KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API"

Transkripsi

1 KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION Diajukan dalam Rangka Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Bidang IPA Disusun Oleh: GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2 KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION Diajukan dalam Rangka Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Bidang IPA Disusun Oleh: GUSTITIA PUTRI PERDANA NIM I Menyetujui, Pembantu Dekan III Fakultas Teknik Surakarta, 12 Februari 2009 Dosen Pembimbing Ir. Agung Kumoro, MT NIP Irwan Iftadi, ST. M.Eng 2

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis dengan judul: Kampanye Kecelakaan Nol Untuk Meningkatkan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Stasiun Kereta Api. Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu syarat Lomba Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan kesulitan yang menyertai penulis selama penyusunan karya tulis ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Irwan Iftadi, ST. M.Eng., selaku dosen pembimbing penyusunan karya tulis ini. 2. Ir. Agung Kumoro, M.T., selaku Pembantu Dekan III FT UNS. 3. Ayah dan Bunda tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil demi terselesaikannya karya tulis ini. 4. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan karya tulis ini, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk perbaikan karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini bermanfaat para pembaca. Surakarta, Februari 2009 Penulis 3

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v ABSTRAK... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Masalah... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kecelakaan kerja... 9 BAB III METODE PENULISAN 3.1. Sumber Data Analisis Data Prosedur Penulisan Sistematika Penulisan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Masalah Pembahasan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Pembahasan Metode Kampanye Kecelakaan Nol Pembahasan Penerapan Metode Kampanye Kecelakaan Nol BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 4

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kereta Api... 3 Gambar 3.1. Flow chart penulisan karya tulis Gambar 4.1 Skema Manusia Melakukan Perbuatan Yang Tidak Aman Gambar 4.2 Bagian dari Kegiatan Kampanye Kecelakaan Nol Gambar 4.2 Cara Melakukan Metode Menunjuk dan Menyebut Gambar 4.3 Cara Melakukan Metode Menunjuk dan Menyebut secara Bersama-sama

6 KAMPANYE KECELAKAAN NOL UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI STASIUN KERETA API Gustitia Putri Perdana Teknik Industri Fakultas Teknik-Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Selain itu diperlukan upaya untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengingat semakin meningkatnya jumlah kecelakaan dan gangguan kerja di berbagai area kerja, misalnya yang terjadi di stasiun kereta api. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengkaji mengenai metode untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api dengan menggunakan Kampanye Kecelakaan Nol. Karya tulis ini merupakan sebuah kajian mengenai pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kerata api. Pengkajian dilakukan dari beberapa pustaka acuan. Hasil kajian tersebut diolah untuk kemudian diambil kesimpulan mengenai tingkat kepentingan, keunggulan metode dan potensi keberhasilan penerapan metode tersebut. Hasil dari pengkajian menunjukkan bahwa penerapan metode kampanye kecelakaan nol dapat meminimalisasi kecelakaan kerja akibat kesalahan manusia (human error) yang terjadi di stasiun kereta api. Sehingga dengan berkurangnya kesalahan manusia diharapkan dapat meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kata kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kampanye Kecelakaan Nol, Stasiun kereta api, kecelakaan kerja 6

7 ZERO IN ACCIDENT CAMPAIGN FOR INCREASING SAFETY AND HEALTH ACTIVITY IN RAILWAY STATION Gustitia Putri Perdana Industrial Engineering-Engineering Faculty Sebelas Maret University-Surakarta ABSTRACT Faces globalization era, contribution of employees is expected in increasing quality of human resource which will be look at the height of professionalism, independence, job ethos and work productivity. To support that is required by healthy labour and work environment, safe, comfortable and guarantees improvement of work productivity. Besides that, its also required effort to apply Safety And Health Activity (K3) remembers that job accident and trouble in various job is growing of amounts, for example happened in railway station. Purpose of this writing is to study about method to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station by using Zero Accident Campaign. This writing is a study about execution of Zero Accident Campaign to increase Safety And Health Activity ( K3) in railway station. The study is carried out by studying several literature. The result of that study is analized and then conclusion about level of importance, excellence of method and potency success of applying of the method. Result from study indicates that applying of zero accident campaign method can minimalized accident of job caused by man mistake (human errors) happened in railway station. So with the lessen of human errors is expected able to increase Safety And Health Activity ( K3). Keyword : Safety And Health Activity ( K3), Zero Accident Campaign, Railway station, job accident 7

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Pada dasawarsa 1990-an, Indonesia, melewati suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga tahun 1997, walaupun periode sesudah itu didera oleh krisis keuangan. Selama tahap pertumbuhan tersebut, ternyata jumlah kecelakaan kerja cenderung mengalami kenaikan. Tetapi selama resesi, jumlah biaya yang dialokasikan untuk keselamatan dan kesehatan kerja justru termasuk salah satu yang mengalami pemangkasan. Sehubungan dengan hal ini, ILO berpendapat bahwa apapun keadaan yang menimpa suatu negara, keselamatan dan kesehatan pekerja adalah hak asasi manusia yang mendasar, yang bagaimanapun juga tetap harus dilindungi, baik sewaktu negara tersebut 8

9 sedang mengalami pertumbuhan ekonomi maupun ketika sedang dilanda resesi. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan, perkayuan, pertambangan dan konstruksi. Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke. Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan pada otot, yang mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Selain itu, masalah-masalah sosial kejiwaan ditempat kerja seperti stres ada hubungannya dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah masalah kesehatan mental. Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja, yang seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah. Bulan Januari 2003 menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah meningkat dari 98,902 kasus pada tahun 2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun Dan 11 selama paruh pertama tahun 2002 saja, telah tercatat 57,972 kecelakaan kerja.meskipun tingginya angka kecelakaan kerja ini cukup memprihatinkan, hal ini menyiratkan adanya perbaikan yang nyata dalam pelaporan dan penyebaran informasi tentang kecelakaan kerja kepada masyarakat. Kereta api adalah salah satu jenis transportasi darat yang cukup di minati masyarakat dengan jumlah penumpang sebanyak 186,469,269 pada tahun ( 9

10 Gambar 1.1 Kereta Api Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir.J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus Walaupun kereta api dikatakan cukup diminati masyarakat, bukan berarti alasan tersebut dikarenakan oleh rasa aman yang ditimbulkan. Bahkan kereta api menjadi salah satu penyebab kecelakaan bahkan kematian bagi masyarakat. Hal ini dilihat dari jumlah angka kecelakaan yang menimpa baik karyawatan PT. Kereta Api maupun penumpangnya. Data kecelakaan yang terjadi di pintu lintasan ini mempunyai frekuensi yang sangat tinggi. Dalam lima tahun terakhir ( ), terjadi 134 kasus tabrakan antara kereta api dengan kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan kereta api. Kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538 kasus pada periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap bulan. Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana dan prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal dunia, 478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir. 10

11 Sedangkan pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 7 kasus, diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok. Untuk itu pemerintah telah mengaturnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per05./MEN/1996 tentang berbagai aspek Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang perlu mendapatkan perhatian, perlindungan tenaga kerja mendapatkan prioritas yang cukup tinggi dalam suatu industri, khususnya industri yang rawan cedera, pencemaran dan penyakit akibat kerja. Selain menerbitkan peraturan dan undang-undang, sebaiknya pemerintah mengajak masyarakat untuk menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di area stasiun kereta api dengan berbagai metode yang menarik, guna meminimalisasi kecelakan dan gangguan-gangguan kerja baik bagi karyawan maupun pengguna stasiun lainnya Rumusan Masalah Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa penting Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diterapkan di stasiun kereta api? 2. Apa saja jenis kecelakaan kerja yang perlu diwaspadai sehingga perlu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)? 3. Bagaimana cara menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan? 1.3. Tujuan Dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat diadakannya karya tulis ini antara lain adalah; 1. Memberikan informasi mengenai pentingnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api. 2. Memberikan informasi mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi di stasiun kereta api. 3. Memberikan metode kampanye kecelakaan nol untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di stasiun kereta api. 11

12 1.4. Batasan Masalah Dalam mengangkat permasalahan pada karya tulis ini ini terdapat batasan-batasan terhadap permasalahan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan di stasiun kereta api. 2. Kecelakaan kerja terjadi di area stasiun kereta api. 3. Kecelakaan kerja terjadi pada pekerja di area stasiun kereta api. 12

