BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
|
|
- Dewi Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. Alasan Rasional Timbulnya Masalah Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan diri. Manusia memang adalah manusia, tetapi ia sekaligus "belum selesai" mewujudkan dirinya sebagai manusia. Bersamaan dengan ini, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia ideal, adapun untuk itu ia perlu dididik dan perlu mendidik diri. Hal ini sebagaimana disimpulkan oleh Kant dalam teori pendidikannya bahwa: Man can become man through education only (dalam Henderson, 1959, hal. 26). Sejalan dengan kesimpulan Kant, Langeveld berdasarkan studi fenomenologinya menyatakan manusia sebagai animal educandum (Langeveld, 1980, hal. 100; Soelaeman, 1988, hal. 40; Syaripudin, 2010, hal. 18). Manusia ditakdirkan memiliki kesamaan dengan sesamanya, tetapi juga beragam karena keunikannya sebagai individu. Dalam kesamaannya, setiap manusia harus menjadi manusia. Terdapat berbagai potensi yang bersifat esensial dan perlu dikembangkan pada setiap orang dalam konteks seluruh dimensi kehidupannya. Hal ini mengimplikasikan perlu diselenggarakannya pendidikan umum (general education). Bersamaan dengan ini, ada pula berbagai potensi yang perlu dikembangkan setiap orang sesuai dengan keunikannya sebagai individu. Hal yang terakhir ini mengimplikasikan perlu diselenggarakannya pendidikan spesialisasi. Sehubungan dengan hal di atas, dalam sistem pendidikan nasional diselenggarakanlah berbagai jenis pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan umum. Pendidikan umum merupakan program pendidikan yang bersifat esensial dan perlu didapat setiap orang. Ini berkenaan dengan pengembangan nilai-nilai, sikap-sikap, pemahaman, dan kecakapan hidup yang harus dimiliki setiap orang agar dapat hidup secara memuaskan dalam kedudukannya sebagai pribadi, 1
2 2 anggota keluarga, pekerja, sebagai warga negara dalam masyarakat yang demokratis, dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Suatu masyarakat atau bangsa tentu memiliki kebudayaannya sendiri. Dalam konteks ini, pendidikan umum merupakan suatu keniscayaan. Sebab, dalam keragaman individu dan masyarakat, homogenitas dan konformitas di dalam masyarakat yang bersangkutan hanya akan terbangun melalui pendidikan umum. Pendidikan umum akan dapat mengintegrasikan masyarakat yang multi etnis dan multi kultural. Walaupun masing-masing individu atau kelompok masyarakat berbeda-beda, tetapi mereka tetap merasa satu dalam kesatuan masyarakat atau bangsa (bhineka tunggal ika), memiliki nasionalisme, patriotisme, dan jati diri bangsa. Lebih luas dari itu, pendidikan umum diperlukan dalam rangka menjadikan manusia sebagai manusia secara universal. Sebuah gedung akan berdiri tegak dan kuat apabila dibangun di atas landasan yang kokoh. Sebagaimana halnya gedung tersebut, penyelenggaraan pendidikan umum pun memerlukan landasan yang kokoh. Ada berbagai jenis landasan pendidikan, salah satunya adalah landasan filosofis pendidikan nasional. Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan: Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila. Implikasinya, maka landasan filosofis pendidikan umum pun idealnya adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Dalam tataran yuridis, filsafat pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional sudah ditetapkan. Namun demikian, implementasinya masih menimbulkan tanda tanya dan diragukan. Jangankan pada tataran praksis, bahkan dalam tataran teoretis pun masih belum lengkap atau masih banyak yang bolong. (Sanusi, dalam Natawidjaja, dkk., 2008, hal. 52). Dalam era globalisasi penetrasi kebudayaan dan penyebaran ilmu pengetahuan semakin intens, keadaan di atas menimbulkan munculnya
