APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN SISTEM CHARMANT dan DANKAERTZ PADA BERBAGAI BENTUK TUBUH WANITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN SISTEM CHARMANT dan DANKAERTZ PADA BERBAGAI BENTUK TUBUH WANITA"

Transkripsi

1 APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN SISTEM CHARMANT dan DANKAERTZ PADA BERBAGAI BENTUK TUBUH WANITA Endang Prahastuti Dosen Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Abstract: The study was carried out by using quantitative approach. The sampling method which was used was purposive quota random sampling, with the number of sample of 25, with 5 items of body for each category of physical shape. The physical shape of women s body was categorized into five kinds, they were slim and tall, (2) fat and tall, (3) ideal, (4) slim and short, (5) and fat and short. From the anova analysis, it was concluded that (1) there were differences of fitting factor on Charmant s system of women s clothes basic pattern to all women s physical body shape, (2) there were no difference of fitting factor on Dankaertz system of women s clothes basic pattern to all women s physical body shape, (3) there were differences of fitting factor on Charmant s and Dankaertz s system of women s clothes basic pattern regardless the shape of body physique, (4) there were differences of fitting factor on Charmant s and Dankaertz s system of women s clothes basic pattern on various women s physical body shape. The weakness of this research was the sampling method which employed purposive method. Therefore, it is suggested to do further research on this matter using a more comprehensive and broader sampling. Another advice will be for fashion practitioners. If various body shapes are encountered, it is easier to use Dankaertz system, this research also needs to be developed further for other women s clothes basic pattern. ABSTRAK: Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode sampling yang digunakan adalah purposive kuota random sampling, dengan jumlah sampel 25. Tiap kategori bentuk fisik tubuh sebanyak 5 orang. Bentuk-bentuk fisik tubuh wanita dikategorikan atas lima jenis, yaitu berpostur (1) tinggi kurus, (2) tinggi gemuk, (3) ideal, (4) pendek kurus, dan (5) pendek gemuk. Dari analisis anova dua jalur disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan kedudukan Charmant pada berbagai bentuk fisik tubuh wanita (2) Tidak ada perbedaan kedudukan Dankaertz pada berbagai bentuk fisik tubuh wanita. (3) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh. (4) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk berbagai bentuk fisik tubuh wanita. Kelemahan dari penelitian ini adalah pengambilan sampel yang menggunakan metode purposive. Untuk itu disarankan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut dengan pengambilan sampel yang lebih komprehensif dan lebih luas. Saran lain, khusus untuk para praktisi busana, bila dijumpai model dengan berbagai ragam bentuk tubuh, secara mudah disarankan untuk menggunakan sistem Dankaertz. Penelitian ini juga perlu dikembangkan lebih lanjut untuk sistem-sistem pola dasar pakaian wanita yang lain. KATA KUNCI: Pola dasar, Charmant, Dankaertz, Pengepasan. Cara pembuatan pola dasar merupakan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang penting dan mutlak harus dikuasai. Pola dasar pakaian dirancang guna memenuhi keinginan orang yang akan mengembangkannya menjadi pola pakaian. Kecocokan suatu pola dasar pada bentuk tubuh tertentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil pembuatan pakaian. 23

2 24 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :23-29 Terdapat enam sistem pola dasar pakaian wanita yang berlaku universal, dan keenam sistem tersebut juga digunakan di Indonesia, yaitu sistem (1) Meyneke, (2) So-En, (3) Dressmaking, (4) Charmant, (5) Dankaertz, dan (6) Cuppens-Geurs (Sarono, 1989:11-22). Mengingat seluruh sistem pola dasar dikembangkan oleh pakar-pakar busana dari luar Indonesia, dengan ukuran-ukuran tubuh setempat, keenam sistem tersebut jarang sekali yang diterapkan secara murni. Para praktisi pembuat pakaian, melalui pengalaman pribadinya, umumnya mengubah beberapa langkah pembuatan pola dasar suatu sistem tertentu agar sesuai dengan hasil yang diharapkan. Realita di atas lebih diperparah karena minimnya kajian yang bersifat ilmiah terhadap teknologi busana, khususnya terhadap sistemsistem pola dasar pakaian, lebih khusus untuk pakaian wanita. Di Indonesia, penelitian-penelitian tentang teknologi busana amat jarang dilakukan. Untuk skala terbatas, Prahastuti (1990:31) telah menganalisis pola dasar pakaian wanita sistem Meyneke untuk berbagai bentuk tubuh mahasiswa. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ketepatan titik-titik pas (fitting factor) untuk pola tersebut hanya cocok untuk bentuk tubuh gemuk, sedangkan untuk bentuk tubuh kurus dan ideal titik-titik pas tidak tepat berada di bagian yang seharusnya. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Prahastuti, dkk. (2000) terhadap pola dasar sistem So-En dan Dressmaking memberikan kesimpulan yang senada, untuk sistem So-En tidak cocok untuk wanita bertubuh tinggi kurus dan pendek kurus, sedangkan untuk sistem Dressmaking tidak cocok untuk wanita bertubuh pendek gemuk. Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama untuk mendesain suatu sistem pola dasar pakaian yang relatif baru untuk pakaian wanita Indonesia diperlukan masukan-masukan (input) terutama kajian dari keenam sistem tersebut. Berdasarkan hal tersebut, sistem pola dasar Charmant dan Dankaertz, perlu dikaji secara ilmiah dan dianalisis untuk berbagai bentuk fisik tubuh wanita Indonesia. Penelitian terhadap pola dasar pakaian sistem Charmant dan Dankaertz pada berbagai bentuk fisik tubuh wanita, merupakan kelanjutan dari serangkaian penelitian yang telah dikembangkan oleh Prahastuti (1990) dan Prahastuti, dkk. (2000). Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. 1) Apakah ada beda kedudukan ber postur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 2) Apakah ada beda kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 3) Apakah ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh; 4) Apakah ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Dugaan sementara sehubungan dengan masalah tersebut tertuang dalam hipotesis penelitian sebagai berikut: 1) Ada beda kedudukan ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 2) Ada beda kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk; 3) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh; 4) Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk wanita yang ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Sistem Pola Dasar Pakaian Wanita Pola dasar pakaian adalah jiplakan ukuran bentuk tubuh seseorang pada media dua dimensi (Sutantyo, 1989:117). Media yang digunakan umumnya kertas polos atau kertas khusus untuk pembuatan pola pakaian yang dinamakan kertas tela. Berdasarkan pola dasar ini dapat dibuat bermacam-macam model pakaian (pecah model) sesuai dengan keinginan dan ukuran fisik tubuh orang yang diukur. Cara untuk mengkonstruksikan suatu model pakaian, pola dasar dipecahmodelkan sesuai keinginan. Pecah model dari suatu pola dasar dinamakan pola pakaian. Pola

3 Endang Prahastuti, Aplikasi Pola Dasar Pakaian Sistem Charmant Dan Kaertz 25 pakaian inilah yang dijiplakkan pada kain untuk selanjutnya melangkah pada proses pemotongan. Beberapa sistem pola dasar yang menjadi dasar pembuatan pola pakaian wanita di Indonesia adalah (1) Meyneke, (2) So-En, (3) Dressmaking, (4) Charmant, (5) Dankaertz, (6) Cuppens-Geur (Sarono, 1989:11-22). Struktur keenam sistem tersebut mempunyai kerumitankerumitan tersendiri yang bersifat khas. Titik Pas dan Pengepasan Titik pas (fitting factor) adalah suatu lokasi/titik pada pakaian yang menentukan sesuai atau tidaknya sistem pola tersebut untuk bentuk tubuh yang mempergunakannya. Titik-titik pas pola dasar pakaian meliputi (1) kerung leher, (2) kerung lengan, (3) letak bahu, (4) kedudukan kup, (5) lingkar badan (6) lingkar pinggang, dan (7) bagian belakang atau punggung (Kiswani, 1979: ; Lewis, 1960: ; Sarono, 1989:143). Sehubungan dengan titik-titik pas tersebut, pengujian ketepatan penggunaan suatu sistem pola dasar memerlukan proses pengepasan (fitting). Pengepasan adalah memakaikan pola pakaian yang sudah dijahit pada tubuh orang yang diukur untuk mengetahui cocok tidaknya suatu pola dasar pakaian terhadap bentuk tubuh seseorang. Kecocokan diperoleh melalui pemeriksaan terhadap kedudukan titik titik pas pada pakaian yang dipakai.(sutantyo, 1984:143). Bila hasil pemeriksaan sesuai dengan kriteriakriteria yang disyaratkan, dikatakan titik-titik pas tersebut tepat bagi tubuh yang diukur. Kendati ukuran tubuh yang diperlukan telah diukur dengan tepat dan pola dasar pakaian telah dibuat dengan benar, kedudukan titik pas tidak selalu cocok dan sesuai dengan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah sifat spesifik tubuh manusia. Kriteria ketepatan titik-titik pas untuk pengepasan adalah sebagai berikut. Garis kerung leher tempat untuk menjahitkan kerah. Garis ini terletak datar sekeliling pangkal leher. Kedudukan titik pas pada bagian kerung leher dikatakan tepat bila tidak terdapat tarikan-tarikan kain di sekeliling leher. Kedu-dukan titik pas tidak tepat bila kerung leher bergelombang tidak rata. Kedudukan kerung lengan dikatakan tepat bila garis kerung lengan terletak datar pada sekeliling kerung lengan. Pada kerung lengan yang sesak akan terdapat tarikan-tarikan mengikat pada sekelilingnya. Kerung lengan yang kebesaran akan menimbulkan gelombanggelombang yang tidak diinginkan. Kedudukan letak bahu dikatakan tepat bila garis bahu terletak mendatar, mulai dari ujung garis bahu hingga ke pangkal leher menuju ke titik ujung bahu di atas lengan terhenti. Garis bahu tidak boleh tertarik ke atas maupun ke bawah. Letak kedudukan kup dikatakan tepat bila lipit-lipit kup terletak kurang lebih 2,5 cm sebelum puncak dada, dengan arah menuju puncak dada. Bentuk lipit kup tidak pas bila bentuk lipit lup meruncing tajam. Bentuk pakaian yang telah ditambah lipit kup harus dapat mengikuti lekuk badan dengan luwes. Tidak bergelombang dan bahan tidak tertarik di sana-sini. Kedudukan lingkar badan dikatakan tepat bila bagian lebar muka, yaitu garis mendatar yang terletak 4 cm di bawah lekuk leher muka, arah tenun benang terletak mendatar. Longgar sempitnya lingkaran badan diperiksa pada bagian titik dada, yaitu tidak tertekan dan tidak pula bergelombang. Untuk menentukan kelonggaran pola pada badan, Sutantyo (1984:146) memberikan suatu teknik dengan cara mengayunkan lengan dan bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk. Bila saat mengayunkan lengan dan bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk tidak terdapat tekanan pakaian pada dada, kedudukan lingkar badan dikatakan tepat. Kedudukan titik pas pada bagian sisi badan dikatakan tepat bila garis sisi badan terletak lurus dari ketiak hingga ke pinggang. Tidak terdapat tarikan ke atas maupun ke bawah. Tidak pula miring ke depan maupun ke belakang (Sutantyo, 1984:147). Kedudukan bagian belakang atau punggung pola dasar dikatakan tepat bila garis tengah punggung tergantung lurus pada bagian tengah badan. Mulai dari tulang leher hingga ke bawah lurus sampai pada pita pinggang. Panjang punggung terlihat tidak mengembung. Dengan cara meratakan punggung dengan telapak tangan akan diketahui ada tidaknya gelombang pada garis punggung. Kiswani (1979: ) memberikan teknik cara mengepas kedudukan bagian punggung ini dengan cara meratakan punggung dengan telapak tangan. Tangan yang satu meratakan pola pada punggung dari atas ke bawah. Tangan yang lain meratakan pola dari bawah ke atas. Bila kedua tangan bertemu tanpa

4 26 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :23-29 adanya sisi kain yang menyembul berarti letak titik pas bagian punggung dikatakan tepat. Ukuran Fisik Tubuh Wanita Pada dasarnya bentuk tubuh manusia, lelaki maupun wanita, sangat spesifik sifatnya. Berdasarkan beberapa persamaan yang ada dan untuk kepentingan yang lebih luas, bentuk-bentuk fisik tubuh manusia digolongkan atas berbagai dasar dan pandangan. Dalam teknologi busana terdapat beragam standar ukuran-ukuran tubuh dan pakaian. Standarisasi ukuran fisik tubuh wanita, bersifat internasional maupun untuk lokal (Indonesia). Untuk keperluan perdagangan dan pengendalian ukuran pakaian wanita dewasa, Standar Nasional Industri Indonesia (SNI) menglasifikasikan bentuk fisik tubuh wanita dewasa Indonesia atas dua golongan, yaitu bertubuh gemuk dan langsing. Tiap golongan terdiri atas ukuran (1) S (Small), (2) M (Medium), (3) L (Large), dan (4) XL (Extra large). Standarisasi dari Lands End Direct Merchants (tt) yang mengacu pada United States Sizing didasarkan atas ukuran-ukuran. (1) lingkar badan, (2) lingkar pinggang, (3) lingkar pinggul, dan (4) lingkar lengan. Standarisasi yang didasarkan atas penggolongan ukuran-ukuran karakteristik tubuh yang relatif lebih lengkap diberikan oleh So-En (tt) (untuk wanita Asia) dan Aldrich (1982) (untuk wanita Eropa). Berdasarkan berbagai pendapat tentang standarisasi ukuran yang telah diuraikan di atas, bentuk fisik tubuh wanita Indonesia digolongkan atas (1) tinggi kurus (TK), (2) tinggi gemuk (TG), (3) ideal (ID), (4) pendek kurus (PK), dan (5) pendek gemuk (PG). Adapun standar ukurannya diperoleh dengan jalan merangkum berbagai standar yang telah ada (Tabel 1) Tabel 1. Ukuran Fisik Tubuh Wanita Dewasa Karakteristik TK TG ID PK PG Lingkar Badan Lingkar Pinggang , Panjang Punggung METODE Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen tak murni (quasi) dengan model one shot case study, tanpa perlakuan (treatment). Skema model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut. X X 1 Y Y 1 Lambang : X = Sistem pola Charmant sebelum pengepasan. X 1 = Sistem pola Charmant setelah pengepasan. Y = Sistem pola Dankaertz sebelum pengepasan. = Sistem pola Dankaertz setelah pengepasan. Y 1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah para wanita dewasa Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik strata kuota purposive sampling (stratified quota purposive sampling). Strata ditetapkan atas ukuran fisik tubuh yang tidak menyimpang dari salah satu standar yang telah ditetapkan, yaitu (a) tinggi kurus (TK), (b) tinggi gemuk (TG), (c) ideal (ID), pendek kurus (PK) dan pendek gemuk (PG). Tiap strata ukuran fisik tubuh dikuotakan sebanyak 5 orang. Jadi dalam hal ini diperlukan sampel sebanyak 25 orang. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan lamanya pengambilan data, mahasiswa-mahasiswa wanita Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (FT-UM) diprioritaskan untuk dijadikan sampel penelitian. Bila jumlah mahasiswa wanita FT-UM tidak sesuai dengan kuota, prioritas selanjutnya secara berurut (a) staf pengajar dan administrasi FT-UM, (b) staf perpustakaan UM, (c) mahasiswa FIP-UM dan (d) mahasiswa fakultas lain sampai kuota terpenuhi. Pembuatan Instrumen Instrumen dalam penelitian ini berbentuk suatu pola dasar pakaian. Pola dibuat didasarkan atas ukuran fisik tubuh yang diukur. Jelaslah tiap subjek yang diukur akan mempunyai pola sendiri. Meski bentuk fisik maupun ukuran tubuh subjek sama, kemungkinan besar ukuran pola yang dihasilkan berbeda. Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti melalui tim yang terdiri atas lima orang. Lima orang pembuat instrumen merupakan teknisi busana. Agar teracak secara sempurna, masingmasing teknisi membuat instrumen secara proporsional dan seimbang.

5 Endang Prahastuti, Aplikasi Pola Dasar Pakaian Sistem Charmant Dan Kaertz 27 Uji Coba Instrumen Sesuai bentuk instrumen, uji coba instrumen dilakukan untuk menguji kemungkinan-kemungkinan tidak dapatnya dilakukan pengambilan data atau kemungkinan lain yang bersifat teknis. Uji coba dilakukan untuk pola dasar pakaian kedua sistem. Tiap pola diujicobakan pada bentuk tubuh (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Sebagai sampel uji coba, pada tiap bentuk tubuh diambil satu orang. Jadi untuk uji coba instrumen diperlukan lima orang subjek dengan ukuran tubuh yang berbeda-beda. Pengepasan dilakukan melalui tujuh titik pas. Hasil pengukuran atas tiap titik pas diberi nilai 1-3, dengan rincian bila pengepasan (a) cocok, nilai 3, (b) kurang cocok, nilai 2, dan (c) tidak cocok diberi nilai 1. Skor tiap subjek adalah jumlah keseluruhan nilai-nilai yang diperoleh subjek. Analisis Varians Pengujian hipotesis pertama, kedua dan ketiga, yaitu untuk menentukan ketepatan kedudukan titik pas dari masing-masing sistem pola dasar pakaian terhadap berbagai bentuk fisik tubuh dan menentukan ada tidaknya perbedaan antara pola dasar pakaian sistem Charmant dengan Dankaertz, digunakan Anova klasifikasi tunggal (satu jalur). Sedang pengujian hipotesis keempat, yaitu untuk menentukan ada tidaknya perbedaan titik pas antara sistem pola dasar Charmant dengan Dankaertz, dengan memandang adanya perbedaan bentuk fisik tubuh, digunakan Analisis Varians (Anova) klasifikasi ganda. Hasil pengepasan (berupa skor) dikelompokkan (model blok acak lengkap) atas kategori jenis bentuk tubuh. Tabulasi penghitungan Anova terdiri atas 10 sel. Ada empat sumber variasi, dengan sebuah sumber variasi dalam atau sumber variasi kekeliruan. Penghitungan Anova yang dilakukan adalah menghitung jumlah kuadrat (JK), derajat kebebasan (dk), rerata kuadrat (RK) untuk masing-masing sumber variasi: (1) Jenis bentuk tubuh (BT). (2) Sistem pola dasar pakaian (PD). (3) Interaksi bentuk tubuh dengan sistem pola dasar (BT-PD). (4) Dalam/kekeliruan (d). Harga F observasi (F o ) dihitung dengan membagi RK dengan RK d untuk masing-masing sumber variasi. Derajat kebebasan yang digu-nakan untuk melihat tabel harga F (F t ) adalah dk lawan dk d. Uji Fisher (uji F) untuk menyatakan signifikansi diperoleh dengan membandingkan hasil F o dengan F t pada taraf signifikansi 5%. Bila pada uji F ada perbedaan rerata yang signifikan, untuk menentukan letak perbedaannya dilakukan melalui uji Scheffe (uji pasca anova). Seluruh analisis digunakan melalui bantuan program SPSS ver 11.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Hipotesis Hasil F observasi untuk sistem pola dasar pakaian wanita diperoleh nilai F o = 261,558. Nilai F teoretik pada dk = 1 lawan dk d = 40 adalah 4,08. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil F o > F t. Pada tabel di atas nilai probabilitas p < 0,05. Berarti nilai F o dinyatakan signifikan. Hipotesis nihil (H o ) ditolak dan hipotesis alternatif (H a ) diterima. Terdapat perbedaan kedudukan titik pas yang signifikan antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk-bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan (Hipotesis 3), yang berbunyi Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh, diterima. Hasil F diobservasi utuk berbagai bentuk fisik tubuh wanita diperoleh nilai F o = 11,014. Nilai F teoretik pada dk = 4 lawan dk d = 40 adalah 2,61. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil F o > F t. Pada tabel di atas nilai probabilitas p < 0,05. Berarti nilai F o dinyatakan signifikan. Hipotesis nihil (H o ) ditolak dan nilai hipotesis alternatif (H a ) diterima. Terdapat perbedaan kedudukan titik pas yang signifikan antara berbagai bentuk fisik tubuh wanita tanpa memandang sistem pola yang digunakan. Hasil F observasi untuk interaksi antara sistem pola dasar pakaian wanita dengan berbagai bentuk fisik tubuh diperolah nilai F o = 6,420. Nilai F teoretik pada dk = 4 lawan dk d = 40 adalah 2,61. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil F o > F t. Pada tabel di atas nilai probabilitas p < 0,05. Berarti nilai F o dinyatakan signifikan. Hipotesis nihil (H o ) ditolak dan hipotesis

6 28 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :23-29 alternatif (H a ) diterima. Terdapat perbedaan kedudukan titik pas yang signifikan antara sistem pola dasar pakaian wanita dengan berbagai bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan, (Hipotesis 4), yang berbunyi Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk, diterima. Kecocokan Sistem Charmant dengan Dankaertz Dari pengujian hipotesis telah teruji bahwa terdapat perbedaan kedudukan titik pas yang signifikan antara sistem pola dasar pakaian wanita dengan berbagai bentuk fisik tubuh. Hal ini berarti kedudukan titik pas suatu sistem pola dasar pakaian bergantung pada bentuk fisik tubuh. Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji Fisher (uji F). Uji F untuk menyatakan signifikansi diperoleh dengan membandingkan hasil F o (F observasi) dengan F t (F teoretik) pada taraf signifikansi 5% atau dengan batas proporsi kesalahan p = 0,05. Derajat kebebasan yang digunakan untuk melihat tabel F t (Tabel pada Lampiran) adalah dk lawan dk d. Hasil pengujian untuk sistem pola dasar Charmant menunjukan bahwa F observasi untuk sistem pola dasar Charmant terhadap berbagai bentuk fisik tubuh diperoleh nilai F o = 12,470. Nilai F teoretik pada dk=4 lawan dk d = 24 adalah 2,78. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil F o > F t. Pada tabel di atas nilai probabilitas p < 0,05. Berarti nilai F o dinyatakan signifikan. Terdapat perbedaan kedudukan titik pas sistem pola dasar Charmant untuk brbagai bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan (Hipotesis 1) yang berbunyi Ada beda kedudukan ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk, diterima. Selanjutnya untuk menentukan perbedaan kedudukan titik pas untuk berbagai bentuk fisik tubuh dilakukan melalui analisis Scheffe (post hoc Anova). Dari hasil tersebut di atas dibuat tabel hubungan antara titik pas berbagai bentuk fisik tubuh sebagai berikut. Tabel 2. Hubungan Titik Pas Berbagai Bentuk Fisik Tubuh Sistem Charmant TK TG ID PG PK TK TG ID PG PK = Ada perbedaan - = Tidak ada perbedaan. Hasil F observasi untuk sistem pola dasar Dankaertz terhadap berbagai bentuk fisik tubuh diperoleh nilai F o = 1,633. Nilai F teoretik pada dk=4 lawan dk d = 24 adalah 2,78. Konsultasi F observasi yang diperoleh dengan nilai F teoretik diperoleh hasil F o < F t. Pada tabel di atas nilai probabilitas p > 0,05. Berarti nilai F o dinyatakan tidak signifikan. Tidak terdapat perbedaan kedudukan titik pas sistem pola dasar Dankaertz untuk berbagai bentuk fisik tubuh. Dengan demikian hipotesis yang diajukan (Hipotesis 2) yang berbunyi Ada beda kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk, ditolak. Tabel 3. Hubungan Titik Pas Berbagai Bentuk Fisik Tubuh Sistem Dankaertz TK TG ID PG PK TK TG ID PG PK = Ada perbedaan. - = Tidak ada perbedaan. SIMPULAN Dari hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan kedudukan ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Simpulan dari sistem Dankaertz, tidak ada perbedaan kedudukan titik pas pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz pada tubuh wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk.

7 Endang Prahastuti, Aplikasi Pola Dasar Pakaian Sistem Charmant Dan Kaertz 29 Ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dengan pola dasar pakaian wanita sistem Dankaertz, tanpa memandang bentuk fisik tubuh. Dari kedua sistem pola disimpulkan bahwa ada perbedaan kedudukan titik pas antara pola dasar pakaian wanita sistem Charmant dan Dankaertz untuk wanita yang berpostur (a) tinggi kurus, (b) tinggi gemuk, (c) ideal, (d) pendek kurus, dan (e) pendek gemuk. Khusus untuk para praktisi busana, bila dijumpai model dengan berbagai ragam bentuk tubuh, secara mudah disarankan untuk menggunakan sistem Dankaertz. Kelemahan utama penelitian ini adalah pengambilan sampel yang sebagiannya menggunakan metode Purposive. Oleh karena itu disarankan untuk memperdalam penelitian ini melalui pengambilan sampel yang lebih komprehensif dan lebih luas. Penelitian ini juga perlu dikembangkan lebih lanjut untuk sistem-sistem pola dasar pakaian wanita yang lain. Khususnya untuk sistem pola dasar Cuppens-Geurs, yang belum banyak ditelaah para pakar busana. Perlunya standarisasi ukuran fisik tubuh wanita Indonesia. Standarisasi yang dikeluarkan oleh pemerintah masih kurang relevan karena mengacu untuk kepentingan perindustrian dan perdagangan dalam skala internasional. DAFTAR RUJUKAN Departemen Perindustrian Indonesia Standard Industri Indonesia (SII) Jakarta. Kiswani, Sri Tata Busana II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Lewis, D.S Clothing Constrution and Wardrobe Planning. New York: The Macmillan Company. Prahastuti, Endang Analisis Pola Dasar Pakaian Sistem Meyneke pada Berbagai Bentuk Tubuh Mahasiswa. Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang. Prahastuti, Endang dan Rosmawati, Rosanti Busana Wanita Dasar. Malang: IKIP Malang. Prahastuti, Endang; Viani, Anti Asta; Endah P., Nur dan Aini, Nurul Analisis Pola Dasar Pakaian Sistem So-En dan Dressmaking pada Berbagai Bentuk Tubuh Wanita. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Sarono, Herawaty Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita dan Anak. Jilid 1. Jakarta: Karya Utama. Sutantyo, N Tata Busana I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN GAUN BERUKURAN L YANG DIBUAT MENGGUNAKAN POLA MEYNEKE DAN POLA SO-EN

ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN GAUN BERUKURAN L YANG DIBUAT MENGGUNAKAN POLA MEYNEKE DAN POLA SO-EN ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN GAUN BERUKURAN L YANG DIBUAT MENGGUNAKAN POLA MEYNEKE DAN POLA SO-EN Laely Rachmania Nur Endah Purwaningsih Agus Sunandar Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

MODIFIKASI POLA PADA TEKNIK PEMBUATAN BUSANA WANITA PAS BADAN

MODIFIKASI POLA PADA TEKNIK PEMBUATAN BUSANA WANITA PAS BADAN MODIFIKASI POLA PADA TEKNIK PEMBUATAN BUSANA WANITA PAS BADAN Agus Hery Supadmi Irianti Anti Asta Viani Hapsari Kusumawardani Sri Eko Puji Rahayu Dosen Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENYESUAIAN POLA DASAR SISTEM DANCKAERTS PADA WANITA BERTUBUH GEMUK PENDEK

PENYESUAIAN POLA DASAR SISTEM DANCKAERTS PADA WANITA BERTUBUH GEMUK PENDEK Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kelemahan yang terdapat pada pola dasar sistem Danckaerts pada wanita bertubuh gemuk pendek, Cara memperbaiki kelemahan pola dasar sistem Danckaerts

Lebih terperinci

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR Busana mempunyai hubungan yang erat dengan manusia, karena menjadi salah satu kebutuhan utamanya. Sejak jaman dahulu, dalam kehidupan sehari hari manusia tidak bisa dipisahkan

Lebih terperinci

TINGKAT KESULITAN PEMBUATAN GAUN PAS BADAN

TINGKAT KESULITAN PEMBUATAN GAUN PAS BADAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 36, NO. 2, SEPTEMBER 2013:205 216 TINGKAT KESULITAN PEMBUATAN GAUN PAS BADAN Agus Hery Supadmi Irianti Ardiani Hernawati Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

KESESUAIAN POLA DASAR LUCIA MORS DE CASTRO PADA BENTUK TUBUH WANITA IDEAL RIRI AGUSTI

KESESUAIAN POLA DASAR LUCIA MORS DE CASTRO PADA BENTUK TUBUH WANITA IDEAL RIRI AGUSTI KESESUAIAN POLA DASAR LUCIA MORS DE CASTRO PADA BENTUK TUBUH WANITA IDEAL RIRI AGUSTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati

ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati ANALISIS POLA BUSANA Oleh: As-as Setiawati CARA MENGUKUR BADAN Ketepatan suatu pola dasar ditentukan oleh cara mengukur badan yang tepat. Pola dasar yang baik berarti cara mengambil ukurannya tepat dan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Keterampilan, Menjahit, Nilai, Konstruksi Busana

Kata Kunci: Keterampilan, Menjahit, Nilai, Konstruksi Busana HUBUNGAN KETERAMPILAN MENJAHIT DENGAN NILAI MATA KULIAH KONSTRUKSI BUSANA WANITA PADA MAHASISWA TATA BUSANA PKK FKIP UNSYIAH Nurul Shoumi 1), Rosmala Dewi, Nurhayati. Sy 2) Program Studi Pendidikan Kesejahteraan

Lebih terperinci

100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR

100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR 100 SOAL TES PRESTASI BELAJAR Satuan Pendidikan Kompetensi Keahlian Mata Diklat Kelas/Semester : SMK N 6 Palembang : Tata Busana : Membuat Pola : X.XI/XII Busana Tahun Pelajaran : 2011 20112 Jumlah Soal

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil

ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran Kelas/Semester Waktu : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil : XII/I : 45 menit A. Pilihlahlah jawaban di bawah ini yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ANALISIS MODEL BUSANA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ANALISIS MODEL BUSANA ANALISIS MODEL BUSANA Oleh : Dra. As-as Setiawati, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN FITTING FACTOR ANTARA POLA SONNY DAN POLA PRAKTIS PADA JAS WANITA

ANALISIS PERBEDAAN FITTING FACTOR ANTARA POLA SONNY DAN POLA PRAKTIS PADA JAS WANITA 92 Jurnal Mekom ANALISIS PERBEDAAN FITTING FACTOR ANTARA POLA SONNY DAN POLA PRAKTIS PADA JAS WANITA Irmayanti Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar E-mail: irmayanti@unm.ac.id Abstrak Busana memiliki

Lebih terperinci

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd

LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA. Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd LEMBARAN TUGAS, JOBSHEET DAN PANDUAN EVALUASI BELAJAR PRAKTIK KONSTRUKSI POLA BUSANA Oleh: Dra. Haswita Syafri, M.Pd JlhJRUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oktober,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MEMBUAT POLA BUSANA WANITA PADA MAHASISWA JURUSAN PKK FT UNM

SEMINAR NASIONAL IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MEMBUAT POLA BUSANA WANITA PADA MAHASISWA JURUSAN PKK FT UNM IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MEMBUAT POLA BUSANA WANITA PADA MAHASISWA JURUSAN PKK FT UNM St. Aisyah Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar hading.aisyah@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA BAGIAN URAIAN JUMLAH HALAMAN JOB.O1 Kemeja Lengan Panjang 10 halaman JOB.02 Celana Panjang 7 halaman JOB.03 Jaket 9 halaman Jumlah Halaman 26 halaman 1. Kompetensi Mampu membuat Kemeja Lengan Panjang 2.

Lebih terperinci

MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MEMILIH POLA BUSANA TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA

Lebih terperinci

GamiS/Koko No.JST/TB/01 Revisi : Agustus 2014

GamiS/Koko No.JST/TB/01 Revisi : Agustus 2014 1. Tujuan : LEMBAR KERJA SISWA Setelah memberikan penjelasan dan demontrasi membuat pola, peserta didik diharapkan dapat : - Bertanggungjawab mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan pola

Lebih terperinci

KESESUAIAN POLA CELANA SISTEM CHARMANT PADA WANITA DEWASA DENGAN BENTUK PANGGUL S. Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

KESESUAIAN POLA CELANA SISTEM CHARMANT PADA WANITA DEWASA DENGAN BENTUK PANGGUL S. Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga ABSTRAK Permasalahan pada pola celana sistem Charmant yang disesuaikan pada wanita dewasa dengan bentuk panggul S terdapat pada 1) Lingkar pinggang, 2) Garis pinggang depan, 3) Garis pinggang belakang,

Lebih terperinci

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP

MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING. Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP MODUL DRAPING PERSIAPAN PEMBUATAN POLA DRAPING Disusun oleh : Dra. Astuti, M.Pd NIP. 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. onsep Dasar Pattern Making embuat Pola Dasar Rok untuk Kain Jadi Hasil Belajar Pattern Making... 40

DAFTAR ISI. onsep Dasar Pattern Making embuat Pola Dasar Rok untuk Kain Jadi Hasil Belajar Pattern Making... 40 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii BAB I PENDAHULUAN A.... L1 atar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Fashion and Fashion Education Journal

Fashion and Fashion Education Journal FFEJ 3 (1) (2014) Fashion and Fashion Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe KOMPARASI HASIL PEMBUATAN KEMEJA MENGGUNAKAN POLA SISTEM M.H.WANCIK DAN SISTEM SOEKARNO Masruroh Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tinjauan Statistik 3.1.1 Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif adalah suatu metode analisis yang merupakan teknik mengumpulkan, mengolah, menyederhanakan, menyajikan

Lebih terperinci

MODUL PLPG TATA BUSANA

MODUL PLPG TATA BUSANA MODUL PLPG TATA BUSANA KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU dan UNIVERSITAS NEGERI MALANG Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115 2013 KATA PENGANTAR Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif

Lebih terperinci

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR

MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR i MODUL KURSUS MENJAHIT TINGKAT DASAR Cara Mengambil Ukuran, Pembuatan Pola Dasar, Merubah Model, Perencanaan Bahan Oleh Zulfaturochmah, S. Pd Pamong Belajar SKB Kab. Pekalongan DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-001 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan leher setengah berdiri yang dihiasi ruffle, belahan kancing di bagian depan dan cuff lengan tanpa kancing. Rok yang tersambung

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket 2. Sub Kompetensi Menguasai dan mampu membuat : a. Pola Jaket ukuran kecil dan ukuran besar b. Merancang bahan dan harga untuk Jaket c. Memotong bahan Jaket d. Menjahit

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PERKULIAHAN KONSTRUKSI POLA BUSANA DI JURUSAN PTBB FT UNY

EVALUASI PROGRAM PERKULIAHAN KONSTRUKSI POLA BUSANA DI JURUSAN PTBB FT UNY I. PENDAHULUAN EVALUASI PROGRAM PERKULIAHAN KONSTRUKSI POLA BUSANA DI JURUSAN PTBB FT UNY A. Latar Belakang Masalah B. Peningkatan mutu pendidikan, telah menggariskan kebijakan mengenai pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan

BAB II KAJIAN TEORI. untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari. kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kesulitan Belajar Membuat Blus a. Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

Teknik Draping KATA PENGANTAR

Teknik Draping KATA PENGANTAR i KATA PENGANTAR P uji Tuhan, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga dapat menyelesaikan modul dengan judul Teknik Draping

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MODUL TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA DASAR DI SMK N 4 YOGYAKARTA

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MODUL TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA DASAR DI SMK N 4 YOGYAKARTA Pengaruh Media Pembelajaran ( Alfi Nurnaini ) 1 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MODUL TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT POLA DASAR DI SMK N 4 YOGYAKARTA Oleh alfi nurnaini universitas negeri yogyakarta

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-012 MODEL Model-012 adalah model busana dress Lengan panjang dengan kerah dan lengan yang dirapikan dengan bisban. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/24

Lebih terperinci

Ebook 1. Dewasa (Model 1)

Ebook 1. Dewasa (Model 1) Ebook 1 Ebook Cara Menjahit Blouse Dasar Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa (Model 1) Sebuah PAnduan Lengkap yang Membahas Tentang Cara Membuat Pola Dasar Gaun Wanita Dewasa Oleh: Khasanah El Zahra

Lebih terperinci

ANALISIS PATTERN MAKING KEBAYA SISTEM CHUNG HWA UNTUK TUBUH BAGIAN ATAS BESAR. Rosita Carolina dan Mei Indah Jayanti *) ABSTRACT

ANALISIS PATTERN MAKING KEBAYA SISTEM CHUNG HWA UNTUK TUBUH BAGIAN ATAS BESAR. Rosita Carolina dan Mei Indah Jayanti *) ABSTRACT Rosita Carolina dan Mei Indah Jayanti, Analisis Pattern Making Kebaya Sistem Chung Hwa, hal. 56-63 ANALISIS PATTERN MAKING KEBAYA SISTEM CHUNG HWA UNTUK TUBUH BAGIAN ATAS BESAR Rosita Carolina dan Mei

Lebih terperinci

JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal

JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal. 197-206 EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan Mata Pelajaran : MAN Yogyakarta III : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil Kelas/ Semester : XII / 1 TahunAjaran : 2014/2015 Pertemuanke

Lebih terperinci

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain

JOB-SHEET. A. Kompetensi: diharapkan mahasiswa dapat membuat bebe anak perempuan sesuai dengan disain JOB-SHEET MATA KULIAH : BUSANA ANAK TOPIK : BEBE ANAK PEREMPUAN PROGRAM STUDI : PT BUSANA / TEKNIK BUSANA SEMESTER : II JUMLAH SKS : 2 SKS (Praktek) PENGAMPU : EMY BUDIASTUTI, M.Pd A. Kompetensi: diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. kemudian dilihat pengaruhnya. Kedua kelompok tersebut dibagi berdasarkan hasil tes awal,

BAB III METODOLOGI. kemudian dilihat pengaruhnya. Kedua kelompok tersebut dibagi berdasarkan hasil tes awal, BAB III METODOLOGI A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini ada suatu treatment (perlakuan) yaitu perlakuan dengan metode dinamis, statis yang diterapkan kepada dua kelompok dalam periode waktu tertentu,

Lebih terperinci

Ukur langsung di Workshop RJH * konfirmasi dahulu sebelum kunjungan

Ukur langsung di Workshop RJH * konfirmasi dahulu sebelum kunjungan Cluster Adena 2 SA 7 No.1 Graha Raya Bintaro Telp. 021.300.89.241-0815.10.4567.78 info@ www. Ukur langsung di Workshop RJH * konfirmasi dahulu sebelum kunjungan Kirim baju jadi yang paling pas ukurannya

Lebih terperinci

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 1 PANDUAN MENJAHIT MODEL-004 MODEL adalah model busana dress Lengan panjang dengan obi dan kerah berdiri. Detail model ada di http://fitinline.com/product/catalog_item_detail/4/16 BAGIAN KETERANGAN GAMBAR

Lebih terperinci

Fashion and Fashion Education Journal

Fashion and Fashion Education Journal FFEJ 1 (1) (2012) Fashion and Fashion Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ffe PERBEDAAN KUANTITAS DAN KUALITAS HASIL JAHITAN MESIN JAHIT MANUAL DAN HIGH SPEED Arifatul Jannah, Sri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun karakteristik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian eksperimen murni, kelompok subjek penelitian ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam batasbatas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pendekatan pembelajaran MEAs terhadap peningkatan literasi matematis siswa. Berdasarkan pertimbangan bahwa kelas

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(1)

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(1) Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(1)-2017 109 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menentukan Titik dan Garis Tubuh dengan Pendekatan Kooperatif Learning Metode STAD Pada Siswa Kelas X Tata

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN KAIN TAFFETA TERHADAP HASIL JADI LENGAN BELIMBING (STARFRUIT SLEEVE) PADA BOLERO

PENGARUH KETEBALAN KAIN TAFFETA TERHADAP HASIL JADI LENGAN BELIMBING (STARFRUIT SLEEVE) PADA BOLERO PENGARUH KETEBALAN KAIN TAFFETA TERHADAP HASIL JADI LENGAN BELIMBING (STARFRUIT SLEEVE) PADA BOLERO Anik Ferawati Mahasiswa S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya anik_fera@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Ambarwati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri di bidang fashion merupakan industri yang sedang berkembang saat ini seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia akan fashion. Hal ini mendorong industri-industri

Lebih terperinci

KONSTRUKSI POLA BUSANA (BU 231)

KONSTRUKSI POLA BUSANA (BU 231) DESKRIPSI DAN SILABUS KONSTRUKSI POLA BUSANA (BU 231) Disusun oleh : Dra. Pipin Tresna P., M.Si. NIP. 19631016 199001 2 001 JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian memerlukan suatu metode yang sesuai dan dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya, penggunaan

Lebih terperinci

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok

B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka bentuk garis leher dan kerah b. Identifikasi dan Penggambaran macam-macam bentuk lengan dan rok : 1 x pertemuan : (2x 45 menit) Standar Kompetensi : 1. Mengenal bagian-bagian Busana A. Kompetensi Dasar 1.1. Mengidentifikasi bagian-bagian busana B. Indikator a. Identifikasi dan penggambaran aneka

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWI KELAS X TATA BUSANA TENTANG KOMPETENSI MEMBUAT POLA TEKNIK KONSTRUKSI DI SMKN 3 SUNGAI PENUH JULITA HARMAIDA

PERSEPSI SISWI KELAS X TATA BUSANA TENTANG KOMPETENSI MEMBUAT POLA TEKNIK KONSTRUKSI DI SMKN 3 SUNGAI PENUH JULITA HARMAIDA PERSEPSI SISWI KELAS X TATA BUSANA TENTANG KOMPETENSI MEMBUAT POLA TEKNIK KONSTRUKSI DI SMKN 3 SUNGAI PENUH JULITA HARMAIDA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji Korelasi antara Nilai Frame Score dan Muscle Type dengan Bobot Karkas pada Sapi Kebiri Australian Commercial Cross (Studi Kasus di Rumah Potong Hewan Ciroyom, Bandung) Correlation between Frame Score and

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMBUATAN CELANA PANJANG WANITA YANG MENGGUNAKAN POLA SISTEM SOEKARNO DAN SISTEM PRAKTIS DENGAN UKURAN S, M, L

PERBEDAAN HASIL PEMBUATAN CELANA PANJANG WANITA YANG MENGGUNAKAN POLA SISTEM SOEKARNO DAN SISTEM PRAKTIS DENGAN UKURAN S, M, L PERBEDAAN HASIL PEMBUATAN CELANA PANJANG WANITA YANG MENGGUNAKAN POLA SISTEM SOEKARNO DAN SISTEM PRAKTIS DENGAN UKURAN S, M, L SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dangkal, sehingga air mudah di gali (Ruslan H Prawiro, 1983).

BAB 2 LANDASAN TEORI. dangkal, sehingga air mudah di gali (Ruslan H Prawiro, 1983). BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Minum Semua makhluk hidup membutuhkan air, maka tempat yang tersedia air tentu penuh dengan makhluk hidup, kecuali air tersebut sudah sangat tercemar. Manusia juga

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016

PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016 PETUNJUK TEKNIS LOMBA KEWIRAUSAHAAN SMK LOMBA EKONOMI KREATIF PEMBUATAN BUSANA CASUAL REMAJA TAHUN 2016 A. Pendahuluan Tamatan SMK diharapkan mampu berwirausaha mandiri dan memberikan peluang lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan peneliti, mulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan. Pendekatan

Lebih terperinci

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA

MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA MODEL KERAH JAS, KERAH SETALI, KERAH FRILLS DAN JABOT SERTA CARA MEMBUAT POLANYA Oleh : As-as Setiawati Kerah Jas dan Kerah Setali Kerah jas adalah kerah yang dilengkapi dengan rever (kelepak), letak kerah

Lebih terperinci

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015 Anthropometry the study of human body dimensions hanna.udinus@gmail.com TeknikIndustri 2015 Definisi (Nurmianto, 2005) Antropos ( man) metron (measure) Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU P-30 Risnanosanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Bengkulu Email:

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN WANITA METODE SO-EN

PEMBUATAN APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN WANITA METODE SO-EN PEMBUATAN APLIKASI POLA DASAR PAKAIAN WANITA METODE SO-EN Gabriella Ariani Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Informatika Program Multimedia sakura_gby@yahoo.com Pola dasar adalah proses awal untuk dapat

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN TERHADAP KETRAMPILAN SERVIS ATAS BOLAVOLI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

PENGARUH METODE LATIHAN TERHADAP KETRAMPILAN SERVIS ATAS BOLAVOLI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PENGARUH METODE LATIHAN TERHADAP KETRAMPILAN SERVIS ATAS BOLAVOLI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Pradipta Ardi Prastowo 1, Muchsin Doewes 2, Sapta Kunta Purnama 3 1,2,3 (Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Gg. Turi Raya No. 1 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 01-013 sebanyak

Lebih terperinci

BABY WRAP TUTORIAL Content:

BABY WRAP TUTORIAL Content: BABY WRAP TUTORIAL Content: Ikatan Dasar (Basic Wrap) Gendongan Bayi Pelukan (Hug Hold) Gendongan Bayi Hadap Depan (Facing Out Position) Gendongan Bayi Baru Lahir (Newborn Hold) Gendongan Bayi Kangguru

Lebih terperinci

: ZELVIA CHYNTYA DEVI

: ZELVIA CHYNTYA DEVI EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SAMBIT Oleh : ZELVIA CHYNTYA

Lebih terperinci

ARTIKEL Program Penerapan IPTEKS PELATIHAN PEMBUATAN BUSANA MODE BUSTIE PADA USAHA MODISTE DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ARTIKEL Program Penerapan IPTEKS PELATIHAN PEMBUATAN BUSANA MODE BUSTIE PADA USAHA MODISTE DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ARTIKEL Program Penerapan IPTEKS PELATIHAN PEMBUATAN BUSANA MODE BUSTIE PADA USAHA MODISTE DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Enny Zuhny Khayati Sri Emy Yuli Suprihatin Endang Bariqina

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA Nurbani 1, Herminarto Sofyan 2 1 Prodi Pendidikan Teknologi Iinformsi dan Komputer, IKIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah kemampuan keterampilan tiger sprong siswa yang menggunakan

Lebih terperinci

Berbagai Model Lengan Dan cara Membuat Polanya. Oleh : As-as Setiawati

Berbagai Model Lengan Dan cara Membuat Polanya. Oleh : As-as Setiawati Berbagai Model Lengan Dan cara Membuat Polanya Oleh : As-as Setiawati LENGAN BUSANA Lengan pada busana merupakan salah satu bagian yang akan memperindah busana dan melindungi tangan pemakainya, sehingga

Lebih terperinci

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kela VII SMP Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Pada Materi Asam, Basa dan Garam The Effect of Group Investigation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan penguasaan konsep fisika dan profil keterampilan ICT siswa setelah diterapkan pembelajaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode deskriptif korelasional, dengan tujuan ingin mengetahui ada

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode deskriptif korelasional, dengan tujuan ingin mengetahui ada III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunkan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, dengan tujuan ingin mengetahui ada tidaknya hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK PELITA BANGSA SUMBERLAWANG SEMESTER GASAL TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2012:77) Quasi eksperimental design merupakan pengembangan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Bhian Rangga J.R 1,Djoko Subandriyo 2, dan Danang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola Desa Mangkubumi Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen (

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen ( BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen ( eksperimen semu). Menurut Syambasri Munaf (dalam Nurjanah, 006)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, tentunya akan diperlukan sejumlah data yang dapat membantu untuk membahas masalah dalam suatu penelitian tersebut.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL JADI VEST DENGAN KERAH SETALI ANTARA JENIS KETEBALAN LINING TAFFETA

PERBANDINGAN HASIL JADI VEST DENGAN KERAH SETALI ANTARA JENIS KETEBALAN LINING TAFFETA PERBANDINGAN HASIL JADI VEST DENGAN KERAH SETALI ANTARA JENIS KETEBALAN LINING TAFFETA Siti Fatimah Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Siti.Fatimah5410@gmail.com Ratna

Lebih terperinci

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA 1) Ari Dwi Handrian, 2) Sutarto, 2) Sri Astutik 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2) Dosen Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER

PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER MATERI BUSANA KERJA PEMBUATAN BUSANA KERJA MODEL BLAZER Disusun Oleh : Dra. Astuti, M. Pd 19601205 198703 2 001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Pengaruh Penggunaan Metode... (Adi Rukmana Putra) 73 PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK THE INFLUENCE OF DEMONSTRATION TEACHING METHOD ON THE STUDENT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam mencapi satu tujuan. Penetapan metode yang digunakan merupakan hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam mencapi satu tujuan. Penetapan metode yang digunakan merupakan hal 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk penelitian dalam mencapi satu tujuan. Penetapan metode yang digunakan merupakan hal yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang mengungkap perbedaan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang mengungkap perbedaan III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen yang mengungkap perbedaan prestasi belajar matematika menggunakan pembelajaran kooperatif model jigsaw

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, kedua dan ketiga, digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran CORE

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran CORE BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran CORE Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Materi Persegi, Persegi Panjang dan Jajargenjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diselidiki. Metode merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA)

Pengujian One-Way ANOVA dengan manual dan dilengkapi analisis dengan SPSS 19 SOWANTO-KEMPO ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA) ANALYSIS OF VARIANS (ANOVA) A. Memahami ANOVA Analysis of variance (ANOVA) atau Analisis Variansi (ANAVA) adalah tehnik statistik yang dikembangkan dan diperkenalkan pertama kali oleh Sir. R. A. Fisher.

Lebih terperinci

Mega Citra Tiarasiwi Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Mega Citra Tiarasiwi Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya PENGARUH UKURAN TUCKING DAN JARAK ANTAR TUCKING TERHADAP HASIL JADI MANIPULATING FABRIC SMOCKED TUCKS PADA DRESS Mega Citra Tiarasiwi Mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154

LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp BANDUNG 40154 LABORATORIUM TATA BUSANA JURUSAN PKK FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JL Dr Setiabudhi no 27 Telp. 022-2013163 BANDUNG 015 MODUL No : 05 / KPB /S1 / 2010 Jurusan : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. ajaran-ajaran mengenai metode-metode yang dipergunakan di dalam proses

III. METODE PENELITIAN. hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. ajaran-ajaran mengenai metode-metode yang dipergunakan di dalam proses III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang di pergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh untuk memperoleh hasil yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN PENGARUH PERMAINAN DAKON TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN Ahmad Afandi PG-PAUD FIP, IKIP PGRI Jember Jl. Jawa No. 10, Jember e-mail: a_afandi41@yahoo.com Abstract: The research subjects

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas permainan Ular Tangga dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci