Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan dalam Upaya Pelestariannya
|
|
- Ari Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Upaya Pelestariannya Desak Putu Damayanti (1), Iwan Suprijanto (2) (1) Peneliti Pertama Balai Pengembangan Teknologi Pebangunanan Tradisional Denpasar, Puslitbang Permukiman Kementerian PU. (2) Peneliti Utama Balai Pengembangan Teknologi Pebangunanan Tradisional Denpasar, Puslitbang Permukiman Kementerian PU. Abstrak Upaya pelestarian bangunan tradisional pada umumnya, dan khususnya bangunan tradisional Manggarai, dapat terwujud karena tersedianya pendanaan, partisipasi masyarakat, dan penguasaan teknologi teknologi struktur dan konstruksi bangunan. Namun aspek pendanaan sering diasumsikan sebagai indikator utama keberhasilan penanganan tersebut. Batasan substansial menilai keberhasilan program, dilihat dari kesesuaian fisik bangunan yang ditangani dengan karakter aslinya. Qualitative Content analyse, digunakan melakukan analisa men terhadap dokumen-dokumen hasil observasi yang telah dilakukan, terkait dengan upaya-upaya pelestarian bangunan tradisional Manggarai. Dari tiga lokasi kajian, yaitu Kampung Todo, Kampung Ruteng Pu u, dan Kampung Waerebo, didapat bahwa tingkat penguasaan teknologi struktur dan konstruksi bangunan merupakan faktor kunci keberhasilan upaya pelestarian bangunan tradisional Manggarai. Kata kunci: pendanaan, penguasaan teknologi teknologi struktur dan konstruksi, bangunan tradisional Manggarai Polemik Penanganan Bangunan Tradisional Bangunan tradisional memiliki karakteristik yang spesifik, bergantung pada ketersediaan bahan bangunan, penguasaan teknologi struktur, dan dikerjakan secara gotong royong (Prijotomo, 2010). Sehingga dapat dikatakan bangunan tradisional bukanlah produk barang jadi, namun sangat dipengaruhi peran pemakai, masyarakat, dan perencana (Silas, 1986). Namun teknologi struktur dan konstruksi yang digunakan proses pembangunannya serta keberadaan bahan bangunan yang digunakan, dapat bersifat mendorong atau menghambat pengadaan bangunan (Tipplet, 1992). Berdasarkan penelitian arsitektur tradisional Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa membangun bangunan tradisional didasari atas pengetahuan tidak tertulis dan bersifat local genius. Oleh karena itu pelestarian bangunan tradisional menjadi sangat spesifik (BPTPT Denpasar, 2008). Keberadaan bangunan tradisional Manggarai, sebagai salah satu dari sepuluh ragam arsitektur tradisional di provinsi Nusa Tenggara Timur, saat ini makin terpinggirkan keberadaannya (Damayanti dan Suprijanto, 2009). Bangunan panggung berlantai lima ini masih dapat ditemui di beberapa lokasi di Kabupaten Manggarai, yaitu Kampung Waerebo, Todo, dan Ruteng Pu u. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli
2 Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. Berbagai penanganan upaya pelestariannya umumnya bertujuan untuk mempertahankan eksistensi/keberlanjutan bangunan tradisional Manggarai. Namun keberhasilan upaya-upaya tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain dari segi pendanaan (peran perencana dan pemakai), partisipasi masyarakat, dan teknologi struktur dan konstruksi yang digunakan. Sehingga ruang lingkup substansial kajian ini difokuskan untuk melihat faktor kunci keberhasilan kegiatan pelestarian bangunan tradisional Manggarai. Metode Meode yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis isi kualitatif (qualitative contente analyse). Analisis konten kualitatif merupakan metode analisis dengan integrasi yang lebih men secara konseptual (Bungin, 2004) Metode Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh dari hasil observasi lapangan Balai Pengembangan Teknologi Pebangunanan Tradisional Denpasar pada tahun , berupa karakter asli bangunan tradisional Manggarai, serta informasi penanganan-penanganan yang pernah dilakukan pada ketiga lokasi tersebut. Data skunder lainnya didapat dari rekaman penanganan bangunan tradisional Manggarai di Kampung Waerebo, program bangunan asuh Danone dari tahun Data-data yang dikumpulkan berupa: 1) pihak yang melakukan kegiatan penanganan yang pernah dilakukan; 2) partisipasi masyarakat kegiatan tersebut; 3) karakter fisik bangunan yang dihasilkan. Metode Analisa Data Analisis data dilakukan dengan tahap deskripsi data, mencari kecenderungan berdasarkan konteks sosial seputar dokumen, dan mencari signifikasi, serta relevansinya (Zuchdi, 1993). Dari data yang telah dikumpulkan, dilakukan analisa mengenai faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan karakter fisik bangunan yang dihasilkan, khususnya perubahan pada aspek teknologi struktur dan konstruksi, dibandingkan dengan karakteristik aslinya. Aspek teknologi struktur dan konstruksi bangunan yang dikaji, terdiri atas: 1) jenis teknologi struktur dan konstruksi; 2) karakter sambungan konstruksi; 3) bahan bangunan yang digunakan pada teknologi struktur dan konstruksi bangunan; 3) eksisting upper struktur dan lower struktur; 4) eksisting konstruksi dinding. Kajian Teori Namun dewasa ini masyarakat tradisional telah mengalami perubahan budaya dan tradisi, sebagai pengaruh dari perkembangan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi. Hal ini merupakan ancaman tersendiri untuk kelestarian bangunan tradisional ke depannya (Marhaento, 2004). Umumnya unsur-unsur dasar (makna) bangunan tradisional mampu bertahan untuk kurun waktu yang lama, meskipun bentuk fisiknya mengalami proses tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan suatu masyarakat, (Prijotomo, 1997). Proses tersebut mengakibatkan keadaan sekarang berbeda dengan keadaan sebelumnya, dan dapat berupa kemunduran maupun kemajuan (Syani, 1995). Faktor penyebab perubahan antara lain: 1) kebutuhan dan fungsi ruang; 2) mendapatkanya; dan 3) pelaksanaan. Di sisi lain bangunan tradisional yang umumnya berlokasi di suatu lingkungan perumahan tradisional telah ditetapkan sebagai kawasan strategis sosial budaya, yang memiliki fungsi atau berdampingan langsung dengan kawasan yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya (UU No.26, tahun 2007). Sehingga pelestarian bangunan tradisional ke depannya akan berdampak langsung terhadap kelestarian 76 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
3 lingkungan yang berdekatan atau berdampingan dengannya. Gerakan-gerakan pelestarian yang muncul pada umumnya bertujuan untuk melindungi, sekaligus memanfaatkan sumber daya suatu tempat dengan adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa menghilangkan makna kehidupan budaya (Pontoh, 1992: 36). Partisipasi masyarakat adat setempat sangatlah penting berbagai kegiatan pelestarian yang dilakukan, selain peran pemerintah maupun pihak swasta (Pangarsa, 2010). Hal-hal teknis lainnya hal tidak kalah penting adalah ketersediaan bahan, alat dan mekanisme pengangkutan, dan ketersediaan tenaga ahli yang memahami teknologi struktur dan konstruksi (Prijotomo, 2010). Desak Putu Damayanti Berhasil atau tidaknya kegiatan pelestarian yang telah dilakukan, secara fisik dapat dinilai dari sesesuaian karakter bangunan yang dihasilkan, dengan karakter bangunan yang asli. Campur tangan pihak luar sebagai sponsor dana, membuka peluang terjadinya perubahan-perubahan teknologi struktur bangaunan. Dimana umumnya, bangunan tradisional memiliki teknologi struktur dan konstruksi yang spesifik, sedangkan bangunan modern yang ada saat ini bersifat missal (pemanfaatan teknologi struktur bangunan beton). Perbedaan mendasar karakteristik bangunan tradisional dengan bangunan beton terlihat jelas pada aspek teknologi struktur dan konstruksi terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan aspek teknologi struktur dan konstruksi bangunan tradisional dengan bangunan di perkotaan Aspek Bangunan Tradisional Bangunan di Perkotaan Teknologi struktur dan konstruksi Rangka batang, konstruksi balok dan tiang Dinding pemikul, Konstruksi pasangan batu/bata Karakter sambungan konstruksi hidup, kokoh, kuat dan bergoyang konstruksi mati, kokoh, kuat dan tak bergoyang bahan bangunan Bahan pokok: kayu, berkarakter kesementaraan (aus dan lapuk) bahan pokok: batu (dan bata), berkarakter abadi hubungan dengan Terletak di muka bumi, tanpa pondasi menancap ke bumi, wajib berpondasi kedudukan dinding Sumber : Prijotomo, 2010 Analisis dan Interpretasi Bukan unsur utama bangunan, sekadar tirai penjinak iklim Salah satu unsur utama bangunan, pengisolasi iklim Karakter Bangunan Tradisional Manggarai Dalam buku Arsitektur Proto Mongoloid- Negroid-Austroloid dikatakan bahwa bangunan tradisional Manggarai terletak di Kabupaten Manggarai dan merupakan salah satu dari sepuluh ragam arsitektur tradisional di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara umum 75% luas daratan kabupaten Manggarai memiliki ketinggian di atas 1000 m dpal. Posisi Kabupeten Manggarai berada di sebelah barat pulau Flores, seperti pada Gambar 1. kerucut. Bentuk dasar denah bangunan adalah lingkaran dengan luas mencapai 100 m 2 tanpa sekat ruangan dan mampu menampung 3-5 KK. Gambar 1. Ragam arsitektur tradisional Provinsi NTT Bangunan tradisional Manggarai yang dikenal dengan sebutan Mbaru (bangunan) atau Gena, merupakan tipe bangunan berlantai 5 dengan ketinggian atap mencapai 7,5 m berbentuk Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli
4 Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. Gambar 2. Konsep ruang horizontal Sumber : Damayanti, 2009 Ketinggian bangunan mencapai 7,5 yang terbagi menjadi beberapa bagian. Ngaung (kolong bangunan) merupakan tempat memelihara ternak. Waselele berfungsi sebagai tempat tinggal, sedangkan wasemese yang terletak di atas waselele yang berfungsi sebagai ruang tempat penyimpanan hasil panen. Di atas wasemese terdapat ruang lemparae berfungsi sebagai tempat penyimpanan benih tanaman (padi/jagung). Ruang yang terletak di atas lemparae disebut Sekang Kode yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka/alat-alat upacara. Ruang paling atas disebut Ruang Koe merupakan ruang kosong yang bersifat sakral. Konsep ruang menunjukkan ketinggian ruang menjadi indikator nilai kesakralan ruang. Penamaan masing-masing ruang umumnya berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lainnya, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Bangunan ini mampu bertahan dan menjadi tempat pernaungan di bawah kondisi suhu udara luar rata-rata 24 C, suhu terendah bisa mencapai 18 C, dengan alang-alang maupun ijuk sebagai bahan penutup atap. Hasil penelitian terdahulu didapat bahwa selubung bangunan berpengaruh besar terhadap kinerja termal. Dimana bahan penutup atap tersebut memiliki kemampuan menyerap panas (absorbtance) yang besar dan juga memiliki trasmittansi panas (transmittance) yang rendah. Panas dari luar tidak langsung memanaskan udara ruangan, tetapi tertahan oleh atap (Suwantara dkk, 2011). Bangunan ini berdiri di atas struktur rangka kayu, dengan sambungan memanfaatkan simpul ikatan. Tiang kolom menggunakan sistem jepit dengan perkuatan antara tiang dan balok menggunakan sistem sendi (diikat atau pen dan lubang). Khusus untuk bangunan tinggal biasa dewasa ini tiangtiangnya juga ada yang bertumpu dengan sistem sendi seperti yang terlihat pada Gambar 4 (Damayanti dan Suprijanto, 2009). b) a) c) Gambar 3. Konsep ruang horizontal Sumber : Damayanti, 2009 Gambar 4. Teknologi struktur dan konstruksi Bangunan: a) Sambungan ikatan konstruksi atap; b) Konstruksi atap; c) Sambungan konstruksi kolom balok Kegiatan-Kegiatan Penanganan untuk Bangunan Tradisional Manggarai 78 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
5 Kampung Todo terletak di Desa Todo, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai. Informasi mengenai kegiatan penanganan yang telah dilakukan berupa bantuan pembangunan 1 (satu) buah bangunan tradisional pada tahun 2008, oleh Pemerintah Daereh setempat. Pengerjaannya dilakukan oleh pihak ketiga tanpa partisipasi masyarakat setempat. Desak Putu Damayanti Timur awalnya hanya terdapat 4 (empat) buah bangunan tradisional dengan kondisi seperti aslinya. Tahun 2009 dan 2010 kampung Waerebo mendapatkan bantuan penanganan bangunan tradisional di bawah program rumah asuh yang disponsori Danone. Dari hasil musyawarah adat, maka dilakukan pengadaan 3 (tiga) buah bangunan baru dan merenovasi 2 (dua) buah bangunan yang rusak. Gambar 4. Eksisting bangunan di Kampung Todo Kampung Ruteng Pu u terletak di kelurahan Golodukal terletak sekitar 1200 m dpal. Masyarakat kampung Ruteng awalnya membangun bangunan secara bergotong royong dengan mengandalkan hasil hutan sebagai sumber bahan bangunan. Tahun 1983 kampung Ruteng Pu u mendapat bantuan dari pemerintah setempat untuk merenovasi 2 (dua) buah bangunan tradisional setempat. a) b) Gambar 6. Eksisting bangunan di Kampung Waerebo: a) Kondisi tahun 2008 (; b) Kondisi tahun 2011 Sumber: BPTPT DPS, 2009 (a) dan Antar,2011 (b) Gambar 5. Eksisting bangunan di Kampung Ruteng Pu u Analisa konten menganai penanganan di ketiga lokasi dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan Kampung yang terletak di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Tabel. 2 Analisa konten dari data kegiatan pelestarian di Kampung Todo, Ruteng Pu u, dan Waerebo Lokasi Data Kegiatan Pihak yang melakukan, mensponsori, merekomendasi Partisipasi masyarakat Kampung Todo Kampung Ruteng Kampung Waerebo Disponsori oleh Pemerintah Daerah setempat (++) 1. Mengawasi, 2. Memberikan informasi mengenai sebagian tata cara pelaksanaan/pengerjaan Disponsori oleh Pemerintah Daerah setempat (++) Mengawasi proses membangun (--) Disponsori oleh Danone program rumah asuh, atas inisiasi Bapak Yori Antar (++) 1. Mengawasi, 2. Memberikan informasi teknologi struktur dan konstruksi 3. Ikut pelaksanaan Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli
6 Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. Karakter fisik bangunan yang dihasilkan teknologi struktur dan konstruksi 3. Mobilisasi bahan bangunan 4. Melaksanakan upacara adat proses membangun (+-) Bentuk tetap, makna tetap, bahan tetap, namun detail teknologi struktur dan konstruksi mengalami beberapa perubahan (+-) Bentuk berubah, makna sebagian berubah, bahan berubah, dan detail teknologi struktur dan konstruksi berubah (--) teknologi struktur dan konstruksi 4. Mobilisasi bahan bangunan 5. Melaksanakan upacara adat proses membangun 6. Menanam 150 bibit pohon pohon dari 51 pohon yang ditebang (++) Bentuk tetap, makna tetap, bahan tetap, detail teknologi struktur dan konstruksi tetap (++) Keterangan : tanda (+) menunjukkan nilai positif/mendukung kegiatan pelestarian dan kesesuaian bangunan Dari komparasi data di atas, diketahui bahwa kegiatan pelestarian di ketiga lokasi mendapat sponsor dana dari pihak luar, namun hasil yang dicapai berbeda di masing-masing lokasi, dilihat dari kesesuaian bangunan dengan karakter aslinya. Partisipasi masyarakat di ketiga lokasi menunjukkan tingkatan yang berbeda. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat mengenai teknologi teknologi struktur dan konstruksi bangunan di tiap-tiap lokasi tidaklah sama. Diantara ketiga lokasi, tingkat penguasaan teknologi teknologi struktur dan konstruksi oleh masyarakat di kampong Waerebo paling tinggi di antara 2 (dua) lokasi lainnya. Sehingga bangunan yang dihasilkan hamper tidak mengalami perubahan bentuk dan mendekati karakter aslinya. Kesesuaian Teknologi Struktur dan Konstruksi Bangunan yang Dihasilkan dari Kegiatan Pelestarian dengan Karakter Aslinya. Hasil komparasi pada Tabel 2, menunjukkan bahwa faktor pendanaan semata tidak menjamin kesesuaian bangunan yang dihasilkan dengan karakter fisik aslinya. Partisipasi masyarakat sangat berperan sebagai pengontrol kesesuaian pengerjaan fisik di lapangan. Tinggi atau rendahnya partisipasi masyarakat sangat tergantung dari tingkat pemahaman, kemampuan, serta penguasaan teknologi struktur dan konstruksi membangun bangunan tradisional. Tingkat penguasaannya secara visual tergambar pada dikumentasi struktur bangunan yang dihasilkan. Kesesuaiannya dapat dianalisis dari perubahan pada teknologi struktur dan konstruksi yang terjadi. Aspek teknologi struktur dan konstruksi bangunan terdiri atas jenis teknologi struktur dan konstruksi, karakter sambungan, bahan bangunan yang digunakan, upper struktur dan lower struktur, dan eksisting konstruksi dinding yang digunakan pada bangunan tradisional, sebagai wujud fisik dari program penanganan yang ada, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komparasi teknologi struktur dan konstruksi bangunan tradisional hasil program penanganan di tiga lokasi dibandingkan dengan karakter aslinya. Bangunan Aspek Jenis teknologi struktur dan konstruksi Karakter asli Rangka batang, konstruksi kolom dan balok 80 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012 Kampung Todo Rangka batang, konstruksi kolom dan balok Kampung Ruteng Pu u Rangka batang, konstruksi kolom dan balok Kampung Waerebo Rangka batang, konstruksi kolom dan balok Karakter Sambungan ikat Sambungan ikat, Sambungan pen dan Sambungan ikat
7 Desak Putu Damayanti sambungan sambungan pen dan lubang, serta sambungan paku lubang, sambungan paku, dan pasak dengan banyak modifikasi ikatan Bahan bangunan yang digunakan Kolom : kayu lokal Balok : kayu kenti (bersifat lentur, tidak getas) Penutup atap : gabungan alangalang dan ijuk Kolom : kayu lokal Balok : kayu kenti (bersifat lentur, tidak getas) Penutup atap : ijuk Kolom : kayu lokal Balok : kayu lokal (tidak lentur) Penutup atap : ijuk Kolom : kayu lokal Balok : kayu kenti (bersifat lentur, tidak getas) Penutup atap : gabungan alangalang dan ijuk Upper struktur dan lower struktur Upper struktur : struktur rangka Lower struktur : tanpa pondasi (kolom tertanam di tanah) Upper struktur : struktur rangka Lower struktur : tanpa pondasim kolom tertanam atau diletakkan di atas tanah Upper struktur : struktur rangka Lower struktur : tanpa pondasi, kolom diletakkan di atas batu/ coran semen Upper struktur : struktur rangka Lower struktur : tanpa pondasi (kolom tertanam + 80 cm di tanah) Ada pada bagian pintu masuk Seluruh bangunan diselubungi dinding Ada pada bagian pintu masuk Konstruksi dinding Ada pada bagian pintu masuk Struktur dan konstruksi pada bangunan yang dihasilkan di masing-masing lokasi, masih tetap mempertahankan konstruksi rangka batang, namun karakter sambungan menunjukkan beragam variasi yang mencerminkan perkembangan dari sambungan ikat. Karakter sambungan bangunan di kampung Waerebo, juga menunjukkan variasi teknisk ikatan sebagai cerminan kreatifitas masyarakat yang berkembang seperti yang tampak pada Gambar 7. Sedangkan pada kampung Todo dan Ruteng Pu u telah gabungan teknik sambungan dengan pemanfaatan paku sebagai alat penyambung struktur. Merupakan hal yang berbeda antara sambungan ikat yang merupakan sambungan hidup, dibandingkan sambungan paku yang merupakan sambungan mati. Hal ini diindikasikan akan berpengaruh pada elastisitas lentur konstruksi bangunan jika Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli
8 Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. terjadi gempa, sesuai penelitian terdahulu (Domenig, 1980). Bahan kayu kenti yang lentur dimanfaatkan sebagai balok, menyebabkan bentuk dasar bangunan adalah bulat. Penggunaaan kayu lokal sebagai balok pada Kampung Ruteng Pu u, menyebabkan bangunan yang dibangun membentuk segi-8. Banyaknya patahan struktur di tiap titip sudut sambungan antar balok, membuat bangunan di Kampung Ruteng Pu u dibangun hanya setinggi 3,3 meter. a) b) Gambar 7. Variasi sambungan ikatan struktur di Kampung Waerebo: a) Karakter ikatan awal; b) Variasi ikatan Sumber: BPTPT DPS, 2009 (a) dan Antar, 2011 (b) a) a) b) Gambar 7. Perbedaan struktur balok: a) Balok melingkar dengan kayu kenti; b) Balok segi-8 dengan kayu Sumber: Antar,2011 (a) dan BPTPT DPS, 2009 (b) Upper struktur tidak banyak mengalami perubahan, namun lower struktur pada kampung Ruteng Pu u mulai menggunakan batu sebagai tumpuan kolom dan tidak ditanam tanah. Penempatan kolom tertanam dan di atas tanah merupakan perlakuan yang berbeda jika dihubungkan dengan perilaku bangunan nantinya merespon gempa. Dinding pada karakter bangunan yang asli, hanya terdapat pada bagian enterance. Dinding tidak sebagai pelindung bangunan, karena konstruksi atap yang menjuntai ke bawah sekaligus sebagai pernaungan bangunan. Bangunan di Ruteng Pu u justru memiliki dinding yang menutupi seluruh sisi bangunan. Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh bentuk dan bahan penutup atap atap terhadap iklim, maka perbedaan penataan selubung bangunan tersebut menjadi salah satu faktor yang berpengaruh kenyamanan termal bangunan (Hermawan dkk, 2006). Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Vs Pendanaan Setelah dilakukan analisis tingkat kesesuaian teknologi struktur dan konstruksi bangunan yang ditangani dengan karakteristis aslinya, maka berdasarkan data sekunder dan wawancara dengan informan kunci (tetua adat setempat), dijabarkan faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian, seperti pada Tabel Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
9 Desak Putu Damayanti Tabel 4. Faktor penyebab perubahan teknologi struktur dan konstruksi Aspek Lokasi Kampung Todo Kampung Ruteng Pu u Kampung Waerebo Pendanaan Oleh Pemerintah Daerah setempat, tahun 2008 untuk pembangunan Mbaru Niang Wowang Oleh Pemerintah Daerah setempat, tahun 1983 untuk pembangunan 2 buah bangunan tradisional Oleh program bangunan asun Danone tahun untuk renovasi 2 buah bangunan, pengadaan baru 3 buah bangunan (1 buah dengan pengembangan desain) Karakter Sambungan Terlihat sambungan lain selain sambungan ikat Sambungan ikat hanya pada konstruksi atap dengan pengembangan variasi sambungan ikat Bahan Bangunan Yang Digunakan seperti aslinya mendapatkannya Perubahan pada bahan balok struktur mendapatkannya seperti aslinya mendapatkannya Upper struktur dan lower struktur seperti aslinya Perubahan pada lower struktur seperti aslinya Konstruksi Dinding seperti aslinya pelaksanaan dan fungsi ruang/banguanan (bangunan adat) Perubahan pada penambahan dinding sebagai selubung bangunan seperti aslinya Perubahan yang terjadi dominan disebabkan karena faktor. Indikator dikarenakan masyarakat setempat tidak lagi menguasai pengerjaan struktur seperti aslinya. Di Kampung Ruteng Pu u, teknik mengikat sebagai sambungan struktur hanya diingat sebagian oleh para tetua, namun tidak mampu dikerjakan karena keterbatasan fisik. Maka berdasarkan kesepakatan dengan pemerintah setempat, terjadi perubahan bentuk sebagai akibat perubahan teknologi struktur dan konstruksi bangunan. Penggunaan paku, pasak, dan pen menjadi pilihan penyelesaian sambungan struktur di Kampung Todo. Sambungan ikat hanya terlihat pada beberapa bagian sambungan kolom dan balok, serta konstruksi atap. Keterbatasan pengetahuan akan sambungan ikat masa lampau, menjadi faktor penyebab beberapa titik sambungan struktur diselesaikan dengan penggunaan paku. Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa semakin tinggi penguasaan teknologi struktur dan konstruksi bangunan oleh masyarakat, maka semakin tinggi tingkat kesesuaian bangunan dengan karakter aslinya. Sehingga keberhasilan kegiatan pelestarian mempertahankan karakter bangunan yang dilestarikan, dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknologi teknologi struktur dan konstruksi bangunan oleh masyarakat Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli
10 Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. Studi kasus tulisan ini menunjukkan bahwa faktor pendanaan tidak menjadi indikator utama keberhasilan kegiatan pelestarian. Untuk itu perlu adanya dokumentasi mengenai teknologi teknologi struktur dan konstruksi sebagai acuan kegiatan pelestarian ke depannya. Ucapan Terima Kasih Ucapkan terima kasih kami disampaikan kepada bapak Yori Antar melalui program rumah asuh Danone, atas kesediaannya untuk berbagi pengalaman penanganan kampung Waerebo pada Seminar Nasional Nusantara Arsitektur Ucapkan terima kasih tidak lupa kami disampaikan kepada bapak Ir. Basauli Umar Lubis, MSA, Ph.D. sebagai arahan dan masukannya kegiatan penelitian konservasi lingkungan tradisional tahun Ucapkan terima kasih juga kami sampaikan kepada saudara Made Widiadnyana Wardiha, ST atas masukan dan sarannya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami sangat berterimakasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch yang dengan tulus meluangkan waktunya sebagai pembimbing selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini. Daftar Pustaka Anonim. (1992). Arsitektur Proto Mongoloid- Negroid-Austroloid, Kupang-NTT. (Kelompok Kerja Arsitektur Vernakular, tidak diterbitkan) Antar, Yori. (2001). Pengalaman Membangun Waerebo. Denpasar. (dipresentasikan acara Seminar Nasional Nusantara Arsitektur 2011, tanggal 18 Oktober 2011) Balai Pengembangan Teknologi Pebangunanan Tradisional. (2008). Laporan akhir penelitian desa-desa tradisional di NTT. Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum Balai Pengembangan Teknologi Pembangunanan Tradisional. (2009). Laporan Akhir Penelitian Desa-desa Tradisional di Provinsi Bali, NTB, dan NTT. Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum Bungin, Burhan. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif-aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Damayanti, DP dan Suprijanto, Iwan. (2009). Mbaru Niang Wowang Bangunan Manggarai yang makin terpinggirkan. Riset, majalah litbang kementerian pekerjaan umum, Vol. VII, no. 1 (Hal. 24) Domenig, Gaudenz. (1980). Arsitektur Primitif yang Tahan Gempa Hermawan, Purwanto, L.M.F, dkk. (2006). Pengaruh bentuk atap bangunan tradisional Di jawa tengah untuk peningkatan kenyamanan Termal bangunan (sebuah pencarian model arsitektur tropis untuk aplikasi desain arsitektur). Dimensi Teknik Arsitektur. Vol. 34, No. 2: Marhaento. H, 2004, Strategi Konservasi Kawasan (Dipresentasikan Sebagai Bahan Ajar Teknik Kehutanan, Universitas Gadjah Mada) Prijotomo, Joseph. (1997). Materi Kuliah Arsitektur Nusantara, Pasca Sarjana FTSP, ITS Surabaya Prijotomo, 2010, Konservasi Lingkung Bina Nusantara. (Dipresentasikan acara Diskusi Teknik kegiatan Konservasi dan Pengembangan Pola Spasial Pada Lingkungan Pebangunanan Tradisional-Balai PTPT Denpasar) Silas, Johan. (1986). Pengertian Pebangunanan. Jurnal Permukiman, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan 84 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
11 Pengembangan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum Desak Putu Damayanti Suwantara, I Ketut, dkk. (2011). Kinerja selubung bangunan bangunan tradisional uma bot terhadap kenyamanan termal hunian, studi lapangan pada musim hujan. PPIS Prosiding, Pertemuan dan presentasi ilmiah standarisasi 2011, Yogyakarta Syani, Abdul. (1995). Sosiologi dan Perubahan Masyarakat, Suatu Interpretasi Kearah Realita Sosial. PT. Pustaka Jaya: Jakarta Tipple, A.G. (1992). Self-Help Transformation to Low Cost Housing: Initial Impressions of Cause, Context and Value. Third World Planning Review, 14 (2): UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Zuchdi, Darmiyanti. (1993). Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Yogyakarta ents (Prasetya, L. Edhi. Adaptasi dan keberlanjutan Arsitektur tradisional manggarai, flores barat. Jurusan Arsitektur Universitas Pancasila, Jakarta) diakses pada tanggal 28 November, pkl WITA Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli
12 Penguasaan Teknologi Struktur dan Konstruksi Rumah Tradisional Manggarai sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. 86 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.1 No.1 Juli 2012
ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA
M.I. Ririk Winandari, Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba 109 ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari* Jurusan Arsitektur - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta
Lebih terperinciDESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT
DESAIN BUSANA ANALOGI RUMAH MBARU NIANG WAE REBO NTT Oleh Ayu Krisna Gayatri Sari Dewi Prodi Desain Mode FSRD ISI Denpasar Abstrak Rumah tradisional mbaru niang yang terletak di Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara
Lebih terperinciSeminar dan Lokakarya Nasional Arsitektur 2011,
2 Indonesia memiliki keragaman arsitektur tradisional dengan kekhasan dan daya tarik tersendiri, sekaligus merupakan nilai value nasional dan kebanggaan bangsa Indonesia. Salah satu permasalahan arsitektur
Lebih terperinciArsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya
Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya Jurnal Sumber: Nur Endah Nuffida Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Jurusan Arsitektur nuffida@arch.its.ac.id
Lebih terperinciEksplorasi Pembandingan Karakteristik Termal Ruang Dalam Bangunan Tradisional Raja Thie Dan Limbadale Di Kabupaten Rote Ndao
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Eksplorasi Pembandingan Karakteristik Termal Ruang Dalam Bangunan Tradisional Raja Thie Dan Limbadale Di Kabupaten Rote Ndao Desak Putu Damayanti (1), I Ketut
Lebih terperinciKAJIAN KELAYAKAN SOSEKLING PENERAPAN BAHAN BANGUNAN UNTUK PERUMAHAN TRADISIONAL
2434.01.100.C LAPORAN AKHIR KAJIAN KELAYAKAN SOSEKLING PENERAPAN BAHAN BANGUNAN UNTUK PERUMAHAN TRADISIONAL TAHUN ANGGARAN 2011 Balai Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Permukiman 1 LAPORAN AKHIR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk yang berbudaya karena padanya budaya tercipta dan dikembangkan. Dalam hal ini, budaya atau kebudayaan merupakan suatu yang dilahirkan
Lebih terperinciIdentifikasi Geometri sebagai Dasar Bentuk pada Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 PENELITIAN Identifikasi Geometri sebagai Dasar Bentuk pada Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Barat Erlina Laksmiani Wahjutami erlina.laksmiani@unmer.ac.id Sejarah, Kritik
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
Lebih terperinciGambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi
KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA Oleh: Drs. Rijal Abdullah, MT.*) A. Pendahuluan Berdasarkan berbagai catatan tentang peristiwa gempa bumi ini, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada wilayah di
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan sejarah awal keberadaannya, Perumahan Pahandut Seberang merupakan perpaduan dari dua tipe kronologis. Tipe kronologis pertama dengan kedatangan kelompok etnis Dayak sebagai
Lebih terperinciBAHWA TUHAN MENCIPTAKAN INDONESIA KETIKA TERSENYUM
BAHWA TUHAN MENCIPTAKAN INDONESIA KETIKA TERSENYUM Yani Haryanto, S. Kom Sukmono Fajar Turido, S. Ant (Diolah dari perjalanan lapangan dan berbagai sumber) P E R J A L A N A N Jalur Utara, jalan Provinsi
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU Ghina Fajrine1), Agus Budi Purnomo2),Jimmy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia terletak pada 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia terletak pada 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT yang menunjukan bahwa Indonesia beriklim tropis karena dilewati oleh garis khatulistiwa.
Lebih terperinciKONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung
MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara
METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI
UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 9-16 ISSN 2338-0454 IDENTIFIKASI VARIAN ARSITEKTUR LUMBUNG DI BALI Oleh: I Made Suwirya Dosen Jurusan Program Studi Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciSISTEM KONSTRUKSI BANGUNAN SEDERHANA PADA PERBAIKAN RUMAH WARGA DI DAERAH ROB (Studi Kasus : Kelurahan Kemijen, Semarang Timur)
Sistem Konstruksi Bangunan Sederhana pada Perbaikan Rumah Warga di Daerah Rob SISTEM KONSTRUKSI BANGUNAN SEDERHANA PADA PERBAIKAN RUMAH WARGA DI DAERAH ROB (Studi Kasus : Kelurahan Kemijen, Semarang Timur)
Lebih terperinciKonsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya
G96 Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya Putu Dera Lesmana Prawibawa dan Happy Ratna Santosa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciDINDING DINDING BATU BUATAN
DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan
Lebih terperinciBAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi
Lebih terperinciRumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
Rumah Tahan Gempa (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa
Lebih terperinciKINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU
KINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU Rini Nugrahaeni dan I Ketut Suwantara Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar Puslitbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR
Teknologi PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR 1 PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN Latar Belakang : Indonesia memiliki
Lebih terperinciSTRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO
STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG Belakangan ini semakin maraknya pembangunan insfrastruktur atau pembangunan proyek konstruksi diseluruh Indonesia. Demikian halnya dengan pembangunan infrastruktur
Lebih terperinciMeliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang
BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB III Metode Penelitian
BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai kerangka pemikiran dari studi ini, metode dan pelaksanaan penelitian, Penetapan lokasi penelitian, rumah uji, penentuan variable penelitian, Pengujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum adanya bahan konstruksi dari beton, baja, dan kaca, bahan konstruksi yang umum digunakan dalam kehidupan manusia adalah kayu. Selain untuk bahan konstruksi,
Lebih terperinciKINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI
KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI P. Jhon Alfred D.D 1, I Gusti Ngurah Antaryama 2, Sri Nastiti N.E 3 1. Program Studi Arsitektur, Universitas Flores, Ende
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN A. Lokasi Kegiatan Program pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Sukapada merupakan program berkelanjutan yang dimulai sejak bulan Mei 2007. Pada
Lebih terperinciKementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT) Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta,
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya UMUM Atap adalah bagian bangunan yang mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciB A B 1 P E N D A H U L U A N
B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fungsi utama dari arsitektur adalah mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsurunsur iklim yang
Lebih terperinciPenelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)
Matakuliah : R077 Arsitektur Tradisional Tahun : Sept - 009 Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia () Pertemuan 4 PENGENALAN RUMAH TRADISIONAL SUKU-SUKU
Lebih terperinciKampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara
Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Lebih terperincimenggunakan ketebalan 300 mm.
1 PERENCANAAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM FLAT SLAB DAN DINDING GESER Auramauliddia, Bambang Piscesa ST MT,Aman Subekti Ir MS Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tenik Sipil
Lebih terperinci1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA
STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mengandalkan pembenaran dan pembuktian teori dalam bentuk fakta empiris (Muliawan, 2014:60). Pendekatan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan.. Catatan Dosen Pembimbing... Halaman Pernyataan Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Gambar... Daftar Tabel... Ucapan Terima Kasih... Abstrak Desain Premis... i ii Iii iv v
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan
Lebih terperinciscale EXPERIENCE AND STRATEGIC IN DEVELOPING GREEN VILLAGE IN JAKARTA" Uras Siahaan
Febuari 2016 Jurnal Arsitektur scale Sustainability City Architecture Landscape Environment EXPERIENCE AND STRATEGIC IN DEVELOPING GREEN VILLAGE IN JAKARTA" Uras Siahaan PENANGANAN REVITALISASI KOTA -
Lebih terperinciTradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun
Lebih terperinciMAKALAH ANALISIS RUMAH ADAT MBARU NIANG SUKU WAEREBO NUSA TENGGARA TIMUR ARSITEKTUR NUSANTARA DOSEN PENGAMPU : Dian. Anas DISUSUN OLEH :
MAKALAH ANALISIS RUMAH ADAT MBARU NIANG SUKU WAEREBO NUSA TENGGARA TIMUR ARSITEKTUR NUSANTARA DOSEN PENGAMPU : Dian Anas DISUSUN OLEH : Rahman Akbar Sayekti (1551010004) M. Andi Syahputra (1551010009)
Lebih terperinci8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum
8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman
Lebih terperinciKARAKTER ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BADUY LUAR DI GAJEBOH BANTEN. Djumiko. Abstrak
KARAKTER ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BADUY LUAR DI GAJEBOH BANTEN Djumiko Abstrak Suku Baduy merupakan masyarakat yang hidup di daerah Lebak, Banten dan merupakan masyarakat yang hidup dengan tetap memelihara
Lebih terperinciINSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
Kode : Kementerian Lembaga : Kementrian Pekerjaan Umum Pusat Litbang Permukiman Koridor : Fokus Lokus Peneliti Utama Peneliti Anggota 1 Peneliti Anggota Peneliti Anggota Peneliti Anggota 4 : Model penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinding panel merupakan suatu komponen non struktural yaitu dinding yang dibuat dari suatu kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding
Lebih terperinciRANCANGAN PROGRAM MATA KULIAH KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
RANCANGAN PROGRAM MATA KULIAH KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR 2006 2007 NO MATA KULIAH SEM SKS DOSEN CONTENT TUGAS 1. KONSTRUKSI 1 o Cornellia Rimba Definisi,
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL DAN MITIGASI BENCANA PADA RUMAH TRADISIONAL BESEMAH, PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN Oleh : M. ALI HUSIN
KEARIFAN LOKAL DAN MITIGASI BENCANA PADA RUMAH TRADISIONAL BESEMAH, PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN Oleh : M. ALI HUSIN 250120140028 A. PENDAHULUAN Nusantara sejak lama ditinggali oleh masyarakat adat dari
Lebih terperinciBab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, perencanaan pengawasan pelaksanaan dan mutu rendah, kerusakan bangunan sederhana secara umum
Lebih terperinciURAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG
URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG I. GAMBARAN UMUM. 1. Latar Belakang. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan terdiri dari 566 pulau dimana 42 pulau berpenghuni
Lebih terperinciPengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan
Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan oleh Widya Fransiska Febriati Prog. Studi Teknik Arsitektur FT. Universitas Sriwijaya, Palembang Email: widyafrans@telkom.net
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA
UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA Wita Kristiana 1) ABSTRAK Rumah sederhana adalah rumah
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK
PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing
Lebih terperinciModifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung Jefri Adi Gunawan, Data Iranata,
Lebih terperinciberupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana agar
Lebih terperinciELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN
ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN Putra Adytia, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167, Malang
Lebih terperinciPanduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi
Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kotagede adalah kawasan yang terletak sekitar 10 kilometer tenggara dari Kota Yogyakarta adalah sentra kerajinan perak yang pernah mengalami masa kejayaannya pada era
Lebih terperinciJurnal ruang VOLUME 1 NOMOR 1 September 2009
ASPEK KUALITAS PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI SULAWESI TENGAH (Telaah Penyusunan Kembali RTRW Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008) Wildani Pingkan Suripurna Hamzens pink_2hz@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.
Lebih terperinciHOTEL RESOR DI TANJUNG JAYA
HOTEL RESOR DI TANJUNG JAYA LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER I TAHUN 2007/2008 Oleh RR PRITHA HAYUNINGTYAS P 152 03 026 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB VI KONSTRUKSI KOLOM
BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk membuat permintaan akan bangunan rumah dan gedung sebagai tempat tinggal, beraktifitas dan bersosialisasi bagi masyarakat ikut meningkat
Lebih terperinciPemberdayaan Masyarakat
1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan komponen sosial masyarakat, usaha dan ekonomi, serta lingkungan sebagai pendekatan pembangunan permukiman yang berkelanjutan KATA PENGANTAR
Lebih terperinciBUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa agar pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur
Lebih terperinciArsitektur Vernakuler
Arsitektur Vernakuler Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kondisi perekonomian suatu wilayah seringkali mencerminkan kehidupan sosial dari masyarakat di daerah tersebut. Umumnya semakin maju suatu perekonomian di suatu
Lebih terperinciPerumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain. teknologi. Menurut Niomba dkk, Eco-Tech Architecture adalah sebuah
BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan/Tema Desain Tema Desain : Eco-Technology Arsitektur 5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain 5.1.1.1 Pengertian Eco-Technology Eco-tech merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciRINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER
MATA GAMBAR ARSITEKTUR TR-221 DISUSUN OLEH : NURYANTO, S.PD., M. T. NIP. : 19761305 2006041010 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR PERUMAHAN-D3 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciStruktur dan Konstruksi II
Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Struktur dan Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi
Lebih terperinciPerpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila maulidnda@gmail.com A rsitektur Islam, Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciKEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA
KEARIFAN LOKAL RUMAH VERNAKULAR DI JAWA BARAT BAGIAN SELATAN DALAM MERESPON GEMPA Sugeng Triyadi 1 dan Andi Harapan 2 ABSTRACT Indigeneous knowledge is a knowledge in comunities which has been developed
Lebih terperinciLANDASAN TEORI DAN PROGRAM
PROJEK AKHIR ARSITEKTUR Periode LXIV, Semester Gasal, Tahun 2013/2014 LANDASAN TEORI DAN PROGRAM KAWASAN DESA WISATA DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Tema Desain ARSITEKTUR VERNAKULAR Fokus Kajian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PASAR HEWAN BEBANDEM
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DALAM MEMENUHI SYARAT-SYARAT GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR PERIODE APRIL 2015 PENGEMBANGAN PASAR HEWAN
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR
STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperincistruktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap {senol utku, Charles, John Benson, 1977). yaitu : 1. Tahap Perencanaan (Planning phase) Meliputi
Lebih terperinciIdentifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang
TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Kota Palembang Wienty Triyuly, Fuji Amalia Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON
TUGAS AKHIR RC09 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : YOGA C. V. TETHOOL 3107100057 Dosen Pembimbing : ENDAH
Lebih terperinciBAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT Retno Palupi, I Gusti Putu Raka, Heppy Kristijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciModifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda
TUGAS AKHIR RC09 1380 Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda Kharisma Riesya Dirgantara 3110 100 149 Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST., MSc.,
Lebih terperinciMENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA
MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi
Lebih terperinciStruktur dan Konstruksi II
Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan
Lebih terperinci