PAKELEM PELINGGIH PADA TEMPAT SUCI KELUARGA HINDU DI KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM (Tinjauan Bentuk, Fungsi dan Makna)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PAKELEM PELINGGIH PADA TEMPAT SUCI KELUARGA HINDU DI KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM (Tinjauan Bentuk, Fungsi dan Makna)"

Transkripsi

1 PAKELEM PELINGGIH PADA TEMPAT SUCI KELUARGA HINDU DI KECAMATAN SELAPARANG KOTA MATARAM (Tinjauan Bentuk, Fungsi dan Makna) Made Sumari Tenaga Pengajar Jurusan Brahma Widya STAHN Gde Pudja Mataram Abstract The Hindus in Selaparang district, Mataram city are still found in constructing buildings for pelinggih do not use pakelem pedagingan,but after completing of the building melaspas ceremony for purification is held. This fact occurs because of less of understanding of the Hindus about pakelem pelinggih either its form, function or meaning. This phenomenon becomes background to make a research on pakelem pelinggih in the Hindu family temples in Selaparang district, Mataram. The purpose of this research is to describe form, function and meaning of pakelem pelinggih.this research using descriptive qualitative approach. Data are collected from observation, interview and documentation. Result of this research indicates that there are two kinds of pakelem pelinggih namely: (1) Form: a kind of iron metal consisits of 33 elements. Function: as a substance of pakelem dasar pelinggih. Meaning: as a reality form of relationship between human and his work and also to the Supreme God, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. (2) Form: gold, silver and copper, jewel of ruby and its element. Function : as the substance of the upper pakelem namely in the room of pelinggih). Meaning: as a symbol for worshipping Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Key Words : Pakelem Pelinggih, Hindu Family Temple. PENDAHULUAN Umat Hindu dalam melakukan pemujaan di tempat suci didukung dengan menggunakan upakara sebagai pelengkap. Istilah-istilah lainnya tempat suci Hindu disebut: Pura, Candi, Kahyangan, Parhyangan dan lainnya. Pura di bangun didasarkan atas ketentuan sastra suci dengan bentuknya khas dan unik. Pura difungsikan sebagai suatu tempat khusus untuk dunia kesucian dalam melakukan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi- Nya dan bhatara-bhatari yang distanakan pada komplek bangunan tersebut. Pura dilihat berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi dua kelompok:

2 1. Pura Jagat yaitu Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi wasa dalam segala Prabhawa-Nya (manifestasi-nya). 2. Pura Kawitan yaitu Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur) (Pem.Prov.Bali,2000:64). Pura dilihat dari karakterisasinya yaitu; 1). Pura Kahyangan Jagat, yaitu pura tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam aneka prabhawa-nya, 2). Pura Kahyangan Desa (terotorial), yaitu pura yang dipuja dan dipelihara oleh desa adat, 3). Pura Swagina (pura fungsional), yaitu pura yang penyungsungnya terikat oleh ikatan swagina yang mempunyai profesi sama dalam mata pencaharian, seperti: pura Subak, Melanting dan sebagainya. 4). Pura Kawitan, yaitu pura yang penyungsungnya ditentukan oleh ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis (vertikal geneologis) seperti: sanggah, pamarajan, ibu, panti, dadya, batur, panataran, padharman dan sebagainya (Titib, 2001:100). Kata Pemerajan berasal dari kata Meraja dan kata meraja berasal dari perubahan kata Praja yang dapat di beri arti secara bebas adalah yang merajai. Untuk mendapatkan pengertian spritual maka kata praja, berarti yang merajai sedangkan pati dapat diberikan arti sumber, sunia. Jadi kata Prajapati adalah rajanya sunia alias Sang Hyang Widhi sebagai pencipta segalanya, termasuk manusia melalui proses manifestasi-nya. Dengan demikian Beliau adalah sumber dari segala sumber, termasuk sumber (wit) dari manusia dan dari sinilah munculnya kata Kawitan atau Kemulan. Sang Hyang Widhi menciptakan manusia malalui maya-nya yang penuh dengan kegaiban (Sudarsana, 2001:1-3). Menurut Titib, (2001: ) disebutkan mengingat bahwa pura adalah replika kahyangan, maka pura itu harus suci dan indah, memfungsikan pura dilakukan dengan upacara pemelaspas, mapedagingan. Panca Datu adalah nama dari unsur-unsur sarana upacara ritual Hindu yang berkaitan dengan proses pendirian bangunan-bangunan suci keagamaan. Panca Datu merupakan sarana inti selain masih harus dilengkapi dengan sarana-sarana upacara lainnya. Keseluruhan sarana upacara yang digunakan dalam proses awal pendirian bangunan suci di sebut upacara pedagingan atau pependeman (Donder, 2001:73-74). Plutuk Upakara Yadnya dalam Peramadaksa (lembar :78) dinyatakan bahwa apabila membangun kahyangan tidak mempergunakan pedagingan maka ditempati oleh Detiya- Kubanda. Lebih lanjut disebutkan bahwa yang mempunyai kahyangan itu mendapatkan penyakit dan lainnya karena Bhuta-Pisaca. Dari berbagai pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli

3 diatas, maka dapat ditelaah bahwa; tempat suci yang dibangun khususnya tempat suci yang ditentukan oleh ikatan Wit yang ada pada perumahan umat Hindu, yaitu sanggah atau pamerajan, maka sebagai tempat suci untuk pemujaan harus memenuhi syarat-syarat kesucian yang berdasarkan sastra suci sehingga tempat tersebut layak digunakan untuk melinggakan dan memuja Ida Sang Hayng Widhi Wasa dan manifestasi-nya dan juga kepada bhatara-bhatari atau roh suci leluhur karena Beliau adalah bersifat Maha Suci. Sebagai tempat suci semestinya dilaksanakan upacara pemelaspasan (penyucian) dan pakelem pedagingan. Umat Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram dalam mendirikan bangunan suci atau pada pelinggihpelinggihnya di Sanggar keluarga ada ditemukan tidak menggunakan pakelem pedagingan. Namun setelah bangunan selesai dilaksanakan proses upacara melaspas. Realita apa yang terjadi ini adalah merupakan suatu fenomena di masyarkat bahwa kurangnya pengetahuan atau pemahaman masyarakat mengenai pakelem pedagingan baik dari bentuk, fungsi dan makna terutama pada bangunan suci di Sanggar atau pamerajan keluarga. Berdasarkan latar belakang diatas, maka antusias peneliti melakukan penelitian dengan judul Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram Tinjauan Bentuk, Fungsi dan Makna. Untuk hasil analisis datanya dibahas pada BAB Pembahasan. RUMUSAN MASALAH Permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan,yaitu : Bagaimana bentuk, fungsi dan makna pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram? TUJUAN PENELITIAN Untuk dapat menjelaskan bentuk, fungsi dan makna pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram. METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada pendekatan kualitatif dilakukan dengan ciri-ciri sebagai berikut : pemilihan suatu lokasi, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan. Sedangkan untuk teknik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan

4 deskriptif kualitatif. Menurut Margono (2004 : 97) dinyatakan bahwa pengolahan data ini meliputi data dan analisis data. Data disusun secara teratur atau secara berkelompok. 2. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Selaparang Kota Mataram yang terkait dengan pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram. Objek penelitian ini dilakukan bermaksud untuk mengungkap permasalahan yang diajukan. 3. Jenis dan Sumber Data Menurut Azwar, (1998: 91) sumber data dalam penelitian di bagi menjadi dua yaitu: 1) Data primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung dari subjek sebagai sumber informasi. Data informasi secara lengkap dan jelas diperoleh sesuai dengan permasalah yaitu dengan cara mengadakan wawancara. 2) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data yang digunakan adalah buku-buku referensi yang terkait dalam penelitian ini, misalnya: hasil penelitian, makalah, surat kabar, majalah dan buku jenis lainnya. 4. Instrumen Penelitian Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan oleh peneliti (Arikunto, 2002:11). Sesuai dengan teori tersebut, maka pengumpulan data utama dalam penelitian kualitatif ini dilakukan oleh peneliti sendiri, mengingat pemahamannya secara mendalam tentang subjek yang akan diteliti. Data dikumpulkan dengan menggunakan pedoman wawancara terkait dengan pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu, dibantu dengan menggunakan berupa alat-

5 alat, seperti kamera, buku catatan dan juga tape recorder dengan maksud untuk mencari data sesuai dengan tujuan penelitian ini. 5. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teknik Observasi Observasi sangat dibutuhkan dalam penelitian. Observasi yang dimaksud disini adalah peneliti memperoleh data secara langsung dengan mengadakan secara cermat pencatatan dan untuk dikumpulkan sehingga memperoleh data yang dibutuhkan (Singarimbun, 1995 : dan Arikunto, 2002 : 204). Sehubungan dengan teknik observasi yang dilakukan dimana peneliti secara langsung menjajagi pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu yang dijadikan sebagai objek yang akan diteliti dan sekaligus melakukan suatu pendekatan dengan maksud untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian ini. 2. Tehnik Wawancara Teknik wawancara dilakukan secara langsung dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat atau valid sehubungan dengan tujuan dari penelitian ini. Daftar wawancara dibuat garisgaris besarnya saja dengan maksud memudahkan peneliti dalam mengajukan suatu pertanyaan terkait pakelem pelinggih pada tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram tinjauan bentuk, fungsi dan makna. 3. Teknik Dokumentasi Menurut Bungin, (2007:123) bahwa: kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artifak, foto, disc, CD, harddisk, flasdisk dan lainnya. Metode dokumentasi merupakan metode yang dipergunakan untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan jalan mengumpulkan laporan-laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran manusia dimasa lalu yang berupa barang-barang tertulis dalam bentuk surat kabar, majalah, foto, dan sebagainya (Nasir, 1998:35).

6 Menurut Zuriah, (2006:191) tehnik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubunagn dengan dengan maslah penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu untuk mendapatkan sejumlah data dari beberapa dokumen, foto-foto, majalah dan lainnya yang tentunya sangat berkaitan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh disesuaikan kemudian disusun dengan sistematis dan objektif. 6. Tehnik Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah kualitatif. Ada beberapa langkah yang dipergunakan dalam menganalisis data kualitatif yaitu: 1. Reduksi Data Peneliti melakukan proses dan penilaian serta pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diperoleh. Dari kegiatan ini kemudian diorganisasikan sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. 2. Display Data Adalah proses yang dilakukan peneliti berupa kegiatan-kegiatan menyajikan data dari hasil data yang telah direduksi sebelumnya. Dalam penyajian data ini data akan diklasifikasikan terlebih dahulu sesuai fokus masalah dan kemudian baru diuraikan dengan cara narasi. Tetapi tidak menutup kemungkinan menyajikan dengan uraian argumentatif apabila ada hal yang perlu diberikan alasan-alasan. 3. Verifikasi atau Penyimpulan Langkah ini sering disebut sebagai langkah pengambilan keputusan. Peneliti dalam tahap ini berusaha mencari makna dari data yang diperoleh dengan mencari pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dari data yang telah diverifikasi kemudian peneliti mengambil kesimpulan dan keputusan (Miles dan Huberman dalam Riyanto, 2007:31). Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yaitu hasil data yang disajikan dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah yang bersifat objektif dalam bentuk kata-kata bukan angkaangka. PEMBAHASAN

7 Pakelem Pelinggih Tempat suci keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram Hasil analisis data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan tehnik pengumpulan data yang digunakan, terutama analisis ini dipertajam hasilnya melalui wawancara dari informan sebanyak 12 orang, yaitu: tokoh-tokoh agama (sulinggih, pemangku), sarati banten dan tokohtokoh masyarakat, maka hasilnya dapat dipaparkan dengan optimal, yaitu: A. Bentuk Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram. Bentuk pakelem hasil analisis dalam penelitian ini dapat disajikan, bahwa pakelem terdiri dari dua (2) paket, yaitu : Paket 1: bahan dari unsur logam besi yang dibentuk miniatur menjadi 33 jenis alat dan unsur pelengkapnya. Jenis alat yang dimaksud, adalah: a. Alat-alat pertukangan ; 1). Geregaji, 2).Timpas, 3). Siku, 4). Seleran, 5). Sekop, 6). Kepang, 7). Bonceng, 8). Pahat, 9). Golok, 10). Belakas arit, 11). Blakas komak, 12). Pengutik, 13). Batik lapah, 14). Arit pedang. b. Alat-alat di sawah ; 1). Tenggala, 2). Gau, 3). Ban gau, 4). Ayuga, 5). Gareng, 6). Tulud tambah. c. Alat-alat dapur ; 1). Penggorengan, 2). Sendok. d. Alat-alat tulis ; 1). Pengerikrikan, 2). Jarum. e. Alat-alat pande ; 1). Paron/talenan, 2). Palu, 3). Betel, 4). Linggis, 5). Semprong, 6). Sepit api. f. Alat-alat pebersihan ; 1). Caket, 2). Gunting, 3). Sepit panjang. ini : Jenis-jenis alat dari unsur logam besi, untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada foto dibawah Foto 1: Jenis-jenis alat dari logam besi Foto 2: jenis-jenis alat dari logam besi

8 Sarana berbentuk material yang bahannya bersumber dari logam besi yang telah disebutkan diatas adalah merupakan suatu peralatan lengkap atau perkakas bentuknya kecil-kecil yang telah ditentukan berjumlah 33 jenis alat. Selain penggunaan sarana berupa bahan logam besi juga mempergunakan sarana tambahan sebagai sarana pelengkap yang terdiri dari bahan rempahrempah dan beberapa jenis nama kayu-kayu tertentu yang digunakan untuk melengkapi bahan pakelem dasar pelinggih di tempat suci keluarga. Bahan rempah-rempah yang dimaksud dalam hal ini adalah sejenis kelengkapan bumbubumbu dapur antara lain; pala (jebugarum), tabie bun, jinten putih, jinten cemeng (hitam), ketumbar biasa, ketumbar bolong, merica putih, merica hitam, cengkeh, kapulaga, kelabet, musi, kembang tapen, adas manis, saparwantu, suda wayah. Sedangkan bahan tambahan lainnya berupa penggunaan nama jenis kayu digunakan antara lain : kayu manis, pulasari/pula waras/kayu putih dan mesui. Rempah-rempah dan jenis-jenis kayu digunakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada foto di bawah ini : Foto 3 : Rempah-rempah dan jenis-jenis kayu Sarana material berupa peralatan dari besi berjumlah 33 jenis alat tersebut disertai pula bahan-bahan tambahan berupa rempah-rempah dan jenis kayu-kayu yang telah disebutkan diatas adalah sebagai bahan pelengkap pakelem dan semua unsur-unsur tersebut digabung menjadi satu (1) paket. Paket ini dilengkapi pula dengan kain putih serta benang tri datu (tiga jenis benang berwarna ; putih, merah dan hitam) dan untuk penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. 2. Paket 2: bahan dari unsur logam berupa emas, perak dan tembaga. Masing-masing dari unsur logam tersebut dibentuk berdasarkan ketentuan antara lain: a. Logam emas (22 karat) dibentuk beberapa jenis, yaitu;

9 a) Pripihan emas; bentuknya persegi dengan ukuran 2x3 Cm, tebal dan beratnya disesuaikan dengan kebutuhan. b) Jarum emas; berat dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. b. Perak dibentuk beberapa jenis, yaitu; a) Pripihan perak; bentuknya persegi dengan ukuran 2x3 Cm, tebal dan beratnya disesuaikan dengan kebutuhan. b) Jarum perak; berat dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. c. Tembaga dibuat beberapa bentuk, yaitu; a) Pripihan tembaga; bentuknya persegi dengan ukuran 2x3 Cm, tebal dan beratnya disesuaikan dengan kebutuhan. b) Jarum tembaga; berat dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Mirah ; batu permata dengan warna merah, Warna, besar dan kecilnya disesuaikan dengan kebutuhan. 4. Lungit dan ganti. 5. Minyak wangi atau pender. 6. Botol kaca atau gelas kaca atau cawan keramik (ukurannya disesuaikan kebutuhan). 7. Kain putih ukurannya disesuaikan penggunaannya. 8. Benang tri datu dengan warna ; putih, merah dan hitam 9. Kwangen dilengkapi dengan kepeng bolong dengan jumlah 11 kepeng. Untuk memperoleh gambaran jelas yang dimaksud dengan pripihan, jarum (emas,perak,tembaga) dan unsurnya dapat dilihat pada foto di bawah ini : Foto 4: pripihan dan jarum (emas,perak,tembaga) Foto 5: permata mirah,minyak wangi dan kain putih

10 B. Fungsi Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram a. Paket 1: unsur bahan dari logam besi yang berbentuk peralatan berjumlah 33 jenis alat dan unsur pelengkap lainnya. Jenis-jenis alat yang dimaksud beserta jumlahnya, yaitu; 1). Alat-alat pertukangan berjumalah : 14 alat, 2). Alat-alat di sawah : 6 (enam), 3). Alat-alat dapur : 2 (dua), 4). Alat-alat tulis : 2 (dua), 5). Alat-alat pande : 6 (enam), 6). Alat-alat pebersihan : 3 (tiga). Sarana material berupa alat-alat bersumber dari logam besi adalah merupakan suatu peralatan lengkap atau perkakas berjumlah 33 jenis ini difungsikan sebagai bahan kelengkapan untuk pakelem dasar pelinggih yang didirikan atau dibangun pada tempat suci keluarga di setiap perumahan yang disebut dengan istilah sanggah atau pamerajan. Sarana pakelem dasar pelinggih dari unsur besi ini dilengkapi pula dengan beberapa unsur lainnya, antara lain; rempahrempah dan nama-nama jenis kayu yang digunakan seperti yang telah disebutkan diatas. Unsurunsur bahan tambahan ini difungsikan sebagai bahan pelengkap pakelem dasar pelinggih. Unsur rempah-rempah yang digunakan adalah suatu bahan yang secara empiris adalah bahan yang mengandung unsur hangat sifatnya positif. Dalam proses penataan untuk sarana pakelem dasar yaitu dari semua unsur yang termasuk didalamya menjadi satu paket. Sebagai unsur wadah atau tempat yang digunakan tersebut adalah dengan mengambil salah satu (1) dari alat perkakas yang terdaftar pada 33 jenis alat besi tersebut yaitu penggorengan. Penggorengan bentuknya bundar dan cembung dengan berukuran kecil ini memiliki 1 (satu) tangkai pegangan dan sisanya berupa 32 jenis alat besi lainnya tersebut diletakkan di atas penggorengan, sehingga semua unsur alat besi sebagai pelengkap dapat terlingkup didalamnya. Foto 6 : paket 1 bahan pakelem dasar pelinggih

11 Bahan-bahan sebagai unsur isi yang diperlukan telah disiapkan, maka bahan-bahan tersebut diletakkan di atas penggorengan baik yang berupa semua peralatan dari jenis besi dan juga bahan rempah-rempah dan pelengkap lainnya menjadi satu wadah di tempat penggorengan itu sendiri. Namun sebelum penggorengan difungsikan sebagai tempat atau wadah, maka pada bagian dalamnya telah dirajah dengan aksara suci oleh seorang sulinggih. Penggunaan berupa kain putih difungsikan sebagai sarana untuk membungkus penggorengan lengkap dengan unsur didalamnya. Sedangkan benang tri datu yaitu terdiri dari tiga (3) jenis benang berwarna; putih, merah dan hitam difungsikan untuk mengikat supaya kuat dan tidak lepas pada bungkusan penggorengan tersebut. Benang ini terbuat dari bahan serat kapas yang telah dipintal dalam bentuk memanjang dan pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan. Bentuk pakelem dasar pelinggih ini difungsikan sebagai unsur pedagingan bagian dasar pada masing-masing pelinggih yang telah berdiri di sanggah atau pamerajan keluarga yaitu dengan cara dikelem atau ditanamkan pada dasar pelinggih. Sebelum proses ditanam, maka dilaksanakan upacara penyucian dengan memakai sarana banten penyucian atau pemelaspas beserta banten kelengkapannya terhadap pelinggih-pelinggih yang dimaksud dan sekaligus seluruh area lingkungan sanggah tersebut. Pada proses acara berlangsung disertakan upacara pemelaspasan terhadap perangkat pakelem dasar pelinggih dan dilaksanakan upacara pasupati atau dihidupkan secara spiritual dengan mantra-mantra pujaan yang dipimpin atau dipuput oleh sulinggih. Mapakelem pada dasar pelinggih disertai dengan kwangen dengan jumlah 11 kepeng dan banten kelengkapannya. Kwangen dan uang kepeng bentuknya bundar dan pada bagian tengahnya bentuknya bujur sangkar difungsikan sebagai penyerta pelengkap pakelem dasar pelinggih dalam bentuk seperangkap lengkap sebagai sarana pedagingan atau unsur isi dari dasar pelinggih dan banten itu sendiri adalah sebagai bentuk persembahan suci. b. Paket 2: bahan terdiri dari beberapa unsur logam dengan ukuran kecil-kecil dan unsur pelengkapnya, yaitu ; 1. Logam emas, perak dan tembaga yang dibentuk berupa pripihan dan jarum difungsikan sebagai pelengkap pakelem untuk bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih.

12 2. Mirah ; batu permata dengan warna merah difungsikan sebagai pelengkap pakelem untuk bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih. Permata mirah dipilih sesuai dengan manifestasi Tuhan. 3. Lungit ganti, minyak wangi atau pender; difungsikan sebagai pelengkap pakelem untuk bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih. 4. Botol kaca, gelas kaca difungsikan sebagai wadah atau tempat untuk semua unsur termasuk pripihan, jarum, permata, lungit, ganti dan minyak wangi sehingga menjadi satu paket dan sekaligus sebagai pelengkap pakelem pada ruang atau rong pelinggih. 5. Kain putih ukurannya disesuaikan penggunaannya difungsikan sebagai pembungkus pakelem pada ruang atau rong pelinggih. Penggunaan kain putih atau warna kain lainnya yang dipilih sesui dengan simbul dewa yang distanakan. 6. Benang tri datu dengan warna ; putih, merah dan hitam. Benang tri datu difungsikan sebagai tali pengikat pembungkus pakelem pada ruang atau rong pelinggih dan memiliki sifat luwes dan lentur. 7. Kwangen diisi dengan uang kepeng berjumlah 11 kepeng dan dilengkapi dengan banten penyerta pelengkap lainnya. Kwangen; difungsikan sebagai pelengkap sarana pakelem pada ruang atau rong pelinggih dan banten penyerta adalah sebagai bentuk persembahan. Foto 7: Botol kaca bening Foto 8: paket 2 pakelem untuk ruang atau rong pelinggih tepat dihadapan sulinggih

13 Paket 2 ini lengkap dengan tiga (3) jenis pripihan, yaitu emas, perak dan tembaga dan pada masing-masing lembarnya telah ditulisi dengan aksara suci oleh sulinggih. Selain sarana logam tersebut dilengkapi dengan permata mirah, minyak wangi dan lainnya adalah merupakan unsur pelengkap pakelem pelinggih yang difungsikan sebagai unsur isi atau pedagingan pada bangunan suci bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih. Mapakelem pada bagian atas dengan cara dikelem atau ditanamkan pada ruang atau rong masing-masing pelinggih. Sebelum proses ditanam, maka dilaksanakan upacara penyucian dengan memakai sarana banten penyucian atau pemelaspas beserta kelengkapannya terhadap pelinggih-pelinggih yang telah berdiri dan termasuk isi pakelem yang dimaksud telah dipasupati oleh sulinggih. Upacara penyucian yang dilaksanakan baik terhadap pelinggih, kompleks bangunannya dan dua (2) jenis paket pakelem yang digunakan sebagai isi untuk pelinggih adalah merupakan syarat untuk suatu tempat pemujaan. Proses tata cara mapakelem pada pelinggih yaitu: paket 1 untuk pakelam pada dasar pelinggih dan paket 2 untuk pakelem bagian atas yaitu pada ruang atau rong masing-masing pelinggih (Kamulan, Ngrurah,Taksu, Penunggun Karang dan pelinggih lainnya). C. Makna Pakelem Pelinggih Pada Tempat Suci Keluarga Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram Paket 1: berupa pakelem dasar pelinggih yang ditanamkan pada dasar pelinggih adalah merupakan seperangkat lengkap yang isinya terdiri dari berbagai unsur sehingga menjadi satu (1) paket dan unsur pelengkapnya. Adapun unsur alat yang dimaksud adalah; a. Logam besi: dibentuk menjadi 33 jenis alat, antara lain; alat-alat pertukangan, alat di sawah, alat dapur, alat tulis, alat pande dan alat pebersihan. Penggunaan jenis-jenis alat dari bahan logam besi dimaknai sebagai suatu bentuk realitas yang mencerminkan adanya suatu hubungan sangat erat dengan usaha kegiatan kerja dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk yang berpotensi dalam melakukan suatu profesi atau keahlian dalam pekerjaannya sehingga manusia mampu untuk mengatasi masalah-masalah terkait dalam kelangsungan hidupnya sehingga menjadi lebih baik atau memperoleh keselamatan. b. Bahan pelengkap seperti bahan rempah-rempah dan jenis kayu yang digunakan dalam pakelem ini adalah sebagai bahan pelengkap untuk pakelem dasar pelinggih yang dimaknai sebagai suatu bahan yang mengandung unsur hangat atau unsur panas. Unsur positif yang ada didalamnya

14 terpancar sehingga dapat membangkitkan daya hidup pada pelinggih tersebut dan juga terkait dalam kehidupan kita terbias adanya unsur hangat yang sangat membantu kita terutama dalam hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-nya dan juga bhatara-bhatari yang kita puja. Paket 2: sebagai pelengkap pakelem yang ditanamkan pada bagian atas yaitu pada ruang atau rong pelinggih terdiri dari beberapa unsur logam yang dibentuk sesuai dengan ketentuan dan bahan tambahan lainnya sehingga menjadi satu (1) paket. Unsur-unsur yang dimaksud, yaitu : a. Unsur logam: 1). Emas; berupa pripihan dan jarum. Emas berwarna kuning dimaknai sebagai suatu simbol yang erat kaitannya dengan dewa yang dimuliakan dan di puja. 2). Perak; berupa pripihan dan jarum. Perak berwarna putih dimaknai sebagai suatu simbol yang erat kaitannya dengan dewa yang dimuliakan dan di puja. 3). Tembaga; berupa pripihan dan jarum. Tembaga berwarna merah dimaknai sebagai suatu simbol yang erat kaitannya dengan dewa yang dimuliakan dan di puja. 4). Batu permata; mirah warna merah atau permata mirah dipilih sesuai dengan simbol manifestasi Tuhan yang dimuliakan dan di puja. b. Unsur isi : 1). Lungit, ganti merupakan dua (2) sarana berpasangan sebagai pelengkap pakelem. 2). Minyak wangi atau pender dimaknai sebagai unsur berbau harum yang dapat memikat Beliau dan berkenan menempati pelinggih yang telah disucikan tersebut. c. Unsur tempat : Botol kaca atau gelas kaca atau cawan kaca ukuran disesuaikan. Sebagai unsur wadah yaitu yang mencakup semua unsur isi didalamnya menjadi satu kesatuan atau menyatu. d. Unsur kain : kain putih atau warna kain dipilih sesui dengan simbul dewa yang distanakan. e. Unsur benang : benang tri datu (warna ; putih, merah dan hitam). Benang tri datu adalah sebagai simbul Tri Murti. f. Unsur upakara : Kwangen, upakara penyucian dan banten pelengkap lainnya adalah sebagai simbul unsur penyerta kelengkapan pakelem pada pelinggih dan sekaligus banten sebagai sarana penyucian dari semua unsur yang digunakan.

15 Penggunaan pakelem pelinggih yaitu sebelum pakelem ditanamkan pada masing-masing pelinggih, maka dilakukan upacara penyucian atau pemelaspasan baik terhadap pakelem, pelinggih dan seluruh area lingkungan. Pakelem difungsikan sebagai isi atau pedagingan pada suatu pelinggih, maka bangunan atau pelinggih tersebut baru dapat difungsikan secara layak sebagai bangunan suci untuk melinggakan dan memuja Ida Sang Hayng Widhi Wasa dan manifestasi-nya beserta bhatara-bhatari atau roh suci leluhur karena Beliau adalah bersifat Maha Suci. Pakelem pedagingan pada pelinggih sesuai dengan lontar Plutuk Upakara Yadnya. Untuk tempat suci, maka dilaksanakan upacara pemelaspas dan mapedagingan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Titib, 2001: Keadaan pura tetap bersih, indah, suci dan tetap dijaga kelestariannya. Tempat suci sebagai tempat sembahyang adalah untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi dan manifestasi-nya. Sembahyang sebagai suatu langkah dekat, patuh dan taat pada-nya. SIMPULAN 1. Bentuk pakelem pelinggih terdiri dari dua (2) paket dan unsurnya adalah: Paket 1; unsur logam besi berbentuk miniatur terdiri 33 jenis alat, rempah-rempah, jenis-jenis kayu, benang tri datu dan kwangen. Paket 2; unsur logam (emas, perak, tembaga), permata mirah, unsur lungit dan ganti, minyak wangi, botol kaca atau gelas kaca, kain putih, benang tri datu dan kwangen. 2. Fungsi pakelem pelinggih dua (2) paket, adalah: Paket 1; sebagai isi pakelem dasar pelinggih yang ditanamkan pada dasar pelinggih setelah dilaksanakan upacara penyucian atau pemelaspasan terhadap sarana dan pelinggih tersebut. Paket 2; sebagai isi pakelem pelinggih yang ditanamkan bagian atas yaitu pada ruang atau rong masingmasing pelinggih setelah dilaksanakan upacara penyucian atau pemelaspasan terhadap sarana dan pelinggih tersebut. 3. Makna pakelem pelinggih dua (2) paket dimaknai, yaitu: Paket 1; adalah suatu bentuk realitas yang erat keterkaitannya dengan hubungan manusia terhadap profesinya untuk berjuang dalam hidup menjadi lebih baik dan juga hubungannya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-nya. Paket 2; sebagai simbol-simbol yang erat hubungannya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-nya yang dimuliakan

16 dan di puja dengan persembahan keharuman sehingga Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasi-nya berkenan menempati pelinggih yang telah suci. SARAN 1. Kepada instansi yang terkait didalamnya senantiasa untuk memberikan penyuluhanpenyuluhan kepada umat Hindu di Kecamatan Selaparang Kota Mataram mengenai arti pentingnya menggunakan pakelem pada pelinggih yang didirikan. 2. Kepada keluarga Hindu yang belum merasa pelinggihnya berisi pakelem berupa pedagingan sebaiknya untuk menggunakan pakelem pada pelinggih yang dibangun dengan tujuan memperoleh kerahayuan. DAFTAR PUSTAKA Anom, Ida Bagus, Ngawangun Parhyangan Lan Paumahan. Denpasar:Widya Dharma. Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. Azwar, Saefudin,1998. Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Belajar. Badan Pusat Statistik Kota Mataram, Kecamatan Selaparang Dalam Angka Bungin, Burhan, Metodelogi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif Dan Kualitatif. Surabaya : University Press , Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Donder, I Ketut Panca Datu Aton, Atma dan Animisme. Surabaya:Paramita. Goda, I Gusti Gede. Pura. Lombok Barat di perbanyak oleh Bimas Hindu dan Budha Landak Lobar. Margono, S Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nasir, Moh Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press. Netra, Oka Anak Agung Gde, Tuntunan Dasar Agama Hindu. Jakarta : Hanoman Sakti. Pem. Propinsi Bali Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek- Aspek Agama Hindu I-XV. Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama. Pendit, S Bhagavagita. Jakarta : CV. Felita Nursatama Lestari. Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya : Unesa University Press. Sudarsana,I B Putu, Manifestsi Sang Hyang Widhi. Denpasar: Yayasan Dharma Acharya. Singarimbun, Masri dan S. Efendi Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Zuriah, Nurul Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

17 Lontar: Ida Pandita Pramadaksa, Plutuk Upakara Yadnya. Denpasar.

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13 EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mengenai Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah pendekatan kualitatif.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara menurut sistem aturan tertentu untuk mengarahkan suatu kegiatan praktis agar terlaksana secara rasional guna mencapai hasil yang optimal. 1 Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan, sedangkan penelitian pada hakekatnya adalah suatu proses atau wahana untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

Aplikasi Mobile Pembelajaran Hari Suci Tumpek Landep Berbasis Android

Aplikasi Mobile Pembelajaran Hari Suci Tumpek Landep Berbasis Android Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Aplikasi Mobile Pembelajaran Hari Suci Tumpek Landep Berbasis Android Pande Putu Gede Putra Pertama 1), I Made Agus Wirahadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menjadi satuan yang dapat dikelola mesintesiskannya mencari dan

III. METODE PENELITIAN. menjadi satuan yang dapat dikelola mesintesiskannya mencari dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dijelaskan sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian yang berjudul Model Pendidikan Life Skill di Sekolah Dasar Lebah Putih Kecamatan Sidomukti Kabupaten Salatiga ini merupakan penelitian yang menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai ritual keagamaan dan perjudian yang dilakukan oleh masyarakat etnis Bali ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari, 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 42 Adapun jenis metode penelitian

Lebih terperinci

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI Gusti Ayu Putu Ardiyanti 1*, Ida Bagus Rai Putra 2, I Nyoman Supatra 3 [123] Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Unud 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari atau alat untuk penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 61 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007:5), penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan, akan tetapi dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian

METODE PENELITIAN. Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang di Gunakan Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dorongan utama untuk mengadakan penelitian ialah instink ingin tahu yang

BAB III METODE PENELITIAN. Dorongan utama untuk mengadakan penelitian ialah instink ingin tahu yang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian pada hakikatnya adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Dorongan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. 1 Menurut Bogdan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (e) Analisis Data dan (f) Pengecekan Keabsahan Data

BAB III METODE PENELITIAN. (e) Analisis Data dan (f) Pengecekan Keabsahan Data BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan mengemukakan gambaran yang berkaitan dengan metode penelitian, yang terdiri dari (a) Jenis dan Pendekatan Penelitian, (b) Lokasi Penelitian (c) Data dan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI 118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA PERAWATAN DAN PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI NYOMAN ERNA CAHYANI NIM. 1221503003 PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan pendekatan deskriptif (deskriptif kualitatif). Menurut Bogdan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan penelitian

Lebih terperinci

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU DEWI GARDINA RAHAYU

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU DEWI GARDINA RAHAYU PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU DEWI GARDINA RAHAYU 1221503008 PROGRAM STUDI D3 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative research), yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip University Governance di Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam penelitian akan menentukan kadar ilmiah hasil penelitian yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam penelitian akan menentukan kadar ilmiah hasil penelitian yang dapat 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu atau praktis. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas 64 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Khusus Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian field research (penelitian lapangan) yang menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu atau praktis. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. 1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melainkan berupa gambaran dan kata-kata. 1

BAB III METODE PENELITIAN. melainkan berupa gambaran dan kata-kata. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri dari angkaangka)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan Logos yang artinya ilmu atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan Logos yang artinya ilmu atau 57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berasal dari kata Metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu ; dan Logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi artinya

Lebih terperinci

Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali

Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali I Nyoman Gde Suardana Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail: suar_bali@yahoo.com ABSTRAK Pulau Bali juga disebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005:58), metode adalah cara yang ditempuh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam. mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam. mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. 68 Cara ilmiah berarti kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Modinan masih melestarikan tradisi Suran Mbah Demang.

BAB III METODE PENELITIAN. Modinan masih melestarikan tradisi Suran Mbah Demang. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Dusun Modinan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping. Pemilihan tempat ini karena masyarakat di Dusun Modinan masih melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan segala sesuatu yang melatarbelakangi penataan dan pengembangan daya tarik wisata di Pantai Purnama, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan yang akan

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007 : 1). Ini berarti untuk

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007 : 1). Ini berarti untuk BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007 : 1). Ini berarti untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya

BAB III METODE PENELITIAN. dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian berdasarkan pendekatan secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Field Research, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lingkungan tertentu.1 Di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. karena ada suatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin membuktikan. berbagai latar belakang terjadinya sesuatu.

BAB III METODE PENELITIAN. karena ada suatu masalah yang memerlukan jawaban atau ingin membuktikan. berbagai latar belakang terjadinya sesuatu. 75 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditunjukkan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu. Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan

Lebih terperinci

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi 1 RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi Abstrak Relief of Tantri that is located in Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. This area located

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penggunaan metode yang tepat dalam penelitian adalah syarat utama dalam mencari data. Mengingat penelitian merupakan suatu proses pengumpulan sistematis dan analisis logis terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang terdapat di dalam skripsi ini adalah penelitian field research yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik

Lebih terperinci

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN Oleh I Gusti Agung Malini Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Selain ritual, menusukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam BAB III METODE PENELITIAN III.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat.

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui eksistensi

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana dengan pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimkasud adalah kegiatan penelitian yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa

Lebih terperinci