PELAKSANAAN TATA TERTIB SISTEM SKORING DALAM PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 20 MALANG SKRIPSI OLEH SITI NURHAYATI NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN TATA TERTIB SISTEM SKORING DALAM PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 20 MALANG SKRIPSI OLEH SITI NURHAYATI NIM"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN TATA TERTIB SISTEM SKORING DALAM PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 20 MALANG SKRIPSI OLEH SITI NURHAYATI NIM UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN AGUSTUS 2009

2 PELAKSANAAN TATA TERTIB SISTEM SKORING DALAM PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 20 MALANG SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan program sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh Siti Nurhayati NIM UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Agustus 2009

3 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan untuk mulai secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan perubahan demi perbaikan mutu, sehingga lulusan yang dihasilkan unggul dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan meningkat. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu wadah yang memiliki kejelasan tanggung jawab dalam proses pendidikan, yakni lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang dimaksud disini adalah lembaga formal. Dengan cara menerapkan sistem skoring atau pemberian skor bagi siswa yang melanggar tata tertib di sekolah tersebut tujuan pendidikan dan pengajaran. Segala macam bentuk pelanggaran, sudah selazimnya mendapat konsekuensi yang dikenal istilah skor untuk menjatuhkan sanksi. jenis dan tingkat pelanggarannya dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 1.1 Sanksi dan pembinaan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang sesudah diadakan tata tertib sistem skoring pada tahun No POINT PEMBINAAN Pelanggar tata tertib dengan point 5 Pelanggar tata tertib dengan point 6-15 Pelanggar tata tertib dengan point Pelanggar tata tertib dengan point Dibina oleh Bapak/Ibu guru Dibina oleh Wali kelas Dibina oleh Koordinator tata tertib, mendapatkan peringatan I dan orang tua/wali dipanggil ke sekolah untuk mengetahuinya. Di bina oleh urusan kesiswaan, mendapatkan peringatan II dan

4 Pelanggar tata tertib dengan point Pelanggar tata tertib dengan point 100 Pelanggar tata tertib dengan point 100 karena tindak kekerasan/kriminal berat orang tua/wali dipanggil ke sekolahuntuk mengetahuinya. Dibina oleh kepala sekolah, mendapatkan peringatan III dan orang tua/wali dipanggil ke sekolah untuk mengetahuinya. Di keluarkan disarankan mengajukan pernyataan mengundurkan diri dari SMP Negeri 20 Malang dan selanjutnya diserahkan tanggung jawab pendidikannya ke orang tua/wali. Dikeluarkan dari sekolah/diserahkan kepada orang tua/wali murid. Paparan latar belakang tersebut mengarahkan peneliti dalam menulis penelitian dan judul Pelaksanaan Tata Tertib Sistem Skoring dalam Peningkatan Disiplin Siswa di SMP Negeri 20 Malang. B. Rumusan Masalah 1. Apakah tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang? 2. Apa saja bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang? 4. Bagaimana hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang? 2. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang? 3. Untuk mendeskripisikan upaya-upaya apakah yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang? 4. Untuk mendeskripsikan hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang? D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi SMP Negeri 20 Malang Dapat bahan referensi dan dokumentasi bagi SMP Negeri 20 Malang yang nantinya dapat dipakai sebagai sumber informasi baik untuk keperluan kajian ilmu pengetahuan maupun informasi bagi masyarakat. 2. Bagi jurusan PKn, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan melalui penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam proses peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang.

6 3. Bagi Penelitian Lanjutan Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan laporan penelitian yang dapat digunakan sebagai salah satu literatur bagi rekan-rekan jurusan PKn khususnya dan rekan-rekan jurusan lain pada umumnya untuk melakukan penelitian lanjutan.

7 10 METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2008:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, meyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. A. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif, peneliti atau dengan bantuan orang lain, merupakan alat pengumpul data utama, selain itu hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan di lapangan (Moleong, 2008:9). Peneliti hadir dilapangan berhubungan langsung dengan subyek untuk merencanakan, melaksanakan pengumpulan data, analisis data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 20 Malang, yang beralamatkan di Jl. R. Tumenggung Suryo No. 38 Telp. (0341) Malang.

