PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang"

Transkripsi

1

2 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika pembangunan, termasuk pembangunan perikanan dari waktu ke waktu terus berkembang dengan cepat dan berkembang semakin kompleks. Dalam menghadapi tantangan dan tuntutan lingkungan maka strategi pengembangan sistem dan usaha agribisnis perikanan sudah waktunya ditingkatkan menjadi strategi yang menterpadukan pengembangan strategi agribisnis perikanan dengan pendekatan wilayah. Sebahagian negara besar dengan berbagai produk perikanan unggulan di setiap daerah, maka pengembangan ekonomi berbasis perikanan yang berorientasi pada pembangunan agribisnis perikanan perlu terus ditingkatkan karena diyakini dapat memperkokoh perekonomian bangsa Indonesia serta menjamin pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Basis pembangunan adalah pembangunan perdesaan. Oleh karena itu pembangunan perdesaan pada daerah-daerah pemasok hasil produksi perikanan (daerah, sentra produksi) melalui pengembangan Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) perlu lebih dimantapkan agar memiliki ketahanan yang lebih kuat, mengingat fungsi daerah perdesaan sangat penting, terutama dalam hal : penyedia bahan pangan untuk penduduk, penyedia tenaga kerja untuk pembangunan, penyedia bahan baku untuk industri, serta penghasil komoditi untuk ekspor ke luar negeri. Salah satu program yang dapat diterapkan adalah pengembangan kawasan setra perikanan yang dilakukan pada daerah pemasok hasil produksi perikanan sehingga pembangunan perikanan di desa-desa hinterland dapat mendukung DPP. Suatu kawasan sentra perikanan yang sudah berkembang memiliki ciriciri sebahagian besar masyarakat memperoleh pendapatan dari kegiatan Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 1-1

3 perikanan, kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan perikanan, atau agribisnis terutama di dalamnya usaha industri (pengolahan) perikanan, terjadi perdagangan hasil-hasil perikanan termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor, tersedianya sarana perikanan dan permodalan, berkembangnya agrowisata perikanan dan jasa pelayanan. Kawasan sentara perikanan mengembangkan usaha perikanan dan produk olahan skala rumah tangga, sebaliknya Daerah Pusat Pertumbuhan (Kota Batam) menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha perikanan tersebut seperti penyediaan sarana perikanan, modal, teknologi, informasi, pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran) hasil produksi/produk perikanan. Dengan demikian hubungan antara Batam sebagai DPP dan desa-desa dimana Program COREMAP dilaksanakan sebagai daerah hinterland menjadi harmonis dan saling membutuhkan. Dengan demikian kehidupan masyarakat di kawasan sentara perikanan mirip dengan suasana kota karena sarana yang ada di kawasan tersebut tidak jauh berbeda dengan di kota. Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan sentra perikanan bila memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk mengembangkan komoditi perikanan, mempunyai produk unggulan, berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari produk unggulannya, memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis seperti pasar, lembaga keuangan, kelembagaan ditingkat nelayan, balai penyuluhan pertanian/perikanan, percobaan/pengkajian teknologi agribisnis untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan sentara perikanan dan aksesibilitas ke daerah lain yang lancar. Sebahagian besar persyaratan suatu kawasan sentra perikanan seperti telah disebutkan diatas, telah dimiliki oleh desa-desa yang dijadikan Lokasi Coremap II Kota Batam yaitu Kelurahan Galang Baru (Pulau Nguan dan Sembur), Kelurahan Karas (Pulau Karas dan Mubut) dan Kelurahan Pulau Abang (Pulau Abang Besar, Air Saga dan Pulau Petong). Namun demikian kondisinya Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 1-2

4 baik secara kuantitas maupun kualitasnya belum banyak diketahui secara ilmiah. Melalui studi ini akan diungkap berbagai aspek seperti jumlah produksi dan jenis komoditi unggulan, kebijakan apa yang harus dilakukan dan skala prioritas kegiatan yang harus dilakukan sehingga lokasi COREMAP II dapat dijadikan sebagai sentra perikanan Tujuan Kajian Pengembangan Lokasi COREMAP II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan dilaksanakan dengan tujuan: 1. Menganalisa kondisi perikanan disetiap desa dimana Program Coremap II berada. 2. Menghitung kapasitas produksi masing-masing komoditi perikanan yang dominan dihasilkan disetiap lokasi. 3. Menganalisis komoditi unggulan di setiap lokasi 4. Merumuskan permasalahan dalam pengembangan sentra perikanan 5. Menganalisa kebutuhan kebijakan untuk pengembangan komoditi unggulan utama di masing-masing lokasi 6. Menyusun skala prioritas kegiatan yang harus dilakukan selama 5 tahun Output Kegiatan Output dari Kajian Pengembangan Lokasi COREMAP II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan adalah sebuah dokumen yang berisi : 1. Kondisi perikanan di setiap desa dimana Program Coremap II berada. 2. Kapasitas produksi komoditi perikanan yang dominan di setiap lokasi 3. Komoditi unggulan disetiap lokasi Coremap II 4. Permasalahan pengembangan sentra perikanan 5. Kebutuhan kebijakan yang harus dipersiapkan 6. Skala prioritas kegiatan yang harus dilakukan untuk 5 tahun ke depan. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 1-3

5 1.4. Manfaat Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Tersedianya dokumen perencanaan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan sentra perikanan di lokasi Coremap II Kota Batam. 2. Memudahkan singkronisasi dengan program-program lain. 3. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas perencanaan pembangunan perikanan. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 1-4

6 Bab 2 METODOLOGI 2.1. Pendekatan Kajian Kota Batam memiliki sumberdaya alam yang melimpah sebagai keunggulan komperatif wilayah. Dalam perspektif Porter, 1998, comparative advantage saja tidak cukup. Keunggulan komparatif bukan jaminan satu-satunya untuk menarik investasi. Pada saat ini variabel yang sangat berpengaruh adalah keunggulan kompetitif. Suatu daerah yang memiliki keunggulan kompetitif justru mampu menggait jumlah investasi lebih besar dalam mendukung pengembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Dalam studi ini digunakan pendekatan kajian komoditi unggulan. Komoditas unggulan adalah komoditas yang diusahakan berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif serta ditopang oleh pemanfaatan teknologi sesuai dengan agroekosistem untuk meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiplier effect terhadap berkembangnya sektor lain (Sunarno, 2003). Secara umum suatu komoditas dapat dianggap unggulan apabila komoditas tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Komoditas tersebut dapat diproduksi secara terus menerus pada tingkat produktivitas dan kualitas yang baik. 2. Dapat diserap oleh pasar dalam jumlah besar. 3. Berkelanjutan, dan pada tingkat harga yang wajar. Pengertian ini dapat beragam tergantung pada kriteria atau sudut pandang yang digunakan. Beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai penentuan komoditas unggulan adalah kecukupan pasokan, perolehan devisa, potensi pengembangan, jumlah tenaga kerja yang terlibat, dan lain-lain. Berangkat dari hal itu, diperlukan satu pengertian dasar mengenai komoditas unggulan. Dua sisi yang harus diperhatikan dalam penetapan komoditas unggulan, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-1

