BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Sugiarto Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment). Asuransi terbagi menjadi 2 jenis, antara lain asuransi sosial dan asuransi komersial. (Idris, 2010) Asuransi komersial merespons demand (permintaan) masyarakat sedangkan asuransi sosial merespons terhadap needs (kebutuhan) masyarakat. Tujuan utama penyelenggaaan asuransi kesehatan komersial ini adalah pemenuhan keinginan (demand) perorangan yang beragam. Dengan demikian, perusahaan akan merancang berbagai produk, bahkan dapat mencapai ribuan jenis produk, yang sesuai dengan permintaan masyarakat. Secara teoritis bahkan dapat dibuat lebih dari satu juta produk, apabila variasi demand masyarakat memang sebanyak itu. Hal itu akan menimbulkan pemborosan, tidak efisien karena untuk dapat menjual produk yang sangat bervariasi tersebut dibutuhkan biaya besar. Biaya besar tersebut dibutuhkan untuk riset pasar, perancangan produk, pengembangan sistem informasi, penjualan, komisi agen atau broker, dan keuntungan perusahaan. (Thabrany, 2013) AJB Bumiputera 1912 merupakan salah satu perusahaan asuransi komersial nasional terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun Hingga saat ini AJB Bumiputera 1912 dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia. AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi mutual yang dimiliki oleh pemegang polis Indonesia, dioperasikan untuk kepentingan pemegang polis Indonesia dan dibangun berdasarkan tiga pilar yaitu mutualisme, idealisme, dan profesionalisme. AJB Bumiputera
2 menyediakan produk asuransi sesuai kebutuhan masyarakat saat ini yang digolongkan menjadi Asuransi Jiwa perorangan, Asuransi Jiwa Kumpulan, Asuransi Perorangan Syariah Asuransi Kumpulan Syariah, dan DPLK. Masing-masing penggolongan tersebut terdapat beberapa jenis produk asuransi, seperti Asuransi Kredit, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Ekawaktu, Asuransi Kesehatan, dll. Dalam rangka memenuhi kebutuhan asuransi masyarakat Indonesia saat ini, AJB Bumiputera 1912 menyediakan produk asuransi kesehatan dengan manfaat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan demand masyarakat. Pemasaran asuransi ini tersebar di seluruh Indonesia dengan pengelolaan secara terpusat. Pada proses bisnis suatu perusahaan besar, pemasaran merupakan hal terpenting dalam menunjang bisnis. Bentuk pemasaran yang dimaksud dapat diwujudkan melalui pelayanan yang terbaik kepada klien atau peserta sehingga menjaga nama baik sebuah perusahaan di masyarakat luas merupakan hal terpenting yang harus dilakukan dan dipertahankan oleh perusahaan. Namun pada periode September-Desember 2014 ditemukan keterlambatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera Hal tersebut mengakibatkan berbagai komplain dari pihak provider rekanan AJB Bumiputera Selain komplain yang diterima, AJB Bumiputera 1912 juga dikenakan denda pinalty hingga pemberhentian pelayanan sementara. Dampak keterlambatan tersebut merugikan pihak perusahaan karena dapat merusak nama baik AJB Bumiputera 1912 yang telah dibangun sejak 101 tahun yang lalu dalam memberikan pelayanan kepada peserta asuransinya. Ditemukan pada beberapa provider yang menolak permintaan pelayanan kesehatan seorang pasien yang menunjukkan surat jaminan oleh AJB Bumiputera 1912 atau menyebutkan sebagai peserta asuransi AJB Bumiputera Hal tersebut dapat menurunkan kepercayaan peserta atau klien AJB Bumiputera 1912 yangmana AJB Bumiputera 1912 sebagai pihak asuransi yang seharusnya dapat menjaga kesehatan pesertanya atau kliennya dengan menyediakan pelayanan kesehatan melalui jaringan RS. AJB Bumiputera 1912 memiliki lebih dari peserta asuransi yang tersebar di seluruh Indonesia. Atas kejadian ini dikhawatirkan akan menurunkan loyalitas dan tingkat
3 3 kepercayaan peserta asuransi terhadap perusahaan, serta pemasaran AJB Bumiputera 1912 di bisnis perasuransian kedepannya. Sehingga sebaiknya permasalahan keterlambatan pembayaran klaim provider ini dapat segera ditelusuri penyebabnya untuk dapat dievaluasi dan diperbaiki agar tidak terulang kembali hal yang sama pada periode tahun selanjutnya. Penyebab keterlambatan pembayaran klaim tersebut dapat terjadi karena faktor eksternal (provider) maupun internal (pihak asuradur itu sendiri) yang dapat menghambat proses klaim dan pembayaran ke pihak provider. Menurut Hidayat (2002) pada hasil penelitiannya ditemukan beberapa permasalahan yang serupa oleh pihak asuradur yaitu keterlambatan pembayaran klaim diantaranya dikarenakan kekurangan berkas klaim (67,5%) dan keterlambatan proses klaim (18,2%). Berdasarkan informasi yang didapatkan, terdapat keterlambatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera 1912 pada periode September Desember 2014 mencapai 9,5% dari seluruh total klaim provider. Berdasarkan Pasal 27 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 422/kmk.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yakni : Perusahaan Asuransi harus telah membayar klaim paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak adanya kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar. Hal ini berarti pihak asuradur harus dapat membayarkan seluruh tagihan kepada pihak provider (sebagai pihak yang mengajukan klaim sesuai perjanjian kerjasama yang telah disepakati dengan asuradur) paling lambat 30 hari setelah berkas pengajuan klaim telah dinyatakan lengkap dan valid untuk dibayarkan. Sebelum pengajuan klaim provider dapat dibayarkan oleh pihak asuradur, terdapat proses klaim yang harus dilakukan guna proses seleksi atau menentukan kelayakan nilai pembayaran terhadap klaim yang diajukan oleh pihak provider. Dalam proses klaim terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain administrasi klaim, berkas pengajuan klaim, dan proses verifikasi klaim. AJB Bumiputera 1912 menunjuk 2 TPA sebagai administrator dan verifikator seluruh klaim yang diajukan oleh peserta dan/atau provider kepada AJB Bumiputera Terkait penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
4 4 lamanya pembayaran klaim provider AJB Bumiputera 1912 dikaitkan dengan kelengkapan berkas klaim provider untuk diverifikasi dan lamanya waktu yang dibutuhkan TPA dalam proses klaim. Oleh karenanya peneliti ingin mengetahui hubungan antara kelengkapan berkas dan waktu proses analisa dengan ketepatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera B. Identifikasi Masalah Berdasarkan permasahan pada latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Terdapat keterlambatan pembayaran klaim provider AJB Bumiputera 1912 pada periode September Desember 2014 sebesar 9,5%. 2. Adanya komplain dan sanksi pinalty dari beberapa pihak provider atas keterlambatan pembayaran klaim provider di AJB Bumiputera Ditemukan kekurangan kelengkapan berkas pada klaim provider yang dapat mempengaruhi proses pembayaran klaim oleh asuradur. 4. Lamanya waktu proses analisa klaim yang dilakukan melalui TPA mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk proses pembayaran klaim oleh AJB Bumiputera C. Pembatasan Masalah Masalah yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada waktu dan area identikasi yaitu hubungan antara kelengkapan berkas dan waktu proses analisa dengan ketepatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera 1912 pada bulan September Desember 2014.
5 5 D. Rumusan Masalah Sebagai rumusan masalah penelitian ini diajukan pertanyaan : 1. Bagaimana kelengkapan berkas klaim provider yang diajukan kepada AJB Bumiputera 1912? 2. Bagaimana proses analisa dan pembayaran klaim provider AJB Bumiputera 1912 melalui TPA A dan B? 3. Apakah kelengkapan berkas klaim berhubungan dengan ketepatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera 1912? 4. Apakah waktu proses analisa klaim TPA A dan B berhubungan dengan ketepatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera 1912? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara kelengkapan berkas dan waktu proses analisa dengan ketepatan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera 1912 pada bulan September Desember Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim provider yang diajukan ke AJB Bumiputera b) Mengetahui proses analisa dan pembayaran klaim provider oleh AJB Bumiputera 1912 melalui TPA A dan B. c) Menganalisa hubungan kelengkapan berkas klaim terhadap ketepatan pembayaran klaim ke provider oleh AJB Bumiputera d) Menganalisa hubungan waktu proses analisa klaim TPA A dan B terhadap ketepatan pembayaran klaim ke provider oleh AJB Bumiputera 1912.
6 6 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi AJB Bumiputera 1912 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi AJB Bumiputera 1912 dalam memperbaiki manajemen klaim yang ada guna memberikan pelayanan klaim kepada provider tepat pada waktunya. 2. Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Esa Unggul Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa lainnya atau peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis. 3. Manfaat Bagi Peneliti Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan pada saat perkuliahan dan membandingkan dengan pelaksanaanya.
I. Pendahuluan. Setiap manusia menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, walaupun tidak
1 I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Setiap manusia menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya, walaupun tidak selalu mengenai materi namun kebutuhan materi yang terpenuhi tentu saja adalah salah satu sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Resiko atau kerugian bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja walaupun tidak ada yang menginginkan kehadirannya. Dampak dari kerugian atas suatu resiko
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat menuntut suatu pelayanan yang sempurna. Kemajuan teknologi informasi juga sangat membantu
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/17/PBI/2008 TENTANG PRODUK BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan dan kelangsungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari hasil yang dilakukan serta mencoba untuk memberikan saran-saran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.337, 2014 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperincic. Penjelasan mengenai deviasi atas realisasi Rencana Bisnis, seperti penyebab dan kendala yang dihadapi.
LAMPIRAN X SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/014 TENTANG RENCANA KORPORASI DAN RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 422/KMK.06/2003 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: ISNAL FARDI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Bukan Perokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kehidupan segelintir masyarakat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang diikuti dengan semakin berkembanganya peran ilmu pengetahuan dan teknologi membuat kehidupan segelintir masyarakat dari berbagai lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Terbukti dengan semakin banyaknya berdiri asuransi-asuransi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Perkembangan usaha asuransi dewasa ini telah membuktikan kemajuan yang cukup pesat. Terbukti dengan semakin banyaknya berdiri asuransi-asuransi yang memberikan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciPROSEDUR PENERIMAAN NASABAH BARU, PEMBAYARAN PREMI DAN PEMBAYARAN KLAIM PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912
PROSEDUR PENERIMAAN NASABAH BARU, PEMBAYARAN PREMI DAN PEMBAYARAN KLAIM PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 Nama : Handari Swastantia NPM : 43209081 Pembimbing : Dr. Adi Kuswanto BAB I PENDAHULUAN Prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan di era globalisasi mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan informasi di semua sektor kehidupan termasuk di bidang pelayanan kesehatan. Seiring dengan
Lebih terperincisebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan pertanggungan atau perusahaan asuransi adalah suatu badan hukum yang sanggup mengambil alih risiko seseorang berdasarkan perjanjian pertanggungan. 1 Selain
Lebih terperinciBagian I Laporan Realisasi Rencana Bisnis dan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Komisaris Untuk Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi
LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.05/014 TENTANG RENCANA KORPORASI DAN RENCANA BISNIS PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB I PERUSAHAAN ASURANSI
BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi pendidikan merupakan salah satu jenis asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka ada sejumlah
Lebih terperinciPENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014
PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014 I. KETENTUAN UMUM 1. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini dengan : 1. Perusahaan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciYth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.
Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.05/2016 TENTANG SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
Lebih terperinci- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia pada kenyataannya adalah makhluk hidup yang tidak bisa hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus berinteraksi dan
Lebih terperinciPlan Asuransi Penerbangan
Plan Asuransi Penerbangan Basic Plan Berlaku untuk maskapai bertarif rendah atau low cost carrier (LCC) seperti AirAsia, Jetstar, TigerAir, Citilink, dll. Kapan saja, bepergian pasti lebih aman! Premium
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.05/2018 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.05/2018 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya perlindungan keuangan terhadap resiko kematian, kecelakaan, dan resiko lainnya, mendorong bisnis asuransi
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI PRODUK MANULIFE EDUCATION PROTECTOR
RINGKASAN INFORMASI PRODUK MANULIFE EDUCATION PROTECTOR Manulife Education Protector adalah produk asuransi unit link yang diterbitkan oleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (AJMI) sebagai Penanggung
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan era globalisasi dimana pertumbuhan perusahaan semakin cepat dan semakin maju dalam persaingan bisnis, sehingga perusahaan harus bersikap lebih
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 124 /PMK.010/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN LINI USAHA ASURANSI KREDIT DAN SURETYSHIP Naskah Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa industri perasuransian yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar
Lebih terperinciPT. ADMINITRASI MEDIKA
e-claim Corporate e-claim Corporate Definisi Product e-claim menyediakan layanan administrasi kesehatan (managed care) bagi karyawan BUMN & Corporate Subsidiary dengan jaringan provider dan didukung oleh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setelah sukses dengan Kartu Indonesia Sehat, pemerintah saat ini bekerja melalui BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diri seseorang yang berinvestasi. Berbagai asuransi kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di era globalisasi saat ini meningkat dengan bertambahnya kemampuan untuk berinvestasi. Jasa keuangan saat ini tengah giat melakukan promosi atas
Lebih terperinciSTANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA
STANDAR PRAKTIK DAN KODE ETIK PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LATAR BELAKANG AAJI berkomitmen penuh untuk selalu menjaga standar etika dan profesionalitas yang baik dan benar dari setiap Perusahaan Asuransi Jiwa
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil
BAB 4 PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peneliti akan membahas mengenai evaluasi atas dana kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil investasi yang menggunakan dana
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWEALTH ASSURANCE BANGUN MASA DEPAN ANDA MULAI SEKARANG
Manulife Indonesia Didirikan pada tahun 1985, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) merupakan bagian dari Manulife Financial Corporation, grup penyedia layanan keuangan dari Kanada yang
Lebih terperinciWEALTH ASSURANCE BANGUN MASA DEPAN ANDA MULAI SEKARANG
Manulife Indonesia Didirikan pada tahun 1985, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) merupakan bagian dari Manulife Financial Corporation, grup penyedia layanan keuangan dari Kanada yang
Lebih terperinciBAB 6 HASIL PENELITIAN
50 BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Klaim Gakin SKTM Dari penelusuran data sekunder yang dilakukan peneliti di unit Piutang, peneliti menemukan jumlah klaim Gakin dan SKTM yang ditagih oleh RSUD Pasar Rebo ke
Lebih terperinciPROSEDUR CASHLESS JARINGAN ALLIANZ
1 Prosedur Layanan Medis PROSEDUR CASHLESS JARINGAN ALLIANZ Rawat Inap dan Melahirkan Peserta membawa kartu Allianz dan KTP/identitas resmi lainnya ke RS Jaringan Allianz. Rp Bagian Administrasi RS menghubungi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2017 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sektor untuk mencapai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia, berperan dalam pelayanan kesehatan dan berkontribusi bagi pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan sebuah sistem informasi dalam perusahaan telah menciptakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan sebuah sistem informasi dalam perusahaan telah menciptakan suatu tantangan tersendiri, baik bagi manajemen maupun bagi profesional di bidang teknologi
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN
PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciAccidental & Health. Hospital Income& Surgical Benefit
Accidental & Health Hospital Income& Surgical Benefit Persiapkan segala sesuatunya dengan Hospital Income & Surgical Benefit Perlindungan lengkap akan biaya finansial atas perawatan di rumah sakit, dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah merupakan hak yang fundamental bagi setiap penduduk, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Lebih terperinci- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN REASURANSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membedakan status ekonomi dan sosial. Saat ini, negara-negara berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kesehatan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang tanpa membedakan status ekonomi dan sosial. Saat ini, negara-negara berkembang terus ditekan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Indonesia mempunyai Sistem Kesehatan Nasional yang. merupakan pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui suatu sistem kesehatan. Indonesia mempunyai Sistem Kesehatan Nasional yang merupakan pengelolaan kesehatan yang
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
No.129, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Wali Amanat. Laporan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6076) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinci-2- Kantor Konsultan Hukum, serta melaporkan kegiatan yang dilakukan di sektor pasar modal kepada Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini sejalan dengan amana
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Konsultan Hukum. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 287) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Lebih terperinciWEALTH ASSURANCE BANGUN MASA DEPAN ANDA MULAI SEKARANG
Manulife Indonesia Didirikan pada tahun 1985, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) merupakan bagian dari Manulife Financial Corporation, grup penyedia layanan keuangan dari Kanada yang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20162015 TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciRingkasan Informasi Produk
Ringkasan Informasi Produk Selamat! Anda telah mengambil langkah tepat untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas. Untuk membantu Anda semakin memahami produk asuransi yang Anda miliki, berikut adalah
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: ANDI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Bukan Perokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah asuransi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kini dunia asuransi di Indonesia sudah semakin berkembang, satu diantaranya adalah asuransi kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak perusahaan asuransi
Lebih terperinci- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17 /POJK.05/2017 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI,
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. yang salah satunya berkaitan dengan proses penyusunan voucher. Pelaksanaan
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama melaksanakan kerja praktek penulis ditempatkan pada unit kasir, yang salah satunya berkaitan dengan proses penyusunan voucher.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang menyediakan pelayanan rawat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciRingkasan Informasi Produk
Ringkasan Informasi Produk Selamat! Anda telah mengambil langkah tepat untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas. Untuk membantu Anda semakin memahami produk asuransi yang Anda miliki, berikut adalah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya
Lebih terperinci2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.303, 2016 KEUANGAN OJK. Asuransi. Reasuransi. Penyelenggaraan Usaha. Kelembagaan. Perusahaan Pialang. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinci-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 288) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan yang penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jawa Tengah pada 12 februari 1912 pada mulanya sebagai wadah persatuan
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Asuransi jiwa bersama Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa milik bangsa Indonesia yang pertama dan tertua. Didirikan di Magelang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang kehidupan masyarakat semakin kompleks,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang kehidupan masyarakat semakin kompleks, kebutuhan akan suatu hal sangat beragam. Untuk memehuni kebutuhan itu masyarakat akan cenderung melakukan
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI PRODUK DAN/ATAU LAYANAN SOLUTION
Solution merupakan produk asuransi unit link yang diterbitkan oleh PT AIA FINANCIAL. Berikut ini adalah ringkasan informasi mengenai produk dan/atau layanan Solution. Harap dibaca dan dipelajari dengan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 3.1 Bidang Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis ditempatkan pada bagian administrasi keuangan dan umum, karena
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Riwayat Singkat Perusahaan PT Asuransi Umum Bumiputera 1967, didirikan atas ide pengurus AJB Bumiputeramuda 1912 sebagai induk perusahaan yang diwakili
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2016 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5835) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, manusia pasti akan menemui risiko-risiko dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, manusia pasti akan menemui risiko-risiko dalam hidupnya. Risiko tersebut dapat berupa peristiwa yang dapat diperkirakan maupun peristiwa yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian
Lebih terperinciWEALTH ASSURANCE BANGUN MASA DEPAN ANDA MULAI SEKARANG
Manulife Indonesia Didirikan pada tahun 1985, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) merupakan bagian dari Manulife Financial Corporation, grup penyedia layanan keuangan dari Kanada yang
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: DAVID Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinci