EVALUASI SUSUT PADA SISTEM KELISTRIKAN ENERGI MEGA PERSADA GELAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI SUSUT PADA SISTEM KELISTRIKAN ENERGI MEGA PERSADA GELAM"

Transkripsi

1 EVALUASI SUSUT PADA SISTEM KELISTRIKAN ENERGI MEGA PERSADA GELAM Fidel Rezki Fajry 1, Amien Rahardjo 2. Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia Abstract In electrical power, the biggest losses value is occurred at distribution system. The quantity of losses represents electrical power quality in lines. EMP Gelam which has interconnected direct electrical distribution system into power plant, is easy to get voltage, power, and energy losses. Using load flow analysis at ETAP 7 software, voltage, power, and energy losses are got and efficiency of power in line can be known. At existing condition, the highest losses is occurred at bus of LP in the amount of 6,316%. Then, total power losses is 12,2 kw and 7,9 kvar with efficiency of power in line in the amount of 94,536%. Effect of energy losses cause cost of losses which is got by EMP Gelam in the amount of Rp ,7. If losses improvement is implemented by increasing transformator tapping and changing surface area of cable line of P-06, P- 10, P-14, and P-15 as big as 150 mm2, the highest losses is occurred at bus of PDS in the amount of 2,632% and another busses are in normal condition. Power losses which is occurred is less than before in the amount of 8,5 kw and 7,6 kvar, so efficiency of power in line becomes 95,746%. Besides, EMP Gelam will get cost of losses in the amount of Rp and EMP Gelam will be saving of Rp ,7 than existing condition. Keyword : energy losses, power losses, voltage losses, distribution system, transformator on load tap changer, changing cable Abstrak Dalam sistem tenaga listrik, nilai susut terbesar terjadi pada sistem distribusi. Besar kecilnya susut ini menggambarkan kualitas dari energi listrik yang disalurkan. EMP Gelam yang memiliki sistem distribusi langsung terinterkoneksi dengan pembangkit tentunya rentan untuk mengalami susut tegangan, susut daya, dan susut energi. Dengan menggunakan simulasi aliran daya pada software ETAP 7 diperoleh besar susut tegangan, susut daya, dan susut energi yang terjadi sehingga dapat diketahui efisiensi daya di saluran. Pada kondisi eksisting, susut tegangan terbesar terjadi pada bus LP sebesar 6,316%. Kemudian, susut daya yang terjadi sebesar 12,2 kw dan 7,9 kvar dengan efisiensi daya disaluran sebesar 94,536%. Kerugian yang diperoleh EMP Gelam akibat susut energi per tahunnya adalah sebesar Rp ,7. Apabila diimplementasikan perbaikan susut dengan menaikkan tap trafo dan mengganti luas penampang kabel saluran P-06, P-10, P-14, dan P-15 sebesar 150 mm 2, maka susut tegangan terbesar terjadi pada bus PDS sebesar 2,632% dan bus-bus lainnya berada dalam kondisi normal. Susut daya yang terjadi lebih kecil yaitu 8,5 kw dan 7,6 kvar sehingga efisiensi daya disaluran menjadi 95,746%. Disamping itu, kerugian yang diperoleh EMP Gelam akibat susut energi per tahunnya setelah perbaikan adalah Rp sehingga perusahaan akan hemat sebesar Rp ,7 dari kondisi eksisting. Kata kunci : susut energi, susut daya, susut tegangan, sistem distribusi, tap trafo, penggantian kabel

2 2 1. PENDAHULUAN Energi listrik pertama kali dibangkitkan di pembangkit listrik. Kemudian energi listrik akan disalurkan menuju konsumen melalui saluran transmisi dan distribusi. Dalam proses penyalurannya, terjadi pengurangan nilai dari energi listrik yang salah satunya disebabkan oleh adanya rugi-rugi penghantar. Pengurangan nilai dari energi listrik ini dinamakan susut. Secara umum, susut terdiri dari susut energi, susut daya, dan susut tegangan. Pada umumnya, susut terbesar terjadi pada saluran distribusi tenaga listrik. Hal ini disebabkan oleh kecilnya nilai tegangan pada saluran distribusi sehingga membuat arus yang mengalir bernilai besar. Arus yang bernilai besar ini sangat mempengaruhi nilai susut yang terjadi. Energi Mega Persada (EMP) Gelam yang beroperasi di Provinsi Jambi memiliki sistem pembangkitan listrik mandiri dan tidak menggunakan sistem transmisi dalam menyalurkan energi listrik dari pembangkit, tetapi langsung menggunakan sistem distribusi ke beban-beban listrik sehingga nilai susut yang terjadi besar. Oleh karena itu, pembahasan dalam jurnal ini dilakukan untuk mengevaluasi susut energi, susut daya, dan susut tegangan yang terjadi pada sistem kelistrikan EMP Gelam dan memberikan rekomendasi yang tepat untuk perbaikan nilai susut menjadi lebih kecil sehingga lebih efisien dan dapat mengurangi kerugian biaya yang diperoleh EMP Gelam akibat susut ini. 2.TINJAUAN TEORITIS Susut energi merupakan besarnya energi yang hilang ketika energi disalurkan dari sisi pengirim ke sisi penerima, baik antara gardu induk dengan gardu distribusi, bus satu dengan bus lainnya, maupun antara bus dengan beban (konsumen). Susut energi biasanya direpresentasikan sebagai selisih dari energi yang dikirim dengan energi yang diterima. Adapun klasifikasi dari susut energi dilihat dari sifat dan penyebab terjadinya susut energi, yaitu sebagai berikut [2].

3 3 Gambar 1 Klasifikasi susut energi Sumber : PT. PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten Sementara itu, susut tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Sama halnya dengan susut energi, susut tegangan juga menunjukkan bahwa nilai tegangan di sisi pengirim tidak akan sama dengan nilai tegangan di sisi penerima. Berdasarkan peraturan umum instalasi listrik [PUIL]-2000, susut tegangan yang diizinkan adalah tidak melebihi 5% dari nilai tegangan yang dikirim. Adapun persamaan umum dari susut tegangan pada suatu saluran yaitu sebagai berikut : V = 3 x I x l x ( R cos θ + j X L sin θ) (1) Dimana : V = susut tegangan saluran [Volt] I = arus (Ampere) l = panjang saluran [km] θ = sudut faktor daya [ 0 ] R = resistansi saluran [Ω / km] X L = induktansi saluran [Ω / km] Salah satu cara dalam menekan nilai susut sekecil mungkin adalah dengan melakukan pengubahan tap (load tap changer) pada trafo.tap pada trafo digunakan untuk mengubah nilai rasio lilitan primer dan lilitan trafo sehingga tegangan keluarannya dapat dinaikkan atau diturunkan tergantung dengan kebutuhan. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan :

4 4 (2) Dimana : Vp = tegangan di sisi primer trafo Vs = tegangan di sisi sekunder trafo Np = jumlah lilitan primer trafo Ns = jumlah lilitan sekunder trafo α = rasio lilitan Umumnya, pengubahan tap trafo terbagi menjadi dua jenis yaitu pengubahan positif dan negatif. Pengubahan nilai tap trafo ini menggunakan nilai persen (%) yang nilainya bervariasi berkisar antara 2,5% hingga 15% tergantung dari trafo yang digunakan. Pengubahan tap positif menyebabkan jumlah lilitan di sisi sekunder meningkat, sedangkan pengubahan tap negatif menyebabkan jumlah di sisi sekunder berkurang. Pengubahan tap pada trafo bersifat terbatas tergantung dari ukuran tap yang terdapat pada trafo. Semakin banyak level perubahan tap yang dimiliki oleh suatu trafo, semakin baik pula proses pengaturan tegangan yang dapat dilakukan [1]. Disamping itu, trafo untuk pengubahan tap terbagi menjadi dua jenis yaitu off-load tap changing transformer (OLTC) dan under-load tap changing transformer (ULTC). Trafo dengan ULTC dapat dimanfaatkan secara bervariasi setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit tergantung kondisi sistem tanpa harus menimbulkan gangguan terhadap suplai listrik. Gambar 2 Skema trafo pengubah tap 3.METODE PENELITIAN Metodologi penelitian menggambarkan proses dan tahapan penelitian mulai dari awal hingga akhir penelitian. Secara garis besar, diagram alur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

5 5 Start Identifikasi Masalah Pra Penelitian Studi Pustaka : 1) Teori Sistem Tenaga Listrik 2) Teori Karakteristik Sistem Distribusi 3) Teori Susut Energi, Susut Daya, Dan Susut Tegangan 4) Teori Aliran Daya Studi Lapangan 1) Meninjau lapangan operasi EMP Gelam 2) Mempelajari dan mengetahui konfigurasi sistem kelistrikan EMP Gelam 3) Mencari data spesifikasi dari berbagai peralatan tenaga listrik yang digunakan di daerah operasi EMP Gelam Studi ETAP 7.0 1) Pembuatan one line diagram 2) Memasukkan data-data yang diperoleh pada software ETAP 7 untuk kelengkapan one line diagram. Simulasi 1) Simulasi load flow dengan ETAP 7 2) Memperoleh data susut daya dan susut tegangan dari hasil simulasi 1) Analisa penyebab dan besarnya susut yang terjadi 2) Analisa pengendalian susut Gambar 3 Alur metodologi penelitian Pada saat simulasi aliran daya pada perangkat lunak ETAP 7, metode aliran daya yang digunakan adalah metode accelerated Gauss-Seidel, dengan iterasi maksimum Secara garis besar, tahapan-tahapan dalam melakukan simulasi aliran daya hingga memperoleh data hasil simulasi adalah sebagai berikut. Analisa Data

6 6 Gambar 4 Diagram alir simulasi aliran daya Untuk memperoleh penyelesaian aliran daya pada setiap bus, perlu diketahui dua buah parameter, tergantung pada parameter-parameter yang diketahui. Oleh karena itu, bus pada sistem diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : a) Bus swing atau reference bus ; parameter yang diketahui adalah tegangan (V) dan sudut fasa tegangan (δ), sedangkan parameter yang tidak diketahui adalah daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). b) Bus Generator atau bus kontrol; parameter yang diketahui adalah daya aktif (P) dan tegangan (V), sedangkan parameter yang tidak diketahui adalah sudut fasa tegangan (δ) dan daya reaktif (Q). c) Bus PQ atau bus beban; parameter yang diketahui adalah daya aktif (P) dan daya reaktif (Q), sedangkan parameter yang tidak diketahui adalah tegangan (V) dan sudut tegangan (δ).

7 7 Adapun langkah-langkah perhitungan penyelesaian aliran daya dengan menggunakan metode Accelerated Gauss Seidel yaitu sebagai berikut. 1. Menghitung impedansi saluran antar bus, misal bus a dan bus b sebagai berikut. Z ab = R ab + X ab (3) dimana : Z ab = impedansi saluran antara bus a - b R ab X ab = resistansi saluran antara bus a b = reaktansi induktif saluran antara bus a dan bus b 2. Menghitung admitansi saluran antar bus. Y ab = Y rab + Y xab (4) (5) (6) dimana : Y ab = total admitansi saluran antara bus a dan bus b Y rab = admitansi dari resistansi saluran antara bus a dan bus b Y xab = admitansi dari reaktansi induktif saluran antara bus a dan bus b 3. Menghitung daya terjadwal pada setiap bus. P jad = P generator - P beban (7) Q jad = Q generator - Q beban (8) 4. Menghitung tegangan pada bus a pada saat iterasi (k+1) (9) (k+1) dimana : V a = tegangan bus a pada iterasi ke (k+1) jad P i jad Q i y ab (k) V b = daya aktif terjadwal bus a = daya reaktif terjadwal bus a = admitansi bus a dan bus b = tegangan bus b pada iterasi k 5. Menghitung daya pada reference bus setelah konvergensi tercapai. ) (10) dimana : P a = daya aktif pada reference bus Q a = daya reaktif pada reference bus (11)

8 8 6. Menghitung aliran daya antar bus S ab = V a (V* ab Y* ab + V* a Y*c ab ) (12) P ab - jq ab = V a *(V a - V b ) Y ab + Va*Va Yc ij (13) dimana : S ab = aliran daya kompleks dari bus a b P ab = aliran daya aktif dari bus a b Q ab = aliran daya reaktif dari bus a b V a V b = tegangan di bus a = tegangan di bus b V ab = tegangan antara bus a dan bus b Y ab = admitansi antara bus a dan bus b Yc ab = admitansi line charging antara bus a dan bus b 7. Menghitung rugi-rugi daya kompleks antar bus S losses = S ab + S ba (11) dimana : S losses = rugi-rugi daya kompleks dari bus a ke bus b S ab S ba = daya kompleks dari bus a b = daya kompleks dari bus b - a Dari data hasil simulasi untuk kondisi existing, dapat diperoleh data profil tegangan masingmasing bus dan beban-beban listrik, total nilai susut daya dengan menjumlahkan seluruh nilai susut daya pada masing-masing bus, serta susut energi dari nilai total susut daya yang diperoleh tiap jamnya.. Kemudian, nilai efisiensi dari daya yang disalurkan dari pembangkit dan persentase nilai susut daya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut. (12) (13) Besar nilai masing-masing susut yang diperoleh akan diperbaiki menjadi lebih kecil dengan metode pengendalian nilai susut. Dalam penelitian ini, metode pengendalian nilai susut yang digunakan adalah dengan cara mengubah tap pada trafo dan penggantian kabel saluran yang memiliki luas penampang lebih besar.

9 9 Berikut one line diagram sistem kelistrikan Energi Mega Persada (EMP) Gelam. Gambar 5 Sistem Kelistrikan EMP Gelam 4. HASIL PENELITIAN Pada saat simulasi aliran daya dilakukan, semua beban dalam keadaan aktif beroperasi, kecuali yang memiliki fungsi sebagai cadangan (back up) seperti Chiller-02, Compressor-02, dan Shipping pump-01. Disamping itu, data pembangkitan (power generation) yang digunakan dalam simulasi aliran daya adalah sebagai berikut. Tabel 1 Data pembangkitan untuk simulasi aliran daya ID Nama Status G-01 GE Genset 250 kva Running G-02 DE Genset 200 kva Running G-03 DE Genset 200 kva Back up G-04 DE Genset 200 kva Back up G-05 PLN Back up

10 10 Berikut hasil simulasi aliran daya pada saat kondisi eksisting. Tabel 2 Profil Tegangan Pada Bus PDS- Tabel 6 Profil Tegangan Pada Bus PDS Tabel 7 Losses Pada Bus PDS Tabel 3 Losses Pada Bus PDS Tabel 8 Profil Tegangan Pada Bus PDS Tabel 4 Profil Tegangan Pada Bus PDS Tabel 9 Losses Pada Bus PDS Tabel 5 Losses Pada Bus PDS-09-02

11 11 Tabel 10 Profil Tegangan Pada Bus LP Tabel 11 Losses Pada Bus LP Tabel 16 Profil Tegangan Pada Bus PDS Tabel 17 Losses Pada Bus PDS Tabel 12 Profil Tegangan Pada Bus LP Tabel 18 Profil Tegangan Pada Bus PDS Tabel 13 Losses Pada Bus LP Tabel 19 Losses Pada Bus PDS Tabel 14 Profil Tegangan Pada Bus LP Tabel 20 Profil Tegangan Pada Bus PDS Tabel 15 Losses Pada Bus LP Keterangan : normal, 0% < jatuh tegangan < 2,5% marjinal, 2.5% < jatuh tegangan < 5% critical, jatuh tegangan > 5% Dari hasil simulasi aliran daya, bus yang mengalami susut tegangan terbesar adalah bus LP Besarnya susut tegangan yang terjadi adalah 6,316% sehingga besar tegangan bus LP adalah 0,356 kv. Ini menyebabkan bus LP berada pada status critical. Hal ini

12 12 disebabkan oleh susut tegangan sudah terjadi pada bus-bus sebelum bus LP sehingga nilai tegangan yang didistribusikan ke LP tidak berada pada nilai nominalnya. Disamping itu, bus LP merupakan bus terjauh pada sistem kelistrikan EMP sehingga juga menjadi salah satu penyebab terjadinya susut tegangan terbesar. Sementara itu, beban yang mengalami susut tegangan terbesar dialami oleh ESP-03 yakni sebesar 8,42% sehingga nilai tegangan pada ESP-03 adalah 1,099 kv. Seharusnya nilai nominal tegangan pada ESP-03 adalah 1,2 kv. Hal ini disebabkan karena ESP-03 tersambung pada bus PDS yang mengalami susut tegangan dan berada pada kondisi marjinal. Panjang saluran kabel dari T-04 menuju ESP-03 adalah 3 km sehingga juga menjadi penyebab terjadinya susut tegangan yang besar. Disamping itu, dari hasil simulasi aliran daya diperoleh total rugi-rugi daya pada sistem kelistrikan EMP Gelam yaitu sebagai berikut. Tabel 21 Susut daya pada masing-masing bus ID P [kw] Q [kvar] PDS PDS PDS PDS LP LP LP PDS PDS PDS TOTAL Total susut daya yang terjadi di sistem kelistrikan EMP GELAM adalah sebesar 12,2 KW dan 7,9 KVAR atau sama dengan KVA. Sementara itu, daya yang disuplai oleh pembangkit G-01 dan G-02 masing-masing sebesar 133 KVA sehingga total daya yang disuplai oleh pembangkit adalah 266 KVA. Jadi efisiensi daya pada sistem kelistrikan EMP Gelam adalah sebagai berikut.

13 13 Losses = 100% - 94,536% = 5,464% Berdasarkan dokumen keekonomian PDS Gelam yang dimiliki oleh pihak perusahaan, terdapat data mengenai penggunaan bahan bakar gas dan diesel pada masing-masing generator set dalam menghasilkan kilowatt tiap jamnya, serta biaya penggunaan masingmasing bahan bakar. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22 Keekonomian pembangkit EMP Gelam ID Generator-set Bahan Bakar Jumlah Harga G-01 Gas 10 scf / kwh US$ 4,90 /MMBTU G-02 Diesel 0,3 lt / kwh US$ 0,80 / lt NB : 1) scf adalah standard cubic foot (1 ft 3 ). 2) MMBTU adalah Million Metric British Thermal Unit. 1 MMBTU = 28,316 m 3 gas. 1 ft 3 = 0,02832 m 3 Dari hasil simulasi diketahui bahwa total jumlah susut daya dalam kilowatt adalah sebesar 12,2 kw. Tiap jamnya, akan terjadi susut energi sebesar 12,2 kwh. Dengan menyatakan bahwa 6,1 kwh dari 12,2 kwh merupakan hasil keluaran generator-set diesel, dan 6,1 kwh nya lagi merupakan hasil keluaran generator-set gas, maka berdasarkan perhitungan berikut akan diperoleh kerugian perusahaan secara finansial. Bahan bakar diesel Jumlah konsumsi bahan bakar = 6,1 [kwh] x 0,3 [lt / kwh] = 1,83 lt Biaya bahan bakar = 1,83 [lt] x US$ 0,80 [1 / lt] = US$ 1,464 Bahan bakar gas Jumlah konsumsi bahan bakar = 6,1 [[kwh] x 10 scf / [kwh] = 61 scf = 61 ft 3 = 1,72752 m 3 = 0,061 MMBTU Biaya bahan bakar = 0,061 [MMBTU] x $ 4,90 / [1 / MMBTU] = US$ 0,299 Total biaya bahan bakar = US$ 1,464 + US$ 0,299 = US$ 1,763

14 14 Jadi, susut energi menyebabkan EMP Gelam mengalami kerugian sebesar US$ 1,763 tiap jamnya. Dalam satu hari EMP gelam akan mengalami kerugian sebesar US$ 42,311 dan dalam 1 minggu, 1 bulan, serta 1 tahun EMP Gelam akan mengalami kerugian masing-masing sebesar US$ 296,174; US$ 1269,318 ; dan US$ 15443,374. Berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap USD pada tanggal 18 Desember 2012 yaitu Rp 9.649, maka kerugian yang diterima oleh EMP Gelam akibat susut energi ini dalam rupiah adalah sebesar Rp ,187 dalam 1 jam, Rp ,839 dalam 1 hari, Rp ,403 dalam 1 minggu, Rp ,38 dalam 1 bulan, dan Rp ,7 dalam 1 tahun. Grafik 1 Besar rugi biaya yang ditimbulkan oleh susut energi per periode waktu tertentu saat kondisi eksisting Biaya (Rp) Grafik Biaya Vs T 1 JAM 1 HARI 1 MINGGU 1 BULAN 1 TAHUN T (periode) 5. PEMBAHASAN Dari hasil simulasi, adapun rekomendasi untuk memperbaiki nilai susut pada sistem kelistrikan EMP Gelam, yaitu sebagai berikut. a) Mengubah posisi tap trafo, yaitu trafo T-02 sebesar +5%, trafo T-03 sebesar +5% dan trafo T-04 sebesar +2.5%. b) Ukuran kabel diperbesar pada saluran yang mengalami rugi-rugi energi terbesar yaitu P- 06, P-10, P-14, dan P-15 yang masing-masing luas penampangnya diubah menjadi 150 mm 2. Berdasarkan hasil rekomendasi pada kondisi kelistrikan eksisting sebelumnya, maka setelah dilakukan simulasi kembali diperoleh perbandingan data sebagai berikut.

15 15 ID Bus V RATING (KV) Tabel 23 Profil Tegangan Bus Tegangan Bus (KV) Sebelum Perbaikan Susut Tegangan Status Tegangan Bus (KV) Sesudah Perbaikan Susut Tegangan Status PDS ,38 0, % Normal 0, % Normal PDS ,38 0,373 1,842 % Normal 0,377 0,790 % Normal PDS ,38 0,368 3,158 % Marjinal 0,386 1,579 % Normal PDS ,38 0,358 5,790 % Critical 0,383 0,790 % Normal LP ,38 0,356 6,316 % Critical 0,382 0,526 % Normal LP ,38 0,357 6,053 % Critical 0,382 0,526 % Normal LP ,38 0,358 5,790 % Critical 0,381 0,263% Normal PDS ,38 0,370 2,632 % Marjinal 0,373 1,842 % Normal PDS ,38 0,369 2,895 % Marjinal 0,372 2,105 % Normal PDS ,38 0,366 3,684 % Marjinal 0,370 2,632 % Marjinal Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan perbaikan, hampir seluruh bus berada dalam status normal. Bus PDS-01-01, PDS,11-01, dan PDS memiliki status normal setelah perbaikan dari keadaaan marjinal. Dan bus LP-01-01, LP-01-02, dan LP memiliki status normal setelah perbaikan dari keadaan critical. Setelah perbaikan, bus yang mengalami nilai susut tegangan terbesar dialami oleh bus PDS sebesar 2,632%. Hal ini disebabkan karena posisi bus PDS ini sangat jauh yaitu 2 km dari bus sebelumnya. Tabel 24 Susut daya pada masing-masing bus ID P [kw] Q [kvar] sebelum sesudah sebelum sesudah PDS PDS PDS PDS LP LP LP PDS PDS PDS TOTAL

16 16 Setelah dilakukan perbaikan, besar total rugi-rugi daya menjadi lebih kecil yaitu 8,5 kw dan 7,6 kvar atau sebesar 11,402 kva. Dengan total daya yang disuplai oleh pembangkit G-01 dan G-02 adalah sebesar 268 KVA, maka efisiensi daya pada sistem kelistrikan EMP Gelam setelah perbaikan adalah sebagai berikut. Losses = 100% - 95,746% = 4,254% Grafik 2 Besar susut daya sebelum dan sesudah perbaikan pada masing-masing bus Susut (kw) 8 Grafik P pada masing-masing bus awal perbaikan BUS Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa susut daya yang terjadi lebih kecil setelah diberi perbaikan pada masing-masing bus. Susut terbesar masih dialami oleh bus PDS sebesar 5,6 kw. Sebelum perbaikan, nilai susut daya pada bus ini adalah 7,9 kw sehingga terdapat selisih 2,3 kw yang merupakan nilai perbaikan terhadap nilai susut yang terjadi. Untuk bus PDS-01-01, PDS-01-02, dan LP memiliki susut daya masing-masing 2,5 kw; 0,1 kw; dan 0,3 kw. Dari hasil simulasi setelah perbaikan diketahui bahwa total jumlah susut daya yang terjadi adalah sebesar 8,5 kw. Tiap jamnya, akan terjadi susut energi sebesar 8,5 kwh. Dengan menyatakan bahwa 4,25 kwh dari 8,5 kwh merupakan hasil keluaran generator-set diesel, dan 4,25 kwh nya lagi merupakan hasil keluaran generator-set gas, kerugian yang dialami akibat susut energi setelah adanya perbaikan adalah sebagai berikut.

17 17 Bahan bakar diesel Jumlah konsumsi bahan bakar = 4,25 [kwh] x 0,3 [lt / kwh] = 1,275 lt Biaya bahan bakar = 1,41 [lt] x US$ 0,80 [1 / lt] = US$ 1,02 Bahan bakar gas Jumlah konsumsi bahan bakar = 4,25 [kwh] x 10 scf / [kwh] = 42,5 scf = 42,5 ft 3 = 1,204 m 3 = 0,0425 MMBTU Biaya bahan bakar = 0,0425 [MMBTU] x US$ 4,90 / [1 / MMBTU] = US$ Total biaya bahan bakar = US$ 1,02 + US$ 0,20825 = US$ 1,22825 Jadi, susut energi menyebabkan EMP Gelam mengalami kerugian sebesar US$ 1,22825 tiap jamnya. Dalam satu hari EMP gelam akan mengalami kerugian sebesar US$ 29,478 dan dalam 1 minggu, 1 bulan, serta 1 tahun EMP Gelam akan mengalami kerugian masing-masing sebesar US$ 206,346; US$ 884,34; dan US$ 10759,47. Berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap USD pada tanggal 18 Desember 2012 yaitu Rp 9.649, maka kerugian yang diterima oleh EMP Gelam akibat susut energi ini dalam rupiah adalah sebesar Rp ,384 dalam 1 jam, Rp ,222 dalam 1 hari, Rp ,554 dalam 1 minggu, Rp ,66 dalam 1 bulan, dan Rp dalam 1 tahun. Grafik 3 Besar rugi biaya yang ditimbulkan oleh susut energi per periode waktu tertentu Biaya (Rp) Grafik Biaya Vs T 1 jam 1 hari 1 minggu 1 bulan 1 tahun kondisi awal kondisi perbaikan T (periode)

18 18 Dari grafik, dapat dilihat bahwa untuk jangka waktu satu tahun selisih rugi biaya susut energi yang dihasilkan antara kondisi eksisting dan kondisi perbaikan adalah sebagai berikut Selisih rugi biaya = rugi biaya susut energi eksisting rugi biaya susut energi perbaikan = Rp ,7 - Rp Selisih rugi biaya = Rp ,7 Ini menunjukkan bahwa pihak perusahaan akan hemat sebesar Rp ,7 per tahunnya setelah adanya perbaikan pada sistem kelistrikan EMP Gelam. Namun karena pada perbaikan melakukan pergantian beberapa kabel saluran yaitu P- 06, P-10, P-14, dan P-15 yang masing-masing luas penampangnya diubah menjadi 150 mm 2, maka berikut akan dikalkulasikan biaya penggantian kabel saluran untuk mengetahui kesinambungan penggantian kabel ini dengan susut energi yang terjadi. Berdasarkan situs menyatakan bahwa untuk kabel NYY 4 core dengan luas penampang 150 mm 2 memiliki harga Rp per meternya, sedangkan total panjang kabel yang akan diganti adalah 345 m. Jadi, biaya yang digunakan untuk mengganti kabel adalah : 345 m x Rp / m = Rp Kabel NYY ini memiliki life time hanya untuk sepuluh tahun, maka : Rugi biaya susut energi eksisting selama 10 tahun = Rp ,7 x 10 thn = Rp Rugi biaya susut energi perbaikan selama 10 tahun = (Rp x10 thn) + biaya pembelian kabel = Rp Rp = Rp Selisih rugi biaya susut = Rp Rp = Rp Dari perhitungan dapat dilihat bahwa dengan penggantian kabel dan untuk rugi biaya susut energi perbaikan, nilai rugi biayanya lebih kecil dibandingkan rugi biaya susut energi untuk keadaan eksisting sehingga dapat dinyatakan bahwa rekomendasi mengenai penggantian kabel pada sistem kelistrikan EMP Gelam merupakan suatu langkah yang tepat.

19 19 6. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Pada saat kondisi eksisting, susut tegangan terbesar terjadi pada bus LP sebesar 6,316%. 2) Pada saat kondisi eksisting, susut daya yang terjadi pada sistem kelistrikan EMP Gelam sebesar 12,2 kw dan 7,9 kvar sehingga efisiensi daya disaluran adalah 94,536%. 3) Kerugian yang diperoleh EMP Gelam akibat susut energi per tahunnya adalah Rp ,7 4) Apabila perbaikan susut dengan menaikkan tap trafo T-01, T-03, T-04 dan mengganti kabel saluran P-06, P-10, P-14, dan P-15 diimplementasikan, maka susut tegangan terbesar terjadi pada bus PDS sebesar 2,632% 5) Apabila perbaikan susut dengan menaikkan tap trafo T-01, T-03, T-04 dan mengganti kabel saluran P-06, P-10, P-14, dan P-15 diimplementasikan, susut daya pada sistem kelistrikan EMP Gelam menjadi 8.5 kw dan 7,6 kvar sehingga efisiensi daya disaluran menjadi 95,746%. 6) Kerugian yang diperoleh EMP Gelam akibat susut energi per tahunnya apabila perbaikan susut dengan menaikkan tap trafo T-01, T-03, T-04 dan mengganti kabel saluran P-06, P- 10, P-14, dan P-15 diimplementasikan adalah Rp dan hemat Rp ,7 dari kondisi eksisting.

20 20 7.KEPUSTAKAAN [1] Cahyanto, Restu Dwi. Studi Perbaikan Kualitas Tegangan Dan Rugi-rugi Daya Pada Penyulang Pupur Dan Bedak Menggunakan Bank Kapasitor, Trafo Pengubah Tap, Dan Penggantian Kabel Penyulang. Depok : Skripsi [2] Tim Analisa Susut Distribusi. Pengendalian susut. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Adisuryo, Drs.Soekardi. Pelatihan Dan Sertifikasi Operator Produksi dan Teknisi Maintenance. Bandung : PT. Mulia Bahagia Abadi. Kelompok Kerja Standar Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik dan Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. Buku I Kriteria Disain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta : PT PLN (Persero) Kundur, Prabha. Power System Stability and Control. McGraw-Hill Rijono, Drs. Yon. Dasar Teknik Tenaga Listrik Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi SNI No : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 [PUIL2000] Tim Analisa Susut Distribusi. Pengendalian susut. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Zuhal. Dasar Teknik Tenaga Listrik Elektronik Daya. Gramedia Pustaka Utama. 1998

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG)

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG) STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG) Andika Handy (1), Zulkarnaen Pane (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0 Fani Istiana Handayani * ), Yuningtyastuti, Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PEHITUNGAN RUGI-RUGI DAYA PADA GARDU INDUK PLTU 2 SUMUT PANGKALAN SUSU DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER

ANALISIS PEHITUNGAN RUGI-RUGI DAYA PADA GARDU INDUK PLTU 2 SUMUT PANGKALAN SUSU DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER ANALISIS PEHITUNGAN RUGI-RUGI DAYA PADA GARDU INDUK PLTU SUMUT PANGKALAN SUSU DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYZER Asri Akbar, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP

ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP ANALISIS JATUH TEGANGAN DAN RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0 Fani Istiana Handayani * ), Yuningtyastuti, and Agung Nugroho Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengukuran dan Pengambilan Data Pengambilan data dengan cara melakukan monitoring di parameter yang ada dan juga melakukan pengukuran ke lapangan. Di PT.Showa Indonesia Manufacturing

Lebih terperinci

Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Susut Transmisi Sistem Interkoneksi Sulselbar Berbasis DIgSILENT Power Factory 15.1.

Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Susut Transmisi Sistem Interkoneksi Sulselbar Berbasis DIgSILENT Power Factory 15.1. Journal INTEK, April 06, Volume (): 0-5 0 Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Transmisi Sistem Interkoneksi Sulselbar Berbasis DIgSILENT Power Factory 5.. Marwan, Nurhayati, Andi Sultan A. Al Qahfi,a dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi dari penelitian ini bertempat di PT.PLN (PERSERO) Area Pengaturan Beban (APB) Jawa Barat yang beralamat di Jln. Mochamad Toha KM 4 Komplek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di kabupaten Bantul provinsi Yogyakarta, tepatnya di PT PLN (persero) APJ (Area Pelayanan Jaringan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu kebutuhan utama bagi penunjang dan pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat memicu kebutuhan akan energi, terutama energi listrik. Masalah listrik menjadi polemik yang berkepanjangan dan memunculkan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik OPTIMALISASI PENGGUNAAN KAPASITOR BANK PADA JARINGAN 20 KV DENGAN SIMULASI ETAP (Studi Kasus Pada Feeder Srikandi di PLN Rayon Pangkalan Balai, Wilayah Sumatera Selatan) David Tampubolon, Masykur Sjani

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

Analisis Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi Penyulang Barata Jaya Area Surabaya Selatan Menggunakan Software Etap 12.6

Analisis Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi Penyulang Barata Jaya Area Surabaya Selatan Menggunakan Software Etap 12.6 Analisis Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi Penyulang Barata Jaya Area Surabaya Selatan Menggunakan Software Etap 12.6 Analisis Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi Penyulang Barata Jaya Area Surabaya Selatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya

BAB I. PENDAHULUAN. daya listrik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kualitas daya BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin tingginya tarif listrik, maka tuntutan efisiensi dalam pemakaian daya listrik adalah menjadi pertimbangan utama. Efisiensi penggunaan daya listrik

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut:

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut: PENDAHULUAN Dalam perancangan dan analisis sebuah sistem tenaga listrik, sebuah software aplikasi sangat dibutuhkan untuk merepresentasikan kondisi real.hal ini dikarenakan sulitnya meng-uji coba suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014 ANALISIS PERBAIKAN TEGANGAN PADA SUBSISTEM DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR BANK DENGAN ETAP VERSI 7.0 Wiwik Handajadi 1 1 Electrical Engineering Dept. of Institute of Sains & Technology AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR) STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR) Rimbo Gano (1), Zulkarnaen Pane (2) Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu: laptop yang dilengkapi dengan peralatan printer.

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu: laptop yang dilengkapi dengan peralatan printer. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak, adapun perangkat tersebut yaitu: 1. Perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tri Fani, 2014 Studi Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi 20 KV Menggunakan ETAP 7.0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, energi listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Kebutuhan energi listrik semakin meningkat dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kondisi tanpa Harmonisa, Kondisi dengan Harmonisa, Harmonic Analysis Load Flow, Rugi Daya, Sistem Tegangan Rendah.

ABSTRAK. Kata kunci : Kondisi tanpa Harmonisa, Kondisi dengan Harmonisa, Harmonic Analysis Load Flow, Rugi Daya, Sistem Tegangan Rendah. ABSTRAK Penyulang Menjangan merupakan sistem jaringan tegangan menengah 20 kv yang melayani daerah Gilimanuk dan sebagian Buleleng. Penyulang Menjangan memiliki total gardu terpasang sebanyak 69 Gardu,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS

ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS F.10. Analisis dampak pemasangan distributed generation (DG)... (Agus Supardi dan Romdhon Prabowo) ANALISIS DAMPAK PEMASANGAN DISTIBUTED GENERATION (DG) TERHADAP PROFIL TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA SISTEM

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 PERBANDINGAN METODE FAST-DECOUPLE DAN METODE GAUSS-SEIDEL DALAM SOLUSI ALIRAN DAYA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV DENGAN MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION DAN MATLAB (Aplikasi Pada PT.PLN (Persero Cab. Medan) Ken

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II 10 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10,. 1, April 2012 Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II Evtaleny R. Mauboy dan Wellem F. Galla Jurusan Teknik Elektro, Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

Jurnal Media Elektro Vol. V No. 2 ISSN: ANALISIS RUGI-RUGI DAYA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM PLN KOTA KUPANG

Jurnal Media Elektro Vol. V No. 2 ISSN: ANALISIS RUGI-RUGI DAYA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM PLN KOTA KUPANG ANALISIS RUGI-RUGI DAYA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv PADA SISTEM PLN KOTA KUPANG Sri Kurniati. A, Sudirman. S Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Undana, AdiSucipto Penfui, Kupang, Indonesia,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres.

ABSTRAK. Kata Kunci : Jaringan tegangan rendah, Rugi rugi energi, Konektor Tap, Konektor Pres. ABSTRAK Rugi rugi energi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah energi yang disalurkan tidak sama dengan energi yang diterima. Rugi energi merupakan salah satu parameter kualitas jaringan listrik.

Lebih terperinci

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION

PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION PENENTUAN TITIK INTERKONEKSI DISTRIBUTED GENERATION (DG) PADA JARINGAN 20 KV DENGAN BANTUAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY STUDI KASUS : PLTMH AEK SILAU 2 Syilvester Sitorus Pane, Zulkarnaen Pane Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO Muhammad Ade Nugroho, 1410017211121 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan selama 2 bulan mulai tanggal 1 November 2016 sampai tanggal 30 Desember

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Sistem Tenaga Listrik TE UMY

Panduan Praktikum Sistem Tenaga Listrik TE UMY 42 UNIT 4 PERBAIKAN UNJUK KERJA SALURAN DENGAN SISTEM INTERKONEKSI A. TUJUAN PRAKTIKUM a. Mengetahui fungsi switch pada jaringan interkoneksi b. Mengetahui setting generator dan interkoneksinya dengan

Lebih terperinci

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN

STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN Teknologi Elektro, Vol.,., Juli Desember 0 9 STUDI RUGI DAYA SISTEM KELISTRIKAN BALI AKIBAT PERUBAHAN KAPASITAS PEMBANGKITAN DI PESANGGARAN I P. A. Edi Pramana, W. G. Ariastina, I W. Sukerayasa Abstract

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL TEGANGAN RENDAH oleh : Fitrizawati ABSTRACT

ANALISIS TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL TEGANGAN RENDAH oleh : Fitrizawati ABSTRACT ANALISIS TEGANGAN JATUH PADA JARINGAN DISTRIBUSI RADIAL TEGANGAN RENDAH oleh : Fitrizawati ABSTRACT According to the web distribution, the voltage drop is counted from the source power until the consumer.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu cara menelaah, menggali, serta mengkaji teoremateorema

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN SUSUT TEKNIS DAN SUSUT TEGANGAN PADA PENYULANG KLS 06 DI GI KALISARI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.5.0

ANALISA PERBAIKAN SUSUT TEKNIS DAN SUSUT TEGANGAN PADA PENYULANG KLS 06 DI GI KALISARI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.5.0 ANALISA PERBAIKAN SUSUT TEKNIS DAN SUSUT TEGANGAN PADA PENYULANG KLS 06 DI GI KALISARI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.5.0 Bambang Winardi *), Agung Warsito, and Meigy Restanaswari Kartika Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17 STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 50 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 7 Adly Lidya, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1

BAB II DASAR TEORI. Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 BAB II DASAR TEORI 2.1 UMUM Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Pusat Pembangkit, Jaringan Transmisi, Gardu Induk, Jaringan Distribusi, dan Beban seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar

Lebih terperinci

Kata kunci : panas bumi, gunung Gede, penyulang Puncak, optimasi, susut tegangan.

Kata kunci : panas bumi, gunung Gede, penyulang Puncak, optimasi, susut tegangan. ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN SUPLAI DAYA DARI PLTP GUNUNG GEDE TERHADAP SUSUT TEGANGAN DI PENYULANG PUNCAK Irfan Lutfiansyah, Rudy Setiabudy Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4. SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.0 Rudi Salman 1) Mustamam 2) Arwadi Sinuraya 3) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI RESTU DWI CAHYANTO Oleh :

SKRIPSI RESTU DWI CAHYANTO Oleh : STUDI PERBAIKAN KUALITAS TEGANGAN DAN RUGI-RUGI DAYA PADA PENYULANG PUPUR DAN BEDAK MENGGUNAKAN BANK KAPASITOR, TRAFO PENGUBAH TAP DAN PENGGANTIAN KABEL PENYULANG SKRIPSI Oleh : RESTU DWI CAHYANTO 04 03

Lebih terperinci

STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA DALAM RANGKA MENEKAN BIAYA OPERASIONAL PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA DALAM RANGKA MENEKAN BIAYA OPERASIONAL PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV STUDI PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA DALAM RANGKA MENEKAN BIAYA OPERASIONAL PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV Dede Kaladri. S Jurusan Teknik Elektro-FTI,Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana Efek Beroperasinya Kabel Laut Bali Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I Wayan Sukerayasa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERBAIKAN LOSSES DAN DROP TEGANGAN PWI 9 DENGAN PELIMPAHAN BEBAN KE PENYULANG BARU PWI 11 DI PT PLN (PERSERO) AREA SEMARANG

PERBAIKAN LOSSES DAN DROP TEGANGAN PWI 9 DENGAN PELIMPAHAN BEBAN KE PENYULANG BARU PWI 11 DI PT PLN (PERSERO) AREA SEMARANG PERBAIKAN LOSSES DAN DROP TEGANGAN PWI 9 DENGAN PELIMPAHAN BEBAN KE PENYULANG BARU PWI 11 DI PT PLN (PERSERO) AREA SEMARANG Bambang Winardi *), Heru Winarno, and Kurnanda Rizky Aditama Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran

Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran Alvian Novia Rizki Ahmad, Sri Sartono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem distribusi tenaga listrik merupakan suatu sistem penyalur energi listrik pada tingkat tegangan yang diperlukan, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

Lebih terperinci

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN

PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN PERBAIKAN JATUH TEGANGAN PADA FEEDER B KB 31P SETIABUDI JAKARTA DENGAN METODE PECAH BEBAN Ishak Kasim*, Chairul Gagarin Irianto** & Fachrizal*** (*) & (**) Dosen Jurusan Teknik Elektro, FTI Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Perbaikan Jatuh Tegangan Dengan Pemasangan Automatic Voltage Regulator

Perbaikan Jatuh Tegangan Dengan Pemasangan Automatic Voltage Regulator Perbaikan Jatuh Tegangan Dengan Pemasangan Automatic oltage Regulator ja Darmana Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi ndustri Universitas Bung Hatta E-mail : ija_ubh@yahoo.com ABSTRAK Pada jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Informasi Umum 4.1.1 Profil Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak antara 07

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG) Agus Supardi 1, Tulus Wahyu Wibowo 2, Supriyadi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISA ALTERNATIF PERBAIKAN UNTUK MENGATASI DROP TEGANGAN PADA FEEDER KOTA 20 KV DI ROKAN HULU

ANALISA ALTERNATIF PERBAIKAN UNTUK MENGATASI DROP TEGANGAN PADA FEEDER KOTA 20 KV DI ROKAN HULU ANALISA ALTERNATIF PERBAIKAN UNTUK MENGATASI DROP TEGANGAN PADA FEEDER KOTA KV DI ROKAN HULU Muhammad Fadli Biya Lubis, Nurhalim Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono@uny.ac.id Analisis Pemasangan Kapasitor

Lebih terperinci

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN Analisis Jatuh Pada Penyulang 20 kv Berdasarkan pada Perubahan Beban (Studi Kasus Penyulang Penfui dan Penyulang Oebobo PT. PLN Persero Rayon Kupang) Agusthinus S. Sampeallo, Wellem F. Galla, Rendi A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan Penelitian Yang Pernah Dilakukan untuk mendukung penulisan skripsi ini antara lain: Julen Kartoni S dan Edy Ervianto (2016) melakukan

Lebih terperinci

Analisa Perbaikan Tegangan Pada Saluran Transmisi Industri Minyak Lepas Pantai CNOOC SES Ltd.

Analisa Perbaikan Tegangan Pada Saluran Transmisi Industri Minyak Lepas Pantai CNOOC SES Ltd. Analisa Perbaikan Tegangan Pada Saluran Transmisi Industri Minyak Lepas Pantai CNOOC SES Ltd. Gallant Agna Putra Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4. Jurnal Emitor Vol. 15 No. 02 ISSN 1411-8890 ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.0 Novix Jefri

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Gambar 1. Diagram Satu Garis Sistem Daya Listrik [2] Gambar 2 menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik terdiri dari tiga kelompok jaringan yaitu pembangkitan, transmisi

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: FAJAR WIDIANTO D 400 100 060 JURUSAN

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNTAG 2016 PERCOBAAN I PENGENALAN ETAP I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari fungsi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI 2.1.Studi Aliran Daya Studi aliran daya di dalam sistem tenaga listrik merupakan studi yang penting.studi aliran daya merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv 39 BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv persamaan 3.2 Untuk mencari jatuh tegangan di delapan penyulang

Lebih terperinci

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer Techno, ISSN 1410-8607 Volume 15 No. 2, Oktober 2014 Hal. 50 55 ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer Winarso Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk BAB IV ANALISA DATA 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) ETAP merupakan program analisa grafik transient kelistrikan yang dapat dijalankan dengan menggunakan program Microsoft Windows 2000,

Lebih terperinci

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO

STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO STUDI PERKIRAAN SUSUT TEKNIS DAN ALTERNATIF PERBAIKAN PADA PENYULANG KAYOMAN GARDU INDUK SUKOREJO Primanda Arief Yuntyansyah 1, Ir. Unggul Wibawa, M.Sc., Ir. Teguh Utomo, MT. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Jurnal Emitor Vol.16 No. 01 ISSN

Jurnal Emitor Vol.16 No. 01 ISSN ANALISIS ALIRAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DI KSO PERTAMINA EP GEO CEPU INDONESIA DISTRIK 1 KAWENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6 CAHYO KUMOLO PT.PROLINDO ADITYA PRIMA JL. PERAK TIMUR NO. 52 SURABAYA

Lebih terperinci

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971

47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 47 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 2, JULI 1971 ANALISIS PENGARUH REKONFIGURASI GROUNDING KABEL POWER 20 kv TERHADAP ERROR RATIO CURRENT TRANSFORMERS PELANGGAN TEGANGAN MENENGAH DI HOTEL GOLDEN TULIP SEMINYAK

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH Yoakim Simamora, Panusur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir Skripsi ini antara lain adalah sebagai berikut : a. Studi literatur, yaitu langkah pertaman yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: INDRIANTO D 400 100

Lebih terperinci

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere.

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere. LVMDP / PUTR Low Voltage Main Distribution Panel / Panel Utama Tegangan Rendah = Pemutus sirkit utama tegangan rendah, kapasitas dalam ampere. Trafo Transformator step down dari tegangan menengah ke tegangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH I K.Windu Iswara 1, G. Dyana Arjana 2, W. Arta Wijaya 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar

Lebih terperinci

: Distributed Generation, Voltage Profile, Power Losses, Load Flow Analysis, EDSA 2000

: Distributed Generation, Voltage Profile, Power Losses, Load Flow Analysis, EDSA 2000 ABSTRAK Salah satu teknik untuk memperbaiki jatuh tegangan adalah dengan pemasangan (DG) Distributed Generation. Salah satu teknologi Distributed Generation yang ada di Bali adalah PLTS Kubu Karangasem

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 1.1 Studi Kasus. PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 1.1 Studi Kasus. PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN 1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 1.1 Studi Kasus PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN (Persero) Distribusi Banten Area Cikokol. Yang dilayani oleh gardu distribusi TG 175 penyulang Canon

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

Analisis Aliran Daya Pada Sistem Distribusi Radial 20KV PT. PLN (Persero) Ranting Rasau Jaya

Analisis Aliran Daya Pada Sistem Distribusi Radial 20KV PT. PLN (Persero) Ranting Rasau Jaya 5 Analisis Aliran Daya Pada Sistem Distribusi Radial 0KV PT. PLN (Persero) Ranting Rasau Jaya Dedy Noverdy. R Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI Koes Indrakoesoema, Yayan Andryanto, M Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna GA Siwabessy, Puspiptek,

Lebih terperinci