7 Kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan komoditas unggulan dicerminkan oleh sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, komoditas unggulan ditopang oleh kesesuaian ekosistem dan biofisik wilayah serta penguasaan teknologi produksi. Dari sisi permintaan, komoditas tersebut mempunyai pasar riil yang berkembang, baik di tingkat konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri. Oleh karena itu, pendekatan keunggulan komoditas akan menciptakan perikanan dinamis dan berkesinambungan. Sisi permintaan menggambarkan perilaku pasar komoditas yang meliputi volume dan nilai permintaan (riil dan potensial) dan perkembangannya. Dengan demikian sisi permintaaan memberi isyarat sebagai berikut : 1. Jumlah komoditas yang dapat diserap pasar 2. Karakteristik/kualitas komoditas yang diinginkan 3. Tingkat harga 4. Tata niaga 5. Tingkat persaingan antar pelaku pasar. Terdapat beberapa faktor yang menentukan pemilihan komoditas unggulan yang berorientasi sumberdaya lokal dan pasar untuk sektor pertanian. Faktor tersebut yaitu : 1. Teknis memproduksi 2. Kelayakan finansial 3. Pasar dan pemasaran 4. Kelembagaan 5. Infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Dalam analisis pengembangan komoditas unggulan, program sektoral yang secara langsung terkait dengan komoditas unggulan (perindustrian dan perdagangan, pertanian, perikanan) dan yang mendukung (pekerjaan umum, pendidikan nasional, perkoperasian, perbankan) harus menjadikan pengembangan komoditas unggulan sebagai acuan penyusunan program dan alokasi anggaran. Keterbatasan dana sumberdaya pembangunan harus dimanfaatkan secara efisien dan terpusat pada sektor (sub sektor) yang mampu menimbulkan efek multiplikasi yang besar. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-2

8 Pengenalan komoditas, peluang investasi, pasar dan harga, serta jalur distribusinya harus secara jelas disampaikan kepada masyarakat dan daerah. Mengembangkan komoditas unggulan memerlukan investasi yang besar, berkelanjutan dan perlu model pengelolaan dan kemitraan yang terbuka. Hak dan kewajiban pelaku kemitraan harus transparan, disampaikan dan didiskusikan. Siapa melakukan apa dan akan mendapat apa, dengan jumlah berapa dan kapan mendapatkannya, akan menjadi pertanyaan yang harus disiapkan jawabannya. Pemetaan potensi komoditas unggulan (setingkat desa) akan memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis usaha yang potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan. Setiap desa atau kecamatan diharapkan memiliki komoditi/produk/jenis usaha unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Strategi semacam itu merupakan adopsi dari kesuksesan Thailand melalui program One Tambon One Product (OTOP), yaitu program pengembangan komoditas unggulan di suatu daerah (Tambon) yang sukses dalam membantu pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) atau di Indonesia dikenal dengan OTOP (One Village One Product). Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah Kota Batam dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan komoditas unggulan tertentu di suatu desa atau kecamatan sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal Metode Kajian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan diseluruh desa yang dijadikan Lokasi Coremap II Kota Batam yaitu Kelurahan Galang Baru (Pulau Nguan dan Sembur), Kelurahan Karas (Pulau Karas dan Mubut) dan Kelurahan Pulau Abang (Pulau Abang Besar, Air Saga dan Pulau Petong). Gambar Lokasi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-3

9 Gambar 2.1. Peta Lokasi Studi Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-4

10 Metoda Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data tergantung dari jenis data yang dikumpulkan. Untuk data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci seperti nelayan, pembudidaya, pengolah, pelaku usaha dan aparat desa setempat. Materi yang ditanyakan kepada masingmasing informan kunci sesuai dengan bidangnya. Jumlah informan kunci yang diwawancarai disesuaikan dengan kebutuhan sehingga tidak ditentukan jumlahnya. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari dinas instansi terkait yang berhubungan dengan pengembangan kawasan sentra perikanan. Secara rinci data yang dikumpulkan dan metodanya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Data yang dikumpulkan dan metoda pengumpulan data No. Aspek Data Metoda 1. Kondisi umum perikanan 2. Produk perikanan yang dominan Penangkapan, budidaya, pemasaran dan pasca panen Jenis produk yang ada (hasil tangkapan, budidaya dan olahan) dan produksi 3. Jenis unggulan Musim, peluang pasar, harga, produksi dan kebutuhan tenaga kerja 4. Permasalahan pengembangan setra perikanan 5. Kebijakan pengembangan komoditi unggulan Sumberdaya manusia, sarana prasarana, kelembagaan ditingkat nelayan, kelembagaan pasar dan keuangan,kelembagaan pembelajaran dan kelembagaan pengelola Sumberdaya manusia, sarana prasarana, kelembagaan ditingkat nelayan, kelembagaan pasar dan keuangan,kelembagaan pembelajaran dan kelembagaan pengelola Observasi, wawancara dan pencatatan data sekunder Wawancara dengan nelayan, pembudidaya, pengolah, pelaku usaha dan informan kunci lainnya Observasi dan wawancara Observasi dan wawancara dengan nelayan, pembudidaya, pengolah, pelaku usaha dan informan kunci lainnya Observasi dan wawancara dengan nelayan, pembudidaya, pengolah, pelaku usaha dan informan kunci lainnya Metoda Pengolahan Data Metode pengolahan data dilakukan dengan kompilasi data primer dan melakukan entry data sekunder. Setelah itu dilakukan analisa dengan cara melakukan perhitungan sesuai dengan rumusan-rumusan dan metode dari masing-masing indikator penentu. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-5

11 Metoda Analisis Data a. Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Pada prinsipnya ia merupakan metode skoring terhadap pilihan yang ada. Dengan perhitungan secara eksponensial, perbedaan nilai antar kriteria dapat dibedakan tergantung kepada kemampuan orang yang menilai (Maarif dalam Korneta, 2008). Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan MPE adalah: 1. Penentuan alternatif keputusan 2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji 3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai keinginan pengambil keputusan 4. Penentuan derajat kepentingan relatif dari setiap alternatif keputusan 5. Pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan Salah satu indikator pengembangan sentra perikanan adalah adanya komoditas unggulan di suatu tempat. Oleh karena itu dalam kerangka kajian ini akan diidentifikasi terlebih dahulu komoditas yang menjadi unggulan setiap lokasi. Untuk membuat daftar (mengidentifikasi) jenis komoditas yang menjadi unggulan di setiap lokasi akan dilakukan dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE adalah metode yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria (Korneta, 2008). Yang menjadi nara sumber (responden) adalah stakeholder perikanan di setiap lokasi. Untuk menetapkan jenis komoditas unggulan di masing-masing lokasi dengan menggunakan metode MPE tersebut ditetapkan 5 (lima) kriteria, yaitu: 1. Kontinyuitas produk 2. Penyerapan pasar 3. Harga komoditi dipasaran 4. Tingkat produksi 5. Kebutuhan tenaga kerja Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-6

