BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN 2009 berlandaskan 5 subsistem yaitu (1) Subsistem Upaya Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan, (4) Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan, (5) Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan, dan (5) Subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Subsistem Upaya Kesehatan dijelaskan secara lebih lanjut bahwa salah satu unsurnya adalah Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Penelitian dan Pengembangan dilakukan utamanya untuk mendukung peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna. Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan didasarkan pada masalah kesehatan prioritas, sumber daya kesehatan serta aspek terkait lainnya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai. Sesuai dengan perkembangan dan keperluannya, pengembangan dan pemanfaatan Iptek perlu diperluas untuk mendukung pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa tujuannya adalah terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan akuntabel serta didukung oleh hukum kesehatan dan sistem informasi kesehatan untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur-unsur subsistem ini adalah kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, informasi kesehatan, sumberdaya manajemen kesehatan dan informasi kesehatan. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat bertujuan antara lain meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Renstra Kemenkes Tahun menyebutkan bahwa Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) Manajemen dan informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik 1

2 selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Sasaran Pemberdayaan antara lain adalah perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama), politisi, figur masyarakat dsb., kelompok (organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok masyarakat), dan masyarakat luas serta pemerintah yang berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat (subjek pembangunan kesehatan). B. Pengertian 1) Rencana Aksi Kegiatan Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Pusat HKKPM) merupakan rangkaian rencana kegiatan penelitian, pengembangan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat 2) Input: segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumberdaya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya 3) Output: segala sesuatu berupa barang/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan input yang digunakan 4) Outcome: segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya luaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat 5) Indikator kinerja: ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan 6) Penelitian: adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 7) Pengembangan: adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. 8) Penelitian dan pengembangan kesehatan: adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut metode yang sistimatik untuk menemukan informasi ilmiah dan/atau teknologi yang baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau suatu proses gejala alam 2

3 dan/atau sosial di bidang kesehatan, dan dilanjutkan dengan menguji penerapannya untuk tujuan praktis di bidang kesehatan. 9) Humaniora : adalah Ilmu pengetahuan yang meliputi ilmu sosial, ekonomi, demografi, psikologi, budaya, hukum, etika, filsafat, pertahanan dan keamanan serta humaniora lainnya 10) Kebijakan Kesehatan: adalah pedoman yang menjadi acuan bagi semua pelaku pembangunan kesehatan, baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan memperhatikan kerangka desentralisasi dan otonomi daerah. 11) Pemberdayaan masyarakat : adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan baik perorangan, kelompok, maupun masyarakat seara terencana, terpadu, dan berkesinambungan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. C. Tujuan dan Manfaat Tujuan disusunnya Rencana Aksi Kegiatan Pusat HKKPM Tahun adalah dalam rangka memberikan arah dan acuan semua unit struktural (bagian, sub-bagian, bidang, sub-bidang) dan fungsional (fungsional peneliti, pustakawan, dll) di Pusat HKKPM dalam mengelola kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Dengan ditetapkannya Rencana Aksi Kegiatan Pusat HKKPM Tahun ini akan bermanfaat sebagai alat manajemen, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan Pusat HKKPM dalam periode lima tahun mendatang dan juga sebagai alat komunikasi kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait tentang rencana kegiatan Pusat HKKPM dalam rangka mendapatkan dukungan dan kerja sama. D. Landasan Hukum dan Kebijakan Rencana Aksi Kegiatan Pusat HKKPM Tahun direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan landasan-landasan sebagai berikut : 1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 2. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik 3. UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 5. UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 6. UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah 7. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara 3

4 8. UU No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian Dan Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi 9. UU No. 12 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 10. PP No. 41 Tahun 2006 Tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Litbang Bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Litbang Asing, Badan Usaha Asing, Dan Orang Asing 11. PP No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan 12. PP No. 20 Tahun 2005 Tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Kegiatan Litbang oleh Perguruan Tinggi Dan Lembaga Litbang 13. PP No. 21 Tahun 2004 Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga 14. PP No. 39 Tahun 1995 Tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 15. Perpres No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 16. Perpres No. 24 Tahun 2010 Tentang Pengaturan Tugas dan Fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 17. Permenristek No 4 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaporan Kekayaan Intelektual, Hasil Kegiatan Litbang dan Pengelolaannya 18. Permenkes No Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan 19. Permen PAN dan RB No. 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 20. Kepmenkes No. 267 Tahun 2010 Tentang Penetapan Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat 21. Kepmenkes No. 160 Tahun 2010 Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun Kepmenkes No. 375 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun Kepmenkes No. 374 Tahun 2009 Tentang Sistem Kesehatan Nasional 24. Keputusan Menteri Kesehatan No. 145 Tahun 2007 tentang Pedoman Bencana 25. Keputusan Menteri Kesehatan No. 381 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional 26. Keputusan Kepala LANRI No. 239 Tahun 2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 27. Kepmenkes No A Tahun 1999 Tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 28. Dr. dr. Trihono, MSc, (2011): Rencana Besar Pengembangan Badan Litbangkes, Jakarta. E. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Fungsi Dengan mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Struktur Organisasi Pusat HKKPM adalah sebagai berikut: 4

5 Gambar 1 Struktur Organisasi Pusat HKKPM Tugas Pusat HKKPM : melaksanakan penelitian dan pengembangan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Fungsi Pusat HKKPM : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian dan pengembangan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat; 2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat; 3. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat; 4. Pelaksanaan kajian desentralisasi; dan 5. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga pusat. Tugas Bagian Tata Usaha: melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran, pemantauan, evaluasi, laporan, dan tata usaha, serta rumah tangga Pusat. 5

6 Fungsi Bagian Tata Usaha: 1. Penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan; 2. Pelaksanaan kerja sama penelitian, pengembangan dan pertemuan ilmiah di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat; dan 3. Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian, dan umum. Tugas Sub Bagian Program dan Kerjasama (Sub Bagian PKS): melakukan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan, serta kerja sama penelitian dan pengembangan dan pertemuan ilmiah di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat, diseminasi, utilisasi, promosi hasil penelitian dan pengembangan, pengelolaan jaringan informasi ilmiah, serta pengelolaan laboratorium penunjang dan perpustakaan. Tugas Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian, dan Umum (Sub Bagian KKU) : melakukan urusan keuangan, kepegawaian, umum, tata persuratan, protokol, pelayanan pimpinan, rumah tangga, perlengkapan, penyiapan administrasi dan sarana penelitian dan pengembangan, dan gaji. Tugas Bidang Humaniora Kesehatan : melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi, serta penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang humaniora kesehatan Fungsi Bidang Humaniora Kesehatan : 1. pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu sosial, ekonomi, demografi, psikologi, dan budaya; 2. pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum, etika, filsafat, pertahanan dan keamanan; dan 3. pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang humaniora lainnya. Tugas Subbidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya : melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu sosial, ekonomi, demografi, psikologi, budaya, dan ilmu terkait lainnya Tugas Subbidang Hukum dan Etika (HE) : melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu hukum, etika, filsafat, pertahanan dan keamanan dan ilmu terkait lainnya. 6

7 Tugas Bidang Analisis Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat (AK & PPM): melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi, serta penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis kebijakan, perilaku, dan peran serta masyarakat, serta kajian desentralisasi. Fungsi Bidang Analisis Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat : 1. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis kebijakan kesehatan; 2. Pelaksanaan kajian desentralisasi; dan 3. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan pelaksanaan kebijakan di bidang perilaku dan peran serta masyarakat. Tugas Subbidang Analisis Kebijakan (AK) : melakukan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis kebijakan kesehatan dan kajian desentralisasi. Tugas Subbidang Perilaku dan Peran Serta Masyarakat (PPM) : melakukan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perilaku dan peran serta masyarakat Di samping itu, Pusat HKKPM, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, juga mempunyai struktur ad-hoc yakni: 1. Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Tugas Panitia Pembina Ilmiah Pusat HKKPM adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kapasitas peneliti terutama di bidang metodologi penelitian dan HSR (Health System Research). b. Menyusun Protap penelitian dan pengembangan c. Menyusun prioritas penelitian d. Melakukan seleksi dan menilai usulan penelitian sesuai dengan kriteria/pedoman yang telah ditentukan e. Memberikan saran-saran perbaikan usulan penelitian, perbaikan protokol penelitian, perbaikan terhadap laporan penelitian, penyebaran hasil penelitian, seminar penelitian dan publikasi. f. Menyusun agenda kegiatan pembinaan penelitian dan pengembangan. g. Memberikan saran rumusan kebijakan dan rekomendasi dari hasil penelitian dan pengembangan, policy option, policy brief, policy memoranda. h. Melaksanakan tugas lain yang diminta Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, khususnya yang menyangkut kegiatan pembinaan ilmiah dalam rangka pembinaan institusi secara keseluruhan i. Melakukan kerjasama dengan Dewan Redaksi Buletin Sistem Kesehatan dan Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U). 7

8 j. Memfasilitasi hasil-hasil litbangkes untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI). k. Bersama Bidang memfasilitasi pengembangan Health Technologi Assessment (HTA). l. Bersama Komisi Etik Badan Litbangkes membina peneliti untuk mendapatkan Ethical Clearance. 2. Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U) Tugas Tim Penilai Peneliti Instansi Pusat HKKPM adalah sebagai berikut: a) Memeriksa karya tulis ilmiah dalam bidang ilmu yang menjadi tanggung jawabnya b) Memeriksa dan meneliti butir-butir kegiatan dalam DUPAK c) Memeriksa kebenaran dokumen-dokumen DUPAK yang dianggap perlu d) Mengusulkan angka kredit bagi pejabat peneliti ke Ketua LIPI melalui Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan e) Menyampaikan laporan kegiatan tahunan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Departemen/Instansi 8

9 BAB II PERKEMBANGAN DAN MASALAH A. Perkembangan dan masalah penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Status Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: pelayanan kesehatan, lingkungan, perilaku dan faktor genetik. Kini faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu Social Determinants of Health (SDH) adalah suatu kondisi dimana orang lahir, tumbuh, hidup, bekerja, menua, termasuk didalamnya sistem kesehatan. Kondisi ini dibentuk oleh distribusi uang, kekuasaan dan sumberdaya di tingkat lokal, nasional dan global. SDH bertanggungjawab pada sebagian besar ketidakadilan (inequity) di bidang kesehatan baik antar daerah didalam negeri maupun antar negara. Lima tahun berjalan UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah dan UU No. 25/1999 tentang penganggaran yang direvisi menjadi UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti dengan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan. Kemudian, pada tahun 2007 dikeluarkan PP No. 38 tentang pembagian urusan. Walau telah dibagi-bagi kewenangan pusat dan daerah, namun PP ini dipandang telah menegasikan kewenangan daerah dimana diwacanakan kembali revisi yang lebih komprehensif. Selanjutnya, globalisasi membawa pengaruh bagi suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh globalisasi dalam bidang kesehatan mengakibatkan persaingan dalam pelayanan kesehatan terutama dengan masuknya tenaga kesehatan asing dan sarana pelayanan kesehatan yang dikelola oleh warganegara asing. Untuk memberikan perlindungan baik secara hukum maupun secara praktik medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan warga negara asing, diperlukan peraturan untuk regulasi dan pengawasan tenaga kesehatan asing yang akan bekerja di Indonesia dan sarana pelayanan kesehatan yang dikelola oleh warganegara asing. Pada tahun 2000 ditandatangani deklarasi Millenium yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan dimana Indonesia merupakan salah satu negara yang berkomitmen. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millenium Development Goals (MDG s). Delapan (8) tujuan MDG s yaitu 1) Eradikasi kelaparan berat dan kemiskinan, 2) Mencapai pendidikan dasar universal, 3) Mempromosikan kesamaan gender dan pemberdayaan gender, 4) Menurunkan kematian anak, 5) Meningkatkan kesehatan ibu, 6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, 7) Menjamin kelangsungan lingkungan, dan 8) Mengembangkan kerjasama global untuk perkembangan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) diarahkan untuk menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah yang bersifat menyeluruh. Pencapaian kinerja menjadi komitmen semua pihak, khususnya instansi Pemerintah untuk dapat melaksanakan pembangunan di Indonesia. Sasaran RPJMN di bidang kesehatan adalah meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian ibu melahirkan per kelahiran hidup, menurunnya angka 9

10 kematian bayi per kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 dengan 6 subsistem yaitu 1) upaya kesehatan, 2) pembiayaan kesehatan, 3) sumber daya manusia kesehatan, 4) farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5) manajemen dan informasi kesehatan, dan 6) pemberdayaan masyarakat. AAdapun Grand strategi Kementerian Kesehatan yaitu 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, 3) Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, 4) Meningkatkan pembeayaan masyarakat. Sebagaimana kesepakatan global maka di bidang kesehatan adalah untuk mencapai tujuan ke 4, 5, dan 6 yaitu penurunan kematian balita, penurunan Kematian Ibu, dan memerangi HIV/AIDS, TB dan Malaria. Selain target yang penting di bidang kesehatan adalah penurunan prevalensi gizi kurang dan buruk. Dan dalam upaya mengatasi ketidakadilan kesehatan (health inequity) perlu dilaksanakan aksi social determinants of health yang merupakan bagian dari bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. B. Analisis SWOT Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam analisis SWOT, pada dasarnya kita melihat kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dari organisasi Pusat HKKPM yang ada sekarang (existing), dan melihat kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats) dari lingkungan yang ada. 1. Kekuatan (strengths) Berbagai kekuatan Pusat HKKPM yang di punyai adalah: a) Sumber daya manusia yang ada dengan pendidikan S3 sebanyak 11 orang, S2 sebanyak 37 orang, S1 sebanyak 45 orang, D3 sebanyak 3 orang, D1 sebanyak 24 orang. SDM peneliti sebanyak 62 orang dan non-peneliti sebanyak 73. Untuk SDM peneliti terdiri dari peneliti utama 5 orang, peneliti madya 19 orang, peneliti muda 24 orang dan peneliti pertama 13 orang dan staf peneliti sebanyak 7 orang. Di samping itu juga terdapat tenaga fungsional lainnya seperti pustakawan 2 orang. b) Fasilitas fisik meliputi bangunan seluas ,02 m2 yang terdiri dari: perpustakaan, ruang kerja peneliti dan administrasi, ruang manajemen data, laboratorium penelitian dan pengembangan, ruang arsip, beberapa ruang pertemuan untuk diklat, aula, museum kesehatan dr Adhyatma, fasilitas penginapan untuk peserta diklat, etalase tanaman obat, masjid As-Syifa, koperasi karyawan, kantin, ruang fotokopi, dan garasi. 10

11 c) Buletin Penelitian Sistem Kesehatan terakreditasi A oleh LIPI yang terbit 4 kali setahun sebagai wadah diseminasi dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian dalam rangka meningkatkan profesionalisme peneliti. d) Journal for Social Determinants of Health, yang direncanakan diterbitkan tahun 2012, dua kali satu tahun, merupakan jurnal berbahasa inggris berfungsi sebagai wadah diseminasi dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian tentang determinan sosial kesehatan. e) WHO CC merupakan wadah kolaborasi antara Pusat HKKPM dengan WHO- Indonesia melalui program kerjasama dibidang Health System Research yang pada pembaharuan disetujui dibidang Health Research System Management pada tahun Kegiatannya dilakukan oleh masyarakat, institusi, dan aktivitas dengan tujuan utama untuk menghasilkan pengetahuan serta mempromosikan dan mempertahankan status kesehatan masyarakat termasuk mekanisme untuk meningkatkan utilisasi penelitian. f) Laboratorium Sosial. Kegiatan Lab Sosial ini dirancang untuk mengetahui realitas objektif fakta sosial melalui studi tentang interaksi aktor sosial. Dengan diketahuinya fakta sosial dan struktur interaksi melalui lab sosial diharapkan dapat dikembangkan strategi / model intervensi dan membangun kapasitas stakeholder kesehatan. Tujuan keberadaan lab sosial ini adalah untuk menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian kesehatan melalui pengembangan keilmuan dan teknologi dengan memanfaatkan lab sosial sebagai salah satu media pembelajaran, pelatihan, pengembangan ketrampilan dan pengembangan model intervensi kesehatan. Lab ini juga diharapakan menunjang penelitian perilaku kesehatan berdasarkan pada kebutuhan masyarakat dan program kesehatan. g) Laboratorium Litbang Pelayanan Pengobatan Tenaga Dalam Kegiatan lab tenaga dalam meliputi penelitian dan pengembangan tenaga dalam melalui pelayanan pengobatan dan pelatihan pengobatan tenaga dalam. Laboratorium ini diharapkan dapat membantu pemerintah terutama Kemkes dalam mengembangkan pengobatan alternatif tenaga dalam di Indonesia yang dapat dipertanggungjawabkan keamanannya. h) Laboratorium Litbang Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional Kegiatan Laboratorium ini meliputi penelitian dan pengembangan melalui pelayanan pengobatan obat tradisional maupun penyediaan dan peracikan bahan jamu di griya obat tradisional, pelatihan atau penyuluhan tentang obat tradisional kepada masyarakat, penyediaan contoh-contoh tanaman obat di etalase tanaman obat dan penyediaan bibit tanaman yang bisa dibeli masyarakat. Laboratorium ini mendukung saintifikasi jamu maupun pengembangan obat tradisional lainnya. i) Laboratorium Litbang Pelayanan Akupunktur Kegiatan Laboratorium ini meliputi penelitian dan pengembangan melalui pelayanan akupunktur. Laboratorium ini mendukung penelitian mengenai pengobataan alternatif utamanya tentang akupunktur. 11

12 j) Laboratorium Litbang Pelayanan Andrologi Kegiatan Laboratorium ini meliputi penelitian dan pengembangan bidang kesehatan reproduksi pria, antara lain: Infertilitas, Hypogonadisme, Kontrasepsi pria, Disfungsi ereksi, dan Penuaan pria (andropouse). Laboratorium ini mendukung penelitian yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi utamanya mengenai Andrologi. k) Museum Kesehatan dr Adhyatma Museum kesehatan memamerkan koleksi alat dan teknik pengobatan penyakit bukan hanya yang berhubungan dengan teknologi modern saja tetapi juga secara tradisional yang merupakan budaya kesehatan bangsa Indonesia. Ratusan koleksi merupakan perlengkapan dan peralatan upaya pelayanan kesehatan tradisional. Sasana kesehatan budaya memaparkan realita kebudayaan supranatural dan kekuatan magik yang digunakan dalam praktik pengobatan tradisional. 2. Kelemahan (weaknesses) a) Adanya dua kantor yang berdomisili di Surabaya dan Jakarta, mengakibatkan sulitnya koordinasi dan tukar menukar informasi antar peneliti. b) Kantor pusat berada di Surabaya Dengan pejabat struktural yang semuanya berada di Surabaya, maka dibutuhkan koordinasi dan pembiayaan yang lebih besar. Lokasi kantor pusat yang jauh dari Badan Litbangkes dan Kementerian Kesehatan menyulitkan koordinasi bidang manajerial dan lambatnya informasi yang diterima oleh Pusat. c) Advokasi hasil penelitian Selama ini hasil penelitian masih berupa laporan penelitian, policy paper, standar, formula dan belum banyak yang di HKI-kan. Pemanfaatan hasil penelitian masih kurang karena kurangnya advokasi. d) Kurangnya SDM dibidang Humaniora Tugas pokok Pusat adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan serta pembinaan litbang di bidang humaniora, tetapi SDM bidang humaniora sangatlah kurang dan SDM bidang hukum dan etika tidak ada e) Pemanfaatan laboratorium kurang sesuai tupoksi PHKKPM Dengan adanya restrukturisasi lembaga, seharusnya laboratorium yang seharusnya tersedia adalah laboratorium penelitian bidang humaniora, kebijakan kesehatan, perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan yang tersedia sekarang adalah laboratrorium penelitian klinis. f) Kurangnya pemanfaatan museum dalam penelitian Kurangnya pemahaman peneliti dalam pemanfaatan museum sebagai wahana penelitian menyebabkan kurangnya ketertarikan peneliti dalam melakukan penelitian yang terkait dengan koleksi-koleksi museum. Dasar-dasar pengobatan 12

13 tradisional yang dilakukan masyarakat terdahulu seharusnya bisa dikombinasikan dengan pengobatan konvensional dan modern g) Topik penelitian masih dalam skala kecil Beberapa topik penelitian masih dalam skala kecil, hal ini mengakibatkan hasil penelitian kurang memiliki daya ungkit secara nasional dan masih jarang dipakai oleh penentu kebijakan. h) Kepakaran yang tidak sesuai Dengan perubahan tupoksi dari Puslitbang Sisjakkes menjadi Pusat HKKPM, maka terjadi disparitas kepakaran antara kepakaran yang seharusnya (normative) dan kepakaran yang ada (existing) yang lebih mengarah kepada kepakaran sistem dan kebijakan kesehatan. i) Masih minimnya jumlah Professor Riset Jumlah professor riset di Pusat HKKPM hanya 1 orang, hal ini menyebabkan kurangnya pembinaan berjenjang peneliti pertama sampai peneliti utama. Disamping itu komposisi peneliti tidak proposional, masih banyak peneliti berada di level jabatan fungsional peneliti pertama dan peneliti muda. j) Minimnya peneliti bergelar Doktor (S3) Proporsi pendidikan peneliti di Pusat HKKPM seperti kerucut yakni S3: S2: S1 adalah 11 : 34 : 57 atau 1 : 3 : 5 yang seharusnya berbentuk kerucut terbalik yakni S3 : S2 : S1 adalah 5 : 3 : 1 3. Peluang (opportunities) a) Jejaring dengan lembaga litbang universitas dalam negeri Kondisi SDM peneliti di Pusat HKKPM masih kurang dari segi kuantitas maka perlu dikembangkan jejaring kerjasama dengan lembaga litbang universitas seperti Lemlit UNAIR dan Lemlit ITS dalam hal pelaksanaan penelitian bersama. b) Jejaring dengan lembaga litbang universitas luar negeri Dalam rangka meningkatkan kompetensi para peneliti Pusat HKKPM maka perlu dibangun aliansi dengan peneliti dari Perguruan Tinggi luar negeri, seperti : University of Queensland, John Hopkins University, Phillipines University, California State University. c) Jejaring WHO-CC(Collaborating Centre) Untuk meningkatkan kapasitas internasional dalam bidang health system research, maka dibutuhkan kerjasama dengan WHO d) Jarlitbangkes Badan Litbangkes Dengan berfungsinya Jaringan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Jarlitbangkes) Badan Litbangkes yang beranggotakan Lembaga penelitian milik Pemerintah dan Kementerian, Balitbangda, Lembaga penelitian Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian Swasta maka informasi kemajuan litbang dapat dikomunikasikan secara efektif antar anggota Jarlitbangkes 13

14 4. Ancaman (threats) a. Kurangnya akses peneliti dengan lembaga penelitian lain di dalam maupun di luar negeri serta lembaga penelitian swasta mengakibatkan kesempatan untuk tampil sebagai pembicara menjadi berkurang b. Kurangnya kemampuan peneliti dalam substansi dan metodologi penelitian serta kurangnya kesempatan mengikuti pelatihan, workshop, seminar dan simposium di dalam maupun di luar negeri mengakibatkan kompetensi peneliti menjadi stagnan (kurang berkembang) c. Dengan semakin banyaknya riset-riset kesehatan berskala nasional akan menyita waktu peneliti sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri menjadi terbatas dan status jabatan peneliti terancam untuk diberhentikan (sementara atau tetap) d. Dengan banyaknya lembaga riset baik dari daerah (balitbangda), universitas, maupun lembaga riset swasta (NGO) maka peneliti PHKKPM dituntut untuk bersaing dalam menghasilkan penelitian yang bermutu dan bermanfaat e. Pada tingkat angka kematian bayi dan anak yang rendah, maka pemdekatan medis sudah tidak mampu menurunkan lagi, maka pendekatan sosial termasuk humaniora (antropologi, sosiologi, psikologi) menjadi solusi yang terbaik C. Isu Strategis Dari perkembangan masalah penelitian dan pengembangan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, analisis SWOT organisasi Pusat PHHKPM, maka dapat dirumuskan isu strategis, sebagai berikut: 1. Etnografi Budaya Sebagai indikator peningkatan status kesehatan yaitu penurunan kematian ibu dan anak belum mencapai sebagaimana target yang diharapkan maka perlu dilakukan terobosan untuk mengetahui determinan sosioekonomi budaya yang berhubungan. Penelitian tentang faktor-fator sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan sudah cukup banyak dilakukan. Sedangkan kajian tentang pengaruh budaya terhadap kesehatan ibu dan anak masih perlu dilakukan dalam upaya mendukung penurunan kematian ibu dan anak. Sehingga perlu dilakukan mapping budaya untuk mengidentifikasi potensi dan masalah budaya yang berkontribusi terhadap kesehatan pada umumnya dan khususnya kesehatan ibu dan anak. 2. Social Determinant of Health (SDH) Indonesia masih dihadapkan pada masalah equity di bidang kesehatan. Sebagaimana diketahui ketidakmerataan fasilitas kesehatan, sarana, SDM Kesehatan di antara provinsi sehingga masalah pemerataan pelayanan kesehatan menjadi prioritas dalam upaya peningkatan akses terhadap pelayanan yang berkualitas. 14

15 3. Desentralisasi dan District Health Account (DHA) Dalam era desentralisasi, termasuk desentralisasi di bidang kesehatan dimana kewenangan Pemerintah Pusat dilimpahkan ke Pemerintah Daerah maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertugas melaksanakan pembangungan kesehatan di daerahnya yang diikuti dengan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah. Bagaimana pembeayaan kesehatan yaitu proporsi untuk program-program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam pelayanan kesehatan, sumber-sumber pembeayaan, waktu dan ketepatan pencairan dana, mekanisme penyaluran dana dari Pusat seperti Bantuan Operasional Kesehatan ke puskesmas-puskesmas menjadi sangat penting agar pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan baik. 4. Globalisasi Globalisasi di bidang ekonomi juga diikuti di bidang kesehatan. Jumlah penduduk Indonesia yang banyak atau ke empat terbanyak di Indonesia setelah India, Cina, USA, dan Indonesia memiliki daya tarik bagi tenaga kerja asing, serta pengelolaan sarana pelayanan kesehatan atau komoditas kesehatan lainnya oleh warganegara asing. Sehingga diperlukan regulasi tentang praktek medik dan pengawasan bagi tenaga asing dan sarana pelayanan kesehatan yang dikelola warganegara asing tersebut. 5. Klinik Kesehatan Selain itu kini di perkotaan banyak terdapat klinik-klinik pelayanan kesehatan. Bagaimana aspek perlindungan terhadap pasien dan tenaga kesehatan itu sendiri perlu dilindungi oleh peraturan. 6. Etika Kesehatan Dengan semakin baiknya status sosioekonomi masyarakat, tuntutan pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin tinggi. Sebenarnya hal tersebut sejalan dengan akreditasi yang dijalankan Kementerian Kesehatan sebagai jaminan kualitas pelayanan. Namun di masyarakat masih banyak terdapat isu-isu tentang malpraktek dan aborsi illegal. Serta bagaimana etika pemberi pelayanan kesehatan dalam menangani kasus koma berkepanjangan, penyakit-penyakit pada fase terminal atau untuk perawatan paliatif masih menjadi perdebatan. 7. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Sistem Jaminan Kesehatan Nasional sebagai upaya untuk mencapai health for all bagi masyarakat akan dilakukan sejak 1 Januari 2014 melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sehingga diperlukan kesiapan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memenuhi standar di semua fasilitas kesehatan, cakupan kepesertaan untuk tenaga informal, perhitungan tarif BPJS yang terjangkau bagi masyarakat dan pemerintah dan diterima oleh organisasi profesi dan RS, mekanisme pembayaran iuran bagi masyarakat yang ingin menjadi peserta baru jaminan kesehatan, badan penyelenggara di daerah. Disamping itu perlu dipikirkan tentang bagaimana kelangsungan Jaminan Kesehatan di daerah, seperti Jamkesda dan transformasi badan penyelenggara jaminan di daerah tersebut. Komponen Jaminan kesehatan daerah yang perlu 15

16 disesuaikan dalam rangka persiapan BPJS adalah tentang kepesertaan, tarif dan paket pelayanan. 8. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan Biosecurity Genetic Pengembangan model pelayanan untuk Daerah Terpencil Perbatasan dan kepulauan (DTPK) yang dapat diakses oleh masyarakat. Diperlukan model penempatan dan reward SDM kesehatan di DTPK mengingat rendahnya minat SDM untuk bekerja di daerah tersebut. Pada masa yang lalu terdapat kebijakan dokter Inpres dan PTT, baik dokter, dokter gigi dan bidan. Pada awalnya kebijakan tersebut sangat tegas, setiap dokter dan dokter gigi harus melalui masa PTT baik di daerah biasa, terpencil dan sangat terpencil. PTT tersebut sebagai syarat untuk mendapatkan registrasi dokter, ijin praktek dan ijin untuk sekolah spesialis. Namun saat ini, kebijakan sudah berubah, PTT tidak lagi menjadi suatu kewajiban lagi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan agar di daerah DTPK terdapat tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara terus-menerus. Pemenuhan sarana transportasi sangat diperlukan karena masih terbatasnya sarana transportasi umum. Dan khusus di daerah perbatasan, diperlukan peningkatan surveilans dan biosecurity genetik. Sehingga tidak diingkari lagi diperlukan peningkatan anggaran Pusat, Provinsi maupun Kabupaten atau Kota. 9. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) Sebagaimana UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dengan Pasal 18 yaitu Pemeritah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Namun di masyarakat, Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) masih rendah atau sebesar 56,% (2012). Indikator PHBS diperlukan antara lain untuk penguatan cakupan persalinan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat untuk datang ke posyadu. 10. UKBM dan Kemitraan Pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat termasuk desa siaga, secara kuantitas dan kualitas masih rendah. Forum desa belum optimal dalam menggerakkan UKBM yang terintegrasi dengan pegembangan desa siaga aktif. Mengenai kemitraan dengan dunia usaha seperti Corporate Social Responsibility dari perusahaan perlu dimobilisasi untuk memberdayakan masyarakat. 11. Promotif Preventif Disamping jumlah tenaga promosi kesehatan di dinas dan puskesmas masih rendah. Pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan belum mejadi agenda politik pembangunan kesehatan. Isu kesehatan yang bersifat kuratif banyak digunakan sebagai isu politik untuk menarik simpati masyarakat. Karena isu promotif dan prevetif belum layak jual. 16

17 BAB III VISI, MISI, NILAI DAN SASARAN A. Visi Menjadi lokomotif Litbang Bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan, Dan Pemberdayaan Masyarakat B. Misi 1. Menghasilkan produk, prototipe & teknologi baru 2. Menghasilkan informasi dari penelitian yang berkualitas & aplikatif (kebijakan, opsi, program) 3. Mengembangkan sumber daya (termasuk profesi) litbangkes 4. Menjalin kerjasama litbangkes nasional dan internasional C. Nilai 1. Kejujuran Dalam membuktikan kebenaran dan ketidakbenaran dari suatu pengetahuan atau teknologi intervensi, maka peneliti harus menjunjung tinggi nilai kejujuran. 2. Etika Sebagai peneliti harus menjunjung tinggi etika dalam berinteraksi antar peneliti dan etika didalam melaksanakan penelitian. 3. Kebaruan Sebagai peneliti harus mampu menemukan kebaruan (novelty) dalam hal pengetahuan baru maupun teknologi baru. 4. Inovatif Sebagai peneliti harus mampu mencari terobosan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 5. Kaidah ilmiah Sebagai peneliti harus menjunjung tinggi kaidah-kaidah ilmiah dalam rangka menjaga mutu hasil penelitian. 6. Inkonvensional Dalam rangka menemukan teknologi terobosan perlu cara berfikir yang diluar dari biasanya (inkonvensional). 7. Aplikatif Hasil-hasil penelitian harus dapat diterapkan untuk memperkuat sistem kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan oleh pengguna (klien). 17

18 D. Sasaran Berdasar Renstra Kemenkes RI tahun , sasaran Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah "meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang humaniora, kebijakan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat" 18

19 BAB IV RENCANA KEGIATAN A. Tujuan Sebagai penjabaran dari Visi, maka tujuan yang ingin dicapai Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat selama 5 (lima) tahun ke depan adalah: Terselenggaranya litbang di bidang penelitian dan pengembangan, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. B. Strategi 1. Menggunakan pendekatan multidisiplin dan multi institusi dalam pengelolaan litbang dan iptek kesehatan 2. Menggunakan tahapan dinamis yang meliputi public health, dan beyond health dalam pengelolaan litbang dan iptek kesehatan 3. Mempertahankan institusi pusat humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat tetap menjadi WHO-CC 4. Merencanakan dari awal terkait orientasi hasil litbangkes. Tahapan mulai dari hasil sementara sampai dengan hasil akhir adalah: a. Data/informasi/peta/atlas b. Artikel ilmiah yang dipublikasikan c. Prototipe/model/formula/standar/produk d. Rekomendasi untuk pembangunan kesehatan 5. Membangun komunikasi dengan klien terkait tindak lanjut hasil-hasil litbangkes secara terbuka sesuai aturan keterbukaan informasi 6. Mengembangkan secara berkesinambungan hasil-hasil litbangkes yang sudah ada, agar memenuhi kaidah kebaruan dan perbaikan untuk kesejahteraan manusia C. Kebijakan Operasional Kebijakan dalam pengelolaan Program Litbangkes di PHKKPM adalah sbb: 1. Diutamakan memberikan kontribusi signifikan pada 8 fokus Kemenkes, yaitu: a. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita b. Perbaikan status gizi masyarakat c. Pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyehatan lingkungan d. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan e. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat, pengawasan obat dan makanan f. Pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat 19

20 g. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan h. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier 2. Pengelolaan sumberdaya pusat humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat bersifat pro aktif, yaitu tidak mengandalkan sepenuhnya pada fasilitas negara, namun memberikan ruang untuk kreativitas dan inovasi sumberdaya sesuai aturan hukum 3. Pengelolaan pendidikan, pelatihan, dan forum ilmuwan dilakukan dengan menumbuhkembangkan iklim ilmiah yang sehat 4. Penelitian dan pengembangan diutamakan dan didorong pada lingkup nasional 5. Produk Program Litbangkes adalah publikasi ilmiah dan rekomendasi Mendorong terciptanya iklim yang mendukung peningkatan kemampuan institusi untuk menghasilkan produk, mengembangkan jejaring penelitian pemanfaatan produk PHKPPM. D. Program Sasaran Program Penelitian dan Pengembangan Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah meningkatkan kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang humaniora kebijakan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk mendukung sasaran tersebut Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menetapkan indikator kinerja dengan target dan alokasi anggaran, yang direncanakan selama 5 tahun ( ). Adapun program penelitian dan pengembangan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 20

21 NO A PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 1 Penelitian dan Pengembangan Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat SASARAN Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang kesehatan Meningkatnya Penelitian dan Pengembangan di Bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat INDIKATOR Jumlah penelitian yang digunakan oleh unit terkait Jumlah penelitian yang diproses HKI dan atau Hak Cipta 1. Jumlah produk/informasi/data Litbang Kesehatan Strategik di bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan 2. Jumlah Publikasi Karya Tulis Ilmiah di Bidang Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang dimuat di media cetak dan atau elektronik : Nasional dan Internasional 3. Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah III RENCANA 2013 TARGET ALOKASI (dalam jutaan rupiah) PRAKIRAAN MAJU RENCANA PRAKIRAAN MAJU PN/PB/KL PB PB ,0 0,0 0,0 PB 1. Penelitian dan Pengembangan a) Bidang Humaniora Bidang Humaniora Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan bidang humaniora kesehatan. serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Ilmu sosial, ekonomi, demografi, psikologi, dan budaya ; Hukum, etika, filsafat, pertahanan dan keamanan; Humaniora lainnya. Bidang Humaniora Kesehatan terdiri atas: a. Sub Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Sub Bidang Sosial, ekonomi dan Budaya mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu sosial, ekonomi, demografi, psikologi, budaya, dan ilmu terkait lainnya. 21

22 ROAD MAP SUB BIDANG SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Epidemiologi Sosial : faktor lingkungan social dan budaya yang mempengaruhi masalah kesehatan di masyarakat TEMA PRIORITAS: Peningkatan akses & kualitas pelayanan kesehatan Sistem pelayanan kesehatan: Dampak reformasi pembiayaan kesehatan ( jamkesmas) pada status sosial dan budaya kesehatan masyarakat Stress social yang disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang terjadi akibat kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang melebihi sumberdaya yang ada Perilaku kesehatan: perubahan perilaku sosial yang dapat mempengaruhi perlaku individu Tehnologi kesehatan: Dampak /Konsekuensi social budaya masyarakat akibat kemajuan tehnologi kesehatan Perilaku tenaga medis: Mengantisipasi banyaknya dokter umum yang langsung melanjutkan studi ke tingkat spesialisasi, sementara masih banyak diperlukan dokter umum Konsumen: Faktor-faktor social budaya masyarakat dan dampaknya Gambar 1. Road Map Sub Bidang Sosial Ekonomi Dan Budaya Perlindungan konsumen terhadap ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat Provider: profit dan non profit hospital dampak social ekonomi 8 fokus prioritas 1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita 2. Perbaikan status gizi masyarakat 3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan 4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan 5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan 6. Pengembangan system jamkesmas 7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan 8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. 22

23 Area penelitian dan pengembangan yang termasuk kedalam sub bidang sosial, ekonomi dan budaya adalah: Sosiologi kesehatan adalah sub bidang yang menerapkan perspektif, konseptualisasi, teori dan metodologi sosiologi untuk fenomena yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan penyakit Peran sosiologi kesehatan adalah menunjukkan dan menekankan pengaruh yang penting dari budaya, struktur sosial dan upaya institusi terhadap kesehatan, pengobatan dan kesakitan. Area penelitian dan kajian dalam ekonomi kesehatan untuk mengetahui kondisi kepesertaan, penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan dan besarnya penggunaan dana penyelenggaraan Jamkesmas di berbagai wilayah di Indonesia. Dalam rangka universal coverage bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2014, maka untuk menyelesaikan masalah portabilitas, masalah kesamaan hak tentang manfaat, pengelolaan keuangan yang harus nirlaba dan dana amanah, akuntabel dan transparan, pada saatnya Jamkesmas dan Jamkesda ini akan disatukan (dilebur) menjadi Jaminan kesehatan yang bersifat nasional dengan tetap mengedepankan peran pemerintahan prov/kab/kota dengan tetap mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Antropologi sosial budaya adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, baik individu maupun kelompok. Bukan hanya yang bisa diamati dengan mata tetapi apa yang ada dalam pikiran. Antropologi berkaitan dengan kebudayaan manusia. Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya sebagian saja dari tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Kebudayaan diperoleh dengan cara belajar, tidak diturunkan secara genetis maupun biologis. Dikatakan sebagai kebudayaan bila kebiasaan seorang individu dimiliki bersama oleh satu kelompok. Kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif. b. Sub Bidang Hukum dan Etik Sub Bidang Hukum dan Etik mempunyai tugas dan fungsi pelaksanaan penelitian, pengembangan,dan penapisan teknologi serta penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum, etika, filsafat, pertahanan dan keamanan. Area penelitian Sub Bid Hukum dan Etik meliputi : 1) Etik Kesehatan adalah disiplin / metodologi untuk mempertimbangkan implikasi dari teknologi medis / pengobatan dan apa yang seharusnya atau Studi tentang perilaku,karakter dan motif yang yang terkait dengan implikasi dari teknologi atau pengobatan medis yang baik atau yang di refleksikan 23

24 sebagaimana seharusnya. Yang dimaksud etik dalam bidang kesehatan meliputi Bioetik, Etik Klinik/medis, Etik Keperawatan, Bisnis Etik. Area Penelitian bidang Etik : Klinis esensial (history sejarah dan makanan) Jaminan Kualitas Kelahiran dan kematian (aborsi, malpraktek) Lahir dan hidup (Wellborn, Hak Asasi Manusia, Hak Alam) Kematian dan Kematian (euthanasia, perawatan paliatif, penyakit terminal) 2) Hukum Bid.Kesehatan Aturan sosial yang sudah di terapkan (Adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun masyarakat penerima kesehatan) Ruang lingkup Hukum dalam bidang kesehatan(normatif dan Empiris) Perlindungan kepada individu Perlindungan kepada masyarakat, Dan memfasilitasi penyelenggaraan upaya kesehatan agar kesehatan dapat tercapai Area Penelitian Bidang Hukum Kesehatan : Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan b) Bidang Analisis Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Analisis kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penapisan teknologi, serta penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis kebijakan, perilaku, dan peran serta masyarakat, serta kajian desentralisasi. Dalam melaksanakan tugasnya bidang analisis kebijakan dan pemberdayaan masyarakat mempunyai 2 sub bidang yaitu sub bidang perilaku dan peran serta masyarakat. a. Sub Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Perilaku da Peran serta Masyarakat mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan dan penepisan teknologi kesehatan, serta penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang Perilaku dan peran serta Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang kesehatan sudah lama diterapkan di Indonesia. PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) merupakan wujud pemberdayaan masyarakat yang sudah berkembang sejak tahun 1976 yang 24

Rencana Aksi Program PHKKPM a. Penelitian dan Pengembangan TAHUN INDIKATOR

Rencana Aksi Program PHKKPM a. Penelitian dan Pengembangan TAHUN INDIKATOR Rencana Aksi Program PHKKPM 20-205 a. Penelitian dan PROGRAM Hukum dan Etika Kesehatan Kajian Hukum Pelayanan Kesehatan Kajian Hukum Pelayanan Kesehatan DTPK Kajian UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Kajian

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional Sistem Kesehatan Nasional Perpres 72 / 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN RI RAKER LITBANGKES Pasal 167 UU 36/2012 Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat

Lebih terperinci

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA Dr. Siswanto, MHP, DTM Director for Center for Applied Health Technology and Clinical Epidemiology/NIHRD Peraturan dalam Riset Klinik UUD 1945

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH I. UMUM Memasuki milenium ketiga, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

KATA PENGANTAR. Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunan dan penyertaannya sehingga Rencana Kerja Tahun 2015 Dinas Kesehatan Kota Ambon dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDMK Kepala Badan PPSDM Kesehatan Jakarta, 26 September 2012 1 LANDASAN HUKUM PPSDM-K UUD 1945 UU 29/2004 PRAK.DOK UU 322004 PEM.DA. UU 17/2007 RPJP-N UU 36/2009

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 1 st INDONESIAN PUBLIC HEALTH STUDENT SUMMIT (IPHSS) FKM UI DEPOK 15 JULI 2011 1 UUD 1945 SETIAP ORANG BERHAK MEMPERTAHANKAN

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN BUPATI KABUPATEN JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (Risbin Iptekdok) 2014 LATAR BELAKANG Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

B A B P E N D A H U L U A N

B A B P E N D A H U L U A N 1 B A B P E N D A H U L U A N I A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab telah diterbitkan Instruksi Presiden No.

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

PEMERINTAH. 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN - 15-1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 1. Penyelenggaraan survailans epidemiologi,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005 2009 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI [Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)] NOMOR 331/MENKES/SK/V/2006 RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN - 12 - B. PEMBAGIAN URUSAN AN KESEHATAN 1. Upaya 1. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 1. Pengelolaan survailans epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional. 2. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan Daftar Isi Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan Bab 2 : Gambaran Pelayanan Puskesmas Kabupaten Probolinggo 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu Kota Amurang. Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA

PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA PENGEMBANGAN TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA DR. BAMBANG GIATNO RAHARDJO, MPH KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERTEMUAN NASIONAL LINTAS PROGRAM DAN LINTAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN SAM MEDIKO LEGAL STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SAM MEDIKO LEGAL Disampaikan pada Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Operasional Program (RAKORPOP) 30 November 2015 PERATURAN PER UU DASAR PERTIMBANGAN ROADMAP

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 7.1. Prinsip Dasar Pembangunan Kesehatan Pembangunan Bidang Kesehatan Banyuwangi merupakan bagian dari kebijakan dan program pembangunan kesehatan naional serta sistem kesehatan nasional (SKN). Oleh karena

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD. KPTI, M.Kes., FINASIM Disampaikan pada PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS PENDAMPING

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN

KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGI 1. Visi Visi 2012-2017 adalah Mewujudkan GorontaloSehat, Mandiri dan Berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut : Sehat, adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2006 PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA (BIDANG KESEHATAN) Disampaikan dalam Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI Jakarta, 23 November 2005 AGENDA PEMBANGUNAN AGENDA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa negara menjamin hak setiap

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/ LEMBAGA : KEMENTERIAN KESEHATAN 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan Meningkatnya koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia sehat 2010, strategi ini mengedepankan program pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara bersama dan berjenjang antara pemerintah pusat,

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online SISTEM KESEHATAN DAERAH : ISU DAN TANTANGAN BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA Oleh : Dona Budi Kharisma * Naskah diterima: 15 Februari 2018; disetujui: 23 Februari 2018 Saat ini, sektor kesehatan di Indonesia

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DEFISI DAERAH TERPENCIL

DEFISI DAERAH TERPENCIL DEFISI DAERAH TERPENCIL Daerah Terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi, sosial dan ekonomi.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci