Keywords: Snowball Throwing Cooperative Learning, Motivation, Learning Outcomes, Student Response, Social Science (IPS)

Transkripsi

1 Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja Terhadap Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Pada Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014 Oleh: Ni Made Ninik Susantini NIM Jurusan Pendidikan Sejarah susantininimadeninik@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah (1) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar IPS siswa setelah menggunakan metode snowball throwing pada siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja, (2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah menggunakan metode snowball throwing pada siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja. (3) Untuk mengetahui bagaimana respon siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja terhadap penerapan metode snowball throwing. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja dengan jumlah 25 siswa. Objek penelitiannya adalah motivasi dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi, metode tes, kuisioner dan wawancara. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut (1) motivasi belajar siswa pada siklus I mendapatkan jumlah 1591 dengan rata-tara yang dicapai 63,44, terjadi peningkatan jumlah motivasi yang diperoleh siswa pada siklus II dengan jumlah yang dicapai 1786 dengan rata 71,44. Peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II adalah 195 dengan rata-rata peningkatan mencapai 7,8. (2) Hasil belajar yang siswa adalah 1782 dengan rata-rata 71,28% dan ketuntasan hasil belajar yang dicapai 48% pada siklus I. Terjadi peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II yakni dengan jumlah 2231 dengan ratarata 89,24% dan ketuntasan hasil belajar yang dicapai 100%. (3) Hasil respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing terjadi pada siklus I, respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing yaitu 887 dengan pencapaian rata-rata 35,48. Terjadi peningkatan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada siklus II yaitu 969 dengan pencapaian ratarata 38,68. Jumlah peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 82 dengan pencapaian rata-rata sebesar 3,28. Berdasarkan hasil penelitian, maka jawaban dari hipotesis tindakan yaitu (1) Model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat tinggi. (2) Model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat tinggi. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing, Motivasi, Hasil Belajar, Respons Siswa, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1

2 ABSTRACT The purpose of this action research are (1) To determine the increase in students' motivation to learn IPS after throwing the snowball method in class X Accounting SMK PGRI 1 Singaraja, (2) To determine the improvement of student learning outcomes IPS after throwing the snowball method in class X Accounting SMK PGRI 1 Singaraja. (3) To determine how the response class X Accounting SMK PGRI 1 Singaraja on the application of the method of snowball throwing. In this classroom action research is the subject of class X is Accounting SMK PGRI 1 Singaraja the number of 25 students. While the research object is the motivation and learning of Social Sciences (IPS). Data collection methods used in this classroom action research with the method of observation, test methods, questionnaires and interviews. From the results of action research conducted by 2 cycles and analyzes that have been conducted, obtained the following results (1) student motivation in the first cycle to get the average number between 1591 reached 63.44, an increase in the number of student motivation obtained at second cycle with the amount achieved in 1786 with average. Increased motivation from the first cycle to the second cycle was 195 with an average increase of 7.8. (2) The results of student learning is 1782 with an average of 71.28% and mastery of learning outcomes achieved 48% in cycle I. An increase learning outcomes obtained in the second cycle which is the number of 2231 with an average of 89.24% and mastery of learning outcomes achieved 100%. (3) The results of a student's response to the application of cooperative learning model snowball throwing occurred in the first cycle, the student response to the application of cooperative learning model snowball throwing is 887 with an average achievement of An increase in student responses to the application of cooperative learning model snowball throwing in the second cycle is 969 with an average achievement of The amount of the increase that occurred from the first cycle to the second cycle is the attainment by 82 with an average of Based on the results of the research, the answer to the hypothesis that the action was previously thought (1) snowball throwing cooperative learning model to be effective and efficient and the motivation to study the subject of Social Sciences rise high. (2) snowball throwing cooperative learning model to be effective and efficient, student learning outcomes in the Social Sciences subjects increased height. Keywords: Snowball Throwing Cooperative Learning, Motivation, Learning Outcomes, Student Response, Social Science (IPS) 2

3 A. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, baik sebagai mahluk sosial maupun individu agar dapat bertahan ditengah tengah perkembangan dan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat atau sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, kecakapan, nilai, sikap dan pola tingkah laku yang berguna bagi hidup. Kemajuan suatu bangsa ditandai dan diukur dari kemajuan pendidikannya. Oleh karena itu pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Pendidikan dikenal dengan adanya proses belajar dan pembelajaran yang dilengkapi metode, model pembelajaran dan media pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar, antara lain terdiri atas murid, guru, materi pelajaran dan berbagai sumber belajar dan fasilitas, seperti, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar yang berbentuk audio video (Arsyad, 2009 : 1). Menurut Djamarah, (2005:43-48), peran guru dalam aktivitas pembelajaran adalah sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator. Guru dituntut untuk memainkan berbagai peran tersebut guna mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru juga harus mengembangkan berbagai keterampilannya dan mengasah pengetahuannya agar dapat menjadi guru yang diidolakan dan ideal bagi anak didiknya. Kehadiran guru yang ideal sangatlah dibutuhkan dalam mensukseskan proses belajar mengajar (PBM), khususnya pada mata pelajaran yang kurang mendapat perhatian siswa, salah satunya adalah pada mata pelajaran IPS. 3

4 IPS pada jenjang SMK mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada kelas X, mata pelajaran IPS hanya memuat kajian dasar-dasar sosiologi dan sejarah. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan bersyarat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Karena itu pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Dan salah satu tujuan mata pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Meskipun pembaharuan kurikulum telah dilakukan untuk meningkatkan penguasaan materi IPS, namun pembelajaran IPS masih memiliki beberapa hambatan yang menjadikan pembelajaran IPS tidak berhasil bahkan cenderung membosankan. Adapun penyebabnya yaitu, sebagian besar guru IPS belum terampil menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang motivasi belajar siswa, ketersediaan alat dan bahan belajar di sebagian besar sekolah ikut mempengaruhi proses belajar IPS, proses belajar mengajar IPS masih dilakukan dalam bentuk pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik hanya memperoleh hasil faktual saja dan tidak mendapat hasil proses, dan dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas sekali, sehingga faktor ini juga menyebabkan mereka masih belum memahami hakekat kurikulum baru sebagaimana mestinya (Oktaseiji, 2011). Hal yang sama juga terjadi di SMK PGRI 1 Singaraja khususnya 4

5 kelas X Akuntansi. Berdasarkan observasi yang dilakukan, dipilihnya kelas X Akuntansi karena pembelajaran IPS masih rendah. Hal tersebut tercermin dari hasil analisis ulangan akhir semester ganjil masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 70 untuk mata pelajaran IPS (sumber: SMK PGRI 1 Singaraja). Pembelajaran IPS di kelas X Akuntansi yang masih rendah juga dinyatakan oleh guru mata pelajaran IPS dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 November 2013 dengan Bapak Drs. Ketut Mangku sebagai guru pengajar IPS, beliau mengatakan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas X Akuntansi yang masih rendah dibuktikan dengan analisis nilai yang dicapai siswa kelas X Akuntansi mencapai rata-rata 64,52 dan ketuntasan klasikal mencapai 40%. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu proses pembelajaran yang kurang menarik hal tersebut terlihat pada saat terjadi proses belajar mengajar, guru lebih dominan aktif daripada siswa. Siswa hanya sebagai pendengar dan penerima apa yang diberikan oleh guru. Ketika guru menjelaskan pelajaran di depan, siswa sibuk dengan urusannya sendiri seperti mengobrol dengan teman sebangku, menggambar, mengganggu temannya, bercanda dan tidak memperhatikan apa yang telah disampaikan guru di depan kelas. Siswa yang kurang fokus dan tidak memperhatikan pembelajaran yang berlangsung menyebabkan pembelajaran tersebut hanya satu arah, maka pelajaran IPS sangat kurang diminati oleh siswa karena pelajaran IPS merupakan pelajaran yang dianggap membosankan dan sifatnya hanya mengulang hal yang sudah lewat. Siswa yang kurang fokus dan tidak memperhatikan pelajaran dikarenakan sarana pembelajaran seperti Lembar Kerja Siswa (LKS) dan modul yang mendukung proses pembelajaran masih kurang. Hal itu berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 12 Desember 2013 dengan Drs. I Ketut Mangku sebagai guru pengampu mata pelajaran IPS. Dengan adanya permasalahan seperti yang telah diungkapkan di atas, maka perlu dicari pemecahan 5

6 dari permasalahan tersebut. Dengan menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif yang menyenangkan bagi siswa akan menyebabkan siswa menjadi bersemangat dan membangkitkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2010: 46). Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru IPS yang mengajar di kelas X Akuntasi pada 12 Desember 2013, model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah salah satu dengan model pembelajaran Snowball Throwing. Model pembelajaran ini menerapkan cara belajar yang menyenangkan, efektif, dan juga tidak membosankan melalui suatu permainan yaitu bola salju. Bola salju yang dimaksud adalah kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa yang kemudian dilempar-lempar kepasa siswa lainnya untuk dijawab. Dengan diterapkannya model pembelajaran Snowball Throwing secara tidak langsung siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran ini semua siswa dituntut untuk membuat dan menjawab pertanyaan. Dengan demikian semangat dan minat siswa untuk belajar khususnya pada mata pelajaran IPS akan datang secara sendiri dari diri siswa sehingga tujuan pembekajaran IPS akan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu : 1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah penerapan metode snowball throwing pada siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja? 2. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah penerapan metode snowball throwing pada siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja? 3. Bagaimana respons siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja terhadap penerapan metode snowball throwing? 6

7 B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom action research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran, khususnya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. PTK adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), batasan, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program yang sedang berjalan (Agung,2010). (1) Seting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK. (2) Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja yang terdiri dari 25 orang siswa. (4) Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber yakni data obserbasi, data dokumen, dan data wawancara. (5) Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode observasi, metode tes, kuisioner dan wawancara. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tindakan Kelas 1. Pelaksanaan dan Pemaparan Hasil Penelitian Siklus I Angket motivasi pada siklus I disebarkan pada tanggal 3 Februari 2014 sebanyak 25 angket motivasi. Pada siklus I rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 63,64. Pada saat proses pembelajaran yang telah dilaksanakan situasi kelas masih ribut yang dirasakan peneliti ketika menjelaskan materi, tampak beberapa siswa yang asik sendiri ngobrol dengan temannya, siswa kurang memperhatikan dan belum ada siswa yang bertanya pada saat proses pembelajaran. Ketika melakukan pembelajaran dengan snowball throwing cenderung ribut, karena siswa bercanda pada saat kegiatan (game) menukar pertanyaan dengan kelompok lain. Melihat situasi ini dilakukan pembenahan berupa pemberian arahan kepada masing-masing kelompok agar tidak bercanda dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada saat penukaran pertanyaan dengan kelompok lain. 7

8 Jumlah nilai yang diperoleh dari 25 orang siswa yang mengikuti tes adalah 1782 dengan perolehan rata-rata siswa 71,28, sedangkan rata-rata persentase yang diperoleh adalah 71,28%, jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 13 orang dan 12 orang siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang ditentukan oleh sekolah. Dengan demikian ketuntasan belajar yang dapat dicapai siswa adalah 48%. Respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing mencapai rata-rata 35,48 2. Pelaksanaan dan Pemaparan Hasil Penelitian Siklus II Hasil penyebaran angket motivasi pada siklus II terdapat peningkatan dari rata-rata yaitu 63,64 meningkat menjadi rata-rata 71,44. Hal ini dikarenakan diberikan penekanan terhadap kekurangan yang terdapat pada siklus I seperti penguasaan siswa yang tidak lagi ribut ketika menerima materi, penerapan metode sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat, sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II sesuai dengan apa yang diinginkan. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 2231 dengan rata-rata siswa 89,24, dan rata-rata persentase yang diperoleh adalah 89,24%, 25 siswa sudah mencapai KKM yang ditentukan dari sekolah. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada siklus II adalah 100%. Respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing kelas X SMK PGRI 1 Singaraja adalah 38,68. Pembahasan 1. Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I jumlah motivasi siswa mencapai 1591 dengan rata-rata 63,64 dan pada siklus II jumlah motivasi siswa mencapai 1786 dengan rata-rata 71,44. Terdapat peningkatan motivasi siswa dari 8

9 siklus I ke siklus II yaitu 195 mencapai rata-rata 7,8. Hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa yang dicapai siswa.. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi dari siklus I ke siklus II, hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I adalah 1782 dengan rata-rata yang diperoleh adalah 71,28 dan pada siklus II hasil belajar yang dicapai siswa adalah 2231 dengan perolehan rata-rata 89,24. Terjadinya peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 449 dengan perolehan ratarata peningkatan 17,96. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi pada setiap siswa di kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja. 2. Respons Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing. Respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing terjadi dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing yaitu 887 dengan pencapaian rata-rata 35,48. Terjadi peningkatan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada siklus II yaitu 969 dengan pencapaian rata-rata 38,68. Jumlah peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 82 dengan pencapaian rata-rata sebesar 3,28. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka hipotesis tindakan yang telah diperkirakan sebelumnya dapat dijawab sebagai berikut. 1. Model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat tinggi. 2. Model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat tinggi. D. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat 9

10 meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja pada mata pelajaran IPS. Ini dapat dilihat dari hasil siklus I jumlah motivasi siswa mencapai 1591 dengan rata-rata 63,64. Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat motivasi belajar siswa, berada diantara 52,5 X 67,5 dengan kategori tinggi. Pada siklus II jumlah motivasi siswa mencapai 1786 dengan rata-rata 71,44. Jika dilihat dari kriteria penggolongan tingkat motivasi belajar siswa, berada diantara 67,5 X dengan kategori motivasi belajar siswa sangat tinggi. Peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II adalah 195 dengan rata-rata peningkatan mencapai 7,8. Penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja pada mata pelajaran IPS. Ini dapat dilihat dari hasil siklus I jumlah semua nilai yang didapat dari 25 siswa adalah 1782, rata-rata yang dicapai siswa adalah 71,28 dan persentasenya adalah 71,28% dengan ketuntasan belajar yang dicapai adalah 48%. Jika dibandingkan dengan Pedoman PAP Skala Lima berada pada rentangan 0-54 yaitu kategori Sangat rendah. Jumlah nilai yang diperoleh siswa dari 25 siswa yang mengikuti tes pada siklus II adalah 2231 dengan rata-rata siswa 89,24, dan rata-rata persentase yang diperoleh adalah 89,24%, Dengan demikian ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada siklus II adalah 100%. Jika dibandingkan dengan pedoman PAP Skala Lima berada pada rentangan yaitu dengan kategori sangat tinggi. Peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 449, peningkatan rata-rata 17,96 dan peningkatan rata-rata persen mencapai 17,96%. Peningkatan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing terjadi dari siklus I ke siklua II. Pada siklus I respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing yaitu 887 dengan pencapaian rata-rata 35,48. Terjadi peningkatan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada siklus II yaitu 969 dengan 10

11 pencapaian rata-rata 38,68. Jumlah peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 82 dengan pencapaian rata-rata sebesar 3,28. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja, maka penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada mata pelajaran IPS semester genap tahun ajaran 2013/2014 dikatakan berhasil. Saran Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut 1. Secara teoretis, peneliti berharap hasil penelitian ini bisa menambah khasanah ilmu pengetahuan yang bisa dipakai acuan oleh pembaca dalam upaya menambah wawasan. Bagi peneliti dan guru yang ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran yang sejenis baik dalam bidang model pembelajaran kooperatif ataupun yang lain, hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan dalam mencermati kelebihan dan kekurangan yang ditemukan sehingga akan lebih menyempurnakan hasil penelitian berikutnya. 2. Kepada guru IPS pada umumnya, agar dapat mengembangkan metode, model maupun strategi pembelajaran baru yang dapat membuat siswa merasa senang dalam proses pembelajaran atau dalam mempelajari IPS sehingga berdampak pada hasil belajar yang memuaskan salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah, untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran seperti penyediaan sumber belajar yaitu buku ajar yang dapat meningkatkan hasil belajar. 11

12 Daftar Pustaka Agung, Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: UNDIKSHA. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Djamarah Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. IPS di Indonesia. Tersedia pada om/2011/04/24/upayapembaharuan-pendidikanips-di-indonesia (diakses tanggal 16 Januari 2012). Suprijono, Agus Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar Oktaseiji Upaya Pembaharuan Pendidikan 12