8 C. Jenis dan Sumber Data Arikunto (2006:129) menyatakan bahwa yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan dua jenis data yaitu: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung dari lapangan. Yang menjadi sumber data primer adalah guruguru yang menangani tata tertib di sekolah yaitu guru yang mengani tata tertib kelas VII, VIII, dan kelas IX. 2. Data sekunder, yaitu data yang dijadikan sumber pendukung dalam pemecahan masalah data ini diperoleh dari studi pustaka berupa buku-buku maupun dokumen lainnya. D. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Observasi Partisipatif Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku subjek dalam situasi tertentu. Melalui observasi, peneliti dapat mengamati, mendeskripaikan atau mengevaluasi sasaran penelitian secara tepat (Bambang, 2007:48). 2. Wawancara Mendalam

9 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu peneliti sebagai pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan responden sebagai terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186). Teknik wawancara ini digunakan untuk mengungkap tujuan diberlakukannya sistem skoring. Bentuk pelanggaran terhadap tata tertib, upaya-upaya yang dilakukan di sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, hasil sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa. 3. Dokumentasi Menurut Arikunto (2006:231) teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan dokumendokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, misalnya buku tata tertib siswa, serta arsip milik sekolah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, misalnya buku tata tertib sekolah baik yang dipegang oleh siswa maupun guru, dokumen tentang manajemen sekolah. E. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan jenis analisis kualitatif, artinya setiap catatan harian yang dihasilkan dalam pengumpulan data, yaitu hasil wawancara, observasi, dan dari sejumlah dokumen yang terekam atau disebut dengan catatan lapangan dirangkum dan diseleksi, masing-masing dimasukkan ke dalam kategori atau tema tertentu yang hendak dipahami

10 F. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data adalah sebagian dari unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2008:320). Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan berbagai macam teknik. Dalam penelitian ini teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan oleh peneliti di lapangan adalah: 1. Ketekunan Pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan dengan cermat dan teliti terhadap fokus penelitian pengamatan ini dilakukan secara berkesinambungan sejak awal sampai akhir penelitian sehingga menghasilkan informasi yang utuh dan lengkap. 2. Perpanjangan Kehadiran Perpanjangan kehadiran peneliti akan memungkinkan peningkatan derajad data yang dikumpulkan. Dengan perpanjangan kehadiran peneliti dapat mempelajari dan menguji informasi yang berasal dari responden. 3. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008:330). Teknik Triangulasi yang paling banyak digunakan adalah melalui sumber data, yaitu mengecek sumber data yang satu dengan sumber data yang lainnya berdasarkan hasil observasi, wawancara dan beberapa data sekundernya.

11 G. Tahap-tahap Penelitian Adapun tahapan penelitian tersebut antara lain: 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan, yaitu tahap yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap persiapan ini meliputi: a. Merumuskan masalah Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban. b. Studi eksplorasi Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan kunjungan kelokasi penelitian terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengenal situasi dan keadaan lokasi penelitian. c. Penyusunan proposal Penyusunan proposal dilakukan berdasarkan bimbingan dan arahan dosen pembimbing skripsi. Proposal merupakan pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Penyusunan proposal ini juga diperlukan untuk mengurus surat ijin penelitian.

12 d. Perijinan Perijinan penelitian yang dilaksanakan di luar kampus memerlukan ijin dengan prosedur sebagai berikut: - Permintaan surat pengantar dari fakultas ilmu pendidikan universitas negeri malang dengan dilampiri proposal skripsi sebagai permohonan ijin penelitian yang ditujukan kepada pihak SMP Negeri 20 Malang. - Diberikannya surat ijin dari pihak SMP Negeri 20 Malang untuk melaksanakan penelitian. 1. Tahap Pelaksanaan a. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. b. Penyusunan data Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan penyusunan atas data tersebut, maksud penyusunan ini adalah untuk memudahkan dalam analisis data nantinya. c. Analisis data Analisis data dilakukan selama atau bersamaan dengan pengumpulan data dan setelah pengumpulan data selesai dilakukan.

13 d. Kesimpulan Setelah diketahui hasil yang diperoleh dari penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan sesuai dengan data yang terkumpul dan analisis yang dilakukan secermat mungkin. 2. Tahap Pelaporan Setelah informasi yang diperlukan untuk penelitian sudah cukup, maka langkah selanjutnya peneliti membuat laporan atas penelitian yang telah dilakukan dengan sistematika yang berlaku di Universitas Negeri Malang.

14 PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Gambaran umum SMP Negeri 20 Malang Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Malang adalah salah satu lembaga pendidikan yang berada dalam koordinasi Dinas Pendidikan Kota Malang. Pada awalnya SMP Negeri 20 Malang merupakan cabang dari SMP Negeri 5 Malang. Sekolah ini didirikan pada tahun 1994 dan bertempat di gedung SMP Negeri 5 Malang sampai tahun Pada tahun 1996, SMP Negeri 20 Malang sudah mulai memiliki bangunan sendiri yang terletak di Jln. R. Tumenggung Suryo no 38 Malang. 2. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang Sekolah membuat strategi yaitu menerapkan tata tertib sistem skoring yang bertujuan antara lain: a) bisa membantu guru untuk mengetahui bagaimana perilaku anak itu di kelas Saat wawancara dengan Ibu Isminarsih selaku guru yang menangani tata tertib sekolah di SMP Negeri 20 Malang, beliau mengatakan: Sebelum diberlakukan sistem skoring di sekolah ini, seluruh dewan guru mengadakan rapat untuk membahas tentang bagaimana caranya agar jumlah pelanggaran tata tertib berkurang (Wawancara, 19 Mei 2009). b) mengetahui jumlah point/skor pelanggaran yang diperoleh siswa Menurut Ibu Kusbandini selaku guru yang menangani tata tertib, beliau menegaskan bahwa:

15 Agar jumlah pelanggaran tata tertib di sekolah ini berkurang dan disiplin siswa meningkat dan penegakan tata tertib sesuai dengan apa yang kita harapkan,,,,maka kita membuat buku tata tertib yang berguna untuk mengetahui jenis, dan jumlah pelanggaran tata tertib sehingga jika ada siswa yang melanggar tata tertib bisa langsung dicatat dan diberi point/skor, karena di dalam buku tata tertib ini juga disertakan point-point bagi setiap pelanggaran (Wawancara, 19 Mei 2009). Pernyataan ini kemudian diperkuat lagi oleh pendapat Ibu Rahayu c) orang tua lebih bisa mengetahui bagaimana perilaku anaknya di sekolah Ibu Rahayu Budiarti selaku guru yang menangani tata tertib juga, menguatkan pernyataan di atas dengan menambahkan: Selain membuat siswa takut juga bertujuan agar para orang tua tahu perilaku anaknya di sekolah, karena buku tata tertib nanti juga di bawa pulang oleh siswa (Wawancara, 19 Mei 2009). Dengan adanya sistem skoring ini pula siswa diharapkan mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi sesuai yang diharapkan sehingga tata tertib di sekolah bisa berjalan dan bermanfaat bagi seluruh pihak sekolah khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. c) Menjadikan siswa lebih patuh pada tata tertib yang ada Menurut Ibu Isminarsih selaku guru yang menangani tata tertib, beliau menegaskan bahwa: Tata tertib sistem skoring ini mulai diberlakukan sudah enam tahun yang lalu sampai sekarang yaitu dari tahun 2003 (Wawancara, 19 Mei 2009). d) Menjadikan siswa berdisiplin tinggi Menurut Ibu Isminarsih selaku guru yang menangani tata tertib, beliau menegaskan bahwa:

16 Dengan diadakannya tata tertib sistem skoring ini membuat siswa merasa takut untuk melakukan pelanggaran.. (Wawancara, 19 Mei 2009). Menurut Ibu Kusbandini selaku guru yang menangani tata tertib siswa kelas VII, beliau menegaskan bahwa: Semenjak diberlakukannya tata tertib sistem skoring ini dari tahun ke tahun mulai dari tahun jumlah pelanggaran semakin berkurang dan anak-anak mulai takut dengan jumlah point yang akan mereka dapat (Wawancara, 26 Mei 2009). 3. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang Sekolah mempunyai seperangkat tata tertib yang harus ditaati oleh seluruh komponen sekolah. Dalam hal ini kesiswaan juga berperan dalam pengaturan dan pembinaan tata tertib siswa. Tata tertib siswa atau ketentuan tersebut antara lain: a) Kewajiban Murid b) Hak murid c) Larangan Murid d) Sanksi Pelanggaran yang terjadi, secara umum disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah: 1. Masalah keluarga. Yang dimaksud dengan masalah keluarga disini adalah siswa yang memiliki masalah/merasakan tidak nyaman dalam keluarganya, misalnya hubungan dalam keluarga kurang harmonis maupun kurangnya kasih sayang dari orang tua, sehingga siswa yang bersangkutan cenderung untuk

17 melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan kepedulian orang tuanya. 2. Faktor teman sebaya. Usia siswa yang relatife muda sangat rawan serta mudah dipengaruhi oleh pergaulan sehingga pengaruh teman sangat besar dalam pembentukan sikap siswa, misalnya siswa yang bergabung dengan anak-anak nakal cenderung untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya. 3. Adanya pengaruh dari media massa (majalah, radio, TV, internet, dan sebagainya) yang mengakibatkan timbulnya perilaku meniru yang dilakukan oleh siswa atau dengan kata lain siswa cenderung untuk mengikuti perkembangan zaman meskipun hal itu terkadang tidak sesuai dengan tata tertib, misalnya siswa yang memakai sepatu warna-warni, model baju yang minim, dandan yang mencolok. 4. Alasan yang lain bisa datang dari dalam diri siswa sendiri yaitu kemauan siswa yang bersangkutan, misalnya anak yang tidak punya niat untuk sekolah sehingga merasa malas dan tidak peduli dengan peraturan yang ada di sekitarnya. 4 Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang yaitu: Adapun upaya-upaya sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa a) dengan cara benar-benar menerapkan tata tertib yang ada