12 Masing-masing kriteria tersebut diberi skor sesuai dengan kondisi lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara. Sedangkan penentuan bobot dilakukan dengan melihat tingkat kepentingan masing-masing kriteria. Semakin tinggi tingkat kepentingannya, maka semakin tinggi pula nilai bobotnya. Kontiyuitas : Penyerapan pasar: Harga pasar : 1. 1 musim 1. Sangat rendah musim 2. Kurang 2. > musim 3. Sedang 3. > musim 4. Tinggi 4. > Tingkat produksi: Penyerapan tenaga kerja: ,75 2. > >31,75 54,50 3. > >54,50 77,25 4. > >77, Adapun rumus MPE (Marimin, 2004 dan 2005) yang akan digunakan dalam menentukan jenis komoditas unggulan adalah sebagai berikut : TNi = m n= 1 ( RKij) TKKj Dimana: TN i = Total Nilai Alternatif ke i RK ij = Derajat kepentingan relatif kriteria keputusan ke-j; TKKj >0; bulat n = Jumlah pilihan keputusan m = Jumlah kriteria keputusan Berdasarkan analisis dengan metode MPE tersebut akan dihasilkan daftar komoditas unggulan dan peringkatnya disetiap lokasi. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-7

13 b. Metode Analisis Deskriptif-Kualitatif Metode analisis deskriptif-kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis data-data kuantitatif dan kualitatif berbubungan dengan sarana prasarana, kelembagaan, kebutuhan kebijakan dan penyusunan prioritas kegiatan. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 2-8

14 Bab 3 KONDISI UMUM KAWASAN COREMAP II KOTA BATAM 3.1. Kelurahan Galang Baru Kondisi Geografis Kelurahan Galang Baru merupakan salah satu kelurahan baru yang ada di Kecamatan Galang. Pada awalnya daerah wilayah Kelurahan Galang Baru merupakan bagian dari Kelurahan Karas dan Kelurahan Pulau Abang, begitu juga dengan dua lokasi (site) program Coremap II yang ada di wilayah administrasi Kelurahan Galang Baru saat ini. Lokasi Pulau Sembur awalnya merupakan bagian dari Kelurahan Karas dan Pulau Nguan awalnya merupakan wilayah Kelurahan Pulau Abang. Kelurahan Galang Baru mulai defenitif pada pertengahan tahun 2006 melalui keputusan Walikota Batam Nomor: KPTS.60/BKD-M/VI/2006, tanggal 1 Juni 2006 tentang pengangkatan Lurah Galang Baru. Kelurahan Galang Baru terdiri dari pulau besar dan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Galang Baru. Wilayah ini berada pada ketinggian 0-50 meter dari permukaan laut, dengan suhu berkisar antara o C. Sebagian besar daratan wilayah ini berbukit-bukit. Hanya 20 % wilayah daratnya yang datar sampai bergelombang. Secara geografis Kelurahan Galang Baru memiliki posisi 0 o sampai dengan 0 o 36 31,1 Lintang Utara dan 104 o 12 29,2 sampai dengan 104 o 21 31,9 Bujur Timur. Sebagaimana kawasan Kepulauan Riau lainnya Kelurahan ini juga berada pada garis equatorial yang berada pada dua Lintang Selatan dan Utara memiliki iklim yang khas, dimana musim hujan lebih panjang dari kemarau. Iklim yang terdapat di kawasan ini dipengaruhi oleh empat musim yaitu Musim Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-1

15 Timur, Selatan, Barat dan Utara. Musim Timur terjadi berkisar bulan Maret sampai Mei, Musim Selatan terjadi pada bulan Juni sampai Agustus, musim Barat terjadi pada bulan September sampai Nopember dan musim Utara terjadi pada bulan Desember sampai Februari. Pada musim Selatan, Barat dan Utara curah hujan dan gerak angin relatif lebih tinggi. Pada tiga musim ini fenomena kelautan mulai tampak seperti kuatnya gelombang laut di daerah terbuka, adanya gelombang pasang dan angin ribut. Untuk lebih jelasnya letak wilayah Kelurahan Galang Baru serta kawasan pengelolaan sumberdaya terumbu karang (Pulau Sembur dan Pulau Nguan) disajikan dalam bentuk peta seperti pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Gambar 3.1. Peta Wilayah Pulau Nguan Kelurahan Galang Baru Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-2

16 Gambar 3.2. Peta Wilayah Pulau Sembur Kelurahan Galang Baru Administrasi Pemerintahan Pusat pemerintahan Kelurahan Galang Baru berada di bagian pesisir Pulau Galang tepatnya di Kampung Baru. Jarak dari ibukota Batam berjarak 70 kilo meter yang dapat ditempuh dengan jalan darat selama satu jam, sedangkan jarak dari ibukota Kecamatan Galang (Sembulang) berjarak 29 kilometer dengan waktu tempuh 15 menit dan dapat ditempuh dengan transportasi darat. Sedangkan akses ke pusat kelurahan dari pulau-pulau sekitarnya sebagian besar ditempuh dengan menggunakan transportasi laut. Kelurahan ini belum didukung oleh infrastruktur dan fasilitas umum yang memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh rentang kendali sebelumnya relatif jauh dari pusat pemerintahan kecamatan dan kota, sehingga tidak mendapat prioritas pembangunan dari kelurahan induk sebelumnya. Pada kelurahan ini terdapat 5 Rukun Warga (RW) dan 15 Rukun Tetangga (RT) yang tersebar di beberapa pulau. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-3

17 Kependudukan Penduduk Kelurahan Galang Baru pada Bulan Juni 2010 berjumlah jiwa yang tergabung dalam 717 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan (Tabel 3.1) yang keseluruhannya merupakan warga Negara Indonesia (WNI). Khusus untuk lokasi Coremap II di Pulau Sembur jumlah penduduknya sebanyak 500 jiwa terdiri dari 144 KK. Sedangkan di Pulau Nguan jumlahnya sebanyak 516 jiwa terdiri dari 127 KK. Berdasarkan kelompok etnis, penduduk Kelurahan Galang Baru didominasi oleh etnis/suku Melayu, sebagian kecil lainnya adalah etnis Tionghoa, Buton, Minang dan Batak. Sebagian besar penduduk (2267 jiwa) memeluk agama Islam (83,44%) sedangkan yang lainnya memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 116 jiwa (4,27%), Khatolik 85 jiwa (3,13 %) dan Budha 249 jiwa(9,16%). Tabel 3.1. Jumlah penduduk Kelurahan Galang Baru bulan Juni 2010 No Kampung/RW Laki-laki Perempuan Jumlah KK 1 P. Sembur P. Korek P. Nangka Tl. Nipah Tg. Pengapit Tg. Melagan Tg. Linau P. Nguan Tg. Cakang Air Lingka Kp. Baru Total Sumber: Kantor Lurah Galang Baru, 2010 Pada Kelurahan Galang Baru juga terdapat Suku Laut yang merupakan suku asli (indigenous people) yang berdomisili di Pulau Nanga sekitar kawasan Pulau Sembur. Suku Laut pada awalnya adalah masyarakat yang nomaden (tidak menetap. Mereka berdiam di atas perahu yang ditutupi dengan atap Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-4

18 kajang (anyaman dari sejenis daun pandan). Namun sebagian masyarakat dari Suku Laut ini telah tersentuh peradaban saat ini, sehingga sudah ada yang menetap dengan berkelompok (belum berbaur dengan masyarakat umumnya). Sebagian besar dari Suku Laut menganut kepercayaan animisme, dan sebagian kecil lainnya ada yang memeluk agama Islam. Matapencaharian penduduk Kelurahan Galang Baru cukup bervariasi, yaitu terdiri nelayan, buruh swasta, pedagang, guru honor, PNS, pengusaha, petani dan sopir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Jumlah penduduk Kelurahan Galang Baru berdasarkan jenis matapencaharian pada bulan Juni 2010 No. Matapencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Nelayan ,10 2 Buruh Swasta ,37 3 Pedagang 35 3,51 4 Guru/Honor 17 1,71 5 PNS 15 1,50 6 Pengusaha 11 1,10 7 Petani 4 0,40 8 Sopir 3 0,30 Jumlah ,00 Sumber: Kantor Lurah Galang Baru, 2010 Dari angka penduduk berdasarkan mata pencarian tersebut di atas, penduduk yang bekerja hanya berjumlah 997 orang, sementara usia produktif (umur tahun) berjumlah 1701 jiwa. Bila angka ini dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja (produktif), maka dapat dijelaskan bahwa sebahagian besar usia produktif memiliki lapangan kerja. Usia produktif yang tidak bekerja kebanyakan wanita sebagai ibu rumah tangga. Untuk lebih jelasnya data kependudukan Kelurahan Galang Baru menurut usia dapat dilihat pada Tabel 3.3. di bawah ini. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-5

19 Tabel 3.3. Jumlah penduduk Kelurahan Galang Baru menurut usia No. Tingkat Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , ,81 5. > ,57 Jumlah ,00 Sumber: Kantor Lurah Galang Baru, 2010 Pola pemukiman berada di kawasan bibir pantai, dengan rumah panggung yang berada di atas badan air. Kebiasaan masyarakat untuk membangun rumah di atas air ini sudah menjadi tradisi. Konon pola pemukiman ini disukai masyarakat di daerah ini karena memudahkan mengawasi perahu motor yang dimiliki, menghindari perahu motornya kandas pada saat air laut surut sehingga tidak menghambat aktivitas masyarakat ke laut. Pola pemukiman di atas air ini juga berdampak buruk terhadap lingkungan pantai, seperti sampah dan limbah rumah tangga dibuang langsung ke laut. Keadaan ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah di kolong rumah penduduk Struktur Ekonomi dan Kultur Sosial Masyarakat Jika dilihat dari persentase jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian sebagaimana tersebut di atas, sebagian besar penduduk Kelurahan Galang Baru merupakan nelayan (67,10%). Dengan demikian ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan sangat besar. Keberadaan mata pencaharian lain pada prinsipnya mendukung kegiatan perikanan khususnya perikanan tangkap. Melihat kondisi yang seperti ini dapat dikatakan bahwa basis perekonomian Kelurahan Galang Baru adalah perikanan tangkap. Secara ekonomi, kehidupan masyarakat yang berdiam di pesisir Kelurahan Galang Baru khususnya lagi di Pulau Nguan dan Pulau Sembur bila diukur dengan derajat kesejahteraan secara umum masih rendah. Sebagian besar masyarakat berpencaharian sebagai nelayan tersebut sangat tergantung pada tauke (penampung dan pemodal). Peran tauke dalam kehidupan ekonomi masyarakat di kawasan ini sangat tinggi, Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-6

20 dimana tauke merupakan pemasok utama segala keperluan yang dibutuhkan, mulai dari pengadaan sarana tangkap, perobatan, pendidikan anak sampai pada penyediaan uang tunai untuk keperluan sehari-hari pada musim paceklik. Namun kemudian harga-harga akan ditentukan secara sepihak oleh tauke. Secara kultural, komunitas yang ada di kawasan ini merupakan komunitas masyarakat melayu yang berasal dari kerajaan Daik Lingga. Bahasa yang mereka pergunakan adalah Bahasa Melayu, hanya sebagian kecil penduduk masih terdengar logat daerah asal mereka. Namun kehidupan sosial masyarakat di kawasan ini sudah tidak lagi memiliki kultur yang khas. Seperti diketahui kawasan ini sangat dekat dengan Negara Singapura dan kontak secara langsung maupun tak langsung dengan luar sudah berlangsung cukup lama. Hilangnya kekhasan kultur ini, boleh dikatakan (patut diduga) sangat dipengaruhi oleh derasnya arus globalisasi (pengaruh asing) yang datang dari Negara Singapura tersebut. Gaya dan pola hidup konsumtif menjadi ciri yang tampak sekarang ini. Tingginya ketergantungan ekonomi masyarakat terhadap tauke yang umumnya berasal dari etnis Tionghoa diduga telah melunturkan budaya dan kultur asli mereka dalam kehidupan sehari-hari. Kultur dan budaya melayu tersebut tidak lagi membumi dalam kehidupan sehari-hari dan sudah mulai terkikis, namun begitu dalam diri setiap individunya kemelayuan tersebut muncul dan kuat ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbau sukuisme. Pada sisi lain, pandangan dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan sumberdaya alam tidak lagi mengikuti petuah dan petata-petiti budaya melayu seperti yang terkandung dalam petuah adat serta pantunpantun melayu. Kearifan dalam pemanfaatan dan menjaga sumberdaya alam hanya ditunjukkan oleh segelintir orang sehingga kearifan tersebut seolah telah hilang. Masyarakat telah terkontaminasi oleh pendatang untuk menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Seperti halnya, bom ikan diperkenalkan oleh pendatang dari Suku Buton. Pendatang dari Suku Buton disinyalir pertama kali menggunakan bom dalam aktivitas nelayan di kawasan perairan Kepulauan Riau. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-7

21 3.2. Kelurahan Karas Kondisi Geografis Kelurahan Karas merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kecamatan Galang Kota Batam yang berada pada posisi koordinat Lintang Utara dan Bujur Timur. Secara administrasi batas wilayah Kelurahan Karas adalah: sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sembulang dan Desa Pangkil, sebelah Selatan dengan Kelurahan Galang Baru dan Laut Desa Pulau Medang Kec. Senayang, sebelah Barat dengan Kelurahan Sembulang dan sebelah Timur dengan Laut Bintan Kabupaten Kepulauan Riau. Kelurahan Karas berada pada ketinggian 0-3 meter dari permukaan laut dengan temperatur berkisar antara C. Kondisi topografi sebagian besar datar dan sedikit yang memiliki perbukitan serta memiliki pantai landai. Tekstur tanah terdiri dari tanah berpasir dan di beberapa tempat terdapat bebatuan. Pada bagian tengah pulau di kawasan perbukitan sebagian merupakan hutan sekunder dan perkebunan milik masyarakat. Di sekitar Pulau Karas banyak terdapat pulau-pulau kecil lainnya seperti Pulau Pangkil, Pulau Mubut Darat Mubut Laut dan lain-lain. Selain Pulau Karas, pulau yang berpenghuni adalah Pulau Mubut Laut. Komunitas yang paling banyak terdapat di Pulau Karas. Kawasan yang menjadi lokasi pemukiman penduduk di Pulau Karas terletak di bagian utara pulau dan ada yang di sebelah barat. Kondisi pemukiman terpusat sepanjang garis pantai. Di samping itu sebagian kecil perumahan penduduk mulai berpindah ke darat yaitu pada daerah yang tidak digenangi air pada saat air pasang. Secara umum wilayah ini dipengaruhi oleh empat musim, yaitu musim Utara, Selatan, Barat dan Timur. Musim Utara ditandai dengan kuatnya angin yang berhembus terus-menerus dan disertai dengan besarnya gelombang. Musim ini berlangsung setiap tahun mulai Bulan Desember sampai Februari. Sedangkan musim angin Selatan berlangsung dari Bulan September sampai November. Pada Bulan Juni sampai Agustus berhembus angin Barat dan mulai Bulan Maret sampai bulan Mei bertiup angin Timur. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-8

22 Untuk lebih jelasnya letak wilayah Kelurahan Karas serta kawasan pengelolaan sumberdaya terumbu karang (Pulau Karas dan Pulau Mubut Laut) disajikan dalam bentuk peta berikut ini (Gambar 3.3) Gambar 3.3. Peta Wilayah Pulau Karas dan Pulau Mubut Administrasi Pemerintahan Pusat pemerintahan Kelurahan Karas berada di Pulau Karas sendiri. Jarak antara Kelurahan Karas dengan ibu kota Kecamatan + 13 km dengan jarak tempuh + 1 jam, sedangkan untuk mencapai ibu kota Kabupaten/Kota Batam + 90 km dengan waktu + 2 Jam. Untuk mencapai Pulau Karas dapat ditempuh dengan menggunakan sarana angkutan darat dan laut. Rute perjalanan menuju Karas yaitu Batam Sembulang dengan menggunakan angkutan darat, kemudian dilanjutkan dengan angkutan laut dari Sembulang-Karas. Angkutan yang bisa digunakan adalah pompong atau speed boat dengan mesin 40 PK. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-9

23 Dibandingkan dengan kelurahan lainnya, saat ini di Karas sudah terdapat infrastruktur dan fasilitas umum yang cukup memadai. Hal ini tidak terlepas dari dekatnya rentang kendali pemerintahan pada tahun sebelumnya. Sebelum bergabung dengan Kota Batam wilayah Karas termasuk kedalam administrasi Kabupaten Kepulauan Riau, dan memiliki akses yang dekat dengan Kota Tanjung Pinang. Sekarang pada kelurahan ini terdapat 3 dusun, 5 Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun Tetangga (RT) yang terkonsentrasi di Pulau Karas Kependudukan Penduduk Kelurahan Karas pada Bulan Juni 2010 tercatat jiwa yang tergabung dalam 694 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan yang keseluruhannya merupakan warga Negara Indonesia (Tabel 3.4). Penduduk Kelurahan Karas didominasi oleh etnis/suku melayu, sebagian kecil lainnya adalah etnis Tionghua, Buton, Minang dan Batak. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam yaitu sebanyak 2657 jiwa (98,63%) sedangkan yang lainnya memeluk agama Khatolik 1 jiwa (0,03%) dan Budha 36 jiwa (1,33%). Tabel 3.4. Jumlah penduduk Kelurahan Karas pada bulan Juni 2010 No Kampung/RW Laki-laki Perempuan Jumlah KK 1 Kp. Darat Pulau Kp. Langkang Kp. Air Mas Kp. Padang Kp. Ketapang Kp. Batu Putih Kp. Ranga P. Mubut Total Sumber: Kantor Lurah Karas, 2010 Sementara itu jika dilihat dari mata pencaharian penduduk, sebahagian besar penduduknya sebagai nelayan. Disamping itu jenis mata pencaharian lain sebagai sumber ekonomi rumah tangga adalah buruh, Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-10

24 pedagang, PNS, petani, pengrajin (pembuat pompong), tukang dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Matapencaharian penduduk Kelurahan Karas No Matapencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Nelayan ,00 2 Petani 12 1,46 3 Buruh 80 9,75 4 Pedagang 75 9,17 5 PNS 17 2,07 6 Tukang 10 1,22 7 Pengrajin/industri kecil 11 1,34 8 Lain-lain 82 10,00 Jumlah ,00 Sumber : Kantor Lurah Karas, 2010 Dari angka penduduk berdasarkan matapencaharian tersebut di atas, penduduk yang bekerja hanya berjumlah 820 jiwa, sementara usia produktif (umur tahun) berjumlah jiwa (57,96%). Bila angka ini dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja (produktif), maka lebih dari 50% penduduk usia produktif telah memiliki pekerjaan. Untuk lebih jelasnya data kependudukan Kelurahan Karas menurut usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.6. Jumlah penduduk Kelurahan Karas menurut usia No. Tingkat Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , ,55 5 > ,57 Total ,00 Sumber : Kantor Lurah Karas, 2010 Di Pulau Karas dan Pulau Mubut pemukiman penduduk sudah mulai bergeser ke darat. Namun demikian pemukiman masih dominan berada di kawasan bibir pantai, dengan rumah panggung yang berada di atas badan Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-11

25 air. Kebiasaan masyarakat untuk membangun rumah di atas air ini sudah menjadi tradisi. Konon pola pemukiman ini disukai masyarakat di daerah ini karena memudahkan mengawasi perahu motor yang dimiliki, menghindari perahu motornya kandas pada saat air laut surut sehingga tidak menghambat aktivitas masyarakat ke laut. Pola pemukiman di atas air ini juga berdampak buruk terhadap lingkungan pantai, seperti sampah dan limbah rumah tangga dibuang langsung ke laut. Keadaan ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah di kolong-kolong rumah penduduk Struktur Ekonomi dan Kultur Sosial Masyarakat Ketergantungan masyarakat Kelurahan Karas terhadap sumberdaya perikanan sangat besar. Hal ini ditunjukkan oleh matapencaharian pokok yang dominan di kawasan ini adalah nelayan. Sumberdaya perikanan menjadi pilihan untuk menopang struktur ekonomi masyarakat telah berlangsung lama, karena memang potensi perikanan di kawasan ini awalnya sangat baik. Keberadaan matapencaharian lain pada prinsipnya mendukung kegiatan perikanan khususnya perikanan tangkap. Melihat kondisi yang seperti ini dapat dikatakan bahwa basis perekonomian Kelurahan Karas adalah perikanan tangkap. Secara ekonomi, kehidupan ekonomi masyarakat bila diukur dengan derajat kesejahteraan secara umum masih rendah. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan tersebut sangat tergantung pada tauke (pemodal dan pengumpul). Peran tauke dalam kehidupan ekonomi masyarakat di kawasan ini sangat tinggi, dimana tauke merupakan pemasok segala keperluan dan kebutuhan masyarakat. Pada satu sisi, peran tauke ini sangatlah membantu masyarakat, memberikan kemudahan-kemudahan dalam pelayanan pemberian modal (utang-piutang) bagi nelayan, dan menjadi penolong disaat beban ekonomi semakin berat. Namun di sisi lainnya, ketergantungan tersebut telah menciptakan kondisi yang mengantarkan masyarakat semakin tidak berdaya dan semakin miskin, seiring bertambahnya hutang-piutang yang tak pernah usai. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-12

26 Secara kultural, komunitas yang ada di kawasan ini merupakan komunitas masyarakat melayu yang berasal dari Kerajaan Melayu Daik Lingga. Budaya dan adat istiadat yang dijalankan oleh sebagian besar penduduk Kelurahan Karas adalah budaya dan adat istiadat Melayu. Hal ini diperkirakan berkaitan erat karena etnis yang dominan di kelurahan ini adalah etnis Melayu. Hanya sebagian kecil penduduk yang berasal dari etnis bukan Melayu, dan penduduk yang berasal dari etnis lain tersebut telah menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat setempat. Bahasa yang mereka pergunakan adalah bahasa Melayu, walaupun sebagian kecil penduduk masih terdengar logat daerah asal mereka. Persepsi keliru terhadap sumberdaya perikanan tidak akan bisa habis, sudah mulai disadari oleh masyarakat Karas. Dari penuturan masyarakat, dahulunya di kawasan karas memiliki potensi sumberdaya perikanan yang berlimpah, dan bahkan masyarakat Karas pernah mendapatkan satu ekor jenis ikan Kertang dengan berat 500 kg. Sekarang ini hasil tangkap masyarakat sudah turun jauh bila dibandingkan beberapa tahun ke belakang. Namun begitu masih banyak anggota masyarakat yang menggunakan alat tangkap yang dapat merusak Kelurahan Pulau Abang Gambaran Umum Kelurahan Pulau Abang terletak di bagian selatan Kota Batam, mempunyai 42 buah pulau besar dan kecil, diantara pulau yang berpenghuni antara lain Pulau Abang Besar, Pulau Abang Kecil, Pasir Buluh, Pulau Petong, Segayang dan Dapur Enam. Secara administrasi batas wilayah Kelurahan Pulau Abang, sebelah utara dengan Kelurahan Si Jantung, sebelah selatan dengan Perairan Kec. Senayang, sebelah timur dengan Kelurahan Galang Baru dan Kecamatan Senayang dan sebelah barat dengan Perairan Kec. Moro Kabupaten Tanjung Balai Karimun (Gambar 3.4). Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-13

27 Gambar 3.4. Peta Kelurahan Pulau Abang Kota Batam Topografi Kelurahan Pulau Abang sebagian besar terdiri dari perbukitan, hanya bahagian pantai yang terdiri dari dataran. Tekstur tanah terdiri dari tanah berpasir dan di beberapa tempat terdapat batuan. Pada bagian tengah pulau di kawasan perbukitan sebagian merupakan hutan sekunder dan perkebunan durian, cempedak dan lain-lain milik masyarakat. Sedangkan pada kawasan pantai sebagian masih ditumbuhi oleh hutan mangrove yang tergolong baik dengan dominasi jenis Rhizophora. Bagian pantai lainnya telah dibuka baik sebagai kawasan pemukiman maupun pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan pelabuhan masyarakat. Kawasan yang menjadi lokasi pemukiman penduduk di Kelurahan Pulau Abang terletak di bagian tenggara dan barat Pulau Abang Kecil. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat pemukiman karena terlindung dan letaknya pada teluk. Kondisi pemukiman terpusat sepanjang garis pantai dan agak menjorok ke perairan sehingga waktu pasang di kolong rumah sebagian besar penduduk digenangi air dan pada waktu surut kondisinya kering. Di samping itu sebagian kecil perumahan penduduk mulai mengarah ke darat yaitu pada daerah yang tidak digenangi air pada waktu air pasang. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-14

28 Kelurahan Pulau Abang merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Galang yang letak wilayahnya terjauh dari ibu kota kecamatan. Untuk mencapai Pulau Abang dapat ditempuh dengan menggunakan sarana angkutan darat dan laut, untuk rute Batam ke Cakang atau Air Lingka dapat digunakan dengan jalan darat, dari Cakang menggunakan transportasi laut menuju Pulau Abang, angkutan umum darat tersedia setiap hari namun untuk angkutan laut harus menyewa boat/pompong atau dengan ikut kapal ikan. Jarak antara Batam ke Cakang + 60,1 km dengan waktu tempuh 1 jam 30 menit seterusnya menggunakan laut dengan jarak 11,4 km dengan waktu tempuh + 1 jam perjalanan dengan menggunakan pompong Kependudukan Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Abang pada Bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 1712 jiwa atau 411 kepala keluarga, terdiri dari 829 laki-laki dan 883 perempuan (Tabel 3.7). Penduduk tersebar di di kelompok yaitu di P Abang, Air Saga dan P. Petong. Sebahagian besar penduduk Kelurahan Pulau Abang beragama Islam dan merupupakan Etnis Melayu yang dominan. Tabel 3.7. Jumlah penduduk di Kelurahan Pulau Abang pada bulan Juni 2010 No Kampung/RW Laki-laki Perempuan Jumlah KK 1 P. Abang Air Saga P. Petong Jumlah Sumber: Kantor Lurah Pulau Abang, 2010 Sebagian besar matapencaharian masyarakat adalah usaha menangkap ikan, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap perairan laut sangat tinggi. Selain itu terdapat jenis mata pencaharian lain seperti petani, buruh, pengusaha, PNS dan TNI/POLRI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.8. berikut. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-15

29 Tabel 3.8. Jenis matapencaharian dan persentase di Kelurahan Pulau Abang No Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Nelayan ,77 2 Petani 32 4,92 3 Buruh 25 3,85 4 Pengusaha 14 2,15 5 Pegawai negeri 10 1,54 6 TNI/Polri 5 0,77 Jumlah ,00 Sumber: Kantor Lurah Pulau Abang, 2010 Dari angka penduduk berdasarkan matapencaharian tersebut di atas, penduduk yang bekerja hanya berjumlah 650 jiwa, sementara usia produktif (umur tahun) berjumlah 1055 jiwa (61,63%). Bila angka ini dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja (produktif), maka lebih dari 50% penduduk usia produktif telah memiliki pekerjaan. Untuk lebih jelasnya data kependudukan Kelurahan Karas menurut usia dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.9. Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Abang menurut usia No Tingkat Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , ,59 5 > ,62 Total ,00 Sumber : Kantor Pulau Abang, 2010 Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 3-16

30 Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kegiatan Perikanan Kelurahan Galang Baru a. Pola Pemanfaatan Pola-pola pemanfaatan sumberdaya perikanan di kawasan Kelurahan Galang Baru ditunjukkan dengan kebiasaan masyarakat dengan menggunakan bermacam jenis alat tangkap. Penggunaan alat tangkap tertentu hanya digunakan pada musim tertentu dan untuk jenis ikan atau target tangkap tertentu pula. Seperti misalnya pancing Palas hanya digunakan pada musim Barat antara bulan September Nopember setiap tahunnya dan hanya untuk menangkap jenis ikan delah (Caesio cuning), Jaring Kara hanya digunakan pada musim Utara dan Selatan dan target tangkap adalah Udang Kara (Lobster), dan sebagainya. Pola pemanfaatan ini secara umum sama di setiap kampung yang ada di kawasan Kecamatan Galang khususnya pada 7 (tujuh) lokasi Program Coremap II, Kota Batam. Cara dan pola penangkapan seperti ini terbentuk dan terpola karena kondisi alam dan teknologi yang dimiliki masyarakat. Kondisi iklim secara langsung telah membentuk kebiasaan masyarakat dalam menggunakan alat tangkap yang berbeda-beda pada setiap musimnya. Pola pemanfaatan sumberdaya perikanan yang diterapkan seperti ini sesuai dengan pola-pola pemanfaatan secara berkelanjutan dan setidaknya secara tidak langsung telah bersifat konservasi. Dengan adanya pertukaran penggunaan alat tangkap dan sasaran tangkap pada setiap musim, akan dapat memberikan kesempatan kepada ikan-ikan untuk berkembang biak dan adanya masa pemulihan terhadap siklus ekosistem di lokasi tangkap tersebut (fishing ground). Beberapa jenis alat tangkap dan jenis ikan hasil tangkapan berdasarkan jenis alat dapat dilihat pada Tabel 4.1. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 4-1

31 Tabel 4.1. Jenis alat tangkap dan jenis ikan tangkapan No. Alat Tangkap Jenis Ikan Tangkapan Target Ikutan 1. Jaring Tamban Ikan Tamban - 2. Jaring Selar Ikan Selar - 3. Jaring Dingkis Ikan Dingkis Ikan lainnya 4. Bento Korea Kepiting dan Rajungan - 5. Bento Tailand Kepiting dan Rajungan - 6. Rawai Tenggiri Pari, parang 7. Pancing Karang Ikan merah, Ungar Bara kuda, Pari, Tembang, ikan ikan karang 8. Pancing Palas Ikan Delah - 9. Bubu Sunu, kakap Ikan karang Lainnya 10. Kelong Dingkis** Dingkis Kelong Bilis Ikan Teri Ikan pelagis 12. Kelong Pantai Tanpa target Nyomek Cumi - Sumber: RPTK Kelurahan Galang Baru dan Data Lapangan, 2010 b. Armada Penangkapan Armada penangkapan yang digunakan oleh masyarakat umumnya adalah perahu motor yang dalam bahasa masyarakat melayu lazim disebut Pompong. Pompong ini umumnya berkekuatan mesin 6-12 PK dengan bobot 0,5-1 GT, namun ada juga masyarakat yang masih menggunakan sampan dan perahu layar. Bagi masyarakat yang mampu biasanya memiliki armada yang lebih besar diatas 24 PK dengan bobot 4-8 GT dan biasanya menjadi tauke. Bagi masyarakat yang tidak memiliki armada biasanya mereka menumpang dengan yang lainnya. Masyarakat yang memiliki pompong aktivitas mencari ikan biasanya ke kawasan yang lebih jauh dari pantai, sementara perahu tanpa motor (sampan) di sekitar pantai. Kedua sarana tersebut juga digunakan sebagai alat transportasi lokal bagi keluarga mereka. c. Alat dan Musim Tangkap Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan bervariasi sesuai dengan kebiasaan, kesukaan, keterampilan yang dimiliki, kemampuan modal serta musim dan jenis ikan yang menjadi sasaran tangkap. Dalam satu keluarga nelayan bisa memiliki lebih dari satu jenis alat tangkap. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 4-2

32 Bahkan ada jenis alat tangkap yang dimiliki oleh seluruh nelayan. Pancing merupakan alat tangkap yang dominan dimiliki oleh masyarakat, karena untuk memiliki pancing tidak memerlukan modal yang besar. Sasaran tangkap (ikan target) ditentukan oleh alat tangkap yang digunakan, sedangkan alat tangkap yang digunakan disesuaikan dengan musim yang ada. Sangat jarang adanya alat tangkap yang digunakan sepanjang tahun atau digunakan pada empat musim. Pada Musim Selatan kondisi angin kencang dan laut terus bergelombang walaupun tidak sekuat pada musim utara. Sehingga dengan kondisi ini nelayan mulai kesulitan mencari nafkah karena gelombang kuat. Pada musim ini alat tangkap yang umum digunakan adalah jaring karang, jaring tamban dan jaring dingkis yang dioperasikan di sekitar pulau serta alat stastis lainnya seperti kelong pantai. Musim ini sering dikatakan musim paceklik oleh nelayan setempat karena sulitnya menangkap ikan. Namun sebenarnya pada musim ini hasil tangkapan cukup bagus seperti jenis ikan Delah yang biasa ditangkap pada malam hari. Musim barat merupakan musim yang cukup tenang, namun pada waktu tertentu hujan badai bisa datang tiba-tiba dan kemudian setelah itu laut akan tenang kembali. Pada musim ini nelayan kembali memancing di sekitar karang, memasang bubu, menyomek pada malam hari atau memancing ikan delah pada siang hari. Pada musim utara merupakan musim dengan angin bertiup kencang, hujan serta gelombang yang besar. Pada kawasan yang terbuka biasanya nelayan tidak dapat mencari ikan jauh ke tengah laut, mereka hanya mencari di sekitar selat dan laut yang terlindung. Nelayan pada musim ini menangkap ikan di pantai terutama menggunakan kelong pantai dan jaring dingkis. Bagi yang mempunyai rumpon, mereka bisa memanfaatkan rumpon untuk memancing. Jika situasi memungkinkan dan adanya kesanggupan ke tengah laut, mereka dapat menangkap udang kara menggunakan jaring. Sebagian besar masyarakat hanya berada di rumah, karena tidak memiliki sarana dan pelatihan yang dapat diandalkan di musim ini. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 4-3