3 3 kekhawatiran akan terjadinya penyelenggaraan pendidikan umum yang disadari ataupun tidak disadari dilandasi oleh filsafat pendidikan yang berakar pada budaya bangsa lain, yang tidak sesuai dengan filsafat dan budaya bangsa Indonesia. Hal ini patut diwaspadai, sebab penyelenggaraan pendidikan umum seperti ini akan mengakibatkan generasi muda kita tercerabut dari akar budayanya, sehingga mereka kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Alasannya, karena pendidikan umum antara lain berkenaan dengan pendidikan karakter, baik pendidikan karakter bagi manusia sebagai individu maupun sebagai bangsa yang dikenal sebagai pendidikan kebangsaan. Sehubungan dengan uraian di atas, dirasakan adanya kebutuhan kita yang sangat urgen (amat mendesak) secara nasional, ialah keharusan menemukan dan mengembangkan sendiri konsep ilmu pendidikan dan filsafat pendidikan yang kondusif untuk Indonesia... (Waini, dalam Natawidjaja dkk., 2008, hal. 28). 2. Kesenjangan di Lapangan sebagai Dasar Timbulnya Masalah Secara faktual, dewasa ini bangsa Indonesia menghadapi masalah yang bersifat multi dimensi. Ini mengemuka antara lain dengan munculnya berbagai fenomena seperti: pendidikan dalam prakteknya direduksi menjadi pengajaran (Samho dan Yasunari, 2010; Kesuma, 2013; Wardhani, 2010); Pendidikan di sekolah cenderung teoretis dan tidak terkait dengan kehidupan sosial budaya di mana peserta didik berada (Tim Broad-Based Education Depdiknas, 2002); Terjadinya pengeroposan nasionalisme di kalangan generasi muda, terjadi konflik antar etnis dan keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI (Alwasilah, dkk., 2009); Di samping itu, sebagaimana sering disiarkan dalam berbagai media massa dan informasi merebak perilaku yang menyimpang dari akhlak mulia, seperti: korupsi, seks bebas, tawuran antar kelompok, pemalsuan dan sebagainya. Indonesia... menghadapi dua masalah sekaligus, masalah genting dengan munculnya disintegrasi bangsa dan masalah penting yang berkaitan dengan karakter bangsa (Yamin, 2009, hal. 23). Di dalam fenomena tersebut tampaklah bahwa praktek pendidikan umum yang diselenggarakan belum mengembangkan potensi anak didik secara menyeluruh dan utuh, serta tidak kontekstual dengan lingkungan sosial-budayanya.
4 4 Fenomena lain menunjukkan, banyak pendidik (guru) belum menginternalisasi landasan filosofis pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Mereka kurang menyadari hal tersebut dan karena itu diragukan pula kalau mereka menjadikannya sebagai titik tolak penyelenggaraan pendidikan. Di pihak lain, tampak gejala bahwa pada umumnya fokus orientasi pendidikan masyarakat kita adalah untuk mendapatkan credentials berupa ijazah dan sejenisnya. Sejalan dengan ini, praktek pendidikan umum di sekolah bergeser menjadi pengajaran dan berorientasi akademik, adapun perguruan tinggi menjadi lebih berorientasi untuk menghasilkan tenaga kerja. Pada ujungnya, keberhasilan pendidikan dan keberhasilan hidup cenderung diukur dari besarnya pendapatan finansial. Orientasi ini memang perlu, tetapi keliru apabila menjadi satu-satunya fokus orientasi dan tujuan akhir pendidikan. Fenomena pendidikan sebagaimana dideskripsikan di atas pada hakikatnya berpangkal pada aspek teoretis, yaitu berkenaan dengan pengembangan teori pendidikan sebagai titik tolak praktek pendidikan. Ada tuduhan, bahwa teori pendidikan yang dikembangkan di Indonesia berasal dari teori pendidikan yang dikembangkan dari luar Indonesia, atau masih merupakan campuran dari teori-teori yang diterima dari luar (Barat). Belum ada pemikiran yang sistematik dan mendalam mengenai filsafat pendidikan nasional yang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Implikasinya, praktek pendidikan kita pun cenderung mengacu kepada teori-teori tersebut (Engkoswara, dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007, hal. 319). Munculnya fenomena praktek dan hasil pendidikan yang belum sesuai dengan harapan sebagaimana dideskripsikan di atas, pada dasarnya bersumber dari tidak relevannya asumsi-asumsi yang dijadikan titik tolak praktek pendidikan dengan kebudayaan bangsa. Ini oleh Schumacher (1994, hal ) disebut dengan istilah pusat yang telah dibangun atau terbangun pada diri individu, yaitu berupa sistem idea yang tertib mengenai manusia, dunia dan nilai yang dijadikan acuan dan memberi arah kepada usaha-usaha individu. Apa yang disebut pusat oleh Schumacher hakikatnya sama dengan asumsi, adapun
5 5 pusat atau asumsi yang dipandang paling mendasar adalah filsafat pendidikan. Mengingat filsafat pendidikan yang dikemukakan para filsuf manca negara kemungkinannya ada yang relevan dan ada pula yang tidak relevan untuk diaplikasikan dalam praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional, maka munculnya berbagai permasalahan pendidikan yang kita hadapi, secara mendasar dipengaruhi oleh filsafat pendidikan yang diterima serta diaplikasikan oleh para ahli dan praktisi pendidikan. Pendidikan adalah usaha kultural, sebab itu antara pendidikan dan kebudayaan tak dapat dipisahkan. Pendidikan diselenggarakan di dalam suatu lingkungan sosial budaya, landasan dan tujuannya bersumber dari kebudayaan, demikian juga isi pendidikan termasuk di dalamnya kurikulum sekolah dan cara-cara pendidikannya. Apabila hal ini dihubungkan dengan konsep pendidikan nasional, implikasinya bahwa landasan, tujuan, isi pendidikan metode atau cara serta peranan pendidik dan peranan peserta didiknya pun hendaknya terutama bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia. Secara spesifik, landasan filosofis pendidikan umum pun seharusnya bersumber dari kebudayaan bangsa Indonesia. Andai pun kita mengadopsi konsep filsafat pendidikan umum dari kebudayaan bangsa lain, kita perlu memfilternya agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai filsafat dan budaya bangsa kita. Ki Hadjar Dewantara yang pada masa kecilnya dan masa mudanya bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat ( ) adalah salah seorang pemikir sekaligus praktisi pendidikan, perintis pendidikan nasional dan pahlawan nasional. Perguruan Nasional Taman Siswa yang dirikannya pada tanggal 3 Juli 1922 tetap eksis dan terus berkembang hingga dewasa ini. Beliau menggagas dan mempraktekkan pendidikan secara terpadu di tiga alam, yaitu: alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda. Inilah yang disebut tripusat pendidikan. Semboyannya tut wuri handayani dijadikan semboyan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara telah meninggalkan warisan karya keilmuan pendidikan yang tidak terlepas dari kebudayaan dan kepemimpinan bangsa (Kuswandi, dalam Edutech, 2007, hal. 2).
6 6 Dalam perkembangan pendidikan nasional Indonesia, sangat disesalkan bahwa warisan keilmuan dari Ki Hadjar Dewantara kurang diminati untuk dikaji dan dijadikan asumsi praktek pendidikan. Fikiran dan ajarannya kini nyaris hanya menjadi slogan-slogan tanpa dipahami maknanya. Kita tenggelam dalam teori-teori asing. Padahal ajaran Ki Hadjar Dewantara mengandung kebijakankebijakan pendidikan yang sangat dalam yang lahir dari budaya bangsa Indonesia. Ironisnya, belakangan ini ajaran Ki Hadjar Dewantara nyaris tidak diajarkan atau tidak dikaji dan dikembangkan di LPTK, apalagi diterapkan dalam praksis pendidikan.(tilaar, 1995, hal. 507). Dalam hubungannya dengan permasalahan pendidikan yang dihadapi sebagaimana dimaksud di atas, dan mengingat masih kurangnya kajian filsafat pendidikan dari tokoh-tokoh nasional, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara relevansinya sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional. Ada berbagai penelitian tentang fikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan praksis pendidikannya. Hasil penelitian tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok kajian. Kelompok kajian pertama yakni penelitian tentang aplikasi fikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam praktek pendidikan, sedangkan kelompok kajian kedua yakni penelitian tentang fikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan. Beberapa penelitian telah berhasil mengidentifikasi dan menggambarkan teori dan grand theory pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Kuswandi, dalam Edutech, 2007; Samho dan Yasunari, 2010). Namun demikian, karena penelitian tersebut bersifat saintifik, maka hasil penelitiannya masih membedakan atau memisahkan antara teori kepemimpinan, teori kebudayaan dengan teori pendidikannya. Sehubungan dengan itu, dalam konteks penelitian tentang fikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara, masih ada ruang yang perlu diisi, yaitu penelitian yang memandang objeknya dari sudut pandang filsafat. Dengan demikian, maka akan terdeskripsikan hubungan implikasi antar konsepnya, sehingga membangun satu kesatuan teori pendidikan yang komprehensif dan mendasar.
7 7 3. Pentingnya Penelitian Ada beberapa alasan mengenai pentingnya penelitian tentang filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional. Alasanalasan tersebut berkenaan dengan kerugian-kerugian dan keuntungankeuntungan yang mungkin timbul atau didapatkan. Kerugian. Kurangnya minat ilmuwan pendidikan untuk mengkaji dan mengembangkan landasan filosofis pendidikan dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia sebagaimana halnya dari Ki Hadjar Dewantara yang merupakan perwujudan dari kearifan lokal (local wisdom) akan menimbulkan berbagai kerugian. Pertama, kita tidak akan mempunyai landasan filosofis pendidikan yang kokoh sebagai titik tolak praktek dan studi pendidikan umum sebagaimana diamanatkan Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ini akan berimplikasi terhadap isi kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), khususnya bagi mata kuliah landasan pendidikan atau mata kuliah filsafat pendidikan. Kedua, sekalipun dilakukan berbagai perubahan atau inovasi dalam bidang kurikulum, permasalahan pendidikan yang selama ini dihadapi tidak akan terselesaikan dengan baik apabila pemecahan tersebut tidak menyentuh akar permasalahannya, yaitu mengenai landasan filosofis pendidikannnya. Ketiga, praktek pendidikan umum tidak akan sesuai dengan konteks lingkungan sosial dan budaya bangsa, sehingga generasi muda kita akan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Keempat, kita akan kehilangan warisan budaya dari tokoh pendidikan nasional. Keuntungan. Keuntungan yang dapat diraih dari penelitian ini antara lain: Pertama, diperoleh perluasan wawasan mengenai relevansi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum. Ini dapat dijadikan asumsi bagi praktek pendidikan dan studi pendidikan umum lebih lanjut, yang akan berimplikasi bagi pemecahan secara mendasar atas berbagai permasalahan penyelenggaraan pendidikan umum, khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan karakter.
8 8 Kedua, hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi pengembangan kurikulum mata kuliah dasar profesi (MKDP) dan mata kuliah keahlian fakultas (MKKF) pada fakultas ilmu pendidikan (FIP) di LPTK. Ketiga, penelitian ini merupakan upaya pelestarian dan pengembangan filsafat pendidikan berbasis kearifan lokal sebagai wujud upaya pengembangan etnopedagogik. 4. Kedudukan Masalah Penelitian dalam Bidang Studi Pendidikan Umum Penelitian filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional merupakan penelitian yang berkenaan dengan landasan filosofis pendidikan, khususnya landasan filosofis pendidikan umum. Masalah penelitian ini tergolong ke dalam kajian pedagogik teoretis, yaitu filsafat pendidikan sebagai salah satu konsentrasi kajian pada program studi pendidikan umum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Pendidikan dipandang sangat penting bagi kelangsungan eksistensi manusia, baik dalam kedudukannya sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, warga dunia dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan itu, selain di dalam keluarga dan masyarakat, pendidikan diselenggarakan pula di sekolah. Dalam perjalanan sejarah bangsa kita, pemerintah pun turut bertanggung jawab mengurusi pendidikan bagi warga negaranya. Memang ada perbedaan orientasi dan tujuan penyelenggaraan pendidikan bagi setiap pemerintahan pada setiap zamannya. Bahkan pernah terjadi juga penyelenggaraan pendidikan tersebut justru bertentangan atau tidak sesuai dengan harapan bangsa kita. Ini terjadi seperti pada pendidikan yang diselenggarakan pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan pendudukan militerisme Jepang. Respon atas keadaan ini, maka diselenggarakanlah pendidikan oleh kaum pergerakan yang berupaya mewujudkan harapan bangsa. Dalam konteks ini antara lain kita mengenal Ki Hadjar Dewantara dengan Perguruan Nasional Taman Siswa-nya, Mohammad Syafei dengan INS Kayutanam-nya, Dewi Sartika dengan Sakola Kautamaan Istri-nya, juga
9 9 pendidikan yang diselenggarakan oleh berbagai ormas seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dll. Deskripsi ini menunjukkan bahwa berbagai pihak memandang pendidikan sebagai sesuatu yang penting. Mengingat begitu pentingnya pendidikan, sejak kemerdekaannya, bangsa Indonesia terus berupaya membangun sistem pendidikan nasionalnya. Berbagai perubahan yang dimaksudkan sebagai inovasi telah diupayakan baik berkenaan dengan peraturan perundang-undangan, kurikulum, anggaran belanja pendidikan, dsb. yang ditujukan demi peningkatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan, efisiensi pendidikan dan mutu pendidikan. Tetapi dibalik itu semua, belakangan dan hingga sekarang bangsa kita masih mengalami krisis dalam berbagai aspek kehidupan (multi dimensi). Sehubungan dengan ini, boleh jadi ada sesuatu yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional kita, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan umum di sekolah. Apakah akar penyebab permasalahan yang kita hadapi ini, dan bagaimana upaya untuk mengatasinya? Menyimak kesenjangan-kesenjangan faktual sebagaimana telah dideskripsikan pada latar belakang penelitian, permasalahan yang kita hadapi meliputi aspek teoretis dan aspek praksis. Aspek teoretis meliputi pengembangan ilmu pendidikan termasuk landasan filosofis pendidikannya, sedangkan aspek praksis meliputi kebijakan-kebijakan pendidikan yang diambil dan praktekpraktek pendidikan yang diselenggarakan. Dengan asumsi bahwa teori pendidikan seharusnya melandasi praktek pendidikan, maka akar pernyebab permasalahan dalam bidang pendidikan umum yang kita hadapi ini hakikatnya bersumber dari aspek teoretis. Adapun aspek teoretis yang paling mendasar adalah mengenai landasan filosofis pendidikan. Dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan pendidikan, perubahan atau pembaruan berupa kebijakan dan praktek-praktek pendidikan telah banyak dilakukan, demikian juga upaya pengembangan keilmuan pendidikan. Sampai saat ini pemerintah telah beberapa kali mengambil kebijakan untuk melakukan perubahan atau penyesuaian kurikulum. Penyesuaian kurikulum di Indonesia telah dilakukan berkali-kali yang menyangkut pendidikan dasar dan
10 10 menengah bahkan kurikulum di Indonesia dianggap yang paling sering diubah dibandingkan dengan negara manapun (Suryadi, 2012, hal. 84). Proyek pengadaan buku pelajaran dan peningkatan kualifikasi pendidikan guru telah dan sedang terus dilaksanakan. Demikian pula telah banyak penelitian pendidikan dilakukan di berbagai LPTK. Namun demikian, semua ini belum menyentuh akar penyebab permasalahan yang kita hadapi, karena upaya pemecahan masalah tersebut lebih cenderung berkenaan dengan aspek praksis. Sekalipun riset ilmu pendidikan telah banyak dilakukan, namun riset ini pun lebih berkenaan dengan pedagogik praktis, sebaliknya kurang menyentuh pedagogik teoretis dan bahkan sangat-sangat kurang menyentuh bidang filsafat pendidikan sebagai landasannya yang ideal. Keadaan demikian merupakan fenomena yang umum terjadi, sebagaimana dinyatakan O neil bahwa: Ironisnya, kapan saja seseorang menghadapi problema pendidikan yang mendesak dan harus segera ditemukan pemecahannya, cenderung untuk bergerak menjauhi yang ideal dan berganti arah ke yang praktis (2008, hal. xxxiii). Hasil deduksi dari Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional idealnya berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilainilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Namun demikian, para ahli dan praktisi pendidikan secara langsung atau pun tidak langsung serta disadari maupun tidak disadari dalam tataran teoretis maupun praksisnya, turut dipengaruhi oleh filsafat pendidikan dengan latar belakang budaya tertentu yang dikemukakan oleh berbagai filsuf dari mana pun asalnya. Aplikasi secara membabibuta metode dan hasil riset kuantitatif dalam bidang pendidikan, merupakan contoh penerimaan filsafat Positivisme dalam pendidikan yang cukup fenomenal terjadi belakangan ini. Hal ini sebagaimana dinyatakan Sanusi bahwa: apabila di banyak lingkungan elit politik dan elit pengusaha lebih signifikan berkumandangnya sekularisme,... sedang di banyak elit terpelajar lebih banyak tafsiran yang positifis-rasionalilmiyah bebas-nilai (value-free) (dalam Natawidjaja, 2008, hal. 53).
11 11 Fenomena di atas menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan umum belum sepenuhnya mengacu kepada landasan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun Adapun hal ini terjadi atas dasar dua kemungkinan sebagai penyebabnya. Pertama, kita belum memiliki kejelasan tentang landasan pendidikan umum yang seharusnya dianut, sehingga terombang-ambing ditengah-tengah pengaruh berbagai aliran filsafat pendidikan yang ada. Kedua, sesungguhnya kita sudah diwarisi tentang landasan pendidikan umum tersebut sebagaimana telah dirumuskan dipraktekkan oleh para pemikir dan praktisi pendidikan terdahulu, tetapi kita belum memiliki kejelasan tentang hal tersebut dan belum menginternalisasinya, akhirnya dan kita terombang-ambing pula karena tidak berfungsinya landasan pendidikan tersebut dalam praktek. Penulis berasumsi bahwa kemungkinan yang kedua itulah yang dialami oleh bangsa ini. Argumentasinya, bahwa dalam perjalanan sejarah bangsa kita, telah banyak pemikir dan praktisi yang memperjuangkan pendidikan secara kontekstual agar sesuai dengan eksistensi kita sebagai bangsa Indonesia, salah seorang dari mereka adalah Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara telah berpikir dan menyelenggarakan pendidikan yang bersifat kultural nasional. Ini dapat kita pahami dari fakta-fakta yang dikemukakan para ahli sejarah dalam konteks perjuangan beliau dalam upaya merebut kembali kemerdekaan bangsa Indonesia dari kaum penjajah dan dalam perjuangannya untuk mengisi kemerdekaan. Ki Hadjar Dewantara adalah salah seorang tokoh yang telah mewariskan hasil pemikirannya tentang pendidikan serta memberikan teladan pengaplikasiannya dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. 2. Rumusan Masalah Mengacu kepada uraian di atas, secara umum masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah deskripsi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara, relevansinya sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional? Masalah tersebut dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimanakah deskripsi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara?
12 12 2) Apakah filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara relevan sebagai teori pendidikan dalam konteks pendidikan nasional? 3) Apa sajakah implikasi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap praktek pendidikan umum? Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan sehubungan dengan masalah penelitian di atas, yaitu: filsafat pendidikan, relevansi, implikasi, teori pendidikan, praktek pendidikan umum, pendidikan nasional. 1) Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan adalah sistem konsep pendidikan yang bersifat komprehensif mendasar sebagai hasil berfikir reflektif sistematis dan kritis kontemplatif. Adapun sistem konsep pendidikan yang dimaksud adalah hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang telah dipublikasikan dalam bentuk tulisan berupa artikel, brosur dan surat, serta pernyataan dalam pidato yang didokumentasikan oleh Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 2) Relevansi telah Relevansi adalah hubungan sesuatu hal terhadap hal lainnya. Hubungan ini menggambarkan tentang kesesuaian antara dua hal atau beberapa hal. Dalam penelitian ini yang dimaksud relevansi adalah kesesuaian konsep filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan relevansinya dengan keadaan zaman. 3) Implikasi Implikasi adalah suatu pernyataan yang menunjukkan keterlibatan sesuatu hal terhadap hal lainnya; atau hal yang dapat dipahami sekalipun sepanjang belum tersingkap belum terekspresikan di dalam sesuatu yang tersurat, namun di dalamnya telah tersirat karena sesuatu yang dapat dipahami itu pada dasarnya berada dalam sesuatu yang tersurat. Di dalam logika, implikasi dinotasikan dengan lambang: p q (jika p maka q). Ada dua jenis operasi implikasi, yaitu: (1) operasi implikasi dalam arti logika formal, dan (2) operasi implikasi dalam arti logika yang mengacu kepada suatu ontologi tertentu. Dalam penelitian
13 13 ini, jenis operasi implikasi nomor (2) itulah yang digunakan. Kriteria kebenarannya dideskripsikan pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Kriteria Kebenaran Implikasi P q lalu P q i i i o i o Keterangan: i = pernyataan benar; o = pernyataan salah. Mengacu kepada uraian di atas, implikasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai makna tersurat maupun tersirat tentang praktek pendidikan umum yang ideal dalam konteks pendidikan nasional yang diturunkan dari filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara. 4. Teori Pendidikan Dalam penelitian ini definisi teori pendidikan mengacu kepada pendapat Kneller tentang teori, yaitu sebagai a set of coherent thought (1971, hal. 41). Kebenaran teori bukan didasarkan atas kesesuaiannya dengan realitas, melainkan dengan asumsi-asumsi yang berlaku atau asumsi-asumsi yang dianut. Teori demikian diperoleh dengan berpikir deduktif dari filsafat yang telah ada. Dalam hal ini, maka teori pendidikan merupakan seperangkat fikiran yang berkaitan erat sebagai petunjuk praktis. Teori pendidikan bukan sekedar penjelasan tentang fenomena pendidikan, melainkan merupakan petunjuk untuk menyelenggarakan dan/atau mengontrol praktek pendidikan. 5. Pendidikan Umum Pendidikan umum adalah program pendidikan bagi semua orang (generasi muda), dalam rangka mengembangkan nilai-nilai, sikap-sikap, pemahamanpemahaman dan keterampilan-keterampilan yang esensial berkenaan dengan masalah pribadi, sosial, dan keagamaan secara terintegrasi agar dapat hidup secara memuaskan dalam kedudukannya sebagai pribadi, anggota keluarga, pekerja maupun sebagai warga negara dalam masyarakat yang demokratis. Ini
14 14 hakikatnya adalah program pendidikan untuk semua orang dalam rangka memanusiakan manusia. 6. Pendidikan Nasional Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2 UU RI No. 20 Tahun 2003). C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara, relevansinya sebagai teori pendidikan dan implikasinya terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional. Secara khusus penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: 1. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara, meliputi konsep hakikat: realitas, manusia, pengetahuan, nilai, tujuan pendidikan, kurikulum (isi pendidikan), metode, serta peranan pendidik dan anak didik. 2. Relevansi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebagai teori pendidikan dalam konteks pendidikan nasional, meliputi relevansinya dengan: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan relevansinya dengan keadaan zaman. 3. Implikasi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional. Hal ini meliputi: dasar praktek pendidikan umum, tujuan praktek pendidikan umum, makna dan penyelenggaraan pendidikan umum, kurikulum, metode serta pendidik dan anak didik. D. Manfaat Penelitian peranan Manfaat Teoretis. Penelitian ini merupakan salah satu upaya pengembangan ilmu pendidikan teoretis, khususnya filsafat pendidikan. Hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka memperluas cakrawala dan kualitas wawasan kependidikan, sehingga pemahaman terhadap pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara tidak hanya sebatas pada semboyan atau
15 15 simbol-simbolnya saja, melainkan sampai kepada akarnya. Selain itu, penelitian ini bermanfaat dalam upaya meningkatkan apresiasi terhadap pemikir dan fikiran tentang pendidikan nasional. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini memiliki manfaat praktis sebagai berikut: 1. Turut membangun konsep landasan filosofis pendidikan sebagai titik tolak studi maupun praktek pendidikan khususnya praktek pendidikan umum dalam konteks pendidikan nasional. Ini merupakan salah satu upaya dalam rangka mewujudkan amanat Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Memberikan masukan dalam rangka pengembangan kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), yaitu berkenaan dengan mata kuliah dasar profesi (MKDP) dan/atau mata kuliah keahlian (MKKF) Fakultas Ilmu Pendidikan, khususnya mata kuliah landasan pendidikan dan mata kuliah filsafat pendidikan. 3. Memberikan masukan dalam upaya penanganan masalah pendidikan umum, khususnya masalah pendidikan karakter. E. Struktur Organisasi Disertasi Disertasi ini disusun menjadi lima bab, yaitu: bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV temuan dan pembahasan, serta bab V simpulan dan rekomendasi. Bab I Pendahuluan menyajikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat teoritis dan manfaat praktis dari hasil penelitian serta organisasi penulisan disertasi. Bab II Kajian Pustaka mendeskripsikan empat hal pokok hasil kajian pustaka. Pertama, tentang hakikat teori pendidikan dan praktek pendidikan. Kedua, filsafat pendidikan sebagai teori pendidikan yang bersifat preskriptif. Ketiga, filsafat pendidikan umum. Keempat, filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
16 16 Bab III Metode Penelitian menjelaskan pendekatan dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan, instrumen penelitan yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data penelitian. Bab IV Temuan dan Pembahasan mendeskripsikan temuan-temuan sebagai hasil penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian yang telah dirumuskan. Selanjutnya, bab ini mendeskripsikan pembahasan atas temuantemuan penelitian yang dihasilkan. Bab V Simpulan dan Rekomendasi, bab ini menyajikan simpulan-simpulan dari hasil penelitian dan mengajukan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait berdasarkan hasil pembahasan penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar
Lebih terperinciMata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni 2013 Tanggal Upload
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Menurut Mulyasa (2013:2), perubahan itu menyangkut perubahan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana yang dimiliki semua masyarakat sebagai siswa di dalam dunia pendidikan yang tersusun secara sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya dan upaya mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Sifat Mata Kuliah Status MK Program Studi : Pendidikan : KD300 : Wajib : MKDP (Mata Kuliah Dasar Profesi) : Pendidikan Seni Rupa A dan B Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,
Lebih terperinci2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : Pendidikan Kode Mata Kuliah : KD300 Sufat Mata Kuliah : Wajib Program Studi : Pendidikan Biologi Semester : Genap (II) Jumlah SKS : 2 (dua) Mata Kuliah Prasyarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa
Lebih terperinciPENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI
PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang sangat penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya sangat diperlukan bagi setiap insan manusia. Pendidikan diarahkan sebagai pondasi untuk membangun individu dan bangsa. Pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa Indonesia. Bangsa akan maju jika para pemuda memiliki karakter nasionalisme. Nasionalisme merupakan bagian penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciRUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA
Modul ke: RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH PENGEMBANGAN KARAKTER Fakultas FAKULTAS TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila dikategorikan melalui karakteristik dan tatanan kehidupan masyarakatnya dikenal sebagai bangsa yang memangku
Lebih terperinciWAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan
WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
Lebih terperinciom KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
www.kangmartho.c om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (PKn) Pengertian Mata PelajaranPendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat stategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena
Lebih terperinciLandasan Pendidikan Inklusif
Bahan Bacaan 3 Landasan Pendidikan Inklusif A. Landasan Filosofis 1) Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang
Lebih terperinciMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI PADA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017 2 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. SALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA
Lebih terperinciMata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni 2013 Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi
Lebih terperinciKurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks wawasan kebangsaan yang merupakan pandangan seorang warga negera tentang negaranya, dan pembentukan
Lebih terperinciPLEASE BE PATIENT!!!
PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan
Lebih terperinciREVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
Lebih terperinciNUR ENDAH APRILIYANI,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fenomena globalisasi membuahkan sumber daya manusia yang menunjukkan banyak perubahan, maka daripada itu dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme
123 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme Generasi Muda dalam Era Otonomi Khusus Papua ini adalah metode kualitatif. Digunakannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat bangsa dan Negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki masa globalisasi dan meningkatnya perkembangan teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik secara ekonomi, politik, sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperinciKESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA
KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Lebih terperinciBudaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA
- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya sejak 17 Agustus 1945 memiliki kondisi yang unik dilihat dari perkembangannya sampai saat ini, para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta beradab merupakan adicita Bangsa Indonesia yang mulai
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses civilization membutuhkan suatu perencanaan yang matang. Oleh karena itu di dalam proses pembentukannya, pendidikan harus terintegrasi
Lebih terperincidengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting
Lebih terperinciMEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd Sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter dan mentalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan di Indonesia yang tercantum dalam UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi adalah mahasiswa yang rata-rata masuk perguruan tinggi pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi merupakan sebagai bagian integral dari kehidupan bangsa dan Negara. Selain itu, memegang peranan dalam mengisi kehidupan bangsa dan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidik sangat berperan dalam mewujudkan kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa. Pendidik sangat berperan dalam mewujudkan kehidupan yang damai, cerdas, terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tradisi sedekah bumi dengan berbagai macam istilah memang banyak diadakan di berbagai tempat di pulau Jawa. Namun, tradisi ini sudah tidak banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciEksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi
Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah simpulan, implikasi, dan rekomendasi hasil penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.
Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari luar negeri baik yang bersifat positif mupun negatif tidak bisa dibendung lagi. Permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Nabi Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat universal, terdapat dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat manusia. Pendidikan harus selalu progresif,
Lebih terperinciMENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat menentukan kegiatan
Lebih terperinci