Perlindungan Hukum Bagi Pemain Sepakbola Atas Permasalahan Perjanjian Kerja Dengan Klub Sepakbola Profesional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perlindungan Hukum Bagi Pemain Sepakbola Atas Permasalahan Perjanjian Kerja Dengan Klub Sepakbola Profesional"

Transkripsi

1 Perlindungan Hukum Bagi Pemain Sepakbola Atas Permasalahan Perjanjian Kerja Dengan Klub Sepakbola Profesional Luthfi Putra Firdandhi, Abdul Salam, Togi Pangaribuan Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian dilakukan untuk mengetahui status hukum pemain sepakbola di Indonesia, bentuk pengaturan apa yang mengatur pemain sepakbola, dan perlindungan hukum macam apa yang berhak diterima pemain sepakbola disaat pemain terkena masalah dalam perjanjian kerjanya.penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif, yaitu dengan memperhatikan status hukum pemain sepakbola, pengaturan yang mengatur pemain sepakbola, dan perlindungan macam apa yang berhak diterima berdasarkan peraturan peraturan yang berlaku di dalam dunia olahraga sepakbola, peraturan FIFA, PSSI,dan juga peraturan Liga. Dilakukan juga analisis terhadap UU Ketenagakerjaan dan UU Sistem Keolahragaan Nasional. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa status hukum pemain sepakbola tidaklah termasuk dalam buruh, namun seorang pemain sepakbola. Bentuk pengaturan yang mengatur pemain sepakbola adalah Lex Sportiva, dan pemain sepakbola berhak mendapatkan perlindungan hukum dari PSSI dan penyelenggara liga berdasarkan peraturan yang ada. Dibutuhkan juga NDRC sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang efektif di Indonesia. Kata kunci : Perjanjian Kerja, Sepakbola, Perlindungan Hukum Legal Protection For Football Player On The Employment Agreement With Professional Football Club Abstract

2 This research is conducted to further obtain the legal status of football players in Indonesia, form of regulation regulate football players, and kind of legal protection deserved by football players when having issues with their employment agreement. This research is conducted with normative juridical method, which is a method that concerns with legal status of football players, regulation regarding football players, and legal protections deserved by football players according to the prevailing laws and regulations of sports world of football such as FIFA regulation, PSSI regulation, as well as rules of League. Further analysis of Labor Law and National Sports System Law is also conducted in order to achieve comprehensive understanding of this research. The result of this research indicates that legal status of football players are not categorized as labor, but as a football player (professional). The form of regulation that regulate football player is Lex Sportiva. Furthermore, football players deserve a legal protection from PSSI and League Organizer in accordance with the prevailing law and regulation. The existence of National Dispute Resolution Center (NDRC) as an effective dispute resolution institution is also necessarily required. Keyword: Creation ; Doctrine; Logo; Theory Pendahuluan Pemain sepakbola dan klub sepakbola mempunyai hubungan kerja yang didasari oleh perjanjian kerja. Perjanjian tersebut dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak. Terkadang terdapat masalah-masalah yang timbul yang didasari oleh perjanjian kerja tersebut. Masalah yang terjadi terkadang juga timbul karena murni keteledoran pemain dan klub ataupun kesalahan yang dibuat pihak-pihak yang terlibat dalam industri sepakbola. Salah satu kasus yang terlihat jelas adalah tidak dibayarnya gaji pemain sepakbola yang seharusnya diterima. Kasus ini sangat marak di Indonesia dan tidak sedikit jumlah pemain sepakbola yang mengalaminya. Bahkan dalam beberapa kasus, tidak dibayarnya gaji pemain menjadi suatu hal yang sangat memprihatinkan untuk pemain itu sendiri. Contohnya Diego Mendieta, salah satu pemain yang gajinya tidak dibayarkan oleh klubnya, sakit parah dan ingin pulang kembali ke negaranya. Namun karena tidak mempunyai uang, akhirnya dia tidak bisa berobat kedokter dan kembali kenegaranya hingga dia meninggal karena sakit. Seringnya terjadi kasus dalam perjanjian kerja pada sepakbola, khususnya permasalahan wanprestasi pembayaran upah pekerja/buruh. Hal ini membuat penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai

3 perlindungan hukum bagi pemain sepak bola atas permasalahan perjanjian kerja dengan klub sepakbola professional. Dalam penelitian ini, terdapat tiga pokok permasalahan, yang pertama adalah "Apakah status hukum pemain sepak bola dapat dikategorikan sebagai buruh dalam hubungan perburuhan?", yang kedua adalah " Apakah bentuk pengaturan yang mengatur pemain sepakbola profesional. Termasuk dalam rezim pengaturan Undang Undang Ketenagakerjaan atau tidak?", dan yang terakhir adalah " Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemain sepak bola professional jika terjadi masalah dalam perjanjian kerjanya menurut peraturan yang berlaku?". Penelitian ini berbentuk yuridis normatif yang dimana penelitian ini akan menjelaskan dan menganalisis peraturan dan peraturan perundang-undangan yang ada untuk melihat status hukum pemain sepakbola, bentuk pengaturan yang mengatur pemain sepakbola, perjanjian kerja antara pemain sepakbola professional dan klub sepakbola professional, dan bagaimana perlindungan hukum bagi pemain sepak bola professional. Tipologi penelitian ini adalah penelitian analitis deskriptif. Penelitian analitis deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan, menjelaskan, suatu gejala atau keadaan secara teliti dan menganalisis keadaan tersebut 1. Sumber data yang menjadi penelitian ini adalah berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia saat ini. Sumber data yang dimaksud adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari lapangan, seperti peraturan perundang undangan, dokumen dokumen penting, buku, hasil penelitian dan seterusnya. Data sekunder yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah buku buku, peraturan perundang undangan, dan jurnal jurnal ilmiah. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif, yaitu penelitian dengan pemahaman yang mendalam dan tuntas dan lebih ditujukan kepada proses terhadap suatu peristiwa 2.Penelitian ini diharapkan untuk mempunyai kegunaan teoritis dan praktis. Kegunaan teoritis yang dimaksud adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hal Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press, 2008), 2 Ibid. hal

4 status hukum pemain sepakbola, bentuk pengaturan yang mengatur pemain sepakbola, perjanjian kerja antara pemain sepakbola professional dan klub sepakbola professional, bagaimana perlindungan hukum bagi pemain sepak bola professional tersebut. Mengenai kegunaan praktisnya, yang diharapkan adalah dapat menjadi ilmu pengetahuan baru yang bisa dibaca oleh masyarakat dan mungkin para pemain sepak bola professional agar bisa lebih berhati hati dalam melakukan perjanjian kerja. Mengenai pengertian Perjanjian itu sendiri, disebutkan di pasal 1313 BW bahwa Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih. Namun, pengertian yang ada didalam pasal 1313 Burgerlijk Wetboek (BW) ini menurut Setiawan tidak lengkap dan sangat luas. Disebut tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja, sangat luas karena dengan digunakannya perkataan perbuatan. Tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. 3 Suatu perjanjian baru dapat dikatakan sebagai perjanjian yang sah dan mengikat secara hukum bagai para pembuatnya adalah pada saat perjanjian tersebut telah memenuhi persyaratan yang ada didalam pasal 1320 BW. Ada 4 syarat didalam pasal tersebut, syarat syaratnya adalah Sepakat untuk mengikatkan dirinya sendiri,kecakapan untuk membuat suatu perikatan, Suatu hal tertentu, Suatu sebab yang halal. Perjanjian kerja awalnya diatur dalam Bab 7 A Buku III BW serta dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER-02/MEN/1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu yang kini sudah tidak berlaku lagi dengan adanya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang didalamnya diatur tentang Perjanjian Kerja. Perjanjian kerja masuk ke dalam KUH Perdata dengan Stb No. 335 yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari Dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dalam Pasal 1 angka 15 disebutkan bahwa perjanjian kerja yang menimbulkan hubungan kerja mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dengan demikian agar dapat disebut perjanjian kerja harus dapat dipenuhi unsur-unsur tersebut. Terdapat beberapa jenis perjanjian kerja menurut peraturan yang berlaku yaitu Perjanjian 3 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas ProporsionalitasDalam Kontrak Komersial,(Jakarta: Kencana,2010), Hal. 16.

5 Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dan Perjanjian Kerja Harian Lepas. Perjanjian kerja waktu tertentu atau yang lazim disebut dengan Kesepakatan Kerja tertentu pengertiannya tertulis pada pasal 1 huruf a Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1986 yang isinya "Kesepakatan Kerja Tertentu adalah kesepakatan kerja antara pekerja dan pengusaha, yang diadakan untuk waktu tertentu atau pekerjaan tertentu. 4 ". Perjanjian kerja tertentu diadakan karena jenis dan sifat pekerjaannya yang menjadi obyek perjanjian tersebut mengharuskan demikian. Contohnya suatu pembangunan gedung, pengusaha akan membuat perjanjian kerja tertentu karena memang pekerjaan yang menjadi obyek perjanjian tersebut menurut sifat dan jenisnya dalam waktu tertentu akan habis. 5 Menurut pasal 1 angka 2 Kepmenakertrans nomor 100/men/VI/2004, Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mempersyaratkan masa percobaan selama tiga bulan. Selama masa percobaan tersebut pengusaha dilarang membayarkan upah minimum yang berlaku. 6 Perjanjian kerja waktu tidak tertentu tidak mempunyai jangka waktu tertentu, artinya berlangsung selama atau sampai para pihak mengakhirinya dengan alasan-alasan tertentu. Perjanjian Kerja Harian Lepas adalah suatu perjanjian dimana didalamnya berisikan mengenai pekerjaan pekerjaan tertentu yang berubah rubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran. 7 Perjanjian kerja harian lepas harus memenuhi ketentuan bahwa pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 hari dalam 1 (bulan). Sebagaimana tercantum pada pasal 10 ayat 2 dan ayat 3 KEP.100/MEN/VI/2004 mengenai pekerja/buruh yang bekerja selama 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut turut atau lebih, maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. 4 Indonesia, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1986, Ps. 1 huruf a. 5 Djumadi, Op. Cit., hal Indonesia, Undang-Undang Ketenagakerjaan, UU No.13 Tahun 2003, LN No:39 Tahun 2003, TLN. No Ps Indonesia, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepmen.100/MEN/VI /04, Ps. 9.

6 Lex Sportiva adalah sebuah istilah baru yang menjadi perdebatan di kalangan akademisi, bahkan di Indonesia, Lex Sportiva masih sangat baru. Lex sportiva sampai saat ini masih terus berkembang seiring dengan pertumbuhan olahraga itu sendiri. Lex Sportiva dipahami sebagai sebuah sistem hukum yang tidak berada dalam sistem hukum nasional dan juga tidak berada dalam sistem hukum internasional, tetapi memasuki wilayah sistem hukum transnasional. 8 Lex Sportiva pada awalnya mulai dibicarakan pada sekitar tahun 2000, dimana Nafzinger berkomentar bahwa putusan putusan arbitrase dari Court of Arbitration for Sport (CAS) sebagai lembaga penyelesaian sengketa di bidang olahraga mempunyai peran yang sangat kuat dalam dunia olahraga. Casini juga mengatakan hal yang serupa dimana putusan CAS yang semakin terkumpul dari waktu ke waktu mempunyai peran kuat untuk membentuk suatu hukum sendiri mengenai olahraga yang pada akhirnya disebut Lex Sportiva. walaupun pada saat itu, para pemikir belum mengetahui secara pasti konsep Lex Sportiva, mereka hanya menyebutkan bahwa putusan putusan CAS ini nantinya bisa berakibat timbulnya sebuah hukum baru. 9 Lex Sportiva berasal dari sebuah pandangan bahwa pada dasarnya definisi tentang sistem hukum olahraga yang diusulkan oleh J. Chevallier. Lex Sportiva secara umum dapat dipahami sebagai serangkaian aturan yang mengatur organisasi pertandingan olahraga, mengungkapkan secara khusus bahwa perjanjian-perjanjian olahraga di bidang sepakbola tunduk kepada hukum olahraga transnasional yang sesungguhnya, yang terbentuk dari aturanaturan material yang dibuat untuk mengatur perjanjian-perjanjian para pemain sepakbola, dalam hal ini peraturan FIFA tentang status dan transfer pemain. Nafzinger yang berpandangan tradisional, berpendapat bahwa Lex Sportiva itu sendiri hanya terbatas dari sekumpulan putusan putusan arbitrase CAS. 10 A.Rigozzi berpendapat bahwa Lex Sportiva adalah serangkaian norma hukum privat yang diambil dari interaksi antara norma-norma hukum olahraga dan prinsip-prinsip umum yang sesuai dengan sistemsistem hukum negara, sebagaimana yang diwujudkan dalam arbitrase olahraga. 11 Franck Latty berpendapat bahwa Lex Sportiva adalah hukum transnasional, dia berpendapat bahwa Lex 8 Hinca Panjaitan, Kedaulatan Negara VS Kedaulatan FIFA dalam Kompetisi Sepakbola Profesional Untuk Memajukan Kesejahteraan Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), hal Robert C.R. Siekmann, "What is Sports Law? Lex Sportiva and Lex Ludica: a Reassessment of Content and Terminology", The International Sports Law Journal, Vol. 3-4, (ISLJ:2011), Hal Robert C.R. Siekmann, Op. Cit., Hal Hinca Panjaitan, Op. Cit., hal

7 Sportiva adalah hukum yang dibuat oleh Private Parties, tanpa interfensi dari negara, berlaku melewati batas batas negara dan bertujuan untuk mengatur aktifitas dalam komunitas tersebut. 12 Maksudnya adalah sistem hukum olahraga adalah suatu sistem hukum yang terpisah dengan sistem hukum lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam sistem hukum olahraga ini mengatur sesuatu yang memang berbeda dan tidak bisa disamakan dengan sistem hukum lainnya. Misalnya dalam Sepakbola, ada hukum tersendiri yang mengatur sepakbola itu sendiri mulai dari aspek pertandingan dan juga diluar pertandingan, dimana hukum yang ada didalam sepakbola sangatlah berbeda dengan hukum yang ada di tempat lain dan juga sulit untuk diaplikasikan di tempat lain. Sedangkan menurut Ken Foster, Lex Sportiva bisa disamakan dengan suatu konsep yang bernama "Global Sports Law" yang mirip dengan konsep hukum transnasional yang diperkenalkan oleh Franck Latty. 13 Menurut Ken Foster, terdapat empat jenis sumber yang menjadi sumber hukum bagi pembentukan Lex Sportiva, yaitu The Rules of the game, The Ethical Principles of Sports, International Sports Law, dan Global Sports law. 14 Hukum sepakbola yang berlaku di bagi menjadi dua yaitu secara Internasional dan Nasional. Secara international, terdapat statuta FIFA dan peraturan peraturan dibawahnya seperti Circular FIFA dan lainnya. Secara nasional, terdapat Statuta PSSI dan peraturanperaturan PSSI yang dibawahnya. Selain statuta PSSI, terdapat Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional yang mengatura olahraga secara keseluruhan, termasuk juga sepakbola di dalamnya. Dari banyaknya peraturan yang ada, tidak akan bisa dihindari akan terjadi singgungan atau bahkan tumpang tindih antar peraturan sepakbola dengan peraturan yang ada di negara Indonesia. Lex Sportiva yang didalamnya tercakup peraturan Infield/Lex Ludica dan Outfield sepakbola, berkuasa dalam ruang lingkup sepakbola saja. Namun selain sepakbola, hukum negara tersebutlah yang mengambil alih. Tabel 1. Titik Singgung Hukum Nasional, Sistem Hukum Internasional, dan Sistem Hukum Transnasional dalam Kompetisi Sepakbola Profesional Kompetisi Sepakbola Profesional Tahap Pengelolaan Sistem Hukum Nasional Sistem Hukum Inter nasional Sistem Hukum Trans nasional 12 Franck Latty, "Transnational Sports Law", The International Sports Law Journal, Vol. 1-2, (ISLJ:2011), hal Robert C.R. Siekmann, Op. Cit., Hal Hinca Panjaitan, Op. Cit., hal.158.

8 /Perencanaan 1.Pembentukan Asosiasi Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Sepakbola 2.Pembentukan Klub Berlaku Tidak Berlaku Berlaku 3. Pemain, Pelatih, dan Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Agen 4. Perizinan Berlaku Tidak Berlaku Berlaku 5. Stadion Berlaku Tidak Berlaku Berlaku 6. Panitia Pelaksana Tidak Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Pertandingan 7. Perangkat Pertandingan Tidak Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Tahap Pelaksanaan Pertandingan 1. Di Dalam Lapangan Pertandingan 2. Di Dalam dan Sekitar Stadion 3. Di Luar Stadion dan Di Luar Kota Tahap Penyelesaian Sengketa 1. Tingkah Laku Buruk di Lapangan 2. Sengketa Pemain + Klub + Pelatih 3. Sengketa Bisnis Pihak Ketiga Tidak Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Berlaku Tidak Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Tidak Berlaku Tidak Berlaku Tidak Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Tidak Berlaku Tidak Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku /Tidak Berlaku Terdapat pengecualian dalam hukum pidana dimana hukum pidana Indonesia dapat masuk jika terjadi kekerasan yang berada diluar konteks olahraga, dalam hal ini sepakbola. Dalam jurnalnya, Topo Santoso menjelaskan mengenai Sports Violence and Criminal Prosecution secara lebih dalam. Dalam jurnal ini, disebutkan bahwa tindakan kekerasan dalam olahraga bisa dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu, dikategorikan sebagai sport violence atau bisa dikategorikan sebagai common assault. 15 Hukum pidana dapat masuk ketika kekerasan dikategorikan sebagai common assault bukan lagi sport violence. Contohnya adalah kasus perkelahian Nova Zaenal (Persis) dan Bernhard Momdao (Gresik United). Untuk membahas pokok permasalahan pertama, harus dilihat melalui sudut pandang peraturan peraturan yang mengatur sepakbola dan sudut pandang asosiasi pemain sepakbola. Dari sudut pandang peraturan sepakbola, dalam Statuta FIFA dan peraturan FIFA lainnya, pemain sepakbola disebut sebagai player. Sedangkan dalam Stauta PSSI, pemain sepakbola disebut sebagai pemain. Sedangkan dari sudut pandang asosiasi pemain sepakbola, FIFPro 15 Topo Santoso, Op.cit., hal.5

9 menyebut pemain sepakbola sebagai player, sedangkan APPI menyebut pemain sepakbola dengan Pesepakbola. Jika melihat semua pengertian yang digunakan untuk menyebut pemain sepakbola dari FIFPro dan APPI sebagai perkumpulan pemain, dan semua pengertian dari peraturan yang menyangkut sepakbola seperti Statuta FIFA, Statuta PSSI, dan UU SKN, Maka sudah tepat bahwa status pemain sepakbola disini lebih cocok dikategorikan sebagai seorang Pemain Sepakbola dibandingkan dengan Buruh/Labour. Dalam kasus pemain sepakbola, pemain sepakbola harus mempunyai keahlian khusus (dalam kasus ini, keahlian dalam bermain bola) untuk dapat bisa dipekerjakan oleh klub sepakbola. Bahkan terkadang, kemampuan bermain bola yang biasa saja tidak cukup untuk membuat klub ingin merekrut pemain sepakbola tersebut. Klub pastinya tidak ingin mempekerjakan seorang pemain sepakbola yang kemampuannya biasa saja. Bahkan, untuk bisa dianggap sebagai pemain sepakbola profesional, FIFA mengatur standarisasi pemain untuk dapat dikatakan sebagai pemain sepakbola profesional. Masuk kedalam pokok permasalahan kedua. Mengenai pengaturan pemain sepakbola sendiri semua diatur didalam Lex Sportiva, yang dimana Lex Sportiva itu sendiri dibagi menjadi Lex Sportiva yang mengatur outfield dari sepakbola seperti tata cara transfer pemain, perjanjian kerja antara klub dengan pemain dan lain-lain, dan Lex Ludica yang mengatur infield dari sepakbola (Rules of the Game) seperti peraturan offside, disahkannya sebuah gol, luas lapangan, dan lain-lain. Pemain sepakbola harus tunduk kepada Lex Sportiva karena memang hanya Lex Sportiva-lah peraturan sepakbola yang berlaku di belahan dunia manapun. Seperti yang sudah dibahas di atas, segala pengaturan mengenai sepakbola dan segala yang ada didalamnya, termasuk pemain, semuanya diatur oleh Lex Sportiva yang dalam sepakbola dicerminkan kedalam Statuta FIFA dan peraturan peraturan dibawahnya seperti Circular FIFA serta peraturan peraturan asosiasi sepakbola dibawah FIFA (PSSI dan lain lain). Namun setelah melihat peraturan peraturan FIFA tepatnya dalam Circular FIFA no tentang Professional Football Player Contract Minimum Requirements, dalam pasal 3 menjelaskan bahwa perjanjian antara pemain dan klub melahirkan sebuah perjanjian kerja (Employment Contract) untuk pemain profesional berdasarkan peraturan perundang-undangan

10 di tempat klub tersebut berasal. 16 Hal ini berarti jika terjadi perjanjian kerja antara pemain sepakbola dengan klub sepakbola yang berlokasi di Indonesia, maka dibuatlah perjanjian kerja untuk pemain profesional yang berdasarkan peraturan perundang-undangan Indonesia yang mengatur mengenai perjanjian kerja untuk pemain profesional. Namun sayangnya tidak ada peraturan perundang-undangan Indonesia yang mengatur mengenai hal itu (perjanjian kerja untuk pemain profesional). Karena itulah untuk hubungan antara pemain dan klub, perjanjian kerjanya dibuat berdasarkan aturan dalam Lex Sportiva. Masuk kedalam pokok permasalahan yang terakhir. Sebelum masuk lebih dalam, harus dilihat banyak jenis-jenis permasalahan muncul dikarenakan perjanjian kerja yang ada antara pemain dan klub. Jenis permasalahan ini bermacam macam karena memang dalam perjanjian kerja sangat rentan untuk timbul masalah masalah jika pihak pihak dalam perjanjian tidak berhati hati atau bahkan ada yang berniat buruk untuk merugikan pihak lainnya. Untuk itu penulis mencoba untuk menjelaskan jenis-jenis masalah yang sering muncul dalam perjanjian kerja. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan divisi legal APPI, permasalahan yang sering muncul adalah Keterlambatan & Tidak Melakukan Pembayaran Upah, Ketidaktepatan Dalam Memilih Lembaga Penyelesaian Sengketa, dan Tidak Ditanggungnya Biaya Pengobatan Pemain Saat Cidera. 17 Sebelum membahas mengenai perlindungan hukum yang diberikan kepada pemain bola dalam masalah perjanjian kerja ini, sebelumnya kita harus mengetahui badan apa saja yang berwenang untuk menangani permasalahan yang ada dalam perjanjian kerja pada bidang sepakbola ini. Terdapat beberapa badan yang berwenang menangani permasalahan dalam bidang perjanjian kerja, badan badan tersebut adalah Court Arbitration of Sport (CAS), FIFA Dispute Resolution Chamber (DRC), dan FIFA National Dispute Resolution Chamber (NDRC). Court of Arbitration for Sport (CAS) adalah sebuah lembaga penyelesaian sengketa yang bergerak di bidang olahraga. CAS berwenang untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang ada dalam olahraga apapun melalui cara arbitrase, mediasi, atau cara lain yang diatur sesuai dengan peraturan yang ada. Hal ini berarti membuat CAS tidak hanya tersedia 16 Cirular FIFA no ( professionalfootballplayercontractminimumrequirements.pdf), Ps Wawancara dari APPI, tanggal 11 Desember 2014

11 bagi sengketa hukum dalam olahraga sepakbola saja, namun juga untuk sengketa hukum dalam olahraga lainnya seperti basket dan lain lain. Penyelesaian di CAS dilakukan oleh tiga pihak, dua pihak berasal dari pihak yang bersengketa, dan satu pihak lainnya berasal dari CAS sebagai mediator. 18 Yang menjadi masalah dalam penyelesaian di CAS adalah biaya penyelesaian sengketa yang terlalu besar. 19 Biaya yang cukup besar ini dirasa sangat berat bagi para pemain, khususnya pemain yang memang berlaga di liga dan klub yang belum cukup besar dan pendapatannya terbatas. Belum lagi, jika permasalahan gaji yang menjadi masalah yang akan diajukan ke CAS, akan bertambah lagi pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh pemain sepakbola tersebut, padahal gajinya sendiri pun belum dia terima dari klubnya. Oleh karena itu, FIFA membuat alternatif penyelesaian sengketa hukum lainnya khusus untuk sepakbola yang dinamakan Dispute Resolution Chamber (DRC). FIFA Dispute Resolution Chamber adalah sebuah badan penyelesaian sengketa hukum khusus dalam sepakbola. DRC adalah suatu badan penyelesaian sengketa yang dibuat khusus oleh FIFA untuk menyelesaikan sengketa hukum secara adil. DRC mempunyai kompetensi untuk menyelesaikan Employment-related disputes (Permasalahan ketenagakerjaan) antara pemain dan klub sepakbola yang mempunyai International Dimension. Contohnya, DRC bisa menangani kasus permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi antara pemain asing yang bermain di liga Indonesia dengan klubnya yang berlaga di Liga Indonesia saja. FIFA National Dispute Resolution Chamber (NDRC) adalah sebuah badan penyelesaian sengketa hukum khusus dalam sepakbola yang dibuat oleh FIFA. Sekilas DRC dan NDRC terlihat sama karena keduanya adalah sama-sama badan penyelesaian sengketa hukum khusus dalam sepakbola dan keduanya dibuat oleh FIFA. Perbedaan DRC dan NDRC bisa dilihat dari kewenangannya mengurus sengketa yang terjadi antar pemain. NDRC mempunyai wewenang untuk mengurus segala macam sengketa yang terjadi antara pemain dan klub sepakbola yang terjadi di level nasional. 20 Sedangkan DRC mempunyai wewenang untuk mengurus segala macam sengketa yang terjadi antara pemain dan klub sepakbola yang levelnya internasional, maksudnya mempunyai hubungan internasional antara para pihaknya. 18 Ibid. 19 Wawancara dari APPI, tanggal 11 Desember Standard Regulation of NDRC ( ps. 2.

12 Setelah melihat permasalahan diatas, timbulah pertanyaan utama, Bagaimana dan apa bentuk perlindungan hukum bagi pemain sepakbola dalam permasalahan perjanjian kerja dengan klub sepakbola? Menurut penulis ada beberapa cara untuk melindungi pemain sepakbola jika terjadi masalah pada perjanjian kerjanya dengan klub sepakbola. Cara pertama adalah Verifikasi Klub Sepakbola sebelum berlaga di liga. Cara ini sebenarnya sudah ada dalam peraturan liga Indonesian Super League. Peraturan ini mengatur mengenai kewajiban yang harus dipenuhi oleh klub untuk dapat bisa mengikuti ISL tahun 2014 yang salah satu syaratnya adalah tidak memiliki tunggakan terhadap pemain, ofisial, dan/atau pihak ketiga. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka klub tidak boleh berlaga di liga. Namun sayangnya peraturan ini tidak berjalan dengan semestinya. Masih banyak klub yang menunggak gaji pemain dan tetap berhasil mengikuti ISL tahun Hal ini tentunya merugikan pemain yang gajinya belum dibayarkan. Dengan begitu, klub dapat tetap ikut liga sedangkan pemain belum mendapatkan haknya dan hal ini bisa berlanjut tanpa pemain bisa berbuat apa apa. APPI dalam hal ini sebagai asosasi pemain, membantu mengumpulkan data klub yang kedapatan belum membayar gaji pemain yang belum dibayarkan pada musim sebelumnya (tahun 2013), hasil dari data yang dikumpulkan APPI bahkan dipublish di situs resmi APPI dan dapat diakses oleh siapapun. 21 Dapat dilihat dari data yang dikumpulkan APPI, terdapat beberapa klub yang belum menyelesaikan kewajiban mereka untuk membayar gaji pemainnya seperti Sriwijaya FC, PSPS, Persela, Persija, dan Persiwa. Namun, pada kenyataannya, terdapat nama Sriwijaya FC, Persela, Persija dalam daftar klub peserta ISL tahun Seharusnya mengenai ini ada tindakan tegas dari pengelola liga dengan cara menghukum klub-klub tersebut. Hal ini diperparah lagi dengan PSSI yang tidak berbuat apa apa untuk mencegah klub ini mengikuti ISL tahun 2014 tentunya sangat tidak adil bagi pemain sepakbola yang belum dibayarkan gajinya. Bentuk perlindungan hukum ini digunakan untuk permasalahan perjanjian kerja Keterlambatan & Tidak Melakukan Pembayaran Upah. Karena dengan cara ini, setidaknya klub yang belum membayar upah pemain akan dipaksa untuk membayar kewajibannya kepada pemain untuk dapat bisa berlaga di Liga Indonesia. Cara kedua yang bisa melindungi pemain adalah lembaga penyelesaian sengketa. Di Indonesia sendiri untuk masalah sepakbola, sebenarnya lembaga penyelesaian sengketa yang 21 Diakses pada tanggal 15 Desember 2014

13 ada masih kurang cukup memadai. Hal ini disebabkan karena tidak adanya NDRC sebagai salah satu lembaga penyelesaian sengketa olahraga di Indonesia khususnya dalam bidang sepakbola. Idealnya, NDRC harus ada di tiap tiap negara anggota FIFA agar memudahkan pemain dalam menyelesaikan permasalahan antara pemain dengan klub, dalam kasus ini adalah permasalahan perjanjian kerja. Mengapa NDRC belum tersedia di Indonesia pun sebenarnya bukan karena suatu hal yang besar dan rumit, namun karena PSSI belum mengakui Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) sebagai asosiasi pemain yang resmi di Indonesia, padahal APPI adalah asosiasi pemain yang berafiliasi dengan FIFPro. Imbas dari tidak diakuinya APPI sebagai asosiasi pemain yang resmi oleh PSSI adalah NDRC tidak akan pernah bisa dibuat di Indonesia karena salah satu keanggotaan di NDRC yaitu Representasi pemain yang ditunjuk oleh asosiasi pemain yang berafiliasi dengan FIFPro 22 tidak terpenuhi. Seharusnya PSSI dan APPI bisa bekerja sama untuk membuat NDRC di Indonesia, hal ini seharusnya dilakukan karena NDRC sendiri keberadaanya sangat penting bagi industri persepakbolaan di Indonesia. Bentuk perlindungan hukum ini digunakan untuk permasalahan perjanjian kerja Keterlambatan & Tidak Melakukan Pembayaran Upah dan Tidak Ditanggungnya Biaya Pengobatan Pemain Saat Cidera. Cara ketiga yang bisa melindungi pemain adalah pemilihan lembaga penyelesaian sengketa yang tepat. Hal ini disebabkan karena berdasarkan data dari APPI, dalam perjanjian kerja antara pemain sepakbola dan klub rata-rata isi perjanjian kerja pemain sepakbola professional Indonesia menuliskan NDRC dan CAS sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang dipilih disaat terjadinya sengketa antara pemain dan klub sepakbola. Dengan tidak adanya NDRC di Indonesia, tentu ini akan menyulitkan para pemain jika mereka mempunyai masalah perjanjian kerja dan ingin menyelesaikan masalah tersebut. Selain NDRC, pilihan lainnya adalah CAS. CAS sebenarnya adalah pilihan yang sangat baik jika terdapat sengketa pemain dengan klubnya, namun seperti yang sudah dijelaskan di poin penjelasan mengenai CAS, biaya mengajukan perkara ke CAS tidak sedikit dan cenderung mahal bagi pemain sepakbola Indonesia. Dengan kondisi seperti itu dan ditambah lagi dengan gaji yang tidak dibayarkan, bukanlah hal yang mudah untuk pemain sepakbola tersebut membawa masalahnya ke CAS. 22 Standard Regulation of NDRC, ps. 3.

14 Sebaiknya pemain menggunakan lembaga penyelesaian sengketa lain yang lebih bisa digunakan dalam iklim sepakbola Indonesia. Beberapa badan yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah di Indonesia adalah BAKI dan BAORI sebagai badan arbitrase khusus olahraga yang tersedia di Indonesia. Menurut penulis, penting bagi klub dan pemain untuk mengetahui jenis jenis lembaga apa saja yang dapat mereka pilih dalam perjanjian kerja serta para pihak harus mengetahui lembaga mana yang terbaik bagi mereka. Bentuk perlindungan hukum ini digunakan untuk permasalahan perjanjian kerja Ketidaktepatan Dalam Memilih Lembaga Penyelesaian Sengketa., lebih teliti dalam memilih lembaga penyelesaian sengketa dapat meminimalisir kerugian yang diderita oleh pihak pihak dalam perjanjian kerja. Setelah terjawabnya pokok pokok permasalahan tadi, penulis mempunyai beberapa saran yang bisa diterapkan. Saran yang pertama adalah perlunya ketegasan dari PSSI dan penyelenggara Liga Indonesia untuk melaksanakan peraturan yang berlaku. Khususnya dalam kasus ini adalah mengenai peraturan verifikasi klub untuk bisa mengikuti liga. Hal ini sangat diperlukan agar membuat klub klub sepak bola di Indonesia menjadi lebih "profesional" serta juga melindungi pemain sepakbola dari ancaman keterlambatan pembayaran gaji yang sudah sering terjadi sebelumnya. Saran yang kedua adalah segera membentuk National Dispute Resolution Center (NDRC). Adanya NDRC akan sangat berguna dan membantu klub serta pemain sepakbola Indonesia. Lembaga penyelesaian sengketa ini mengkhususkan diri pada penyelesaian sengketa di bidang sepakbola, terutama mengenai pemain dan perjanjian kerjanya dengan klub sepakbola. Pentingya NDRC dibuat adalah untuk mengakomodir lembaga penyelesaian sengketa yang cukup bisa dijangkau oleh pemain sepakbola dan klub sepakbola Indonesia untuk menyelesaikan masalahnya. Saran yang ketiga adalah pemberian pemahaman kepada pemain mengenai pentingnya ketelitian pada masa negosiasi perjanjian kerja. Pemahaman ini bisa berbentuk seminar atau penyuluhan kepada pemain sepakbola agar lebih memperhatikan perjanjian dan berhati hati lagi sebelum menandatangani perjanjian kerja mereka. Karena memang bisa saja dalam perjanjian tersebut terdapat hal hal yang nantinya dapat merugikan pemain seperti kasus pemilihan lembaga penyelesaian sengketa yang tidak pas yang sudah dijelaskan sebelumnya.

15 Sedangkan saran yang terakhir adalah penambahan klausla "Perjanjian kerja ini tidak tunduk kepada Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan" dalam perjanjian kerja antara pemain sepakbola dan klubnya. Penambahan klausula ini diperlukan untuk menghilangkan "daerah abu-abu" dan memperjelas peraturan manakah yang berlaku dalam perjanjian kerja antara pemain sepakbola dengan klubnya. DAFTAR PUSTAKA BUKU -Hernoko, Agus Yudha. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana, Panjaitan, Hinca. Kedaulatan Negara VS Kedaulatan FIFA dalam Kompetisi Sepakbola Profesional Untuk Memajukan Kesejahteraan Umum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, PERATURAN -FIFA, Circular FIFA No about Professional Football Player Contract Minimum Requirements. - FIFA, Governing the Procedures of the Players' Status Committee and the Dispute Resolution Chamber. - FIFA, Regulations on the Status and Transfer of Players. - FIFA, Standard Regulation of NDRC. - FIFA, Statutes. Ed Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. - Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1986 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu. - Indonesia, Undang-Undang No.3 Tahun 2005 tentang Sistim Keolahragaan Nasional. LN No:89 Tahun 2005, TLN. No Indonesia. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. LN No:39 Tahun TLN. No.4279.

16 JURNAL DAN HARIAN - Foster, Ken. "Is There a Global Sports Law?". Entertainment Law. Vol. 2 No.1, Latty, Franck. "Transnational Sports Law". The International Sports Law Journal. Vol. 1-2, Santoso, Topo. Prosecuting Sports Violence: The Indonesian Football Case", ASLI Asia Law Institute, Working Paper Series No.19, Februari Siekmann, Robert C.R. "What is Sports Law? Lex Sportiva and Lex Ludica: a Reassessment of Content and Terminology". The International Sports Law Journal. Vol. 3-4, 2011.

ABSTRAK. Kata Kunci : Tanggung Jawab Hukum dan Perlindungan Hukum, Persatuan Sepak Bola Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga.

ABSTRAK. Kata Kunci : Tanggung Jawab Hukum dan Perlindungan Hukum, Persatuan Sepak Bola Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga. LEGAL MEMORANDUM PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PEMILIK KLUB SEPAK BOLA DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMAIN SEPAK BOLA ATAS PEMBEKUAN PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI) OLEH MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: Regulasi Status dan Transfer Pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia("PSSI") Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut: 1) Asosiasi terdahulu: asosiasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 2.1 Perjanjian secara Umum Pada umumnya, suatu hubungan hukum terjadi karena suatu

Lebih terperinci

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Oleh Suyanto ABSTRAK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian kerja dalam Bahasa Belanda biasa disebut Arbeidsovereenkomst, dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian yang pertama disebutkan dalam

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA Oleh : I Made Hendra Gunawan I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari Bagian Hukum Perdata

Lebih terperinci

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM 1 BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM A. Kasus Posisi Olahraga adalah suatu kegiatan yang menyehatkan dan menjadi pilihan yang tepat bagi manusia. Manusia melakukan olahraga, dengan tujuan hidup

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badrulzaman, Mariam Darus. Asas-Asas Hukum Perikatan. Medan: FH. Blatter, Joseph S. FIFA Regulations Club Licensing.

DAFTAR PUSTAKA. Badrulzaman, Mariam Darus. Asas-Asas Hukum Perikatan. Medan: FH. Blatter, Joseph S. FIFA Regulations Club Licensing. 97 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Amriani, Nurnaningsih. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan.Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011. Badrulzaman, Mariam Darus. Asas-Asas Hukum Perikatan.

Lebih terperinci

WANPRESTASI TERHADAP PELAKSANAAN KONTRAK KERJA OLEH KLUB TERHADAP PEMAIN SEPAK BOLA

WANPRESTASI TERHADAP PELAKSANAAN KONTRAK KERJA OLEH KLUB TERHADAP PEMAIN SEPAK BOLA WANPRESTASI TERHADAP PELAKSANAAN KONTRAK KERJA OLEH KLUB TERHADAP PEMAIN SEPAK BOLA Oleh: I Ketut Satria Wiradharma S. I Made Udiana I Made Dedy Priyanto Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum: Landasan Hukum ----------------------- Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen Isu Hukum: Berdasarkan surat BOPI Nomor 059/BOPI/KU/V/2015 tentang jawaban surat permohonan Turnamen Pra Musim 2015

Lebih terperinci

KONTRAK BISNIS ANTARA PEMILIK KLUB DENGAN PEMAIN SEPAK BOLA

KONTRAK BISNIS ANTARA PEMILIK KLUB DENGAN PEMAIN SEPAK BOLA KONTRAK BISNIS ANTARA PEMILIK KLUB DENGAN PEMAIN SEPAK BOLA Oleh: Arya Adhitya Kusumaatmaja Ida Bagus Surya Darmajaya Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan karya ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan begitu antusiasnya masyarakat jika ada event sepakbola,

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan begitu antusiasnya masyarakat jika ada event sepakbola, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga yang paling populer di dunia ini, hal ini bisa dibuktikan begitu antusiasnya masyarakat jika ada event sepakbola, seperti Piala Dunia, Piala

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK ANTARA PEMAIN DENGAN PERSIK KEDIRI ARTIKEL ILMIAH

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK ANTARA PEMAIN DENGAN PERSIK KEDIRI ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DAN ASAS PROPORSIONALITAS DALAM KONTRAK ANTARA PEMAIN DENGAN PERSIK KEDIRI ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional

Lebih terperinci

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

PTUN, Undang-Undang dan BOPI

PTUN, Undang-Undang dan BOPI PTUN, Undang-Undang dan BOPI I. Putusan PTUN Seperti diketahui, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor 01307 Tahun 2015 tanggal 17 April 2015,

Lebih terperinci

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Hubungan Kerja Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PENUNGGAKAN GAJI PEMAIN SEPAKBOLA DILIHAT DARI HUKUM INTERNASIONAL (STUDI KASUS SERGEI LITVINOV)

AKIBAT HUKUM PENUNGGAKAN GAJI PEMAIN SEPAKBOLA DILIHAT DARI HUKUM INTERNASIONAL (STUDI KASUS SERGEI LITVINOV) AKIBAT HUKUM PENUNGGAKAN GAJI PEMAIN SEPAKBOLA DILIHAT DARI HUKUM INTERNASIONAL (STUDI KASUS SERGEI LITVINOV) Oleh : Benitto Emanuelle Bevansara HB A.A. Sri Utari *** I Gde Putra Ariana **** Program Kekhususan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL ABSTRACT oleh Rezki Permatawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Some companies that require women to voluntarily

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh : DEVY PURNAMA SARI NIM.

ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh : DEVY PURNAMA SARI NIM. IMPLEMENTASI PASAL 1234 Juncto 1338 KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DALAM PEMENUHAN HAK PEMAIN SEPAK BOLA DALAM KONTRAK KERJA ANTARA PEMAIN DENGAN KLUB (Studi di Klub Persema Malang) ARTIKEL ILMIAH Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan adalah bagian integral dari masalah ekonomi, maka masalah pembangunan ketenagakerjaan, juga merupakan bagian dari pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang memiliki kepentingan terhadap orang lain, sehingga menimbulkan hubungan antara hak dan kewajiban. Setiap orang punya

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 Oleh: Ari Sanjaya Krisna I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN Oleh I Dewa Ayu Trisna Anggita Pratiwi I Ketut Keneng Bagian Hukum Perdata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan

Lebih terperinci

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang dibolehkan dan sifat kerja yang dapat dibuat perjanjian kerja waktu tertentu. Faktor pendidikan yang rendah dan kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting menjamin bahwa seluruh harapan yang dibentuk dari janji janji

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting menjamin bahwa seluruh harapan yang dibentuk dari janji janji BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrak merupakan bagian yang melekat dari transaksi bisnis baik dalam skala besar maupun kecil, baik domestik maupun internasiomal. Fungsinya sangat penting menjamin

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK), maka keberadaan

Lebih terperinci

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps ) Oleh: Ayu Septiari Ni Gst. Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE Oleh : Anak Agung Deby Wulandari Ida Bagus Putra Atmadja A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PEMAIN SEPAK BOLA DENGAN KLUB SEMEN PADANG FC

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PEMAIN SEPAK BOLA DENGAN KLUB SEMEN PADANG FC 1 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PEMAIN SEPAK BOLA DENGAN KLUB SEMEN PADANG FC Willy Zonda Putra 1, As Suhaiti Arief 1, Adri 1, Progam Studi Ilmu Hukum Universitas Bung Hatta Email :Willy_zondaputra@yahoo.com

Lebih terperinci

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Taufiq Yulianto Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang ABSTRACT: A work agreement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat di dunia, termasuk masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat di dunia, termasuk masyarakat Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat banyak diminati oleh masyarakat di dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Karakteristik cabang olahraga

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum vi TINJAUAN YURIDIS TARIAN TRADISIONAL DALAM RANGKA EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL YANG DIGUNAKAN WARGA NEGARA ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA ABSTRAK Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN. menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih nasionalisme 1 BAB I PENDAHULUAN PSSI (Persatuan Sepak bola seluruh Indonesia) yang dibentuk pada 19 April 1930 di Yogyakarta, sebagai organisasi olahraga yang dilahirkan di Zaman penjajahan Belanda, Kelahiran PSSI

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA Oleh : Finna Wulandari I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper titled The Business

Lebih terperinci

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA Oleh: I Wy Subangun Wirang Garda Satria Ni Nyoman Mas Ariayani I Nyoman Mudana Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah Yayasan, bukan merupakan istilah yang asing. Sudah sejak lama Yayasan hadir sebagai salah satu organisasi atau badan yang melakukan kegiatan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN

BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN BAB II PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK DARI PERUSAHAAN 2.1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dalam pasal 1 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Replubik Indonesia Nomor Kep.100/Men/VI/2004

Lebih terperinci

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: Ida Bagus Oka Mahendra Putra Ni Made Ari Yuliartini

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA 0 PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 29PK/PDT.SUS/2010 tentang Perjanjian Kerja di PT XXX dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan utama ( primer), pelengkap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial, tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Manusia hidup selalu bersama dimulai dari keluarga, masyarakat, hingga membentuk satu suku bangsa.

Lebih terperinci

Oleh Zul Andri Syamsul Gultom Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan

Oleh Zul Andri Syamsul Gultom Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan SURVEI TINGKAT PEMAHAMAN PEMAIN SEPAK BOLA TENTANG PERATURAN PERMAINAN SEPAK BOLA (LAWS OF THE GAME) 2014/2015 PADA KLUB PERSATUAN SEPAKBOLA MEDAN SEKITARNYA (PSMS) MEDAN TAHUN 2016 Oleh Zul Andri Syamsul

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Introduction Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai

Lebih terperinci

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJA ANTARA PIHAK PENGUSAHA DENGAN PIHAK PEKERJA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut

Lebih terperinci

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas Pasal 64-66 UU no 13 tahun 2003 Permenakertrans No 19 tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain yang

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE Oleh Ni Made Asri Alvionita I Nyoman Bagiastra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA

PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA Jurnal Repertorium Volume III No. 2 Juli-Desember 2016 PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA Farizal Caturhutomo Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA OLEH : RADEN BONNY RIZKY NPM 201220252022 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016 TESIS

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT Oleh Nyoman Fatma Sari I Ketut Keneng Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar Abstract

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM ANTARA PERSIS DENGAN PEMAIN SEPAKBOLA DALAM MELAKSANAKAN OLAHRAGA SEPAKBOLA

TANGGUNG JAWAB HUKUM ANTARA PERSIS DENGAN PEMAIN SEPAKBOLA DALAM MELAKSANAKAN OLAHRAGA SEPAKBOLA TANGGUNG JAWAB HUKUM ANTARA PERSIS DENGAN PEMAIN SEPAKBOLA DALAM MELAKSANAKAN OLAHRAGA SEPAKBOLA NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajad

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2

Lex Privatum, Vol.I/No.1/Jan-Mrt/2013. Artikel skripsi. Dosen Pembimbing Skripsi: Soeharno,SH,MH, Constance Kalangi,SH,MH, Marthen Lambonan,SH,MH 2 TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN KERJA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 1 Oleh : Ruben L. Situmorang 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : ALAT BUKTI SURAT DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TEMANGGUNG (Studi Kasus Putusan No. 45/Pdt.G/2013/PN Tmg) Abdurrahman Wahid*, Yunanto, Marjo Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci :perlindungan hukum, konsumen, dan perjanjian pengikatan jual beli.

Kata Kunci :perlindungan hukum, konsumen, dan perjanjian pengikatan jual beli. ABSTRAK Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia. Perumahan berkaitan erat dengan tanah dan bangunan yang disebut dengan properti. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, maka kebutuhan

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN Oleh: I Nyoman Wahyu Triana I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA oleh: I Gede Eggy Bintang Pratama I Ketut Sudjana Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Karya ilmiah ini

Lebih terperinci

Muhamad Anka Amelianda (NPM ) ABSTRAK

Muhamad Anka Amelianda (NPM ) ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA KERJA ALIH DAYA DAN PENERAPAN PENGATURAN TENAGA KERJA ALIH DAYA DALAM PERUSAHAAN FARMASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN JO SE PERMENAKERTRANS

Lebih terperinci

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja SENGKETA KOMPETENSI ANTARA SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE (SIAC) DENGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PENYELESAIAN KASUS ASTRO ALL ASIA NETWORKS PLC BESERTA AFILIASINYA DAN LIPPO

Lebih terperinci

REGULASI MENGENAI HUKUM ACARA AJUDIKASI SENGKETA PEMAIN DI KOMITE STATUS PEMAIN. Pasal 1 Ketentuan Umum

REGULASI MENGENAI HUKUM ACARA AJUDIKASI SENGKETA PEMAIN DI KOMITE STATUS PEMAIN. Pasal 1 Ketentuan Umum REGULASI MENGENAI HUKUM ACARA AJUDIKASI SENGKETA PEMAIN DI KOMITE STATUS PEMAIN Pasal 1 Ketentuan Umum (1) Pemain adalah pemain sepak bola yang terdaftar di PSSI. (2) Klub adalah Anggota PSSI yang membentuk

Lebih terperinci

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Judul : FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH Disusun oleh : Premanti NPM : 11102114 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah Mengkaji

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK Oleh : I Made Wirjanta Ida Bagus Putra Atmaja Anak Agung Sri Indrawati Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT A cooperation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya perselisihan/sengketa. Sengketa yang perlu diantisipasi adalah mengenai bagaimana cara

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penegakan Pidana Penganiayaan dalam Ranah Sepakbola di Tinjau dari Peraturan Organisasi PSSI Tahun 2008 tentang Kode Disiplin PSSI dan Dikaitkan dengan Kitab Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS ATURAN HUKUM MENGENAI PROFESI BIDAN DENGAN GENDER LAKI-LAKI DIKAITKAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Setiap manusia memiliki hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PENYIARAN BERLANGGANAN (TELEVISI KABEL) DAN PERANAN PEMERINTAH SEBAGAI PENGAWAS TERKAIT PERUBAHAN PAKET LAYANAN SECARA SEPIHAK DIHUBUNGKAN DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang melibatkan pihak-pihak

Lebih terperinci

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 PENDAHULUAN Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga di Indonesia mempunyai banyak cabang dan jenisnya. Cabang olahraga yang paling digemari di Indonesia antara lain adalah sepak bola, bulutangkis, dan basket.

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Gambaran hasil penelitian dalam Bab mengenai Hasil Penelitian dan Analisis ini akan dimulai dari pemaparan hasil penelitian terhadap peraturan perundangundangan sebagaimana

Lebih terperinci

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN Oleh: Ni Luh Putu Astriani I Nyoman Mudana Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT Scientific work is titled

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DAN PENGUSAHA DALAM MENJALANKAN PERUSAHAAN (Studi pada PT. Lajuperdana Indah Unit Pabrik Gula Pakis Baru)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DAN PENGUSAHA DALAM MENJALANKAN PERUSAHAAN (Studi pada PT. Lajuperdana Indah Unit Pabrik Gula Pakis Baru) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA DAN PENGUSAHA DALAM MENJALANKAN PERUSAHAAN (Studi pada PT. Lajuperdana Indah Unit Pabrik Gula Pakis Baru) NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perburuhan pada dasarnya merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam suatu negara. Karena bagaimanapun juga pembangunan dalam suatu negara tidak

Lebih terperinci

KONTRAK SEBAGAI KERANGKA DASAR DALAM KEGIATAN BISNIS DI INDONESIA

KONTRAK SEBAGAI KERANGKA DASAR DALAM KEGIATAN BISNIS DI INDONESIA KONTRAK SEBAGAI KERANGKA DASAR DALAM KEGIATAN BISNIS DI INDONESIA Oleh Anak Agung Ayu Pradnyani Marwanto Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT In business activities in Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional yang merupakan induk sepakbola dunia. Organisasi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Internasional yang merupakan induk sepakbola dunia. Organisasi Internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sepakbola tidak terlepas dari naungan Organisasi Internasional yang merupakan induk sepakbola dunia. Organisasi Internasional yang mengurusi urusan sepakbola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya

BAB I PENDAHULUAN. negosiasi diantara para pihak. Melalui proses negosiasi para pihak berupaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perjanjian atau Kontrak adalah suatu wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain dalam membuat suatu kesepakatan yang kemudian menimbulkan suatu

Lebih terperinci

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA ABSTRAK Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Swasta merupakan suatu surat yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID

PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID Oleh : Aldo Rico Geraldi Ni Luh Gede Astariyani Dosen Bagian Hukum Tata Negara ABSTRACT This writing aims to explain the procedure

Lebih terperinci

Oleh Anak Agung Dalem Ariyudha Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Anak Agung Dalem Ariyudha Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana PEMBEKUAN PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA OLEH MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA DITINJAU DARI STATUTA FEDERATION INTERNATIONALE DE FOOTBALL ASSOCIATION Oleh Anak Agung Dalem Ariyudha

Lebih terperinci

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF Oleh I Gst Agung Istri Oktia Purnama Dewi A. A. Ngr. Wirasila Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Hubungan Kerja Hubungan antara buruh dengan majikan, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah

Lebih terperinci

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN 1 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 560 2492 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerja merupakan awal dari lahirnya hubungan industrial antara pemilik modal dengan buruh. Namun seringkali perusahaan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK 2.1 Perjanjian Kerja 2.1.1 Pengertian Perjanjian Kerja Secara yuridis, pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313

Lebih terperinci

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN Oleh: I Putu Renatha Indra Putra Made Nurmawati Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This scientific

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya Undang-Undang Nomor 39

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya Undang-Undang Nomor 39 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA Oleh: I Made Wirayuda Kusuma A.A. Ngurah Wirasila Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Proses pembuatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 50 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Pasal 51 1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Menjalin suatu hubungan / interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perputaran uang yang menjanjikan dalam jumlah yang besar, terutama dari

BAB I PENDAHULUAN. perputaran uang yang menjanjikan dalam jumlah yang besar, terutama dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling digemari di dunia saat ini. Alasannya sederhana, yaitu karena olah raga ini tidak membutuhkan banyak sarana, ataupun tempat

Lebih terperinci