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan..( Suma mur, 1988) K3 mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan dating. ( Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut falsafah keselamatan kerja dapat diterangnkan sebagai berikut: menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya (Dalih, 1982) Perumusan falsafah ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu dibuat peraturan peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja sebagai berikut: 1. Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety) 2. Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety) 3. Keselamatan kerja dalam bangunan ( building and construction safety) 4. Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety) 5. Keselamatan kerja penerbangan (flight safety) 13

14 6. Keselamatan kerja kereta api ( railway safety) 7. Keselamatan kerja di rumah ( home safety) 8. Keselamatan kerja di kantor ( office safety) Menurut Undang-Undang No.23/ 1992 tentang kesehatan memberikan ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan tenaga kerja (Departmen Kesehatan 2002). Higiene perusahaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dikatakan memiliki satu kesatuan pengertian, yang merupakan terjemahan resmi dari Occupational Health dimana diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh terhadap tenaga kerja.menyeluruh maksudnya usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian faktor menusiawi terhadap pekerjaanya. ( Suma mur, 1988) Tujuan utama dari dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai karena terdapat korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja atau perusahaan berdasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut ( Suma mur, 1988) : 1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksud meliputi diantaranya tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penyerasian manusia dan mesin, dan pengekonomisan usaha. 2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh 14

15 pekerjaan sangat mahal misalnya meliputi pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan akibat kecelakaan, terganggunya pekerjaan dan cacat yang menetap. Untuk mencapai tujuannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga harus mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengannya seperti ergonomi, psikologi industri, toksiologi industri, dan lain sebagainya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara baik dan benar. Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan kerja. Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara terpisah berdasarkan masing-masing sektor ekonomi. Beberapa diantaranya yang menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas perketaapian seperti tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 (Ordonansi 15

16 Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement (Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan sebagainya. Namun sekarang Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terutama di Indonesia adalah Undang-Undang No.1/1970 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan adalah UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja. Pengaturan hukum K3 dalam konteks diatas adalah sesuai dengan sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No.13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No.15 Tahun 1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Setiap tempat kerja atau perusahaan harus melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah, dalam air, di udara maupun di ruang angkasa. (Konradus,2003: pada Kecelakaan kerja Terjadinya Kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka-luka ataupun cacat berdasarkan penelitian dan pengalaman merupakan akibat dari berbagai faktor sebagai berikut (Bennet, 1985) : 1. Golongan fisik a. Bunyi dan getaran yang bisa menyebabkan ketulian dan pekak baik sementara maupu permanen. b. Suhu ruang kerja. Suhu yang tinggi menyebabkan hiperprexia, heat stroke, dan heat cramps ( keadaan panas badan yang tinggi suhunya ). Sedangkan suhu yang rendah dapat menyebabkan kekakuan dan peradangan. c. Radiasi sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif menyebabkan kelainan pada kulit, mata, dan bahkan susunan darah. 2. Golongan kimia a. Debu dan serbuk menyebabkan terganggunya saluran pernafasan. 16

17 b. Kabut dari racun serangga yang menimbulkan keracunan. c. Gas, sebagai contoh keracunan gas karbonmonoksida, sulfur, dan sebagainya. d. Uap, menyebabkan keracunan dan penyakit kulit. e. Cairan beracun. 3. Golongan Biologis a. Tumbuh-tumbuhan yang beracun atau menimbulkan alergi; b. Penyekit yang disebabkan oleh hewan-hewan di tempat kerja, misal penyakit antrax atau brucella di perusahaan penyamakan kulit. 4. Golongan Fisiologis a. Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh manusia. b. Sikap kerja yang menyebabkan keletihan dan kelainan fisik. c. Cara bekerja yang membosankan/ titik jenuh tinggi. 5. Golongan Psikologis a. Proses kerja yang rutin dan membosankan; b. Hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan tau terlalu menekan atau sangat menuntut; c. Suasana kerja yang kurang aman. 17

18 BAB III METODE PENULISAN 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini merupakan data sekunder yang didapatkan dari internet dan studi pustaka. Prosedur penulis dalam metode studi pustaka adalah: 1. Penulis menguraikan informasi mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) yang terjadi di area stasiun kereta api. 2. Penulis menguraikan pendapat beberapa ahli yang telah mempelajari terlebih dahulu mengenai Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3). 3. Penulis mengolah hasil studi pustaka menjadi tulisan dalam karya tulis ini. 4. Penulis mengambil kesimpulan dari berbagai sumber pustaka Analisis Data Analisis data dilakukan dengan pendekatan teoritis dan tidak dilakukan percobaan pembuktian Prosedur Penulisan Prosedur penulisan dalam pembuatan karya tulis ini dapat dilihat dari flow chart (diagram alir) berikut. 18

19 Gambar 3.1. Flow chart penulisan karya tulis 3.4. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Berisi perumusan masalah (latar belakang, makna penting serta menariknya masalah untuk ditelaah), mengandung pertanyaan yang akan dijawab melalui penulisan, tujuan, dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan. 19

20 Bab II Tinjauan Pustaka Telaah pustaka berisikan uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah. Bab III Metode Penulisan Berisi uraian tentang metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis dan prosedur penulisannya. Bab IV Pembahasan Mengandung analisis permasalahan berdasarkan telaah pustaka untuk menghasilkan alternatif model pemecahan. Bab V Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan yang konsisten sesuai dengan analisis dan sintesis pada pembahasan permasalahan dan saran yang berupa prediksi transfer gagasan dan adopsi teknologi. 20

21 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Masalah Data kecelakaan ataupun kecelakaan kerja di area transportasi kereta api tahun yakni 134 kasus tabrakan antara kereta api dengan kendaraan bermotor lainnya, dan 31 kasus tabrakan kereta api dengan kereta api, kecelakaan akibat anjloknya kereta dari relnya mencapai 538 kasus pada periode yang sama, atau rata-rata hampir sembilan kasus setiap bulan. Rawannya kecelakaan akibat human error dan ketidaklaikan sarana dan prasarana telah memakan korban jiwa sebanyak 257 orang meninggal dunia, 478 luka berat, dan 486 luka ringan selama lima tahun terakhir. Kemudian pada tahun 2008 jumlahnya mengalami penurunan drastis menjadi 7 kasus, diantaranya terdiri atas 3 kasus tabrakan dan 4 kasus anjlok Pembahasan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan data yang telah dianalisis, penyebab terjadinya kecelakaan dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor mekanis dan lingkungan yang meliputi segala sesuatu selain manusia dan faktor manusia itu sendiri. a. Faktor Mekanis Faktor mekanis bisa berupa mesin-mesin yang sudah tidak layak. Dari segi mesin, memang perkeretaapian di Indonesia sudah banyak yang tidak layak jalan. Hal ini dikarenakan usia yang sudah bertahun-tahun. Berdasarkan data Ditjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan pada Mei 2008, dari 342 lokomotif yang dimiliki PT.Kereta Api, ternyata 109 lokomotif sudah berusia diatas 40 tahun. Itu umur yang sudah terlalu tua dan berisiko tinggi terhadap keamanan dan keselamatan penumpang. Untuk gerbong kereta, dari gerbong, 412 di antaranya juga berusia diatas 40 tahun. Kereta-kereta api tak sehat tersebut jelas tidak bisa digunakan secara terus menerus sebagai sarana transportasi oleh PT KA. Apabila dijalankan 21

22 maka melanggar Bab XVII Pasal 187 ayat (1),(2),(3) dalam UU Perkeretaapian tentang ancaman pidana bagi penyelenggara sarana dan prasarana perkeretaapian yang memaksakan pengoperasian kereta api umum yang tidak memenuhi standar kelaikan operasi. b. Faktor Manusia Selain karena faktor mekanis kecelakaan kerja di stasiun kereta api juga diakibatkan karena human error yang merupakan kelemahan sifat manusia seperti salah mengoperasikan, salah memutuskan dan salah mengerjakan sering menjadi penyebab kecelakaan dan kecelakaan kerja. Sifat perbuatan manusia yang keliru (salah sangka) dan kurang hati-hati disebut sifat manusia, sedangkan error yang disebabkan oleh sifat manusia disebut human error.misalnya pegawai tidak mahir dalam mengoperasikan mesin lokomotif, tidak bisa menggunakan rem bahaya, salah dalam memberi peringatan kedatangan kereta, dan lain-lain. Berikut adalah gambaran secara umum terjadi nya kesalahan kerja yang dilakukan manusia/ tenaga kerja : Gambar 4.1 Skema Manusia Melakukan Perbuatan Yang Tidak Aman 22

23 Untuk memperbaiki kelaikan dan kenyamanan layanan kereta api pemerintah sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Melakukan peremajaan atau mengganti baru lokomotif atau komponen-komponen utama pada kereta api dengan merealisasikan kerja sama dengan General Electric (GE) tentang skema soft loan. 2. Hanya mengoperasikan kereta yang laik jalan sesuai dengan standar kelaikan operasional. Pihak penyelenggara tidak perlu memaksakan diri mengoperasikan kereta api tidak laik jalan hanya untuk memenuhi jadwal perjalanan KA. 3. Menjatuhkan sanksi tegas terhadap oknum yang mengganggu kelancaran operasional, sesuai UU Perkeretaapian Bab XV Pasal tentang larangan, antara lain menindak tegas oknum yang menghilangkan, merusak, atau melakukan perbuatan yang menyebabkan rusak atau tidak berfungsinya sarana dan prasarana kereta api. Di samping itu, menindak tegas orang yang berada di atap kereta, lokomotif, kabin masinis, di gerbong kereta yang tidak diperuntukkan bagi penumpang. Menindak calo karcis, dan tak kalah pentingnya, seharusnya menindak tegas kondektur yang selalu menerima pungutan liar dari penumpang tak berkarcis. 4. Adanya perbaikan kualitas SDM sesuai dengan kecakapan yang dibutuhkan pada seluruh sektor personal terkait dengan operasional kereta api. Perbaikan ini meliputi SDM yang ada di pintu lintasan, pemeriksa rel, masinis, teknisi, kondektur, sampai pada kepala stasiun. Perbaikan SDM ini diharapkan dapat meminimalkan risiko kecelakaan yang diakibatkan oleh human error Pembahasan Metode Kampanye Kecelakaan Nol Kampanye Kecelakaan Nol merupakan salah satu metode untuk mengurangi potensi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error). Sehingga dengan menerapkan metode ini diharapkan 23

24 dapat memperbaiki atau bahkan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di stasiun kereta api di Indonesia. Metode ini secara konkret dikembangkan di tempat kerja dengan menerapkan prinsip menghargai manusia, yaitu latihan antisipasi keselamatan serta menunjuk dan menyebutkan. Aktivitas menghadapi bahaya merupakan kegiatan yang dilakukan dengan bergabung dan dijadikan satu dalam aktivitas disebut aktivitas prediksi bahaya. Gambar 4.2 Bagian dari Kegiatan Kampanye Kecelakaan Nol Munculnya metode ini diawali di negara Jepang melalui asosiasinya yang bernama Keselamatan dan Kesehatan Industri Jepang (Japan Industrial Safety & Health Association (JISHA) didirikan dengan tujuan mendukung aktivitas pencegahan kecelakaan kerja pemilik industri berdasarkan UU 24

25 Organisasi Keselamatan dan Kesehatan pada tahun 1964 yang merupakan masa pertumbuhan ekonomi tinggi. Dalam kampanye kecelakaan nol, semua orang berpartisipasi untuk melaksanakan berbagai usaha yang berhubungan dengan pencegahan kecelakaan kerja sejak dini. Dasar dan inti dari kampanye ini adalah antisipasi keselamatan dan kesehatan dengan keikut-sertaan semua orang agar tidak ada seorang pun mengalami cedera di tempat kerja. Kampanye kecelakaan nol bukan hanya sebatas prinsip menghargai manusia. Melainkan, kampanye ini merupakan metode untuk mewujudkan prinsip tersebut dan mengembangkannya secara nyata serta penerapan untuk melaksanakan metode itu di lapangan. Kampanye kecelakaan nol adalah kampanye yang mendukung trinitas dari prinsip, metode dan praktek. Bila salah satunya ditiadakan, kampanye kecelakaan nol ini tidak dapat dilakukan. Kampanye kecelakaan nol terdiri dari 3 prinsip yaitu nol, antisipasi dan partisipasi. Hal ini disebut 3 prinsip citra dasar. a. Prinsip nol Yang dimaksud dengan nol adalah prinsip untuk melenyapkan semua kecelakaan sampai nol, termasuk kecelakaan kerja, penyakit yang terdapat dari pekerjaan dan kecelakaan lalu lintas, dengan menemukan, memahami dan memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di dalam kehidupan seharihari setiap orang atau tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan. b. Prinsip antisipasi Yang dimaksud dengan antisipasi adalah mencegah munculnya kecelakaan sebelum beraktivitas, dengan menemukan, memahami dan memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di dalam kehidupan sehariharinya serta tentu saja bahaya yang tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan, dan untuk menciptakan tempat kerja yang lebih ceria, jumlah kecelakaan dan penyakit nol. 25

26 c. Prinsip partisipasi Yang dimaksud dengan partisipasi adalah mempraktekkan aktivitas memecahkan masalah dengan semangat dari inisiatif sendiri diposisi dan tempat kerja masing-masing dengan keterpaduan dan kerjasama pimpinan, manajer, staf, dan pegawai, untuk menemukan, memahami dan memecahkan bahaya (masalah) yang tersembunyi di tempat kerja dan pekerjaan. Ada 3 pilar utama yang penting untuk melaksanakan kampanye kecelakaan nol yaitu sikap manajemen pimpinan, penyempurnaan pembentukan line kerja, dan pengaktivan kegiatan dari inisiatif sendiri di tempat kerja. Ketiga pilar utama ini saling berhubungan dan mendukung untuk mengembangkan kampanye kecelakaan nol. a. Sikap manajemen pimpinan Patroli keselamatan bermula dari sikap manajemen dari pimpinan yang ketat menjaga supaya kecelakaan dan penyakit nol. Kampanye dimulai dari keputusan pimpinan untuk menghargai manusia, yaitu setiap orang yang bekerja adalah orang penting dan tidak membiarkan satu orang pun cedera. b. Penempurnaan pembentukan di line kerja Untuk menjalankan patroli keselamatan, manajer/pengawas (line) harus mempraktekkan sendiri dan memberi teladan patroli keselamatan waktu bekerja. Hal ini disebut patroli keselamatan dibentukkan sebagai line. c. Pengaktifan kegiatan dari inisiatif sendiri di tempat kerja Human error menyertai di sebagian besar kecelakaan kerja. Harus disadari bahwa keberadaan diri tidak dapat digantikan, lalu keselamatan dan kesehatan harus ditekankan sebagai masalah interpersonal dengan rekan sekerja. Bila semua orang tidak menerapkan ayo lakukan, ayo begini 26

27 saya tidak akan cedera, saya tidak membiarkan rekan mengalami cedera, maka keselamatan tempat kerja juga tidak dapat dijaga Pembahasan Penerapan Metode Kampanye Kecelakaan Nol Untuk memulai melaksanakan Kampanye Kecelakaan Nol di stasiun kereta api, pertama harus berkumpul semua karyawan mulai dari pimpinan stasiun sampai dengan teknisi. Karena dalam aktivitas menghadapi bahaya merupakan kegiatan yang dilakukan dengan bergabung dan dijadikan satu dalam aktivitas disebut aktivitas prediksi bahaya. a. Latihan prediksi bahaya Aktivitas antisipasi keselamatan sebelumnya dengan diskusi, berpikir dan memahami dalam tim di tempat kerja dengan tanya jawab sendiri mengenai penyebab bahaya yang tersembunyi di dalam tempat kerja dan kondisi kerja (aktivitas dan kondisi tidak aman yang berkemungkinan menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja) serta gejala (jenis kecelakaan) yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembaran ilustrasi tempat kerja dan kondisi kerja atau langsung di tempat kerja dan dengan benda langsung, sambil membiarkan tetap kerja atau memperlihatkan cara kerja. Kemudian menentukan poin-poin bahaya dan tujuan aktivitas serta memastikannya dengan menunjuk dan menyebutkannya. b. Menunjuk dan menyebut Menunjuk dan menyebut adalah metode untuk memastikan agar pekerjaan dilakukan secara aman dan tidak keliru, dengan cara menunjuk ke objek dengan lengan lurus dan menyebutkannya dengan suara yang jelas, misalkan [nama objek] bagus!! Menunjuk dan menyebut merupakan cara untuk meningkatkan kepastian dan keselamatan kerja dengan mengubah tingkat kesadaran menjadi normal dan jelas sehingga setelah aktivitas ini dikembangkan di semua tempat 27

28 kerja akan menjadi kebiasaan setiap karyawan orang untuk menjaga keselamatan, yang dilatarbelakangi prinsip penghargaan manusia. Berdasarkan hasil eksperimen penilaian efeknya menunjuk dan menyebut yang diselenggarakan oleh Institut Umum Kereta Api pada 1994, rasio munculnya kesalahan kerja menurun sampai kurang dari sekitar 1/6 bila melakukan menunjuk dan menyebut dibanding bila tidak melakukan apaapa. Gambar 4.2 Cara Melakukan Metode Menunjuk dan Menyebut 28

29 c. Menunjuk Dan Menyebutkan Bersama-Sama Selain cara menunjuk dan menyebutkan secara perorangan, ada pelaksanaan yang dilakukan oleh beberapa orang disebut menunjuk dan menyebutkan bersama-sama. Tujuannya yaitu menyatukan semangat untuk meningkatkan rasa keterpaduan dan kebersamaan sebagai tim, dengan menunjuk objek dan menyebut bersama-sama. Ada juga tipe touch and control yaitu tipe menyentuh waktu menunjuk. Gambar 4.3 Cara Melakukan Metode Menunjuk dan Menyebut secara Bersama-sama 29

30 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian analisis dan pembahasan dari masalah yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting diterapkan di setiap area kerja tak terkecuali di stasiun kereta api. Dimana stasiun kereta api merupakan area kerja yang memiliki resiko kecelakaan dan gangguan kerja yang tinggi. 2. Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja, hal ini berarti pemerintah telah memperhatikan akan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tiap pegawai. 3. Dalam beberapa tahun terakhir tingkat kecelakaan kerja di stasiun kereta api mengalami peningkatan, dan setelah dianalisis hal tersebut dikarenakan kesalahan mekanis dan kesalahan manusia/ pekerjanya. 4. Kesalahan mekanis terjadi karena kerusakan mesin kereta api dan usia kereta yang sudah tua sehingga tidak laik jalan. 5. Kecelakaan kerja yang terjadi karena kesalahan manusia (human error) misalnya operator tidak mahir dalam menjalankan mesin, kurang memperhatikan tanda-tanda bahaya di tempat kerja, ceroboh dalam menjalankan tugas, dan lain-lain. 6. Kampanye Kecelaakaan Nol dilakukan untuk mengurangi kesalahan manusia di tempat kerja. Dasar dan inti dari kampanye ini adalah antisipasi keselamatan dan kesehatan dengan keikut-sertaan semua orang agar tidak ada seorang pun mengalami cedera di tempat kerja. 7. Berdasarkan hasil eksperimen pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol menghasilkan rasio munculnya kesalahan kerja menurun sampai kurang dari sekitar 1/6 bila melakukan menunjuk dan menyebut dibanding bila tidak melakukan apa-apa. 30

31 5.2. Saran Upaya pelaksanaan Kampanye Kecelakaan Nol seharusnya mendapat dukungan dari pemerintah melalui Departemen Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) dibidang Perkereta-apian. Kegiatan ini bisa dilakukan secara berkala disetiap stasiun kereta api di Indonesia dengan memberikan pelatihan kepada para karyawannya. Hal ini karena pengupayaan tersebut sangat penting untuk mengurangi human error sehingga nantinya dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas pegawai di Stasiun Kereta api. 31

32 DAFTAR PUSTAKA ASEAN OSHNET Occupational Safety and Health Network (Jejaring Kerja di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara Negara-Negara ASEAN), 2003; Bennet, dkk Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo Dalih Keselamatan Kerja Dalam Tatalaksana Bengkel 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Konradus, Dangur Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja. pada K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) 21 Agustus 2008 diambil di website Suma mur Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV.Haji Masagung 32

BAB IX PERMASALAHAN DI LAPANGAN

BAB IX PERMASALAHAN DI LAPANGAN 9-1 BAB IX PERMASALAHAN DI LAPANGAN Pada bab ini akan dibahas permasalahan permasalahan yang terjadi selama Pembangunan Gedung Kantor PEMDA Kabupaten Bandung Barat berlangsung. Pada bab ini Praktikan akan

Lebih terperinci

Kampanye Partisipasi Semua Orang untuk Kecelakaan Nol

Kampanye Partisipasi Semua Orang untuk Kecelakaan Nol Kampanye Partisipasi Semua Orang untuk Kecelakaan Nol 1. Metode Penerapan Kampanye Kecelakaan Nol Metode secara konkretnya, dikembangkan di tempat kerja untuk menerapkan prinsip menghargai manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Faktor kemajuan teknologi saat ini bisa dikatakan berkembang dengan sangat signifikan sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Perkembangan teknologi merambah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) Nama : Deni Hartono NPM : 21412829 Kelas : 3ic07 UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Definisi Keselamatan Kerja pengertian dari Keselamatan kerja Keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja) MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Prinsip Keselamatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG. 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG. 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) BAB III GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IV SEMARANG 3.1 Sejarah Berdirinya PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Berdirinya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ditandai dengan pencangkulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja

Kesehatan Lingkungan Kerja Kesehatan Lingkungan Kerja 1. Pelarut dan kesehatan di lingk. kerja 2. Debu penyebab Pneumoconiosis (wordversion) 3. Dermatitis industri 4. Kebisingan industri 5. Konsep dasar keamanan radiasi pengion

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada pekerja khususnya pada pekerja bangunan sering diakibatkan karena pihak pelaksana jasa kurang memprioritaskan keselamatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan

Lebih terperinci

BAB II. SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia

BAB II. SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia BAB II SEKILAS TENTANG PT. KERETA API (Persero) A. Sejarah Perkeretaapian Indonesia Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jumat tanggal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722] UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722] BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal 187 (1) Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang mengoperasikan Prasarana Perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

BAB I PENDAHULUAN. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan yang tidak dapat dihindari yang mana ditandai dengan perdangan bebas. Meningkatnya teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian dengan berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan kesembilan sebagai kontributor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan aset yang penting bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran dalam kegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin serta

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, setiap perusahaan berusaha meningkatkan dan mengembangkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program untuk meningkat

Lebih terperinci

ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api)

ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api) ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api) Disusun Oleh : Winda Halim Rainisa Maini Heryanto FAKULTAS TEKNIK-JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa 1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu dengan cara cepat dan mudah. Salah satu hal yang ingin dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan wujud dari kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi pekerja berdasarkan amanah undang-undang (UU).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, pesaing dan lain sebagainya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, pesaing dan lain sebagainya. Manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan dan perkembangan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asean Free Trade Area (AFTA) adalah sebuah kesepakatan perdagangan bebas dimana hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama yaitu aliran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi asset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN

ANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN ANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KECELAKAAN KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia untuk membawa barang melewati jalan setapak. Seiring dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Darat Transportasi darat adalah segala bentuk transportasi menggunakan jalan untuk mengangkut penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat lain (Munawar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA DASAR DASAR KESEHATAN KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci pendahuluan dari penelitian tugas akhir mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright 2002 BPHN UU 13/1992, PERKERETAAPIAN *8108 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 13 TAHUN 1992 (13/1992) Tanggal: 11 MEI 1992 (JAKARTA) Sumber: LN 1992/47; TLN NO.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri sehingga setiap perusahaan/pabrik pasti membutuhkan perancangan dan pengaturan layout

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam perjalanan sejarahnya, angkutan kereta api di tanah air membuktikan peranannya yang berarti pada sektor perhubungan disamping menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu ilmu tentang mengantisipasi, merekognisi, menilai, dan mengendalikan suatu bahaya yang berasal atau terdapat di tempat

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5448 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas ruang dan jarak. Tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang tenaga kerja sangat diperlukan, karena hal tersebut sangat mempengaruhi dalam melakukan proses produksi suatu pekerjaan, keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api; PP 81/1998, LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 81 TAHUN 1998 (81/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dari waktu ke waktu semakin meningkat. Dengan bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan dalam aneka bentuk proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai

GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai BAB II GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Bab dua berisi sejarah serta perkembangannya, visi, misi, struktur organisasi, dan tugas dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan didirikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya pembangunan di bidang offshore yang membutuhkan berbagai jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan membuat perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero

BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO. A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero BAB III PRAKTEK PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PT. KERETA API INDONESIA PERSERO A. Tentang PT. Kereta Api Indonesia Persero 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia Persero Laporan Tahunan PT. Kereta Api Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A

Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A Rancang Bangun Sistem Layanan Kereta Api di Stasiun Besar Tegal Viktorinus Singga Resi A11.2008.04332 Program Studi Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro 2013 ABSTRAK Selama ini informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak di perusahaan, termasuk pihak manajemen. Sistem manajemen keselamatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh 15 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG Oleh Supriyadi Dosen Pasca Sarjana USBRJ dan STIE Umitra ABSTRAK CV.Sriwijaya Utama merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai pusat

Lebih terperinci