BAB II BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA"

Transkripsi

1 BAB II BAGAIMANA PERANAN PEMERINTAH DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN DAN PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA A. Peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Sebelum membahas bagaimana peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga melalui Undang-Undang Dasar 1945, ada baiknya terlebih dahulu penulis menjabarkan apa sebenarnya tugas dan fungsi dasar daripada Pemerintah, menurut Moh Kusnardi, Pemerintahan sebagai urusan-urusan yang dilakukan oleh suatu negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat atau warganya dan kepentingan rakyatnya serta menjalankan dan melaksanakan tugas eksekutif, legislatif dan yudikatif. 10 Sedangkan menurut C. F. Strong, Pemerintahan dalam arti luas sebagai aktivitas badan-badan publik yang terdiri dari kegiatan-kegiatan eksekutif, legislatif dan yuridis dalam upaya mencapai tujuan sebuah negara. Dalam arti yang sempit, beliau mengungkapkan bahwa pemerintahan merupakan segala bentuk kegiatan badan publik dan hanya terdiri dari badan eksekutif. 11 Dari kedua definisi di atas tentang Pemerintah dan fungsi pokoknya dalam suatu Pemerintahan, penulis melihat ada beberapa tugas dan fungsi dasar daripada Pemerintah, yaitu mencapai tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya, dan untuk mencapai tujuan tersebut peranan penting yang hanya dapat dilakukan pemerintah adalah dengan membuat 10 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1983, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta, hlm C.F. Strong, Konsitusi-Konstitusi Politik Modern, Bandung: Nuansa Nusa Media, 2004, hlm 91

2 lembaga-lembaga pemerintahan yang memiliki kegiatan eksekutif, legislatif, dan yuridis. Sehingga Dapat di Simpulkan Pemerintah adalah pembuat regulasi dasar untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan bersama dalam suatu pemerintahan. Secara Normatif, prinsip bahwa setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan pada kewenangan ini memang dianut di setiap negara hukum, namun dalam praktiknya penerapan prinsip ini berbeda-beda antara satu negara dengan negara lain. Ada negara yang begitu ketat berpegang pada prinsip ini, namun ada pula negara yang tidak begitu ketat menerapkannya. Artinya untuk hal-hal atau tindakantindakan pemerintah yang tidak begitu fundamental, penerapan prinsip tersebut dapat diabaikan. 12 Hal ini di namakan dengan asas legalitas, maka dengan demikian pada Bab II ini penulis akan membahas bagaimana hierarki perundang-undangan dari Undang-Undang Dasar 1945 hingga lahirnya Permendagri Nomor 1 Tahun 2013, guna menegakan peranan pemerintah dalam memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 di Pasal 28C ayat 1, dan ayat 2 Perubahan Kedua, mengatakan : 1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. 2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar. Sekretariat Negara. Jakarta

3 Dari Pasal 28C ayat 1 dan ayat 2 ini, penulis berpendapat bahwasanya Undang- Undang Dasar 1945 mendukung hak asasi manusia yang dalam hal ini adalah masyarakat daripada Warga Negara Indonesia, tentu saja Pemerintah Pusat dalam kewenangannya yang sudah kita bahas sebelumnya sebagai pembuat regulasi, atau peranan legislatifnya. Perlu memberikan atribusi tugas dan wewenangnya dalam bidang Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga, dimana hal ini bisa disebut delegated legislator. 14 Seperti Presiden yang berdasarkan pada suatu ketentuan Undang-Undang mengeluarkan Peraturan Pemerintah guna menciptakan wewenang-wewenang Pemerintahan Kepada Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara Tertentu. 15 Hal ini akan lebih rinci penulis bahas dalam sub bab berikutnya dimana penulis akan mencoba untuk menganalisa Undang-Undang serta Peraturan Pemerintah terkait dengan Pemberdayaan dan Kesejahatraan Keluarga, sehingga dapat dengan mudah dilihat atribusi wewenang bagaimana yang muncul dari peranan Pemerintah ini. Dalam Bab V daripada Undang-Undang Dasar 1945 tentang Kementerian Negara, pada pasal 17 mengemukakan seperti ini : 1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. 2. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 3. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. (Perubahan Pertama) 4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. (Perubahan ketiga) 16 Dari Pasal 17 ayat 1 dan ayat 2 penulis melihat wewenang yang di miliki oleh Presiden untuk menggunakan, mengangkat, sekaligus memberhentikan Menteri Negara. 14 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm Ridwan HR. Ibid. 16 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar. Sekretariat Negara. Jakarta

4 Sedangkan dalam ayat 3 kementrian membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, dan dalam ayat 4 segala pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Dari pasal ini penulis menyimpulkan Pemerintah menggunakan Kementerian-Kementerian yang dipilih langsung oleh Presiden selaku kepala Negara guna membantu Pemerintah dalam menjalankan Peranan dan memenuhi maksud tujuan daripada Pemerintah terhadap masyarakatnya, tentu saja hal ini termasuk di dalamnya adalah dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dimana memiliki luas total km 2, terdiri dari pulau, dan memiliki perkiraan penduduk pada 2015 adalah jiwa. 17 Tentu saja dari data yang dikemukakan ini sulit kita bayangkan bagaimana apabila pemerintah pusat sendiri bekerja untuk mengurus kepentingannya guna menjalankan peran dan fungsi pemerintahannya, termasuk di dalamnya peranan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat tentu akan menjadi mustahil. Maka berdasarkan Bab VI Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18, 18A, 18B tentang Pemerintahan Daerah, yang berisi sebagai berikut : Pasal Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. (perubahan kedua) 2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.(perubahan kedua) 17 diakses pada 9 mei 2015

5 3. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (Perubahan kedua) 4. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.(perubahan Kedua) 5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. (Perbuhan Kedua) 6. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.(perubahan Kedua) 7. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. (Perubahan kedua) Pasal 18A 1. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.(perubahan Kedua) 2. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undangundang.(perubahan Kedua)

6 Pasal 18B 1. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang.(perubahan kedua) 2. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik 18 Dalam Pasal 18, 18A, dan 18B membahas secara rinci bagaimana peranan Pemerintahan Daerah secara hierarkis guna mendukung Pemerintah Pusat dalam menjalankan Peranan, Tugas, dan Fungsinya termasuk tentang Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Pasal 18 ayat 1,2 dan 5 Pemerintah Daerah menerima atribusi kewenangan untuk mengurus kepentingan daerahnya sendiri baik secara otonomi maupun tugas perbantuan daripada Pemerintah Pusat, dan Hal ini diatur dalam berdasarkan peraturan PerUndang-Undangan, hal ini akan penulis bahas lebih rinci dalam sub bab berikutnya. Di Pasal 18A ayat 1 pembagian wewenang antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dimana hal ini mempertimbangkan keragaman dan kekhususan daripada daerah-daerah, dan hal ini diatur dalam Undang-Undang yang terkait, dan akan penulis bahas dalam sub bab berikutnya. Maka dari uraian diatas, Penulis merasa bahwasanya guna memenuhi Peranan Pemerintah di dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga perlu peran serta daripada Pemerintahan Daerah, sehingga maksud tujuan Pemerintah Pusat dalam memberdayakan masyarakat akan tersebar ke daerah-daerah dimana ruang lingkup kekuasan Negara Republik Indonesia. Dari uraian diatas, penulis menyimpulkan peranan Pemerintah dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga seperti tertuang di 18 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar. Sekretariat Negara. Jakarta

7 dalam Undang-Undang Dasar 1945 dapat dilihat atribusi kewenangannya yang akan di limpahkan kepada Kementerian yang di atur dalam Pasal 17 Undang-Undang Dasar 1945, serta kepada Pemerintahan Daerah yang di atur dalam pasal 18, 18A, dan 18B Undang- Undang Dasar Karena dalam Pemberdayaan Masyarakat tentu mustahil apabila Pemerintah Pusat sendiri yang berkerja didalamnya, sehingga dengan melibatkan Kementerian terkait, serta Pemerintahan Daerah hal ini akan terwujud secara merata, dan di harapkan dapat mengenai sasasaran kebagian daripada pelosok-pelosok Indonesia. B. Peranan Pemerintah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dalam sub bab sebelumnya penulis membahas tentang hakikat dasar pembangunan sesuai dengan amanat daripada Undang-Undang Dasar 1945, dimana pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam Ketentuan Umum daripada Undang-Undang 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang tertuang dalam Pasal 1 ayat 3,4,5,7,11, dan 12 yang berisi sebagai berikut : 3. Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk. 4. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan.

8 5. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak. 7. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. 11. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisikmateril guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. 12. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa. 19 Dari ayat-ayat di atas seperti di tunjukkan di ayat 3, bahwa pembangunan keluarga adalah suatu upaya yang terencana, menarik di ayat 5 menerangkan aspek-aspek mana saja yang menjadi tolak ukur meningkatnya kualitas kependudukan, dan poin-poin di ayat ini sejalan dengan 10 Program Pokok PKK, yaitu : a. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila b. Gotong Royong c. Pangan d. Sandang 19 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 52. Sekretariat Negara. Jakarta

9 e. Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga f. Pendidikan dan Ketrampilan g. Kesehatan h. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi i. Kelestarian Lingkungan Hidup j. Perencanaan Sehat Program pokok PKK ini juga bisa sinergis apabila di hubungkan dengan pasal 7,11, dan 12 dimana dari uraian ayat-ayat tersebut mengharapkan lingkungan keluarga yang sehat, sejahtera, dan terutama mampu mandiri sehingga generasi berikutny dapat mendapatkan dampak yang positif dari hal tersebut. Dari uraian di atas penulis melihat keselarasan maksud tujuan daripada kesejahteraan keluarga yang dituangkan oleh pemerintah dalam Undang- Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dalam Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga juga menerangkan tentang hak dan kewajiban dari pada penduduk atau Warga Negara Indonesia, yang dimana salah satunya tertuang di pasal 5 ayat h dan pasal 6 ayat d, yaitu : Pasal 5 Dalam penyelenggaraan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, setiap penduduk mempunyai hak: h. mendapatkan perlindungan, untuk mempertahankan keutuhan, ketahanan, dan kesejahteraan keluarga. Pasal 6 20 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Hasil Rapat Kerja Nasional VII PKK Tahun 2010, Penerbit Tim Penggerak Pusat PKK, hlm 10.

10 Setiap penduduk wajib: d. mengembangkan kualitas diri melalui peningkatan kesehatan, pendidikan, ketahanan dan kesejahteraan keluarga 21 Dari Uraian Pasal diatas penulis menyimpulkan bahwa hak dan kewajiban penduduk atau Warga Negara Indonesia dalam bidang Kesejahteraan di cakupan terkecil dalam unit terkecil dalam bermasyarakat yaitu keluarga di jamin dan di hargai oleh Negara Kedaulatan Republik Indonesia melalui Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, tinggal kita lihat bagaimana implementasi daripada Undang- Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ini dalam peran sertanya langsung yang bersentuhan kepada Masyarakat Indonesia. Dalam Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga di bab VII tentang Pembangunan Keluarga di pasal 47 menerangkan sebagai berikut : Pasal 47 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. (2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara optimal. 22 Dari uraian pasal 47 ini penulis melihat keseriusan dimana dapat dengan mudah dilihat ada suatu tanggung jawab yang muncul bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah setelah lahirnya Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ini yaitu bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan yang nantinya langsung akan terkait implementasinya dalam menjalankan Undang-Undang ini guna 21 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 52. Sekretariat Negara. Jakarta 22 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 52. Sekretariat Negara. Jakarta

11 mendukung Keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Maka dari itu menarik di sub bab berikutnya penulis akan membahas bagaimana kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah guna mendukung pemerintah pusat dalam peran sertanya dalam memberdayakan masyarakat. C. Peranan Pemerintah Daerah di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Sebelum membahas Peran Serta Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga tentu ada poin-poin mendasar yang menarik penulis uraikan berdasarkan Ketentuan Umum daripada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah ini, dalam Pasal 1 ayat 2 dan 3 mendefinisikan tentang Pemerintah Daerah, yaitu : 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 23 Dari ayat ini penulis mengambil kesimpulan bahwasanya Pemerintahan Daerah adalah unsur penyelenggara Pemerintahan yang mnegurus urusan pemerintahan di daerah dimana mengacu 23 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23. Sekretariat Negara. Jakarta

12 pada daerah otonom dan asas otonomi, dimana daerah otonom dan asas otonomi juga di jabarkan di ayat 6 dan 7 dalam Pasal yang sama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ini, yaitu : 6. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah. 24 Dari ayat ini bisa dilihat bahwa dengan otonomi daerah dan asas otonomi Pemerintah Daerah memiliki hak, wewenang dan kewajiban khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya demi kepentingan masyarakat setempat. Dalam Ketentuan Umum ini juga menjelaskan Kementerian yang berwenang mengurus kepentingan Pemerintah Daerah, sebagaimana di uraikan ayat 44 dan 45, sebagai berikut : 44. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. 45. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. 25 Dari Uraian ayat ini dapat dengan jelas dilihat Peran Kementerian Dalam Negeri dalam fungsinya pada Pemerintahan Daerah, dimana dalam Undang-Undang ini banyak menjabarkan bagaimana pertanggung jawaban daerah kepada Kementerian Dalam Negeri sebagai wakil langsung daripada Presiden yaitu pemimpin Pemerintah Pusat. Sehingga menarik dalam Skripsi ini penulis akan menguraikan bagaimana peran serta Pemerintah Daerah guna Mendukung Program Kementerian Dalam Negeri yaitu Gerakan Pemberdayaan 24 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23. Sekretariat Negara. Jakarta 25 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23. Sekretariat Negara. Jakarta

13 Masyarakat melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana di atur legalitasnya dalam Permendagri Nomor 1 Tahun Dalam Undang-Undang ini juga mengatur pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang di sebagaimana tertuang dalam lampiran Undang-Undang ini, dan bidang-bidang yang terkait termasuk di dalamnya pendidikan, kesehatan, kawasan pemukiman, pemberdayaan sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana, koperasi, usaha kecil dan menengah, dan kebudayaan yang mana nanti akan kita lihat keterkaitannya dan sejalannya program-program ini dengan program kerja PKK yang di bentuk langsung oleh kementerian Dalam Negeri. D. Peranan Desa dan Kelurahan di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan Negara Kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan data yang di himpun Badan Pusat Statistik pada Tahun 2012 memiliki Kecamatan dan Kelurahan/Desa 26 Tentu saja dengan jumlah sebanyak ini terdapat pula banyak keluarga yang perlu di berdayakan dan dikembangkan berbagai aspek-aspek kehidupannya agar terwujudnya kemerataan pembangunan Nasional. Dalam pasal 89 hingga 97 dari Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa di atur bagaimana pentingnya pembentukan Lembaga Kemasyarakatan, penulis akan mengutip pasal 89, 90 dan 93 seperti sebagai berikut : Pasal diakses pada 8 April 2015

14 (1) Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan. (2) Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 90 Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Pasal 93 Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui : a. peningkatan pelayanan masyarakat; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. pengembangan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat; dan e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. 27 Dari Pasal 89 Peraturan pemerintah Nomor 72 tentang Desa dapat dilihat dibentukanya lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa, sehingga dapat dilihat legalitas dan unsur resmi daripada lembaga kemasyarakatan ini. Sedangkan Pada Pasal 90 tugas dari lembaga kemasyarakatan adalah membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat Desa, hal ini sejalan dengan tujuan dibentuknya PKK untuk memberdayakan masyarakat dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Dan di pasal 93 juga dengan rinci menerangkan bagaimana peran lembaga kemasyarakatan yang di bentuk di desa dalam 27 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 72. Sekretariat Negara. Jakarta

15 terwujudnya kesejahteraan masyarakat termasuk di dalamnya dengan memberdayakan masyarakat. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan menarik dilihat bahwa sama seperti Perartuan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa di atur juga bagaimana tentang pembentukan lembaga kemasyarakatan, pasal-pasal tentang lembaga kemasyarakatan di Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan dapat di lihat di pasal 10 hsingga 22, penulis melihat di antara pasal ini ada pasal dan ayat tertentu yang secara langsung menerangkan bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang kelurahan ini, kelurahan sangat mendukung untuk memberdayakan masyarakat guna menghasilkan masyarakat yang sejahtera, hal ini dapat di lihat di pasal 11, 12(h), dan 21, seperti yang di kutip di bawah ini : Pasal 11 Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 mempunyai tugas membantu lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi: h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; 7Pasal 21 (1) Departemen, Lembaga Non Departemen, Dinas, Badan, Lembaga Teknis Daerah dan Kantor yang mempunyai kegiatan dibidang pemberdayaan masyarakat di kelurahan dapat menggunakan lembaga kemasyarakatan.

16 (2) Pelaksanaan kegiatan dibidang pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem manajemen pembangunan kelurahan. 28 Dalam Pasal 11 menerangkan tugas daripada lembaga kemasyarakatan yang dibentuk adalah bertujuan untuk membantu lurah dalam melaksanakan urusan pemrintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat, tentu hal ini menunjukkan bahwa melalui Peraturan Pemerinah ini Lembaga Kemasyarakatan yang di bentuk di kelurahan harus memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat guna mencapai kesejahteraan masyarakat kelurahan, hal ini di dukung lebih kuat di pasal 12 ayat h yang mengatakan lembaga kemasyarakatan memiliki fungsi untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Lebih lanjut di pasal 21 mengatur bagaimana apabila ada Departemen, Lembaga Non Departemen, Dinas, Badan, Lembaga Teknis Daerah dan Kantor yang memiliki kegiatan di bidang pemberdayaan masyarakat dapat menggunakan lembaga kemasyarakatan. Tentu hal yang di uraikan di atas menunjukkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan menunjukkan sikap yang baik guna mendukung pemberdayaan masyarakat guna mencapai kesejahtraan masyarakat. Dari kedua Peraturan pemerintah di atas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, Dalam pembahasan berikutnya penulis akan membahas bagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan di atur guna mendukung pasal-pasal tentang lembaga kemasyarakatan yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan, dan kaitannya dengan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. 28 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 73. Sekretariat Negara. Jakarta.

17 E. Peranan Kementerian Dalam Negeri di dalam pemberdayaan Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan Setelah membahas bagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan mengatur tentang lembaga kemasyarakatan yang salah satu tujuannya adalah memberdayakan masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan, tentu ada baiknya kita membahas bagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan mengatur lembaga kemasyarakatan yang seperti apa hendaknya dimiliki oleh perangkat desa dan kelurahan, dan kaitannya dengan Tim penggerak Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga hal ini secara khusus dapat dilihat dari pasal 1 ayat 11 dan 12, pasal 7 ayat c, pasal 12, dan pasal 13 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan, pasal-pasal ini berbunyi sebagai berikut : Pasal Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/Kelurahan, untuk selanjutnya disebut TP PKK Desa/Kelurahan adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK. 12. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, untuk selanjutnya disingkat Gerakan PKK, adalah Gerakan Nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk

18 masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Pasal 7 Jenis Lembaga Kemasyarakatan terdiri dari: c. Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan; Pasal 12 (1) Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa/Lurah dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. (2) Tugas Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. menyusun rencana kerja PKK Desa/Kelurahan, sesuai dengan basil Rakerda Kabupaten/Kota; b. melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati; c. menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK Dusun/Lingkungan, RW, RT dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati;

19 d. menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan; e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera; f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja; g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di desa/kelurahan; h. membuat laporan basil kegiatan kepada Tim Penggerak PKK Kecamatan dengan tembusan kepada Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat; i. melaksanakan tertib administrasi; dan j. mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat. Pasal 13 Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 mempunyai fungsi: a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; dan b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan PKK. 29 Dalam Ketentuan umum pasal 1 ayat 11 dan 12 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan langsung mendefinisikan 29 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5. Sekretariat Negara. Jakarta

20 tentang Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga desa atau kelurahan, dan juga mengenai Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Sedangkan dalam pasal 7 ayat c langsung menerangkan salah satu jenis lembaga kemasyarakatan yang di akui dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyrakatan iniadalah Tim Penggerak PKK Desa atau kelurahan. Dari Pasal 12 dan 13 dapat dilihat apa tugas Tim Penggerak PKK yaitu membantu Pemerintah Desa atau Lurah sebagai mitra, untuk membantu dalam hal pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga, secara rinci tugas-tugas dari Tim Penggerak PKK Desa dan Kelurahan di uraikan dalam Pasal 12 ayat 2, sedangkan pada pasal 13 menerangkan fungsi dari pelaksanaan tugas Tim Penggerak PKK di desa dan Kelurahan. Sehingga dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa Tim Penggerak PKK yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dari lingkup kecil yaitu keluarga. Diatur dan didukung juga secara baik dan rapi dari tingkat pusat hingga daerah, melalui segala jenis peraturan perundang-undangan yang terkait juga dari apartur negara yang terkait, dimana Presiden yang memimpin Pemerintah Pusat, menggerakkan Kementerian Dalam Negeri guna memberi arahan yang jelas hingga Pemerintahan Desa atau Kelurahan untuk menjalankan amanat Pembangunan Nasional Negara Kedaulatan Republik Indonesia, sebagaimana tertuang dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 dalam Alinea Pembukaan Paragraf kedua. F. Peranan Kementerian Dalam Negeri di dalam pemberdayaan Masyarakat Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 Payung Hukum yang dimilki oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan keluarga sudah berubah sebanyak dua kali diawali dari Keputusan Menteri Dalam Negeri

21 Nomor 28 Tahun 1984 yang sebagai cikal bakal daripada lahirnya TP PKK secara nasional, kemudian diteruskan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, terakhir muncul Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 sebagai dasar hukum daripada Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga secara nasional. Penulis menilai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 sangat bermanfaat menggantikan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, karena penulis menilai payung hukum yang baru ini akan semakin memperkuat Tim Penggerak pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga dalam menjalankan visi misinya untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat. Seperti misalnya tentang kewenangan yang dapat di lihat di pasal 4 dan 16 daripada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, yang lebih jelas dan tegas memberikan peran serta daripada Pemerintah untuk mendukung Gerakan Pemberdayaan Masyarakat ini, di banding yang diatur di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000, kewenangan tersebut berbunyi sebagai berikut : Pasal 4 (1) Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK secara nasional. (2) Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Provinsi menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayahnya. (3) Bupati/Walikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten/Kota menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Kabupaten/Kota.

22 Pasal 16 (1) Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK secara nasional. (2) Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayahnya. (3) Bupati/Walikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di Kabupaten/Kota. 30 Pasal 4 dan 16 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 ini dengan jelas memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk ikut campur dalam berperan serta dalam menyelenggarakan dan mengawasi jalannya gerakan pemberdayaan masyarakat ini sehingga tujuan awal yang ingin di capai bisa sama-sama terwujud. Dimana hal ini tidak diatur secara tegas dan rinci pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 yang telah digantikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 ini. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 penulis melihat celah yang baik bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga untuk membesarkan dan mengembangkan 10 program pokok mereka, hal ini dapat dilihat di pasal 5 ayat 3, yang berbunyi : Pasal 5 30 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 1. Sekretariat Negara. Jakarta

23 (3) Uraian kegiatan 10 (sepuluh) program pokok PKK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai kondisi dan prioritas kebutuhan masyarakat. 31 Dari ayat ini penulis melihat peluang bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga baik dalam kegiatan, pengorganisasian, maupun dalam pelaksanaan programprogram dapat di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi masyarkat sekitar, sehingga bisa lebih tepat guna dan sasaran. Sedangkan dari segi pendanaan bagi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, pada pasal 13 dan 18 dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013, lebih jelas di atur mengenai sumbernya, seperti tertuang sebagai berikut : Pasal 13 Untuk mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK, TP PKK dapat bekerjasama dalam bentuk kemitraan sosial dan non profit dengan lembaga kemasyarakatan lainnya, lembaga international dan dunia usaha. Pasal 18 Pendanaan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan lain-lain sumber pendanaan yang sah dan tidak mengikat. 32 Dari pasal ini penulis melihat ada dua macam sumber pendanaan bagi TP PKK dimana yang utama adalah dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten atau kota, dan APBDesa, sementara yang kedua adalah sumber dari pihak ke tiga dimana di terangkan pada pasal 13 bersifat sosial dan non profit, dan di tegaskan kembali padal pasal 18 bahwasanya sumber pendanaan tersebut sah dan tidak mengikat. 31 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 1. Sekretariat Negara. Jakarta 32 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 1. Sekretariat Negara. Jakarta.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226, 2017 KESRA. Keluarga. Pemberdayaan dan Kesejahteraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT. TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT. TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 faidm 2 17 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DI PROVINSI JAWA TENGAH. '

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAWAN KLOD, KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERBEKEL DESA

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, 333333333333 SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, masyarakat Indonesia seluruhnya, yang dapat

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, masyarakat Indonesia seluruhnya, yang dapat SALINAN PRES I DEN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang. cl. bahwa hakikat pembangunan nasional

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2011, No dan Kesejahteraan Keluarga Dalam Membantu Meningkatkan dan Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan; Mengingat : 1. Undang-Undang No

2011, No dan Kesejahteraan Keluarga Dalam Membantu Meningkatkan dan Mewujudkan Tertib Administrasi Kependudukan; Mengingat : 1. Undang-Undang No BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemberdayaan. Kesejahteraan Keluarga. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DI KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA KALIREJO

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PROVINSI J A W A T E N G A H D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

PROVINSI J A W A T E N G A H D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A B U P A T I B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R 1 T A H U N 2 0 1 6 T E N T A N G P E M B E R D A Y A A N M A S Y A R A K A T M E L A L U I G E

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2007 Menimbang : TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 12, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 9 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 97

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL - 1

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata, materil, spiritual, melalui peningkatan taraf hidup

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN BERBASIS PEMBERDAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL 1 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 01 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2037, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Desa. Kelurahan. Evaluasi.Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI PERKEMBANGAN DESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci