foreword suara mereka main portal teropong the moment oase perspektif Kata sambutan dari kepala PP-INSW selaku Pemimpin Umum INSW Magz

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "foreword suara mereka main portal teropong the moment oase perspektif Kata sambutan dari kepala PP-INSW selaku Pemimpin Umum INSW Magz"

Transkripsi

1

2 foreword 03 Kata sambutan dari kepala PP-INSW selaku Pemimpin Umum INSW Magz main portal suara mereka Kinerja pelabuhan harus dilecut agar ekspor dan impor Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain. Wajar bila Presiden Joko Widodo terus mencecar agar dwelling time bisa dipangkas Menampilkan opini beberapa tokoh yang patut disimak: Edy Putra Irawady, Heru Pambudi, Susiwijono Mugiarso dan Yukki Nugrahawan teropong INSW INSW: role model layanan publik berupa sistem elektronik yang transparan, handal, dan mengintegrasikan sistem informasi pelayanan ekspor dan impor. 14 the moment Mozaik galeri yang merangkum peristiwaperistiwa yang terjadi di lingkungan PP-INSW perspektif INTR: fitur pada Portal INSW sebagai rujukan tunggal (single reference) seluruh aktivitas dan proses bisnis yang terkait dengan ekspor impor oase Jendela wawasan yang membagikan pengetahuan, inspirasi dan ide-ide yang akan memperkaya khazanah wawasan. PEMIMPIN UMUM: Djadmiko PEMIMPIN REDAKSI: Harmen Sembiring REDAKTUR PELAKSANA: Ani Mulyati REDAKSI: Andrie Kriesniawan, Ali Manshur, Maulana Ali, Damar Wijayanto, Tatiana JP FOTOGRAFER: Ibrahim Ghozi ALAMAT REDAKSI: PP-INSW, Gedung Sarana Jaya 3, Jl. Rawamangun No. 59C, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat Telp / / (Hunting). Majalah Ini dapat diakses melalui

3 "Sebuah Inisiatif Kecil" DJADMIKO Kepala PP-INSW Pembaca yang budiman, setelah melalui perjuangan panjang dan sejumlah diskusi, PP-INSW akhirnya dapat menyuguhkan sebuah inisiatif kecil berupa majalah internal bernama INSWMagz. Majalah ini merupakan upaya INSW untuk mengajak masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha serta stakeholders lainnya terlibat secara aktif berinteraksi dengan INSW. Berbagai kegiatan, program kerja, dan aktivitas INSW dapat diketahui oleh publik sekaligus sebagai pertanggungjawaban kepada publik mengenai apa saja yang sedang, tengah dan akan dilakukan INSW. Gagasan-gagasan baru, pemikiran, ide-ide serta berbagai kemajuan tentang ekspor impor, tentang sistem elektronik dan berkembangnya revolusi digital di seluruh dunia merupakan hal-hal baru yang menarik untuk diketahui dan dibahas. Juga kebijakankebijakan pemerintah, target-target untuk peningkatan kualitas layanan kepada publik. Majalah ini ingin menyuguhkan tematema seputar INSW dan semua hal yang terkait dengannya yang dibahas secara lebih komprehensif dari berbagai sudut pandang. Agar majalah ini tetap dapat dibaca sepanjang waktu, konsep majalah ini sengaja dipilih sebagai majalah timeless dengan mengusung tematik. Tema dipilih dari isu pemberitaan atau kebijakan pemerintah yang sedang naik daun atau diperbincangkan oleh publik. Selanjutnya isu itu ditelusuri dan dibahas dari berbagai sisi. Pada edisi perdana ini, INSWMagz menghadirkan tema "Dwelling Time." Institusi INSW dianggap mampu membongkar sumbatan lamanya dwelling time. Dari isu ini, majalah ini menyuguhkan berbagai kisah dan cerita tentang INSW. Sejumlah narasumber diwawancarai untuk menjelaskan INSW dan dwelling time. Akhirnya, semua bahan diracik dan dimasak di dapur redaksi oleh sejumlah awak pegawai INSW dan dibantu beberapa editor. Kini, menu INSWMagz sudah hadir di hadapan pembaca. Selamat menikmati sajian baru ini. Kami membuka seluasluasnya pintu kritik dan masukan untuk perbaikan majalah ini. Salam. foreword PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 3

4 INSW: Oleh: Ali Manshur, Damar Wj, Maulana Ali Pembuka Presiden RI JOKO WIDODO patut cemas. Instruksinya setahun lalu agar pelabuhan memangkas lama waktu bongkar muat petikemas di pelabuhan atau dwelling time belum berjalan optimal. Padahal, persoalan dwelling time bukanlah hal baru. Sejak 2008, Indonesia bahkan telah menerapkan secara bertahap Indonesia National Single Window (INSW). Kinerja pelabuhan memang harus dilecut agar Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain. Maka, wajar bila Presiden Joko Widodo terus mencecar agar dwelling time pelabuhan Indonesia bisa dipangkas. Jika tidak, tentu ini menjadi pertanyaan besar. Apalagi, Indonesia terikat kesepakatan dengan negara-negara ASEAN untuk membentuk jaringan fasilitasi perdagangan ASEAN Single Window (ASW). Agar ASW bisa terwujud, masingmasing negara harus menerapkan Nasional Single Window (NSW). Itu sebabnya, Indonesia sejak 2008 secara bertahap menerapkan Indonesia Nasional Single Window (INSW), yang mengintegrasikan layanan perijinan dan pergerakan barang ekspor dan impor secara elektronik sesuai standar ASEAN Single Window. Dasar hukum penerapan INSW tertuang dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Serta, Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka Indonesia National Single Window. Perpres ini kemudian diubah dengan Perpres nomor 35 tahun 2012 dimana Portal INSW menjadi acuan tunggal (single reference) peraturan dan ketentuan di bidang ekspor-impor. Tidak berhenti di sana. Perpres nomor 76 tahun 2014 mengamanatkan pembentukan Pengelola Portal INSW yang berkedudukan di bawah dan bertanggung-jawab kepada Menteri Keuangan. Jadi tegas, INSW merupakan sistem yang dirancang untuk mengintegrasikan proses bisnis yang terkait dengan berbagai Kementerian/Lembaga. Tujuannya adalah menghadirkan efisiensi dalam perdagangan internasional. Atas amanat itu, maka dibentuklah Pengelola Portal INSW di bawah koordinasi Kementerian Keuangan. Kementerian Koordinator Perekonomian sebagai Dewan Pengarah mengawasi dan mengendalikan kegiatan operasional. Dukungan teknis untuk INSW berasal dari Kementerian/Lembaga. Indonesia menerapkan hal berbeda dengan NSW yang umumnya diterapkan banyak negara. NSW umumnya dibentuk dari sistem layanan Bea Cukai, dilengkapi dengan asupan informasi dari semua Other Government Agency 4

5 Sumbat Saluran Dwelling Time (OGA) alias Kementerian. Sehingga, kegiatan pendukung melekat sebagai bagian dari sistem aplikasi Bea Cukai. NSW inisiatif Indonesia, dirancang bukan hanya mendukung kepentingan Bea Cukai, tetapi juga untuk memperbaiki layanan seluruh Kementerian/Lembaga dalam mendukung ASW. Terapan NSW Indonesia ini menyediakan "Indonesia sejak 2008 secara bertahap menerapkan sistem Indonesia Nasional Single Window (INSW), yang mengintegrasikan layanan perijinan dan pergerakan barang secara elektronik sesuai standar ASEAN Single Window." Presiden Jokowi mendapatkan penjelasan mengenai dwelling time dari Muwasiq M. Noor (PP-INSW) saat meninjau Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. titik temu layanan semua pihak yang terlibat dalam INSW yang sering disebut Portal INSW. Pola NSW yang dikembangkan Indonesia, kini mulai diterapkan negara lain. Beberapa inisiatif INSW sebagai terapan e-gov yang berbeda ini diakui memiliki beberapa keunggulan. Selain sebagai portal titik temu layanan, INSW tidak mengambil alih sistem aplikasi dan kewenangan masing-masing Kementerian/Lembaga. INSW melakukan otomasi proses bisnis antar Kementerian/Lembaga. Juga, otomasi verifikasi data secara elektronik yang sesuai UU ITE. Lebih dari itu jejak transaksi antar Kementerian/Lembaga juga tercata di portal INSW, sehingga INSW menjadi pusat data transaksi antar Kementerian/Lembaga. Dengan begitu, Kementerian/Lembaga dapat berbagai informasi transaksi. Tidak kalah pentingnya, layanan berlangsung tanpa tatap muka sehingga mengurangi gesekan dan bebas lokasi. Sistem INSW saat ini telah mengcover lebih dari 90 persen dari total transaksi ekspor dan impor nasional. Pencapaian yang tinggi ini karena INSW telah diterapkan di 21 Pelabuhan/Bandara yang terbuka untuk kegiatan ekspor dan impor. Sistem INSW juga telah mengintegrasikan sistem perijinan ekspor dan impor dari 15 main portal PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5

6 Kementerian/Lembaga atau 18 Unit Penerbit Perijinan. Saat ini INSW sebenarnya sudah membuka sumbatan pada titiktitik saluran kemacetan di tahapan-tahapan dwelling time, terutama pre customs clearance dan customs clearance. Sedangkan untuk post clearance yang terkait dengan pergerakan kontainer di pelabuhan, seperti diakui Kepala PP-INSW Djadmiko, sistem INSW saat ini belum memiliki kapasitas untuk memonitornya. Sistem yang sudah tersentuh INSW adalah pengurusan dokumen pabean sejak kapal bersandar. Kemudian, pemeriksaan barang dan izin instansi terkait bila diperlukan sebagian juga telah memanfaatkan sistem INSW. INSW juga dipergunakan untuk mengurangi lamanya proses Surat Persetujuan Pengaluaran Barang (SPPB). Di sisi lain, lamanya pengurusan administrasi pengeluaran barang di pelabuhan atau terminal kontainer dan lamanya pengeluaran fisik barang dari pelabuhan menjadi titik penting lain yang harus diperhatikan dalam proses dwelling time. Gambaran di atas memperlihatkan bahwa INSW berperan besar dalam memangkas lama waktu bongkar muat petikemas. Ketika Presiden Joko Widodo meminta dwelling time menjadi rata-rata tiga hari sebenarnya sangat bisa dipahami. Tolok ukur target dwelling time merupakan penjumlahan antara performansi pelayanan komunitas pelabuhan dan performansi Kementerian/Lembaga dalam pelayanan perijinan yang menggunakan sistem INSW. Bila rata-rata proses clearance INSW bisa mencapai 1,2 hari, maka performansi ideal pelabuhan dalam penanganan kontainer seharusnya bisa dipangkas menjadi 1,8 hari. Kinerja pelabuhan utama Indonesia sebenarnya telah signifikan menurunkan dwelling time. Mengutip data dari Ditjen Bea dan Cukai, dwelling time impor di Pelabuhan Tanjung Priok tercatat 2,07 hari per 12 Oktober Pelabuhan Belawan tercatat 3,98 hari dan Pelabuhan Tanjung Perak 3,45 hari per 6 Oktober Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Emas, per 8 Oktober 2016, dwelling time impor tercatat 5,19 hari, sedangkan Pelabuhan Makassar 3,49 hari per 10 Oktober Meskipun sistem INSW telah mengalami perkembangan yang signifikan, Djadmiko tidak menampik adanya sejumlah hal yang harus mendapatkan perhatian. Untuk pre clearance, yang merupakan proses penyelesaian perijinan di Kementerian/ Lembaga, sistem INSW saat ini hanya mencakup proses mulai perijinan diterbitkan sampai dikirimkan ke Bea dan Cukai untuk proses customs clearance. Sedangkan untuk monitoring proses perijinan di internal Kementerian/ Lembaga sejak proses pengajuan dari pelaku usaha, sistem INSW belum meng-covernya. Belum lagi untuk otomasi rekomendasi perijinan, saat ini juga belum sepenuhnya mampu difasilitasi oleh sistem INSW, kata Djadmiko. Untuk itu, lanjutnya, pengembangan sistem INSW akan terus dilakukan. Pengelola Portal INSW (PP-INSW) selaku lembaga yang oleh Perpres 76/2014 diamanatkan untuk mengelola dan mengembangkan sistem INSW, telah memiliki rencana pengembangan sistem INSW Generasi II. Nantinya, Generasi II ini sebagai penyempurnaan fungsi sistem INSW sesuai definisinya: sistem yang mampu melakukan proses single submission, single processing, dan single decision making. Namun, harmonisasi adalah kata kunci, mengingat sistem INSW adalah integrasi multi entitas sistem dari banyak Kementerian/ 6

7 Lembaga. INSW bukan lagi memproses dokumen, melainkan data dan informasi elektronik dari Kementerian/Lembaga yang harus bisa mengalir antar Kementerian/Lembaga secara berkesinambungan. Bila terjadi disharmoni, kesalahan fatal mungkin saja terjadi. Yang paling berat adalah data tidak mengalir antar Kementerian/ Lembaga, sehingga tidak dapat dilaksanakan otomasi proses bisnis. Dan, tanpa proses bisnis layanan antar Kementerian/ Lembaga tidak bisa dipantau secara terpusat untuk kepastian kinerja layanan dan pelacakan masalah. Sejauh ini yang telah mampu dihimpun INSW adalah semua informasi kinerja antar Kementerian/Lembaga dalam bentuk time stamp awal dan akhir proses layanan perijinan antar Kementerian/Lembaga yang dilaksanakan melalui INSW. Sedangkan yang belum diperoleh INSW adalah kinerja proses internal Kementerian/Lembaga yang berada di masing-masing Kementerian/ Lembaga dan kinerja pergerakan kapal dan pergerakan barang yang belum tersedia di INSW. Untuk analisis dwelling time bukan hanya data kinerja proses perijinan, tetapi juga data kinerja pergerakan barang dalam pelabuhan. Sering terjadi, ada waktu tunggu di dalamnya yang tidak bisa di analisa. Setelah data pergerakan barang lengkap tersedia di INSW, maka perhitungan dan analisa lengkap tentang dwelling time dapat dihitung berdasarkan data yang akurat. Terlihat bahwa perlu adanya penyempurnaan kinerja layanan pelabuhan, jika ingin dwelling time membaik. Salah satu yang patut dicoba adalah terapan janji kinerja layanan di semua pelaksana layanan. Selanjutnya, realisasi kinerja setiap layanan dilengkapi data lengkap yang tersimpan di INSW. Dengan adanya janji kinerja, prestasi kerja pelaksana terukur jelas: seberapa besar perbedaan antara janji dan realisasi. Selain itu, kelayakan hukum janji kinerja dan jejak kinerja sangat penting dalam menghadapi tuntutan hukum dan sanksi akibat penyimpangan. Saat ini, waktu tunggu yang merupakan total layanan kinerja semua Kementerian/Lembaga tidak jelas siapa yang bertanggung-jawab, karena tidak lengkapnya data yang mengakibatkan ketidaksesuaian dengan dwelling time. Maka, untuk kepastian dwelling time diperlukan data akurat sesuai UU ITE, atas seluruh proses layanan oleh semua entitas pelaksana layanan di pelabuhan. Sebab, dengan ketaatan menyelesaikan proses perijinan sebelum bongkar muat, manajemen kinerja pelabuhan bisa fokus pada pelaku usaha dan komunitas pelabuhan (otorita, operator, Bea Cukai dan Karantina). Dengan begitu, bisa diukur efisiensi layanan pelabuhan, bukan hanya berdasarkan dwelling time tetapi juga besaran total biaya yang diperlukan untuk pengeluaran barang dari pelabuhan. Bicara dwelling time tidak lepas dari persoalan kebijakan tatakelola pelabuhan yang harus dibenahi. Harus ada penegasan fungsi pelabuhan yang tidak lagi menjadikan pelabuhan sebagai area penumpukan atau pergudangan. Perlu penegasan batas tingkat kinerja pemeriksaan barang oleh Karantina dan pabean yang dilakukan di area pelabuhan. Pemeriksaan di atas tingkat kinerja, harus dilakukan di area khusus di luar pelabuhan. Persyaratan minimal kinerja layanan juga perlu ditegakkan. Tanggung-jawab dan sanksi harus diberlakukan kepada setiap operator swasta pelaksana layanan dalam area pelabuhan, termasuk kinerja operator pelaksana pengangkutan atau pemindahan barang yang melewati batas minimal layanan. Peran operator pelabuhan sebagai penanggungjawab manajemen pelabuhan juga perlu diperjelas. Ini penting agar pengendalian layanan di pelabuhan bisa optimal. Tidak dipungkiri, dwelling time saat ini menjadi indikator terdepan dalam perhatian publik, karena secara sederhana terlihat kasatmata. Tetapi, sejatinya dwelling time bukanlah satu-satunya alat untuk mengukur kinerja. Tetapi, perhitungan dan pemantauan total biaya yang diperlukan untuk layanan pelabuhan. Sehingga, terlihat jelas perbandingan efisiensi kinerja dan biaya layanan pelabuhan, apakah sudah memenuhi standar global atau belum. main portal PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7

8 Memahami Dwelling Time di Pelabuhan Oleh: Hari S. Noegroho Deputi Bidang Proses Bisnis, PP-INSW Sejak tahun 2015 lalu istilah dwelling time menjadi popular karena dipermasalahkan oleh Presiden Joko Widodo yang saat itu tidak puas dengan kinerja layanan pelabuhan. Banyak yang belum paham apa yang dimaksud dengan dwelling time dan mengapa harus dibatasi. Bila dalam layanan perijinan dikenal dengan service level sebagai ukuran kinerja per layanan dalam satuan waktu, maka dalam proses bongkar muat barang di pelabuhan kinerja layanan dikenal dengan istilah dwelling time. Yakni, lamanya seluruh proses sejak bongkar muat barang hingga barang keluar dari pelabuhan. Semakin lama barang menumpuk di pelabuhan semakin besar biaya yang ditanggung pelaku usaha. Dampaknya, harga jual barang akhir menjadi lebih mahal. Kinerja layanan bongkar muat barang di pelabuhan ditentukan banyak unit kerja yang terlibat di dalamnya, antara lain Bea Cukai, Karantina dan operator swasta. Semuanya secara bersamaan memengaruhi kecepatan layanan pelabuhan. Kinerja layanan bersama dinyatakan dalam satuan waktu yang disebut 8

9 dengan dwelling time. Untuk mempertanggung-jawabkan kinerja setiap instansi terkait dan operator, mereka umumnya melakukan pencatatan dengan metode pengukuran masing-masing. Diantara pola perhitungan dwelling time yang digunakan, ada metode pengukuran yang selama ini digunakan oleh Bea Cukai, yaitu pre customs clearance, customs clearance dan post clearance. Pre customs clearance adalah proses pengurusan dokumen sebelum pemeriksaan oleh customs clearance. Dalam proses customs clearance ada dua macam pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik. Kelompok ukuran terakhir adalah post clearance, yakni proses setelah pemeriksaan Bea Cukai. Di dalam ketiga proses tersebut, terdapat pemeriksaan karantina yang bila terkait barang berbahaya, memerlukan pemeriksaan laboratorium, sehingga bisa menambah dwelling time. Jauh sebelum dwelling time menjadi perhatian publik, negara-negara ASEAN telah sepakat membentuk jaringan fasilitas perdagangan ASEAN Single Window (ASW). Guna mendukung ASW tersebut, perlu dibentuk Nasional Single Window di masing-masing negara peserta ASEAN. Karenanya, sejak 2008 Indonesia sudah mengoperasikan secara bertahap Indonesia Nasional Single Window (INSW) yang mengintegrasikan layanan perijinan dan pergerakan barang secara elektronik sesuai dengan persyaratan ASEAN. INSW pada awal keberadaannya fokus mengotomasi proses rekomendasi dan perijinan secara elektronik dari 15 Kementerian/ Lembaga. Hasilnya, proses perijinan berhasil dipercepat dari hitungan hari per jenis layanan menjadi hitungan per jam. INSW juga mengalirkan data secara elektronik antar instansi, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap dokumen fisik, baik untuk pengawasan maupun kelancaran proses. Interaksi terhadap petugas yang harus ditemui juga berkurang, yang sebelumnya sangat diperlukan dalam proses perijinan. Kenyataannya, dampak reformasi layanan, rekomendasi dan perijinan INSW yang semula diharapkan mampu mempercepat waktu proses perijinan, tidak mampu memperbaiki perhitungan dwelling time. Sehingga, saat Presiden RI melakukan sidak, waktu pre clearance ternyata ditemukan masih tetap lama dan membebani dwelling time. Penelitian terhadap kasus ini menemukan, adanya dokumen perijinan yang diproses setelah barang datang. Hal ini terjadi karena masih terdapat peraturan yang mewajibkan penyerahan dokumen tertentu pada saat barang datang. Atas dasar itu, pemerintah melakukan deregulasi beberapa Peraturan Menteri yang potensial menghambat dan menambah lamanya dwelling time. Dampak dari deregulasi menyebabkan secara normal semua ijin selesai sebelum barang datang di pelabuhan. Sehingga, tidak ada lagi hambatan perijinan pada tahap pre customs clearance. Kekurangan INSW dalam pelacakan jejak barang sebenarnya masih ada, yaitu belum mencakup data kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya, yang semuanya dilaksanakan oleh Operator Pelabuhan seperti Pelindo, JICT, dll. Area tersebut sebenarnya sangat perlu diawasi, karena sistem layanan bongkar muat di Indonesia meski sudah mempergunakan alatalat canggih tapi banyak ditemui area bongkar muat di pelabuhan Indonesia yang tidak steril sebagai mana Pelabuhan di Negara lain, yang menjadikan pelabuhan sebagai area tertutup dengan proses bongkar muat secara robotic, sehingga tidak mungkin bisa dijumpai orang berkeliaran di lokasi penumpukan dan pergerakan barang. Kondisi sejenis di Indonesia baru bisa ditemui di Pelabuhan Teluk Lamong, Jawa Timur. Untuk mengungkap masalah lapangan, perlu cerita dari pelaku usaha yang biasa melakukan pengurusan barang di Pelabuhan, agar menceritakan apa yang terjadi sehingga masih banyak orang lalu-lalang di lokasi bongkar muat, padahal proses bongkar muat khususnya container tidak mungkin dilakukan tanpa mempergunakan mesin. main portal PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9

10 Belajar dari Google Maps Oleh: Rozar Indrawan Presiden Joko Widodo meminta agar otoritas pelabuhan di seluruh Indonesia dapat memangkas waktu bongkar muat barang (dwelling time) menjadi rata-rata dua hari. Kenyataan di lapangan ternyata masih meleset dari target. Dwelling time bisa belajar dari Google Maps. Keinginan Presiden untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing tentu bisa dimaklumi. Pada era dimana keterbukaan kian melebar, menyebabkan persaingan sengit antar negara tidak bisa lagi dihindarkan. Layanan sebagai salah satu basis penopang pertumbuhan menempati posisi penting. Pelabuhan adalah garda depan pelayanan antar negara, yang dapat membentuk citra dan keputusan investasi suatu negara. Maka, ketika Singapura sanggup melakukan layanan bongkar muat hanya dalam satu hari sementara Malaysia dan Thailand bisa menyelesaikan tiga hari, Indonesia patut cemas. Di Pelabuhan Utama Tanjung Priok dwelling time masih berkisar 3,2 3,7 hari. Setidaknya, jika ingin bersaing dengan negara-negara ASEAN, keinginan presiden harus diwujudkan. Pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa pemangkasan dwelling time terkesan sulit. Publik melihat bongkar muat di pelabuhan dalam kacamata sederhana: barang datang, lalu dibongkar. Selesai. Padahal, tidak sesederhana itu. Untuk jernih melihat dan memahami proses dwelling time sebaiknya singkirkan dulu persoalan pungli dan suap dalam proses bongkar muat. Biarlah ini menjadi urusan pihak berwajib. Yang jelas, seperti dikatakan Deputi Bidang Proses Bisnis, PP-INSW, Hari S. Noegroho, kinerja layanan bongkar muat di pelabuhan ditentukan banyak unit kerja. Sebut saja Bea Cukai, Karantina dan operasional swasta di pelabuhan. Semuanya secara bersama-sama berkongsi memengaruhi kecepatan layanan pelabuhan. Setiap unit kerja ini bertanggungjawab terhadap instansinya masing-masing, yang biasanya memiliki pendataan dan model pengukuran berbeda. Saat ini dikenal tiga tahap proses yaitu pre customs clearance dan post customs clearance. Bila dianalogikan, dwelling time adalah waktu tempuh. Perjalanan barang impor dari bongkar hingga ke luar pelabuhan dinyatakan dalam satuan waktu, detik, menit, jam, hari dan seterusnya. Agar dapat diketahui apakah dwelling time bermasalah atau tidak, maka dibutuhkan angka normal sebagai acuan. Bisa menggunakan negara lain sebagai patokan atau kondisi yang dapat dipersamakan. Namun, prinsip utamanya harus dipegang: dalam posisi, lokasi dan tahapan proses yang sama. 10

11 Seperti dalam perjalanan yang dapat dipandu dengan Google Maps, sejatinya dwelling time bisa menerapkan hal serupa. Google Maps dapat memberikan gambaran tentang jalur perjalanan yang akan ditempuh. Mulai dari jarak, waktu tempuh, potensi kemacetan hingga memberikan jalur alternatif. Begitupun aplikasi teknologi informasi memungkinkan untuk memetakan kendala-kendala dalam dwelling time. Secara prinsip, replikasi teknologi Google Maps memungkinkan untuk diterapkan guna memantau dwelling time. Namun, ada sejumlah kondisi yang harus dipenuhi. Pertama, petakan terlebih dulu jalan yang digunakan kontainer barang impor dari negara asal/muat menuju negara tujuan/ bongkar. Kemudian, hitung kondisi normal waktu tempuh kontainer barang impor dalam kondisi apa adanya hasil pemetaan. Pendefinisian titik awal dan akhir sangat penting untuk menghitung waktu tempuh, karenanya harus dapat dipastikan dengan tepat. Beda titik pengukuran, beda hasil. Kemudian, proses diperjalananlah yang semestinya diperhatikan. Secara hitungan, dwelling time merupakan selisih antara waktu saat kontainer di keluarkan dari pelabuhan dengan waktu kontainer dibongkar dari sarana pengangkut (kapal). Pada rentang waktu sejak kontainer barang impor dibongkar hingga kontainer tersebut di keluarkan dari pelabuhan, tiga proses pre, custom dan post sangat menentukan besaran dwelling time. pre-clearance dapat diselesaikan sebelum barang datang, sehingga waktu tempuh hanya dipengaruhi oleh post clearance. Bila dilihat lebih dalam lagi, setiap tahapan proses memiliki turunan proses bisnis yang unik. Ada penerbitan ijin atau rekomendasi barang Larangan dan Pembatasan (Lartas) di Kementerian/Lembaga, penerbitan Bill of Lading (B/L) oleh pengangkut, container handling oleh operator terminal, customs clearance, penerbitan Delivery Order (DO), dan proses bisnis lainnya. Google Maps selalu menyajikan data real time. Bila tahapan proses bisnis dwelling time menampilkan hal serupa, maka akan dengan mudah diketahui pada tahap mana proses berjalan lancar dan pada titik mana masalah terjadi, lengkap dengan warna pada setiap tahapan. Dan, aplikasi dashboard dwelling time ini, kelak, tentu dapat presisi mendorong percepatan waktu bongkar muat sesuai keinginan Presiden. Sumber: Dwelling Time dalam Perhitungan Memahami Dwelling Time di Pelabuhan main portal Seperti seorang kurir box yang mengantarkan barang ke satu tujuan, pengurusan kelengkapan SIM, STNK dan KIR dilakukan saat kendaraan diperiksa oleh petugas, begitu pun dwelling time. Waktu tempuh menjadi singkat bila surat-surat ijin diselesaikan sebelum kendaraan diperiksa. Tentu akan memangkas banyak waktu bila proses perijinan PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 11

12 Menjaga Pesan Harmoni dari Bali Oleh: Ridky Irfan Wirautama Istilah Indonesia National Single Window (INSW) belakangan mencuat, menyusul heboh dwelling time yang sejak setahun lalu menjadi perhatian Presiden Joko Widodo. Padahal, layanan pabean berbasis elektronik terpadu ini sudah lama dilakukan. Cikal bakal INSW, bahkan telah dikukuhkan sejak 2003 dalam dokumen The Declaration ASEAN Concord II oleh seluruh kepala negara anggota ASEAN di Bali, 7 Oktober Deklarasi Bali ini menginginkan kerjasama ekonomi yang saling memudahkan di antara anggotaanggota ASEAN. Salah satunya melalui layanan kepabeanan. Komitmen ini, empat tahun kemudian, diwujudkan melalui kesepakatan Declaration on the ASEAN Economic Community (AEC). Piagam AEC yang diteken pada 20 November 2007 itu memuat komitmen ASEAN membangun dan menerapkan sistem National Single Window (NSW) di masing-masing negara. Inilah yang kemudian diintegrasikan dalam satu wadah ASEAN Single Window (ASW). Bagi Indonesia, pengembangan dan penerapan INSW bukan sekedar untuk memenuhi komitmen ASEAN itu, tetapi juga melaksanakan rekomendasi dari World Customs Organization (WC0). Organisasi Bea Cukai Dunia ini mendorong seluruh negara anggota menerapkan single window system, baik di tingkat nasional maupun regional. Indonesia tentu saja memiliki kepentingan dalam negeri atas pelaksanaan NSW ini. Seperti saluran air yang tersumbat, NSW diharapkan dapat berperan memperlancar arus dokumen kepabeanan dan perizinan yang kerap dikeluhkan. Antara lain, lead time atau waktu yang dipelukan untuk penanganan barang impor (import-clearance). Layanan pelabuhan di Indonesia relatif masih lama dibandingkan negara lain untuk urusan ini. Untuk masalah data, juga dinilai kedodoran terutama bila menyangkut validitas dan akurasi data transaksi. Yang paling menjadi perhatian adalah biaya penanganan lalu-lintas barang ekspor-impor. Ini memicu biaya tinggi. Dan, persoalan-persoalan lain. Dengan adanya sistem NSW setidaknya ada empat hal yang ingin disasar. Pertama, mempercepat penyelesaian proses ekspor-impor melalui peningkatan efektifitas dan kinerja lalu lintas barang eksporimpor. Kedua, meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan lalu lintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs release and clearance of cargoes. Ketiga, meningkatkan validitas dan akurasi data yang terkait dengan kegiatan ekspor dan impor. Keempat, meningkatkan daya saing nasional dan mendorong masuknya investasi ke Indonesia. Dari tahun 2006 hingga 2015, persiapan dan penerapan INSW dilakukan pemerintah dengan membentuk Tim Persiapan NSW di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Penetapan Tim Persiapan ditetapkan melalui Keputusan Menko Perekonomian nomor: Kep-22/M. EKON/03/2006, tanggal 7 Maret SK Tim Persiapan NSW tersebut, tiap tahunnya mengalami pembaruan. Pelaksanaan teknis tim, dipayungi lewat SK Menteri Keuangan yang mengatur Sekretariat Pelaksana Harian, Satuan Tugas atau Kelompok Kerja, Kelompok Ahli dan Pelaksana Teknis INSW. Keanggotaan terdiri dari pewakilan 15 Kementerian/ Lembaga mulai dari pejabat eselon II hingga tingkat pelaksana. Keberadaan Tim Persiapan NSW ditegaskan kembali oleh pemerintah pada 2008 melalui Peraturan Presiden nomor 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia NSW. Sehingga, sampai 2015 tim ini masih menggunakan nama Tim Persiapan NSW. Pelaksanaan implementasi INSW saat itu adalah semua kebijakan yang terkait dengan pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW di Indonesia, menjadi kewenangan dan tanggungjawab Tim Persiapan NSW. 12

13 perkembangan fasilitasi perdagangan yang signifikan di kawasan ASEAN. ASW selanjutnya juga akan mempertukarkan dokumen-dokumen lain yang saat ini penyampaiannya Kemudian, kegiatan rutin dan operasional Tim Persiapan NSW dilakukan dan dikoordinasikan oleh Pelaksana Harian di Kementerian Perekonomian. Pembahasan, perumusan dan penetapan kebijakan di tingkat operasional, dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Pelaksana Harian, dengan dibantu Kelompok Ahli, Kelompok Kerja (Satgas), dan Pelaksana Teknis, serta didukung administrasi kegiatannya oleh Sekretariat Pelaksana Harian. Selanjutnya, kegiatan teknis dalam pembangunan sistem NSW, dilakukan dan dikoordinasikan oleh Pelaksana Teknis Penerapan sistem NSW, yang dalam pelaksanaannya dibantu sepenuhnya oleh Tim Teknis. Dan, pengelolaan sistem NSW dilakukan melalui pengoperasian Portal INSW, menjadi tanggungjawab Tim Pelaksana Teknis Penerapan Sistem NSW, yang dalam prakteknya dilakukan sepenuhnya oleh Direktorat IKC DJBC. Oleh karena wilayah cakupan yang luas, kompleksitas permasalahan dan banyaknya instansi yang terlibat, membuat penerapan INSW dilakukan bertahap. Uji coba pertama dilakukan di Batam pada 2006, yang kemudian dilanjutkan dengan peluncuran secara resmi tahap pertama di Pelabuhan Tanjung Priok pada 17 Desember Sistem INSW tahap kedua untuk penerapan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Emas dimulai pada 14 Agustus Tahap ketiga pada 23 Desember 2008 untuk penerapan lima pelabuhan utama sekaligus. Yakni, Tanjung Priok dan Tanjung Emas, bersifat mandatory. Kemudian Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Soekarno Hatta dan Belawan dilakukan penerapan terbatas. Pada tanggal 29 Juli 2009 penerapan sistem INSW tahap keempat untuk lokasi NSW-impor di lima pelabuhan utama: Tanjung Priok, Tanjung Perak, Bandara Soekarno Hatta dan Belawan. Penerapan sistem NSW secara nasional diluncurkan oleh Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono pada 29 Januari Sejak deklarasi harmoni di Bali ditandatangani pada 2003, saat ini sistem INSW akan segera terintegrasi dengan ASEAN Single Window (ASW). Sejatinya, sistem INSW telah melakukan pertukaran data Certificate of Origin (CO) Form D secara elektronik dengan negara anggota Asean lainnya yang telah siap, yakni Singapura dan Thailand. Amandemen Operational Certification Procedure (OCP) untuk pertukaran CO Form D secara elektronik tersebut telah disahkan. Sedangkan, protokol ASW masih dalam tahap ratifikasi oleh beberapa negara anggota ASEAN. Bila semua legal basis tersebut telah tersedia, maka CO Form D elektronik tersebut sudah dapat dijadikan dasar untuk mengklaim pengurangan atau penghapusan bea masuk dalam kerangka ASEAN Free Trade Agreement. Ini masih menggunakan hardcopy, seperti ASEAN Customs Declaration Document (ACDD), Sanitary and Phyto-Sanitary (SPS), Loading and Booking Confirmation, Summary of Manifest, dll. Apabila semakin banyak dokumen ekspor dan impor yang telah mampu dipertukarkan secara elektronik melalui INSW maka arus perdagangan di kawasan ASEAN akan semakin lancar. Berdasarkan pengalaman lebih kurang sembilan tahun menerapkan sistem INSW, ada catatan penting. Bahwa pengembangan dan penerapan sistem NSW yang pendanaannya menggunakan APBN murni saat itu, dapat dilakukan dengan sumber daya manusia (resources) terbatas. Kini, ketika PP-INSW yang berada di bawah Kementerian Keuangan terbentuk, seluruh pimpinan dan pegawai yang bekerja pada PP- INSW diharapkan dapat menjaga, meningkatkan dan melanjutkan semangat dan komitmen yang sama. Termasuk, kepada seluruh perwakilan K/L yang tergabung dalam komunitas INSW dan seluruh stakeholders untuk senantiasa memprioritaskan program pengembangan dan penerapan sistem NSW ini. Harus diakui, berbagai pengalaman yang telah dilalui menunjukkan, sulitnya mewujudkan visi penerapan secara ideal sistem NSW di Indonesia. Namun yang lebih sulit lagi adalah menjaga kepercayaan dan memenuhi ekspektasi masyarakat luas terhadap keberlangsungan sistem NSW di Indonesia. Sejarah INSW Pidato Kepala PP-INSW main portal PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13

14 Babak Menuju Gen-2 Oleh: Fachry Rozy Oemar Indonesia National Single Window (INSW) merupakan role model layanan publik berupa sistem elektronik yang transparan, handal, dan mengintegrasikan informasi dan sistem informasi pelayanan dan pengawasan, dalam rangka menciptakan kepastian layanan, transparansi dan daya saing Indonesia dalam perdagangan internasional. INSW adalah sistem yang memungkinkan dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (Single Submission of Data and Information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses bisnis antara sistem kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhan/ kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor. INSW sebagai salah satu instrumen reformasi di birokrasi (Nawacita) di bidang perekonomian dikembangkan dengan tujuan untuk: a. Menjaga kepentingan nasional dalam hal kegiatan perdagangan internasional melalui pemanfaatan sistem penanganan kegiatan impor-ekspor yang transparan dan handal. b. Mendukung upaya perwujudan tata kelola pemerintahan yang bersih, demokratis dan dapat dipercaya. Tahapan awal pengembangan dan implementasi sistem NSW di Indonesia yang telah dilakukan secara berkesinambungan sejak tahun 2007 dilakukan seluruhnya oleh anak bangsa dan berpijak pada dua pilar utama, yaitu Trade System (Intergrasi Sistem Kepabeanan dengan Sistem Perijinan) dan Port System (Integrasi Sistem Kepabeanan dengan Sistem Kepelabuhan/Kebandarudaraan). Keberadaan sistem INSW sebagai wakil Indonesia (National Flag System) dalam kerangka ASEAN Single Windows, merupakan sistem nasional yang menjadi tumpuan harapan dalam upaya mengubah paradigma layanan dan pengawasan di bidang perdagangan lintas negara, dimana sistem INSW dituntut untuk dapat melakukan perbaikan konsep sistem layanan publik yang mengedepankan kecepatan serta kepastian layanan melalui Service Level Arrangement yang terpercaya, transparan, konsisten, efisien dan sederhana (simpel). Untuk lebih memenuhi kepentingan nasional yang lebih luas, maka pada saat ini, sistem INSW sedang dalam tahapan awal untuk pengembangan INSW Generasi Kedua (INSW Gen-2) melalui perluasan integrasi terhadap beberapa sistem utama yang terkait dengan kelancaran arus barang ekpsor dan impor seperti: a. Trade Sytem (Sistem Pelayanan Perijinan Perdagangan) b. Port System (Sistem Pelayanan Kapal/Pesawat dan Barang) c. Payment System (Sistem Pembayaran) d. Logistic System (Sistem Logistik) e. Transportation/Trucking System (Sistem Angkutan di Palebuhan) Upaya pengembangan INSW Gen-2 tidak saja membutuhkan dukungan teknis dalam hal arsitektur sistem informasi, namun lebih dari itu, dalam tahap penerapannya membutuhkan komitmen yang kuat terutama dalam hal proses simplifikasi dan sinergi proses bisnis di setiap kementerian/ lembaga yang terkait kegiatan ekspor dan impor. Sebagai contoh. penerapan single submission pada layanan INSW menuntut adanya penyesuaian proses bisnis serta kebijakan internal di tingkat kementerian/ lembaga yang terkait, karena single submission menghadirkan suatu bentuk layanan publik satu awan (one cloud public service) yang lebih efisien daripada layanan satu atap serta memperkecil kemungkinan pelaku usaha untuk bertatap muka dengan pejabat publik sehingga dapat meminimalisir terjadinya pungli dalam hal pengajuan perijinan serta pemberitahuan kepabeanan serta pemberitahuan kepabeanan. Melalui one cloud public service ini, pelaku usaha tidak perlu lagi mengakses dan menginput ulang data-data yang sama berulang kali (seperti data NPWP, alamat, dsb). Ke setiap in house system dari masingmasing kementerian/lembaga perijinan maupun kepabeanan, karena pelaku usaha dapat dengan mudah menyampaikan seluruh elemen data tersebut dalam kerangka single submission pada layanan INSW Gen-2. Dengan mempertimbangkan kompleksitas kebutuhan nasional akan layanan INSW dalam rangka mendukung kelancaran arus barang dan kelancaran arus dokumen terkait kegiatan perdagangan dalam dan luar negeri Indonesia, serta dengan mempertimbangkan rekomendasi dan cara terbaik (best practices) yang berlaku global dan relevansinya terhadap pemenuhan kebutuhan nasional, maka telah disepakati bahwa proses pengembangan INSW Gen-2 akan dilakukan bertahap selam tiga tahun. Pada semester II 2016 dilakukan empat kegiatan utama: penyusunan kajian awal desain teknis, workshop/ FGD kajian awal desain teknis, lelang jasa konsultan desain teknis dan penyusunan (Swadaya) Mapping Existing TIK NSW di KL, NSW, dan Provider. Pada semester I 2017, dilakukan pelaksanaan pekerjaan jasa konsultan desain teknis. Dan, lelang jasa konsultan pengoperasian dan pembiayaan. Di semester II 2017, dilanjutkan dengan pelaksanaan pekerjaan jasa konsultan pengoperasian dan pembiayaan. Serta, diteruskan dengan lelang jasa konsultan pengawas pekerjaan pengembangan. Di akhir tahun diadakan lelang pengembangan INSW Gen 2. Memasuki semester I 2018, dilakukan pelaksanaan konsultan pengawas pekerjaan pengembangan INSW Gen 2. Kemudian diteruskan dengan pelaksanaan pengembangan di semester II. Di akhir tahun pengembangan, pada semester I 2019, dilakukan peluncuran INSW Gen 2. Dan periode pengakhiran dari INSW Gen 1. Implementasi penuh Gen 2 dan pengakhiran total penggunaan Gen 1 dilakukan pada semester II. 14

15 Penyusunan Kajian Awal Desain Teknis INSW Gen-2 meliputi: a. Perencanaan b. Pengembangan c. Pengoperasian d. Pembiayaan Workshop / FGD Kajian Awal Desain Teknis INSW Gen-2 (dengan Experts) Lelang Jasa Konsultan Desain Teknis Penyusunan (Swadaya) Mapping Existing TIK NSW di KL, NSW, dan Provider Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Konsultan Desain Teknis Lelang Jasa Konsultan Pengoperasian dan Pembiayaan INSW Gen-2 Milestone INSW Gen-2 Semester II 2016 Semester I 2017 Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Konsultan Pengoperasian dan Pembiayaan INSW Gen-2 Lelang Jasa Konsultan Pengawas Pekerjaan Pengembangan INSW Gen-2 Lelang Jasa Pengembangan INSW Gen-2 Semester II 2017 Pelaksanaan Konsultan Pengawas Pekerjaan Pengembangan INSW Gen-2 Pelaksanaan Pengembangan INSW Gen-2 Semester I 2018 Pelaksanaan Pengoperasian INSW Gen-2 Launching INSW Gen-2 Last Period Operation of INSW Gen I teropong INSW Lelang Jasa Pengoperasian INSW Gen-2 Semester II 2018 Semester I 2019 INSW Gen-2 Full Implementation INSW Gen I Cut Off Semester II 2019 PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15

16 Satu Pengajuan, Beres! Oleh: Fachry Rozy Oemar Pemrosesan dokumen menjadi faktor penentu terhadap kelancaran proses bongkar muat kegiatan ekspor impor. Agar peti kemas dapat ke luar pelabuhan, semua perijinan yang diperlukan harus terpenuhi bahkan sebelum peti kemas tersebut tiba di pelbuhan. Hal ini berlaku untuk semua komoditi dan khususnya untuk komoditi yang menjadi objek pengaturan Larangan dan Pembatasan (Lartas). Berdasarkan evaluasi terakhir dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI), saat ini ada lebih dari 51 persen komoditi yang masuk kategori lartas. Setiap kegiatan pemasukan (impor) komoditi lartas, sekurang-kurangnya harus dibekali satu izin dari Kementerian/Lembaga teknis terkait. Namun, ada juga impor yang membutuhkan lebih dari satu izin dari Kementerian/ Lembaga. Masing-masing Kementerian/Lembaga teknis ini memiliki in house system untuk proses pengurusan perizinan. Akibatnya, pelaku usaha harus melakukan pengajuan permohonan izin secara terpisah ke masingmasing in house system dari Kementerian/Lembaga teknis yang berbeda. Bila beres, importir dapat menyampaikan pemberitahuan pabean melalui modul kepabeanan. Kondisi ini tentu saja menimbulkan inefisiensi. Sebab, ada kemungkinan ditemui kesamaan elemen data, baik pada dokumen pengajuan permohonan izin dari Kementerian/Lembaga teknis yang berbeda maupun pada dokumen pemberitahuan pabean. Contoh: NPWP, No Container, dan Informasi Sarana Pengangkut. Pelaku usaha harus menginformasikan beberapa data dan informasi yang sama, berulang kali ke masing-masing Kementerian/ Lembaga melalui setiap in house system yang berbeda. Kemungkinan lain yang muncul justru perbedaan informasi yang disampaikan importir untuk elemen data yang sama. Peluang itu terjadi saat pelaku usaha memasukkan data dalam proses pengajuan permohonan izin ke Kementerian/ Lembaga maupun pada saat menyampaikan pemberitahuan pabean. Misal, perbedaan alamat perusahaan atau perbedaan standar beberapa elemen data referensi di INSW, seperti negara asal, pelabuhan, satuan barang, dan masih banyak lagi. Akibatnya, proses rekonsiliasi dokumen perizinan dengan dokumen pemberitahuan pabean terhambat. Dengan kehadiran single submission, penghambat tersebut dapat diminimalisir. Single submission merupakan mekanisme penyampaian pengajuan dokumen perizinan dan pemberitahuan pabean secara tunggal ke Kementerian/Lembaga teknis terkait dengan menggunakan format Super Set Data Element yang disediakan oleh INSW. Single submission menggunakan standar elemen data berdasarkan best practice international (UN CEFACT). Salah satu keuntungan dari penerapan single submission adalah mekanisme verifikasi elektronik yang dilakukan secara tunggal terhadap data dan informasi yang disampaikan oleh pelaku usaha. Sehingga pekerjaan 16

17 validasi elemen data serta verifikasi dokumen yang saat ini masih dilakukan berulang di Kementerian/Lembaga teknis dapat dipangkas. Hebatnya, penerapan single submission akan mendorong ketersediaan data dan informasi antar Kementerian/Lembaga teknis dalam mendukung kegiatan pengawasan dan pelayanan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Langkah ini sejalan dengan tugas dan fungsi INSW sebagai single reference kegiatan perekonomian nasional. Mekanisme single submission mengembalikan tanggung-jawab validitas dan integritas masingmasing elemen data format Super Set Data Element kepada masing-masing K/L teknis yang melahirkan elemen data tersebut. Meski masuk dalam satu pintu dan elemen data digunakan oleh banyak pihak, namun hanya Kementerian/ Lembaga yang melahirkannya yang dapat melakukan perubahan, sesuai kebutuhan proses bisnis. Misalnya, perubahan data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Data ini hampir digunakan sebagian besar proses bisnis pada Kementerian/Lembaga. Dan yang dapat melakukan perubahan adalah Direktorat Jenderal Pajak, dimana Kementerian Keuangan selaku Kementerian/Lembaga teknis yang melahirkan data NPWP nasional. teropong INSW Pendekatan single reference dalam single submission menjadi salah satu kerangka utama dalam melaksanakan IT Governance pada layanan publik berbasis elektronik (e-government). Harapannya adalah dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas baik nasional maupun internasional guna mendorong competitiveness Indonesia dalam kegiatan perdagangan internasional. PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17

18 2015 Semester II Ì Identifikasi kebutuhan informasi dokumen pelengkap pemenuhan syarat perijinan serta persyaratan registrasi user pada K/L (BPOM, Barantan, Karantina Ikan dan DJBC) guna penyelarasan/ sharing informasi untuk digunakan bersama Ì Melakukan identifikasi kebutuhan data referensi guna menciptakan database tunggal atas referensi yang dibutuhkan bersama seperti : identitas perusahaan, kode pelabuhan, kode negara dsb Ì Pengembangan purwarupa (prototype) layanan SSM Impor berdasarkan hasil identifikasi proses bisnis dan pemetaan kebutuhan data dari setiap proses pengajuan permohonan perijinan dan penyampaian pemberitahuan pabean pada K/L teknis terkait 2016 Semester I PILOTING SSM SSM IMPOR Ì Sosialisasi prototype SSM kepada Pelaku Usaha yang diusulkan oleh K/L terkait untuk sebagai peserta Implementasi SSM Tahap I (Hotel Lumire, Jakarta, 10 Mei 2016) Ì Pengujian Satu Siklus proses bisnis SSM oleh Tim Teknis INSW dan Tim Teknis K/L terkait dengan menggunakan data dummy meliputi: Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Uji pengiriman pengajuan dokumen perijinan di 3 Kementerian / Lembaga: BPOM Badan Karantina Pertanian (Hewan dan Tumbuhan) Badan Karantina Ikan Uji pengiriman pengajuan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan menggunakan dokumen BC 2.0 di DJBC Pengusulan 12 Perusahaan peserta Implementasi Tahap I SSM sbb: PT Nestle Indonesia; PT. Kabulinco Jaya; PT. Sukanda Djaya; PT. Prambanan Kencana; PT. Anta Tirta Kirana; PT. Grobest Indomakmur; PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills; PT. Fonterra Brand Indonesia; PT. Pasific Indo Dairy; PT. Unilever Indonesia; PT. Yamaha Music Manufacture Indonesia; PT. Yamaha Indonesia. Pengembangan lebih lanjut protoype SSM untuk menyesuaikan dengan rencana perubahan format dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) di DJBC Milestone Single Submission 2016 Semester II IMPLEMENTASI SSM TAHAP I SSM IMPOR Ì Simulasi prototype SSM Impor (BC 2.0) dengan data dummy Ì Implementasi terbatas Pengajuan Permohonan Perijinan dan Penyampaian PIB Ì Pengembangan lanjutan layanan SSM Impor untuk proses bisnis yang melibatkan pihak Customs Broker (PPJK) SSM EKSPOR Ì Identifikasi kebutuhan teknis pengembangan layanan SSM Ekspor Ì Pengembangan prototype SSM Ekspor dengan target Peserta Piloting SSM Ekspor adalah perusahaan yang terkait proses bisnis Devisa Hasil Ekspor (DHE - BI) 18

19 2017 Semester I 2018 Semester I 2019 Semester I IMPLEMENTASI SSM TAHAP II (IMPLEMENTASI SSM TAHAP IV) IMPLEMENTASI SSM TAHAP VI SSM IMPOR SSM IMPOR SSM IMPOR Ì Perluasan Implementasi SSM Impor (BC 2.0) dengan melibatkan seluruh K/L yang telah terintegrasi dengan INSW; Ì Pengembangan SSM untuk perluasan cakupan proses bisnis impor dengan dokumen impor lainnya (BC 2.3, PLB) serta melibatkan Customs Broker (PPJK) SSM EKSPOR Ì Uji coba satu siklus layanan SSM oleh Tim Teknis INSW dan Tim Teknis K/L terkait proses bisnis DHE dengan menggunakan data dummy 2017 Semester II IMPLEMENTASI SSM TAHAP III SSM IMPOR Ì Full mandatory layanan SSM Impor untuk dokumen BC 2.0 dengan seluruh K/L yang sudah terintegrasi dengan INSW di seluruh KPPBC yang sudah mandatory NSW Ì Uji coba SSM Impor dengan dokumen BC 2.3 dan PLB, serta melibatkan (PPJK) SSM EKSPOR Ì Implementasi terbatas Pengajuan Permohonan Perijinan dan Penyampaian PEB yang terlibat dalam proses bisnis DHE dengan menggunakan data sebenarnya (live data) yang direncanakan selambat-lambatnya akhir Oktober 2017 Ì Implementasi terbatas Pengajuan Permohonan Perijinan dan Penyampaian PIB dengan dokumen BC 2.3 dan PLB Ì Penyesuaian SSM Impor untuk dapat disesuaikan dengan INSW Gen-2 yang mulai dikembangkan SSM EKSPOR Ì Full mandatory layanan SSM Ekspor untuk proses bisnis DHE di seluruh KPPBC yang sudah mandatory NSW Ì Perluasan Implementasi SSM Ekspor dengan melibatkan KPPBC lainnya Ì Penyesuaian SSM Ekspor untuk dapat disesuaikan dengan INSW Gen-2 yang mulai dikembangkan 2018 Semester II IMPLEMENTASI SSM TAHAP V SSM IMPOR Ì Full Mandatory layanan SSM dengan dokumen BC 2.3 dan PLB di seluruh KPPBC yang sudah mandatory NSW Ì Uji coba layanan SSM Impor pada purwarupa (prototype) INSW Gen- 2 yang sedang dikembangkan SSM EKSPOR Ì Full mandatory layanan SSM Ekspor di seluruh KPPBC yang sudah mandatory NSW Ì Uji coba layanan SSM Ekspor pada prototype INSW Gen-2 yang sedang dikembangkan Ì Full implementasi layanan SSM Impor pada INSW Gen 1 Ì Layanan SSM Impor dijalankan dalam INSW Gen-2 (Beta Version) SSM EKSPOR Ì Full implementasi layanan SSM Ekspor pada INSW Gen 1 Ì Layanan SSM Impor dijalankan dalam INSW Gen-2 (Beta Version) 2019 Semester II IMPLEMENTASI SSM TAHAP VII SSM IMPOR Ì INSW Gen 1 Offline Ì INSW Gen-2 Live Ì Layanan SSM Impor berjalan pada INSW Gen-2 SSM EKSPOR Ì INSW Gen 1 Offline Ì INSW Gen-2 Live Ì Layanan SSM Ekspor berjalan pada INSW Gen-2 teropong INSW PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19

20 Segudang Manfaat dalam Satu Fitur Oleh: Tri Haryono Suhud "INTR berisi ribuan aturan yang terkait eksporimpor, dan dengan mudah akan memunculkan nomor HS (harmonize system) untuk setiap item komoditas, serta instansi yang harus dihubungi. Jadi semua informasi sudah ada di situ. Ini adalah trade repository pertama di dunia," tutur Deputi Bidang Koordinasi Perdagangan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Edy Putra Irawady, Jumat (23/12/2011) di Jakarta Kualitas layanan publik telah lama menjadi prioritas program pemerintah. Secara internal, layanan publik dapat mendorong pelaksanaan prinsip-prinsip good governance yang dapat mendongkrak daya saing nasional dan berujung pada penerimaan keuangan negara. Upaya itu dapat ditempuh dengan mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pelayanan kepada publik. Dua keuntungan didapat sekaligus: transparansi dan menekan biaya ekonomi tinggi. Kemudahan akses informasi dan transparansi dalam keseluruhan proses memegang peranan penting. Fitur yang disediakan harus mampu menyuguhkan seluruh informasi yang diperlukan semua entitas. Sehingga, pihak-pihak yang berkepentingan dan berkaitan dengan proses tersebut akan menjadikan fitur sebagai satusatunya referensi bersama yang disepakati. Inilah yang disebut single-reference: sebuah referensi dan pedoman dalam menjalankan seluruh aktifitas. Untuk tujuan single-reference itulah, sejak tahun 2011, Tim Persiapan National Single Window (NSW) melakukan program pembuatan fitur Indonesia National Trade Repository (INTR). Dengan INTR, ada solusi sistem yang dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk melakukan integrasi seluruh informasi. Sehingga, mampu menciptakan transparansi dan kejelasan proses kegiatan ekspor, impor dan transit. INTR didesain untuk dapat menjadi satu fitur pada Portal 20

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016 PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016 OVERVIEW INSW Bali Concord 2003 menyatakan bahwa Masyarakat Bersama ASEAN memerlukan ASEAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW 3.1 GAMBARAN UMUM Terminologi dari UN/CEFACT, Single Window adalah sebuah sistem yang memungkinkan kalangan perdagangan (traders) cukup menyampaikan informasi kepada satu

Lebih terperinci

National Single Window;

National Single Window; PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 18 /BC/2008 TENTANG PELAKSANAAN UJICOBA IMPLEMENTASI SISTEM NATIONAL SINGLE

Lebih terperinci

INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI

INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) SEBAGAI TOOLS DALAM DEREGULASI / DEBIROKRATISASI Entitas Sistem NSW Sistem NSW Portal INSW Sistem di semua Instansi Pelaku Usaha Sistem NSW Negara Lain Instansi

Lebih terperinci

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Penggunaan. Sistem Elektronik. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi regional ASEAN dalam artian sistem perdagaangan bebas antar negara dalam satu lingkup

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG KETENTUAN PELAYANAN PERIJINAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN SISTEM ELEKTRONIK MELALUI INATRADE DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter

2 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 4. Peraturan Menter No.1074. 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. National Single Window. Pengelola Portal Indonesia. Organisasi Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 /PMK.01/2015

Lebih terperinci

User Manual SINGLE SUBMISSION. Version 4.0 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW

User Manual SINGLE SUBMISSION. Version 4.0 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW User Manual Version 4.0 Pelaku Usaha SINGLE SUBMISSION Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW...

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2016 KEMENDAG. Ekspor dan Impor. Indonesia National Single Window. Perizinan. Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/M-DAG/PER/12/2015

Lebih terperinci

TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK

TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK SOSIALISASI OPTIMALISASI TINDAKAN KARANTINA SEBELUM RESPON KEPABEANAN DI TEMPAT PEMASUKAN TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN Tanjung Priok, 23 Februari

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Usaha mengurangi inefisiensi dalam proses bisnis

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 HOTEL BUMI SURABAYA, 08 APRIL 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai GAMBARAN UMUM BORDER PROTECTING COMMUNITY

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT TO ESTABLISH AND IMPLEMENT THE ASEAN SINGLE WINDOW (PERSETUJUAN UNTUK MEMBANGUN DAN PELAKSANAAN ASEAN SINGLE WINDOW)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan Judul : Pengaruh Kelengkapan Administrasi dan Kategori Importir Terhadap Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok Nama : Fidiniyucky Arbaningrum Kusuma NIM : 1306105033 ABSTRAK Dwelling Time adalah waktu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi. Indonesia National Single Window Oktober 2017

Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi. Indonesia National Single Window Oktober 2017 Mekanisme Otomasi Pemotongan Alokasi Komoditi Indonesia National Single Window Oktober 2017 Latar Belakang Program kerja PP NSW tahun 2017 (Integrasi rekomendasi dan ijin final) Rekomendasi KPK terkait

Lebih terperinci

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE Oleh: Rudy Sangian Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Dwelling time masih menjadi permasalahan yang harus

Lebih terperinci

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi

BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME. Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi BALIS EXIM DALAM MENDUKUNG PENGURANGAN DWELLING TIME Zainal Arifin Direktur Perizinan Fasilitas Radiasi BAKOHUMAS dan Zat Radioaktif PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR JAKARTA, 11 NOVEMBER 2015 IMPORTASI

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1002, 2014 KEMENDAG. Batubara. Ekspor. Produk. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/M-DAG/PER/7/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR BATUBARA

Lebih terperinci

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 05 Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Profesi Ekspor dan Impor Dalam Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 05 Jakarta, Maret 04 Mandat,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/M-DAG/PER/6/2013 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI ATAS IMPOR BARANG YANG MENGALAMI KERUSAKAN, PENURUNAN MUTU, KEMUSNAHAN, ATAU PENYUSUTAN VOLUME DAN/ATAU BERAT,

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.1722, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Pelayanan Perizinan Pertanian secara Elektronik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/TI.120/11/2017 TENTANG

Lebih terperinci

User Manual PORTAL INSW. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW

User Manual PORTAL INSW. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW User Manual Version 2.0 Februari 2018 PORTAL INSW Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 3 Memulai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.517, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan. Ekspor. Produk. Pertambangan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/M-DAG/PER/5/2012 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak

ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak UU nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006 Kapebeanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1323, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Online. Perizinan. Pertanian. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117/Permentan/HK.300/11/2013 TENTANG

Lebih terperinci

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar.

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar. REFORMASI PERIJINAN SERTIFIKASI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN & PKRT DAN PENGAWASAN POST MARKET Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem No.1091, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Tekstil. Produk Tekstil Batik. Motif Batik. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci

User Manual INTR. Version 1.1 September Pengertian Umum INSW

User Manual INTR. Version 1.1 September Pengertian Umum INSW User Manual Version 1.1 September 2017 INTR Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 2 Pengertian Umum... 2 Pengertian Umum INSW... 2 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 2 Memulai

Lebih terperinci

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me No.1922, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMDAG. Besi. Baja Paduan. Produk Turunan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-DAG/PER/12/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BESI ATAU BAJA,

Lebih terperinci

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG

P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

User Manual INTR. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW

User Manual INTR. Version 2.0 Februari Pengertian Umum INSW User Manual Version 2.0 Februari 2018 INTR Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 2 Pengertian Umum... 2 Pengertian Umum INSW... 2 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 2 Memulai Aplikasi...

Lebih terperinci

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, -1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-02/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI PUSAT

Lebih terperinci

ZONASI KAWASAN PABEAN. di PELABUHAN TANJUNG PRIOK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIPAPARKAN DALAM:

ZONASI KAWASAN PABEAN. di PELABUHAN TANJUNG PRIOK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIPAPARKAN DALAM: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ZONASI KAWASAN PABEAN dan JOINT GATE TPS di PELABUHAN TANJUNG PRIOK DIPAPARKAN DALAM: SOSIALISASI OPTIMALISASI TINDAKAN KARANTINA SEBELUM RESPON KEPABEANAN DI TEMPAT

Lebih terperinci

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perdagangan lokal maupun internasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setiap negara memiliki kebutuhan

Lebih terperinci

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1551 2015 KEMENDAG. Impor. Tekstil. Produk Tekstil. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg No.501, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Jagung. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/3/20166/M-DAG/PER/2/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia),

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA

BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA BAB III PENERAPAN SISTEM INSW TERKAIT DENGAN PROSEDUR KEPABEANAN DAN DAMPAKNYA BAGI PERDAGANGAN EKSPOR- IMPOR DI INDONESIA A. SISTEM INDONESIA NASIONAL SINGLE WINDOW I. Tujuan dan Manfaat Penerapan INSW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peranan penerapan suatu sistem hukum dalam pembangunan demi terciptanya pembentukan dan pembaharuan hukum yang responsif atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak

Lebih terperinci

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553, 2015 KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK TERTENTU

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth Latar belakang project Ease of Doing Business (EODB) Ease of Doing Busines

Lebih terperinci

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR Direktorat Teknis Kepabeanan DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI FUNGSI IMPLEMENTASI DJBC 1 Revenue Collector Mengoptimalkan penerimaan negara melalui penerimaan Bea

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1509, 2015 KEMENHUB. Syahbandar. Online. Surat Persetujuan. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 154 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SURAT

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 24 /BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang :

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017

KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 KEGIATAN PEMBAHASAN PENYUSUNAN ASEAN HARMONIZED TARIFF NOMENCLATURE (AHTN) 2017 A. Pendahuluan Klasifikasi barang adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM NSW LAYANAN CUSTOM CLEARENCE EKSPOR KPPBC TANJUNG PERAK

EVALUASI SISTEM NSW LAYANAN CUSTOM CLEARENCE EKSPOR KPPBC TANJUNG PERAK Makalah Nomor: KNSI-26 EVALUASI SISTEM NSW LAYANAN CUSTOM CLEARENCE EKSPOR KPPBC TANJUNG PERAK Ardian Fahmi 1, Lutfi Harris 2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jl. MT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Tertentu. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-20/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst No.1552, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Impor. Produk Tertentu. Batik. Motif Batik. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN TATA NIAGA IMPOR ALAT KESEHATAN, ALAT KESEHATAN DIAGNOSTIK IN VITRO, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1704, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Ban. Impor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/M-DAG/PER/11/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1341, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Sistem Pendingin. Impor Barang. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/M-DAG/PER/9/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1104, 2014 KEMENDAG. Verifikasi. Penelusuran Teknis. Perdagangan. Ketentuan Umum. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/M-DAG/PER/8/2014 TENTANG

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha Jakarta, 31 Agustus 2017 - 1 - Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2012, 2014 KEMENDAG. Ekspor. Industri. Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL AMENDING THE MARRAKESH AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN MARRAKESH MENGENAI

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.540, 2017 KEMENHUB. Pelabuhan Utama Belawan. Pelabuhan Utama Tanjung Priok. Pelabuhan Utama Tanjung Perak. dan Pelabuhan Utama Makassar. Pemindahan Barang yang Melewati

Lebih terperinci

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK.04/2002 TENTANG TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG IMPOR DAN EKSPOR. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG IMPOR DAN EKSPOR. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG IMPOR DAN EKSPOR Direktorat Jenderal Bea dan Cukai PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI PERDIRJEN NOMOR PER-16/BC/2016 Direktorat Jenderal Bea dan

Lebih terperinci

Version 1.0 Oktober User Manual. User Trader.

Version 1.0 Oktober User Manual. User Trader. z Version 1.0 Oktober 2017 User Manual User Trader http://apps1.insw.go.id User Manual Rahasia General Information GENERAL INFORMATION Project ID Project Name Document Status

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM JALUR PRIORITAS DAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW)

BAB 3 GAMBARAN UMUM JALUR PRIORITAS DAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW) 46 BAB 3 GAMBARAN UMUM JALUR PRIORITAS DAN SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW (NSW) 3.1 Gambaran Umum Jalur Prioritas Pemerintah melalui instansi kepabeanan berupaya melakukan berbagai perbaikan, guna mewujudkan

Lebih terperinci

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut No.210, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Berusaha. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri sejak tahun 1950, yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1894, 2015 KEMENKEU. Impor. Barang. Larangan. Pembatasan. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224/PMK.04/2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

User Manual REGISTRASI. Version 1.4 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW

User Manual REGISTRASI. Version 1.4 Pelaku Usaha. Pengertian Umum INSW User Manual Version 1.4 Pelaku Usaha REGISTRASI Pengertian Umum INSW i Daftar Isi Daftar Isi... i Pendahuluan... 3 Pengertian Umum... 3 Pengertian Umum INSW... 3 Pengertian Umum Aplikasi INSW... 3 Memulai

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2015 KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5768). PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Transk rip Wawancara dengan Badan Karantina Pertanian

Transk rip Wawancara dengan Badan Karantina Pertanian Transk rip Wawancara dengan Badan Karantina Pertanian Narasumber: Bapak Ichwandi, Kasubid Pengembangan Informasi Departemen Pertanian. Wawancara dilakukan pada tanggal 17 November 2008. Catatan: Kata sistem

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global Pemerintahan Presiden Joko Widodo terus berusaha mempercepat laju roda perekonomian nasonal. Di tengah perekonomian

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang. dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang. dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi, informasi, dan transportasi yang

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.1070, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Kelapa Sawit. Crude Palm Oil. Produk Turunannya. Ekspor. Verifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-DAG/PER/7/2015

Lebih terperinci