BAB IV MAKNA KARTUN POLITIK KARYA PRAMONO R. PRAMOEDJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV MAKNA KARTUN POLITIK KARYA PRAMONO R. PRAMOEDJO"

Transkripsi

1 BAB IV MAKNA KARTUN POLITIK KARYA PRAMONO R. PRAMOEDJO Pada bab ini, karya karya Pramono akan dibahas. Dari 65 karya yang terdokumentasikan secara visual, 46 karya teridentifikasi sebagai karya karya yang menyoroti Pemerintahan Orde Baru. Dari 46 karya, kemudian dipilih 8 karya yang mewakili berbagai lingkup politik, antara lain kebijakan ekonomi, penegakan hukum, lembaga pemerintahan dan media massa. Selain 8 karya yang dibahas secara mendalam, ada beberapa karya lain yang turut diulas untuk memperoleh keutuhan kajian makna dari karya karya Pramono. Sehingga total karya yang dibahas adalah 18 karya. Pembahasan akan mengikuti metode penelaahan ikonografi yang dikemukakan Erwin Panofsky, yaitu dimulai dengan mendeskripsikan ciri ciri visual yang tampak pada karya (tahap pra ikonografi), menganalisa rangkaian gambar dengan memperhatikan peristiwa yang berhubungan dengan karya serta situasi sosial yang tengah terjadi pada masa Orde baru (tahap analisa ikonografi) dan melakukan interpretasi dengan mempertimbangkan pemaparan mengenai gambar dari Pramono sebagai kartunis (tahap interpretasi ikonologi). Bab ini akan diakhiri dengan resume dari analisa yang telah dilakukan.

2 4.1 Analisa Karya Karya Bertema: Gaji Naik, Harga Naik Gbr. IV.1. Kartun bertema Gaji Naik Harga Naik Edisi : 8 Januari 1980 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Pada karya ini, Pramono menampilkan tiga figur yang masing masing mewakili masyarakat (golongan pegawai negeri sipil) yang akan menerima kenaikan gaji dari Pemerintah, situasi yang menunjukkan kenaikan harga dan komentator yang diwakili dengan sosok bayangan hantu. Pramono tampak mengkritisi kenaikan harga harga yang tidak seimbang dengan kenaikan gaji. Figur komentator dengan postur terkecil mewakili pandangan dari kartunis atau Sinar Harapan dengan melontarkan harapan yang terlihat dari teks yang tertulis (MOGA MOGA NGAK DEMIKIAN!). Pramono dalam kartun ini tidak secara langsung menampilkan gambar yang merepresentasikan Pemerintah sebagai pihak yang mengeluarkan kebijakan kenaikan gaji dan kebijakan regulasi harga harga barang. Pramono lebih memilih menunjukkan suasana yang terjadi akibat ketidaksesuaian antara kenaikan gaji dan kenaikan harga dari pada mengkritik secara langsung Pemerintah. Untuk mengetahui makna yang hadir pada karya ini, secara bertahap berikut ini diuraikan berbagai aspek yang tampak pada karya:

3 a. Deskripsi Pra ikonografi Pada karya ini tampak figur seorang laki laki mengenakan pakaian putih dan berpeci. Figur ini ditempatkan di bidang kiri pengambilan long shoot sehingga seluruh postur dari figur tersebut terlihat. Tangan kiri menggenggam lembaran bertuliskan GAJI NAIK. Dari posisi tangan dan kaki menunjukan, figur laki laki tersebut sedang berlari. Pandangannya mengarah ke sosok bayangan yang berada di depannya dengan ekspresi yang terkejut. Garis pada kartun ini berfungsi untuk membentuk kontur dari figur. Goresan garis terlihat lentur dan mengandalkan satu goresan saja tetapi dengan perbedaan ketebalan garis. Pada figur laki laki yang sedang berlari, dibagian belakang tampak garis garis horizontal ditampilkan untuk membuat kesan bergerak. Figur bayangan, berbulu, bertanduk, jari tangan dan kaki berkuku tajam. Salah satu kaki berubah bentuk mengerucut. Sosok ini diberi sapuan warna hitam secara merata. Tepian bidang disapu dengan rapih kecuali pada bagian pergelangan tangan dan kaki terlihat garis yang mencuat keluar untuk memberika kesan berbulu. Pengambilan gambar sosok ini adalah long shoot. Postur sosok ini lebih besar dari figur laki laki. Tangan kirinya menggenggam lembaran bertuliskan HARGA2 NAIK. Sosok hitam juga sedang berlari. Kedua telapak tangannya terbuka seakan mau mencengkeram. Figur bayangan ini ditempatkan didepan figur manusia. Pandangan sosok hitam mengarah ke figur laki laki sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi dengan ekspresi yang mengejek. Seorang laki laki berwajah bulat yang memakai peci yang dikenakan menyamping dan pakaian hitam. Goresan garis yang membentuk kontur dari figur tampak rapih dan dikendalikan dengan baik. Figur laki laki yang ditampilkan setengah badan (medium shot) ini ditempatkan disudut kanan bawah bidang gambar. Postur figur ini terkecil dibandingkan dengan figur yang lain. Figur ini mengucapkan kalimat MOGA MOGA NGAK DEMIKIAN AH!

4 b. Analisa Ikonografi Kartun ini menyoroti rencana kenaikan gaji pegawai negeri sebesar 50 % yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia (berita utama Sinar Harapan, edisi 7 Pebruari 1980) Rencana ini dikemukakan oleh Presiden Soeharto pada Sidang Pleno DPR RI tahun 1980 bulan Januari. Kebijakan kenaikan ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan pegawai negeri kepada masyarakat. Tetapi pada kenyataannya di Indonesia kebijakan kenaikan gaji ini seringkali diikuti atau bahkan didahului dengan kenaikan harga harga kebutuhan pokok. Berikut ini analisa ikonografi dari gambar gambar yang terdapat pada kartun bertema tentang gaji naik dan harga naik: Dilihat dari pesan artifaktual, dengan memperhatikan pakaian yang dikenakan, figur laki laki yang sedang berlari merupakan representasi dari masyarakat umum. Di Indonesia, peci merupakan ciri khas dari masyarakat muslim. Peci lebih sering digunakan pada saat kegiatan keagamaan atau kegiatan formal. Pada saat kegiatan formal kenegaraan, peci menjadi bagian dari busana yang dikenakan melengkapi jas. Tetapi pada kartun ini, peci yang melengkapi pakaian kemeja tampaknya digunakan sebagai identitas dari masyarakat umum Indonesia. Figur laki laki ini tampak dalam pose sedang berlari. Garis garis horisontal (moving line) pada bagian belakang figur ini menunjukan ia sedang berlari dengan cepat. Kesan cepat diperkuat dengan peci yang terlepas dan rambut yang lurus horisontal. Lebih dramatis lagi posisi berlarinya terlihat seolah olah melayang. Aktivitas berlari merupakan aktifitas yang mencerminkan adanya perubahan posisi dari satu tempat ke tempat yang lain, yang berarti memperlihatkan suatu perubahan. Dalam kartun ini, perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam hal gaji yang akan diterima seperti yang dijelaskan dengan teks yang terdapat pada lembaran yang sedang dipegang. Walaupun kemungkinan akan menerima kenaikan gaji tapi pesan fasial yang disampaikan oleh figur ini adalah rasa terkejut bukan ekspresi gembira.

5 Ekspresi ini ditunjukkan karena merespon kehadiran gambar yang lain yaitu figur bayangan hitam. Sosok yang merupakan transformasi dari berbagai ciri anatomis hewan dan manusia, ditempatkan sebagai bayangan dari figur manusia. Bentuk fisiknya yang dibeberapa bagian terlihat memiliki bulu, jari yang berkuku tajam seolah siap mencengkeram, dan tanduk yang tajam memberi kesan sosok yang menakutkan. Posisi jari jari tangan yang mencengkeram menunjukan gestur yang mengancam. Bagian bawah gambar yang menekuk menciptakan bidang dinding imajiner yang memunculkan kesan gambar ini berdiri. Warna hitam selain identik dengan warna bayangan, berfungsi untuk memperlihatkan karakter yang antagonis. Ukuran tubuh yang lebih besar dari figur manusia, menunjukan pesan postural yang disampaikan yaitu kekuasaan (power). Pesan fasial dari gambar bayangan ini adalah kegembiraan. Tetapi ekspresi kegembiraan mengarahkan pada suasana yang ironis dengan mempertimbangkan aspek gestur maupun postur. Kegembiraan ini berhubungan dengan penempatannya yang didepan figur manusia. Komposisi gambar yang menempatkan sosok bayangan di depan figur manusia menunjukan bahwa masalah kenaikan harga yang diwakili oleh sosok ini melaju lebih cepat dari kenaikan gaji. Gambar figur laki laki yang diletakan di pojok bawah merupakan komentator dari permasalahan yang diangkat. Posisinya mewakili pandangan dari kartunis atau Sinar Harapan. Komentator menempatkan diri sebagai masyarakat umum. Dari komposisi, figur ini tidak berinteraksi langsung dengan figur figur yang lainnya. Pesan gestural maupun fasial menunjukan perasaan yang khawatir. yang diperkuat dengan kalimat MOGA MOGA NGAK DEMIKIAN!. Apabila memperhatikan kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga pada saat kartun ini diciptakan belum terjadi. Kartun ini merupakan karya yang sifatnya memprediksi suatu peristiwa.

6 Dari analisa visual terhadap gambar gambar yang hadir pada karya ini dapat disimpulkan ciri ciri visual sebagai berikut: Adanya tiga gambar: dua figur manusia dan bayangan menyerupai hantu, yang masing masing mewakili masyarakat yang akan menerima kenaikan gaji, harga harga yang naik dan komentator. Sosok bayangan yang berkonotasi negatif ditampilkan lebih besar dari figur yang mewakili masyarakat. Gambar gambar yang mewakili masyarakat dan harga yang naik diposisikan sedang bersaing (berlomba). Pengambilan gambar didominasi prinsip long shoot. c. Interpretasi Ikonologis Untuk mendeskripsikan tema tersebut, Pramono memunculkan dua figur yang mewakili kondisi yang berbeda. Figur laki laki tersebut menjadi metafora dari masyarakat Indonesia yang menerima kenaikan gaji. Apabila dikaitkan dengan konteks permasalahan, figur tersebut mewakili pegawai negeri sipil yang seharusnya ditampilkan dengan atribut pakaian yang khusus misalnya seragam KORPRI, Korps Pegawai Republik Indonesia, sebuah organisasi pegawai negeri. Tetapi tampaknya kartunis memiliki pandangan yang berbeda. Sosok lainnya berupa sosok bayangan hitam ini adalah metafora dari harga harga kebutuhan yang melambung. Sosok yang menyerupai penggambaran setan atau hantu dipilih karena kesamaan sifat yang negatif. Sosok setan mengakibatkan kerugian pada diri manusia yang dianalogikan dengan kenaikan harga yang tidak menguntungkan bagi masyarakat Indonesia walaupun menerima kenaikan gaji. Nada gelap terang yang hadir pada kartun ini memiliki bobot simbolik. Nada gelap yang muncul karena sapuan warna hitam pada bayangan memberikan kesan yang misterius dan menakutkan. Kontras dengan figur manusia yang dibiarkan putih. Latar yang dibiarkan polos memberi kesan melayang dan diinterpretasikan sebagai situasi yang tidak jelas.

7 Dengan demikian dapat disimpulkan situasi yang disampaikan karya ini adalah masyarakat (dalam konteks peristiwa sebagai kelompok yang akan menerima kenaikan gaji) berada dalam posisi yang kalah. Terkait dengan kartun yang dibahas, Pramono mengemukakan beberapa hal. Dalam wawancara terungkap masalah identitas yang spesifik bukanlah sesuatu yang penting untuk dimunculkan. Menurut Pramono, masyarakat pembaca diasumsikan akan memahami siapa yang dimaksud oleh figur laki laki tersebut apabila membaca artikel berita tentang rencana kenaikan gaji tersebut. Pramono juga tidak bermaksud menampilkan masyarakat Muslim. Penggunaan peci menjadi pertimbangan untuk memperlihatkan ciri dari masyarakat Indonesia pada umumnya. Tentang sosok bayangan, Pramono menjelaskan bahwa sosok ini untuk memberikan gambaran bahwa kenaikan harga selalu menghantui setiap adanya rencana kenaikan gaji. Perwujudan visual sosok bayangan memperlihatkan pengaruh dari referensi visual dari budaya Barat. Ide visualisasi sosok setan ini, menurut Pramono, terinspirasi oleh ilustrasi kartun Disney yang pernah disaksikan. Mengenai latar gambar yang dibiarkan bersih, Pramono mengutarakan alasan yang lebih mengarah ke pertimbangan agar kartun ini menjadi lebih menonjol ketika ditempatkan di halaman surat kabar yang masa itu masih menghadapi kendala kualitas cetak yang kurang baik dan teknologi untuk penataan halaman yang masih terbatas sehingga tampilan visual terlihat padat. Dari penjelasan Pramono terdapat beberapa hal yang menarik untuk diungkapkan. Pramono pada karya ini menunjukkan sikap generalisasi dengan mengabaikan detail yang dapat mengaburkan identitas dari kelompok masyarakat tertentu yang menjadi subjek tema. Pernyataan bahwa pembaca akan mengetahui siapa figur yang dimaksudkan dengan membaca berita dari peristiwa yang terkait memperlihatkan sikap yang pragmatis. Tetapi dibalik sikap yang pragmatis, tidak

8 ditampilkan secara utuh sosok pegawai negeri sipil dengan atributnya tampaknya berangkat dari pandangan bahwa pegawai negeri sipil (golongan rendah) pada dasarnya merepresentasikan seluruh kondisi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan dari pernyataan yang dikemukakan, bahwa penggunaan peci lebih dikaitkan dengan identitas masyarakat Indonesia secara umum (tidak berhubungan dengan kelompok masyarakat secara khusus). Proses penciptaan karya yang dilakukan Pramono pada masa itu terlihat sederhana seperti yang terlihat pada kemunculan gambar bayangan hantu yang menginterpretasikan kata menghantui. Proses ini dapat dipengaruhi oleh karakter dari media massa surat kabar yang dibatasi oleh deadline yang ketat sehingga menuntut keputusan yang cepat dari seorang kartunis untuk memvisualisasikan ide ide. Penjelasan mengenai gambar hantu yang dihubungkan dengan pengalaman referensialnya dari kartun kartun Walt Disney, memperlihatkan keterpengaruhan pada budaya Barat. Berbeda dengan interpretasi terhadap tampilan visual karya yang membiarkan bagian latar dibiarkan bersih sehingga menimbulkan kesan gambar menjadi melayang, Pramono dalam hal ini lebih mempertimbangkan aspek teknis daripada aspek simbolis. Yang perlu dikemukakan adalah kecermatan Pramono dengan mempertimbangkan komposisi gelap terang pada tampilan halaman surat kabar secara keseluruhan. Kompromi kreatif yang dilakukan Pramono ini menyebabkan karya Pramono lebih muncul di halaman surat kabar. Dibalik keputusan ini, terlihat Pramono bukanlah seorang yang individualistis dengan mengedepankan ego kesenimanannya yang sangat mungkin menginginkan karya dapat tampil lebih riuh dan berisi. Sebagai bandingan, berikut ini akan ditampilkan dan diulas karya karya lain dari Pramono yang secara garis besar menunjukkan kesamaan tema.

9 Gbr. IV.2 Kartun bertema: Kenaikan BBM Edisi : 5 Agustus 1982 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Gbr. IV.3 Kartun bertema: Kenaikan BBM Edisi : 12 Pebruari 1983 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Gbr. IV.4 Kartun bertema: Gaji Baru, Harga Baru Edisi : 6 Januari 1984 Sumber: HU Sinar Harapan (Dok. Perpustakaan Nasional) Pada edisi 5 Agustus 1982, tampak tiga kelompok figur. Figur berbadan besargemuk (metafora dari BBM), empat figur yang berbadan lebih kecil (metafora dari harga harga) dan figur seorang laki laki terlihat berperan sebagai juri. Figur berbadan besar gemuk ditampilkan lebih cepat dari empat figur lainnya. Sementara figur juri terlihat pasif saja. Kartun edisi 12 Pebruari 1983, juga memunculkan tiga kelompok gambar figur yaitu figur juri yang berbadan besar (metafora dari Pemerintah) yang meletuskan pistol sebagai tanda kenaikan BBM (lihat teks pada asap), figur laki laki berpakaian olahraga (metafora dari kenaikan harga harga) dan figur laki laki berpeci yang memegang bayangan (metafora dari prestasi PNS). Figur laki laki berpakaian olahraga berada di depan figur laki laki berpeci. Pada edisi 6 Januari 1984 muncul dua kelompok gambar yaitu figur

10 seorang laki laki dewasa yang mengendarai sepeda berboncengan dengan anak kecil (metafora dari kenaikan gaji) dan layang layang (metafora dari harga harga). Figur laki laki berusaha mengejar layang layang dengan dibantu anak kecil yang memegang galah. Tetapi layang layang sudah terlalu jauh dan tinggi. Dari gambar gambar yang hadir pada ketiga karya kartun tersebut maupun cara penempatannya memperlihatkan kecenderungan penyampaian makna dan ciri visual yang sama dengan karya bertema Gaji Naik, Harga Naik. Situasi yang digambarkan dari karya karya tersebut adalah masyarakat yang selalu dalam posisi yang lemah dan dirugikan oleh kebijakan ekonomi Pemerintah yang berhubungan dengan kenaikan harga atau BBM. Dari keempat karya yang dibahas muncul ciri visual yang sama pula, sehingga terlihat pola visual: Adanya dua atau tiga figur yang mewakili hubungan antar pihak yang kalah dan menang. Gambar yang mewakili sesuatu yang kuat ditampilkan lebih besar dari gambar yang lemah. Gambar yang mewakili sesuatu yang menang diposisikan berada didepan dari gambar yang lemah. Gambar gambar yang muncul didominasi dengan cara pengambilan long shoot.

11 4.1.2 Karya Bertema: Presiden Bertanggungjawab Gbr. IV.5 Kartun bertema: Laporan Pertanggungjawaban Presiden Edisi : 8 Maret 1983 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Pada karya ini, Pramono menempatkan figur Soeharto sebagai figur yang ditampilkan secara dominan dengan penggambaran postur yang paling besar di bandingkan dengan gambar figur figur lain yang ditempatkan dibelakang Soeharto. Tetapi yang menjadi sasaran kritik dari kartun ini adalah orang orang yang berada dibelakang figur Soeharto. Dilihat dari pakaian yang dikenakan orang orang tersebut adalah pejabat pejabat bawahan Soeharto. Untuk mengetahui makna yang hadir pada karya ini, secara bertahap berikut ini diuraikan berbagai aspek karya: a. Deskripsi Pra Ikonografi Sosok sentral pada kartun ini adalah figur laki laki dengan rambut tipis, hidung mancung dan ada kerut di wajah. Ia mengenakan stelan jas berwarna hitam dan sepatu berwarna abu abu. Figur laki laki ini sedang berdiri tegak dengan pengambilan gambar long shoot. Pandangan lurus ke depan dengan bibir yang terkatup rapat. Kedua tangannya memegang lembaran bertuliskan SAYA YANG

12 BERTANGGUNG JAWAB. Garis membentuk kontur dari gambar figur dan detail yang mengacu pada karakter wajah seseorang. Dengan posisi yang agak jauh di belakang figur laki laki berjas hitam, tampak sekelompok figur laki laki, terdiri dari 4 orang. Postur ke empat figur ini lebih kecil dari figur laki laki berjas hitam. Figur paling kiri, mengenakan stelan jas dan tutup mata. Figur disebelahnya, mengenakan stelan jas, berkacamata dan berpeci. Figur berikutnya mengenakan jas dan memegang topeng. Figur paling kanan mengenakan stelan jas, berkacamata dan berpeci. Figur paling kanan menengadahkan kepala dan tertawa lebar. Kedua tangan terentang dengan salah satu kaki terangkat dan mengucapkan...amaaan... Figur yang berpeci, merapatkan kedua tangan didada. Tampak sedang tersenyum dan mengucapkan kata...ah... Wajah figur dibalik topeng tersenyum lebar, memperlihatkan gigi yang tajam. Tangan kanan memegang dada. Topeng yang dipegang juga tersenyum, mengatakan...asyiiik... Figur yang paling kanan merentangkan kedua tangan dan menekukkan lutut. Kepala tengadah dengan pandangan tertuju figur laki laki. Dan mengucapkan...syukuur... Keempat figur tersebut dikerjakan dengan garis yang lentur dan menghindari arsir. Bagian berwarna hitam hanya terlihat di dasi dan penutup mata. Pengambilan gambar keempat figur tersebut long shoot. b. Analisa Ikonografis Kartun ini berkaitan dengan momen laporan pertanggungjawaban Soeharto sebagai pemimpin lembaga Presiden pada Sidang Paripurna MPR RI, bulan Maret Pada pemberitaan tanggal 4 Maret 1983, Fraksi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (F ABRI) dan Fraksi Persatuan Pembangunan (F PP) dalam pidato pemandangan umum yang disampaikan masing masing fraksi menyatakan menerima laporan pertanggungjawaban Presiden Soeharto. Pada Sidang Paripurna ini Presiden Soeharto dikukuhkan sebagai Bapak Pembangunan. Tema dari kartun ini adalah memperlihatkan hubungan antara Soeharto sebagai pemimpin dan bawahannya dalam konteks peristiwa laporan pertanggungjawaban Soeharto sebagai Presiden pada masa itu.

13 Berikut ini analisa ikonografi dari gambar yang terdapat kartun yang bertema tentang laporan pertanggungjawaban Soeharto: Pada kartun ini, terdapat figur yang apabila dilihat ciri ciri fisiknya merupakan bentuk karikatur Soeharto. Wajah dari Soeharto tidak banyak mengalami distorsi. Tidak ada bagian dari wajah Soeharto yang dilebih lebihkan, kecuali bagian telinga yang dibuat lebih besar. Ekspresi yang ditunjukan oleh Soeharto adalah ketenangan dan sikap berwibawa. Figur Soeharto mengenakan jas berwarna hitam yang menunjukan pesan artifaktual sebagai pejabat negara. Warna hitam memunculkan kesan kontras dengan bidang dan gambar sekitarnya. Terdapat keganjilan yaitu sepatu yang berwarna abu karena efek dari raster. Warna sepatu tidak sesuai dengan realitas. Figur Soeharto memegang lembaran yang bertulis SAYA YANG BERTANGGUNG JAWAB. Teks ini berkaitan dengan perannya sebagai seorang presiden yang memikul tanggung jawab dari segala permasalahan yang terjadi. Postur yang dibesarkan dari gambar yang lain dan sikap yang tegak menunjukan kekuasaan yang besar. Figur figur lainnya yaitu empat laki laki. Dari pakaian yang dikenakan menunjukan pesan artifaktual bahwa mereka adalah sekelompok pejabat. Seorang figur pejabat mengenakan penutup mata. Kelengkapan ini mengingatkan pada sosok bajak laut. Sementara seorang figur pejabat lainnya terlihat membuka topeng yang dikenakan dan memperlihatkan wajah yang sesungguhnya. Kedua figur ini menunjukan citra yang negatif sebagai seorang perompak, penjarah dan munafik. Raut mereka menunjukan pesan fasial yang gembira dan diperkuat oleh kata kata yang diucapkan. Beberapa citra negatif dari figur figur ini diperlihatkan, antara lain mata yang ditutup satu yang mewakili karakter seorang perompak, atau seorang yang memiliki sifat munafik yang diwakili figur yang sedang membuka topeng dan memperlihatkan wajah yang sebenarnya dengan gigi gigi yang tajam. Figurfigur ini merupakan metafora dari bagaimana kualitas mental orang orang yang berada di lingkaran kekuasaan Soeharto. Kegembiraan ini ada

14 hubungannya dengan pengambilalihan tanggung jawab oleh Soeharto. Posisinya yang berada di belakang Soeharto menunjukan mereka merupakan bawahan atau pengikut dari Soeharto. Dari analisa visual terhadap gambar gambar yang hadir pada karya ini dapat disimpulkan ciri ciri visual sebagai berikut: Disajikannya dua kelompok gambar yaitu figur Soeharto dan figur figur pejabat pemerintahan. Sosok pemimpin digambarkan dengan besar, sementara bawahan lebih kecil. Posisi pemimpin didepan, sementara bawahan di belakang. Adanya unsur karikatur yang menggambarkan figur Soeharto. Seluruh gambar ditampilkan dengan pengambilan gambar long shoot. c. Interpretasi Ikonologi Figur Soeharto merupakan sosok sentral pada masa Pemerintahan Orde Baru. Sebagai figur yang berperan penting terhadap kelangsungan roda pemerintahan Orde Baru, Soeharto didukung oleh pejabat pejabat sebagai pihak yang membantu kinerjanya. Pramono mengkaitkan peristiwa laporan pertanggungjawaban Presiden terhadap MPR dengan keberadaan pejabat pejabat ini. Gambar pejabatpejabat ini dapat dipandang sebagai metafora dari situasi lingkungan Soeharto sebagai Presiden RI yang tidak baik. Walaupun secara visual yang terlihat dominan adalah figur Soeharto, tetapi yang menjadi sasaran kritik karya ini adalah pejabat pejabat bawahan Soeharto. Pramono tampaknya memperlihatkan sikap yang sangat berhati hati, sehingga lebih memilih mengkritik pejabat bawahan Soeharto bukan secara langsung Soeharto. Walaupun demikian nuansa kritik terhadap Soeharto tetap terlihat secara samar. Secara tidak langsung, Pramono mengkritik Soeharto yang tidak mampu mengendalikan pejabat bawahan sehingga memperlihatkan perilaku yang tidak baik.

15 Yang perlu digarisbawahi adalah keputusan penggambaran wajah Soeharto pada kartun ini tidak mengalami distorsi yang berlebihan. Pramono mencari cara aman, yaitu tetap membuat karikatur Soeharto tetapi tidak vulgar dan membatasi dalam pendistorsian. Hasilnya karikatur wajah Soeharto menjadi cenderung kaku dan datar. Keputusan ini tampaknya dipengaruhi oleh sikap kehati hatian pada saat menggambar karikatur wajah pejabat pejabat negara (terutama Soeharto dan keluarga). Penggambaran karikatur Soeharto tidak bisa dilakukan secara berlebihan karena faktor sensitifitas, menunjukan suasana politik yang represif sehingga mengekang kebebasan dalam berekspresi. Berikut ini penjelasan dari Pramono yang terkait dengan karya ini. Latar belakang kartun ini, Pramono melihat Soeharto sering mengampuni kesalahan kesalahan yang dilakukan pejabat bawahannya sehingga memunculkan perilaku yang tidak baik, seperti korupsi. Figur figur yang berada dibelakang Soeharto adalah pejabat pejabat bawahan Soeharto. Berkaitan dengan penggambaran karikatur wajah Soeharto, Pramono menjelaskan bahwa pada masa Orde Baru ada aturan tidak tertulis yang menyebutkan tidak boleh melakukan distorsi yang berlebihan terhadap wajah dari pejabat pejabat negara karena dikhawatirkan menimbulkan ketersinggungan, terutama kepala negara dan ibu negara, Soeharto dan Ibu Tien. Dari penjelasan Pramono terdapat beberapa hal yang dapat diungkapkan. Pramono lebih memilih mengkritisi situasi dibalik peristiwa laporan pertanggungjawaban yang merupakan agenda rutin kenegaraan daripada mengomentari isi dari laporan pertanggungjawaban. Dengan demikian Pramono berupaya menginformasikan hal yang tidak muncul dipemberitaan. Sikap kritis ini menjadi suatu hal yang berharga karena dengan melihat kartun ini masyarakat menjadi terbantu untuk melihat sisi lain dari momentum rutin ini. Keberanian mengungkapkan sisi lain dari agenda laporan pertanggungjawaban ini didampingi dengan sikap yang sangat berhati hati dengan tidak mengarahkan pada figur pejabat tertentu. Figur pejabat hanya teridentifikasi dari aspek artifaktualnya saja. Sikap hati hati juga ditunjukkan dengan cara penggambaran sosok Soeharto untuk menghindari ketersinggungan yang dapat membahayakan posisi dirinya dan

16 Sinar Harapan. Sikap kehati hatian yang diperlihatkan Pramono pada karya ini dapat diinterpretasikan bahwa situasi politik pada masa Orde Baru berpengaruh pada proses berkarya Pramono. Ketika mengangkat tema yang berkaitan dengan figur Soeharto maka Pramono lebih memilih mengarahkan kritik pada pejabatpejabat bawahannya. Sebagai bandingan, berikut ini akan ditampilkan dan diulas karya karya lain dari Pramono yang secara garis besar menunjukkan kesamaan tema. Gbr. IV. 6. Kartun bertema: Pimpinan Nasional Edisi : 11 Maret 1983 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Gbr. IV.7. Kartun bertema: Kabinet Pembangunan Edisi : 16 Maret 1983 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Karya edisi 11 Maret 1983, dilatarbelakangi peristiwa terpilihnya kembali Soeharto menjadi Presiden RI yang ke 4 (Lampiran 5). Untuk periode ini, Soeharto didampingi oleh Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Presiden. HU Sinar Harapan melansir pemberitaan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden dengan mengambil judul Penerus Tidak Usah Dibebani Pertentangan Sekitar Pancasila. Judul ini merujuk pada pidato kenegaraan yang disampaikan Soeharto. Terkait dengan pelantikan Soeharto, kartun yang muncul tidak merujuk pada sudut pandang pemberitaan. Kartun ini menyoroti perilaku orang orang yang berada disekitar Soeharto.

17 Pada karya ini terlihat tiga kelompok gambar, yaitu pemimpin Pemerintahan RI (Soeharto dan Umar Wirahadikusumah), tiga figur laki laki yang berjalan membungkuk dan menjulurkan lidah serta seorang komentator yang mengucapkan kalimat HEI, JANGAN COBA COBA. Sosok Soeharto dan Umar Wirahadikusumah digambarkan dengan postur yang besar dan diletakan di tengah bidang gambar. Sementara tiga figur dapat diinterpretasikan sebagai pejabat, digambarkan dengan postur yang kecil. Figur komentator juga digambarkan dengan postur yang kecil tetapi ditempatkan di luar bayangan Soeharto. Pesan yang disampaikan melalui karya ini tentang sikap menjilat dari pejabat yang dekat dengan pemimpin. Karya lainnya yang dimuat tanggal 16 Maret 1983, mengomentari tentang Kabinet Pembangunan yang dibentuk oleh Soeharto dan Umar Wirahadikusumah. Pada kartun ini terlihat tiga kelompok gambar yaitu Soeharto Umar Wirahadikusumah yang duduk didepan, pejabat menteri yang ditempatkan di bagian belakang mobil dan seorang komentator. Figur Soeharto dan Umar Wirahadikusumah digambarkan dengan postur yang besar, sementara pejabatpejabat menteri digambarkan dengan postur yang lebih kecil lagi. Figur komentator digambarkan dengan postur yang paling kecil. Kartun ini mendeskripsikan tentang Kabinet Pembangunan dengan jumlah menteri yang banyak. Kedua karya pembanding ini walaupun memunculkan tiga gambar tetapi cenderung menunjukkan pola visual yang sama dengan karya yang bertema. Kedua karya ini merepresentasikan sosok pemimpin dengan postur yang paling besar, sementara bawahannya divisualkan dengan postur yang lebih kecil. Untuk lebih memperlihatkan hubungan antara pemimpin dan bawahan, bawahan ditempatkan disamping atau dibelakang. Dari gambar gambar yang hadir dari dua karya kartun pembanding maupun cara penempatannya memperlihatkan kecenderungan penyampaian makna dan ciri visual yang sama dengan karya bertema Presiden Bertanggungjawab. Situasi

18 yang digambarkan melalui karya karya tersebut adalah lembaga kepresidenan dipenuhi pejabat pejabat yang menunjukkan sikap yang tidak bertanggungjawab. Dari ketiga karya yang dibahas terlihat ciri visual yang sama, sehingga tampak pola visual: Terdapat dua atau tiga gambar yang muncul pada karya yang memperlihatkan hubungan antara atasan dan bawahan serta seorang komentator. Figur pemimpin ditampilkan dengan postur lebih dari figur bawahan. Figur pemimpin ditempatkan didepan figur bawahan. Pengambilan gambar semua gambar: long shoot Karya Bertema: Inspeksi Mendadak Gbr. IV. 8. Kartun bertema: Inspeksi Mendadak Edisi : 11 Agustus 1984 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Pada karya bertema Inspeksi Mendadak ini, Pramono menampilkan figur bayangan dari Menteri Kehakiman Ismail Saleh dengan penggambaran postur yang paling besar dibandingkan dengan figur figur lain. Secara berhadapan, tampak gambar figur dari pejabat bawahan Ismail Saleh yang sedang merunduk dengan ekspresi ketakutan. Pramono tampaknya mengkritik sikap dari pejabat yang ketakutan ketika berhadapan dengan atasan yang melakukan inspeksi. Kritik

19 ini dipertajam dengan ucapan komentator KALAU MEMANG BERSIH TERTIB, NGAK USAH TAKUT, PAK. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karya ini, berikut diuraikan secara bertahap berikut ini diuraikan berbagai aspek karya: a. Deskripsi Pra ikonografi Di kiri bidang gambar tampak bayangan hitam figur laki laki berkacamata dengan pengambilan gambar medium shoot. Terdapat teks INDAK dengan warna putih. Terlihat mulutnya terbuka. Bayangan mengarah kepada figur laki laki yang duduk. Gambar lainnya adalah figur dengan bagian kepala atas saja yang terlihat. Pengambilan gambar long shoot. Figur laki laki tersebut mengenakan kacamata. Tampak meja dan kursi dengan sandaran yang tinggi. Di atas meja terlihat palu. Di belakang terlihat tumpukan lembaran lembaran yang tidak beraturan. Tubuh figur ini terlihat merunduk. Pandangan mengarah ke kemunculan bayangan dengan ekspresi yang khawatir. Garis membentuk kontur gambar figur. Meja dan kursi dibiarkan putih, kontras dengan bayangan figur. Raster pada bagian samping meja, sandaran kursi dan tumpukan lembaran. Tampak pula figur anak laki laki yang berdiri di bidang gambar sebelah kanan. Figur ini terlihat merentangkan tangan dengan ekspresi yang gembira. Kalimat yang diucapkan figur ini adalah KALAU MEMANG BERSIH TERTIB, NGAK USAH TAKUT, PAK. Figur ini ditampilkan dengan pengambilan gambar long shoot. b. Analisa Ikonografis Kartun ini menyoroti tindakan yang dilakukan Menteri Kehakiman, Ismail Saleh yang melakukan inspeksi mendadak ke kantor kantor Pengadilan Negeri ( berita Sinar Harapan, 9 Agustus 1984). Ismail Saleh dalam pemberitaan, menegur keras Kepala Kantor Balai Peninggalan Surabaya, dengan kalimat Kantor ini jangan

20 dijadikan jadi Kantor Balai Penggelapan!, karena menyaksikan ketidakberesan pengarsipan dokumen dan penyimpanan berbagai barang peninggalan masyarakat serta melihat ruangan yang gelap tidak terawat. Sebelumnya Ismail Saleh juga melakukan inspeksi mendadak ke Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berikut ini adalah analisa ikonografi dari kartun yang bertema tentang inspeksi mendadak di lingkungan departemen kehakiman: Pada kartun ini, obyek bayangan dari figur yang berkacamata terlihat mencolok. Ukuran figur yang lebih besar dari gambar yang lainnya menyampaikan pesan postural tentang dominasi dan kekuasaan yang besar. Warna hitam pada obyek bayangan mempertegas dominasi tersebut. Bayangan hitam tampaknya mengacu pada wajah Ismael Saleh. Pada bayangan tertulis INDAK, singkatan dari Inspeksi Mendadak, yang ditulis dengan ukuran huruf yang cukup besar. Posisi bayangan ini pun menunjuk ke arah figur yang terlihat setengah bersembunyi di meja kerja. Figur yang duduk merunduk adalah gambaran seorang laki laki yang berprofesi sebagai pejabat pengadilan. Identifikasi diperoleh dari gambar palu yang tergeletak diatas meja dan kursi dengan sandaran yang tinggi. Posenya yang merunduk dan menyembunyikan sebagian wajahnya dibalik meja menunjukan pesan postural bahwa figur tersebut statusnya lebih rendah. Raut wajah pejabat itu menunjukkan pesan fasial ketakutan. Dari arah pandangannya dapat diketahui, sesuatu yang menakutinya adalah bayangan atau pemilik bayangan yang melakukan Inspeksi Mendadak (Indak). Dibelakangnya, terlihat tumpukan lembaran lembaran yang tidak teratur. Figur lainnya yang tampak pada kartun ini adalah seorang anak kecil, lakilaki. Kepala yang mendongak memperlihatkan figur ini tidak merasa takut. Kalimat KALAU MEMANG BERSIH TERTIB NGGAK USAH TAKUT, PAK yang diucapkan figur ini menegasi kesemrawutan berkas yang berada dibelakang figur pejabat pengadilan. Kalimat yang diucapkan ditujukan kearah

21 pejabat, tetapi pandangannya diarahkan ke bayangan. Figur ini ditempatkan sebagai komentator yang mewakili pandangan dari kartunis atau surat kabar. Dari analisa visual terhadap gambar gambar yang hadir, karya ini memiliki ciriciri visual sebagai berikut: Ada tiga figur yaitu bayangan sebagai figur atasan, figur bawahan dan figur komentator. Sosok figur atasan digambarkan dengan postur yang besar, sementara figur bawahan ditampilkan dengan postur lebih kecil. Figur komentator yang lebih mirip sosok anak anak. Figur atasan dan bawahan diposisikan berhadapan. c. Interpretasi Ikonologis Tradisi inspeksi mendadak merupakan kegiatan yang cukup populer pada masa Orde Baru. Inspeksi mendadak biasanya dilakukan pimpinan dalam sebuah departemen atau direktorat ke jajaran dibawahnya dengan melihat kinerja secara langsung dan tanpa rekayasa. Walaupun tidak selamanya berjalan demikian, inspeksi mendadak ternyata sudah diatur, seperti yang dituturkan Pramono, yang pernah mengikuti kegiatan inspeksi mendadak seorang menteri semasa masih aktif di Sinar Harapan. Dalam kartun ini, Inspeksi Mendadak digambarkan menciptakan ketakutan dikalangan pejabat yang dikunjungi. Metafora yang muncul dalam kartun ini adalah bayangan hitam besar sebagai penggambaran dari kekuasaan yang dimiliki oleh Menteri Kehakiman. Identifikasi tentang sosok Menteri Kehakiman dilihat dari bentuk siluet bayangan yang mendekati figur Ismail Saleh sebagai Menteri Kehakiman pada saat itu. Metafora yang lainnya adalah tumpukan berkas yang tidak teratur sebagai penggambaran dari ketidakberesan pengelolaan di kantor pengadilan. Dari pemilihan gambargambar metafora yang terdapat pada karya ini serta cara penggambaran dapat disimpulkan situasi yang ingin disampaikan adalah kegagalan dan ketidakprofesionalan dalam pengelolaan departemen di pemerintahan serta mentalitas pejabat yang takut pada atasan.

22 Berikut ini penjelasan dari Pramono tentang karya yang dibahas. Bayangan yang muncul pada kartun ini adalah sosok Ismail Saleh, Menteri Kehakiman pada saat Orde Baru. Penggambaran bayangan yang besar memperlihatkan posisi Ismail Saleh sebagai pejabat tertinggi di Departemen Kehakiman. Tumpukan kertas yang berada di belakang pejabat bawahan Ismail Saleh untuk menggambarkan tumpukan kasus yang belum diselesaikan. Pramono menuturkan juga tentang adanya praktek memberikan sejumlah uang agar sebuah kasus dapat dengan segera disidangkan. Interpretasi gambar pada kartun ini tidak berbeda dengan yang dikemukakan Pramono. Figur yang memiliki kekuasaan yang besar atau jabatan yang tinggi direpresentasikan dengan gambar yang besar pula. Demikian pula sebaliknya, figur yang kekuasaannya lebih rendah, digambarkan dengan gambar yang lebih kecil. Seperti halnya kartun yang bertema tentang Soeharto, pada kartun ini kritik lebih diarahkan pada pejabat yang lebih rendah. Diantara karya karya Pramono, terdapat karya yang secara tematis memiliki kesamaan, yaitu kartun yang dimuat pada edisi 28 Maret Gbr. IV.9. Kartun bertema: Pengecekan di Bandara Edisi : 28 Maret 1985 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Pada karya ini muncul tiga gambar, yaitu figur pejabat bandara Cengkareng, pejabat yang ditampilkan sebagian dan komentator. Ciri visual yang terlihat pada

23 karya ini memperlihatkan kemiripan dengan karya bertema Inspeksi Mendadak yaitu dimunculkannya tiga gambar, postur pejabat tinggi digambarkan lebih besar dari pejabat bandara dan posisi keduanya yang berhadapan. Pengambilan ketiga figur: dilakukan secara long shoot. Dari dua karya yang dibahas terlihat ciri visual yang sama, sehingga tampak pola visual: Terdapat dua atau tiga gambar yang muncul pada karya yang memperlihatkan hubungan antara atasan dan bawahan serta seorang komentator. Figur pemimpin ditampilkan dengan postur lebih besar dari figur bawahan. Figur pemimpin ditempatkan berhadapan dengan figur bawahan. Pengambilan gambar semua gambar: long shoot Karya Bertema: Penyelewengan Dana SD Inpres Gbr. IV.10. Kartun bertema: Penyelewengan Dana SD Inpres Edisi : 7 Pebruari 1983 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Pramono pada karya ini mengkritisi tentang penyelewengan Dana SD Inpres. Pramono menggambarkan sekelompok figur pejabat yang sedang makan ayam

24 (metafora dari dana SD Inpres). Figur ini digambarkan dengan postur yang lebih besar dari figur anak siswa SD. Pramono melalui karya ini mengkritik pejabatpejabat yang melakukan tindakan penyelewengan dana SD Inpres. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karya ini, berikut diuraikan secara bertahap berikut ini diuraikan berbagai aspek karya: a. Deskripsi Pra ikonografi Pada sisi kiri atas bidang gambar terlihat tiga figur laki laki dengan postur gemuk dengan pengambilan gambar long shoot. Figur yang duduk paling kiri mengenakan peci putih dan kain lap yang diletakkan dipundak. Figur yang duduk di tengah mengenakan topi juru masak. Sementara figur yang paling kanan mengenakan kacamata dan berkepala botak. Ketiganya terlihat mengenakan pakaian yang mirip kemeja.. Mereka mengelilingi meja makan yang bertuliskan DANA SD INPRES dan makan daging ayam yang tersaji di piring bundar. Ketiga figur sedang duduk dengan posisi tegak, kecuali figur yang duduk paling kanan tampak agak membungkuk. Mereka makan tanpa memakai peralatan makan. Figur yang mengenakan peci dan topi juru masak terlihat makan dengan mata terpejam. Figur yang tidak mengenakan penutup kepala tampak fokus ke makanan. Ia melemparkan tulang ke arah anak laki laki.. Ketiganya membuka mulut lebar lebar memperlihatkan gigi yang tajam. Garis membentuk kontur figur figur. Figur yang berpeci dibiarkan putih kecuali pada bagian perut dan kaki yang memiliki arsir. Kursi yang diduduki yang diblok warna hitam sementara meja dibiarkan putih, tanpa arsir. Pada figur yang paling kiri nada gelap terang muncul secara bergradasi. Warna hitam pada bagian kaki. Latar belakang dibiarkan bersih tanpa ada arsir garis. Pada sisi kanan bawah bidang gambar, terlihat seorang anak laki laki mengenakan pakaian lengan pendek dan celana pendek sedang duduk di bangku. Ia menggenggam sendok dan garpu. Posisi anak laki laki badan agak membungkuk dengan ekspresi wajah yang sedih. Kedua tangan terlihat lunglai dengan ekspresi yang menyedihkan. Garis membentuk kontur figur dengan detail. Bagian tubuh

25 dan pakaian tidak diarsir. Kursi yang diduduki diblok warna hitam. Pengambilan gambar figur anak laki laki dilakukan secara long shoot. b. Analisa Ikonografi Kartun ini muncul sebagai pendamping artikel yang membahas tentang pendidikan dasar sekolah dasar di Indonesia (Artikel Sinar Harapan 7 Pebruari 1983). Artikel ini secara khusus membicarakan uji coba pendidikan ditingkat sekolah dasar yang dilaksanakan di Kabupaten Cianjur. Uji coba ini dilakukan untuk memenuhi target program pemerintah Indonesia di Pelita IV yaitu peningkatan mutu pendidikan (berbeda dengan Pelita III yang lebih memusatkan perhatian pada perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dasar). Pramono tampaknya melihat sisi lain dari permasalahan pendidikan dasar. Yang menjadi sorotan Pramono bukan mengenai rencana peningkatan mutu pendidikan dasar, tetapi tentang keberadaan sekolah dasar Inpres yang menjadi bagian dari program pendidikan Pelita III. Berikut analisa ikonografi dari kartun yang bertema korupsi dana SD Inpres: Gambar tiga figur laki laki yang sedang makan ayam yang merupakan metafora dari dana SD Inpres (teridentifikasi dari meja makan yang bertuliskan DANA SD INPRES). Dari pakaian yang dikenakan, pesan artifaktual yang disampaikan adalah ketiga figur tersebut menggambarkan seorang pembantu, juru masak dan seorang yang mungkin dari kalangan pejabat, birokrat atau intelektual. Mulut mereka yang terbuka dan tersenyum lebar, menunjukan pesan fasial yang gembira. Tetapi dengan dilekatkan karakter binatang buas melalui tampilan gigi gigi yang tajam tergambar ekspresi seseorang yang rakus. Pesan gestural yang negatif, tidak memperhatikan dan meremehkan diperlihatkan figur yang duduk di paling kiri yang melemparkan tulang. Ukuran badan yang besar dan cara duduk yang terlihat santai dalam kartun ini menunjukan pesan postural power, yang mengungkapkan seseorang yang memiliki kekuasaan yang besar dibandingkan dengan gambar lain. Gambar ini sangat

26 mempertimbangkan kontras gelap terang dengan menempatkan arsir maupun sapuan warna hitam sehingga terasa adanya kesan kedalaman, ruang dan volume. Walaupun demikian kontras gelap terang ini tidak menunjukan indikasi upaya penyimbolan. Gambar figur ditampilkan adalah seorang. Dari pakaian yang dikenakan, pesan artifaktual yang disampaikan adalah seorang siswa sekolah dasar. Siswa merupakan metafora dari pendidikan dasar di Indonesia. Raut wajahnya menunjukan pesan fasial kesedihan. Ukuran badan yang jauh lebih kecil dan ditempatkan dipojok bawah bidang gambar dengan jarak yang cukup jauh dari kelompok figur yang sedang makan memperlihatkan pesan postural kesan yang tertindas. Pesan gestural yang negatif, tidak berdaya tergambar dari tangan yang menggenggam sendok dan garpu yang terlihat lunglai. Figur ini digambar dengan garis yang efektif. Kesan kontras dimunculkan dengan memberikan blok warna hitam sementara figur digambar tanpa arsir sehingga terhindar dari kesan datar. Latar belakang yang dibiarkan kosong, tidak ada arsir dan tanpa upaya menciptakan ruang. Keputusan ini menimbulkan konsekuensi, gambar gambar terkesan melayang. Tetapi tampaknya, kartunis mempertimbangkan hal lain yaitu fokus perhatian lebih terarah pada gambar. Penggarapan nada gelapterang ataupun kualitas unsur rupa garis pada kartun lebih diorientasikan untuk kepentingan estetis saja. Kartunis tampaknya tidak bermaksud menyampaikan pesan pesan simbolik melalui pengaturan nada gelap terang maupun unsur visual garis. Dari analisa visual terhadap gambar gambar yang hadir, karya ini memiliki ciriciri visual sebagai berikut: Terdapat dua kelompok gambar yaitu kelompok pejabat dan figur anak lakilaki. Perbandingan postur figur pejabat dengan anak laki laki proporsional, tetapi karena kelompok pejabat terdiri dari tiga orang, maka terkesan besar.

27 Kedua gambar ditempatkan dalam posisi yang berjauhan. Pengambilan gambar kedua gambar dilakukan secara long shoot. c. Interpretasi Ikonologi Untuk mengomentari peristiwa penyelewengan dana SD Inpres, Pramono menyajikan dua gambar visual yang menunjukkan kekontrasan dalam berbagai hal, mulai dari jumlah figur (kelompok pejabat berjumlah empat sementara gambar anak kecil sendirian), ukuran gambar (kelompok orang pejabat digambarkan berukuran besar gemuk, figur anak kecil berukuran kecil kurus) dan posisi gambar di bidang gambar (kelompok pejabat dipojok atas, sementara figur anak kecil di pojok bawah). Kekontrasan lain terlihat dari ekspresi yang ditunjukkan. Kelompok pejabat memperlihatkan ekspresi yang gembira, sementara figur anak kecil terlihat sangat sedih. Dilihat dari aspek metafora, terlihat adanya tingkat metafora yang berbeda antara figur kelompok laki laki yang sedang makan dan figur anak SD. Untuk gambar figur anak SD relatif mudah dipahami karena dapat secara langsung diperoleh dari identitas pakaian mulai dari jenis pakaian sampai adanya lingkaran kecil di dada kiri yang bisa dikenali sebagai bentuk yang menunjukan badge yang umum ditemukan disaku seragam sekolah. Yang membutuhkan pengamatan lebih mendalam adalah gambar figur figur yang sedang makan ayam. Gambar ini menggambarkan adanya sekelompok orang yang melakukan tindakan penyelewengan terhadap dana SD Inpres. Kesimpulan tentang tindakan tidak terpuji ini dapat diambil dari suguhan perangai figur, sementara untuk gambar yang diselewengkan dengan jelas terbaca dari teks verbal. Yang menjadi masalah adalah relevansi antara identitas yang melekat pada figur dengan konteks permasalahan dan hubungan antar figur itu sendiri. Bagaimana hubungan antara pembantu, juru masak dan birokrat/pejabat/intelektual yang duduk satu meja dengan permasalahan penyelewengan dana SD Inpres. Dari atribut pakaian yang dikenakan ketiga figur tersebut, tergambarkan bahwa mereka berasal dari berbagai kelompok

28 masyarakat. Dalam tatanan sosial di Indonesia, ketiganya memiliki peran yang berbeda dan pengakuan sosial yang berbeda pula. Pembantu adalah orang yang bertugas menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan biasa diminta menyelesaikan perintah dari majikan. Juru masak adalah seseorang yang diakui memiliki kemampuan mengolah makanan. Sementara pejabat adalah seseorang yang diangkat untuk memimpin suatu organisasi atau tugas di pemerintahan. Dikaitkan dengan konteks permasalahan maka dugaan yang paling mungkin adalah aparat Pemerintah mulai dari level yang paling rendah sampai tinggi karena merekalah yang paling berkompeten dengan realisasi program SD Inpres. Duduknya mereka dalam satu meja menunjukan bahwa penyelewengan tersebut dilakukan secara bersama sama. Pose dan gestur menunjukkan suasana yang santai. Ekspresi yang diperlihatkan ketiga gambar tersebut adalah ekspresi yang gembira. Pramono memperlihatkan bahwa tindakan memakan dana SD Inpres tidak menjadi beban moral. Situasi yang digambarkan dalam kartun ini adanya sikap tidak bertanggungjawab, rakus dan arogan dari pejabat Pemerintah terhadap pendidikan dasar di Indonesia. Kartun ini berbicara tentang kegagalan pemerintahan Indonesia dalam menjalankan program SD Inpres. Terkait dengan karya yang sedang dibahas, Pramono menjelaskan beberapa hal. Kehadiran figur figur dari berbagai strata sosial merupakan penggambaran bahwa penyelewengan dana SD Inpres dilakukan oleh semua pihak yang menerima dana tersebut. Pejabat yang digambarkan gemuk dengan gigi yang tajam untuk menunjukkan kerakusan. Berbeda dengan interpretasi terhadap figur figur yang terdapat pada kartun ini, Pramono menggambarkan figur figur pelaku penyelewengan bukan hanya pejabat Pemerintah, tetapi juga pimpinan proyek yang lainnya. Penyelewengan ini dilakukan secara sistematis. Kemunculan figur figur tersebut merupakan hasil imajinasi dengan membayangkan suasana makan bersama. Menurut Pramono,

29 kehadiran pelayan, juru masak dan pejabat (direktur) untuk menunjukan sisi hirarkis dari penyelewengan, dari mulai kalangan paling rendah sampai kalangan tinggi. Pada kartun ini, Pramono tidak mengarahkan identitas figur pejabat pada tokoh tertentu Karya Bertema: Komisi Pertamina Gbr. IV.11 Kartun bertema: Komisi Pertamina Edisi : 13 Pebruari 1980 Sumber: HU Sinar Harapan (Pusat Dok. Suara Pembaruan) Berbeda dengan karya karya yang sudah dibahas yang memperlihatkan kecenderungan penggambaran figur yang berkonotasi negatif dengan postur yang lebih dibesarkan dari figur yang lain, pada karya ini justru figur yang menggambarkan pelaku penyelewengan komisi di Pertamina digambarkan lebih kecil. Pada karya ini Pramono ingin memperlihatkan situasi yang ironis, ketika Pemerintah yang digambarkan dengan tangan yang besar, terpedaya oleh pejabat Pertamina. Yang menjadi sasaran kritik secara langsung adalah pejabat Pertamina yang melakukan penyelewengan. Tetapi secara tidak langsung, kritik disampaikan kepada Pemerintah yang tidak berdaya walaupun sudah dibantu oleh masyarakat yang dalam karya ini diwakili oleh figur laki laki yang berulangkali dengan isyarat tangan memberi tahu adanya komisi yang disembunyikan dalam jumlah besar.

30 Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam karya ini, berikut diuraikan secara bertahap berikut ini diuraikan berbagai aspek pada karya: a. Deskripsi Pra ikonografi Pada karya dengan bidang gambar horizontal ini tampak tiga figur manusia. Tangan yang ditampilkan hiperbolis dengan ukuran yang besar mewakili keutuhan figur manusia. Gambar ini ditampilkan dengan posisi yang paling atas dibandingkan gambar gambar yang lain. Tangan besar ini terlihat mengenakan jas. Telapak tangan digambarkan terbuka menengadah. Garis membentuk kontur gambar. Tidak ada arsir untuk memberikan kesan volume kecuali pada ujung lengan pakaian muncul kesan tekstur kain. Di tengah bidang gambar terlihat figur seorang laki laki yang sedang berdiri diujung dermaga dengan pengambilan gambar secara long shoot. Postur figur lakilaki ini terkesan kecil karena berhadapan langsung dengan gambar tangan. Figur ini mengenakan stelan jas dan bertopeng. Kepalanya menengadah ke arah tangan yang berukuran besar. Tangan kanan terangkat menyerahkan ikan kecil dan tangan kiri diletakan dipunggung sambil menggenggam tali yang mengikat ikanikan besar. Figur laki laki tersenyum lebar dengan arah pandangan ke figur telapak tangan. Kalimat yang diucapkannya SAYA KEMBALIKAN PADA PEMERINTAH. Pada kartun ini garis dimaksimalkan untuk membentuk kontur gambar figur. Pakaian figur laki laki ini dibiarkan putih. Warna hitam muncul pada bagian dasi, penutup mata, ikan dan dermaga. Di bagian bawah bidang gambar, terlihat delapan ekor ikan berukuran besar yang terikat bertulisan KOMISI. Ikan ikan dengan arah kepala ke atas karena terikat pada tali. Garis membentuk kontur gambar ikan dan kesan tekstur kulit ikan. Arsir garis pada bagian tubuh ikan menciptakan gradasi gelap ke terang. Tulisan KOMISI berwarna putih. Bidang air diberi raster sehingga muncul kesan warna abu abu. Garis putih melingkar untuk meng gambarkan riak air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan kartun politik (political cartoon) sebagai salah satu bentuk karya seni rupa memiliki relasi dengan situasi sosial dan politik yang berkembang di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini

Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini Pemaknaan Karikatur Karya Wahyu Kokkang, Mengkritisi Kehidupan Sosial Masa Kini I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA. serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi

BAB IV ANALISIS KARYA. serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi BAB IV ANALISIS KARYA Melalui proses penemuan ide, pengamatan, pengkajian, pemahaman, serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi perempuan sejumlah 14 karya. Masing-masing

Lebih terperinci

PEMAKNAAN KARIKATUR OOM PASIKOM PADA HARIAN KOMPAS EDISI 10 SEPTEMBER 2016

PEMAKNAAN KARIKATUR OOM PASIKOM PADA HARIAN KOMPAS EDISI 10 SEPTEMBER 2016 PEMAKNAAN KARIKATUR OOM PASIKOM PADA HARIAN KOMPAS EDISI 10 SEPTEMBER 2016 I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak

Lebih terperinci

Tes Visualisasi Spasial

Tes Visualisasi Spasial Tes Visualisasi Spasial Tes visualisasi spasial ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kemampuan kita memvisualisasikan sesuatu benda dan membuat pengertianya serta berpikir secara abstrak melalui benda

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.768, 2014 KEMENDIKBUD. Peserta Didik. Jenjang Pendidikan. Sekolah. Pakaian Seragam. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGGUNAAN KARAKTER VISUAL BABI PADA PRODUK CLOTHING LABEL OINK!

BAB IV ANALISA PENGGUNAAN KARAKTER VISUAL BABI PADA PRODUK CLOTHING LABEL OINK! BAB IV ANALISA PENGGUNAAN KARAKTER VISUAL BABI PADA PRODUK CLOTHING LABEL OINK! Pada bab ini berisi penguraian secara deskriptif elemen visual dari karakter babi yang ditampilkan oleh clothing label OINK!.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil No.183, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Logo, Pataka dan Pakaian Dinas. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG LOGO, PATAKA, DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA -1- DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG LOGO, PATAKA, DAN PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

HUT RI KE-71 DALAM KARTUN OOM PASIKOM

HUT RI KE-71 DALAM KARTUN OOM PASIKOM HUT RI KE-71 DALAM KARTUN OOM PASIKOM Oleh I Wayan Nuriarta Progam Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Instiut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA 42 BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar 4.1 Judul : Momen 1 Edisi : 3/5 Tahun : 2016 Karya pertama ini merupakan salah satu momen bahagia dalam keluarga dimana ada sepasang suami istri yang tidak sabar

Lebih terperinci

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio No.887, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Pakaian Dinas Pegawai. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.16/MEN/2004 TENTANG PAKAIAN SERAGAM KERJA, TANDA PENGENAL DAN ATRIBUT BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN PUSAT KARANTINA IKAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.07.02 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pesan yang terkandung dalam kartun editorial disajikan sebagai suatu bentuk kritik sosial yang memiliki kadar humor, mengedepankan estetika serta pesan kritik

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya

BAB IV KONSEP VISUAL DAN KONSEP KOMUNIKASI. : Silu meminta Ayus menjaga kéncéng dan Ayus tidak boleh membuka kéncéngnya, Ayus menyanggupinya berikutnya, Silu menengok ke kiri dan daerah Selatan, maka daerah itupun panen. Sedangkan ketiga gunung tersebut hingga kini masih ada berada di sepanjang sungai dimana Silu menaiki perahunya menuju laut.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini Berbagai Gerakan Dasar BEBERAPA MACAM GERAKAN DASAR DAN VARIASINYA,YAITU; BERBARING, DUDUK, BERDIRI, BERJALAN, BERLARI, MENDAKI, MELONCAT DAN BERJINGKAT,

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SMA / MA KOMPONEN KELAYAKAN KEGRAFIKAAN BUKU SISWA 2013

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SMA / MA KOMPONEN KELAYAKAN KEGRAFIKAAN BUKU SISWA 2013 DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SMA / MA KOMPONEN KELAYAKAN KEGRAFIKAAN BUKU SISWA 2013 A. UKURAN BUKU Butir 1 Butir 2 Kesesuaian ukuran buku Mengikuti standar ISO, Ukuran buku

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA Lampiran : 2 (dua) PERATURAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

Kartun Konpopilan, Kartun Bisu yang Bicara

Kartun Konpopilan, Kartun Bisu yang Bicara Kartun Konpopilan, Kartun Bisu yang Bicara I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Kartun Konpopilan hadir setiap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1. Desain Title Pada pembuatan judul film pendek animasi Kitchen Knight ini, Penulis memilih menggunakan font berkarakter sans serif yang berbentuk lebih sederhana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Desain Title Untuk desain title, penulis menggunakan dua jenis font. Font Simply Glamorous untuk kata Layangan dan font Casual untuk kata Pusaka. Font Simply Glamorous

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN VISUAL PADA IKLAN TELEVISI RICHEESE NABATI VERSI RICHEESE LAND FACTORY

BAB IV TINJAUAN VISUAL PADA IKLAN TELEVISI RICHEESE NABATI VERSI RICHEESE LAND FACTORY BAB IV TINJAUAN VISUAL PADA IKLAN TELEVISI RICHEESE NABATI VERSI RICHEESE LAND FACTORY Peranan unsur visual dalam iklan Richeese Nabati versi Richeese Land sangat penting. Iklan disajikan dengan alur cerita

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

SATU. Plak Srek.. Srek

SATU. Plak Srek.. Srek SATU Plak Srek.. Srek Kertas coklat bertuliskan WANTED itu terlepas dari dinding tempat ia tertempel tadi. Tejatuh ke lantai yang juga terbuat dari kayu. Sehingga gambarnya orang bertopi besar mirip pembungkus

Lebih terperinci

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK Diperbanyak oleh :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Anatomi 1. Proporsi Tubuh Pria dan Wanita Gambar 21. Tjarmad 7, Karya Onong Nugraha 1986 Pada gambar 21 di atas, proporsi tubuh manusia wanita dewasa

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 0 TENTANG PAKAIAN DINAS WALIKOTA, WAKIL WALIKOTA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA 1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan disiplin

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG LOGO DAN PATAKA PENGAWAS PEMILU SERTA PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Berikut Transkrip Hasil Wawancara Penulis dengan Ilustrator Karikatur. Harian Pos Kota, Mas Uca. Senin, 18 Juli 2011

Berikut Transkrip Hasil Wawancara Penulis dengan Ilustrator Karikatur. Harian Pos Kota, Mas Uca. Senin, 18 Juli 2011 LAMPIRAN Berikut Transkrip Hasil Wawancara Penulis dengan Ilustrator Karikatur Harian Pos Kota, Mas Uca. Senin, 18 Juli 2011 1. Menurut anda apa definisi karikatur dalam surat kabar? Jawaban : Apabila

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB IV ANALISIS KARYA BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1 Gambar Karya 4.1 Judul : Mendengarkan Musik Media : Silkscreen on Paper Ukuran : 40x60cm Edisi : 1/3 Tahun : 2016 Karya ini merupakan karya awal dari serentetan karya berikutnya.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2014 KEMENDAGRI. IPDN. Upacara Pelantikan. Muda Praja. Pamong Praja Muda. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG UPACARA

Lebih terperinci

NOMOR : 12 TAHUN 2010

NOMOR : 12 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 12 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI, DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. praktik-praktik anihilasi simbolis dalam proses produksi berita. Perempuan yang

BAB IV KESIMPULAN. praktik-praktik anihilasi simbolis dalam proses produksi berita. Perempuan yang 131 BAB IV KESIMPULAN Anihilasi simbolis terhadap perempuan terjadi dalam Program Berita Kanal 22 yang ditayangkan oleh Lembaga Penyiaran Publik TVRI D.I Yogyakarta. Anihilasi simbolis terhadap perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karikatur adalah sebuah gambar atau penggambaran suatu objek konkret yang dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur sendiri berasal

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN. SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading 4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading yang dilakukan mengambil bagian atas kening dan daerah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar LATIHAN PERNAFASAN Pengantar 1. Teknik pernafasan: kembangkan perut pada saat menarik nafas dalam, dan kempiskan perut pada saat membuang nafas. 2. Sebaiknya bernafas melalui hidung. 3. Biarkan dada mengikuti

Lebih terperinci

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah

TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah TATA RIAS KOREKSI A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah dimaksudkan untuk menyempurnakan bentuk wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk wajah ideal atau bentuk wajah oval (bulat telur

Lebih terperinci

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB V TEKNIK PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Teknik Dasar Penataan Display Menata display yang baik selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan desain dan keserasian warna,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR

BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR BAB 1 : PERSIAPAN MENGGAMBAR 1.1 ALAT DASAR MENGGAMBAR Alat dasar dalam menggambar adalah pensil gambar, selanjutnya ada beberapa alat gambar lainnya seperti pensil warna, tinta, kuas, spidol, crayon,

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG 1 S A SALINAN L I N A N BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

Lebih terperinci

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang

Hal tersebut dapat kita lihat dari bentuk daun telinga menyeeupai daun telinga dari binatang Analisis Non Narrative Film 1. Kostum Kostum yang digunakan dalam kedua film ini memiliki kesamaan nuansa yang hampir serupa. Dalam film Avatar, kita mendapatkan kaum navy menggunakan kostum asli pribumi.

Lebih terperinci

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoristis Penulis mengangkat Ikan Lele sebagai tema dalam seni grafis, karena ikan lele adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA BAB IV TINJAUAN KARYA Perjalanan sebuah karya, dimulai ketika seniman mengalami, mencermati sesuatu dan sesuatu itu kemudian dijadikan kontemplasi yang mendalam. Selanjutnya muncul ide atau gagasan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih pemimpinnya secara langsung. Hal ini mempunyai makna yang sangat strategis bagi masa depan bangsa

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG UPACARA PELANTIKAN MUDA PRAJA DAN PAMONG PRAJA MUDA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tikus termasuk dalam mamalia kecil, memiliki setidaknya 28 famili. Tikus dimasukkan dalam Ordo Rodentia yang artinya Hewan Pengerat. Ada sekitar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG UPACARA PELANTIKAN MUDA PRAJA DAN PAMONG PRAJA MUDA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR TAHUN 0 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.524, 2015 BASARNAS. Pakaian Dinas. Pegawai. Penggunaan PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK.9 TAHUN 2015 TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI BADAN

Lebih terperinci

BAB 3 TEKNIK MEMBANGUN KELUCUAN PADA KARTUN LAGAK JAKARTA JILID TRANSPORTASI. Sebelum menelaah teknik yang digunakan kartunis dalam membangun

BAB 3 TEKNIK MEMBANGUN KELUCUAN PADA KARTUN LAGAK JAKARTA JILID TRANSPORTASI. Sebelum menelaah teknik yang digunakan kartunis dalam membangun 63 BAB 3 TEKNIK MEMBANGUN KELUCUAN PADA KARTUN LAGAK JAKARTA JILID TRANSPORTASI 3.1 Pengantar Sebelum menelaah teknik yang digunakan kartunis dalam membangun kelucuan pada Lagak Jakarta, peneliti akan

Lebih terperinci

Kartun Konpopilan, Kartun Untuk Orang Pintar

Kartun Konpopilan, Kartun Untuk Orang Pintar Kartun Konpopilan, Kartun Untuk Orang Pintar I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut seni Indonesia Denpasar Abstrak Kartun Konpopilan adalah kartun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa, baik itu media massa cetak, elektronik, atau baru-baru ini media massa online (internet) telah menjadi salah satu konsumsi wajib bagi masyarakat. Informasi

Lebih terperinci

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*)

MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*) MELATIH ANJING HERDER (bagian pertama) Oleh : Susila Sujarwo*) Keberhasilan melatih anak anjing herder tergantung dari anjing-anjing yang dilatih dan faktor pelatihnya (kasih sayang, perhatian dan waktu).

Lebih terperinci