SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015
|
|
- Shinta Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 Oleh Akhmad Satori, S.IP., M.Si, Edi Kusmayadi, M.Si, Taufik Nurohman, S.IP Abstrak Studi ini bermaksud melihat tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum khususnya turn of voter dalam pemilu di Kabupaten Tasikmalaya. Pertanyaan penelitian ini meliputi yaitu (1) Kenapa angka Partisipasi pemilu legislatif turun dibanding pemilu sebelumnya?, (2) kenapa angka partisipasi Pilpres menympang dari pola Pemilu sebelumnya? Penelitian menggunakan metoda kuantitatif Survey, Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menghasilkan temuan: (1) Tingkat partisipasi pemilih dilihat dari kehadiran dan ketidakhadiran pada pemilu legislatif di Kabupaten Tasikmalaya tidak banyak mengalami perubahan. (2) Terjadi pola yang berbeda dalam hal tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu legislatif dengan pemilihan presiden/wakil presiden. (3) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya golput yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Temuan penelitian menjelaskan bahwa faktor ekternal disebabkan karena faktor teknis dan administratif, sedangkan faktor internal meliputi berbagai pertimbangan dari diri pemilih baik itu pertimbangan ideologis, sosiologis maupun rasionalitas (ekonomi politik). Kata Kunci : voter turnout, golput, ideologis, rasionalitas, sosiologis Abstract The study is intended to look at the level of public political participation in elections in particular turn of voters in the election in the district of Tasikmalaya. The research questions include: (1) Why legislative elections Participation numbers down compared to the previous elections?, (2) why the participation rate of the pattern Pilpres menympang previous elections? Survey research using quantitative methods, this study is the hallmark of the data collected from respondents in number by using a questionnaire. This research resulted in the findings: (1) The level of turnout seen in the presence and absence of legislative elections in Tasikmalaya district has not changed much. (2) There was a different pattern in terms of voter turnout in legislative elections with the election of the President / Vice President. (3) Factors that cause abstentions ie external factors and internal factors. The findings of the study explained that external factors due to technical and administrative factors, while internal factors include a variety of considerations of self voters either ideological considerations, sociological and rationality (political economy). Keywords: voter turnout, abstention, ideological, rationality, sociological A. Pendahuluan Studi ini bermaksud melihat tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum khususnya turn of voter dalam pemilu di Kabupaten
2 Tasikmalaya. Partisipasi politik penting untuk diteliti mengingat keberhasilan dari sebuah pemilihan dapat dilihat dari tingkat pasrtisipasi masyarakat, hal ini berangkat dari asumsi bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam sebuah negara modern, berkaitan dengan demokrasi partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan. Dalam suatu Pemilu, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih. Setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat dipandang sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan. Kontrol yang diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masing-masing. Namun apa yang terjadi di lapangan khususnya pada pemilu yang dilaksanakan di Indonesia, partisipasi pemilih mengalami pergerakan yang fluktuatif. Artinya, partisipasi pemilih dari pemilu ke pemilu selanjutnya tidak dalam posisi yang selalu bergerak naik namun sebaliknya tingkat partisipasi pemilih dari pemilu 1999 sampai 2009 mengalami penurunan. Secara nasional tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu legislatif 1999 adalah 93 %, sedangkan Pemilu 2004 tingkat partisipasinya sebesar 84 %. Artinya dari pemilu 1999 ke pemilu 2004 mengalami penurunan tingkat partisipasi sebesar 9 %. Sementara itu tingkat partisipasi pada pemilu 2009 adalah 71 % yang artinya mengalami penurunan sebesar 13 %. Namun, tingkat partisipasi pemilih mengalami kenaikan pada pemilu 2014 sebesar 4% karena tingkat partisipasi pemilih pada pemilu 2014 tercatat sebesar 75 %. Secara teoritis, banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi dalam politik khususnya dalam pemilihan umum. Dalam teori pilihan rasional misalnya, yang memandang bahwa individu pemilih bukan merupakan pribadi yang terdeterminasi dalam menentukan pilihannya menjelaskan bahwa arah pilihan dari individu pemilih dalam menentukan pilihannya lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar dirinya. Teori ini memandang individu pemilih sebagai seseorang yang secara sukarela atau bebas menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan yang menguntungkan dirinya. Dari berbagai pilihan baik partai politik maupun calon kandidat pemimpim dalam sebuah pemilihan, seseorang menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan rasional tersebut. Point utama dalam teori pilihan rasional adalah bahwa faktor utama yang mendorong seseorang berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial. Dengan demikian, partisipasi politik lebih berdasarkan pada perhitungan untung-rugi yang kemungkinan akan diperoleh pemilih. Berbeda dengan penjelasan yang dijelaskan oleh teori pilihan rasional, teori struktur sosial memandang bahwa motivasi yang mendorong seseorang menentukan berpartisipasi dikarenakan faktor-faktor yang berada di luar individu. Artinya individu pemilih terdeterminasi oleh faktor sosial terkonstruksi yang mendorong pemilih untuk menentukan pilihannya dalam pemilu. Faktor-faktor
3 tersebut diantaranya adalah kepercayaan, afiliasi kelompok sosial, dan identitas sosial. Studi yang pernah dilakukan oleh Tia Subekti (2014) yang mengkaji partisipasi politik dalam Pemilukada di Kabupaten Magetan pada tahun 2013 menjelaskan bahwa secara garis besar ada dua hal yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi politik masyarakat yaitu pengaruh lembaga sosial dan rasionalitas masyarakat. Adapun lembaga sosial lembaga sosial yang turut berperan dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat tersebut antara lain adalah KPUD, Partai Politik, Media Massa, dan Ormas. Adapun rasionalitas masyarakat terkait dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk individu memiliki tingkat rasionalitas yang sangat tinggi. Sifat dasar dari makhluk rasional adalah kalkulasi untung rugi yang menjadi dasar setiap tindakannya. Hubungannya dengan Pemilu, rasionalitas masyarakat muncul ketika mereka berpikir keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka menggunakan hak pilihnya. Padahal disisi lain mereka sudah jelas mengeluarkan ongkos dalam Pemilu. Ongkos dalam hal ini sudah pasti tenaga dan waktu, bahkan bisa jadi uang. Misalnya untuk transportasi menuju TPS. Masyarakat mulai berfikir apakah barang yang mereka dapatkan nantinya sebanding dengan ongkos yang mereka keluarkan. Hasil Pemilu merupakan sebuah barang ketika hasil tersebut telah berubah menjadi sebuah keputusan yang telah ditetapkan oleh KPU. Namun dalam hal ini apakah barang hasil Pemilu tersebut telah memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Bagi masyarakat keuntungan hanya didapat oleh calon yang terpilih, sedangkan dampak langsung bagi mereka tidak mereka dapatkan. Kajian teoritik diatas secara garis besar menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang pemilih memutuskan untuk mendatangi tempat pemungutan suara dan kemudian menentukan pilihan terhadap pilihan-pilihan kandidat dan partai politik yang ditawarkan. Dengan demikian, studi ini kemudian akan menggunakan teori-teori tersebut sebagai framework untuk mengetahui alasan-alasan dibalik keputusan yang diambil oleh masyarakat Kabupaten Tasikmalaya untuk berpartisipasi dalam setiap pemilu. Adapun masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu (1) Kenapa angka Partisipasi pemilu legislatif turun dibanding pemilu sebelumnya?, (2) kenapa angka partisipasi Pilpres menympang dari pola Pemilu sebelumnya?, (3) kenapa golput tetap hadir?, (4) apa saja faktor-faktor penyebab Golput? B. Partisipasi Pemilih (Voter Turnout) Partisipasi pemilih (voter turnout) yang dimaksud adalah prosentase pemilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya. Suara tidak sah tetap dihitung sebagai partisipasi pemilih pemilih menggunakan hak suaranya meski suaranya tidak sah. Perhitungan diperoleh dari jumlah pemilih yang menggunakan haknya dibagi dengan jumlah pemilih terdaftar. Bentuk partisipasi politik yang paling mudah diukur intensitasnya adalah persentase orang yang menggunakan hak pilih pada saat pemilu (voter turnout)
4 dibanding dengan jumlah seluruh warga negara yang berhak memilih. Persoalan yang ada saat ini adalah jika dihitung secara rata-rata partisipasi pemilih di Indonesia terus mengalami penurunan konsisten sebesar sepuluh persen dari tiga periode pemilu sejak pemilihan umum demokratis pertama kali diselenggarakan di Indonesia pascaruntuhnya rezim Orde Baru. C. Golput Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Golput dalam terminologi ilmu politik seringkali disebut dengan nonvoter. Terminologi ini menunjukkan besaran angka yang dihasilkan dari event pemilu di luar voter turnout. Louis Desipio, Natalie Masuoka dan Christopher Stout (2007) mengkategorikan Non Voter tersebut menjadi tiga ketegori yakni ; (a) Registered Not Voted ; yaitu kalangan warga negara yang memiliki hak pilih dan telah terdaftar namun tidak menggunakan hak pilih, (b) Citizen not Registered ; yaitu kalangan warga negara yang memiliki hak pilih namun tidak terdaftar sehingga tidak memiliki hak pilih dan (c) Non Citizen ; mereka yang dianggap bukan warga negara (penduduk suatu daerah) sehingga tidak memiliki hak pilih. Arbi Sanit (1992) mengidentifikasi bahwa golput adalah mereka secara sadar yang tidak puas dengan keadaan sekarang, karena aturan main demokrasi diinjak-injak parpol dan juga tidak berfungsinya lembaga demokrasi (parpol) sebagaimana kehendak rakyat dalam sistem demokrasi. (Kusmayadi, 2015) Secara teoritis, ada dua penjelasan teori mengapa seseorang tidak ikut memilih dalam pemilihan. Penjelasan pertama bersumber dari teori-teori mengenai perilaku pemilih (voter behavior). Penjelasan ini memusatkan perhatian pada individu. Besar kecilnya partisipasi pemilih (voting turnout) dilacak pada sebabsebab dari individu pemilih. (Kusmayadi, 2015) Ada tiga teori besar yang menjelaskan mengapa seseorang tidak memilih ditinjau dari sudut pemilih ini. Pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakang sosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor jenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atau tidak; Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh kedekatan dengan partai atau kandidat yang maju dalam pemilihan. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan seseorang terlibat dalam pemilihan; Ketiga, teori ekonomi politik. Teori ini menyatakan keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional, seperti ketidakpercayaan dengan pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik. Atau ketidakpercayaan masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya. Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih baik, cenderung untuk tidak ikut memilih. Selain teori yang memusatkan perhatian pada individu pemilih, fenomena voting turnout juga bisa dijelaskan dengan teori dari sisi struktur. Di sini besar kecilnya partisipasi pemilih tidak diterangkan dari sudut pemilih, tetapi dari struktur atau sistem suatu negara. Paling tidak ada tiga penjelas yang umum dipakai oleh pengamat atau ahli. Pertama, sistem pendaftaran (registrasi) pemilih.
