Elfira Purnama. Dosen Pembimbing: Murtedjo, SE., Ak., MM. Binus University, ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Elfira Purnama. Dosen Pembimbing: Murtedjo, SE., Ak., MM. Binus University, ABSTRACT"

Transkripsi

1 KONTRIBUSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (DPPKD) KABUPATEN LEBAK BANTEN Elfira Purnama Dosen Pembimbing: Murtedjo, SE., Ak., MM Binus University, ABSTRACT The purpose of this study is to evaluate the tax revenue non-metal minerals and stone associated with the original income in the Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Lebak, assess the potential for local revenue in Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Lebak and find out how much tax contribution of non-metal minerals and stone against the acceptance of local revenue in Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Lebak regency. The methodology used in this study is a qualitative research methodology in which the techniques used are observation technique texts, and interviews. The results showed that tax non-metal minerals and stone did not contribute significantly to revenue in Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Lebak Banten. Keyword: Mineral Tax Non-Metal and Stone, Contribution Mineral Tax Non-Metal and Stone, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD). ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan terkait dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak, menilai potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak dan mengetahui seberapa besar kontribusi dari pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif dimana tehnik yang digunakan adalah tehnik observasi teks, lapangan dan wawancara.

2 Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak mineral bukan logam dan batuan tidak berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak Banten. Kata Kunci: Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD). PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kemandirian suatu daerah dapat diukur dari kemampuan daerah tersebut untuk melaksanakan dan membiayai pembangunannya sendiri. Pembangunan daerah adalah meningkatkan pendapatan daerah, pengelolaan sumber daya yang baik, sekaligus menjamin pemerataan kesejahteraan masyarakat dengan mengarah pada asas keadilan sosial. Dalam melaksanakan pembangunan daerah, segenap kemampuan modal dan potensi daerah yang ada harus dimanfaatkan sebesar-besarnya, disertai kebijaksanaan serta langkah-langkah untuk membantu mengendalikan laju pertumbuhan dan meningkatkan kemampuan yang lebih besar bagi golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Pendapatan asli daerah (PAD) menjadi kunci untuk terbukanya laju pertumbuhan daerah ke arah yang lebih maju dan berkembang. Bukan saja dalam aspek ekonomi, tetapi dapat pula merambat pada aspek-aspek lain seperti pendidikan, sosial, kesejahteraan masyarakat, dan lain sebagainya. Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan berasal dari beberapa sumber, salah satu sumber penerimaan itu adalah pajak. Untuk dapat membiayai dan memajukan daerah tersebut, dapat ditempuh antara lain melalui suatu kebijaksanaan yang mewajibkan setiap orang membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Pajak yaitu salah satu potensi penting bagi suatu daerah. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Pajak memiliki unsur-unsur yaitu, iuran dari rakyat kepada negara, berdasarkan undang-undang (pusat) dan perda (daerah), tanpa jasa timbal dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk, serta digunakan untuk membiayai negara yaitu untuk pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Tak dapat dipungkiri, pajak daerah merupakan salah satu sumbangsih terbesar pada penerimaan kas daerah. Hal itu disebabkan dari letak geografis daerah dan potensi-potensi yang terdapat pada wilayah itu sendiri. Salah satu pajak terbesar dipemerintahan daerah Lebak yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) adalah pajak mineral bukan logam dan batuan. Seperti dalam laporan realisasi pendapatan daerah kabupaten Lebak, pajak mineral bukan logam dan batuan atau yang sebelumnya disebut pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C ini, mampu memberikan suntikan dana untuk kesehatan pendapatan asli daerah di kabupaten Lebak. Sehingga dapat mengoptimalkan pelaksanaan pemerintahan daerah serta pembangunan daerah semakin berkembang. Dalam realisasi pendapatan daerah di kabupaten Lebak tahun 2011, realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan sebesar Rp ,- melebihi dari targetnya yaitu Rp ,-. Sebenarnya realisasi dari peneriman pajak mineral bukan logam dan batuan ini masih bisa lebih dioptimalkan, sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih pada penerimaan pendapatan asli daerah. Mengingat kabupaten Lebak yang memiliki potensi sumber daya alam tambang yang tinggi untuk dikomersilkan. Kondisi pajak mineral bukan logam dan batuan dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pasang surut. Hal itu dikarenakan belum optimalnya pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan di kabupaten Lebak. Selain itu masih ada beberapa faktor yang mengakibatkan penerimaan pajak ini menjadi surut diantaranya yaitu, berkurangnya potensi bahan galian di kabupaten Lebak, banyaknya pengusaha tambang yang buka tutup, kurangnya pos penjagaan atau pos

3 pemeriksaan SJAP di lapangan, dan minimnya sosialisasi tentang pajak mineral bukan logam dan batuan pada masyarakat Kabupaten Lebak. Sedangkan meningkatnya jumlah penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan difaktori oleh dua hal, yaitu adanya potensi-potensi tambang yang baru dan adanya tambahan-tambahan materi penambangan dan penggalian dari para pengusaha galian tambang atau pasir di wilayah Lebak. Untuk itu, pemerintah daerah semakin mengembangkan dan meningkatkan perencanaan serta pengawasannya terhadap pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan ini. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak Banten. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengevaluasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan terkait dengan Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak. 2. Untuk menilai potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak. 3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah DPPKD Kabupaten Lebak. METODE PENELITIAN 1) Jenis dari risetnya adalah pengujian eksploratoria; 2) Risetnya adalah riset deskriptif; 3) Dimensi waktu risetnya adalah melibatkan urutan waktu (time series); 4) Kedalaman risetnya adalah mendalam tetap hanya melibatkan satu objek saja (studi kasus); 5) Metode pengumpulan datanya adalah kontak langsung (wawancara); 6) Menentukan lingkungan risetnya adalah noncontived setting, yaitu lingkungan riil (field setting); 7) Unit analisisnya adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah; HASIL PENELITIAN Tahap Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Lebak Banten Proses penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimulai dari pembayaran hingga pengevaluasiannya, dilakukan melalu beberapa proses atau tahapan sebagai berikut: 1. DPPKD melakukan perencanaan atau penganggaran target penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan yang akan dicapai dalam satu tahun tertuang dalam APBD. 2. Setelah melakukan penganggaran, langkah yang di lakukan yaitu melakukan evaluasi setiap 3 bulan sekali, yang merupakan tahapan resmi dalam peraturan daerah dimana pada triwulan kesatu diharapkan pencapaian target sebesar 15%, triwulan kedua 40%, triwulan ketiga 75%, dan triwulan keempat 100%. 3. Pihak DPPKD menganalisa data potensi pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Lebak, sepanjang para pengusaha atau badan yang melakukan proses galian pertambangan itu memiliki izin (legal), mereka berkewajiban untuk membayar pajak berdasarkan produksi yang terjual. 4. DPPKD mengeluarkan SJAP (Surat Jalan Angkutan Pertambangan) berbentuk karcis berjumlah 3 lembar. Di dalam karcis, terdapat nilai nominal pajak yang disesuaikan dengan tonase dan jenis kendaraan yang akan mengangkut galian tambang tersebut. 5. Para pengusaha membeli SJAP langsung ke kantor DPPKD sebagai tanda mereka telah membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam proses ini, pihak DPPKD sebelumnya melakukan wawancara terlebih dahulu dengan para pengusaha tambang mengenai jenis tambang yang akan dikelola, jenis dan jumlah kendaraan yang akan dipakai untuk mengangkut, dan tonasenya untuk menentukan jenis karcis yang sesuai.

4 Berikut adalah perbedaan karcis atau SJAP yang akan di pakai oleh pengusaha tambang untuk melakukan penggalian: Warna Karcis Muatan Jenis Kendaraan Merah Muda 6 ton Colt Diesel Biru 4 dan 15 ton Dump Truck Kuning 20 ton Tronton Besar Hijau Muda 10 ton Puso Putih 4 ton Colt Diesel Sumber: Hasil wawancara dengan pejabat bidang Pendapatan Asli Daerah Setiap tahun warna karcis bisa berubah, misalnya warna hujau muda untuk 4 ton dan warna yang lain untuk tarif yang lain, hal itu dilakukan utnuk memudahkan pengendalian di DPPKD. 6. Setelah menerima uang pembayaran karcis dari pengusaha, pihak DPPKD mencatat ke dalam laporan hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan per hari nya uang tersebut langsung disetorkan ke bank BJB. Bank BJB telah di percaya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak untuk menyimpan uang daerah. 7. Pihak DPPKD membuat pos pemeriksaan SJAP di lapangan atau disebut juga Pos Pajak Daerah sebagai sistem pengendaliannya. Terdapat 3 penempatan Pos Pajak Daerah yaitu di daerah Jalupang, Citeras dan Kadu Agung dimana daerah-daerah tersebut merupakan titik arus keluar wilayah Kabupaten Lebak. 8. Para pengusaha yang telah membeli SJAP menyerahkan salah satu potongan karcis pada supir angkutan mereka yang kemudian akan diserahkan pada petugas pos pemeriksaan SJAP di lapangan saat beroperasi. 9. Setiap minggunya petugas SJAP melakukan evaluasi terhadap hasil penjaringan SJAP yang beredar di lapangan dan melaporkannya pada DPPKD. 10. DPPKD melakukan pencocokan dari hasil laporan evaluasi petugas pos dengan catatan yang ada diregister DPPKD saat para pengusaha tersebut membayar pajak. Apakah potongan karcis SJAP sesuai atau tidak sesuai dengan data yang ada di register kantor. Kontribusi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Lebak Tahun Anggaran Berikut ini adalah tabel-tabel penjabaran laporan realisasi anggaran pendapatan belanja daerah di Kabupaten Lebak Banten dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011: Tabel Tahun 2007 U r a i a n Jumlah (Rp) Bertambah / (Berkurang) Anggaran Perubahan Realisasi (Rp) % PENDAPATAN DAERAH 676,432,107, ,321,895, ,889,787, Pendapatan Asli Daerah 51,461,107, ,937,969, (2,523,137,662.00) Hasil Pajak Daerah 5,202,300, ,965,022, ,722, Pajak Hotel 45,000, ,252, ,252, Pajak Restoran 350,000, ,116, ,116, Pajak Hiburan 6,300, ,110, (190,000.00) Pajak Reklame 250,000, ,182, ,182, Pajak Penerangan Jalan 2,200,000, ,576,193, ,193, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 2,300,000, ,313,466, ,466, Pajak Parkir 6,000, ,200, ,200, Pajak Sarang Burung Walet 45,000, ,501, (35,499,000.00) 21.11

5 Tabel Tahun 2008 U R A I A N JUMLAH ( Rp. ) BERTAMBAH ANGGARAN REALISASI ( BERKURANG ) % P E N D A P A T A N 825,999,532, ,610,622,930 (20,388,909,070) PENDAPATAN ASLI DAERAH 76,942,599,000 50,899,149,186 (26,043,449,814) PAJAK DAERAH 6,275,000,000 7,445,305,469 1,170,305, Pajak Hotel 75,000, ,428,850 65,428, Pajak Restoran 560,000, ,437, ,437, Pajak Hiburan 6,500,000 6,100,000 (400,000) Pajak Reklame 300,000, ,679,690 (11,320,310) Pajak Penerangan Jalan 2,800,000,000 2,742,193,768 (57,806,232) Pajak Galian Gol. C 2,500,000,000 3,302,854, ,854, Pajak Parkir 8,500,000 13,200,000 4,700, Pajak Pengambilan Srg Brg Walet 25,000,000 13,411,000 (11,589,000) Tabel Tahun 2009 Jumlah (Rp) Bertambah / (Berkurang) U r a i a n Anggaran Perubahan Realisasi (Rp) % PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah 74,268,196, ,021,746, (16,246,449,820.00) Hasil Pajak Daerah 7,531,500, ,111,016, (420,483,283.00) Pajak Hotel 100,000, ,181, (42,818,550.00) Pajak Restoran 560,000, ,280, (17,719,926.00) Pajak Hiburan 6,500, ,490, (2,010,000.00) Pajak Reklame 300,000, ,756, , Pajak Penerangan Jalan 3,000,000, ,441,416, ,416, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 3,500,000, ,712,266, (787,733,100.00) Pajak Parkir 40,000, ,300, ,300, Pajak Sarang Burung Walet 25,000, ,325, (17,675,000.00) Tabel Tahun 2010

6 Tabel Tahun 2011 URAIAN JUMLAH ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI BERTAMBAH / (KURANG) % PENDAPATAN 1,169,706,526,956 1,185,100,258,482 15,393,731, PENDAPATAN ASLI DAERAH 89,906,414,000 93,065,058,829 3,158,644, HASIL PAJAK DAERAH 10,169,500,000 14,041,078,255 3,871,578, Pajak Hotel 75,000, ,814,280 28,814, Pajak Restoran 550,000,000 1,232,336, ,336, Pajak Hiburan 7,500,000 14,050,000 6,550, Pajak Reklame 300,000, ,617, ,617, Pajak Penerangan Jalan 4,500,000,000 5,691,379,179 1,191,379, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 3,000,000,000 3,130,920, ,920, Pajak Parkir 37,000,000 37,265, , Pajak Air Bawah tanah 85,000,000 96,061,254 11,061, Pajak Sarang Burung Walet 15,000,000 18,140,000 3,140, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 1,600,000,000 3,308,493,513 1,708,493, Berdasarkan tabel-tabel diatas, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pajak mineral bukan logam dan batuan dalam kurun waktu 5 tahun tersebut mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 target pajak mineral bukan logam dan batuan sebesar Rp ,00, realisasinya sebesar Rp ,00 yang artinya berhasil melebihi target sebesar %. Tahun 2008 pemerintah menaikan target anggaran yaitu sebesar Rp ,00, realisasi yang dicapai sebesar Rp ,00. Di tahun ini, persentase pencapaian target sebesar %. Pada tahun 2009 target pajak mineral bukan logam dan batuan sebesar Rp ,00, realisasinya sebesar Rp ,00 dan persentase pencapaian target sebesar 77.49%. Pada tahun 2010, target pajak mineral bukan logam dan batuan sebesar Rp ,00, realisasinya sebesar Rp ,00 dan persentase pencapaian targetnya sebesar 50.60%. Di tahun 2011, target pajak mineral bukan logam dan batuan di turunkan menjadi sebesar Rp ,00, realisasi yang berhasil dicapai sebesar Rp ,00 dengan persentase pencapaian target sebesar %. Seperti yang tertuang dalam grafik dibawah ini: Gambar 4.1. Diagram Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lebak Hal ini tentu saja membawa angin segar pada pemerintah karena mampu mengembalikan kestabilan anggaran pajak mineral bukan logam dan batuan setelah sebelumnya mengalami penurunan dalam dua tahun ke belakang dengan persentase realisasi % dari target. Hal itu dapat dicapai dengan perbaikan sistem pengelolaan pajak, seperti peningkatan sistem pengawasan dan pengendaliannya, penaikan tarif pajak, optimalisasi pos pajak daerah, dan adanya potensi-potensi tambang yang baru. Tahun 2011 pajak mineral bukan logam dan batuan mulai stabil, realisasi melonjak naik melebihi target setelah dua tahun berturut-turut mengalami kemerosotan. Hal tersebut dilandasi oleh beberapa faktor yaitu:

7 1. Adanya penemuan potensi-potensi galian tambang yang baru. 2. Adanya tambahan galian dari pengusaha-pengusaha tambang. 3. Naiknya tarif pajak dari 10% menjadi 15%. 4. Evaluasi-evaluasi dan koordinasi oleh DPPKD dengan Dinas Pertambangan dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT). 5. Kendaraan-kendaraan yang terjaring di Pos Pemeriksaan SJAP lebih rapat dengan menambah petugas yang kompeten. 6. Optimalisasi pos pajak daerah. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lebak Tahun Berikut ini adalah target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lebak Tahun : Tabel Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kab. Lebak Tahun Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) , ,00 95, , ,00 66, , ,00 78, , ,00 95, , ,00 103,73 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari tahun 2007 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lebak tidak mencapai target yang ditentukan sebesar Rp ,00, yang realisasinya hanya mencapai 95,29% yaitu Rp ,00, pada tahun 2008 target meningkat menjadi Rp ,00 tetapi realisasi hanya mencapai 66,42% yaitu Rp ,00, pada tahun 2009 target menurun sebesar Rp ,00, yang realisasinya hanya mencapai 78,18% yaitu Rp ,00, pada tahun 2010 target mengalami penurunan kembali sebesar Rp ,00, realisasinya hanya mencapai 95,34% yaitu Rp ,00 sedangkan pada tahun 2011 target meningkat mencapai Rp ,00 yang realisasinya pun ikut meningkat hingga mencapai 103,73% yaitu Rp ,00. Kenaikan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terjadi di Kabupaten Lebak tahun disebabkan bahwa potensi PAD setiap tahun mengalami kenaikan dikarenakan evaluasi yang dilakukan pemerintah, sehingga ada upaya untuk memperbaiki pencapaian target PAD. Walaupun terjadi penurunan target di tahun , tetapi pemerintah Kabupaten Lebak mampu menstabilkannya lagi di tahun berikutnya. Selain itu proses ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah juga sangat mempengaruhi dalam pencapain target, potensi-potensi daerah yang ada serta upaya lain yang dilakukan untuk mengendalikan dan meningkatkan PAD. Sedangkan untuk realisasi, pada dasarnya apa yang dicapai telah diperhitungkan sesuai anggaran PAD yang telah ditetapkan. Peningkatan anggaran PAD dari tahun ke tahun merupakan langkah awal dalam menentukan strategi pencapaian realisasi agar dapat berimbang dengan ketetapan anggaran yang telah ditetapkan. Dimana upaya untuk memenuhi pencapaian target dilakukan melalui berbagai hal, diantaranya dengan melakukan pengendalian terhadap petugas pengelolaan PAD secara konsisten dan berkesinambungan, menambah kapasitas SDM, baik kuantitas maupun kualitas, serta pemenuhan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan PAD. Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lebak Tahun Anggaran Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan analisis kontribusi yang menggambarkan seberapa besar kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lebak:

8 Tabel Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lebak Tahun Anggaran Tahun Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan , , , , ,00 Pendapatan Asli Daerah (PAD) , , , , ,00 Kontribusi (%) 4,72 6,46 4,67 3,01 3,36 Jumlah , ,00 22,22 Rata-rata , ,00 4,44 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 pajak mineral bukan logam dan batuan memberikan kontribusinya pada PAD sebesar 4,72%, dimana sumbangan yang diberikan sebesar Rp ,00 untuk PAD, yang saat itu mencapai jumlah sebesar Rp ,00. Tahun 2008 sumbangan pajak ini terhadap PAD naik menjadi 6,46%. Yaitu realisasinya sebesar Rp ,00 dan penerimaan pendapatan asli daerahnya adalah Rp ,00. Pada tahun 2009 dan 2010, kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap PAD dua tahun mengalami penurunan. Yaitu 4,67% pada tahun 2009 dengan realisasi sebesar Rp ,00 dan semakin mengecil pula di tahun selanjutnya, tahun 2010 kontribusi yang diberikan terhadap PAD adalah 3,01% dengan realisasi sebesar Rp ,00 sedangkan PAD yang diterima sebesar Rp ,00. Hal ini disebabkan pihak pemerintah daerah kurang optimal dalam mengelola pajak mineral bukan logam dan batuan ini. Penurunan target pajak mineral bukan logam dan batuan selama dua tahun berturut-turut membuat pemerintah lebih efektif dalam mengelola pajak tersebut. Sehingga pada tahun 2011 pajak ini kembali stabil dengan realisasi melibihi target dan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik untuk pendapatan asli daerah, yaitu 3.36%. Dengan realisasi pajak sebesar Rp ,00 dan PAD sebesar Rp ,00. Bila dihitung secara rata-rata, pajak mineral bukan logam dan batuan telah memberikan kontribusi terhadap PAD selama lima tahun (periode ) sebesar 22,22%. Yaitu Rp ,00 hasil rata-rata kontribusi pajak terhadap PAD. Sedangkan penerimaan rata-rata PAD kurun waktu lima tahun ini yaitu Rp ,00. Bila pemerintah terus melakukan evaluasi setiap tahunnya, maka ada kemungkinan bila kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan dapat lebih meningkat lagi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengevaluasian data yang telah dilakukan serta pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Di Kabupaten Lebak, selama ini didominasi oleh sektor pertambangan dan dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bukan saja dalam aspek ekonomi, tetapi juga merambat pada aspek-aspek lain seperti pendidikan, sosial, kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lebak, dan lain sebagainya. 2. Penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Lebak periode tahun ini mengalami naik turun. Pada tahun 2007, realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan berhasil melebihi target yaitu sebesar %. Di tahun 2008 realisasi pajak semakin meningkat yaitu sebesar 132,11%. Hal ini membuat pemerintah melambungkan anggaran target pajak mineral bukan logam dan batuan di tahun Namun ternyata realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan di tahun 2009 tidak mencapai target, pajak ini hanya mampu mencapai realisasi

9 sebesar 77.49%. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2010, target sedikit lebih ditingkatkan namun realisasi malah semakin menurun dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 50.60%. Melihat kenyataan itu pemerintah akhirnya melakukan evaluasi dan upaya perbaikan agar realisasi pajak mineral bukan logam dan batuan bisa kembali stabil. Karena itu, di tahun 2011 pemerintah menurunkan target pajak ini dan hasilnya, realisasi pajak berhasil melebihi target, yaitu sebesar %. 3. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lebak periode tahun mengalami peningkatan di setiap tahunnya, meskipun tidak selalu mencapai target. Pada tahun 2007 realisasi PAD mencapai 95,29%. Di tahun 2008 menurun menjadi 66,42%. Pada tahun selanjutnya, di tahun 2009 meningkat lagi realisasinya menjadi 78,18%. Begitu pun di tahun 2010, realisasi PAD semakin meningkat menjadi 95,34%. Dan di tahun 2011 PAD semakin menunjukkan pertumbuhannya yang semakin pesat, karena PAD berhasil melebihi target yaitu dengan persentasi sebesar 103,73%. 4. Dari uraian keseluruhan, menunjukkan bahwa kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Lebak periode tahun peningkatan persentasinya kurang signifikan, yaitu dengan rata-rata sebesar 4,44% per tahun. Yang artinya nilai kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap PAD Kabupaten Lebak periode tahun hanya sebesar 4,44%, selebihnya diperoleh dari sumber-sumber PAD lainnya, termasuk jenis pajak daerah yang lain, yang juga dapat memberikan kontribusi pada penerimaan PAD Kabupaten Lebak, yaitu sebesar 95,56%. Saran Dari uraian kesimpulan di atas, sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dalam upaya untuk meningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, maka dapat diberikan saran antara lain: 1. Tingkat efektivitas pengelolaan pajak mineral bukan logam dan batuan harus lebih ditingkatkan lagi. Seperti sistem pengawasan dan pengendalian harus lebih dioptimalkan, terutama bagi aparatur petugas di lapangan pos pemeriksaan Surat Jalan Angkutan Pertambangan (SJAP). Penggalian potensi sumber daya alam tambang di Kabupaten Lebak harus dijaga dan dikendalikan sebaik mungkin, karena itu berpotensi mendatangkan profit bagi daerah dan ikut membantu pula dalam pelaksanaan otonomi daerah. 2. Optimalisasi sumber daya daerah adalah hal terpenting untuk membangun suatu daerah untuk lebih maju dan berkembang lagi. Bukan hanya potensi dari sumber daya alam daerahnya saja, seperti pajak atau retribusi daerah, melainkan sumber daya manusianya jugalah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan pengelolaan daerah dan atau peraturan daerah. Pelatihan sumber daya manusia (SDM) tentunya harus terus di tingkatkan lagi agar pegawai negeri sipil yang mengelola keuangan daerah semakin lebih kompetitif dan berstandar, sehingga pada akhirnya akan semakin mendekati kepada perwujudan otonomi daerah serta dapat mewujudkan kesejahteraan pada masyarakat Kabupaten Lebak. 3. Keterkaitan pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap pendapatan asli daerah bisa saling memberikan pengaruh yang baik untuk masing-masing pihak. Karena itu, pemerintah harus lebih mendukung pengawasan dan pengendalian terhadap pajak mineral bukan logam dan batuan, seperti membiayai segala kebutuhan pengawasan di lapangan, antara lain dengan membangun pos tambahan untuk pemeriksaan SJAP di wilayah Cipanas Gajrug. Melakukan ekstensifikasi terhadap semua potensi daerah, termasuk pajak mineral bukan logam dan batuan, dan secara kontinu (berkesinambungan) melakukan sosialisasi tentang pajak mineral bukan logam dan batuan kepada para wajib pajak agar mereka semakin mengerti dan taat membayar pajak. Bila semua hal itu dapat dilakukan pihak PAD, maka akan sangat mungkin pajak daerah mineral bukan logam dan batuan, atau sumber PAD lainnya untuk memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan PAD. Sehingga penerimaan PAD akan lebih meningkat dan tentunya dapat membantu pembangunan serta perkembangan daerah di Kabupaten Lebak. 4. Agar penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Lebak ini meningkat dan bisa berkonstribusi dengan baik bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka bisa juga dilakukan penaikan tarif pajaknya. Misalnya dari 15% menjadi 20%. 5. Pemerintah Kabupaten Lebak seharusnya mempermudah akses jalan menuju wilayah-wilayah galian, dengan mengaspal jalanan yang rusak. Hal itu memudahkan para pengusaha menuju ke wilayah-wilayah galian pertambangan. Sehingga tidak menghambat produksi bahan tambang para pengusaha, juga tidak menghambat pembayaran pajak mineral bukan logam dan batuan.

10 6. Tersedianya kendaraan operasional atau mesin pendukung penggalian tambang yang baik dari Pemerintah Kabupaten Lebak agar tidak menghambat para pengusaha tambang untuk berproduksi dan memudahkan mereka untuk melakukan penggalian di daerah pertambangan. Sehingga kejadian di daerah Cimarga tidak terjadi lagi, yaitu macet dan rusaknya kendaraan operasional atau mesin pendukung penggalian tambang. REFERENSI Direktoral Jendral Pajak: Fidel. (2010). Cara Mudah & Praktis Memahami Masalah-Masalah Perpajakan. 1. Jakarta: Murai Kencana. Hadori, Yunus. (2009). Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Yogyakarta: BPTE. Halim, Abdul. (2007). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Iilyas, W. B., & Burton, R. (2008). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Perpajakan: Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2010 Nomor 6 Tentang Pajak Daerah. Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2010). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. 9. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia. 10. Jakarta: Salemba Empat. Wikipedia: RIWAYAT HIDUP Elfira Purnama lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 29 Mei Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

DAFTAR WAWANCARA TERKAIT DENGAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN

DAFTAR WAWANCARA TERKAIT DENGAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN DAFTAR WAWANCARA TERKAIT DENGAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (DPPKD) KABUPATEN LEBAK BANTEN 1. Bagaimana prosedur penerimaan pajak mineral bukan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

BAB 3 OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Dinas Pendapatan dan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lebak dibentuk berdasarkan tuntutan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian pembangunan diperlukan baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Suatu pemerintahan Daerah memiliki tujuan untuk membangun daerahnya dan mensejahterakan warganya. Untuk itu dibutuhkan pendapatan daerah yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, April 2015, h. 31-40 KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang adil dan merata, sangat diperlukan sumber dana dan sumber daya yang berasal dari luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saati ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, DAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BELITUNG Deni Septriansa Alamat: Jl. Rawa Belong No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di Indonesia, 70% pendapatan yang diterima negara berasal dari pajak. Dari pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah di Indonesia berdasarkan atas asas otonomi daerah dimana pembangunan mengacu pada kondisi dan situasi wilayah yang bersangkutan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai Negara dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Isfatul Fauziah Achmad Husaini M. Shobaruddin

Isfatul Fauziah Achmad Husaini M. Shobaruddin ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN MALANG (STUDI PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN MALANG) Isfatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik atau dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu kemandirian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

Keyword: Local Tax, Local Retribution, Local Original Revenue.

Keyword: Local Tax, Local Retribution, Local Original Revenue. ABSTRACT THE INFLUENCE OF LOCAL TAX, LOCAL RETRIBUTION TO LOCAL ORIGINAL REVENUE IN TASIKMALAYA CITY (Case Study at Revenue Department of Tasikmalaya City and Bureau of Finance Official and Goods Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara dalam meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia adalah dengan cara gotong royong nasional serta adanya kewajiban setiap warga Negara dalam menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola daerah masing-masing. Sebagai administrator penuh, masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya. Pembangunan yang mensejahterakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

UIN MALIKI MALANG ABSTRACT

UIN MALIKI MALANG ABSTRACT Analisis Perbandingan Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah Diterapkannya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 (Studi Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO Yanuar Fajar Nugroho Topowijono Tri Henri Sasetiadi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang 115030400111078@mail.ub.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang menjujung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu menempatkan pajak sebagai

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Daerah didasarkan asas otonomi daerah dengan mengacu pada kondisi dan situasi satuan wilayah yang bersangkutan.dengan daerah tidak saja mengurus rumah tangganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menerapkan peraturan mengenai pemerintah daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya

Lebih terperinci

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember Khoirul Ifa STIE Widya Gama Lumajang khoirul_ifa@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : 1. Laba Usaha Daerah Adalah keuntungan yang diperoleh oleh daerah yang bergerak dibidang usaha barang maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat berasal dari pungutan pajak maupun bukan pajak, serta sumbangan ataupun bantuan dan pinjaman.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE 2013-2015 FARIDOTUN NIKMAH 13133100010 Jurusan Akuntansi UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah tujuan wisata di kawasan Provinsi NTB dan merupakan daerah yang diberikan hak otonomi untuk mengelola daerahnya sendiri baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencargencarnya melaksanakan pembangunan disegala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum, maupun bidang

Lebih terperinci

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 216 ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE 211-215 Oleh Dina Anggraini, SE, M.Si, Fitrah Mulyani, SST,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B BUPATI BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 788 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001, pemerintah daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

POTENSI PAJAK RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PAJAK DAERAH DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANJARMASIN

POTENSI PAJAK RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PAJAK DAERAH DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANJARMASIN POTENSI PAJAK RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PAJAK DAERAH DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANJARMASIN Phaureula Artha Wulandari 1 Prodi Komputerisasi Akuntansi, Jurusan Akuntansi 1 ayu.phaureula@akuntansipoliban.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia yang berusaha mempertahankan perekonomian dari goncangan krisis global. Dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 1.1.1 Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung Sebagai daerah yang tengah mengembangkan pariwisatanya, Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Natuna Visi Kabupaten Natuna adalah Menuju Natuna yang Sejahtera, Merata dan Seimbang. Sesuai dengan visi tersebut, maka ditetapkan pula misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi yang nyata, luas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu http://epserv.fe.unila.ac.id ABSTRAK EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Oleh : ROSNI Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana diketahui tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional tersebut,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian 3.1.1 Kerangka Berpikir Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang perlu

Lebih terperinci

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kesejahteraan kehidupan masyarakat dapat dicapai jika pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam era reformasi di negeri kita, begitu banyak tuntutan rakyat untuk mensejahterakan daerah mereka. Kemandirian suatu daerah atau otonomi menjadi harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

Contribution and effectiveness Comparative Analysis Of Local Tax Revenue Pangkalpinang city with Revenue Bangka.

Contribution and effectiveness Comparative Analysis Of Local Tax Revenue Pangkalpinang city with Revenue Bangka. 1 Analisis Perbandingan Kontribusi dan Efektifitas Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Pangkalpinang dengan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bangka Contribution and effectiveness Comparative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deaerah otonom dibentuk dimaksudkan guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom berwenang untuk mengatur

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Analisa Kontribusi Daerah Terhadap PAD (Trisna dan Phaureula Artha Wulandari) ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN Trisna (1) dan Phaureula Artha Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Wilayah Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling tidak terdapat

Lebih terperinci

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

Keywords: Local Revenue, Local Taxes, effectivity and Contributions

Keywords: Local Revenue, Local Taxes, effectivity and Contributions 1 ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PALEMBANG Oleh : Elbi Kusdianto Fakultas Ekonomi, Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang memberikan hak kepada setiap warganya untuk ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

Lebih terperinci