33 Musim timur merupakan musim teduh dan kondisi angin tenang dan laut tidak bergelombang. Pada musim ini nelayan menggunakan pancing untuk menangkap ikan karang dan bubu. Pada malam hari mereka bisa menangkap cumi dan sotong batu dengan cara menyomek dan menyandit. Pada musim ini hasil tangkapan melimpah. Aktivitas penangkapan ikan oleh masyarakat sangat tergantung kepada musim angin yang ada. Setiap musim mempunyai karakteristik tersendiri yang menentukan cara dan alat yang digunakan serta ikan yang menjadi target tangkapan. Dari empat musim yang ada, musim selatan dan utara merupakan musim sulit bagi masyarakat melaut karena situasi alam yang tidak menguntungkan. Hanya bagi masyarakat yang memiliki armada yang cukup besar yang dapat ke laut. Berikut ini adalah pola penangkapan dalam penggunaan alat tangkap pada masing-masing musim. Tabel 4.2. Jenis alat tangkap berdasarkan musim di Pulau Sembur dan Pulau Nguan No Alat Tangkap Musim/Bulan Utara Timur Selatan Barat Jaring Tamban 2. Jaring Selar Jaring Dingkis Bento 5. Rawai Pancing Karang Pancing Palas Bubu Kelong Dingkis Kelong Bilis Kelong Pantai Nyomek Sumber: RPTK Kelurahan Galang Baru dan Data Lapangan, 2010 d. Daerah Penangkapan Daerah di kawasan penangkapan masyarakat sangat ditentukan oleh ukuran perahu/pompong dan alat tangkap ikan yang dimiliki. Umumnya masyarakat di Pulau Nguan dan Pulau Sembur mengoperasikan alat Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 4-4

34 tangkapnya tidak jauh dari pantai. Pengoperasian alat tangkap ini tidak hanya di sekitar kampung mereka, tetapi juga di pulau-pulau sekitarnya. Adapun daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan Pulau Nguan meliputi perairan Nguan, perairan Dempu (masyarakat biasa menyebut perairan Dempu sebagai laut Dempu), perairan Sembur, perairan Pulau Abang Besar, perairan Pulau Petong, perairan Air Saga, perairan Air Taung, perairan Pulau Hantu dan perairan Pulau Akau. Sedangkan masyarakat di Pulau Sembur daerah penangkapannya meliputi perairan Sembur, perairan Tj. Zulham, perairan Pulau Abang Besar, perairan Katang, perairan Pengapit, perairan Tegar dan perairan Dempu. e. Hasil Tangkapan dan Pemasaran Hasil tangkapan nelayan umumnya adalah ikan-ikan karang dan ikan pelagis di antaranya, cumi dan ikan dingkis, ikan ekor kuning, tenggiri, sagai, ikan bulat, udang, kepiting/rajungan dan lain sebagainya. Hasil tangkapan ini biasanya dijual dalam bentuk segar kepada pengusaha lokal (pengumpul dan tauke). Tidak ada nelayan yang menjual langsung ke pasar. Ikan ditampung oleh pengusaha lokal kemudian diekspor atau dijual ke pengumpul lebih besar (tauke besar). Selanjutnya oleh tauke besar ikan ini ada yang diekspor dan sebagian ikan dijual ke pasar lokal Batam dan Tanjung Pinang. Harga ikan berfluktuasi dan ditentukan oleh tauke sesuai permintaan serta stok yang ada di pasaran. Harga ikan ini juga dipengaruhi oleh naik turunnya nilai dolar terhadap rupiah. Cara pembayaran oleh tauke kepada nelayan umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu dibayar tunai dengan mengangsur atau tidak mengangsur hutang dan dibayar beberapa hari sekali dengan mengangsur atau tidak mengangsur hutang. Hal ini tidak terlepas dari adanya keterikatan antara nelayan dan tauke yang telah berjalan cukup lama. Di samping itu, tauke dapat memberikan jaminan pasar, bantuan modal usaha, fasilitas pendukung (cool bo, es dll), termasuk kebutuhan seharihari nelayan, menyebabkan keterikatan dan ketergantungan ini menjadi semakin kuat. Laporan Akhir, Kajian Pengembangan Lokasi Coremap II Kota Batam Menjadi Sentra Perikanan 4-5

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan diseluruh desa yang dijadikan Lokasi Coremap II Kota Batam yaitu Kelurahan Galang Baru (Pulau Nguan dan Sembur), Kelurahan Karas (Pulau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kegiatan Perikanan 4.1.1. Kelurahan Galang Baru a. Pola Pemanfaatan Pola-pola pemanfaatan sumberdaya perikanan di kawasan Kelurahan Galang Baru ditunjukkan dengan kebiasaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akhir ini merupakan rentetan pekerjaan yang harus diselesaikan sehubungan dengan adanya kerjasama Pusat Penelitian Oceanografi (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu

Lebih terperinci

Tim Peneliti KATA PENGANTAR

Tim Peneliti KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akhir ini merupakan rentetan pekerjaan yang harus diselesaikan sehubungan dengan adanya kerjasama Pusat Penelitian Oceanografi (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kelurahan Galang Baru 4.1.1. Kondisi Geografis Kelurahan Galang Baru merupakan salah satu kelurahan baru yang ada di Kecamatan Galang. Pada awalnya daerah wilayah

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR. oleh:

PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR. oleh: PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR oleh: Rusliadi Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Abstrak Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Desa Pesawaran Indah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung 6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung Supaya tujuh usaha perikanan tangkap yang dinyatakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan 4.1.1 Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Namosain merupakan salah satu kelurahan pesisir dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN

BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN 81 BAB VII DAMPAK PENETAPAN DPL TERHADAP KONDISI EKONOMI NELAYAN 7.1 Pola Produksi Nelayan 7.1.1 Armada dan Peralatan Tangkap Armada yang digunakan oleh masyarakat Kampung Saporkren untuk kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMANTAUAN PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT (CREEL) DI KAB. BATAM TAHUN 2008

LAPORAN PEMANTAUAN PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT (CREEL) DI KAB. BATAM TAHUN 2008 LAPORAN PEMANTAUAN PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT (CREEL) DI KAB. BATAM TAHUN 2008 KATA PENGANTAR Laporan Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat (CREEL) di Kota Batam selama tahun 2008 ini merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 29 4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administrasi Pulau Sebesi Pulau Sebesi merupakan salah satu pulau yang terletak di teluk Lampung berdekatan dengan Krakatau tepatnya pada posisi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pemekaran Kota Dumai Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 28 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten administrasi di Provinsi DKI Jakarta dimana sebelumnya menjadi salah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci