PENDIDIKAN MATEMATIKA KREATIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING SISWA INDONESIA DALAM ERA GLOBAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN MATEMATIKA KREATIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING SISWA INDONESIA DALAM ERA GLOBAL"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN MATEMATIKA KREATIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING SISWA INDONESIA DALAM ERA GLOBAL Oleh Abdur Rahman As ari Abstrak: Era global yang ditandai dengan perekonomian yang menyebar rata, perubahan permintaan dunia kerja, migrasi global yang tidak diperkirakan, serta ketidakstabilan iklim menuntut adanya penyesuaian dalam penyiapan sumber daya manusia. Pendidikan Matematika harus membantu siswa memiliki keterampialn 4C (critical thinking and problem solving, communication, collaboration, and creativity) agar mampu bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan dalam era global tersebut. Menurut hemat penulis, model-model pembelajaran yang selama ini telah beredar, termasuk Pendekatan Saintifik, sebenarnya memiliki potensi yang baik untuk mengembangkan keterampilan 4C tersebut. Permasalahannya hanyalah pada bagaimana kita memahami semua model dan pendekatan pembelajaran tersebut secara mendalam, mengembangkan indikator yang sesuai dengan 4C, dan melakukan tindak reflektif yang kontinyu melalui PTK. Kata-Kata Kunci: Global, Berpikir Kritis, Kolaborasi, Komunikasi, Kreativitas, Matematika, PTK. Mansilla & Jackson (2011) menyatakan bahwa era global ditandai oleh tiga hal penting, yaitu: (1) Perekonomian global yang menyebar rata dan Perubahan Permintaan Dunia Kerja, (2) Migrasi global yang tidak bisa diperkirakan, dan (3) Ketidakstabilan iklim. Perekonomian Global Perekonomian global yang menyebar rata memungkinkan penduduk suatu Negara A, membangun pabrik di Negara B, mempekerjakan pegawai dari Negara C, didistribusikan di Negara D, dan mungkin saja dikonsumsi oleh warga Negara E. Begitu banyak bangsa dan Negara yang terlibat dalam produksi. Sebaliknya, penduduk Negara B, C, D, E, dan lain-lain bisa juga melakukan hal yang sama di Negara-negara lainnya. Kegiatan ekonomi telah tidak Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

2 terbatas dalam lingkup suatu negara saja. Perekonomian seakan-akan tidak mengenal batas-batas bangsa dan Negara. Penggunaan internet berkecepatan tinggi, teknologi otomatisasi telah pula mengubah tuntutan akan dunia kerja. Transaksi ekonomi bisa berjalan tanpa menuntut penjual dan pembeli berada di satu tempat yang sama. Dengan teknologi internet, pertemuan bisa dilangsungkan di dunia maya, dan transaksi pun bisa dilaksanakan tanpa sekat waktu. Otomatisasi pekerjaan dengan menggunakan mesin-mesin yang bekerja dengan sangat detil, sesuai dengan program yang ditetapkan, telah pula mengubah tuntutan dunia kerja penduduk dunia. Pekerjaan yang sifatnya mekanistis telah bisa dikerjakan dengan lebih cermat dan akurat oleh mesin-mesin dan robot-robot yang canggih. Akibatnya, kebutuhan dunia kerja pun juga berubah. Migrasi Kemajuan ekonomi di suatu Negara, ketersediaan lapangan kerja, dan kenyamanan hidup yang ditawarkan di Negara tertentu, seringkali telah membuat manusia dari berbagai belahan dunia berduyun-duyun mendatangi Negara tersebut. Kalau di abad sebelumnya migrasi tersebut bisa diprediksikan, era global ini telah memberikan peluang terjadinya migrasi yang tidak bisa dibayangkan, baik migrasi yang sifatnya permanen maupun yang sifatnya sementara. Migrasi ini telah menjadikan penduduk di suatu Negara tidak lagi bersifat homogen. Penduduk dengan berbagai macam etnis, tradisi, budaya dan keunikan yang macammacam telah banyak berkumpul menjadi satu. Mereka membentuk komunitas baru yang mengharuskan mereka saling mengenal satu sama lain, saling menghargai, dan saling mendukung untuk kebahagiaan bersama. Isyu multikulural menjadi hal yang nyata dalam era global. Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

3 Perubahan Iklim Di samping hal-hal di atas, di era global ini terjadi pula perubahan iklim yang begitu cepat dan sporadic. Pemanasan global, gempa bumi, kebakaran hutan, dan berbagai bencana alam lain tampak begitu akrab dengan kehidupan di era global sekarang ini. Perekonomian global, migrasi yang tak dapat diperkirakan, serta perubahan iklim tersebut menuntut penyiapan pendidikan sumber daya manusia yang baru, yang lebih kreatif, yang memungkinkan lulusannya memiliki kesiapan untuk bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan di era global. KARAKTERISTIK SDM YANG KOMPETEN DALAM ERA GLOBAL Untuk bisa memiliki kesiapan bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan dalam era global, ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh alumni suatu program pendidikan. Mansilla & Jackson (2011) mengemukakan beberapa hal kompetensi tersebut. Pertama, alumni program pendidikan tersebut harus memiliki kemampuan untuk menyelidiki dunia beyond (di luar) yang berada di lingkungan sekitarnya. Mereka harus mampu mengidentifikasi masalah yang penting, dan melaksanakan kajian dan penelitian yang akurat. Mereka tidak boleh terpesona oleh yang ada di depannya saja. Mereka harus melihatnya secara lebih luas, melihat kaitannya dengan yang lain, mengidentifikasi hal penting yang perlu mendapat perhatian lebih, merancang tindakan yang tepat, melaksanakan rencana itu dengan cermat, akurat, dan reflektif, serta menindak lanjuti perbaikan yang diperlukan. Kedua, alumni program pendidikan tersebut harus mampu mengenali sudut pandang orang lain (karena mereka berasal dari tempat dan budaya berbeda tetapi harus hidup dalam lingkungan yang sama dan harus pula bekerjasama) dan sudut pandang dirinya sendiri. Mereka juga harus mampu mengartikulasikan dan menjelaskan sudut pandang yang dianutnya tanpa harus dengan penuh perhitungan sambal tetap menghormati sudut pandang orang lain, tanpa merugikannya. Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

4 Ketiga, alumni program pendidikan di era global ini harus mampu mengomunikasikan ide mereka secara efektif kepada berbagai macam mitra kerja mereka. Mereka harus mampu membangun jembatan untuk mengatasi hambatan geografis, bahasa, budaya, dan bahkan ideology. Bisa tidak bisa, mereka akan bergaul dengan orang dari berbagai bangsa dan Negara yang berbeda, dan bekerja sama saling bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama. Keempat, alumni suatu program pendidikan harus mampu melakukan tindakan untuk meningkatkan kondisi yang ada. Mereka harus memandang diri mereka sebagai pemain, sebagai actor dalam kehidupan di era global ini. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dan berkontribusi secara aktif dan reflektif. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam suatu program pendidikan agar alumninya mampu bertahan hidup dan bahkan mewarnai kehidupan. Dari karakteristik yang pertama dan kedua, tampak bahwa alumni program pendidikan itu harus memiliki kemampuan melakukan analisis kritis terhadap situasi yang ada. Dari karakteristik yang ketiga, tampak bahwa para alumni harus memiliki kemampuan kerjasama dan komunikasi. Dari karakteristik keempat, tampak bahwa alumni program pendidikan harus memiliki kreativitas yang tinggi. Karena itu, menurut hemat penulis, ada 4 hal yang harus dibekalkan kepada anak didik agar kelak mereka bisa berkompetisi dalam era global sehingga mereka tetap mampu bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan. Empat hal itu adalah: (1) kemampuan berpikir kritis, (2) kemampuan berkomunikasi, (3) kemampuan bekerjasama, dan (4) kreativitas. Siswa perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, dalam era global ini, mereka akan sering diharapkan dengan klaim dan buikti. Mereka harus mampu menilai kebenaran klaim dan bukti itu secara obyektif. Mereka harus mampu mengidentifikasi asumsi dan argument yang digunakan oleh pembuat klaim, menilai kelogisan argumen yang dijadikan dasar, mengidentifikasi hal lain yang mungkin lebih baik, dan mengambil keputusan yang tepat. Agar mampu melayani pihak lain, seseorang juga harus mampu berpikir kritis untuk Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

5 menilai kepuasan pelanggannya (implisit maupun eksplisit), mengidentifikasi kelemahankelemahan layanannya, dan menghasilkan layanan yang lebih baik serta terus menerus memberikan layanan yang lebih baik. Melubernya informasi yang tersedia di era global, juga menuntut siswa memiliki keterampilan informasi, komunikasi dan berpikir kritis. Siswa harus mengetahui dimana informasi yang diperlukannya dapat diperoleh. Siswa juga harus tahu informasi mana yang bisa dipercaya dan mana yang palsu. SIswa juga harus mampu mengomunikasikan idenya secara jelas, tepat, efektif, dan mengena. Apalagi dengan begitu heterogennya karakteristik tenaga kerja di era global yang menuntut mereka dengan latar belakang berbeda harus bekerja dalam satu tim. Kondisi ini tentu membuat siswa harus memiliki dan menguasai kemampuan komunikasi dan kolaborasi yang baik. Siswa harus mampu mengomunikasikan idenya dengan baik tanpa harus menjadikan mitranya merasa dilecehkan. Mereka harus mampu berkomunikasi yang elegan, dan menjaga kekompakan demi kesuksesan bersama. Mereka harus bisa menjadi pendengar yang baik, memiliki empati, tetapi juga harus mampu berbicara yang meyakinkan mitra bicaranya. Terakhir, kreativitas dan inovasi harus dibekalkan kepada siswa. Kemajuan teknologi memungkinkan semakin menipisnya peluang memperoleh pekerjaan yang sifatnya teknis dan mekanistis. Semua pekerjaan semacam itu akan bisa dikerjakan oleh mesin, dan memberikan hasil yang lebih baik daripada yang dihasilkan oleh tangan-tangan terampil sekalipun. Semakin lama, akan semakin banyak pekerjaan mekanis yang tidak bisa lagi ditangani oleh manusia. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya menuntut pemikiran kritis kreatif saja yang tampaknya akan banyak diserahkan kepada manusia. Karena itu, siswa perlu memiliki dan terus menumbuhkembangkan kreativitas mereka. Uraian di atas, tampak bersesuaian dengan rekomendasi NEA (tanpa tahun) tentang perlunya 4C s dalam mempersiapkan siswa dalam menghadapi masyarakat global. 4C s yang dimaksud adalah: (1) Critical Thinking dan Problem Solving, (2) Communication, (3) Collaboration, dan (4) Creativity and Innovation. Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

6 PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK BERPIKIR KRITIS Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menilai apakah suatu klaim bisa dipercaya atau tidak (As ari, 2014). Kemampuan ini menuntut seseorang menggunakan penalaran reflektif untuk melihat kebenaran suatu klaim. Orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis ini harus mampu mengidentifikasi asumsi yang digunakan, menganalisis unsur-unsur argumennya, menilai kesahihan argumen, dan mengambil keputusan yang tepat. Untuk itu, menjadikan siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dalam matematika, guru tidak boleh berhenti membelajarkan siswanya hanya untuk penguasaan konsep. Sesudah menguasai konsep, siswa harus diajak untuk melakukan eksplorasi dan mengidentifikasi berbagai semesta pembicaraan yang mungkin, dan menggunakan penalaran untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Karena itu, ketika siswa sudah mampu menyelesaikan persamaan kuadrat, misalnya, agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, hadapkan siswa tersebut dengan beberapa klaim dan mintalah mereka menilai kebenaran klaim tersebut. Terkait dengan persamaan kuadrat, misalnya, berilah contoh klaim berikut: Himpunan penyelesaian dari persamaan kuadrat x 2 = 1, pastilah { 1,1}. Bagi siswa yang terbiasa dengan belajar persamaan kuadrat, tanpa berpikir kritis, mereka akan menjawab bahwa klaim tersebut benar. Mereka akan selalu menganggap bahwa variable x dalam persamaan itu harus merupakan bilangan real. Padahal, di dalam klaim itu tidak ada sama sekali kata-kata atau keterangan yang menyatakan bahwa x harus bilangan real. Kalau kita berpikir kritis, maka himpunan penyelesaian dari persamaan kuadrat x 2 = 1 bisa bermacam-macam bergantung kepada semesta pembicaraannya. Kalau semesta pembicaraannya adalah Himpunan Bilangan Real atau Himpunan Bilangan Rasional, atau Himpunan Bilangan Bulat, maka benar bahwa himpunan penyelesaiannya adalah { 1,1}. Tapi, kalau semesta pembicaraannya adalah Himpunan Bilangan Asli, maka himpunan Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

7 penyelesaiannya adalah {1}. Kalau semesta pembicaraanya adalah himpunan bilangan bulat negative, maka himpunan penyelesaiannya adalah { 1}. Kalau semesta pembicaraanya adalah bilangan prima, maka himpunan penyelesaiannya adalah himpunan koson. Bahkan, bisa saja kita akan melihat keanehan, dimana 4 bisa menjadi salah satu anggota dari himpunan penyelesaian. Kapan itu terjadi? 4 akan menjadi salah satu dari anggota himpunan penyelesaian persamaan kuadrat x 2 = 1 manakala semesta pembicaraannya adalah himpunan bilangan bulat modulo 5. Tentu masih banyak lagi yang lain. Ambil contoh. Mintalah siswa untuk menilai klaim berikut: 1. Grafik dari persamaan linear dua variable x + y = 5 adalah garis lurus. 2. Segitiga ABC siku-siku di B, yang memiliki BD sebagai garis tingginya, dan sudut BAC memiliki ukuran sebesar 30 derajat, ternyata beberapa sisinya memiliki ukuran sebagai berikut: Sisi BC panjangnya 3 satuan, dan sisi CD panjangnya 2 satuan. Apa artinya semua ini bagi kehidupan? Kalau kita memiliki kemampuan berpikir kritis seperti ini, kita akan lebih mudah memahami orang lain, tidak mudah memaksakan pikiran dan kehendak kita, sehingga kita tidak mudah tertipu dan kita juga tetap bisa menjaga keutuhan hubungan kerjasama kita. Jadi membelajarkan matematika yang mendorong anak untuk berpikir kritis itu penting. PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KOMUNIKASI DAN KOLABORASI Sebenarnya sudah banyak pembelajaran matematika yang memungkinkan tumbuh berkembangnya kemampuan komunikasi dan kolaborasi siswa. Berbagai macam pembelajaran kooperatif seperti STAD, TGT, Jigsaw, TAI, CIRC, NHT dan lain sebagainya adalah pembelajaran yang dikembangkan atas dasar filsafat konstruktivisme social yang menekankan pentingnya bahasa dalam pembentukan konsep. Sepanjang karakteristikkarakteristik cooperative learning dipenuhi, terutama prinsip swim together or sink together dipenuhi, kemampuan komunikasi dan kolaborasi siswa akan tumbuh dan Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

8 berkembang. Beberapa pembelajaran dengan pendekatan kolaboratif, seperti Problem Based Learning (PBL), dan Project Based Learning (PjBL) juga memungkinkan siswa berkembang kemampuan komunikasi dan kolaborasinya. Oleh karena itu, dalam rangka membantu siswa memiliki kemampuan yang memadai dalam berkompetisi di era global, pembelajaran yang berbasis kooperatif dan kolaboratif harus terus diterapkan dan diupayakan berjalan optimal. PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KREATIVITAS Untuk meningkatkan kreativitas siswa, pembelajaran harus lebih diarahkan kepada productive learning alih-alih receptive learning. Siswa harus didorong untuk menghasilkan dan menuangkan ide atau pemikirannya secara eksplisit, baik secara lisan maupun tulisan. Siswa hendaknya tidak terlalu banyak disuruh mendengar guru menjelaskan sesuatu. Selanjutnya, mereka juga perlu didorong untuk mengerjakan tugas-tugas yang bersifat open-ended, dan tugas-tugas yang memiliki multiple solutions, Ambil contoh: Tentukan satu bilangan yang harus dibuang dari kumpulan empat bilangan berikut, agar tiga bilangan yang lainnya memiliki karakteristik yang sama. Empat bilangan itu adalah 15, 20, 23, 27. Kita bisa membuang 15 karena salah satu alasannya adalah 15 memiliki angka puluhan 1 sedangkan yang lain memiliki angka puluhan 2. Kita bisa membuang 20 karena salah satu alasannya adalah 20 adalah bilangan genap sedang yang lainnya adalah bilangan ganjil. Kita bisa membuang 23 karena salah satu alasannya adalah 23 merupakan bilangan prima, sedang yang lainnya bukan bilangan prima. Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

9 Kita juga bisa membuang 27 karena ia merupakan satu-satunya bilangan yang merupakan pangkat tiga. Tampak bahwa banyak sekali alasan yang bisa dibuat, dan semuanya benar. Ambil contoh yang lain Tentukan mana yang lebih besar dari dan dengan menggunakan beberapa cara. 79 Untuk menyelesaikan soal ini, mungkin kita bisa menggunakan prosedur menyamakan penyebut. Kita juga bisa menggunakan prosedur mengalikan silang, dan terakhir mungkin akan ada yang menggunakan cara bahwa 67 makin besar penyebutnya makin kecil bilangannya. 68 = dan = 1 1, dan prinsip Yang penting, siswa dituntut untuk menghasilkan beberapa cara yang berbeda untuk menyelesaikan tugas itu. Contoh yang lain lagi Kita bisa minta siswa untuk membuat konteks yang cocok dengan model matematika 2 x + 3 y = 1. Kalau ini yang kita minta, kreativitas siswa, terutama untuk menemukan konteks kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan model matematikanya tentu akan bagus sekali. Mereka tentu akan menjadi lebih melihat sisi positif matematika sebagai ilmu yang dekat dengan alam sekitar, bukan sebagai ilmu yang kering tanpa konteks. Mereka akan menjadi lebih melek matematis (mathematical literacy). Ujung-ujungnya, mereka akan semakin menyukai matematika, dan tumbuh berkembang kecintaanya untuk belajar matematika, dan berkembang pula kemampuan berpikir kreatifnya. Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

10 APAKAH PEMBELAJARAN-PEMBELAJARAN TERSEBUT KREATIF? Kalau kita mau jujur, pembelajaran-pembelajaran yang diusulkan untuk menyiapkan siswa agar mampu berkompetisi dalam era global di atas sebenarnya bukanlah model-model pembelajaran yang baru. Semua sudah pernah diajarkan di LPTK-LPTK di Indonesia, dan juga sudah dilatihkan oleh para fasilitator dalam kegiatan pelatihan-pelatihan. Hanya saja, yang berkembang dalam praktiknya bukan pembelajaran tersebut. Para guru lebih suka membelajarkan dengan metode yang mudah dan efisien (baca: ceramah). Bahkan seakan ada kesan bahwa guru belum membelajarkan kalau belum berceramah. Kita, para guru (termasuk para pendidik di LPTK), sering tidak sabaran dalam menerapkan model-model pembelajaran yang mengembangkan 4C s tersebut. Begitu mencoba dan hasilnya tidak memuaskan, kita cenderung langsung menyalahkan metodenya. Kita jarang melakukan refleksi diri untuk menemukan hal apa saja yang harus kita lakukan dalam menerapkan metode yang baik tersebut agar sesuai dengan potensinya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang beredar di kalangan para guru jarang menengok kepada detil tindakan guru. PTK tersebut sering identic dengan Pre Experimental Study. Yang diteliti bukan tindakan gurunya, melainkan dampak dari tindakannya. Padahal, kalau kita mau melakukan refleksi terhadap semua tindakan yang kita lakukan, kita akan memperoleh teori tentang bagaimana menjalankan suatu tindakan yang memberikan dampak yang baik. BAGAIMANA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK? Kurikulum 2013 memang ditunda penerapannya. Pemerintah mengijinkan sebagian sekolah kembali ke KTSP. Akan tetapi, perlu diingat, bahwa Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Bapak Anis Baswedan), menurut Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Bapak Sucipto W), Bapak Menteri tidak akan mengubah kurikulum Yang akan dilakukan hanyalah revisi sedikit-sedikit kurikulumnya, terutama kompetensi dasarnya. Meskipun tidak akan menjadi satu-satunya pendekatan yang bisa digunakan dalam Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik akan terus diberlakukan. Guru perlu mendorong Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

11 siswanya melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpukan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kalau kita mau mengkaji secara cermat, kegiatan-kegiatan siswa dalam Pendekatan Saintifik ini memungkinkan mereka memiliki 4C s seperti di atas. Dengan mengamati yang dilanjutkan dengan menanya, mereka didorong untuk berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan komunikasi dan kolaborasi juga bisa ditumbuhkembangkan melalui kegiatan menggali informasi dan mengasosiasi, bahkan bisa dimulai dari kegiatan mengamati dan menanya. Kreativitas sangat dimungkinkan dari melakukan semua kegiatan mengamati, menanya, menggali informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dengan demikian, penerapan Pendekatan Saintifik perlu diupayakan dengan baik agar kita mampu menyiapkan generasi muda untuk bisa berkompetisi dalam era global. Untuk itu, para guru perlu belajar dengan sungguh-sungguh karakteristik dari masingmasing kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan itu. Guru perlu memahami betul karakteristik dari masing-masing kegiatan, indikator dipenuhi kegiatan tersebut oleh siswa, dan secara tertib, cermat, dan reflektif selalu menilai dan menentukan perbaikan yang diperlukan. PENUTUP Itulah beberapa pemikian terkait dengan upaya mengembangkan pendidikan matematika kreatif dalam rangka menyiapkan anak didik dalam era global. Semoga ada manfaatnya. DAFTAR RUJUKAN As ari, A.R Ideas for Developing Critical Thinking at Primary School. Paper presented at an International Seminar on Adrressing Higher Order Thinking: Critical Thinking Issues in Primary Education. Makasar, April 12 13, 2014: Universitas Islam Muhammadiyah Makasar Mansilla, V.B. & Jackson, A Educating for Global Competence: Preparing Our Youth to Engage the World. Asia Society NEA. Tanpa tahun. Preparing 21 st Century Students for a Global Society. Abdur Rahman As ari Studium Generale UNILA 12 September

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM 2013 Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. Disajikan dalam Pelatihan Guru MI Persis Gandok Tasikmalaya, 11 Juli 2017 Outline 1. Kecenderungan

Lebih terperinci

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (PTK Di SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide, gagasan, dan pendapat secara jelas (Sutama, 2014: 142). Matematika tidak hanya sebagai ilmu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan dan menumbuhkan potensi-potensi baik jasmani maupun rohani, yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

Matematika dan Kreativitas 1. Dr. Ariyadi Wijaya 2.

Matematika dan Kreativitas 1. Dr. Ariyadi Wijaya 2. Matematika dan Kreativitas 1 Dr. Ariyadi Wijaya 2 a.wijaya@uny.ac.id Kreativitas sudah sejak lama dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam pembelajaran matematika (Ervynck, 1991; Sriraman, 2009).

Lebih terperinci

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang timbul akibat adanya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) dimana semakin pesat yaitu bagaimana kita bisa memunculkan Sumber Daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hampir sebagian besar dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran dan keberanian bertanya penting didalam proses pembelajaran matematika. yang diharapkan agar siswa dapat memahami pembelajaran yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dapat dirasakan melalui inovasi-inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Vindy Antika 1, Haninda Bharata, Pentatito Gunowibowo 2 Vindy_antika44@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Matematika memiliki peranan penting dalam ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah matematika sekolah. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari siswa melakukan kegiatan berpikir baik di sekolah maupun di rumah untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Di sekolah siswa berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan IPTEK pada abad 21 berimbas pada tantangan dan persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya Indonesia. Terciptanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Untuk itu

Lebih terperinci

Rata-rata UN SMP/Sederajat

Rata-rata UN SMP/Sederajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, juga disebut sebagai makhluk sosial, artinya manusia memerlukan kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PTK Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2008

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (PTK Pada Siswa Kelas XI OB Semester Genap SMK Harapan Kartasura Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu negara ditentukan oleh masyarakatnya karena produk dari pendidikan itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya penting untuk mencerdaskan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya itu adalah dengan adanya pendidikan formal maupun informal yang di

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2. PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2 1) 2) SD Buin Batu Sumbawa Barat e-mail: endah.ekowati@newmont.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia yang mampu menjawab segala tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UNESCO terdapat empat pilar pendidikan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UNESCO terdapat empat pilar pendidikan yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UNESCO terdapat empat pilar pendidikan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan formal, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui). (2) learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini konstruktivisme menjadi landasan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pembelajaran konstruktivistik menuntut siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEKS saat ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia (dalam Ansari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang

BAB I PENDAHULUAN. laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang tersebut mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal tahun pelajaran 2006/2007 telah diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan yang pernah dibangun di masa lampau sudah tidak lagi relevan dengan peradaban dan perekonomian dunia saat ini. Kehidupan dunia pada saat ini secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan semakin hari terus mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis

Lebih terperinci

JURNAL EFEKTIVITAS PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS (PGL) KELAS VIII DI SMP PAWYATAN DAHA 2 KEDIRI

JURNAL EFEKTIVITAS PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS (PGL) KELAS VIII DI SMP PAWYATAN DAHA 2 KEDIRI JURNAL EFEKTIVITAS PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS (PGL) KELAS VIII DI SMP PAWYATAN DAHA 2 KEDIRI THE EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan negara yang telah maju. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan sebuah negara. Semakin baik kualitas pendidikan di sebuah negara maka semakin baik pula kualitas negara tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan era globalisasi yang semakin berat, yaitu diharapkan mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing siswa menuju pada tahap kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah,

Lebih terperinci

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran matematika tentu tidak akan terlepas dari masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tuntutan era globalisasi saat ini adalah kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu berkompetisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat menuntut negara Indonesia menuju perubahan, terutama dalam dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut

Lebih terperinci

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal. 97 DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Hamdan Sugilar Pendidikan matematika UIN Sunan Gunung Djati Bandung hamdansugilar@uinsgd,ac,id Dikirim: 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL Muhammad Ikram 1, Taufiq 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING

EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING EFFECTIVE TEACHER AND EFFECTIVE TEACHING Disajikan dalam Seminar Nasional dengan Tema Strategi Belajar Mengajar Yang Efektif Untuk Mewujudkan Generasi Emas Moh Salimi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah

Lebih terperinci

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan... 1 Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Kelas VIII C SMP Negeri 13 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah memasuki abad ke-21. Abad 21 merupakan abad dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Batasan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIK DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Mojogedang Tahun ajaran 2014/2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai wahana pendidikan memegang peran penting dalam pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan logis serta mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya program standar pembelajaran disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya program standar pembelajaran disusun berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya program standar pembelajaran disusun berdasarkan perkiraan kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab IV, maka kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Hasil belajar Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat dengan mudah menerima

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN SKRIPSI

PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN SKRIPSI PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN ( PTK Di Kelas III semester genap SD Negeri 03 Puntukrejo, Ngargoyoso,

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar matematika bukan hanya merupakan akumulasi pengetahuan tetapi bagaimana proses dalam berpikir untuk menerjemahkan fakta-fakta yang berkembang dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari segala permasalahanpermasalahan sosial yang terjadi, seperti kemiskinan, kriminalitas, bencana alam, ledakan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Subahanahu wata ala menciptakan manusia sebagai sebaik-baik ciptaan, makhluk yang paling sempurna (Q.S At Tin ayat 4). Sebagai makhluk yang paling sempurna manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pemberian bekal bagi manusia untuk hidup bermasyarakat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pemberian bekal bagi manusia untuk hidup bermasyarakat, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pemberian bekal bagi manusia untuk hidup bermasyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia dituntut untuk dapat menerima

Lebih terperinci