yang diterima Puskesmas dari UPT POAK.

42 26 C. Definisi Operasional 1. Analisis ABC merupakan metode yang digunakan untuk mengelompokkan obat berdasarkan jumlah pemakaian yang dikategorikan menjadi kelompok A, B, dan C dilakukan dengan pengambilan data pemakaian serta harga obat dari LPLPO yang dikumulatifkan, dipersentasekan, dan diurutkan dari persen pemakaian terbanyak sampai terkecil tiap tahunnya. 2. Kategori ABC dikelompokkan menjadi kelompok A merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 80% dari total biaya persediaan, kelompok B merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 15% dari total biaya persediaan, sedangkan kelompok C merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 5% dari total biaya persediaan. 3. Analisis VEN adalah metode yang digunakan untuk mengelompokkan obat berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan. Untuk mengetahui alasan kriteria VEN dilakukan wawancara terhadap Kepala Pengelola Obat Puskesmas Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan Kepala UPT POAK dari kelompok A hasil analisis ABC. 4. Pengadaan obat di Puskesmas adalah jumlah obat yang digunakan atau pemakaian obat di Puskesmas yang tertulis di LPLPO. 5. Jumlah obat yang diminta dan diterima oleh Puskesmas diperoleh dari data obat dalam LPLPO yang didapatkan dari UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta.

43 27 6. Wawancara dilakukan dengan Kepala Pengelola Obat Puskesmas Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan Kepala UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta untuk mengetahui alasan kategori VEN dari kelompok A hasil analisa ABC pada tahun agar bisa diprioritaskan pengadaannya. D. Subyek Penelitian Data obat dalam LPLPO dari Puskesmas Sleman dan Tempel I yang diperoleh dari UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta merupakan subjek penelitian ini. Kriteria inklusi yang digunakan oleh peneliti adalah seluruh obat yang digunakan di Puskesmas Sleman dan Puskesmas Tempel I selama tahun dan kriteria eksklusi yang digunakan oleh peneliti adalah sediaan obat yang tidak diketahui harga satuannya. E. Bahan Atau Materi Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pemakaian obat dalam LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dari Puskesmas ke UPT POAK dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Pengelola Ruang Obat Puskesmas Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan Tempel I, dan Kepala UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta.

44 28 F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalahpenyimpan data berupa flash untuk memuat data daftar seluruh obat selama tahun 2013 dan 2014untuk menentukan Vital, Essensial, dan Non-Essensial. Tabel pencatatan data yang berisi tentangdata yang diambil dari perhitungan dengan metode ABC yang kemudian diambil data dari kategori A untuk menentukan VEN karena jumlah penggunaannya terbanyak yaitu sebesar 80% di Puskesmas Sleman maupun di Puskesmas Tempel I dengan cara pengisian tabel data yg diisi oleh Kepala UPT POAK Kabupaten Sleman, dokter umum Puskesmas Sleman dan Tempel I, dan pengelola ruang obat Puskesmas Sleman Yogyakarta yang ditunjang dengan wawancara secara terstruktur terkait hal mengenai metode ABC dan VEN, pengelolaan obat di Puskesmas, dan 10 penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Sleman dan Tempel I Kabupaten Sleman Yogyakarta. G. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta, Jl. Candi Jonggrang No.6 Beran Tridadi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Puskesmas Sleman, Jl. Kapten Haryadi No. 6 Desa Triharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan Puskesmas Tempel I, Jl. Magelang KM 17,5, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

45 29 H. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal Observasi awal dilakukan dengan menentukan Puskesmas di Kabupaten Sleman Yogyakarta sebagai tempat untuk diteliti. Berdasarkan observasi ditetapkan Puskesmas Sleman sebagai lokasi penelitian dikarenakan jumlah permintaan obatnya paling banyak dan dilakukan perbandingan terhadap data Puskesmas Tempel I dengan jumlah permintaan obat paling sedikit di Kabupaten Sleman Yogyakarta sebagai tolak ukur untuk melihat pengadaan obat yang dilakukan sudah sesuai dengan yang direncanakan. 2. Permohonan izin dan kerjasama Perizinan dilakukan dengan mengusulkan atau memasukkan surat permohonan izin penelitian ke Puskesmas Sleman dan Puskesmas Tempel I Kabupaten Yogyakarta. 3. Pembuatan pedoman wawancara Pembuatan pedoman wawancara dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan dan melampirkan data terkait kriteria VEN untuk kategori A oleh Kepala UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta, dokter umum Puskesmas Sleman dan Tempel I, dan kepala pengelola ruang obat Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta. 4. Pengambilan data Pengambilan data diambil melalui proses perizinan dari rekomendasi Bapedda ke Dinas Kesehatan yang kemudian sampai ke UPT POAK dan

46 30 didapatkan data retrospektif yang meliputi data pemakaian sediaan obat serta harga obat pada tahun 2013 dan 2014 serta data LPLPO yang diambil dari Puskesmas Sleman dan Tempel I terkait jumlah permintaan dan jumlah yang diterima dari UPT POAK ke Puskesmas Sleman dan Puskesmas Tempel I Kabupaten Yogyakarta. 5. Pengolahan dan analisis data Tahapan berikutnya adalah pengolahan data dan analisis data yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penarikan kesimpulan dan pemberian saran yang dapat berguna dalam pengadaan sediaan obat. 1. Analisis ABC Proses pengumpulan data diambil berdasarkan analisis ABC. Pengambilan data dilakukan terhadap besarnya jumlah pemakaian obat per satu bulan kemudian dikumulatifkan menjadi satu tahun lalu diurutkan dari pemakaian tertinggi sampai terendah, selanjutnya dibuat persentasenya dan diurutkan dari persentase tertinggi hingga terendah, dan dikumulatifkan lalu dilakukan penetapan klasifikasi menjadi kelompok A, B, dan C berdasarkan persentase kumulatif 80%, 15%, dan 5%. Kelompok A merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 80% dari total biaya persediaan, kelompok B merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 15% dari total biaya persediaan, sedangkan kelompok C merupakan kelompok obat yang menyerap biaya sebesar 5% dari total biaya persediaan. Diawali dengan cara mengidentifikasi obat dengan mengurutkan pemakaian biaya dari yang terbesar ke yang terkecil. Cara perhitungannya :

47 31 = n x h Keterangan : x : jumlah investasi dari obat n : jumlah pemakaian obat h : harga satuan obat y = x/ x x 100% Keterangan : y : % investasi x : jumlah investasi dari obat x : jumlah seluruh investasi dalam periode tertentu 2. Analisis VEN Kategori VEN didapatkan dari data pengelompokkan obat dengan metode ABC yang kemudian diambil dari kategori A karena persentase kumulatifnya paling besar. Analisis VEN dilakukan dengan melakukan wawancara kepada dokter umum Puskesmas Sleman dan Puskesmas Tempel I serta Kepala UPT POAK Sleman Yogyakarta yang bertujuan untuk menetapkan obat-obat yang masuk dalam kategori obat vital, esensial, dan non esensial. Ketiganya dipilih untuk menjadi narasumber dikarenakan sama-sama memiliki peranan penting dan saling berkontribusi satu sama lain dalam bidang kesehatan terutama dalam masalah obat-obatan dan menghadapi keluhan pasien.

48 32 I. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan obat yang diketahui harganya, dengan demikian evaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman maupun Tempel I hanya terbatas pada data yang lengkap, sehingga tidak dapat mengevaluasi seluruh obat yang diadakan.

49 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis ABC Penelitian Evaluasi Pengadaan Obat Dengan Metode ABC di Puskesmas Sleman Kabupaten Yogyakarta tahun menggunakan data pemakaian obat-obat selama periode tahun yang diambil di UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta dan data yang diambil dari Puskesmas Sleman Kabupaten Yogyakarta kemudian dilakukan evaluasi ABC. Analisis ABC dilakukan dengan perhitungan menggunakan metode ABC dan kemudian dilakukan wawancara dengan dokter umum dan kepala pengelola ruang obat Puskesmas Sleman Yogyakarta terkait pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta dan penjelasan mengenai VEN (Vital, Esensial, dan Non Esensial). Analisis ABC bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan dana dengan pengelompokkan obat berdasarkan penggunaannya. Pemrosesan data dimulai dengan pengambilan data obat secara retrospektif berupa data pemakaian obat serta harga obat tahun 2013 dan 2014 di UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta yang kemudian dipilih Puskesmas Sleman untuk diambil datanya lalu dianalisis untuk bisa dievaluasi. Pengambilan obat di UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta dibuat untuk setiap bulannya. Pemesanan obat yang dilakukan ke UPT POAK Sleman Yogyakarta dari Puskesmas Sleman dibatasi pemesanannya karena untuk

50 Jumlah item obat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jumlah item obat 34 menghindari obat yang tersisa dari jumlah yang dipesan. Apabila jumlah obat yang dipesan masih tersisa, maka dari pihak UPT POAK Sleman Yogyakarta tidak bertanggung jawab untuk menampung pengembalian obat yang sudah dipesan, karena setiap Puskesmas sudah seharusnya memperkirakan berapa banyak obat-obatan yang ingin dipesan untuk setiap bulannya. Berikut hasil analisis ABC yang didapatkan dari data LPLPO tahun 2013 dan 2014 : Tabel I. Pengelompokkan Pemakaian Obat Berdasarkan Analisis ABC Pada Tahun 2013 dan 2014 di Puskesmas Sleman Kel. % Jumlah pemakaian (Rp) Persentase jumlah pemakaian (%) % Jumlah pemakaian (Rp) Persentase jumlah pemakaian (%) A 24 16,7 B 39 27,1 C 81 56,2 Total Rp 317,998, Rp 61,153, Rp 20,281, Rp 399,432, , ,3 15, ,4 5, , Rp 425,892, Rp 84,622, Rp 26,940, Rp 537,455, ,2 15,7 5,1 100 Tabel I menjelaskan analisis ABC di Puskesmas Sleman Yogyakarta pada tahun Data yang didapatkan pada tahun 2013, jumlah total item obat sebanyak 144. Analisis ABC dilakukan dengan mengurutkan nilai pemakaian obat dari terbesar hingga terkecil lalu dibuat persentase dan dibuat persen kumulatif sehingga didapatkan mana yang masuk dalam kategori A dengan persen kumulatif mencapai 80%, kelompok B 15%, maupun C dengan persen kumulatif sebesar 5%. Pada tahun 2013 obat yang masuk dalam kelompok A sebesar 24 item atau 16,7% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp317,998,075,00 atau 79,6%

51 35 dari total pemakaian. Kelompok B sebesar 39 item atau 27,1% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp 61,153,115,00 atau 15,3% dari total pemakaian. Kelompok C sebesar 81 item atau 56,2% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp 20,281, atau 5,1% dari total pemakaian. Data yang didapatkan pada tahun 2014, jumlah total item obat sebanyak 177. Pada tahun 2014 obat yang masuk dalam kelompok A sebesar 20 item atau 11,3% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp 425,892,725,00 atau 79,2% dari total pemakaian. Kelompok B sebesar 45 item atau 25,4% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp 84,622, atau 15,7% dari total pemakaian. Kelompok C sebesar 112 item atau 63,3% dari total item dengan jumlah pemakaian Rp 26,940, atau 5,1% dari total pemakaian. Dilihat dari kedua tabel pada tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat bahwa kelompok A memiliki jumlah item obat terendah dari pada kelompok B dan C tiap tahunnya, sedangkan kelompok C dari tahun 2013 hingga tahun 2014 memiliki jumlah item obat terbesar dibandingkan kelompok A dan B. Jika pada tabel 1 dan 2 dikaitkan maka dapat dilihat bahwa kelompok A memiliki jumlah item obat yang paling sedikit tetapi memiliki jumlah pemakaian yang besar, sedangkan kelompok C memiliki jumlah item obat yang paling banyak tetapi memiliki jumlah pemakaian rendah.

52 36 B. Analisis VEN Analisis VEN (Vital, Esesnsial, dan Non Esensial) diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan dokter umum Puskesmas dan kepala UPT POAK, dan data ini ditentukan dari pendapat dan pengamatan masing-masing terhadap semua item obat yang ada di Puskesmas selama tahun Analisis VEN ini digunakan untuk menetapkan prioritas pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman dan harga penjualan obat dengan mengklasifikasikannya ke dalam kelompok obat vital, esensial, dan non esensial. Analisis VEN didapatkan dari obat yang masuk dalam kategori A pada tahun 2013 maupun 2014 yang kemudian dilakukan wawancara kepada informan yang berbeda dapat menyebabkan obat yang sama masuk ke dalam kelompok yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan juga pengambilan data dari Puskesmas Tempel I yang merupakan Puskesmas yang paling sedikit mengambil obat ke UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta. Hal ini dilakukan karena untuk menjadi tolak ukur dan membuktikan bahwa semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Sleman Yogyakarta pengelolaan obat terkait pengadaan obatnya sudah berjalan baik atau belum dengan menggunakan metode ABC. Pengambilan data yang diambil dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan mengelompokkannya ke dalam kelompok ABC kemudian dikategorikan yang termasuk dalam VEN (lihat lampiran 3 dan 4).

53 37 Pemilihan obat ke dalam kelompok vital, esensial dan non esensial dilihat berdasarkan pertimbangan akan kebutuhan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dengan penyediaan obat-obat yang dibutuhkan untuk pasien dengan menimbang resiko yang mungkin terjadi apabila sampai terjadi kekosongan stok obat. Selain itu pengelompokkan obat dengan mempertimbangkan suatu obat berdasarkan kebutuhan akan obat tersebut, tentunya sangat tergantung pengisi kuisioner yaitu dokter umum dan Kepala UPT POAK yang melakukan pengelompokkan obat sehingga apabila informannya berbeda kemungkinan untuk item obat yang sama penilaian kelompok obatnya menjadi berbeda. Menurut dokter umum di Puskesmas Sleman melihat 24 jenis obat pada tahun 2013 dan 20 jenis obat pada tahun 2014 yang termasuk dalam kategori obat vital yaitu Serum ATS inj IU/amp dan Hyosine N Butilbromide tab 10 mg, selebihnya termasuk dalam kategori esensial (Vaksin Polio, Vaksin BCG, Parasetamol 500 mg, dan lain-lain) dan non esensial yaitu Tablet Kalium dan Vaksin-ADS 0,5 ml (lihat lampiran 5). Sedangkan menurut Kepala UPT POAK Sleman mempunyai pendapat yang berbeda pada tahun 2013 dengan 24 jenis obat yang sama, Vaksin HB Uniject dan Serum ATS inj IU/amp termasuk dalam kategori obat vital dan selebihnya masuk dalam kategori esensial (Hemafort tablet salut, Ibuprofen 400 mg, Amoksisilin 500 mg, dan lain-lain) dan non esensial yaitu Hyosine N Butilbromide tab 10 mg. Pada tahun 2014 hanya Serum ATS inj IU/amp saja yang termasuk dalam kategori obat vital (lihat lampiran 6 dan 7). Dari pengisian kategori VEN keduanya didapatkan VEN dari kategori A tahun 2013 dan 2014 yang termasuk obat vital sebanyak 1 item obat, esensial sebanyak

54 38 19 dan 16 item obat pada tahun 2013 dan 2014, sedangkan non esensial sebanyak 1 item obat tahun 2013 maupun 2014 (lihat lampiran 5, 6, dan 7). Dari hasil wawancara menurut dokter umum Puskesmas Tempel I melihat 16 jenis obat pada tahun 2013 yang termasuk kategori vital adalah OAT FDC Kat. I dan selebihnya masuk dalam kategori esensial dan non esensial (lihat lampiran 9). Sedangkan pada tahun 2014 dengan 20 jenis obat yang ada terdapat 7 obat yang termasuk dalam kategori vital diantaranya Vaksin Polio, Vaksin DPT-HB- HIB (Pentavalen), Vaksin-ADS 0,5 ml, Vaksin Campak, dan lainnyadan selebihnya masuk dalam kategori esensial dan non esensial (lihat lampiran 10). C. Analisis Kesediaan Obat Pengadaan obat di Puskesmas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta diadakan menggunakan LPLPO dari Puskesmas Sleman ke UPT POAK setiap satu bulan sekali. Dalam penelitian ini pengadaan obat dilakukan selama dua tahun yaitu tahun 2013 dan Selain dari wawancara, dilakukan kesesuaian obat dari kelompok A yang menjadi sasaran pengelompokkan VEN dengan melihat jumlah yang diminta dari Puskesmas Sleman dengan jumlah obat yang diberikan dari UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta yaitu dengan melihat lembar LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dari Puskesmas Sleman.

55 39 Kesesuaian jumlah permintaan obat ke UPT POAK dan jumlah obat yang diterima oleh Puskesmas Sleman dari data LPLPO didapatkan persentase rata-rata tahun 2013 sebesar 93,2% dan tahun 2014 sebesar 91,8% (lihat lampiran 8). Sedangkan melihat kesesuaian jumlah permintaan obat ke UPT POAK dan jumlah obat yang diterima oleh Puskesmas Tempel I dari data LPLPO didapatkan persentase rata-rata tahun 2013 sebesar 89,1% dan tahun 2014 sebesar 91,8% (lihat lampiran 11). Dari kedua Puskesmas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Puskesmas Sleman dengan pengambilan obat paling banyak dan Puskesmas Tempel I dengan pengambilan obat paling sedikit pada tahun 2013 dan 2014, keduanya belum 100% melakukan pengelolaan obat terkait pengadaan obat secara efisien dan efektif dengan melihat dari persentase pemesanan obat dan yang diterima. Sehingga obat yang termasuk kategori VEN seharusnya pengadaan obatnya lebih diprioritaskan khususnya obat vital yang merupakan obat yang mengancam jiwa dan beresiko bagi pasien jika terjadi kekosongan stok obat. Menurut data pemakaian obat Puskesmas Sleman yang telah dianalisis menggunakan metode ABC, adanya peningkatan ataupun penurunan dalam jumlah pemakaian obat ditiap tahunnya itu dipengaruhi oleh tingkat kejadian penyakit. Apabila terdapat kasus tertentu yang memiliki tingkat kejadian tinggi maka akan memerlukan obat yang banyak juga dan apabila tingkat kejadian kasus tersebut turun maka obat yang digunakan akan semakin berkurang. Dengan adanya perubahan-perubahan ditiap tahunnya maka diperlukan pengelolaan obat yang baik. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu :

56 40 1. Ketersediaan Obat Sesuai Dengan Pola Penyakit Dalam perencanaan kebutuhan obat dapat menggunakan pencatatan penggunaan total semua jenis obat pada pasien di Puskesmas, sisa stok obat, dan pola penyakit. Perencanaan kebutuhan obat dengan melihat pola penyakit merupakan pendekatan secara epidemiologi. Pendekatan secara epidemiologi ini memiliki keunggulan yang lebih tepat dan sesuai dengan realitas, dimana obat yang keluar atau terdistribusi disebabkan oleh penggunaan yang riil. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi di Puskesmas Sleman Yogyakarta dari tahun 2013 hingga 2014 dan selalu berada pada peringkat pertama dari 10 besar penyakit yang terjadi di Puskesmas. Pada tahun 2013 persentase penyakit ISPA dari 10 besar penyakit sebesar 20,4% dari pasien dan pada tahun 2014 sebesar 21,4% dari pasien (lihat lampiran 12). Berdasarkan data yang didapatkan dari analisis ABC dari kategori A obat-obatan yang merupakan obat-obatan yang digunakan untuk penyakit ISPA telah dibuktikan diantaranya adalah Amoksisilin, Parasetamol, dan Ibuprofen sebagai obat antibiotik maupun analgesik. Ini membuktikan bahwa ketersediaan obat di Puskesmas Sleman telah sesuai dengan pola penyakit yang masuk dalam 10 besar penyakit tersebut. Namun, pengadaan obatnya yang terpenuhi hanya sekitar 80-90%. Semua obat yang banyak dipakai dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Sleman Yogyakarta tersebut, pengadaannya perlu diperhatikan yaitu dalam pemesanan kembali dan berapa jumlah yang akan dipesan karena obat-obat

57 41 tersebut diharapkan dapat selalu tersedia di Puskesmas Sleman Yogyakarta dan diharapkan tidak terjadi kekosongan atau kekurangan. Hal ini nantinya akan mempengaruhi pelayanan obat di Puskesmas. 2. Obat Yang Dikembalikan Untuk meningkatkan pengelolaan obat dalam mengurangi adanya obat yang dikembalikan sebaiknya dilakukan monitoring yang lebih baik dalam pengelolaan obat dari mulai perencanaan hingga pemakaian obat. Obat mengalami kerusakan dapat dikarenakan oleh faktor penyimpanan yang kurang baik. Dalam penyimpanan obat diharapkan ruang penyimpanan dan proses penyimpanan memiliki persyaratan yang sesuai dengan pedoman pengelolaan obat di Puskesmas. Penyimpanan obat juga harus sedemikian rupa sehingga memudahkan distribusi obat secara FIFO (first in first out) yaitu sisa stok tahun yang lalu digunakan terlebih dahulu daripada pengadaan baru, sehingga akan mencegah terjadinya obat rusak atau kadaluwarsa. D. Hasil Wawancara Analisis VEN didapatkan dari obat yang masuk dalam kategori A pada tahun 2013 maupun 2014 yang kemudian dilakukan wawancara kepada informan yang berbeda dapat menyebabkan obat yang sama masuk ke dalam kelompok yang berbeda. Dari hasil wawancara terdapat perbedaan dalam pengisian kategori VEN. Hasil wawancara yang didapat dari dokter umum Puskesmas Sleman menyatakan

58 42 bahwa pengertian obat vital adalah obat-obatan yang menyelamatkan nyawa, obat yang seharusnya ada dan tidak boleh terjadi kekosongan. Obat esensial merupakan obat yang wajib ada karena banyak paling banyak dipergunakan di Puskesmas. Dan obat non esensial merupakan obat yang diperlukan di Puskesmas tetapi jarang dipergunakan untuk tindak lanjut terapi atau pengobatan. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala UPT POAK Sleman Yogyakarta menyatakan bahwa obat vital merupakan obat untuk menyelamatkan nyawa, obat yang harus ada, penyerapannya tinggi karena tidak ada penggantinya. Yang dimaksud dengan obat esensial merupakan obat yang mirip dengan vital yaitu sebagai pencegahan maupun pengobatan. Dan obat non esensial diartikan sebagai obat penunjang saja, karena tidak terlalu banyak manfaatnya, contohnya vitamin. Vitamin masuk ke dalam kategori non esensial, tetapi dapat dilihat kembali dari efek penggunaannya, ada vitamin-vitamin tertentu yang masuk dalam kategori vital penggunaannya, contoh vitamin penambah darah. Menurut dokter umum di Puskesmas Tempel I yang dikatakan obat vital adalah obat yang wajib disediakan di pelayanan kesehatan karena untuk pasien yang mengancam jiwa, sedangkan obat esensial adalah obat yang wajib disediakan di pelayanan kesehatan, dan obat non esensial tidak disediakan di pelayanan kesehatan tidak menjadi masalah karena itu hanya menjadi pelengkap saja. Dengan narasumber berbeda maka akan didapatkan pendapat yang berbeda juga. Dari semua narasumber yang telah diwawancarai pengertian obat vital, esensial, dan non esensial kurang lebih sama, dapat dilihat lagi bagaimana

59 43 kebutuhan pasiennya dengan kondisi kesehatan yang dialami dengan segala pertimbangan. Adapun hasil wawancara mengenai obat-obatan yang dikembalikan oleh Puskesmas ke UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta yaitu obat yang tidak digunakan, obat yang rusak, dan obat yang telah kadaluwarsa. Puskesmas wajib melaporkan dan mengirim kembali jenis obat yang rusak atau kadaluwarsa kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Obat yang tidak digunakan juga harus dikembalikan sebelum kadaluwarsa karena obat tersebut dapat diberikan atau direlokasi kepada Puskesmas lain yang lebih membutuhkan. Hal ini bertujuan dalam proses pemerataan pengadaan obat di semua wilayah.

60 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pengadaan obat di Puskemas Sleman Kabupaten Sleman Yogyakarta dilakukan berdasarkan hasil Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari Puskesmas ke UPT POAK Kabupaten Sleman Yogyakarta setiap satu bulan sekali. 2. Evaluasi pengadaan obat di Puskesmas Sleman Yogyakarta berdasarkan metode ABC didapatkan bahwa kelompok C memiliki item obat terbanyak yaitu sebanyak 81 item obat (56,2%) di tahun 2013 dan 112 item obat (63,3%) di tahun Sedangkan dari hasil analisa VEN yang didapatkan dalam kelompok A yang menyerap 80% pemakaian obat terbanyak tiap tahunnya terdapat 1item obat yang termasuk dalam kategori vital dengan narasumber berbeda yaitu Serum ATS Inj. 1500U/Amp. Pengadaan obat yang diadakan selama dua tahun (2013 dan 2014) dari kelompok A di kedua Puskesmas hanya terpenuhi 80%-90%.

61 45 B. Saran 1. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan peneliti mampu mendapatkan data permintaan obat lengkap beserta harga obatnya umtuk meminimalkan kesalahan dalam perhitungan dalam pengelompokkan ABC. 2. Diadakan data relokasi obat antar Puskesmas sehingga penilaian pemenuhan permintaan obat bisa optimal.

62 46 DAFTAR PUSTAKA Athijah, Umi et al., 2010, Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Timur dan Selatan, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 1, pp. 16. Ansel, C. Howard., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Terjemahan : Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta. Anshari, M., 2009, Aplikasi Manajemen Pengelolaan Obat dan Makanan, Nuha Medika, Yogyakarta, pp. 3. Arief, 2007, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, UGM Press University, Yogyakarta, pp Departemen Kesehatan RI, 2003, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas, Direktorat Jenderal Palayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2006, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 Tentang Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2000, Keputusan Menteri Kesehatan RI No:633/Menkes/SK/IV/2000 Tentang Pembentukan Gudang Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi di Kabupaten/Kota Tertentu, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2007, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Perbatasan, Depkes RI, Jakarta. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Kusnadi, E., 2009, Analisis Produktivitas Terhadap Penyeimbangan Lintasan Unpublished Undergraduate Thesis, Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Lestari, Maria Murnian, 2010, Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Depok II Sleman Periode Tahun Dengan Metode ABC Indeks Kritis, Program Studi Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Mayawati, Dwi Md, Y., 2010, Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi di Puskesmas Kuta I Periode Tahun (Dengan Metode ABC Indeks Kritis), Program Studi Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Modeong, Nabila, 2012, Evaluasi Perencanaan Obat Berdasarkan Metode ABC

63 47 di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Kabupaten Gorontalo Tahun 2011, Program Studi D-III Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Nurwulandari, Ancelmatini, Prima Rosa, Paulina H., 2013, Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Pengadaan Obat Menggunakan Model Pareto ABC dan Optimasi Kualitatif, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta, ISSN : Pratama Sari, Mikha, 2011, Evaluasi Pengelolaan Obat Dengan Metode ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Tahun , Program Studi Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pratiknya, A. W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Edisi I, Cetakan II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Pratiwi, F., I. Dwiprahasto., dan E. Budiarti, 2011, Evaluasi Perencanaan dan Pengadaan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 01: Rahim Ali, Arsad., 2008, Pengelolaan Obat, Alat dan Bahan Habis Pakai Puskesmas. diakses tanggal 6 Februari Reddy V. V., 2008, Hospital Material Management, In A. V. Srinivasan (Ed), Managing a Modern Hospital (2 nd ed), New Delhi : Sage Publications, pp Sari, Mikha Pratama, 2011, Evaluasi Pengelolaan Obat Dengan Metode ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Tahun , Program Studi Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Susi, Suciati, Adisasmito, Wiku B., 2006, Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi, Jurnal Manajemen Kesehatan, Volume 9, pp Sutarman, 2003, Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dengan Model Backorder, Infomatek, 5(3), pp Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi, EGC, Jakarta, pp Syifa, 2011, Analisis ABC dan Analisis VEN, diakses tanggal 12 Agustus Quick, J.D., Hume, M.L., Rankin J, R., O Connor, R. W., 1997, Managing Drug Supply, Management Sciences for Health, 7 th printing, Boston, Massachussets. Quick, J.D., Rankin, J.R., Dias, Vimal, 2012, Inventory Management in Managing Drug Supply, Third Edition, Managing access to medicines and health technologies, Management Sciences for Health, Arlington.

64 48 LAMPIRAN

65 49 Lampiran 1. Laporan Pengambilan Barang Puskesmas Sleman Periode 2013 No Tanggal Nama Obat Satuan Jumlah Harga Nilai 1 14/01/2013 Deksametason tab. 0,5 mg tablet Persen (%) Persen Kumulatif (%) 0 14,23 14, /01/2013 Hemafort tab salut tablet ,69 26,93 Kategori 3 17/09/2013 Vaksin BCG pcs ,46 35, /09/2013 Vaksin Polio (IPV) pcs ,43 43, /01/2013 Amoksisilin 500 mg kaplet ,75 49,57 Vaksin DPT-HB-HIB 6 17/09/ (Pentavalen) pcs 3,87 53, /01/2013 Parasetamol 500 mg tablet ,61 57, /01/2013 Captopril 25 mg tablet ,13 59, /01/2013 OAT FDC Kat. I paket ,07 61, /01/2013 Tablet Kalium tablet ,86 63, /01/2013 Parasetamol sirup mg/5 ml botol 1,70 64, /01/2013 Serum ATS inj IU/amp ampul 1,47 66, /02/2013 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg tablet 1,42 67, /01/2013 Natrium diklofenak mg tab tablet 1,41 69, /09/2013 Vaksin HB Uniject pcs ,30 70,43 A 16 14/01/2013 Metformin HCl 500 mg tablet ,21 71, /02/ OAT FDC Kat. II paket 0 1,20 72, /01/2013 Amoksisilin sirup kering mg/5ml botol 1,13 73, /01/2013 Retinol IU kapsul ,13 75, /01/2013 Ibuprofen 400 mg. tablet ,10 76, /09/2013 Vaksin - ADS 0.5 ml pcs ,94 77, /01/2013 Zinc tab. 20 mg tablet ,88 78, /01/2013 Garam Oralit 200 ml sak ,82 78, /03/2013 Domperidon Syrup botol ,77 79,61 Antibakteri DOEN salep 25 14/01/ Basitrasin tube 0,72 80, /01/2013 Siprofloksasin 500 mg tablet ,69 81, /01/2013 Kalsium Laktat tab mg tablet 0,62 81, /03/2013 Medroksi progesteron asetat inj depo 150 mg vial 0,61 82, /01/2013 Ranitidin 150 mg tablet ,60 82, /01/2013 Kotrimoksazol suspensi botol ,59 83,44 Kloramfenikol tetes 31 14/01/ mata 0,5% botol 0,57 84, /01/2013 Obat Batuk Hitam cairan botol ,57 84,57 B 33 14/01/2013 Antasida DOEN tablet ,55 85, /09/2013 Vaksin DPT-HB Combo pcs ,53 85, /01/2013 Antalgin tab. 500 mg tablet ,51 86,16

66 /01/2013 Kotrimoksazol dewasa tablet ,50 86, /02/2013 Etil Klorida semprot botol ,49 87, /01/2013 Kloramfenikol t.t. 3% botol ,48 87, /01/2013 Klorfeniramin Maleat tab. 4 mg tablet 0,46 88, /01/2013 Gliseril Guaiacolat mg tablet 0,41 88, /01/2013 Betametason krim 0,1% tube ,41 88, /01/2013 Mikonazol krim tube ,40 89, /01/2013 Glibenklamid 5 mg tablet ,34 89, /01/2013 Thiamin HCl tab. 50 mg tablet ,33 89, /01/2013 Hidrokortison krim 2, % tube 0,33 90, /01/2013 Hidroklorotiazida mg. tablet 0,32 90, /01/2013 Eritromisin 500 mg kaplet ,31 90, /01/2013 Asiklovir tab. 400 mg tablet ,31 91,25 Kloramfenikol kapsul 49 14/01/ mg kapsul 0,31 91, /01/2013 Simvastatin tab.10 mg tablet ,30 91, /03/2013 Serum Golongan darah set ,29 92, /09/2013 Vaksin Campak pcs ,27 92, /01/2013 Alopurinol 100 mg tablet ,27 92, /01/2013 Dekstrometorfan HBr sirup botol 0,26 92, /01/2013 Griseofulvin 125 mg micro. tablet 0,26 93, /02/2013 Nifedipine 10 mg tablet ,24 93, /01/2013 Haloperidol 1,5 mg. tablet ,24 93,68 Pasta pengisi saluran 58 14/01/ akar kotak 0,23 93, /02/2013 Framisetin lembar ,21 94,13 Asam Askorbat/Vit. C 60 14/01/ mg tablet 0,21 94, /01/2013 Etanol 70 % 1000 ml botol ,20 94, /01/2013 Salbutamol 2 mg. tablet ,20 94,73 Devitalisasi pasta (non 63 13/06/ arsen) botol 0,19 94, /02/2013 Fenoksimetil P. 500 mg. tablet ,19 95,12 Klorpromazin HCl Sal /03/ mg. tablet 0,19 95, /01/2013 Salisil bedak 2% kotak ,19 95, /10/2013 Vaksin - ADS 0.05 ml pcs ,19 95, /01/2013 Dekstrometorfan HBr tab. 15 mg tablet 0,18 95, /01/2013 Triheksifenidil HCl tab mg tablet 0,16 96, /01/2013 Anti haemoroid doen komb. sup 0,16 96, /02/2013 Bisacodyl suppo 5 mg sup ,16 96,35 Anti fungi 72 14/01/ doen/whitefield pot 0,14 96, /01/2013 Kloramfenikol salep botol ,14 96,63 C

67 /02/2013 mata 1% Oksitosin injeksi 10 IU/ml-1 ml. ampul ,13 96, /02/2013 Diazepam rectal 5 mg tube ,12 96, /01/2013 Piridoksin 10 mg tablet ,12 97, /01/2013 Furosemida tab. 40 mg tablet ,12 97, /01/2013 Vitamin B komplek tablet ,12 97,24 Asiklovir krim 5% /01/ gram tube 0,11 97, /09/2013 Fluconazole cap 150 mg kapsul ,11 97, /02/2013 Salbutamol Nebules ampul ,11 97, /01/2013 Salep 2-4 kombinasi pot ,11 97, /01/2013 Dimenhidrinat tablet ,10 97, /01/2013 Larutan hipokloride botol ,10 97, /01/2013 Metronidazol 250 mg tablet ,10 97, /01/2013 Kloramfenikol suspensi botol ,10 98, /02/2013 Fitomenadion inj mg/ml ampul 0,10 98, /11/2013 Sulfasetamid Na. Tm % botol 0,10 98, /01/2013 Retinol IU kapsul ,10 98,36 Gentian Violet larutan /01/ % botol 0,09 98, /01/2013 Cocoa Butter kotak ,09 98, /02/2013 Serum ABU I inj. 5 ml. vial ,09 98, /09/2013 Vaksin - TT pcs ,09 98, /12/2013 Azithromycin 500 mg tablet ,08 98, /01/2013 Fenoksimetil P. 250 mg. tablet ,08 98,88 Metoklorpropamide tab /01/ mg tablet 0,08 98, /01/2013 Fenol gliserol TT 10% botol ,08 99, /01/2013 Aminofilin 200 mg tablet ,08 99, /03/2013 Parasetamol 100 mg. tablet ,07 99,18 Yodium Povidon 10% /02/ ml botol 0,06 99, /01/2013 Prednison 5 mg tablet ,06 99, /02/2013 Lidokain kompositum injeksi ampul 0,05 99, /05/2013 Carbo adsorben mg/bekarbon tablet 0,05 99, /01/2013 Amitriptilin HCl Salut mg. tablet 0,05 99, /01/2013 Natrium Klorida lar infus 0,9% botol 0,04 99, /02/2013 Ringer Laktat lar. infus ml botol 0,04 99, /02/2013 Dettol botol ,03 99, /12/2013 Cefixime kapsul 100 mg kapsul ,03 99, /02/2013 Levertran salep 15 gram botol ,03 99,63 Fitomenadion Sal /05/ mg. tablet 0,03 99,66

68 /02/2013 Polikresulen (Albutil larutan) botol ,02 99, /08/2013 Isoniazida 300 mg. tablet ,02 99,71 Rifampisin kapsul /05/ mg. kapsul 0,02 99, /02/2013 Metronidazol 500 mg tablet ,02 99,76 Pirantel Pamoat tab /01/ mg tablet 0,02 99, /02/2013 Glukosa lar. infus 5% botol ,02 99, /01/2013 Diazepam tab. 2 mg tablet ,02 99, /02/2013 Asetosal tablet 100 mg. tablet ,02 99, /01/2013 Digoksin 0,25 mg. tablet ,02 99, /01/2013 Karbamazepin 200 mg. tablet ,01 99, /02/2013 Oksitetrasiklin HCl salep mata 1% tube 0,01 99, /01/2013 Nistatin Vaginal IU tablet 0,01 99, /12/2013 Benzatin BP inj. 2.4 jt IU/vial vial 0,01 99, /01/2013 Isosorbid dinitrat Sub mg. tablet 0,01 99, /12/2013 Ethambutol tab 500 mg tablet ,01 99, /07/2013 Haloperidol 5 mg tablet ,01 99,93 Anti migrain /03/ doen/ergotamin tablet 0,01 99, /01/2013 Klorhexidine 0,2 % botol ,01 99, /02/2013 Deksametason inj. 5 mg ml. ampul 0,01 99, /07/2013 Aminofilin inj mg/ml-10 ml. ampul 0,01 99, /01/2013 Eugenol cairan botol ,01 99, /09/2013 Doksisiklin 100 mg kapsul ,01 99, /12/2013 Aqua pro inj. 25 ml botol ,01 99, /09/2013 Ambroxol 30 mg tab tablet ,00 99, /05/2013 Etakridin lar. 0.1% ml. botol 0,00 99, /02/2013 Metilergometrin M. sal ,125 tablet 0,00 99, /02/2013 Ichtiol salep 15 gram pot ,00 99, /02/2013 Difenhidramin HCl inj mg/ml ampul 0,00 99, /02/2013 Epinefrin HCl/bitartrat inj. 0.1% ampul 0,00 99, /10/2013 Fitomenadion inj mg/ml. ampul 0,00 100, /09/2013 Metilergometrin M. inj ,200 mg. ampul 0,00 100, /02/2013 Diazepam inj. 5 mg/ml ml ampul 0,00 100, /04/2013 Magnesium sulfat inj % ampul 0,00 100, /02/2013 Dekstrose inj.40% 25 ml kapsul ,00 100,00 TOTAL ,00

69 53 Lampiran 2. Laporan Pengambilan Barang Puskesmas Sleman Periode 2014 No Tanggal Nama Obat Satuan Jumlah Harga Nilai Persen (%) Persen Kumulatif (%) 0 Kategori 1 19/08/2014 Vaksin Polio (IPV) pcs ,31 18,31 Vaksin DPT-HB-HIB 2 14/05/2014 pcs (Pentavalen) 12,60 30, /05/2014 Vaksin BCG pcs ,58 43, /05/2014 Hemafort tab salut tablet ,64 51, /07/2014 Amoksisilin 500 mg kaplet ,09 55, /10/2014 Vaksin - ADS 0.5 ml pcs ,43 58, /02/2014 Parasetamol 500 mg tablet ,43 61, /11/2014 OAT FDC Kat. I paket ,34 63, /06/2014 Vaksin HB Uniject pcs ,13 65, /03/2014 Tablet Kalium tablet ,79 67, /10/2014 Kotrimoksazol dewasa tablet ,63 68,98 A 12 16/07/2014 Vaksin Campak pcs ,55 70, /11/2014 Ibuprofen 400 mg. tablet ,40 71, /03/2014 Hyosine N Butilbromide tablet tab 10 mg 1,32 73, /02/2014 Serum ATS inj ampul IU/amp 1,16 74, /03/2014 Retinol IU kapsul ,05 75, /06/2014 Captopril 25 mg tablet ,99 76,45 Natrium diklofenak /08/2014 tablet mg tab 0,96 77, /05/2014 Metformin HCl 500 mg tablet ,93 78, /10/2014 Vaksin - Td pcs ,90 79, /08/2014 Parasetamol Suppo sup ,88 80, /02/2014 Parasetamol sirup 120 botol mg/5 ml 0,81 80, /06/2014 Kloramfenikol tetes botol mata 0,5% 0,68 81, /07/2014 Amoksisilin sirup kering botol mg/5ml 0,61 82, /09/2014 Antibakteri DOEN salep tablet Basitrasin 0,57 82, /04/2014 Garam Oralit 200 ml sak ,53 83, /03/2014 Siprofloksasin 500 mg tablet ,52 83, /11/2014 Zinc tab. 20 mg tablet ,48 84,31 B 29 27/10/2014 Vaksin Jerap DT pcs ,46 84, /09/2014 Fluconazole cap 150 mg kapsul ,45 85, /04/2014 Eritromisin 500 mg kaplet ,45 85, /12/2014 OAT FDC Kat. II paket ,45 86, /03/2014 Ranitidin 150 mg tablet ,44 86, /09/2014 Vitamin B komplek tablet ,40 86,96 Kalsium Laktat tab /02/2014 tablet mg 0,39 87,35

70 /08/2014 Etil Klorida semprot botol ,34 87, /10/2014 Vaksin - ADS 0.05 ml pcs ,33 88, /12/2014 Obat Batuk Hitam cairan botol ,32 88, /08/2014 Thiamin HCl tab. 50 mg tablet ,32 88,66 Hidrokortison krim 2, /10/2014 tube % 0,32 88, /08/2014 Kotrimoksazol suspensi botol ,30 89, /06/2014 Alopurinol 100 mg tablet ,30 89, /06/2014 Betametason krim 0,1% tube ,30 89, /04/2014 Domperidon Syrup botol ,29 90,17 Gliseril Guaiacolat /02/2014 tablet mg 0,28 90, /01/2014 Antasida DOEN tablet ,28 90, /03/2014 Klorfeniramin Maleat tablet tab. 4 mg 0,28 91, /11/2014 Deksametason tab. 0,5 tablet mg 0,28 91, /07/2014 Mikonazol krim tube ,27 91, /08/2014 Vaksin - ADS 5 ml pcs ,26 91, /03/2014 Cefixime kapsul 100 mg kapsul ,24 92, /09/2014 Amlodipin 10 mg tablet ,24 92, /07/2014 Azithromycin 500 mg tablet ,23 92, /11/2014 Vaksin - TT pcs ,23 92, /08/2014 Fenoksimetil P. 500 mg. tablet ,22 92,99 Hidroklorotiazida /03/2014 tablet mg. 0,22 93, /11/2014 Glibenklamid 5 mg tablet ,22 93,42 Asam Askorbat/Vit. C 58 14/02/2014 tablet mg 0,22 93, /06/2014 Bisacodyl suppo 5 mg sup ,21 93,84 Ringer Laktat lar. infus 60 13/01/2014 botol ml 0,20 94, /05/2014 Framisetin lembar ,20 94, /06/2014 Ambroxol 30 mg tab tablet ,20 94, /07/2014 Asiklovir tab. 400 mg tablet ,19 94, /12/2014 Haloperidol 1,5 mg. tablet ,18 94, /06/2014 Medroksi progesteron vial asetat inj depo 150 mg 0,17 94, /07/2014 Griseofulvin 125 mg. tablet micro. 0,16 95, /10/2014 Etanol 70 % 1000 ml botol ,16 95, /11/2014 Piridoksin 10 mg tablet ,16 95, /01/2014 Anti haemoroid doen sup komb. 0,14 95, /05/2014 Asiklovir krim 5% 5 tube gram 0,14 95, /06/2014 Metoklorpropamide tab. tablet mg 0,13 95, /09/2014 Salbutamol 2 mg. tablet ,13 96,00 C 73 15/08/2014 Salbutamol Nebules ampul ,12 96,12

71 /10/2014 Nifedipine 10 mg tablet ,12 96, /11/2014 Triheksifenidil HCl tab. tablet mg 0,12 96, /12/2014 Kloramfenikol kapsul kapsul mg 0,12 96, /09/2014 Metronidazol 500 mg tablet ,11 96,59 Klorpromazin HCl Sal /11/2014 tablet mg. 0,11 96, /07/2014 Salisil bedak 2% kotak ,11 96, /04/2014 Gentian Violet larutan 1 botol % 0,10 96, /09/2014 Oksitosin injeksi 10 ampul IU/ml-1 ml. 0,10 97, /01/2014 Cresophene botol ,10 97, /03/2014 Retinol IU kapsul ,10 97, /08/2014 Asam mefenamat 500 kaplet mg 0,09 97, /01/2014 Nistatin Vaginal tablet IU 0,09 97, /06/2014 Larutan hipokloride botol ,08 97, /06/2014 Fenol gliserol TT 10% botol ,08 97, /05/2014 Kloramfenikol t.t. 3% botol ,08 97, /12/2014 Loratadine 10 mg tablet ,08 97, /09/2014 Omeprazole 20 mg tablet ,08 97, /09/2014 Ketokonazole 200 mg tablet ,08 97, /07/2014 Amitriptilin HCl Salut tablet mg. 0,07 97, /09/2014 Yodium Povidon 10% botol ml 0,07 98, /10/2014 Braito TM botol ,07 98, /10/2014 Gemfibrozil 300 mg tab tablet ,07 98, /12/2014 Fenoksimetil P. 250 mg. tablet ,07 98, /02/2014 Antalgin tab. 500 mg tablet ,06 98,29 Medroksi progesteron 98 14/03/2014 vial asetat inj depo 50 mg 0,06 98, /03/2014 Furosemida tab. 40 mg tablet ,06 98,41 Amoksisilin Sirup forte /11/2014 botol mg/5ml 0,06 98, /05/2014 Serum Golongan darah set ,05 98, /01/2014 Dekstrometorfan HBr tablet tab. 15 mg 0,05 98, /05/2014 Fitomenadion inj. 10 ampul mg/ml. 0,05 98, /11/2014 Lidokain kompositum ampul injeksi 0,05 98, /02/2014 Aminofilin 200 mg tablet ,05 98,73 Natrium Klorida lar /09/2014 botol infus 0,9% 0,05 98, /06/2014 Parasetamol drop botol ,05 98, /08/2014 Asam Folat 1 mg tablet ,05 98, /09/2014 Dimenhidrinat tablet ,04 98, /02/2014 Metronidazol 250 mg tablet ,04 98, /11/2014 Prednison 5 mg tablet ,04 99,01

72 /12/2014 Salep 2-4 kombinasi pot ,04 99, /08/2014 Anti fungi pot doen/whitefield 0,04 99, /08/2014 Fitomenadion Sal. 10 tablet mg. 0,04 99, /06/2014 Perak Sulfadiazin 35 gr tube ,04 99, /04/2014 Parasetamol 100 mg. tablet ,04 99, /05/2014 Kloramfenikol salep botol mata 1% 0,03 99, /11/2014 Oksitetrasiklin HCl salep tube mata 1% 0,03 99, /08/2014 Kloramfenikol suspensi botol ,03 99, /12/2014 Kloramfenikol salep tube kulit 0,03 99, /03/2014 Dekstrometorfan HBr botol sirup 0,03 99, /06/2014 Diazepam rectal 5 mg tube ,03 99, /09/2014 Bisacodyl suppo 10 mg sup ,03 99, /06/2014 Isosorbid dinitrat Sub. 5 tablet mg. 0,03 99, /08/2014 Polikresulen (Albutil botol larutan) 0,02 99, /02/2014 Asetosal tablet 100 mg. tablet ,02 99, /02/2014 Dettol botol ,02 99,50 Amoksisilin inj /12/2014 vial mg/ml 0,02 99, /05/2014 Aqua pro inj. 25 ml botol ,02 99, /04/2014 Glukosa lar. infus 5% botol ,02 99,55 Deksametason inj. 5 mg /10/2014 ampul ml. 0,02 99, /05/2014 Reserpin 0,25 mg. tablet ,02 99, /11/2014 Ketorolac inj. 10 mg/ml ampul ,02 99,61 Rifampisin kapsul /09/2014 kapsul mg. 0,02 99, /10/2014 Simvastatin tab.10 mg tablet ,02 99, /11/2014 Levertran salep 15 gram botol ,02 99, /12/2014 Kotrimoksazol Forte tablet ,02 99, /09/2014 Doksisiklin 100 mg botol ,02 99, /04/2014 Ichtiol salep 15 gram pot ,02 99, /08/2014 Eritromisin syrup botol ,01 99,72 Calcil Gluconas 100 mg /05/2014 ampul inj. 0,01 99, /08/2014 Zinc Syr 20 mg/5 ml botol ,01 99, /12/2014 Amlodipin 5 mg tablet ,01 99,77 Yodium Povidon 10% /12/2014 botol ml 0,01 99, /12/2014 Vitamin B12 50mg tab tablet ,01 99,79 Epinefrin HCl/bitartrat /08/2014 ampul inj. 0.1% 0,01 99, /10/2014 Ranitidin inj 25 mg/2ml ampul ,01 99,82 Domperidon tablet /07/2014 tablet mg 0,01 99, /08/2014 Glimepiride tab 1 mg tablet ,01 99,84

73 /12/2014 Salbutamol Rotahaler pcs ,01 99, /07/2014 Aminofilin inj. 24 ampul mg/ml-10 ml. 0,01 99, /03/2014 Carbo adsorben 250 tablet mg/bekarbon 0,01 99, /08/2014 Karbamazepin 200 mg. tablet ,01 99,88 Diazepam Rectal /12/2014 tube mg/2.5 ml 0,01 99, /12/2014 Metronidazole suspensi botol ,01 99, /10/2014 Salbutamol serb.inh 200 kapsul mcg/kaps 0,01 99, /01/2014 Sulfasetamid Na. Tm. 15 botol % 0,01 99, /04/2014 Anti migrain tablet doen/ergotamin 0,01 99, /05/2014 Diazepam tab. 2 mg tablet ,01 99, /08/2014 Captopril 12,5 mg tablet ,01 99, /07/2014 Pirantel Pamoat tab. 125 tablet mg 0,01 99, /10/2014 Metilergometrin M. inj. ampul ,200 mg. 0,01 99, /08/2014 Difenhidramin HCl inj. ampul mg/ml 0,01 99, /12/2014 Ambroxol Syr botol ,01 99,96 Metilergometrin M. sal /05/2014 tablet ,125 0,01 99, /10/2014 Digoksin 0,25 mg. tablet ,01 99,97 Natrium diklofenak /08/2014 tablet mg tab 0,00 99, /06/2014 Pirazinamida 500 mg tablet ,00 99, /02/2014 Diazepam inj. 5 mg/ml - ampul ml 0,00 99, /11/2014 Hyosine N Butilbromide ampul Inj. 0,00 99, /08/2014 Antasida suspensi botol ,00 99, /06/2014 Metoklopramide inj. 5 ampul mg/ml 0,00 99, /09/2014 Lidokain non Epinefrin ampul injeksi 0,00 100, /08/2014 Etakridin lar. 0.1% 300 botol ml. 0,00 100, /05/2014 Magnesium sulfat inj. ampul % 0,00 100, /08/2014 Albendazol tab. 400 mg. tablet ,00 100,00 Kombipak Azithromycin /12/2014 paket Cefixime 0,00 100,00 TOTAL

74 58 Lampiran 3. Laporan Pengambilan Obat Puskesmas Tempel I Tahun 2013 No Tanggal Nama Obat Jumlah Satuan Harga Nilai Persen (%) Persen Kumulatif (%) 0 Kategori 1 14/06/2013 Hemafort tab salut tablet ,11 20, /11/2013 Vaksin Polio (IPV) 400 dosis ,67 28, /04/2013 Amoksisilin 500 mg kaplet ,50 37, /01/2013 Parasetamol 500 mg tablet ,08 45, /11/2013 Vaksin BCG 400 dosis ,07 52,43 Vaksin DPT-HB-HIB /10/2013 (Pentavalen) dosis ,06 59, /09/2013 OAT FDC Kat. I 14 paket ,22 63,71 Medroksi progesteron /07/2013 asetat inj depo 150 mg vial ,21 65, /07/2013 Zinc tab. 20 mg 5400 tablet ,06 67,98 A 10 13/12/2013 Ibuprofen 400 mg tablet ,05 70, /11/2013 Captopril 25 mg tablet ,01 72, /07/2013 Retinol IU kapsul ,58 73,62 13 Obat Batuk Hitam /12/2013 cairan botol ,46 75,08 14 Metformin HCl /10/2013 mg tablet ,37 76, /03/2013 Antasida DOEN tablet ,23 77, /09/2013 Garam Oralit 200 ml 4000 sak ,19 78,87 17 Parasetamol sirup /08/2013 mg/5 ml botol ,14 80,02 18 Gliseril Guaiacolat /11/ mg tablet ,08 81,09 19 Natrium diklofenak /03/2013 mg tab tablet ,98 82,08 20 Serum ATS inj /09/2013 IU/amp ampul ,92 82,99 21 Klorfeniramin Maleat /01/2013 tab. 4 mg tablet ,82 83,81 22 Vaksin DPT-HB /10/2013 Combo dosis ,71 84,52 23 Kloramfenikol tetes /09/2013 mata 0,5% botol ,66 85, /11/2013 Etil Klorida semprot 10 botol ,64 85, /08/2013 Alopurinol 100 mg 5900 tablet ,62 86,44 B 26 16/09/2013 Asiklovir tab. 400 mg 2000 tablet ,59 87, /01/2013 Mikonazol krim 230 tube ,58 87, /04/2013 Tablet Kalium 300 tablet ,57 88,17 Hidrokortison krim 2, /01/2013 % tube ,54 88, /08/2013 Ranitidin 150 mg 3900 tablet ,51 89,21 Amoksisilin sirup /07/2013 kering 125mg/5ml botol ,49 89, /11/2013 Vaksin HB Uniject 30 dosis ,44 90,13 Kalsium Laktat tab /04/ mg tablet ,44 90,57

75 /03/2013 Siprofloksasin 500 mg 2000 tablet ,44 91,00 Antibakteri DOEN /03/2013 salep Basitrasin tube ,41 91, /05/2013 Nifedipine 10 mg 3500 tablet ,38 91, /09/2013 Kloramfenikol t.t. 3% 85 botol ,38 92,18 Hidroklorotiazida /06/2013 mg. tablet ,35 92, /06/2013 Etanol 70 % 1000 ml 17 botol ,33 92, /01/2013 Haloperidol 1,5 mg tablet ,32 93,19 41 Kloramfenikol salep /05/2013 mata 1% tube ,28 93,47 42 Thiamin HCl tab /01/2013 mg tablet ,26 93,72 43 Anti haemoroid doen /03/2013 komb. sup ,25 93,97 44 Betametason krim /11/2013 0,1% tube ,24 94, /12/2013 Domperidon Syrup 30 botol ,23 94, /06/2013 Bisacodyl suppo 5 mg 18 sup ,22 94, /11/2013 Eritromisin 500 mg 300 kaplet ,22 94, /02/2013 Fenol gliserol TT 10% 210 botol ,22 95,10 49 Triheksifenidil HCl /12/2013 tab. 2 mg tablet ,22 95,32 50 Klorpromazin HCl /09/2013 Sal. 100 mg. tablet ,21 95,53 51 Perak Sulfadiazin /08/2013 gr tube ,20 95, /07/2013 Vitamin B komplek tablet ,20 95, /05/2013 Salisil bedak 2% 215 kotak ,20 96, /07/2013 Retinol IU 800 kapsul ,20 96, /11/2013 Salbutamol 2 mg tablet ,18 96,51 Dekstrometorfan HBr /01/2013 tab. 15 mg tablet ,18 96, /09/2013 Vaksin Campak 100 dosis ,18 96,88 58 Asiklovir krim 5% /06/2013 gram tube ,16 97,04 59 Dekstrometorfan HBr 70 17/10/2013 sirup botol ,16 97,20 60 Lidokain kompositum /05/2013 injeksi ampul ,15 97,35 61 Ethambutol tab /04/2013 mg tablet ,14 97, /11/2013 Glibenklamid 5 mg 2600 tablet ,14 97,63 C 63 19/08/2013 Kotrimoksazol dewasa 1000 tablet ,13 97,77 Asam Askorbat/Vit. C /03/ mg tablet ,13 97, /07/2013 Framisetin 12 lembar ,13 98, /06/2013 Salep 2-4 kombinasi 95 pot ,13 98,16 Deksametason tab. 0, /12/2013 mg tablet ,13 98, /04/2013 Simvastatin tab.10 mg 630 tablet ,13 98,41 Anti fungi /12/2013 doen/whitefield pot ,11 98,52 Kloramfenikol kapsul 70 17/10/ mg kapsul ,11 98,63

76 /02/ /12/2013 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg Oksitetrasiklin HCl salep mata 1% tablet ,11 98,74 tube ,10 98, /11/2013 Vaksin - TT 100 dosis ,10 98,93 74 Metoklorpropamide /10/2013 tab. 10 mg tablet ,09 99,02 75 Kotrimoksazol 30 18/03/2013 suspensi botol ,09 99, /04/2013 Isoniazida 300 mg tablet ,08 99, /03/2013 Larutan hipokloride 7 botol ,08 99, /11/2013 Piridoksin 10 mg tablet ,08 99, /02/2013 Aminofilin 200 mg 800 tablet ,07 99, /05/2013 Antalgin tab. 500 mg 700 tablet ,07 99,48 Sulfasetamid Na. Tm /12/ % botol ,06 99, /05/2013 Dimenhidrinat 600 tablet ,05 99,60 83 Fitomenadion Sal /09/2013 mg. tablet ,05 99,64 84 Pirantel Pamoat tab /10/ mg tablet ,04 99,69 85 Nistatin Vaginal /09/ IU tablet ,04 99,73 86 Natrium Klorida lar. 9 13/02/2013 infus 0,9% botol ,04 99, /04/2013 Furosemida tab. 40 mg 400 tablet ,03 99, /04/2013 Prednison 5 mg tablet ,03 99,83 89 Anti migrain /12/2013 doen/ergotamin tablet ,03 99,86 90 Gemfibrozil 300 mg /12/2013 tab tablet ,03 99,89 91 Deksametason inj /08/2013 mg. ml. ampul ,02 99,91 92 Griseofulvin 125 mg /01/2013 micro. tablet ,02 99, /12/2013 Ambroxol 30 mg tab 200 tablet ,02 99,94 Ringer Laktat lar /05/2013 infus 500 ml botol ,01 99, /12/2013 Efedrin tab. 25 mg 250 tablet ,01 99, /01/2013 Metronidazol 250 mg 100 tablet ,01 99,98 97 Haloperidol tab /08/2013 mg. tablet ,01 99,98 98 Oksitosin injeksi /06/2013 IU/ml-1 ml. ampul ,00 99,99 99 Diazepam inj. 5 mg/ml 2 13/12/ ml ampul ,00 99, Gentian Violet larutan 10 13/02/ % botol ,00 100, Epinefrin HCl/bitartrat 4 12/07/2013 inj. 0.1% ampul ,00 100, /12/2013 Vaksin - ADS 0.5 ml 700 pcs 0 0 0,00 100, /09/2013 Vaksin - ADS 5 ml 100 pcs 0 0 0,00 100, /11/2013 Vaksin - Pelarut BCG 400 dosis 0 0 0,00 100,00 Vaksin - Pelarut /09/2013 Campak dosis 0 0 0,00 100,00 Total

77 61 Lampiran 4. Laporan Pengambilan Obat Puskesmas Tempel I Tahun 2014 No. Tanggal Nama Obat Satuan Jumlah Harga Nilai Persen (%) Persen Kumulatif (%) 0 Kategori 1 12/03/2014 Vaksin Polio (IPV) dosis ,64 17, /07/2014 Hemafort tab salut tablet ,76 30,40 Vaksin DPT-HB-HIB 3 15/10/2014 (Pentavalen) dosis ,10 40, /09/2014 Amoksisilin 500 mg kaplet ,47 47, /07/2014 Parasetamol 500 mg tablet ,94 53, /09/2014 Vaksin - ADS 0.5 ml pcs ,17 59, /08/2014 Vaksin Campak dosis ,33 61, /09/2014 OAT FDC Kat. I paket ,21 63, /03/2014 Vaksin BCG dosis ,72 65, /10/2014 Vaksin HB Uniject dosis ,54 66, /07/2014 Retinol IU kapsul ,51 68, /02/2014 Ibuprofen 400 mg. tablet ,42 69,80 A 13 14/03/2014 Zinc tab. 20 mg tablet ,39 71, /05/2014 Vitamin B komplek tablet ,27 72, /10/2014 Vaksin - Td dosis ,21 73,67 16 Metformin HCl /03/2014 mg tablet ,18 74,86 17 Natrium diklofenak 50 15/01/2014 mg tab tablet ,17 76,02 18 Medroksi progesteron 04/07/2014 asetat inj depo 150 mg vial ,11 77, /02/2014 Captopril 25 mg tablet ,10 78, /11/2014 Antasida DOEN tablet ,03 79,27 21 Obat Batuk Hitam 14/08/2014 cairan botol ,90 80,16 22 Gliseril Guaiacolat 16/05/ mg tablet ,72 80,88 23 Parasetamol sirup /10/2014 mg/5 ml botol ,71 81,60 24 Serum ATS inj /01/2014 IU/amp ampul ,71 82, /03/2014 Ranitidin 150 mg tablet ,70 83, /04/2014 Ambroxol 30 mg tab tablet ,68 83, /05/2014 Etil Klorida semprot botol ,67 84,36 B 28 27/10/2014 Vaksin Jerap DT dosis ,67 85,03 29 Kloramfenikol tetes 12/12/2014 mata 0,5% botol ,63 85,66 30 Klorfeniramin Maleat 16/05/2014 tab. 4 mg tablet ,57 86, /05/2014 Garam Oralit 200 ml sak ,56 86, /07/2014 Mikonazol krim tube ,53 87, /06/2014 Vaksin - ADS 0.05 ml pcs ,51 87,83

78 /03/2014 Alopurinol 100 mg tablet ,49 88,31 35 Amoksisilin sirup 15/01/2014 kering 125mg/5ml botol ,47 88,78 36 Perak Sulfadiazin 35 13/11/2014 gr tube ,44 89,22 37 Thiamin HCl tab /11/2014 mg tablet ,42 89, /12/2014 Amlodipin 10 mg tablet ,41 90, /01/2014 Haloperidol 1,5 mg. tablet ,39 90, /01/2014 Bisacodyl suppo 5 mg sup ,38 90, /11/2014 Vaksin - ADS 5 ml pcs ,37 91,20 Hidroklorotiazida /11/2014 mg. tablet ,37 91, /08/2014 Siprofloksasin 500 mg tablet ,36 91,93 44 Hidrokortison krim 2,5 13/11/2014 % tube ,34 92,27 45 Lidokain kompositum 12/12/2014 injeksi ampul ,34 92,61 46 Kalsium Laktat tab. 11/04/ mg tablet ,32 92, /07/2014 Vaksin - TT dosis ,31 93, /01/2014 Nifedipine 10 mg tablet ,31 93,54 Antibakteri DOEN 49 13/11/2014 salep Basitrasin tube ,27 93, /04/2014 Fenol gliserol TT 10% botol ,27 94,08 51 Klorpromazin HCl 12/12/2014 Sal. 100 mg. tablet ,27 94,35 52 Betametason krim 13/10/2014 0,1% tube ,27 94, /01/2014 Pil KB kombinasi blister ,25 94,87 Triheksifenidil HCl 54 13/10/2014 tab. 2 mg tablet ,25 95, /02/2014 Braito TM botol ,21 95, /01/2014 Framisetin lembar ,21 95, /06/2014 Salbutamol 2 mg. tablet ,20 95,73 Asam Askorbat/Vit. C 58 16/05/ mg tablet ,19 95, /03/2014 Eritromisin 500 mg kaplet ,18 96, /06/2014 Etanol 70 % 1000 ml botol ,18 96,27 Metoklorpropamide 61 16/05/2014 tab. 10 mg tablet ,17 96, /10/2014 Asiklovir tab. 400 mg tablet ,17 96,61 C 63 11/06/2014 Salisil bedak 2% kotak ,16 96, /02/2014 Domperidon Syrup botol ,16 96,93 65 Deksametason tab. 0,5 11/06/2014 mg tablet ,16 97,09 66 Asiklovir krim 5% 5 04/07/2014 gram tube ,15 97,24 67 Anti haemoroid doen 14/08/2014 komb. sup ,15 97, /11/2014 Tablet Kalium tablet ,14 97, /12/2014 Omeprazole 20 mg tablet ,13 97,67 Kloramfenikol salep 70 16/05/2014 mata 1% tube ,13 97,80

79 /09/ /03/ /01/2014 Yodium Povidon 10% 300 ml Dekstrometorfan HBr tab. 15 mg Sulfasetamid Na. Tm. 15 % Botol ,12 97,92 Tablet ,11 98,03 Botol ,10 98, /07/2014 Retinol IU Kapsul ,10 98, /08/2014 Anti fungi doen/whitefield pot ,10 98, /03/2014 Salep 2-4 kombinasi pot ,10 98, /05/2014 Kotrimoksazol dewasa tablet ,09 98,52 Asam mefenamat /08/2014 mg kaplet ,08 98, /05/2014 Glibenklamid 5 mg tablet ,08 98,68 Oksitetrasiklin HCl 80 11/09/2014 salep mata 1% tube ,08 98, /05/2014 Kloramfenikol t.t. 3% botol ,08 98,84 Permetrin krim 5% 82 11/09/2014 (Scabimite) tube ,08 98, /02/2014 Piridoksin 10 mg tablet ,07 98, /01/2014 Eugenol cairan botol ,07 99, /02/2014 Polikresulen (Albutil larutan) botol ,07 99, /11/2014 Rifampisin kapsul 300 mg. kapsul ,07 99, /03/2014 Dimenhidrinat tablet ,06 99, /04/2014 Salbutamol Nebules ampul ,06 99,31 89 Kloramfenikol kapsul 14/02/ mg kapsul ,06 99,37 90 Anti migrain 15/01/2014 doen/ergotamin tablet ,06 99, /12/2014 Glimepiride tab 1 mg tablet ,05 99, /08/2014 Zinc Syr 20 mg/5 ml botol ,05 99, /09/2014 Simvastatin tab.10 mg tablet ,05 99, /10/2014 Loratadine 10 mg tablet ,04 99, /06/2014 Diazepam rectal 5 mg tube ,04 99,66 96 Kotrimoksazol 11/09/2014 suspensi botol ,03 99,69 97 Salbutamol serb.inh 11/09/ mcg/kaps kapsul ,03 99, /09/2014 Salbutamol Rotahaler pcs ,03 99,75 99 Griseofulvin 125 mg. 16/05/2014 micro. tablet ,03 99, Domperidon tablet 10 13/11/2014 mg tablet ,02 99, Gemfibrozil 300 mg 11/09/2014 tab tablet ,02 99, /09/2014 Ketokonazole 200 mg tablet ,02 99,84 Nistatin Vaginal /05/ IU tablet ,02 99, /04/2014 Aminofilin 200 mg tablet ,02 99, /09/2014 Pirazinamida 500 mg tablet ,02 99,90 Gentian Violet larutan /12/ % botol ,02 99, /11/2014 Metronidazol 500 mg tablet ,01 99,92

80 /11/2014 Furosemida tab. 40 mg tablet ,01 99, Diazepam Rectal 10 12/12/2014 mg/2.5 ml tube ,01 99, Ringer Laktat lar. 16/05/2014 infus 500 ml botol ,01 99, Pirantel Pamoat tab. 13/10/ mg tablet ,01 99, Epinefrin HCl/bitartrat 11/06/2014 inj. 0.1% ampul ,01 99, /06/2014 Aqua pro inj. 25 ml botol ,01 99, Dekstrometorfan HBr 16/05/2014 sirup botol ,00 99, Natrium Klorida lar. 14/08/2014 infus 0,9% botol ,00 99, Ranitidin inj 25 16/05/2014 mg/2ml ampul ,00 99, Etakridin lar. 0.1% 11/06/ ml. botol ,00 100, Magnesium sulfat inj. 16/05/ % ampul ,00 100, Metoklopramide inj. 5 16/05/2014 mg/ml ampul ,00 100, Magnesium sulfat inj. 16/05/ % ampul ,00 100, /09/2014 Vaksin - Pelarut BCG dosis ,00 100,00 Vaksin - Pelarut /08/2014 Campak dosis ,00 100,00 Total

81 65 Lampiran 5. Analisis VEN Tahun 2013 oleh dokter umum Puskesmas Sleman No Nama Obat Kategori V E N 1 Deksametason tab. 0,5 mg 2 Hemafort tab salut 3 Vaksin BCG 4 Vaksin Polio (IPV) 5 Amoksisilin 500 mg 6 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) 7 Parasetamol 500 mg 8 Captopril 25 mg 9 OAT FDC Kat. I 10 Tablet Kalium 11 Parasetamol sirup 120 mg/5 ml 12 Serum ATS inj IU/amp 13 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg 14 Natrium diklofenak 50 mg tab 15 Vaksin HB Uniject 16 Metformin HCl 500 mg 17 OAT FDC Kat. II 18 Amoksisilin sirup kering 125mg/5ml 19 Retinol IU 20 Ibuprofen 400 mg. 21 Vaksin - ADS 0.5 ml 22 Zinc tab. 20 mg 23 Garam Oralit 200 ml 24 Domperidon Syrup Analisis VEN Tahun 2014 oleh dokter umum Puskesmas Sleman No Nama Obat Kategori V E N 1 Vaksin Polio (IPV) 2 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) 3 Vaksin BCG 4 Hemafort tab salut 5 Amoksisilin 500 mg 6 Vaksin - ADS 0.5 ml 7 Parasetamol 500 mg 8 OAT FDC Kat. I 9 Vaksin HB Uniject 10 Tablet Kalium

82 66 11 Kotrimoksazol dewasa 12 Vaksin Campak 13 Ibuprofen 400 mg. 14 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg 15 Serum ATS inj IU/amp 16 Retinol IU 17 Captopril 25 mg 18 Natrium diklofenak 50 mg tab 19 Metformin HCl 500 mg 20 Vaksin - Td Lampiran 6. Analisis VEN Tahun 2013 oleh Kepala UPT POAK Sleman Yogyakarta No Nama Obat Kategori V E N 1 Deksametason tab. 0,5 mg 2 Hemafort tab salut 3 Vaksin BCG 4 Vaksin Polio (IPV) 5 Amoksisilin 500 mg 6 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) 7 Parasetamol 500 mg 8 Captopril 25 mg 9 OAT FDC Kat. I 10 Tablet Kalium 11 Parasetamol sirup 120 mg/5 ml 12 Serum ATS inj IU/amp 13 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg 14 Natrium diklofenak 50 mg tab 15 Vaksin HB Uniject 16 Metformin HCl 500 mg 17 OAT FDC Kat. II 18 Amoksisilin sirup kering 125mg/5ml 19 Retinol IU 20 Ibuprofen 400 mg. 21 Vaksin - ADS 0.5 ml 22 Zinc tab. 20 mg 23 Garam Oralit 200 ml 24 Domperidon Syrup

83 67 Lampiran 7. Analisis VEN Tahun 2014 oleh Kepala UPT POAK Sleman Yogyakarta No Nama Obat Kategori V E N 1 Vaksin Polio (IPV) 2 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) 3 Vaksin BCG 4 Hemafort tab salut 5 Amoksisilin 500 mg 6 Vaksin - ADS 0.5 ml 7 Parasetamol 500 mg 8 OAT FDC Kat. I 9 Vaksin HB Uniject 10 Tablet Kalium 11 Kotrimoksazol dewasa 12 Vaksin Campak 13 Ibuprofen 400 mg. 14 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg 15 Serum ATS inj IU/amp 16 Retinol IU 17 Captopril 25 mg 18 Natrium diklofenak 50 mg tab 19 Metformin HCl 500 mg 20 Vaksin - Td

84 68 Lampiran 8. Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang diterima dari Puskesmas Sleman ke UPT POAK Sleman tahun 2013 No Nama Obat Satuan 2013 Permintaan Pemberian 1 Deksametason tab. 0,5 mg dosis ,3 2 Hemafort tab salut tablet ,4 3 Vaksin BCG dosis ,3 4 Vaksin Polio (IPV) kaplet ,1 5 Amoksisilin 500 mg tablet ,3 6 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) pcs Parasetamol 500 mg dosis ,5 8 Captopril 25 mg paket OAT FDC Kat. I dosis ,7 10 Tablet Kalium dosis ,2 11 Parasetamol sirup 120 mg/5 ml kapsul ,7 12 Serum ATS inj IU/amp tablet ,9 13 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg tablet ,4 14 Natrium diklofenak 50 mg tab tablet ,9 15 Vaksin HB Uniject dosis ,9 16 Metformin HCl 500 mg tablet ,3 17 OAT FDC Kat. II tablet Amoksisilin sirup kering 125mg/5ml vial ,7 19 Retinol IU tablet Ibuprofen 400 mg tablet ,5 21 Vaksin - ADS 0.5 ml pcs Zinc tab. 20 mg tablet ,6 23 Garam Oralit 200 ml sak ,4 24 Domperidon Syrup botol ,8 Rata-rata % 93,2 % Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang diterima dari Puskesmas Sleman ke UPT POAK Sleman tahun 2014 No Nama Obat Satuan 2014 Permintaan Pemberian 1 Vaksin Polio (IPV) Pcs ,7 2 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) Pcs ,9 3 Vaksin BCG Pcs %

85 69 4 Hemafort tab salut Tablet Amoksisilin 500 mg Kaplet ,3 6 Vaksin - ADS 0.5 ml Pcs ,9 7 Parasetamol 500 mg Tablet ,6 8 OAT FDC Kat. I Paket ,1 9 Vaksin HB Uniject Pcs ,3 10 Tablet Kalium Tablet ,4 11 Kotrimoksazol dewasa 480mg Tablet ,4 12 Vaksin Campak Pcs Ibuprofen 400 mg. Tablet ,9 14 Hyosine N Butilbromide tab 10 mg Tablet ,3 15 Serum ATS inj IU/amp Vial ,3 16 Retinol IU Kapsul Captopril 25 mg Tablet ,6 18 Natrium diklofenak 50 mg tab Tablet ,2 19 Metformin HCl 500 mg Kaplet ,1 20 Vaksin - Td Pcs Rata-rata % 91,8 Lampiran 9. Analisis VEN Tahun 2013 oleh Dokter Umum Puskesmas Tempel I No Nama Obat Kategori 1 Hemafort tab salut V E N 2 Vaksin Polio (IPV) 3 Amoksisilin 500 mg 4 Parasetamol 500 mg 5 Vaksin BCG 6 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) 7 OAT FDC Kat. I 8 Medroksi progesteron asetat inj depo 150 mg 9 Zinc tab. 20 mg 10 Ibuprofen 400 mg. 11 Captopril 25 mg 12 Retinol IU 13 Obat Batuk Hitam cairan 14 Metformin HCl 500 mg 15 Antasida DOEN 16 Garam Oralit 200 ml

86 70 Lampiran 10. Analisis VEN Tahun 2014 oleh Dokter Umum Puskesmas Tempel I No. Nama Obat Kategori V E N 1 Vaksin Polio (IPV) 2 Hemafort tab salut 3 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) 4 Amoksisilin 500 mg 5 Parasetamol 500 mg 6 Vaksin - ADS 0.5 ml 7 Vaksin Campak 8 OAT FDC Kat. I 9 Vaksin BCG 10 Vaksin HB Uniject 11 Retinol IU 12 Ibuprofen 400 mg. 13 Zinc tab. 20 mg 14 Vitamin B komplek 15 Vaksin - Td 16 Metformin HCl 500 mg 17 Natrium diklofenak 50 mg tab 18 Medroksi progesteron asetat inj depo 150 mg 19 Captopril 25 mg 20 Antasida DOEN

87 71 Lampiran 11. Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang diterima dari Puskesmas Tempel I ke UPT POAK Sleman tahun 2013 No Nama Obat Satuan 2013 Permintaan Pemberian 1 Hemafort tab salut tablet ,1 2 Vaksin Polio (IPV) dosis ,1 3 Amoksisilin 500 mg kaplet ,6 4 Parasetamol 500 mg tablet ,2 5 Vaksin BCG dosis Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) dosis OAT FDC Kat. I paket Medroksi progesteron asetat inj depo 150 mg vial Zinc tab. 20 mg tablet ,6 10 Ibuprofen 400 mg. tablet ,4 11 Captopril 25 mg tablet ,8 12 Retinol IU kapsul Obat Batuk Hitam cairan botol ,9 14 Metformin HCl 500 mg tablet ,2 15 Antasida DOEN tablet ,1 16 Garam Oralit 200 ml sak ,9 Rata-rata % 89,1 Kesesuaian jumlah permintaan obat yang diminta dan jumlah yang diterima dari Puskesmas Tempel I ke UPT POAK Sleman tahun 2014 % No Nama Obat Satuan 2014 Permintaan Pemberian 1 Vaksin Polio (IPV) dosis ,8 2 Hemafort tab salut tablet ,5 3 Vaksin DPT-HB-HIB (Pentavalen) dosis Amoksisilin 500 mg kaplet ,1 5 Parasetamol 500 mg tablet ,7 6 Vaksin - ADS 0.5 ml pcs ,3 7 Vaksin Campak dosis OAT FDC Kat. I paket Vaksin BCG dosis ,3 %

88 72 10 Vaksin HB Uniject dosis Retinol IU kapsul Ibuprofen 400 mg. tablet ,6 13 Zinc tab. 20 mg tablet ,7 14 Vitamin B komplek tablet ,1 15 Vaksin - Td dosis Metformin HCl 500 mg tablet ,3 17 Natrium diklofenak 50 mg tab tablet ,8 18 Medroksi progesteron asetat inj depo 150 mg vial Captopril 25 mg tablet ,9 20 Antasida DOEN tablet ,5 Rata-rata % 91,8

89 73 Lampiran 12. Daftar 10 Penyakit Terbesar Tahun 2013 di Puskesmas Sleman No. Kode Nama Penyakit Jumlah pasien % 1 J00 Commond cold ,24 2 I10 Hipertensi ,62 3 M62 Gangguan lain pada jaringan otot ,53 4 J06 Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,41 5 K04 Penyakit jaringan pulpa dan periapikal ,599 6 K30 Dispepsia ,015 7 R51 Sakit Kepala ,041 8 E11 Diabetes Melitus ,868 9 J02 Faringitis akut , R50 Demam tanpa sebab , Daftar 10 Penyakit Terbesar Tahun 2014 di Puskesmas Sleman No. Kode Nama Penyakit Jumlah pasien % 1 J00 Commond cold ,441 2 I10 Hipertensi ,608 3 M62 Myalgia ,657 4 J06 Infeksi Saluran Pernafasan Akut ,693 5 K04 Penyakit jaringan pulpa dan periapikal , J02 Faringitis akut , K30 Dispepsia , R51 Sakit Kepala , R50 Demam tanpa sebab , E11 Diabetes Melitus ,

90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Lampiran 13. Contoh Form LPLPO Puskesmas Tempel I

91 75 Lampiran. 14 PANDUAN PERTANYAAN 1. Dari daftar tersebut, dapatkah Ibu/Bapak menggolongkan mana obat vital, esensial, dan non esensial? 2. Berikan alasan mengapa Ibu/Bapak mengelompokkan hal ini?

92 76 BIOGRAFI PENULIS Megasari Delfia, dilahirkan di Kota Cirebon pada tanggal 13 Agustus Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ferdiyanto dan Ibu Lina Herlina. Penulis menempuh pendidikan di SDN Kartini I Cirebon ( ), SMPN 5 Cirebon ( ), SMAN 6 Cirebon ( ) dan saat ini sedang melanjutkan jenjang perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan perguruan tinggi, penulis terlibat dalam beberapa Kepanitiaan dalam kegiatan Desa Mitra, Kepanitian ISMAFARSI dalam kegiatan Kampanye Informasi Obat Healthy For Beauty dan beberapa seminar yang diadakan di Universitas Sanata Dharma. Pengalaman kerja yang pernah dilakukan selama berjalannya perkuliahan diantaranya sebagai Shopkeeper di Slackers selama dua tahun ( ), SPG Rown di The Parade 5 dan Kickfest Yogyakarta (2015), SPG Throox di Showcase JEC Yogyakarta (2015), SPG Rown di Showcase JEC Yogyakarta (2016), dan sampai sekarang Admin Basicleaner ( ).

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013 Analisis Perencanaan Obat Jamkesmas dengan Metode Kombinasi ABC dan VEN di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 The Analysis of Jamkesmas Drug Planning

Lebih terperinci

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS TUGAS DRUGS MANAGEMENT MAKALAH MEMAHAMI KUALITAS OBAT DAN DRUG ASSURANCE PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS R Faris Mukmin Kalijogo C2C016007 PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS JENDRAL

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A. DWI UTAMI NUGRAHANI 25010112130349 NAFTANI CHANDRA DINI 25010112140350 AISYAH 25010112140351 RIZQI MUFIDAH 25010112130352 MUTIA FARIDA A. 25010112140353 KANTHI HIDAYAHSTI 25010112140354 DEFINISI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif dengan desain penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat retrospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat di rumah sakit dapat menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit memiliki fungsi pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan dan asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan bagian penting dalam rangka pembangunan nasional. Dalam Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN Vionita Martini Mumek 1), Gayatri Citraningtyas 1), Paulina V.Y. Yamlean 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu pelayanan yang penting dalam pelayanan penunjang medis yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya instalasi yang mengelola perbekalan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Poliklinik LP Kelas II A Narkotika mempunyai SDM untuk operasional Poliklinik sebanyak 13 orang yaitu 3 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, dan 8 orang

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS Yohan Wahyudhi Eghva Garilda O.V. Dhien Setiani Nurfitriyani Him Ahmath Ria Widyaswari Warantia Citta C.P. Arifin Santoso Feolistin M.P. FA/7514

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik lokasi penelitian Kota Solok merupakan salah satu kota dari 19 kabupaten kota yang ada di Provinsi Sumatera barat. Kota Solok memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan / BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan / atau spesialistik serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Kebijakan Obat dan Pelayanan Kesehatan Menurut Kemenkes RI (2006), Obat adalah bahan atau paduan bahanbahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyedilidki

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen logistik obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat yang dikelola secara optimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ANALISIS ABC DI PUSKESMAS COLOMADU II KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR

EVALUASI PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ANALISIS ABC DI PUSKESMAS COLOMADU II KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR EVALUASI PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ANALISIS ABC DI PUSKESMAS COLOMADU II KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh:

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan VOLUME 09 No. 01 Maret 2006 Halaman 19-26 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Artikel Penelitian ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan 2.1.1. Pengertian perencanaan Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi masalah-masalah

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 WAWANCARA Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato URAIAN HASIL WAWANCARA Sistem perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Operasi adalah suatu wilayah manajemen menarik yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah menjadi salah satu kebutuhan dari setiap orang. Informasi merupakan hasil pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1121/MENKES/SK/XII/2008 TANGGAL : 1 DESEMBER 2008 PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN DASAR I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 Muhammad Djatmiko, Eny Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang 39 ABSTRACT Drug management in

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI PUSKEMAS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU - RIAU MANAGEMENT OF MEDICINE IN PUSKESMAS RAMBAH SAMO ROKAN HULU - RIAU Husnawati, Fina Aryani, Azmi Juniati Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa 73 I.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Logistik 2.1.1 Pengertian Manajemen Logistik Menurut Siagian (1997), Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI HERU SASONGKO, S.FARM., APT

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI HERU SASONGKO, S.FARM., APT EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI HERU SASONGKO, S.FARM., APT PERENCANAAN jenis Jumlah waktu Efektif & Efisien Tujuan perencanaan Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Danu Yanuar Ardiansyah NIM

SKRIPSI. Oleh: Danu Yanuar Ardiansyah NIM PENYESUAIAN RENCANA PENGADAAN OBAT BERDASARKAN METODE PARETO (ABC) VEN (VITAL, ESSENSIAL, NON ESSENSIAL) PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PARU JEMBER TAHUN 2012 SKRIPSI Oleh: Danu Yanuar Ardiansyah NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan menjadi hak semua orang. Kesehatan yang dimaksud tidak hanya sekedar sehat secara fisik atau jasmani, tetapi juga secara mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik digunakan pada hewan maupun manusia (Mutschler, 1991), menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik digunakan pada hewan maupun manusia (Mutschler, 1991), menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat adalah sediaan farmasi yang merupakan hasil pencampuran satu atau lebih zat aktif dalam jumlah yang tepat dan berada di dalam satu bentuk sediaan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I PERENCANAAN KEBUTUHAN Proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan bahan medis habis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan setiap penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai kebutuhan. Untuk itu pemerintah telah membentuk Pusat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN

Lebih terperinci

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin : Lampiran 1. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN I. Identitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl KH syafa at No 09 Telp (0333) 844305 Tegalsari KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TEGALSARI NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB 3 KERANGKA PIKIR BAB 3 KERANGKA PIKIR 3.1. Kerangka Pikir Aspek dalam pengelolaan obat publik di instalasi farmasi kabupaten meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan dan pendistribusian

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh: RORI ANJARWATI K 100 050 185 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Rumah Sakit menurut UU RI No.23 Tahun 1992 adalah sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan atau

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Obat di Puskesmas Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya kesehatan dari pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PENGADAAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN

PENGADAAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN PENGADAAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN mi.co.id A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia di Indonesia yang diakui dalam konstitusi UUD 1945. Sebagai perwujudan dari perlindungan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CIBALIUNG JL. Raya Cimanggu- Cibaliung Km. 10 Desa Sukajadi Kab. Pandeglang Pos, 42285 KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS CIBALIUNG Nomor : /PKM-CBL/SK/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Obat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 pasal 1 menjelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013

ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013 ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013 Hesti Krisnaningtyas 1), Fitriana Yuliastuti 2), Tiara Mega Kusuma 3) Email : fitriana.yuliastuti@yahoo.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT TAHUN 2016 UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT TAHUN 2016 UPT PUSKESMAS PABUARAN I. Pendahuluan Puskesmas merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien (patient safety) dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi

Lebih terperinci

SITEM ANALISA PARETO/ANALISIS ABC

SITEM ANALISA PARETO/ANALISIS ABC SITEM ANALISA PARETO/ANALISIS ABC Makna analisis ABC yaitu metode pengelompokan data, berdasar peringkat nilai tertinggi hingga terendah, yang terbagi atas 3 kelompok : A, B dan C. Kelompok A: adalah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, rumah sakit merupakan institusi yang kompleks, dinamis, kompetitif, padat modal dan padat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang: Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK ORAL DAN EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN 75 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Pengelompokkan Analisis ABC Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan data obat antibiotik yang dipakai di apotik Rumah Sakit Pertamina Jaya, data harga obat antibiotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang sangat penting bagi setiap orang. Tanpa adanya kesehatan yang baik, setiap orang akan mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DASAR PENDUDUK KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI. Disusun oleh : Ekawati Sri Wulandari

EVALUASI PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI. Disusun oleh : Ekawati Sri Wulandari EVALUASI PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI DI RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh : Ekawati Sri Wulandari 105010599 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2016 EVALUASI

Lebih terperinci

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015 ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015 Henni Febriawati 1, Riska Yanuarti 2, Rini Puspasari 3 1,2,3 Fakultas

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT

KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT KERANGKA ACUAN KERJA UNIT OBAT I. PENDAHULUAN Menurut Departemen Kesehatan RI tentang standar Pelayanan Puskesmas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengelolaan obat, indikator efisiensi, Instalasi Farmasi RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara, metode Hanlon

ABSTRAK. Kata kunci: pengelolaan obat, indikator efisiensi, Instalasi Farmasi RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara, metode Hanlon EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DAN STRATEGI PERBAIKAN DENGAN METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2012 Wirdah Wati R., 1 Achmad Fudholi,

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Aditama (2006), bahwa fungsi manajemen pengelolaan obat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Aditama (2006), bahwa fungsi manajemen pengelolaan obat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengelolaan Obat Menurut Aditama (2006), bahwa fungsi manajemen pengelolaan obat membentuk sebuah siklus pengelolaan (1) fungsi perencanaan dan proses penentuan kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan rujukan yang berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta pemeliharaan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah rumah sakit sangat diperlukan oleh masyarakat, oleh karena itu diperlukan upaya kesehatan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang salah satunya adalah kesehatan. Pengertian dari kesehatan tidak hanya sebatas sehat secara jasmani dan rohani, namun sehat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, merupakan suatu unit atau bagian yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS DENGAN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253 - PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) 5892118 PROBOLINGGO 67253 email : puskesmas_wonomerto@probolinggokab.go.id

Lebih terperinci