5 Untuk bisa memilih, umumnya calon pemilih harus terdaftar sebagai pemilih terlebih dahulu. Kemudahan dalam pendaftaran pemilih bisa mempengaruhi minat seseorang untuk terlibat dalam pemilihan. Sebaliknya, sistem pendaftaran yang rumit dan tidak teratur bisa mengurangi minat orang dalam pemilihan. ( D. Metode Penelitian Metode merupakan cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada penelitian ini akan digunakan metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survai untuk maksud penjelasan (explanatory atau confirmatory). Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan utama dari penelitian ini adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar. E. Pemahaman Masyarakat Mengenai Pemilu Survei ini diawali dengan mencari pemahaman dan presepsi masyarakat kabupaten tasikmalaya mengenai seberapa penting pemilihan umum diadakan. Pertanyaan pertama yang disampaikan adalah keterkaita antara pemilu dengan demokrasi. Dengan melakukan analisa lebih jauh terhadap tingkat pemahaman pemilih Kabupaten Tasikmalaya terhadap konsep demokrasi, diketahui bahwa dengan mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, tidak mengindikasikan bahwa semua pemilih Kabupaten Tasikmalaya tersebut memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep demokrasi itu sendiri. Dari (68,4 %) pemilih Kabupaten Tasikmalaya yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, sebagian besar pemilih Kabupaten Tasikmalaya dapat menjelaskan konsep demokrasi (dengan berbagai opini menurut cara pandang masing-masing terhadap demokrasi itu sendiri) seperti misalnya: demokrasi sebagai kebebasan dari rakyat (bebas memilih, bebas mengeluarkan pendapat), segala peraturan/kebijakan/program pemerintah harus berasaskan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Jika kita lihat lebih jauh terhadap tingkat skala kepentingan yang diberikan oleh pemilih, dapat diketahui bahwa pemilih memberikan tingkat kepentingan yang paling kuat terhadap pemilihan Gubernur dan Bupati. Dari total pemilih yang punya persepsi positif terhadap pentingnya diadakan pemilihan Gubernur dan Bupati, lebih dari 85 % pemilih diantaranya menganggap bahwa pemilihan Gubernur dan Bupati sangat penting untuk diadakan. Analisis yang diperoleh dari data diatas skala kepentingan pemilihan kepemimpinan lokal lebih kuat di bandingkan dengan pemilihan Legislatif maupun pilpres sekalipun, pemilih memberikan perhatian lebih pada suksesi kepemimpinan di daerah, di anggap wajar karena kemungkinan terbesara alasanya ialah pemilihan Gubernur dan Bupati bisa secara langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
6 Salah satu perwujudan dari pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yaitu diberikan pengakuan kepada rakyat untuk berperan serta secara aktif dalam menentukan wujud penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Sarana yang diberikan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat tersebut yaitu diantaranya dilakukan melalui kegiatan pemilihan umum. Kegiatan pemilihan umum (general election) juga merupakan salah satu sarana penyaluran hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi warga negara adalah keharusan bagi pemerintah untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan pemilihan umum sesuai dengan jadwal ketatanegaraan yang telah ditentukan. Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat di mana rakyatlah yang berdaulat, maka semua aspek penyelenggaraan pemilihan umum itu sendiri pun harus juga dikembalikan kepada rakyat untuk menentukannya. Adalah pelanggaran terhadap hak-hak asasi apabila pemerintah tidak menjamin terselenggaranya pemilihan umum, mem perlambat penyelenggaraan pemilihan umum tanpa per setujuan para wakil rakyat, ataupun tidak melakukan apa-apa sehingga pemilihan umum tidak terselenggara sebagaimana mestinya. Pada hasil penelitian di Kabupaten Tasikmalaya, beberapa pemilih keikutsertaannya pada Pemilu/Pemilukada didorong oleh adanya persepsi bahwa mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban dari warga negara. Pada sub bab berikutnya mengenai tingkat keinginan pemilih untuk mengikuti Pemilihan Umum, kita akan melihat bahwa terdapat dua alasan terbesar yang mendorong pemilih untuk mengikuti Pemilu, salah satunya adalah alasan yang terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (Grafik 4.8). Menurut Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos), dalam konteks pelaksanaan tahapan pemilu, keterbukaan informasi menjadi sebuah hal penting diperhatikan oleh seluruh lembaga yang berkaitan dengan pemilihan umum, baik penyelenggara, parpol hingga masyarakat sebagai elemen utama keberhasilan pemilihan umum tersebut berlangsung. Keterbukaan Informasi di dalam pemilu menjadi salah satu dari sekian banyak indikator penyelenggaraan pemilu yang jujur dan demokratis, serta merupakan hak asasi manusia, yaitu hak untuk tahu (right to know). Hasil Survey menunjukan paling tidak ada tiga jenis informasi utama tentang Pemilu yang paling banyak dibutuhkan oleh pemilih Kabupaten Tasikmalaya adalah informasi mengenai (i) visi misinya Partai atau calon anggota DPR/DPRD dan, (ii) nama-nama calon legislatif, dan (iii) Jumlah dan nama Parpol. Tanggal Pelaksanaan pemilu hanya (1,85 %) yang menganggap penting, dikaitkan dengan pentingnya pemilu hal ini menunjukan bahwa pemilih sudah mempunyai pengetahuan tentang tekhnis pemilu, selain sosialisasi yang disampaikankpu/kpud dianggap berhasil. Namun ada pula pemilih yang tidak membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu yaitu sebanyak (1.85%). Kelompok pemilih yang menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu bisa berkemungkinan dua hal, yaitu pemilih tersebut sudah cukup memiliki banyak informasi tentang Pemilu atau mereka memang tidak berkeinginan untuk mendapatkan informasi apapun mengenai Pemilu (walaupun pada kenyataannya mereka tidak memiliki cukup informasi).
7 F. Partisipasi Pemilih (Voter Turnout) Pada Pemilu Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses demokratisasi. Keinginan ini menjadi sangat penting bagi masyarakat dalam proses pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti di indonesia, karena di dalamnya ada hak dan kewajiban masyarakat yang dapat dilakukan salah satunya adalah berlangsung dimana proses pemilihan kepala negara sampai dengan pemilihan walikota dan bupati dilakukan secara langsung. Partisipasi pemilih bisa dilukur dari tinggi rendahnya tingkat kehadir lian dan ketidakhadiran pemilih ke TPS. Survei ini, data yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi pemilih (voter turnout) kabupaten tasikmalaya tahun 2015, diambil dari pelaksanaan 4 pemilu yang telah diadakan, yaitu pemilu legislatif 2009, pilpres 2009, pemilu legislatif 2014 dan terakhir pemilu presiden langsung tahun Partisipasi pemilih (voter turnout) yang dimaksud adalah prosentase pemilih terdaftar yang hadi dan datang menggunakan hak pilihnya. Suara tidak sah tetap dihitung sebagai partisipasi pemilih pemilih menggunakan hak suaranya meski suaranya tidak sah. Perhitungan diperoleh dari jumlah pemilih yang menggunakan haknya dibagi dengan jumlah pemilih terdaftar. Pemilu Umumnya keputusan untuk kehadiran atau ketiadaan hadiran mereka (pemilih Kab. Tasikmalaya) pada 4 pemilihan umum tersebut didasari oleh alasan karena adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar di daftar pemilih tersebut. Selain itu juga, dari data ini terlihat bahwa masyarakat kabupaten Tasikmalaya sudah mengetahui dan memahami sistem pemilihan yang dilaksanakan pada pemilu legislatif 2009 yakni melalui mekanisme pemilihan secara langsung partai politik dan calon legislatifnya. Jika membandingkan pemilu legislatif tahun 2009 dengan 2014 dari grafik diatas maka terlihat keajegan partisipasi masyarakat dalam kehadirannya di TPS bahwa masyarakat datang ke TPS sebagian besar bermaksud untuk memilih partai politik dan calon legislatif. Hal ini juga terlihat pada presentase yang sangat kecil pada alasan diluar alasan untuk memilih partai dan calon anggota legislatif. Masyarakat menaruh perhatian lebih besar pada pemilihan presiden secara langsung. Dimana, masyarakat merasa bahwa mereka ikut menentukan bagi suskesi kepemimpinan negeri ini khususnya lima tahun setelah pelaksanaan pemilu. Walaupun hasil penelitian menunjukan ada sebagian masyarakat yang datang ke TPS tetapi tidak bermaksud untuk memilih presiden dan wakil presiden pilihan mereka tetapi presentasinya sangat kecil. Sehingga kemudian dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilihan presiden pada tahun 2009 dapat dikatakan baik karena mereka sebagian besar dari mereka benar-benar untuk memilih presiden dan wakil presiden. Jika melihat alasan kedatangan masyarakat ke TPS pada pemilihan presiden tahun 2014 juga tidak berbeda dengan pemilihan presiden pada tahun 2009 bahwa sebagian besar dari masyarakat datang ke TPS untuk memilih presiden dan wakil presiden yang sesuai dengan hati nurani mereka bahkan menunjukan peningkatan dengan mencapai angka 93, 75 %.
8 Tidak semua masyarakat yang pada hari pelaksanaan pemungutan suara pada pemilu legislatif tahun 2009 datang ke TPS. Dari hasil penelitian ada beberapa alasan responden yang pada saat hari pemungutan suara tidak datang ke TPS. Hasil penelitian menunjukan bahwa alasan yang paling banyak dari ketidakhadirannya di TPS pada hari pemungutan suara adalah bahwa mereka sedang bepergian yang mencapai skor sebanyak (36,36 % ), kemudian secara berurutan disusul oleh alasan sibuk bekerja/sekolah dan masalah administrasi yang keduanya sebesar (18,18%). Selain itu juga ada juga yang berpendapat bahwa pada pemilu legislatif tahun 2009 terlalu banyak calon yang harus dipilih salah satunya sehingga mereka enggan untuk datang ke TPS. Alasan seperti ini menurut hasil penelitian mencapai skor sebesar (9,09%). Selanjutnya, ada juga responden yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemilu dan rawan kecurangan sehingga pada pemungutan suara enggan untuk datang ke TPS. Terakhir alasan ketidakhadiran responden pada hari pemungutan suara di TPS adalah merasa pemilu tidak bermanfaat apa-apa. Dua alasan terakhir keduanya mencapai skor sebesar (9.09 %) Alasan ketidakhadiraan di TPS diatas menunjukan bahwa adanya kemungkinan masyarakat yang tidak memakai hak suaranya tetapi tidak bermaksud untuk mengambil tindakan golput. Hal ini karena grafik tersebut menunjukan skor tertinggi dari alasan ketidakhadiran disebabkan karena bepergian bukan karena bagian dari sikap golput. Dengan demikian, diperlukan sebuah formula untuk mempermudah masyarakat yang dalam kondisi sedang bepergian tetapi dapat dengan mudah memberikan hak suaranya. Sama halnya seperti yang terjadi pada pemilu legislatif tahun 2009, pada pemilihan presiden/wakil presiden tahun 2009 pun menunjukan fenomena yang serupa yakni alasan ketidakhadiran masyarakat pada saat pemungutan suara di TPS yang menduduki angka terbanyak adalah pada alasan sedang bepergian yang menunjukan angka 27,27 %, sementara itu responden yang tidak datang ke TPS pada saat pemungutan suara karena sibuk bekerja/sekolah dan masalah administrasi keduanya menunjukan angka 18,18%. Sedangkan yang menjawab bahwa pemilu bukan metode yang tepat dalam menentukan kepemimpinan di Indonesia, penyelenggaraan pemilu bermasalah dan rawan kecurangan serta jumlah calon yang terlalu banyak menunjukan angka 9,09%. Data Penelitian menunjukan persoalan yang sama seperti pada pemilu legislatif 2009 bahwa sebagian besar responden yang tidak datang ke TPS pada saat pemungutan suara adalah karena bepergian. Hal ini juga membuka kemungkinan bahwa sebenarnya mereka tidak bermaksud untuk mengambil sikap golput. Namun kondisi dimana mereka tengah bepergianlah yang menyebabkan mereka tidak memberikan hak suaranya. Hal ini dapat diperkuat lagi jika mengakumulasikan alasan sedang bepergian tersebut dengan masalah administrasi yang memaksa mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Adapun jika melihat rasionalitas pemilih yang lebih memilih bekerja dibandingkan dengan datang ke TPS, jika hal ini menjadi penyebab seseorang itu golput hanya menunjukan angka yang sedikit. Data hasil penelitian yang tergambar dalam grafik tersebut diatas menunjukan bahwa sebenarnya ketidakhadiran masyarakat di TPS pada saat
9 pemungutan suara pada pemilihan presiden tahun 2014 bukan berarti mereka menunjukan sikap golput karena alasan-alasan ketidakhadiran di TPS yang secara teoritis masuk kedalam bentuk-bentuk perilaku golput tidak melebihi 5 %. Dengan demikian untuk memperbaiki angka partisipasi memilih dari masyarakat diperlukan adanya mekanisme yang memungkinkan masyarakat untuk dapat menggunakan hak pilihnya walaupun dalam kondisi sibuk bekerja atau sedang berpergian. Selain itu, yang perlu dilakukan adalah memperbaiki administrasi dalam proses pendataan pemilih sehingga masalah administrasi yang dapat menghalangi hak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Golput dalam terminologi ilmu politik seringkali disebut dengan nonvoter. Terminologi ini menunjukkan besaran angka yang dihasilkan dari event pemilu di luar voter turnout. Dari definisi tersebut dapat di katakan bahwa Golput merupakan gabungan antara angka ketidakhadiran di Tempat Pemungutan Suara (TPS) bagi pemilih yang terdaftar di DPT ditambah besarnya angka suara tidak sah dari pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan benar. Dengan demikian secara jumlah, angka golput seharusnya lebih besar dibandingkan dengan angka ketidakhadiran pemilih yang terdaftar di DPT. G. Faktor Penyebab Golput Dalam Pemilu Di Kabupaten Tasikmalaya Hasil Penelitian menunjukan bahwa alasan golput pada pemilu legislatif tahun 2009 yang paling tinggi adalah karena merasa tidak memperoleh manfaat langsung yakni sebesar 33,33% ini menunjukan bahwa pada tahun 2009 trend yang terjadi pada masyarakat khususnya pemilih adalah masyarakat yang memiliki rasionalitas yang tinggi tetapi dengan rentang waktu yang pendek. Artinya masyarakat cenderung melihat sebuah keuntungan yang dapat didapat secara langsung. Hal ini juga terjadi pada proses pemilu legislatif tahun 2009 dimana perilaku golput didominasi oleh golput rasionalis. Namun ini berbeda dengan apa yang terjadi pada pemilu legislatih tahun 2014, dimana alasan-alasan ideologis dengan alasan rasionalitas ada pada poin yang seimbang misalnya alasan golput karena tidak ada calon legislatif yang berkualitas seimbang dengan alasan karena tidak memperoleh keuntungan secara langsung. Hal ini artinya fenomena golput yang terjadi pada pemilu 2014 tidak hanya karena alasan rasionalitas tetapi juga ada alasan ideologi. Dengan demikian dengan melihat hal ini dapat diperkirakan bahwa kesadaran politik dari masyarakat mengalami peningkatan. Jika melihat pada pemilihan presiden/wakil presiden tahun 2009 maupun 2014 terlihat bahwa alasan yang mendominasi dari responden yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya adalah karena mereka tidak mengetahui program-program dari para calon presiden dan wakil presiden. Sementara itu yang menempati posisi kedua dari alasan adalah karena mereka berpendapat bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden tidak akan berpengaruh pada kebaikan masyarakat. Dengan demikian khusus pada pemilihan presiden alasan perilaku golput lebih besar pada alasan-alasan ideologi bukan pada alasan-alasan rasionalitas yang berdasarkan hasil penelitian ini mempunyai nilai lebih rendah. Oleh sebab itu untuk mengurangi jumlah golput non-teknis (ideologis dan rasionalis) diperlukan upaya-upaya seperti sosialiasi yang dapat meyakinkan masyarakat bahwa
10 penggunaan hak pilihnya merupakan suatu hal yang penting dan sangat menentukan bagi keberlangsungan kehidupan bernegara di negeri ini. Dari sejumlah alasan yang dikemukakan oleh responden diatas, kita bisa membagi faktor/ alasan tidak ikut pemilihan (golput) dalam Dua kategori besar. Pertama, Faktor Eksternal, yaitu faktor atau alasan tersebut datang dari luar dirinya. Dibagi menjadi kelompok alasan administratif dan alasan teknis. Seorang pemilih tidak ikut memilih karena terbentur dengan prosedur administrasi seperti tidak tahu nama terdaftar dalam daftar pemilih, belum mendapat kartu pemilih atau kartu undangan. Riset ini menemukan responden tidak memilih karena tidak memiliki kartu pemilih, tidak memiliki KTP, dan alasan administr tif lainnya yang menyebabkan pemilih tidak bisa menggunakan haknya. Alasan ini yang banyak mempengaruhi pemilih untuk tidak hadir ke TPS. Sedangkan alasan teknis, seseorang memutuskan tidak ikut memilih karena tidak ada waktu untuk memilih sedang ada keperluan, harus ke luar kota di saat hari pemilihan dan sebagainya. Kedua, Faktor Internal yaitu faktor yang bersumber dari dirinya sendiri. Dengan Kelompok alasan, Ideologis, Rational Choice dan Sosiologis, misalnya Pemilih memutuskan tidak menggunakan haknya karena secara sadar memang memutuskan untuk tidak memilih.pemilu dipandang tidak ada gunanya, tidak akan membawa perubahan, atau tidak ada calon yang disukai dan sebagainya. Di sini seseorang memutuskan tidak memilih sebagai bentuk protes atau ketidakpuasan, baik terhadap penyelenggaraan Pemilu mapun calon yang maju dalam pemilu H. Simpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa Pertama, Tingkat partisipasi pemilih dilihat dari kehadiran dan ketidakhadiran pada pemilu legislatif di Kabupaten Tasikmalaya jika dilihat dari dua pemilu legislatif terakhir tidak banyak mengalami perubahan. Walaupun secara nasional tercatat bahwa tingkat partisipasi dari dua pemilu legislatif terakhir mengalami penurunan tetapi temuan penelitian ini menggambarkan hal yang berbeda. Artinya apa yang terjadi pada cakupan nasional tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang terjadi di tingkat lokal. Kedua, Terjadi pola yang berbeda dalam hal tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu legislatif dengan pemilihan presiden/wakil presiden. Temuan penelitian menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh pemahaman masyarakat yang melihat pemilihan presiden jauh lebih sederhana daripada pemilu legislatif. Ketiga, Perilaku tidak memilih atau yang lebih dikenal dengan istilah golput selalu ada dalam setiap pemilihan. Hal ini karena golput ketika ditelusuri tidak hanya muncul karena faktor internal pemilih saja seperti faktor-faktor yang berkaitan dengan ideologis dan rasionalitas tetapi juga golput dapat muncul karena faktor-faktor dari luar pemilih seperti faktor teknis atau administratif yang memaksa seorang yang memiliki hak pilih namun tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Keempat, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya golput sebagaimana yang dimaksud dalam point tiga yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Temuan penelitian menjelaskan bahwa faktor ekternal yang
11 menyebabkan masyarakat termasuk pada kategori golput meliputi faktor teknis dan administratif seperti ketika seseorang yang tengah dalam kondisi berpergian, orang tersebut tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena ia tidak terdaftar dalam DPT pada TPS terdekat. Sedangkan faktor administratif misalnya seseorang penduduk di suatu daerah tetapi tidak terdaftar dalam DPT. Sementara itu, faktor internal meliputi berbagai pertimbangan dari diri pemilih baik itu pertimbangan ideologis, sosiologis maupun rasionalitas (ekonomi politik). Temuan penelitian ini rasionalistas pemilih sudah sangat tinggi, masih ada sentimen keagamaan dalam preferensi pilihan dan beberapa faktor sosiologis masih ada walaupun dalam presentase yang tidak terlalu besar. Hal-hal seperti itu akan selalu ada dalam setiap penyelenggaraan pemilu, sehingga golput akan selalu hadir dalam setiap penyelenggaraan pemilu baik pemilu legislatif, pemilihan presiden/wakil presiden maupun pemilihan kepala daerah. I. Referensi Edi Kusmayadi, 2015, Dinamika Realitas Politik Lokal, De Publish Yogyakarta. IDEA Voter turnout Since 1945: A Global Report, 2002, hal Lingkaran Survey Indonesia Golput dalam Pilkada, Kajian Bulanan Lingkaran Survey Indonesia, EDISI 05 - September 2007 Poling Centre Laporan final naratif Survei dasar terhadap KAP pemilih di Enam propinsi_kabupaten Tasikmalaya, 23 November Setiawaty, Diah, Partisipasi dan Pendidikan Pemilu Programatik. Pemilu-Programatik-oleh-Diah-Setiawaty
LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015
LAPORANPENELITIAN SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015 KERJASAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS SILIWANGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN PARTISIPASI POLITIK PEMILIH DI KOTA TEGAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014
STUDI PERBANDINGAN PARTISIPASI POLITIK PEMILIH DI KOTA TEGAL DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DAN PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 (STUDI KASUS KECAMATAN TEGAL TIMUR DAN MARGADANA) Oleh
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi. Pemilu menjadi sarana pembelajaran dalam mempraktikkan
Lebih terperinciJurnal Politik Muda, Vol. 5, No. 3, Agustus Desember 2016,
375 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dan Persepsi Keberhasilan Implementasi Kebijakan Terhadap Pilihan Walikota Masyarakat Pilkada Kota Surabaya Tahun 2015 Yohanes Bima Octaviantoro Email : yohanesbima42@yahoo.co.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Untuk menganalisis mengapa masyarakat memilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pilkades (golput) diuraikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perilaku Pemilih 1. Perilaku Pemilih Sikap politik seseorang terhadap objek politik yang terwujud dalam tindakan atau aktivitas politik merupakan perilaku politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilih kelompok pemula di Indonesia dari pemilu ke pemilu terus bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap yang terdaftar tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciPERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI
PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciMEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum
MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Tingkat Partisipasi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada Pemilu Presiden 2014 Partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam
Lebih terperinciPEDOMAN RISET TENTANG PARTISIPASI DALAM PEMILU KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 2015
PEDOMAN RISET TENTANG PARTISIPASI DALAM PEMILU KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 2015 PENDAHULUAN Riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen pemilu. Riset tidak hanya memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk
Lebih terperinciPERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya
Lebih terperinciCaroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
Caroline Paskarina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Pemilu itu Apa? Secara prosedural, pemilu adalah mekanisme untuk melakukan seleksi dan rotasi kepemimpinan politik Secara
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh:
LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh: KPU Kabupaten Tegal bekerja sama dengan Lembaga Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik
Lebih terperinciLAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI
LAPORAN NARATIF NUSA TENGGARA TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi
Lebih terperinciyang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat. Semua proses pembuatan kebijakan politik yang menyangkut kepentingan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan sistem pemerintahan demokrasi yang dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan jalannya pemerintahan. Warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Indonesia. Disebut tahun politik antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang melibatkan setidaknya
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Voting Behavior. Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Voting Behavior 1. Definisi Voting Behavior Perilaku pemilih (voting behavior) merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau
Lebih terperinciSURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI
LAPORAN NARATIF DAERAH KHUSUS IBUKOTA (DKI) JAKARTA SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation
Lebih terperinciMASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014.
MASYARAKAT MUSI BANYUASIN : KECENDERUNGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH PADA PEMILU PRESIDEN SERTA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014. HASIL RISET PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MUSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput
Lebih terperinciPERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL
PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman
Lebih terperinciMEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018
MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh
Lebih terperinciLAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI
LAPORAN NARATIF KALIMANTAN TIMUR SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
Lebih terperinciproses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan
32 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan dengan menggunakan
Lebih terperinciAPLIKASI REAL QUICK COUNT UNTUK PERHITUNGAN CEPAT PEMILUKADA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEPTUAL COMPREHENSIVE PARALEL VOTE TABULATION
APLIKASI REAL QUICK COUNT UNTUK PERHITUNGAN CEPAT PEMILUKADA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEPTUAL COMPREHENSIVE PARALEL VOTE TABULATION Budi Indri Wagearto A11.2009.04912 Program Studi Teknik Informatika S1 Fakultas
Lebih terperinciDewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Page 1 Golongan Putih ( Golput ) Pada Pemilihan Kepala Daerah di Gorontalo Utara ( Studi Kasus Bagi Warga Pemilih di Kecamatan Atinggola) Oleh Dewi Masita
Lebih terperinciKetua. Asep Kurnia, S.H., M.H
KATA PENGANTAR Pelaksanaan pemilu di Kabupaten Sumedang, khususnya yang berkenaan dengan tingkat kehadiran dan ketidakhadiran pemilih di TPS (voter turn-out), menyisakan beberapa fenomena yang perlu dikaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Sehingga, demokrasi tidak mungkin dilaksanakan secara langsung. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN 2013 Andika Dirsa 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Lebih terperinciPERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang
PERILAKU MEMILIH GENERASI MUDA KELUARGA ANGGOTA POLRI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH 2013 Studi di Asrama Polisi Sendangmulyo Kota Semarang Oleh : Radityo Pambayun Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Persepsi Masyarakat Pada Caleg Secara teoritis, pemilihan umum baik itu legislatif maupun eksekutif yang diselenggarakan secara langsung dapat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengantarkan keputusan-keputusan politik secara partisipatif oleh individuindividu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan sebuah sistem politik yang berupaya untuk mengantarkan keputusan-keputusan politik secara partisipatif oleh individuindividu yang mendapatkan kekuasaan
Lebih terperinciPola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta
Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta Laporan Akhir Penelitian Pola Surat Suara Tidak Sah dalam Pemilu Presiden 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta kerjasama
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP GOLPUT PADA PEMILUKADA KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2010
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP GOLPUT PADA PEMILUKADA KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2010 Roro Merry Chornelia Wulandary Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang E-mail:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Pemilih Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum.
Lebih terperinciLAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI
LAPORAN NARATIF SULAWESI SELATAN SURVEI DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh
Lebih terperinciPENYULUHAN PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA GUNA MENINGKATKAN PARTISIPASI HAK PILIH PADA PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017
JOURNAL OF EMPOWERMENT VOL. 1, No. 1, Juni 2017, h. 49-60 ISSN 2580-0620 (Print) Available Online at https://jurnal.unsur.ac.id/index.php/je PENYULUHAN PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA GUNA MENINGKATKAN
Lebih terperinciKOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK
KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 01 Demokrasi dan Komunikasi Pemasaran Politik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Demokrasi Demokrasi secara
Lebih terperinciPEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1999, 2004, 2009 dan Jumlah kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2014 Pemilihan umum di Indonesia telah diadakan sebanyak 11 kali yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciLAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI
LAPORAN NARATIF JAWA TIMUR SURVEY DASAR TERHADAP PEMAHAMAN, PERSEPSI DAN PRAKTIK PEMILIH TERKAIT DENGAN ASPEK PEMILU DI ENAM TARGET PROPINSI Dipersiapkan untuk The Asia Foundation Dipersiapkan oleh Polling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kajian political marketing mix saat ini sudah cukup pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat signifikan terhadap
Lebih terperinciABSTRACT. Key Words : Direct local election, determinant factor of the triumph of candidate, personality factor
ABSTRACT Diversity of the determinant factors of the triumph of the candidate encouraged to researched of The Determinant Factors of the Triumph of Couple Candidate of Ridho Yahya and Andriansyah Fikri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu), adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu), adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat,
Lebih terperinciPARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :
PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh : Topan Umboh Abstrak Partsipasi politik politik pemula
Lebih terperinciKUESIONER. lakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-
KUESIONER I. Kata Pengantar Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir atau skripsi yang sedang saya lakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP- USU), maka saya melakukan penelitian
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI. NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab /V/2016 TENTANG
KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab-012.329311/V/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU, TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN AKREDITASI BAGI PEMANTAU DALAM NEGERI SERTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN
28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)
PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara) Oleh : Gito Talibo 2, Dra. Marlien T. Lapian Msi 3, Maxi Egeten,
Lebih terperinciI. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 73/PUU-XIII/2015 Ketentuan Persentase Selisih Suara sebagai Syarat Pengajuan Permohonan Pembatalan Penetapan Hasil Penghitungan Perolehan Suara ke Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciPemilih Pemuda, Sudah Cerdas?
Pemilih Pemuda, Sudah Cerdas? Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia Diah Setiawaty Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) www.perludem.or.id, www.rumahpemilu.org @twitter:@perludem/@rumahpemilu
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan
56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India menjadikan Pemilihan Kepala Daerah sebagai salah satu indikator pelaksanaan demokrasi berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu kegiatan atau proses pengumpulan data, dan penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, untuk menilai
Lebih terperinciPERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014
PERILAKU MEMILIH PEMILIH PEMULA MASYARAKAT KENDAL PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 Oleh : Khairul Azmi 14010111140124 Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Lebih terperinciDAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA
DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Partai Politik 1. Definisi Partai Politik Kedudukan partai politik dalam negara yang memiliki tata kelola pemerintahan demokratis sangatlah penting. Partai politik
Lebih terperinci(Viola Indora, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK
PENGARUH POLITIK TRANSAKSIONAL TERHADAP PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Viola Indora, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh politik
Lebih terperinciTingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Pada Pemilukada 2010 Di Kota Medan
Tingkahlaku Politik Etnis Tionghoa Pada Pemilukada 2010 Di Kota Medan LIDYA MAHDALENA Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1
Lebih terperinciPeran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu
Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu Oleh: Hardinata Abstract In the culture of Elections in Indonesia, one of new challenge for Indonesia is the Regional Election directly initiated
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu
Lebih terperinciC. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah
Lebih terperinci