CREEPING ERUPTION. berbagai macam penyebab, dengan gambaran klinis berupa lesi atau papular yang
|
|
- Verawati Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CREEPING ERUPTION PENDAHULUAN Creeping Eruption adalah suatu erupsi kulit yang khas disebabkan oleh berbagai macam penyebab, dengan gambaran klinis berupa lesi atau papular yang menjalar atau bermigrasi dan eritem karena adanya parasit yang bergerak didalam kulit. Sinonim dari Creeping Eruption adalah cutaneus larva migrans, creeping verminous dermatitis, sandworn eruption, plubers itch, duckhunters itch atau ruam menjalar. (1-4) Creeping Eruption terutama disebabkan oleh invasi bakteri larva Ancylostoma braziliense dan A.caninum. Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan pasir atau tanah. Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami hal yang sama. (2) Penularan ini karena adanya kontak individu dengan tanah lembab yang telah terkontaminasi dengan kotoran anjing, kucing, atau sapi yang telah mengandung larva cacing tersebut. Larva tersebut yang akan melakukan penetrasi ke kulit manusia dan memulai migrasinya pada epedermis bagian bawah. Penyakit ini bersifat self limiting disease karena manusia merupakan hospes terakhirnya, sampai larva tersebut akhirnya mati. (1,5) EPIDEMIOLOGI Creeping Eruption sering terjadi pada semua umur, jenis kelamin, dan ras. Biasanya ditemukan di daerah yang geografinya tropis atau subtropis. Kelompok yang beresiko adalah mereka yang mempunyai kehidupan atau kebiasaan yang berhubungan dengan panas, lembab dan pasir, contohnya: - Kontak langsung dengan tanah berpasir dan lembab 1
2 - Anak-anak yang bermain di tumpukan pasir - Petani - Tukang kebun - Tukang ledeng - Pemburu di hutan - Tukang listrik - Tukang kayu - Pembasmi hama, dll. (6,7) ETIOLOGI Penyebab Creeping Eruption antara lain Ancylostoma braziliens, A. Caninum, A. Ceylonicum, Uncinaria stenocephala dan Bubostomum phelebotommum. Penyebab yang paling sering adalah larva cacing tambang anjing dan kucing. Infestasi terjadi melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi dengan larva. Ancylostoma braziliense merupakan penyebab yang terbanyak di Amerika selatan, Amerika Serikat bagian tenggara dan berbagai daerah tropis lainya. Di Eropa, larva cacing tambang anjing Ucinaria stenocephala menimbulkan erupsi yang lebih ringan. Larva cacing tambang pada sapi, yaitu Butnostomum phlebotum, merupakan penyebab yang jarang. (2,4,8) PATOGENESIS Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing. Yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Biasanya larva ini merupakan stadium ke tiga siklus hidupnya. Nematoda hidup pada hospes dimana ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan berubah 2
3 menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi ke kulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal dan setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit. (2,4,9,10) Penularan terjadi karena individu berkontak dengan tanah lembab yang telah terkontaminasi dengan kotoran anjing, kucing, atau sapi yang telah mengandung larva tersebut. Larva mengadakan penetrasi ke kulit manusia dan memulai migrasinya pada epidermis bagian bawah. Larva ini tidak dapat mengadakan penetrasi ke dermis manusia, maka tidak dapat terjadi siklus hidup yang normal. Manusia merupakan hospes yang tidak tepat bagi larva tersebut, sehinga larva akhirnya akan mati. Pada hospes binatang yang tepat, siklus hidup larva tersebut mirip dengan siklus hidup cacing tambang pada manusia. (1,4,9,10) Siklus hidup parasit dimulai ketika keluar yang ada dalam feses binatang akan menetaskan larva dalam keadaan panas, lembab dan di tanah berpasir. Saat kontak dengan kulit manusia, larva dapat menembus ke folikel rambut, celah atau kulit untuk menulari manusia. Antara beberapa hari sampai beberapa bulan setelah awal infeksi, larva akan berpindah tempat ke bawah kulit. Pada bintang yang sebgai hostnya larva mampu menembus bagian kulit yang lebih dalam (dermis) dan menulari darah serta sistem limfe. Bagaimanapun pada manusia larva tidak dapat memasuki membrandi bwah dermis sehingga pada penyakit ini larva akan tetap tinggal pada lapisan terluar dari kulit. (6,7,10) GAMBARAN KLINIS Larva dapat menimbulkan dermatitis non spesifik pada tempat penetrasi, yakni tempat kulit berkontak dengan tanah yang terkontaminasi. Penetrasi sering terjadi pada tangan, kaki, dan bokong. Keadaan sering menetap selama berminggu-minggu 3
4 sampai berbulan-bulan, atau langsung menjalar dan menimbukan garis seperti benang yang menjalar dan agak meninggi. Lesi mirip terowongan berwarna seperti daging atau merah muda dengan lebar sekitar 3 mm. Bentuknya khas dengan pola yang berkelok-kelok, mengandung cairan serosa, dan disertai rasa gatal yang hebat. Lesi akan lama mengering dan membentuk krusta. Sejumlah besar larva dapat aktif pada saat yang sama dengan disertai pembentukan serangakai lesi yang berputar-putar dan berliku-liku. (1,2,3,11) Larva dapat bergerak sepanjang beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter sehari, danterdapat dibagian depan lesi yang eritem. Perjalanan satu larva umumnya terbatas pada daerah yang relatif kecil. Tetapi kadang-kadang dapat bergerak lebih jauh. Sepanjang garis lesi sering terdapat vesikula dan rasa gatal yang menimbulkan garukan dan selanjutnya terjadi dermatitis dan infeksi sekunder. Migrasi akan terhenti setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan. (3,4,11) Migrasi larva memberikan gambaran jejak vesikel eritem yang memanjang dan meninggi, linier atau menyerupai ular. Ukuran lesi sekitar 3 mm x mm. Lesinya dapat tunggal atau multiple. Suatu reaksi imun alergi pada pasien yang disebabkan dari produk keluaran larva mengakibatkan timbulnya jalur eritematous pruritus, bahkan kadang terasa nyeri. Lesi yang tak terawat akan kembali normal setelah larva mati (dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan). (4,10,12) Penyakit ini bersifat self limiting karena manusia merupakan hospes terakhir sampai larva tersebut akhirnya mati. Perkiraan mengenai lamanya penyakit secra ilmiah sangat bervariasi. Variasi ini tergantung species larva, tetapi umumnya tidak diketahui. Beberapa lesi menetap selama beberapa bulan. Larva migrans dapat diikuti oleh eosinofilia dan loefflers syndrome, terutama pada infestasi yang berat. (1,2,10,11) 4
5 Larva kutaneus merupakan suatu bentuk khusus dari Creeping Eruption. Penyebabnya adalah Strongyloides stercoralis. Terdapat erupsi papular yang hebat pada tempat penetrasi dengan diikuti urtikutaria dan erupsi, yang terdiri dari : papulovesikuler, edematous, atau non spesifik. Paling sering terdapat pada daerah perianal atau bokong. Parasit ini bermigrasi cepat, dapat sampai 10cm per jam. Merupakan penyakit kronik dan intermitten yang dapat bertahan sampai bertahuntahun. (1,3,11,13) Gambar Creeping Eruption pada kaki dengan eritematous & edema Dikutip dari referensi 14 Gambar creeping eruption pada kaki bagian dorsal Dikutip dari referensi 14 5
6 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Labotorik : peningkatan eosinofil dan IgE serum. (7,15) Pemeriksaan histopatologik : parasit dapat terlihat dengan melakukan biopsi spesimen pada titik lesi yang tertinggi. Tapi hal ini sulit dilakukan karena larva sukar ditemukan. Migrasi larva terjadi antara stratum korneum dan stratum germinativum, tetapi karena larva tidak berada dalam lesi yang tampak nyata, maka pada biopsi specimen jarang ditemukan adanya parasit. Pada biopsi dapat ditemukan sel-sel inflamasi limfosit dan banyak eosinofil didalam epidermis dan bagian atas dermis. (8,15) DIAGNOSIS Diagnosis di tegakkan berdasarkan gambaran klinis dengan ditemukannya lesi yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel diatasnya. (1,9) DIAGNOSIS BANDING 1. Skabies. (9,16) 2. Tinea Pedis. (9,16) 3. Dermatitis kontak alergi. (16) PENATALAKSANAAN Pengobatan sistemik : - Tiabendazole diberikan dengan dosis mg/kgbb dua kali sehari selama 2-4 hari dengan dosis maksimum 2-4 gram/hari. Efek samping yang dapat 6
7 timbul : rasa pusing, kram, mual, dan muntah. Tiabendaazole oral lebih toksik dan kurang efektif. (1,2) - Albendazole 400mg peroral juga dapat digunakan dengan dosis tunggal selama 2 hari berturut-turut. (1,17) - Invermectin 12 mg, efektif dengan dosis tunggal (7,17) Pengobatan topikal : - obat pilihan berupa tiabendazole topical 10%, diaplikasi 4 kali sehari selama satu minggu. Obat ini perlu diaplikasi sepanjang lesi dan pada kulit normal disekitar lesi. (1,2,15) - Solusio tiobendazole 2% dalam DMSO (dimetilsulfoksida) - Atau dapat diguankan tiobendazole topical diambah kortikosteroid topical yang digunakan secara oklusi dalam jam. (1) - Terapi lama yaitu pembekuan lesi dengan menggunakan etil klorida atau dry ice. Terapi ini efektif bila epidermis terkelupas bersama parasit. Seluruh terowongan harus dibekukan karena parasit diperkirakan berada dalam terowongan. (1) PROGNOSIS Creeping Eruption merupakan kelainan kulit berupa self-limiting (dapat sembuh sendiri) karena manusia merupakan hospes terakhir, sampai larva tersebut akhirnya mati. Sekitar 50% larva akan mati dalam 12 minggu walaupun tanpa terapi. (1,15) 7
8 KESIMPULAN Creeping Eruption adalah penyakit yang berkarakter seperti lingkaran ular yang berkelok-kelok dan menyebabkan rasa gatal hebat. Biasanya cacing tambang dari family Anchylostoma yang menyebabkan penyakit ini. Walaupun penyakit ini bisa sembuh sendiri, obat juga diberikan untuk mempercepat proses pengobatan dan untuk memastikan larvanya mati. Thiobendazol dan mebendazol biasanya merupakan obat pilihan dengan mekanisme antihelmintik dan antiparasitiknya. Creeping Eruption jarang menimbulkan komplikasi. Sekiranya timbul komplikasi, itu biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder oleh mikroorganisme lain akibat garukkan karena rasa gatal yang hebat. Prognosis penyakit ini adalah sangat baik. 8
9 DAFTAR PUSTAKA 1. Maskur HZ. Infeksi parasit dan gangguan Serangga. In: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 1988.p Bryceson ADM, Hay RJ. Parasitic Worms and Protozoa. In: Champion RH, Burton JL, Ebling FJG, editors. Textbook of Dermatology. 5 th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publications; 1992.p Fitzpatrick s TB, Johson RA, Wolf K, Suurnond D. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. New York: McGraw-Hill; 2001.p Lucchina LC, Wilson ME. Cysticercosis and other Helminthic Infection. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine.6 th ed. New York: McGraw- Hill; 2003.p Hotez PJ, Hookworm infection. [online] 2004 [cited 2007 August 26]; available from: URL: Hookworm Infection.htm. 6. Anonymous. Cutaneus Larva Migran. [online] 2006[cited 2007 August 26]; available from: Ho okworm Infection.htm. 7. Douglass MC. Cutaneus Larva Migrans. [online] 2006 [cited 2007 september 5]; available from URL: 8. Sellheyer K, Haneke E. Protozoa Disease and Parasitic Infestation. In: Elder DE, Elenitsas R, Johson BL,Murphy GF,GF, eds.lever s Histopathology of The Skin. 9 th ed. Philadelphia: Lippncott Wiliams & Wilkins; 2005.p
10 9. Aisah S. Creeping Eruption. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3 th ed. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 1999.p.93,122-23, McKoy KC, Moschella SL, Orkin M, Maibach HI. Parasitic Infection and infestation. In: Orkin M, Maibach HI, Dahl MV, editors. Dermatology. 1 th ed. Minnesota: Prentice-Hall International Inc; 1991.p Ebling Gj. Introduction to Cutaneus Parasitology. In: Rook A, Wilkinson DS, Ebling FJG, editors. Textbook of Dermatology. 3 th ed. Oxpord: Blackwell Scientific Publisations; 1979.p Rietschel RL. Aquatic Dermatoses. In: Rietschel RL, Fowler JF, editors. Contact Dermatitis. 4 th ed. Lousiana: Wiliams and wilkinis; 1995.p Odom RB, James WD, Berger TG: Disease due to Animal Parasites in Andrew's Disease of the Skin Clinical Dermatology. 1 th ed London: Mosby; 2003.p Wang J. Cutaneus Larva Migrans.[online] 2006 February 28 [cited 2007 August 22]; Available From: e. Medicine Cutaneus Larva Migrans. 15. McKey KC, Moschella SL, Parasites, Arthopods, Hazardous animal and Tropic dermatology. In: Moschella SL, Hurley Hj, editors. Dermatology. 2 th ed. Philadhelpia: WB Saunders Company; 1985.p Sangueza OP, Lu D, Sangueza M, Pereira CP. Protozoa and Worms. In: Bolognia L, Jorizzo JL, Rapini RP, eds. Dermatology. 1 st ed. London: Mosby; 2003.p
11 17. Habif TP.Cutaneus Larva Migrans. In: Skin Disease Diagnosis and treatment. 2 nd ed. London: Elsevier Mosby; 2005.p
12 BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN REFARAT SEPTEMBER 2007 CREEPING ERUPTION PRESENTER 1. Andi Emmy Marlina Kartini ADVISOR dr. TIMUR LENG SUPERVISOR: dr. FARIDA TABRI, Sp. KK (K) DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9
BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous
Lebih terperinciKULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK
Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cutaneous Larva Migrans 2.1.1. Definisi Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan kelainan kulit yang merupakan peradangan yang berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul
Lebih terperinciMODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS
MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT
TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi
Lebih terperinciCREEPING ERUPTION. Sudjari,* Dearikha Karina Mayashita,* Herwinda Brahmanti**
Laporan Kasus CREEPING ERUPTION Sudjari,* Dearikha Karina Mayashita,* Herwinda Brahmanti** *Laboratorium Parasitologi ** Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Brawijaya/RSUD
Lebih terperinciSTRONGILOIDIASIS No. Dokumen : No Revisi : Tanggal terbit : Halaman :
UPT PUSKESMAS CIPELANG SOP STRONGILOIDIASIS No. Dokumen : No Revisi : Tanggal terbit : Halaman : dr.hj.iyen Ganefianti NIP. 196311101989032011 1. Pengertian Strongiloidiasis adala penyakit kecacingan yang
Lebih terperinciGAMBARAN HISTOPATOLOGIS PEMPHIGUS VULGARIS
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS PEMPHIGUS VULGARIS Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP.132 308 599 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 1 GAMBARAN
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya
A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status
Lebih terperinciHookworm-Related Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans yang Disebabkan Cacing Tambang Shinta Nareswari Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Cutaneous larva migrans yang disebabkan cacing tambang adalah
Lebih terperinciABSTRAK PARASIT PADA HEW AN PELIHARAAN YANG SERING MENULAR PADAMANUSIA
ABSTRAK PARASIT PADA HEW AN PELIHARAAN YANG SERING MENULAR PADAMANUSIA Maryani, 2004, Pembimbing I: Meilinah Hidayat, dr., M. Kes., Pembimbing II: Susy Tjahjani, dr., M. Kes. Adanya parasit pada hewan
Lebih terperinciPENYAKIT DARIER PADA ANAK
PENYAKIT DARIER PADA ANAK dr. Imam Budi Putra, SpKK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK M E D A N PENYAKIT DARIER PADA ANAK Pendahuluan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB I PENDAHULUAN Dyshidrotic eczema merupakan varian dari dermatitis yang ditandai oleh adanya vesikel dan bula pada telapak tangan, telapak kaki dan pada permukaan lateral jari tangan yang bersifat rekuren,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi
Lebih terperinciAll about Tinea pedis
All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.
Lebih terperinciPENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id
PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri
BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran
Lebih terperinciLAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENYUSUN LAPORAN Nama :Cahya Daris Tri Wibowo NIM : H2A008008 Tanda tangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah
Lebih terperinciTUBERKULOSIS KUTIS VERUKOSA
TUBERKULOSIS KUTIS VERUKOSA Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 1 TUBERKULOSIS KUTIS VERUKOSA PENDAHULUAN
Lebih terperinci: Satu Kasus Tersangka Dermatomiositis Yang Menunjukan
: Satu Kasus Tersangka Dermatomiositis Yang Menunjukan Perbaikan Dengan Terapi Metilprednisolon Abstrak : Dermatomiositis adalah kasus jarang ditemukan, ditandai berupa miopatia inflamatorik idiopatik
Lebih terperinciMENGENALI PATOGENESIS DAN PENYEBARAN SKABIES DI DAERAH BERIKLIM TROPIS DAN SUBTROPIS
LAPORAN KASUS MENGENALI PATOGENESIS DAN PENYEBARAN SKABIES DI DAERAH BERIKLIM TROPIS DAN SUBTROPIS Vanneetha Arivananthan 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (dr.vanneetha@gmail.com)
Lebih terperinciPada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik atau gatal-gatal masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak karena sifatnya yang kronik residif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien
Lebih terperinciABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016
ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI 2015- JUNI 2016 Pioderma merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, streptococcus,
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trichuris trichiura Trichuris trichiura disebut juga cacing cambuk, termasuk golongan nematoda yang hidup di sekum dan kolon ascending manusia. Pejamu utama T.trichiura adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti
Lebih terperinciPREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI
PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: KHOIRUN NISA NIM. 031610101084 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Blastocystis hominis 2.1.1 Epidemiologi Blastocystis hominis merupakan protozoa yang sering ditemukan di sampel feses manusia, baik pada pasien yang simtomatik maupun pasien
Lebih terperinciAngka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012
Angka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012 Alyssa Amelia V.U 1, Athuf Thaha 2, Mutia Devi 2 1. Pendidikan
Lebih terperinciCiri-ciri umum cestoda usus
Ciri-ciri umum cestoda usus Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan tubuh (proglotid) Panjang antara 2-3m Bersifat hermaprodit Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata
Lebih terperinciABSTRAK. Aisyah,2012; Pembimbing I : Dr. Savitri Restu Wardhani,dr.SpKK Pembimbing II: dr. Hartini Tiono, M.Kes
ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DERMATITIS KONTAK BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN, GEJALA KLINIK, SERTA PREDILEKSI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Aisyah,2012; Pembimbing
Lebih terperinciE. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.
PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang
Lebih terperinciLaporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB. dr. Cut Putri Hazlianda
Laporan Kasus REAKSI KUSTA TIPE 2 PADA PENDERITA KUSTA MULTIBASILER (MB) YANG TELAH MENYELESAIKAN TERAPI MDT-MB dr. Cut Putri Hazlianda DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
Lebih terperinciChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :)
ChyntiaBlog Annyeong haseyo terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya semoga bermanfaat dan menghibur :) Minggu, 04 November 2012 Laporan Kasus IMPETIGO BULOSA BAB I PENDAHULUAN Impetigo merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH
Lebih terperinciHEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung
16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah
Lebih terperinciKARSINOMA SEL SKUAMOSA
KARSINOMA SEL SKUAMOSA Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008 KARSINOMA SEL SKUAMOSA PENDAHULUAN Karsinoma
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciAsuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :
TEAM BASED LEARNING MODUL Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. DR. Dr. Anis Irawan, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV DR. dr. Farida Tabri, Sp.KK (K). FINSDV SISTEM
Lebih terperinciVISI (2015) 23 (3)
GAMBARAN TINGKAT STRES PENDERITA LIKEN SIMPLEKS KRONIK DI BEBERAPA KLINIK DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN DI KOTA MEDAN PADA BULAN FEBRUARI-MARET TAHUN 2015 Rudyn Reymond Panjaitan ABSTRACT This study
Lebih terperinciSILABUS BLOK INFEKSI & PENYAKIT TROPIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014
SILABUS BLOK INFEKSI & PENYAKIT TROPIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014 Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Penyakit Tropis (Blok 4) Bobot :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,
Lebih terperinciBAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adams G., BoiesL., Highler P., 1998.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :
DAFTAR PUSTAKA Adams G., BoiesL., Highler P., 1998.Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC. pp. 196-8. Adiguna M.S., 2004. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam : Budimulja U., Kuswadi,
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER
PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER SKRIPSI oleh Taufiq Gemawan NIM 072010101040 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinci6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...
6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 7. Lembar Kuesioner Pengumpulan Data Pengaruh Sanitasi Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani
Lebih terperinciPROFIL VARISELA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
PROFIL VARISELA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Christa C. Sondakh 2 Renate T. Kandou 2 Grace M. Kapantow 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciDistribusi Geografik. Etiologi. Cara infeksi
Distribusi Geografik Parasit ini ditemukan kosmopolit. Survey yang dilakukan beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi A. lumbricoides masih cukup tinggi, sekitar 60-90%. Etiologi Cara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di
Lebih terperinciSKABIES. Sri Adila Nurainiwati* Abstrack
68 Vol. 7 No. 15 Desember 2011 SKABIES Sri Adila Nurainiwati* Abstrack Scabies is a human skin infestation caused by the infestations and sensitization of the parasitic Sarcoptes scabiei var. hominis.
Lebih terperinciPenyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio
Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciMola Hidatidosa. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Mola Hidatidosa Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh kelainan pada vili koriales
Lebih terperinciEfektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur
Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur Julia Suwandi, Susy Tjahjani, Meilinah Hidayat Bagian Parasitologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna (2004), insidensi penyakit jamur
Lebih terperinciKARYA TULIS AKHIR PROFIL PENDERITA BARU PENYAKIT PIODERMA PADA UNIT RAWAT JALAN KULIT DAN KELAMIN RSUD GENTENG BANYUWANGI PERIODE JANUARI DESEMBER
KARYA TULIS AKHIR PROFIL PENDERITA BARU PENYAKIT PIODERMA PADA UNIT RAWAT JALAN KULIT DAN KELAMIN RSUD GENTENG BANYUWANGI PERIODE JANUARI DESEMBER 2009 Oleh: FRIESKA LAKSMITA 07020045 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciPERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR
Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinci2014 AEA International Holdings Pte. Ltd. All rights reserved. 1
2014 AEA International Holdings Pte. Ltd. All rights reserved. 1 VIRUS EBOLA 25 August 2014 Indonesian Bahasa Informationini telah disusun untuk tujuan pendidikan kesehatan dan bukan pengganti saran medis
Lebih terperinciFORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan
: : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : infeksi jamur subkutan adalah infeksi jamur yang secara langsung masuk ke dalam dermis atau jaringan subkutan melalui suatu trauma.
Lebih terperinciPERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN KESEHATAN PASIEN SCABIES. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Kandang STUDI KASUS
PERAN KELUARGA DALAM PENGELOLAAN KESEHATAN PASIEN SCABIES Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung Kandang STUDI KASUS Oleh: Vindy Dwi Novitasari (NIM: 201210300511026) PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. gambaran dermatitis atopik pada anak usia 0 7 tahun yang terpapar. diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai gambaran dermatitis atopik pada anak usia 0 7 tahun yang terpapar asap rokok di Rumah Sakit Gotong Royong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan cacing usus. Penyakit yang disebabkan oleh cacing usus termasuk kedalam kelompok penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang ada dalam keadaan akut atau subakut, ditandai dengan rasa gatal, eritema, disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global, khususnya di negara-negara berkembang pada daerah tropis dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa membuat negara Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat mendukung terjadinya masalah infeksi. Salah satu kejadian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN
BAB 1. PENDAHULUAN Kebutuhan protein hewani asal ternak yang semakin terasa untuk negara berkembang, khususnya Indonesia, harus terus ditangani karena kebutuhan itu semakin bertambah disebabkan oleh pertambahan
Lebih terperinciKontaminasi Pada Pangan
Kontaminasi Pada Pangan Sanitasi Industri Nur Hidayat Materi Sumber-sumber kontaminasi Keterkaitan mikroorganisme dengan sanitasi Hubungan alergi dengan proses sanitasi 1 Sumber-sumber kontaminasi 1. Bahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 2.1.1 Definisi Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap,
Lebih terperinci2. Strongyloides stercoralis
NEMATODA USUS CIRI-CIRI UMUM Simetris bilateral, tripoblastik, tidak memiliki appendages Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata Alat pencernaan lengkap Alat ekskresi dengan sel renette atau sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciCACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)
CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IMPETIGO KRUSTOSA
LAPORAN KASUS IMPETIGO KRUSTOSA Ery Oktadiputra, dr. IGK Darmada, Sp.KK(K), dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi gangguan fungsi sawar kulit dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit di bidang Dermatologi. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh adanya disfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006, yaitu sebesar 32,6 %. Kejadian kecacingan STH yang tertinggi terlihat pada anak-anak, khususnya
Lebih terperinciFLOUR ALBUS. Hans Lumintang, Sunarko Martodihardjo, Jusuf Barakbah
FLOUR ALBUS Hans Lumintang, Sunarko Martodihardjo, Jusuf Barakbah BATASAN Flour albus adalah cairan kental keputihan yang keluar dari vagina dan rongga uterus Sinonim: leukorrhae PATOFISIOLOGI Tidak semua
Lebih terperinciUJI PAPARAN TELUR CACING TAMBANG PADA TANAH HALAMAN RUMAH (Studi Populasi di RT.05 RW.III Rimbulor Desa Rejosari, Karangawen, Demak)
UJI PAPARAN TELUR CACING TAMBANG PADA TANAH HALAMAN RUMAH (Studi Populasi di RT.05 RW.III Rimbulor Desa Rejosari, Karangawen, Demak) Didik Sumanto* * Laboratorium Parasitologi Fakultas Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan dimana kulit mengalami
Lebih terperinciKESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU
KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Makalah ini Disusun Oleh Sri Hastuti (10604227400) Siti Khotijah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Kecacingan Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing. Dimana dapat terjadi infestasi ringan maupun infestasi berat. 16 Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths (STH) yaitu cacing yang menginfeksi manusia dengan cara penularannya
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER. Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :
TEAM BASED LEARNING MODUL SIFILIS PRIMER Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, MKes SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian
Lebih terperinci