18 Untuk menangani secara langsung setiap pelanggaran yang terjadi, maka perlu mengunakan buku tata tertib yang didalamnya juga dicantumkan point/skor yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib di sekolah. b) penanaman perilkau melalui MOSIBA melakukan pembinaan melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru (MOSIBA) yang dilakukan setiap awal tahun ajaran baru dengan salah satu tujuannya yaitu menanamkan kesadaran personal pada siswa terutama tentang perilaku yang sebaiknya diterapkan maupun perilaku yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. c) diadakan SIDAK Selain itu dalam jangka waktu tertentu juga diadakan operasi mendadak (SIDAK). Ibu Isminarsih mengemukakan bahwa: Di sekolah ini sering diadakan operasi ke kelas-kelas dalam rangka pembinaan kedisiplinan siswa dan biasanya diikuti dengan penyitaan barang-barang yang tidak sesuai dengan tata tertib (Wawancara, 26 Mei 2009). Kemudian Ibu Is juga Mengemukakan: Dan adapun yang membawa HP itu bukan hanya siswa kelas XI saja tetapi dari siswa kelas VII sampai dengan siswa kelas VIII rata (Wawancara, 26 Mei 2009). 5. Hasil pelakasanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang

19 Pada saat belum diadakan sistem skoring jumlah pelanggran siswa kelas VII sebanyak 3023 itupun tidak tercatat semuanya masalahnya pada saat itu guru yang menangani tata tertib belum ada dan hanya mendapat teguran dari para guru yang sempat mengetahui pelanggaran yang dibuat oleh siswa, dan jenis pelanggaran tidak bisa dibedakan karena klasifikasi pelanggaran belum ada saat itu (hasil wawancara dengan guru tata tertib kelas VII, 26 Mei 2009). Ibu Isminarsih guru yang menangani tata tertib siswa kelas VIII mengemukakan, bahwa: Berdasarkan catatan tahun-tahun lalu yang saya pegang jumlah pelanggaran siswa kelas VIII sebanyak 3405 itu juga tidak semuanya tercatat karena belum ada yang namanya buku tata tertib siswa (wawancara, 26 Mei 2009). Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Rahayu Budiarti yaitu namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa para siswa itu bisa seenaknya untuk datang terlambat ke sekolah seperti pelanggaran yang banyak terjadi sebelum diadakan sistem skoring (Wawancara, 26 Mei 2009). Kemudian Ibu Is menegaskan bahwa: Pada kenyataannya, jumlah pelanggaran tidak bisa diketahui oleh pihak sekolah, karena mengingat bahwa kurangnya sarana untuk menangani tata tertib di sekolah (hasil wawancara dengan salah satu guru tatib Ibu Isminarsih 26 Mei 2009). tertib bahwa: Seperti dikemukakan oleh Ibu Kusbandini, guru yang menangani tata Dengan menggunakan sistem skoring sangat meningkatkan disiplin siswa khususnya anak kelas VII dengan ini anak-anak kelas VII yang semula sering datang terlambat, mulai sekarang pukul 6.25 sudah berada di kelas (Wawancara, 26 Mei 2009).

20 juga bahwa: Seperti dikemukakan oleh Ibu Isminarsih, guru yang menangani tata tertib Dengan menggunakan sistem skoring dalam menangani pelanggaran tata tertib memang sangat membawa peningkatan disiplin siswa, sistem ini juga sudah bisa dikatakan sukses karena banyak orang tua/wali yang mengatakan sekarang anaknya takut berangkat terlambat jadi rajin bangun pagi (Wawancara, 26 Mei 2009). B. Temuan Penelitian 1. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang Dari paparan data peneliti menemukan, bahwa tata tertib di sekolah sangatlah penting berguna bagi semua orang khususnya siswa, guru yang merasa resah melihat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, dan memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi pelanggaran tersebut, maka sekolah mengeluarkan buku tata tertib sekolah yang didalamnya isinya antara lain larangan-larangan siswa, kewajiban siswa, sanksi dan pembinaan serta mencantumkan point/skor bagi masing-masing siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah yang bertujuan diantaranya, yaitu untuk mengurangi jumlah pelanggaran siswa yang semakin hari semakin meningkat dan mengkhawatirkan yang dilakukan oleh siswa-siswi di SMP Negeri 20 Malang, mengetahui jumlah point/skor yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilanggar, memperlihatkan kepada siswa agar lebih memahami hak dan kewajibannya sebagai seorang yang sedang menjalani proses pendidikan dan pembelajaran dan

21 yang paling penting adalah melihat sifat dan sikap serta perilaku siswa yang sulit diatur. 2. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang Dari paparan data peneliti menemukan, bahwa dalam pengaturan dan pembinaan tata tertib siswa pihak sekolah membuat ketentuan, ketentuan tersebut antara lain: kewajiban siswa, hak murid, dan sanksi. Dan kemudian pada saat diberlakukannya tata tertib sistem skoring ini bentuk-bentuk pelanggaran sudah diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu: 1) bentuk kelakuan, 2) bentuk kerapian, dan 3) bentuk kerajinan. Dari ke tiga bentuk pelanggaran itu, ada sanksi dan pembinaannya sesuai dengan point.skor yang diperoleh. Sedangkan alasan terjadinya pelanggaran secara umum, disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1. Masalah keluarga 2. Faktor teman sebaya 3. Adanya pengaruh dari media massa (majalah, radio, TV, dan internet) 4. Alasan yang lain bisa datang dari dalam diri siswa sendiri yaitu kemauan siswa yang bersangkutan, misalnya anak yang tidak punya niat untuk sekolah sehingga merasa malas dan tidak peduli dengan peraturan yang ada di sekitarnya.

22 3. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang Adapun upaya-upaya sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan adalah dengan cara benar-benar menerapkan tata tertib sistem skoring ini dan menangani secara langsung setiap pelanggaran yang terjadi. Selain itu pihak sekolah juga menerapkan berbagai cara misalnya mulai dari pembinaan melalui Masa Orientasi Siswa Baru yang dilakukan setiap awal tahun ajaran baru, selain itu di sekolah ini sering diadakan operasi mendadak yaitu yang disertai dengan penyitaan barangbarang yang tidak sesuai dengan tata tertib. 4. Hasil tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang. Sebelum diadakan sistem skoring ini tingkat pelanggaran dan jenis pelanggaran tidak dapat diklasifikasikan dan sulit untuk diketahui karena sebelumnya tidak ada alat untuk mengetahui pelanggaran apa yang dilakukan oleh siswa (tidak ada buku tata tertib), dan pelanggaran yang dicatat jenis pelanggaran yang nampak saja, tidak bisa terperinci seperti sesudah diadakan sistem skoring, tetapi setelah kita lihat dari tabel 4.4 yaitu jumlah pelanggaran dari tahun ke tahun semakin menurun itu menandakan bahwa Sejak diberlakukanya tata tertib sistem skoring dari tahun mampu meningkatkan kedisiplinan siswa. Yang paling sering ditemui adalah pelanggaran yang berkaitan dengan bentuk kerajinan yaitu misal masalah keterlambatan sebelum diadakan sistem skoring maupun sudah keterlambatan tetap saja berkembang. Hal lain yaitu masalah atribut sekolah yang tidak lengkap (badge, nama siswa, dasi, sabuk) dan

23 sering ditemukan siswa yang memakai sepatu selain warna hitam. Sedangkan masalah absensi atau kehadiran siswa juga mengalami banyak kendala, hal ini disebabkan oleh ijin, tanpa keterangan. Pihak sekolah juga biasanya menemukan siswa yang membawa HP, hal ini mengakibatkan pihak sekolah membuat peraturan siswa dilarang membawa HP ke sekolah.

24 PEMBAHASAN A. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang Berdasar hasil penelitian yang diperoleh, pelanggaran sering terjadi dan pihak yang menangani tata tertib merasa sulit untuk mengatasi siswa tersebut. Adapun tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 ini, adalah: - Bisa membantu guru untuk mengetahui bagaimana perilaku anak itu di kelas - Mengetahui jumlah point/skor pelanggaran yang diperoleh siswa - Orang tua lebih bisa mengetahui bagaimana perilaku anaknya di sekolah - Menjadikan siswa lebih patuh pada tata tertib yang ada - Menjadikan siswa berdisiplin tinggi B. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 20 Malang memberlakukan tata tertib yang tegas terhadap siswanya. Pada dasarnya tata tertib siswa dibuat untuk mengatur tingkah laku siswa dengan mencantumkan perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan sehingga bisa tercipta suasana yang mendukung kegiatan pembelajaran. Atau dengan kata lain tata tertib merupakan sarana untuk mendisiplinkan siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, (Surya, 2001) mengemukakan agar disiplin dapat ditegakkan, sekurang-kurangnya ada empat unsur yang harus diwujudkan. Unsur pertama adalah

25 aturan sebagai pola-pola berperilaku. dan kedua sebagai upaya membantu individu tidak mewujudkan perilaku yang tidak diinginkan. Unsur yang kedua adalah hukuman sebagai alat dalam memberikan tindakan terhadap setiap pelanggaran aturan yang telah ditetapkan. Unsur disiplin yang keempat adalah konsisitensi yaitu derajad keseragaman atau ketetapan dalam mewujudkan perilaku, pelaksanaan aturan, pemberian hukuman dan pemberian ganjaran. Konsistensi dalam hal-hal tersebut dapat menunjang tegaknya disiplin. Sebaliknya apabila hal-hal tersebut tidak diwujudkan secara konsisten, disiplin akan sulit untuk ditegakkan. Dengan diberlakukanya tata tertib sistem skoring, maka secara otomatis aturan yang diberlakukan juga memuat berapa jumlah skor yang dikumpulkan siswa. Juga memuat adanya sanksi bagi tiap-tiap pelanggaran yang dilakukandan hukumannya. Hukuman adalah suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat kesalahan (Schaefer, 1986:93). Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh pihak SMP Negeri 20 Malang. C. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang Penanaman perilaku dan sikap melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru (MOSIBA). Kegiatan ini diperuntukkan bagi siswa yang telah lulus seleksi masuk SMP Negeri 20 Malang. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberi pengetahuan, perkenalan, dan pembekalan kepada siswa terhadap lingkungan sekolah yang baru, termasuk di dalamnya penanaman perilaku yang sebaiknya diterapkan maupun perilaku yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam jangka waktu tertentu juga diadakan kegiatan yang dinamakan Operasi Mendadak (SIDAK). Operasi ini biasanya dilakukan ke kelas-kelas dalam

26 rangka pembinaan kedisiplinan siswa, dan biasanya diikuti dengan penyitaan barang-barang yang tidak sesuai dengan tata tertib. Dengan diadakannya kegiatan ini kedisiplinan siswa dapat lebih ditingkatkan. Adapun pembagian tugas guru tata tertib adalah Ibu Kusbandini menangani tata tertib anak kelas VII, Ibu Isminarsih menangani tata tertib anak kelas VIII, dan Ibu Rahayu Budiarti menangani tata tertib anak kelas IX. D. Hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang Pelanggaran yang berkaitan dengan masalah keterlambatan, kelengkapan dan tata cara pemakaian seragam, misalnya atribut sekolah yang tidak lengkap (badge, nama siswa, dasi dan sabuk) dan sering ditemukannya siswa yang memakai sepatu selain warna selain hitam. Sedangkan masalah absensi atau kehadiran siswa juga sering mengalami banyak kendala, hal ini disebabkan oleh ijin, sakit, tidak masuk tanpa keterangan. Selain itu, pihak sekolah juga menemukan siswa yang membawa hand phone (HP) siswa. Tata tertib sistem skoring ini sangat memberi dampak terhadap menurunnya angka pelanggaran yang dilakukan oleh para siswa sehingga para siswa berusaha untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar tata tertib karena ada sanksi yaitu siswa yang melakukan pelanggaran dengan jumlah point tertentu akan mendapat pembinaan bertahap dari guru, wali kelas, staf sekolah, kepala sekolah, dan kemungkinan pembinaanya akan diserahkan kepada orang tua /wali murid. Peneliti beranggapan bahwa dalam pelaksanaan tata tertib sistem skoring ini mampu meningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang.

27 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang: (a) bisa membantu guru untuk mengetahui bagaimana perilaku anak itu di kelas, (b) mengetahui jumlah point pelanggaran yang diperoleh siswa, (c) Orang tua lebih bisa mengetahui bagaimana perilaku anaknya di sekolah, (d) menjadikan siswa lebih patuh pada tata tertib yang ada, (e) menjadikan siswa berdisiplin tinggi. 2. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang meliputi: bentuk kelakuan, bentuk kerapian, dan bentuk kerajinan, adapun faktor yang menyebabkan pelanggaran siswa antara lain: masalah keluarga, faktor teman sebaya, adanya pengaruh dari media massa serta adanya faktor lain yang yang bisa datang dari dalam dirinya sendiri. 3. Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menegakkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang adalah dengan cara benar-benar menerapkan tata tertib yang ada dan menangani secara langsung setiap pelanggaran. sistem skoring yaitu dengan cara member point/skor yang sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, MOSIBA (Masa Orientasi Siswa Baru), SIDAK yaitu operasi mendadak. 4. Hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang mampu mengurangi jumlah pelanggaran siswa di sekolah dengan melihat penurunan angka pelanggaran dari tahun ke tahun mulai diberlakukannya sistem skoring dari tahun

28 B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti ingin menyumbangkan saran, antara lain: 1. Bagi Siswa Agar selalu patuh dan menaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah secara sadar dan bertanggung jawab. 2. Bagi Pendidik Pendidik diharapkan dapat memberikan contoh dan membimbing siswa untuk meningkatkan kedisiplinan dan selalu mengadakan pembinaan terhadap siswa. 3. Bagi Orang Tua Orang tua diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan baik dengan pihak sekolah dalam memberikan contoh dan membimbing siswa untuk meningkatkan kedisiplinan. 4. Bagi Masyarakat Bagi mastarakat pada umumnya untuk mewujudkan cita-cita bangsa, hendaknya masyarakat sebagai warga Negara bersama-sama dengan pemerintah mensukseskan program pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dengan jalan mengerjakan sesuatu dengan bersungguh-sungguh serta menjalankannya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru 204 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait peranan Guru dalam menumbuhkan kesadaran hukum siswa terhadap Tata Tertib Sekolah di SMP Negeri 3 Depok,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana pertanyaan Bagaimana menjadi permasalahan utama untuk menjawab permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 3 Depok, yang lokasinya berada di Dusun Sopalan, Desa atau

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 3 Depok, yang lokasinya berada di Dusun Sopalan, Desa atau 77 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Depok, yang lokasinya berada di Dusun Sopalan, Desa atau Kelurahan Maguwoharjo,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN PATRIOTISME DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang demikian besar dalam suatu organisasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang demikian besar dalam suatu organisasi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat terutama di era globalisasi dan pasar bebas saat ini peranan dan kedudukan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas VIII-H di SMP IPIEMS Surabaya serta faktor yang mendukung dan. menghambat dalam penerapan pendekatan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. kelas VIII-H di SMP IPIEMS Surabaya serta faktor yang mendukung dan. menghambat dalam penerapan pendekatan tersebut. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas VII di SMP Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan persiapan yang sesuai dengan prosedur penelitian. Persiapan-persiapan ini akan membantu kelancaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data, tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan cara ilmiah, data ilmiah dan kegunaan (Sugiyono, 2014:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, sebagaimana yang dikatakan Bogdan dan Taylor yang dirujuk oleh Lexy J. Moleong, bahwasanya metode kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Mungseng yang berada di wilayah Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan mengarah pada memanusiakan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Sekolah merupakan tempat penyelenggara proses kegiatan pendidikan yang dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk mendidik, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendapat Surakhmad (1994:131) yang menyatakan bahwa metode

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendapat Surakhmad (1994:131) yang menyatakan bahwa metode 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara/langkah dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis, serta menginterpretasikan data. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab III ini, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut: jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, prosedur penelitian, subjek penelitian, instrumen

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Faktor-Faktor Determinan Dalam Pembinaan Disiplin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa: BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: SITI MARFU AH A 510 100 183

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell, yang dikutip Rulam Ahmadi, penelitian kualitatif merupakan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 153 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Peran keteladanan guru PKn dalam membina kedisiplinan siswa melalui beberapa proses yaitu memberikan hukuman dan sanki yang tegas bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah proses aktivitas yang terdiri dari rangkaian langkahlangkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memudahkan seorang penulis dalam memecahkan

Lebih terperinci

angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif.

angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif itu sendiri adalah suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan interaksi simbolik. Pendekatan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini yakni, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa di SMA Negeri 1 Tulungagung,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013)

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013) IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan. 1. Kesimpulan Umum Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode

BAB III METODE PENELITIAN. cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Menurut Darmadi (2013:153), Metode 31 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga negara. Baik itu pendidikan formal melalui lembaga resmi seperti sekolah ataupun pendidikan di luar sekolah. Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 96 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab metode penelitian ini akan dibahas beberapa kajian antara lain: (1) Desain penelitian, (2) Partisipan dan tempat penelitian, (3) Pengumpulan data, (4) Validitas penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian ini akan dipaparkan per siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH

INGAT: DIISI DITANDATANGANI DIKEMBALIKAN KE SEKOLAH ISI 1. Foto 3x4 dua lembar berwarna 2. Bukti Pendaftaran 3. Hasil printout formulir Online 4. F.C. SKHUS yang telah dilegalisir 1 lembar 5. Lembar pernyataan orang tua yang sudah diisi dan bermaterai 6000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait bagi guru, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait bagi guru, tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata tertib sekolah bukan hanya sekedar kelengkapan dari sekolah, tetapi merupakan kebutuhan yang harus mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian kualitatif dan metode kuantitatif, akan tetapi metode tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian kualitatif dan metode kuantitatif, akan tetapi metode tersebut BAB III METODOLOGI PENELITIAN Secara umum dalam penelitian terdapat dua metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode kuantitatif, akan tetapi metode tersebut memiliki kelebihan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

BAB III METODE PENELITIAN. kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang meneliti

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan. PENEGAKAN KEDISIPLINAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Tawang Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan jalan untuk mencapai pengertian baru pada bidang ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan jalan untuk mencapai pengertian baru pada bidang ilmu BAB III METODE PENELITIAN Metodologi sebagai cabang filsafat pengetahuan yang membicarakan mengenai cara- cara kerja ilmu merupakan perangkat utama dalam sebuah penelitian. Untuk dapat mencapai hasil yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PATROLI KEAMANAN SEKOLAH (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah di SMK Negeri 2 Sragen Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedisiplinan merupakansuatu hal yang menjadi tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedisiplinan merupakansuatu hal yang menjadi tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedisiplinan merupakansuatu hal yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui apakah peran seorang manajer atau pimpinan secara keseluruhan dapat dilaksanakan dengan baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Sukasari yang terletak di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metode penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metode penelitian yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik kedisiplinan pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat membutuhkan kerja keras dari semua pihak untuk menyukseskan program pendidikan nasional. Tantangan akan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. individual maupun kelompok (Sukmadinata: 2011: 60).

BAB III METODE PENELITIAN. individual maupun kelompok (Sukmadinata: 2011: 60). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif itu sendiri adalah suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini,seiring berjalannya waktu bahwa berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa manusia pada suatu perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mana dalam pengerjaannya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

BAB III METODE PENELITIAN. mana dalam pengerjaannya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif, yang mana dalam pengerjaannya menggunakan teknik wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Tertib Sistim Poin 1. Pengertian Tata Tertib Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga (2007) tata tertib berasal dari dua kata yaitu tata dan tertib, tata adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disiplin dan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian

Lebih terperinci

B. Pedoman Wawancara diajukan kepada : 1. Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP N I Mirit 2. Kepala sekolah SMP N I Mirit 3. Siswa SMP N I Mirit

B. Pedoman Wawancara diajukan kepada : 1. Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP N I Mirit 2. Kepala sekolah SMP N I Mirit 3. Siswa SMP N I Mirit Pedoman Memperoleh Data Peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Berlalu Lintas pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri I Mirit Kebupaten Kebumen A. Kegiatan Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Secara etimologis, kualitatif berasal dari kata kualitas (quality). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya.

BAB III METODE PENELITIAN. dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ilmiah dilakukan sebagai suatu cara untuk merealisasikan keingintahuan sesorang dengan menggunakan metode dan cara yang sistematis, ilmiah disertai dengan keyakinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan suatu perusahaan. Disiplin kerja digunakan untuk memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan

Lebih terperinci

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaan berada dalam

Lebih terperinci

PEMBINAAN DISIPLIN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

PEMBINAAN DISIPLIN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA PEMBINAAN DISIPLIN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA Wessy Rosesti Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The aim of this research is to information

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009 hlm. 15) mengatakan bahwa : Penelititian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Labuhan Ratu pada tahun pelajaran 2014/2015. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian deskriftif analitis dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang hendak digunakan dalam pelaksanaan Penelitian dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian

I. PENDAHULUAN. keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, sumber daya selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PT. ISTANA CIPTA SEMBADA yang beralamat di Jl. Antogan, Desa Laban. Asem, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. PT. ISTANA CIPTA SEMBADA yang beralamat di Jl. Antogan, Desa Laban. Asem, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian merupakan tempat dan keadaan dimana peneliti diharapkan dapat menangkap keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarakan permasalahan yang ada, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Semen Gresik Tbk yang beralamat di jalan veteran Gresik, 61122, Jawa timur, Indonesia. Telp. +6231 3981732. PT. Semen Gresik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan penulis gunakan pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono yang dikutip Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi nasional cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan kunci bagi pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan. Agar mudah tergambarkan alur penelitiannya, maka berikut ini penulis menjelaskan metode penelitian, jenis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Bersadarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama dilapangan dapat disimpulkan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa, atau tindakan dapat dianggap sebagai pendidikan. Pendidikan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. merasa, atau tindakan dapat dianggap sebagai pendidikan. Pendidikan biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

Lebih terperinci