ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK"

Transkripsi

1 Hubungan Tayangan Reality Show Be A Man di Global TV dengan Perilaku Asertif Transgender Rima Oktavriani dan Yearry Panji Universitas Mercubuana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa riemha_amoy@yahoo.co.id yearry.panji@gmail.com ABSTRAK Penelitian skripsi ini mengenai Hubungan Tayangan Reality Show Be a Man di Global TV dengan Perilaku Asertif Transgender. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori uses and effect dimana dilihat bahwa kaum transgender memiliki kesadaran dalam memilih untuk menonton tayangan Be A Man dengan harapan terciptanya efek tertentu yaitu sikap asertif. Berangkat dari hipotesis ini peneliti ingin melihat korelasi antara dua variabel tersebut. Peneliti melakukan survey dengan terjun langsung ke lapangan, dengan mendatangi komunitas transgender Yayasan Srikandi Sejati untuk memperoleh data berupa pengisian kuesioner dan data-data sekunder lainnya. Baik itu dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terpaan tayangan Be A Man terhadap perilaku asertif transgender tidak memiliki korelasi yang cukup, justru terhitung sangat lemah dan dianggap tidak ada dengan hasil korelasi statistic 0,155. Berdasarkan hasil uji statistik, pada uji signifikansi dengan hasil 0,219 yang menyatakan bahwa hubungan variable x dengan variable y tidak signifikan. Kesimpulannya adalah tidak ada hubungan yang kuat antara terpaan tayangan dengan sikap asertif kaum transgender, karena besar kemungkinan sikap asertif tersebut terbentuk oleh faktor lain selain tayangan Be A Man. Kata Kunci: Efek Media, Transgender, GLTB, perilaku asertif PENDAHULUAN Dewasa ini, ranah pertelevisian di Indonesia diramaikan dengan maraknya acara program musik dan reality show. Popularitas program reality show sangat menonjol belakangan ini. Sesuai dengan namanya reality show maka program ini mencoba menyajikan suatu situasi seperti konflik persaingan atau hubungan berdasarkan realitas yang sebenarnya. Dengan kata lain program ini mencoba menyajikan suatu keadaan yang nyata dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa rekayasa. Pada dasarnya reality show memiliki beberapa bentuk yaitu, hidden camera, competition show, relationship show, fly on the wall dan program mistik (Morissan, 2005: 107). Stasiun televisi komersil di Indonesia memiliki program-program reality show sendirisendiri yang bisa dibilang cukup sukses dalam mencari keuntungan.

2 Akhir-akhir ini munculnya waria dalam industri televisi di Indonesia semakin banyak. Dimana pada awalnya peran transeksual atau yang lebih dikenal dengan nama banci hanya menjadi pelengkap dalam sebuah cerita. Yang dimaksud pelengkap adalah, memberikan suasana lucu, terkesan tidak serius, dan untuk mengundang tawa penonton. Peran waria masih saja menjadi orang yang dianggap lucu. Mulai dari cara bicara, cara berpakaian, cara berjalan dan sikapnya di sinetron harus bisa membuat orang tersenyum.gambaran yang diberikan oleh televisi pada akhirnya mau tidak mau menjadi bagian dari kebutuhan hidup yang harus diterima dan dihidupi oleh masyarakat. Maka tak heran, jika peran-peran waria yang berada di televisi sebagai ajang hiburan. Kenyataan riil mengatakan bahwa masyarakat juga akan memberikan penilaian kepada para waria ini sebagai ajang hiburan. Pencitraan televisi akhirnya mempengaruhi pemikiran-pemikiran riil masyarakat. Meski demikian, apa yang ditawarkan media dan yang mendapatkan sambutan dari masyarakat adalah apa yang menjadi kebutuhan besar. Fenomena munculnya waria dalam pertelevisian Indonesia sering kali juga dimaknai berbeda sesuai dengan pandangan kelompok masyarakat. Satu hal yang menjadi perhatian adalah ketika audien lebih tertarik untuk menyaksikan program yang bersifat menghibur dan pencitraan seorang waria yang dianggap hanya sebagai pelengkap dalam setiap program maka penulis memilih program Be A Man Global Tv. Dalam hal ini Be A Man merupakan satu-satunya program yang mengedepankan kembalinya jati diri seorang waria menjadi laki-laki sejati. Disini, akan disaring 25 orang waria untuk menjadi seorang laki-laki sejati melalui pelatihan ala militer dalam wadah penggemblengan selama 14 hari. Mereka akan diberikan bekal pendidikan strategi perang dalam misi menjaga keamanan Negara, yang meliputi: wawasan nusantara, dasar kemiliteran, kepemimpinan, pengenalan senjata, survival, dan terjun payung. Para peserta juga harus melalui beberapa tahap eliminasi untuk mencapai gelar Lelaki Sejati ( Mengingat suksesnya tayangan Be A Man angkatan pertama dan kedua maka Global TV menyajikan Be A Man angkatan Ketiga yang ditayangkan setiap hari kamis pukul WIB. Menurut Elli Nurhayati, secara sosial dan budaya seakan sudah ada pakem bahwa individu terbiasa memendam perasaannya, sehingga tidak hanya energi negatif saja yang dipendam tapi juga energi positifnya. Menurutnya masyarakat seharusnya belajar untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara yang positif. Untuk itu tiap individu seharusnya belajar bersikap asertif dan bukan agresif. Asertif adalah mengekspresikan apa yang kita pikirkan (Republika, 26 Februari 2006).

3 Dari uraian diatas, dapat disimpulkan seorang waria sekalipun perlu bersikap asertif, untuk dapat menentukan jati diri yang mereka inginkan dan tidak terpengaruh oleh keadaan sekitar. Seorang waria sekalipun mempunyai hak untuk memilih dan harus dapat berperilaku asertif, yaitu berani untuk berkata tidak tentang hal yang ingin dia tolak, berani untuk menentukan jati diri mereka seperti apa, dan berani untuk selalu menentang apa yang dapat mempengaruhi dirinya dalam lingkungan sekitar. Seorang waria atau transgender akan sangat suli untuk berperilaku asertif, karena lingkungan sekitar mereka yang didominasi oleh kaumnya. Padahal tanpa dipungkiri, beberapa atau mungkin banyak dari mereka ingin sembuh atau kembali normal yaitu menjadi seorang lelaki yang sesungguhnya. Reality show Be A Man di global tv merupakan sebuah tayangan yang memberikan suatu gambaran dan pembelajaran bagi para transgender untuk dapat mengembalikan jati diri mereka menjadi laki-laki sejati. Adapun alasan penulis mengangkat tayangan reality show Be A Man karena Be A Man berbeda dengan tayangan-tayangan reality show pada umumnya yang mayoritas menggambarkan tentang percintaan. Selain itu Be A Man merupakan satu-satunya program yang berani mengangkat peranan dan citra seorang waria dan menunjukan seperti apa keseharian seorang waria dimana program ini bertujuan untuk mengembalikan jati diri mereka menjadi seorang laki-laki sejati. Komunitas waria Srikandi merupakan salah satu komunitas waria yang aktif dan dapat mengarahkan para anggotanya kearah yang lebih positif. Dengan jumlah keanggotannya yang besar, maka daerah kewilayahannya juga dibagi-bagi. Dalam hal ini penulis mengambil populasi komunitas waria Srikandi untuk wilayah bagian Jakarta barat. Kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pengamen jalanan untuk menyambung hidup. Sebagai waria pasti mereka ingin mengetahui apa saja yang terjadi dengan komunitas mereka yang mengikuti program tersebut. Apakah dengan mereka menyaksikan kaum sesamanya, maka mereka akan berubah pikiran dan dapat bersikap asertif untuk menentukan jati diri mereka sendiri? Atau mungkin mereka akan tetap memilih menjadi seorang transgender atau yang lebih sering kita kenal dengan sebutan waria. Selain itu, minimnya komunitas ini juga membuat penulis untuk mengekspose mereka, bahwa kaum waria sudah bukan menjadi hal yang tabu lagi di lingkungan kita. Hampir menyebar diseluruh kota-kota besar di Indonesia sudah memiliki komunitas waria yang jumlahnya besar dan mereka di arahkan ke hal-hal yang bersifat positif seperti pekerja salon, penjahit dan lain sebagainya. Dengan kata lain, mereka hanya ingin kaumnya di akui di lingkungan sekitarnya dan ingin dihargai sebagai seorang makhluk sosial biasa.

4 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara terpaan tayangan reality show Be A Man angkatan III dengan perilaku asertif para transgender? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara terpaan tayangan reality show Be A Man dengan perilaku asertif transgender. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari ketenangan-ketenangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1988: 65). Pada dasarnya survey memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda, seperti yang dikatakan oleh Bambang Setiawan (1995: 39) dalam bukunya, survey yaitu metode penelitian yang dalam melakukan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner, yaitu daftar pertanyaan tertulis yang diajukan pada sekelompok orang yang disebut sampel. Survey juga dapat diartikan sebagai proses penelitian yang dilakukan dengan mengambil sebagian unit analisis (sampel) dari keseluruhan populasi yang menjadi subjek penelitian (Setiawan, 1995: 53). Tujuan dari penggunaan metode pengumpulan data dengan survey adalah untuk memperoleh fakta-fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara aktual. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya ialah Persatuan Waria Srikandi wilayah Jakarta bagian barat. Jumlah populasinya ialah 759 orang. Namun jika menurut data yang ada jumlah populasi dari Persatuan Waria Srikandi wilayah Jakarta Barat berjumlah 180 orang (berdasarkan jumlah keanggotan yang aktif). Melalui rumus Yamane dapat ditentukan jumlah sampel yang diambil sebanyak 65 orang. Tekhnik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan sampling nonprobabilitas atau Non Probability Sampling yaitu tidak menggunakan prinsip kerandoman. Tekhnik ini dilakukan dengan cara sampling kuota, yaitu menetapkan jumlah tertentu untuk setiap strata lalu meneliti siapa saja yang ada sampai jumlah itu terpenuhi. Pengumpulan data primer dalam peneltian ini akan dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner pada dasarnya merupakan media bagi peneliti untuk mendapatkan jawaban dari responden dalam suatu proses interaksi untuk mengumpulkan data (Setiawan, 1995: 218). Tekhnik pengumpulan data dalam memperoleh data sekunder dapat melalui beberapa cara seperti studi pustaka yang

5 dapat digunakan sebagai bahan referensi berguna untuk memperjelas dan menunjang penelitian. Selain studi pustaka, data sekunder juga dapat dilakukan dengan kajian literature, yaitu dengan hasil penelitian sebelumnya, atau dapat juga dilakukan dengan mengumpulkan artikel terkait dan dokumentasi. Untuk menguji hubungan antara dua variabel, peneliti menggunakan rumus uji statistic, yaitu analisa korelasi Spearman Rank (rho). Metode ini bisa disebut korelasi berjenjang, atau korelasi berpangkat, dan ditulis dengan notasi (rs). Kegunaanya untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat, mengetahui kecocokan dari dua variabel terhadap grup yang sama, mendapatkan validitas empiris, alat pengumpul data, dan mengetahui reliabilitas alat pengumpul data. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa dari total 65 koresponden, didapatkan data responden yang jarang menonton tayangan Be a Man sebanyak 30 orang, yang sering sebanyak 31 orang dan yang sangat sering sebanyak 4 orang. Jadi mayoritas responden menonton tayangan Be A Man adalah sering yaitu dapat dilihat dari prosentasinya sebesar 47,7% atau 31 orang. Peneliti dapat menafsirkan bahwa responden sering menonton tayangan reality show Be A Man dapat dikatakan bahwa mereka melakukan hal ini secara sadar. Hal ini dinyatakan nilai prosentase dari frekuensi sebesar 47,7% dari koresponden sering menonton tayangan tersebut. Didapatkan pula data responden yang menonton tayangan Be a Man 1 kali sebulan sebanyak 13 orang, 2-3 kali sebulan sebanyak 26 orang dan yang menonton setiap minggu sebanyak 26 orang juga. Jadi dapat dijelaskan bahwa, dari 65 responden, kebanyakan menonton tayangan Be A Man minimal 2-3 kali sebulan sampai dengan setiap minggunya. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil prosentasi yang sama sebanyak 40%. Data responden yang menonton tayangan Be a Man kurang dari separuh program sebanyak 19 orang, separuh program sebanyak 27 orang dan yang menonton keseluruhan program sebanyak 19 orang juga. Jadi dapat di jelaskan bahwa, dari 65 responden, mayoritas menonton tayangan Be A Man hanya separuh program. Dengan nilai prosentasi sebesar 41,5%. Melalui data yang ada penulis dapat menafsirkan koresponden menonton tayangan Be A Man hanya separuhnya saja. Hal ini dinyatakan dari prosentasse tertinggi sebesar 41, 5%.

6 Dari survei tentang variabel tingkat asertif diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (55,4%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu menyatakan tentang apa yang ada dipikiran mereka secara verbal atau dengan perkataan. Pada urutan kedua adalah responden menjawab ragu-ragu 38,5%. Sedangkan yang menjawab tidak setuju hanya 6,2% atau 4 orang saja. Jadi dapat penulis tafsirkan bahwa mayoritas responden menjawab setuju. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak setuju artinya adalah bahwa mereka sangat setuju dengan mampu menyatakan dirinya dengan kata-kata verbal. Pada point indikator mampu bersikap sesuai denga diri sendiri jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (87,7%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu bersikap apa adanya sesuai dengan diri mereka sendiri. Kedua responden menjawab tidak setuju 9,2%. Sedangkan yang menjawab ragu-ragu hanya 3,1% atau 2 orang saja. Dari data ini dapat ditafsirkan bahwa mayoritas responden menjawab setuju, mereka mampu bersikap sesuai dengan diri mereka sendiri. Sedangkan paling sedikit menjawab ragu-ragu antara mampu atau tidak dengan bersikap sesuai dengan identitas diri mereka sendiri. Dari table distribusi frekuensi di atas, diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (73,8%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang dipikirkannya sendiri. Kedua, responden merasa ragu-ragu 24,6% dan hanya 1 orang saja yang tidak mampu untuk menyatakan suatu hal yang ada dipikirannya. Jadi dapat ditafsirkan bahwa mayoritas responden menjawab setuju mereka mampu mengungkapkan apa yang ada dipikirannya. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak dapat mengutarakan apa yang dipikirkannya hanya 1 responden saja. Dari table distribusi frekuensi di atas, diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (69,2%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka rasakan. Kedua, responden merasa ragu-ragu 26,2% dan tidak setuju bahwa mereka mampu mengatakan tentang apa yang mereka rasakan sebesar 4,6% atau 3 orang saja. Jadi dapat penulis tafsirkan mayoritas responden menjawab setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan apa yang mereka rasakan dengan prosentase 69,2%. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak dapat mengutarakan apa yang dirasakan hanya 4,6%. Dari hasil survei tentang indikator mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka inginkan terhadap diri mereka sendiri diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (67,7%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka inginkan terhadap diri mereka sendiri. Kedua,

7 responden merasa ragu-ragu 26,2% dan tidak setuju bahwa mereka mampu mengatakan tentang keinginan mereka terhadap diri sendiri sebesar 6,2% atau 4 orang saja. Jadi dapat penulis tafsirkan mayoritas responden menjawab setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan keinginan mereka terhadap diri mereka sendiri dengan nilai prosentase 67,7%. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak dapat mengutarakan keinginan mereka terhadap diri mereka sendiri hanya 6,2% Dari poin indikator mampu untuk berkomunikasi dengan orang asing diketahui bahwa terdapat jumlah prosentasi yang sama antara setuju dan ragu-ragu, dengan prosentase sebesar 40%, yang artinya adalah kebanyak dari mereka masih bersikap ragu-ragu namun juga setuju bahwa mereka mampu untuk berkomunikasi dengan orang asing. Maka sisanya adalah mereka yang tidak setuju bahwa mereka mampu untuk berkomunikasi dengan orang asing. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasilnya adalah sama, sebagian dari mereka ragu-ragu untuk berkomunikasi dengan orang asing namun sebagian lagi merasa mampu untuk berkomunikasi dengan orang asing dengan jumlah prosentasi terbesarnya sama yaitu 40% atau sebanyak 26 responden. Tentang indikator merasa cepat akrab dengan siapapun diketahui bahwa terdapat jumlah prosentase terbesar yaitu 78,5% setuju, yang artinya adalah mereka setuju bahwa mayoritas dari mereka merasa cepat akrab dengan siapapun. Sisanya menjawab masih ragu sebanyak 21,5% dan tidak ada yang menjawab tidak setuju. Dari indikator mengatakan tentang sesuatu yang dirasakan secara jujur diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (73,8%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka rasakan secara jujur. Kedua, responden merasa ragu-ragu 23,1% dan tidak setuju bahwa mereka mampu mengatakan tentang sesuatu yang mereka rasakan secara jujur sebesar 3,1% atau 2 orang saja. Jadi dapat ditafsirkankan mayoritas responden menjawab setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka rasakan secara jujur dengan prosentase 73,8%. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak dapat mengutarakan sesuatu yang mereka rasakan secara jujur hanya 3,1%. Dari indikator mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka rasakan secara langsung diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah setuju (61,5%), yang artinya mereka setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka rasakan secara langsung. Kedua, responden merasa ragu-ragu 32,3% dan tidak setuju

8 bahwa mereka mampu mengatakan tentang sesuatu yang mereka rasakan secara langsung sebesar 6,2% atau 4 orang saja. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab setuju bahwa mereka mampu mengungkapkan sesuatu yang mereka rasakan secara langsung dengan jumlah responden 40. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak dapat mengutarakan sesuatu yang mereka rasakan secara langsung hanya 4 responden saja. Sedangkan dari indikator hanya akan menunggu sesuatu yang mereka inginkan terjadi dengan sendirinya diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (47,7%), yang artinya adalah mereka hanya akan menunggu sesuatu yang mereka inginkan terjadi dengan sendirinya. Kedua, adalah, tidak yaitu sebesar 33,8% dan sisanya masih merasa ragu-ragu apakah akan menunggu sesuatu hal terjadi dengan sendirinya atau tidak, dengan prosentase sebanyak 18,5%. Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa, mayoritas dari sample justru akan menunggu suatu hal terjadi dengan sendirinya, hal ini di tunjukan dari jumlah frekuensi sebesar 31 orang. Dan yang terkecil menjawab ragu-ragu dengan frekuensi 12 orang. Hasil survey pada indikator akan mengejar sesuatu hal yang diinginkan diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (80%), yang artinya mereka akan mengejar sesuatu yang mereka inginkan. Kedua, responden merasa ragu-ragu 18,5% dan yang menjawab tidak akan mengejar sesuatu yang mereka inginkan hanya 1,5%. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya bahwa mereka akan mengejar sesuatu hal yang diinginkan dengan jumlah responden 52. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak hanya 1 responden saja. Pada indikator memiliki kemauan untuk mengejar sesuatu hal yang mereka inginkan dapat diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (84,6%), yang artinya mereka memiliki kemauan untuk mengejar sesuatu hal yang mereka inginkan. Kedua, responden merasa ragu-ragu 10,8% dan yang menjawab tidak mau mewujudkan sesuatu yang mereka inginkan hanya 4,6%. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya bahwa mereka memiliki kemauan untuk mewujudkan hal yang diinginkan dengan jumlah responden 55. Sedangkan paling sedikit menjawab tidak hanya 3 responden saja. Dari poin indikator tidak bisa selalu menang dalam setiap kompetisi diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (66,2%), yang artinya menyadari betul bahwa mereka tidak bisa selalu menang dalam sebuah kompetisi. Dan sisanya di dapati hasil yang sama bahwa 16,9% measa tidak sadar bahwa mereka tidak bisa

9 selalu menang dalam setiap kompetisi, dan 16,9% juga merasa ragu-ragu sadar atau tidak kalau dalam setiap kompetisi mereka tidak bisa selalu menang. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya bahwa mereka menyadari kalau mereka tidak bisa selalu menang dalam setiap kompetisi dengan jumlah responden 43 orang. Dan sisanya masih ragu-ragu dan tidak dengan jumlah frequency yang sama yaitu 11 orang. Dari indikator menyadari batasan-batasan diri sendiri diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (81,5%), yang artinya mereka menyadari apa saja batasan-batasan yang ada pada diri mereka sendiri. Kedua, didapati jumlah 13,8% dengan jawaban ragu-ragu dan sisanya 4,6% yang menjawab tidak menyadari atas batasanbatasan diri mereka sendiri. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya mereka menyadari batasanbatasan yang ada pada diri mereka sendiri dengan jumlah responden 53 orang, ragu-ragu 9 orang dan yang tidak menyadari atas batasan-batasan diri mereka sebanyak 3 orang responden. Pada survey tentang indikator mampu untuk menghargai diri mereka sendiri diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (83,1%), yang artinya mereka mampu untuk menghargai diri mereka sendiri. Kedua, didapati jumlah 13,8% dengan jawaban ragu-ragu dan sisanya 3,1% yang menjawab tidak mampu untuk menghargai diri mereka sendiri. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya mereka mampu untuk menghargai diri mereka sendiri dengan jumlah responden 54 orang, ragu-ragu 9 orang dan yang tidak menyadari atas batasan-batasan diri mereka sebanyak 2 orang responden. Sedangkan untuk indikator dapat bersikap sportif dalam pengambilan suatu keputusan diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama adalah ya (67,7%), yang artinya mereka mampu untuk bersikap sportif dalam pengambilan sebuah keputusan. Kedua, didapati jumlah 26,2% dengan jawaban ragu-ragu dan sisanya 6,2% yang menjawab tidak dapat bersikap sportif dalam pengambilan suatu keputusan. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya mereka mampu bersikap sportif dalam pengambilan sebuah keputusan dengan jumlah responden 44 orang, ragu-ragu 17 orang dan yang tidak bersikap sportif dalam pengambilan sebuah keputusan sebanyak 4 orang responden. Pada indikator memiliki keingingan untuk menjadi yang terbaik memiliki keingingan untuk menjadi yang terbaik diketahui bahwa jawaban responden yang terbanyak pertama

10 adalah ya (83,1%), yang artinya mereka memiliki keingingan untuk menjadi yang terbaik. Kedua, didapati jumlah 10,8% dengan jawaban tidak ingin selalu menang dan sisanya 6,2% yang menjawab ragu-ragu. Jadi dapat disimpulkan mayoritas responden menjawab ya mereka selalu ingin menjadi yang terbaik dengan jumlah responden 54 orang, tidak 7 orang dan yang ragu-ragu sebanyak 4 orang responden. Tabel Uji Korelasi Spearman's rho Terpaan Tayangan "Be A Man" Perilaku Asertif Transgender Terpaan Tayangan "Be A Man" Perilaku Asertif Transgender Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)..219 N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed).219. N Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi antara terpaan tayangan reality show Be a Man dengan perilaku asertif transgender memberikan nilai koefisien korelasi sebesar 0,155. Angka koefisien tersebut mengindikasikan adanya hubungan yang sangat lemah, bahkan dianggap tidak ada hubungan diantara dua variable. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variable tidak signifikan, yang artinya besar kemungkinan ada variable lain yang lebih berperan dalam mempengaruhi sikap asertif selain terpaan tayangan. Angka koefisien positif menunjukan hubungan positif, yaitu jika semakin tinggi terpaan tayangan semakin tinggi pula sikap asertif. Untuk mengabil keputusan uji hipotesis maka digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : tidak ada hubungan antara variabel terpaan tayangan Be A Man di Global TV terhadap perilaku asertif transgender. H1 : ada hubungan antara variable terpalobal TV terhadap perilaku asertif transgender. Jika probabilitas < 0,05 (taraf sig.), H0 ditolak dan H1 diterima. Jika probabilitas > 0,05 (taraf sig.), H0 diterima dan H1 ditolak.

11 Pada pengujian hipotesis di atas, dapat dinyatakan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,219 yang artinya nilai probabilitas > 0,05. Dari uji hiotesis ini maka dapat dinyatakan untuk menolak H1 dan menerima H0, hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang cukup dan signifikan antara variable terpaan tayangan reality show Be A Man di Global TV terhadap perilaku asertif waria. Peran media televisi yang menyediakan berbagai jenis program hiburan seperti program reality show dapat membuat efek yang akan berpengaruh pada pola perilaku khalayaknya, selain itu televisi melalui berbagai macam program yang ditayangkan dapat menjadi contoh yang dapat berdampak positif ataupun negatif bagi khalayak yang melihatnya. Pembahasan mengenai hubungan terpaan tayangan reality show Be A Man dengan perilaku asertif transgender dapat peneliti kelompokan menjadi dua bagian yang sama dengan yang tertera pada daftar pertanyaan yaitu : variable terpaan tayangan reality show Be A Man dan variable perilaku asertif. Pembahasan yang telah peneliti uraikan berdasarkan data-data yang terdapat dalam table dari hasil daftar pertanyaan yang telah peneliti sebarkan ke responden, peneliti melihat bahwa jawaban yang diberikan responden sangat beragam atas pertanyaan yang diajukan. Hubungan yang terjadi bila dikaitkan dengan teori uses and effects dinyatakan bahwa, media memberikan efek yang dominan selain itu media juga memberikan motivasi terhadap khalayak. Dengan melihat bagaimana prosentase frekuensi responden dalam menonton tayangan tersebut dapat dikatakan bahwa audiens secara aktif menerima terpaan media (tayangan Be A Man ) dan mereka melakukannya secara sadar hal ini dapat membuktikan bahwa disini konsep uses dalam teori uses and effect dilakukan oleh audiens. Sedangkan dalam konsep effects perilaku asertif diwakilkan berdasarkan empat karakter, pertama dalam hal kebebasan koresponden dalam pengungkapan dirinya sendiri, nilai prosentase yang dominan adalah mereka dapat mengungkapkan diri mereka sendiri. Kedua, dari cara mereka berkomunikasi, nilai prosentase yang ada cukup mewakili bahwa mereka cukup asertif dalam berkomunikasi dengan siapapun, baik itu keluarga, teman ataupun dengan orang asing yang belum mereka kenal. Ketiga, dari segi orientasi kehidupan para koresponden dapat dinyatakan setuju dan dapat berperilaku asertif dalam keinginan mereka mengejar suatu hal yang mereka inginkan karna mayoritas dari prosentase yang ada menunjukan bahwa mereka tidak bersifat pasif. Keempat, dilihat dari cara mereka menghargai diri mereka sendiri, mereka menyadari akan batasan-batasan yang ada pada diri mereka sendiri. Dari keempat karakter

12 yang ada dan jawaban dari koresponden menyatakan bahwa aspek effect cukup berperan terhadap koresponden. Namun jika dikaitkan dengan hasil dari terpaan media terlihat bahwa tidak ada korelasi yang cukup, malah dapat dikatakan tidak ada hubungannya antara variable terpaan media uses dengan variable perilaku asertif effect, atau mungkin dapat dikatakan bahwa ada indikator-indikator lain yang lebih memberikan pengaruh terhadap perilaku asertif transgender dari pada terpaan tayangan. Dari hasil penelitian uji korelasi bahwa hubungan yang terjadi sangat lemah atau dianggap tidak ada hubungan antara variable X (terpaan tayangan Be A Man ) dengan variable Y (perilaku asertif transgender) dengan nilai 0,155. Pada pengujian hipotesis menyatakan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,219 maka uji hipotesis menyatakan untuk menerima H0 dan menolak H1 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara terpaan tayangan reality show Be A Man di Global TV terhadap perilaku asertif transgender. Atau mungkin dengan kata lain ada indikator-indikator lain yang mempengaruhi sikap asertif transgender namun bukan berasal dari terpaan tayangan reality show Be A Man. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Terpaan Tayangan Reality Show Be A Man di Global TV terhadap perilaku asertif transgender maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa : (1) Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan antara terpaan tayangan reality show Be A Man terhadap perilaku asertif transgender. Hal ini terlihat dengan dengan tingkat korelasi sebesar 0,155 dan signifikansi sebesar 0,219. (2) Meskipun hubungan antara terpaan tayangan reality show Be A Man di Global TV terhadap perilaku asertif transgender lemah, tapi mereka tetap menonton tayangan tersebut. Perilaku asertif mereka yang tinggi tidak memiliki korelasi yang kuat dengan terpaan tayangan, artinya ada kemungkinan perilaku asertif mereka dipengaruhi variabel lainnya. Saran yang diberikan penulis berdasarkan penelitian tayangan reality show Be A Man terhadap sikap asertif transgender ini antara lain adalah: Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, menunjukan bahwa terpaan tayangan reality show Be A Man tidak memberikan korelasi dengan perilaku asertif transgender. Padahal dalam teori yang peneliti gunakan dijelaskan bahwa, media memberikan efek yang dominan dan dapat menjadi salah satu motivator terhadap khalayak. Ini perlu menjadi perhatian khusus, mengapa dapat terjadi hal

13 sedemikian rupa. Karena jika memang teori uses and effects itu benar, maka seharusnya dalam tayangan reality show Be A Man hal ini juga dapat dibuktikan, namun dari hasil peneliti dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan indikator-indikator lain yang lebih memberikan efek atau pengaruh terhadap perilaku asertif dan bukan dari tayangan reality show Be A Man. Hasil penelitian menunjukan bahwa terpaan tayangan tidak memberikan korelasi terhadap perilaku asertif transgender, maka sebaiknya hal ini dipikirkan apa dampaknya terhadap transgender sendiri setelah menonton tayangan reality show Be A Man DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro, dan kawan., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung, 2004 Bungin, Burhan., Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta, 2006 Currah, Paisley dkk., Transgender Right, University of Minnesota.2006 Djuarsa Sendjaja, Sasa. dkk, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 2001 Fensterheim, Herbert, dan kawan., Dont Say Yes If You Want to Say No; Making Life Right When It Feels All Wrong, New York, Dell, 1975 Israel, Gianna E, dkk., Transgender care: recomanded guidelines, practical information, and personal accounts, Temple University Press- Philadelphia Kountour,Ronny, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta, Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Tangerang.Ramdina Prakarsa, 2005 Mulyana, Deddy. Human Communication Konteks, Bandung,2001 Nazir,Moh, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, 1988 Rakhmat, Jalaludin.Psikologi Komunikasi.. Bandung :PT Remaja RosdaKarya Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, 1984 S.A, Rathus dan J.S,Nevid Adjusment and Growth, The challenges of Life USA Setiawan,Bambang, Metode Penelitian Komunikasi I, Jakarta, 1995 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, 2004 Stanley Barran dan Dennis Davis, Mass Communication Theory, Belmont: Wadsworth, 2000 Stryker Susan, dan White Stephen., The transgender Studies Reader, Taylor and Francis Group. Routledge,2006. Sumber-sumber lain: Agresif, Asertif atau Pasif? Republika, Minggu 26 Februari 2006 Situs Resmi Global TV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat dari penelitian ini ialah Penelitian Korelasional. Kita mulai memasuki metode korelasional bila kita mencoba meneliti hubungan-hubungan di antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hanya memapaparkan situasi yang didapat atau peristiwa yang diperoleh dari data

Lebih terperinci

ABSTRACT. advertisement exposure on SCTV with the buying interest s students of

ABSTRACT. advertisement exposure on SCTV with the buying interest s students of HUBUNGAN TERPAAN IKLAN BUKALAPAK DI SCTV DENGAN MINAT BELI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANGKATAN 2014 Oleh: Aji Setya Purnama, Bedjo Sukarno, Siswanta ABSTRACT Bukalapak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain lain (menurut Barelson and Stainer, 1964). Menurut Thomas M. Scheidel mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi bisa terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Harold

Lebih terperinci

TAYANGAN STAND UP COMEDY DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN HIBURAN

TAYANGAN STAND UP COMEDY DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN HIBURAN TAYANGAN STAND UP COMEDY DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN HIBURAN (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Stand Up Comedy di Metro TV terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hiburan di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT

PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PEMBERITAAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG KOMERSIL INDONESIA DI TELEVISI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT (Studi Korelasional di Perumahan Johor Indah Permai 1 Kota Medan) SITI ARDIYANTI 080904119 ABSTRAK Skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu dimana si peneliti ingin mengetahui gambaran suatu hal, tidak menghubunghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Manfaat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif sebagai metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menggambarkan dan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis disini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu merupakan penelitian yang hasilnya berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara harafiah televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (pandangan), yang dapat diartikan sebagai melihat sesuatu dari jarak jauh. Televisi adalah

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup hanya bergantung kepada dirinya sendiri, melainkan membutuhkan kehadiran orang lain. Umumnya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. 1. atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. 1. atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah menyelesaikan tabel tunggal dan tabel silang, maka peneliti akan melakukan

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah menyelesaikan tabel tunggal dan tabel silang, maka peneliti akan melakukan 92 BAB IV ANALISIS DATA A. Pengujian Hipotesis Setelah menyelesaikan tabel tunggal dan tabel silang, maka peneliti akan melakukan langkah selanjutnya, yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka-angka dari hasil penelitian setelah di peroleh dari jawaban kuisioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka-angka dari hasil penelitian setelah di peroleh dari jawaban kuisioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pada penelitian skripsi ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan angka-angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa adalah proses media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada masa sekarang ini,

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA BINUS UNIVERSITY JURUSAN MARKETING COMMUNICATION ANGKATAN 2008 TERHADAP PROGRAM RADIO SHOW DI TV ONE

PERSEPSI MAHASISWA BINUS UNIVERSITY JURUSAN MARKETING COMMUNICATION ANGKATAN 2008 TERHADAP PROGRAM RADIO SHOW DI TV ONE PERSEPSI MAHASISWA BINUS UNIVERSITY JURUSAN MARKETING COMMUNICATION ANGKATAN 2008 TERHADAP PROGRAM RADIO SHOW DI TV ONE Muhammad Asad Chalik Binus University, Marketing Communication, Jakarta, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memnuhi kebutuhannya. Pendekatan ini kemudian di kenal dengan sebutan uses

BAB I PENDAHULUAN. memnuhi kebutuhannya. Pendekatan ini kemudian di kenal dengan sebutan uses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa adalah alat atau perantara untuk proses pengiriman atau penyampaian sebuah pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdapat pada komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Bab ini berisi penyajian data hasil penlitian mengenai hubungan daya tarik tayangan MasterChef Indonesia dengan minat menonton pemirsa di perumahan Tanah Mas, Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan tanpa batas. Sebagai makhluk sosial, manusia harus berkomunikasi dan selalu ingin bertukar

Lebih terperinci

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN (Studi Korelasional Tentang Iklan Tv Berlangganan Centrin Tv Terhadap Minat Masyarakat Berlangganan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru) ICHE. A. C. NAPITUPULU

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. A. Keadaan Wilayah RT 03 RW 016 Bukit Cinere Indah Cinere Depok

BAB 4 ANALISA DATA. A. Keadaan Wilayah RT 03 RW 016 Bukit Cinere Indah Cinere Depok BAB ANALISA DATA. Deskripsi wilayah Penelitian A. Keadaan Wilayah RT 0 RW 06 Bukit Cinere Indah Cinere Depok Dalam penelitian skripsi ini penulis mengambil daerah penelitian di lingkungan RT 0 RW 06 Cinere

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut berkembang. Terutama di dunia penyiaran. Hal ini berdampak dalam bidang komunikasi. Kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 56 orang siswa siswi kelas 3 SMA Avicenna Cinere mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan teknologi yang sudah di kenal akrab oleh masyarakat luas. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan (terhitung sejak tanggal 9 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si Faktor-faktor Pendorong Orang Menonton Program Berita Liputan 6 di SCTV (Studi Eksplanatif-Kuantitatif Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Kampung Sudagaran Kelurahan Tegalrejo Yogyakarta Menonton Program

Lebih terperinci

Korelasi Penggunaan Media dengan Kepuasan Menonton Program Acara One Stop Football Pada Siswa Sekolah Sepak Bola Gelora Muda Yogyakarta

Korelasi Penggunaan Media dengan Kepuasan Menonton Program Acara One Stop Football Pada Siswa Sekolah Sepak Bola Gelora Muda Yogyakarta Korelasi Penggunaan Media dengan Kepuasan Menonton Program Acara One Stop Football Pada Siswa Sekolah Sepak Bola Gelora Muda Yogyakarta FX Okta Indrawan Satriya / Drs. M. Antonius Birowo, MA., Ph. D Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan

BAB 1 PENDAHULUAN. TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1962, stasiun televisi yang pertama kali muncul di Indonesia adalah TVRI. Siaran perdananya menayangkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peneliti menempuh beberapa tahap penelitian dalam pengumpulan data.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peneliti menempuh beberapa tahap penelitian dalam pengumpulan data. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data Peneliti menempuh beberapa tahap penelitian dalam pengumpulan data. Tahapan tersebut sebagai berikut : 4.1.1 Tahap Awal Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 34 Penelitian deskriptif adalah jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. gejala atau fenomena. Hasil dari penelitian ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola

BAB III METODOLOGI. gejala atau fenomena. Hasil dari penelitian ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola 35 BAB III METODOLOGI 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian Deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memberikan banyak sekali kemudahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Tayangan Berita Liputan 6 Siang di SCTV Tayangan Berita Liputan 6 Siang merupakan salah satu program berita di SCTV. Liputan 6 Siang tayang pada pukul 12.00 12.30 WIB,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON

PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON PENGARUH TERPAAN TAYANGAN PROGRAM ACARA WARNA TRANS7 TERHADAP SIKAP PENONTON (Studi Eksplanatif Kuantitatif mengenai Pengaruh Terpaan Tayangan Program Acara Warna TRANS7 Episode Seputar Fashion dan Kesehatan

Lebih terperinci

KUESIONER. Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan

KUESIONER. Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan 100 KUESIONER Tayangan Sinetron India dan Pemenuhan Kebutuhan akan Hiburan (Studi Korelasional Pengaruh Sinetron India terhadap Pemenuhan Kebutuhan Hiburan pada Ibu Rumah Tangga di Dusun V, Graha Tanjung

Lebih terperinci

PENGARUH PROGRAM ROCKA ROLLA DI RADIO PRO 2 RRI BOGOR TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENDENGAR PERIODE FEBRUARI SAMPAI DENGAN MEI 2012

PENGARUH PROGRAM ROCKA ROLLA DI RADIO PRO 2 RRI BOGOR TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENDENGAR PERIODE FEBRUARI SAMPAI DENGAN MEI 2012 PENGARUH PROGRAM ROCKA ROLLA DI RADIO PRO 2 RRI BOGOR TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENDENGAR PERIODE FEBRUARI SAMPAI DENGAN MEI 2012 Reziyodi Ryandaru Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia, 10000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya wawasan manusia yang didukung oleh perkembangan jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran. Sejumlah besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penalitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empiris

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu

BAB 3 METODE PENELITIAN. masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Riset kuantitafif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Bahwa dalam penelitian kuantitatif masalah yang dibawa

Lebih terperinci

Reino Harry Sandi. Abstrak

Reino Harry Sandi. Abstrak PENGARUH PROGRAM ON THE SPOT DI TRANS 7 TERHADAP MINAT MENONTON ANGGOTA KARANG TARUNA (SURVEI PADA ANGGOTA KARANG TARUNA RT 06 RW 06 KOMPLEK TAMAN MANGU INDAH BLOK F KELURAHAN PONDOK AREN TANGERANG) Reino

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif sebagai metode dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif, dalam

BAB III METODOLOGI. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif, dalam BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif, dalam pengertian bahwa penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan fakta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis ingin mengetahui Daya tarik dan Kepuasan menonton Program acara Talkshow Show Imah di Trans TV terhadap

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran penting pada khalayak untuk membentuk persepsi di dalam lingkungan masyarakat. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun data yang terkumpul dilakukan dengan cara menyebarkan angket

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun data yang terkumpul dilakukan dengan cara menyebarkan angket BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab VI ini peneliti akan menganalisa dan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai " Pemahaman Bahasa Jurnalistik Wartawan Non-Sarjana jurnalistik

Lebih terperinci

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS DAN CITRA PERUSAHAAN (Studi korelasional tentang Pengaruh Eksternal Public Relations dalam Meningkatkan Citra Perusahaan di Kalangan Nasabah Bank Sumut Cabang Marendal Kota Medan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari semua media massa, televisi menjadi media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Hal itu karena karakter televisi yang audio visual sehingga membuat orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.metode deskriptif adalah suatu metode dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI

BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI 71 BAB VI EMPATI REMAJA TERHADAP KEMISKINAN SEBAGAI AKIBAT TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI 6.1 Empati Remaja terhadap Kemiskinan Sebagai Akibat Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Data sebaran responden

Lebih terperinci

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU

KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT KELUARGA BERENCANA VERSI SHIREEN SUNGKAR DAN TEUKU WISNU Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media televisi. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jawa Barat Melalui Ruangan Internet Publik Terhadap Minat Publik Akan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jawa Barat Melalui Ruangan Internet Publik Terhadap Minat Publik Akan 74 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menganalisis dan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai Peranan Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat Melalui Ruangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah preferensi konsumen smartphone merek Blackberry. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini, yaitu konsumen smartphone

Lebih terperinci

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT RICKY YUNIAR WILDAN D2C605137 RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT Di era informasi ini, kebutuhan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data penelitian diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menyebarkan kuesioner kepada

Lebih terperinci

KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA UAJY terhadap Program Jejak Petualang Trans 7)

KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA UAJY terhadap Program Jejak Petualang Trans 7) JUDUL SKRIPSI : KEPUASAN PENONTON TERHADAP PROGRAM JEJAK PETUALANG TRANS 7 (Studi tentang Kepuasan Anggota PALAWA UAJY terhadap Program Jejak Petualang Trans 7) OLEH : CHRISTINE, PEMBIMBING : BIROWO PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Besarnya jumlah stasiun televisi di Indonesia, baik secara nasional maupun lokal menunjukkan bahwa perkembangan media massa khususnya media televisi kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harold D. Lasswell menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif kuantitatif. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan mengunakan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. pada bab-bab sebelumnya khususnya mengenai pengaruh menonton program acara

BAB IV KESIMPULAN. pada bab-bab sebelumnya khususnya mengenai pengaruh menonton program acara BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan uraian, uji statistik dan penjelasan yang sudah penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya khususnya mengenai pengaruh menonton program acara BE A MAN di Global TV terhadap

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN:

Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN: Prosiding Manajemen Komunikasi ISSN: 2460-6537 Hubungan Menonton Tayangan 86 NET TV dengan Citra Polri di Mata Masyarakat Relations Watching "86 NET TV" With The Image of The Police in The Public Eye 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian SMP Mardi Rahayu Ungaran terletak di jalan Diponegoro No. 741, Ungaran, Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ada 134 siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, teknologi komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi komunikasi memudahkan setiap orang untuk

Lebih terperinci

Kata Kunci : Blog, Catatan Harian, Konsep Diri, Keterbukaan Diri.

Kata Kunci : Blog, Catatan Harian, Konsep Diri, Keterbukaan Diri. BLOG DAN TINGKAT KETERBUKAAN DIRI (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 203 FISIP Universitas Sumatera Utara)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Mohammad Nazir mendefinisikan metode

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penilitian kuantitatif dengan format deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan situasi dan peristiwa membahas masalahnya sendiri, tidak mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, di mana menekankan pada empat hal yang dicari dari hubungan-hubugan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penerapan budaya keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan di PT Adi Satria Abadi (Devisi Sarung Tangan Golf) Jl. Sidokerto,

Lebih terperinci

Lampiran Rundown Acara Radio Show

Lampiran Rundown Acara Radio Show Lampiran Rundown Acara Radio Show KUISIONER PENELITIAN Saya Muhammad Asad Chalik mahasiswa Universitas Bina Nusantara Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Jurusan Marketing Communication angkatan 2008 yang

Lebih terperinci

ARTIKEL PENYUSUN: Rizky Adhitya Putra DODEN PEMBIMBING: Sri Widowati Heriningsih, M.si & Much. Yulianto, S.Sos JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

ARTIKEL PENYUSUN: Rizky Adhitya Putra DODEN PEMBIMBING: Sri Widowati Heriningsih, M.si & Much. Yulianto, S.Sos JURUSAN ILMU KOMUNIKASI ARTIKEL TERPAAN KOMUNIKASI PRESIDEN SBY DI MEDIA MENGENAI PERMASALAHAN KENAIKAN HARGA BBM DAN KELANGKAAN GAS 3KG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT ATAS KINERJA PRESIDEN SBY PENYUSUN: Rizky Adhitya Putra DODEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar umat manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dimana peneliti hanya memberi gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi dan Tingkat Pengawasan Orang Tua (Parental Mediation) dengan Perilaku Kekerasan Oleh Anak

Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi dan Tingkat Pengawasan Orang Tua (Parental Mediation) dengan Perilaku Kekerasan Oleh Anak Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi dan Tingkat Pengawasan Orang Tua (Parental Mediation) dengan Perilaku Kekerasan Oleh Anak Summary Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW Be A Man DI GLOBAL TV. Oleh Herlina dan Diana Amalia Ilmu Komunikasi FISIP-UPNV Jatim ABSTRAKSI

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW Be A Man DI GLOBAL TV. Oleh Herlina dan Diana Amalia Ilmu Komunikasi FISIP-UPNV Jatim ABSTRAKSI Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 1. No.2 Oktober 2009 94 MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW Be A Man DI GLOBAL TV Oleh Herlina dan Diana Amalia Ilmu Komunikasi FISIP-UPNV Jatim ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Hal yang penting bagi seorang peneliti dalam melakukan penelitian adalah pengetahuan mengenai pendekatan yang digunakan, karena pendekatan akan menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksploratif, yakni menghimpun informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program televisi di Indonesia kian beragam jenisnya. Setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat program-program acara yang menarik, yang informatif dan menghibur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Identitas Responden Sebelumnya akan dijelaskan dahulu karakteristik responden yang meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, dan pendidikan terakhir.

Lebih terperinci