SOLO SCI_TECH EXHIBITION CENTRE Dengan Penekanan Arsitektur Metafora

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOLO SCI_TECH EXHIBITION CENTRE Dengan Penekanan Arsitektur Metafora"

Transkripsi

1 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO SCI_TECH EXHIBITION CENTRE Dengan Penekanan Arsitektur Metafora TUGAS AKHIR Dikerjakan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh : JATU PUJOWATI I JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010 i

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii iv vi x xi BAB I PENDAHULUAN I. A. Pengertian Judul 1 I. B. Latar Belakang 1. Umum 1 2. Khusus 3 I. C. Permasalahan 7 I. D. Persoalan 7 I. E. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan 8 2. Sasaran 8 I. F. Lingkup dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan 8 2. Batasan Pembahasan 8 I. G. Metode Pembahasan 1. Pengumpulan Data 8 2. Analisa Data 9 3. Merumuskan Konsep 9 I. H. Sistematika Pembahasan 9 BAB II TINJAUAN II. A. Tinjauan Teori Tentang Sains dan Teknologi 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Pengertian Teknologi Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengertian Belajar 19 II. B. Tinjauan Science Centre 1. Pengertian 20 commit to user vi

3 2. Jenis-jenis Materi Peragaan Metode Penyajian Teknik Peragaan Ruang Peragaan dan Sirkulasi Pengunjung 25 II. C. Tinjauan Arsitektur Metafora 1. Pengertian Arsitektur Metafora Kategori Metafora Dan Penerapannya Dalam Desain Arsitektur 27 II. D. Studi banding PPIPTEK Jakarta 33 II. E. Tinjauan Kota Surakarta 1. Geografi Topografi Klimatologi Pembagian Sub Wilayah Pembagian (SWP) Kota Surakarta Potensi Kota Surakarta terhadap Keberadaan Solo Sci_Tech Exhibition Centre a. Potensi Umum 1) Penduduk 42 2) Geografis 43 3) Pendidikan 43 b. Potensi Khusus 1) Sesuai dengan visi dan misi Kota Surakarta 44 2) Perhatian besar dari Pemkot terhadap kemajuan teknologi 45 3) Antusiasme masyarakat Surakarta terhadap sains dan teknologi 45 4) Potensi Perkembangan IPTEK di Surakarta 46 5) Potensi Arsitektur Kota Surakarta 46 II.F. Kesimpulan 50 BAB III SOLO SCI_TECH EXHIBITION CENTRE III. A. Pengertian 51 III. B. Visi, Misi, Peran dan Fungsi 1. Visi Misi Peran Fungsi 51 III. C. Status Kelembagaan 52 III. D. Kegiatan 1. Macam Kegiatan Tuntutan Kegiatan Pelaku Kegiatan 55 III. E. Materi Pameran dan Peragaan 1. Outdoor Indoor 61 III. F. Pola Kegiatan commit to user vii

4 1. Kegiatan Pengunjung Kegiatan Pengelola 65 BAB IV ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN IV. A. Analisa Makro 1. Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Peruangan Pendekatan Hubungan Pelaku dan, Kegiatan, dan Ruang Analisa Pendekatan Besaran Ruang Analisa Perhitungan Besaran Ruang Analisa Pola Hubungan Ruang Analisa Pemilihan Lokasi Analisa Pemilihan Site Analisa Pencapaian Site Analisa View Analisa Penzoningan a) Sirkulasi 97 b) Kebisingan (Noise) 102 c) Klimatologis Tata Lansekap 106 IV. A. Analisa Mikro 1. Analisa Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan berdasar Penekanan Metafora a) Analisa Penampilan Eksterior Bangunan 111 b) Analisa Penampilan Interior Bangunan Analisa Sirkulasi Analisa Persyaratan Ruang a. Pencahayaan 120 b. Penghawaan Analisa Sistem Struktur a) Analisa Struktur Sub-structure 125 b) Analisa Struktur Super-structure 126 c) Analisa Struktur Upper-structure Analisa Sistem Utilitas a) Analisa Listrik 128 b) Analisa Air Bersih 129 c) Analisa Drainase 130 d) Analisa Penanggulangan Kebakaran 131 e) Analisa Komunikasi 133 f) Analisa Penangkal Petir 134 g) Analisa Jaringan Pembuangan Sampah 135 commit to user viii

5 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SOLO SCI_TECH EXHIBITION CENTER V. A. Konsep Makro 1. Konsep Peruangan Konsep Pemilihan Lokasi Konsep Pemilihan Site Konsep Pencapaian Site Konsep View Konsep Penzoningan a. Sirkulasi 144 b. Kebisingan (Noise) 147 c. Klimatologis Tata Lansekap 150 V. B. Konsep Mikro 1. Konsep Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan a. Konsep Penampilan Eksterior Bangunan 153 b. Konsep Penampilan Interior Bangunan Konsep Sirkulasi Konsep Persyaratan Ruang a. Pencahayaan 161 b. Penghawaan Konsep Sistem Struktur a. Konsep Struktur Sub-structure 163 b. Konsep Struktur Super-structure 164 c. Konsep Struktur Upper-structure Konsep Sistem Utilitas a. Konsep Listrik 164 b. Konsep Air Bersih 165 c. Konsep Drainase 165 d. Konsep Penanggulangan Kebakaran 166 e. Konsep Komunikasi 167 f. Konsep Penangkal Petir 167 g. Analisa Jaringan Pembuangan 168 DAFTAR PUSTAKA xvi LAMPIRAN commit to user ix

6 BAB I PENDAHULUAN I. A. Pengertian Judul Judul : Solo Sci_Tech Exhibition Centre Dengan Penekanan Arsitektur Metafora Sci_Tech : singkatan dari Science dan Technology Exhibition : berarti pameran Centre : pusat Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya 1. Solo Sci_Tech Exhibition Centre Dengan Penekanan Arsitektur Metafora adalah pusat pameran sains dan teknologi di Solo sebagai sarana memperluas pengetahuan tentang sains dan teknologi di Surakarta dengan menerapkan konsep kiasan atau ungkapan bentuk yang diwujudkan dalam bangunan. I. B. Latar Belakang 1. Umum Perkembangan IPTEK kian hari kian semakin pesat. Perkembangan IPTEK tersebut sebagai upaya menjadikan segala sesuatunya lebih mudah. Bisa dikatakan perkembangan teknologi tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena sebagai dampak dari tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin banyak dan beraneka ragam. Ada yang mengatakan siapa yang menguasai IPTEK maka akan menguasai dunia. Mungkin pendapat tersebut ada benarnya, kita bisa melihat contohnya yaitu negara Amerika, Jepang dan negara-negara Eropa. Negara-negara tersebut merupakan negara-negara yang maju karena didukung oleh kemajuan IPTEKnya. Bisa dikatakan negaranegara tersebut menguasai kancah percaturan dunia dalam hampir segala bidang. 1 Charles Jenks dalam bukunya The Language of Post Modern commit to user 1

7 Sebaliknya, di negara-negara berkembang, tidak terkecuali dengan Indonesia, tidak demikian halnya. Sains dan teknologi hanya dimiliki dan dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat. Apalagi kalau kita spesifikasi lagi masalah sains, keadaannya akan lebih parah. Sains hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi, yang jumlahnya sangat sedikit sekali. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu diantaranya adalah perbedaan minat dan perhatian masyarakat terhadap IPTEK. Padahal salah satu andil sebuah negara menjadi negara yang besar dan maju adalah karena sumber daya manusianya yang telah menguasai sains dan teknologi dengan baik. Melihat hal tersebut, maka untuk menumbuhkan minat masyarakat akan sains dan teknologi maka pengenalan akan IPTEK kepada seluruh lapisan masyarakat bisa dimulai sejak usia dini, bahkan jika dimungkinkan sejak usia pra sekolah, sehingga diharapkan generasi penerus lokal/regional akan mempunyai semangat untuk ikut serta mengembangkan Iptek sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Dengan kata lain generasi penerus bangsa Indonesia telah sadar Iptek dan menerapkan Iptek dalam kehidupannya sehari-hari (berbudaya iptek). Maka salah satu upaya yang ditempuh untuk memasyarakatkan IPTEK kepada masyarakat adalah dengan menyediakan sarana untuk menginformasikan tentang perkembangan IPTEK kepada masyarakat luas. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat berbudaya IPTEK dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sarana tersebut berupa pusat peragaan IPTEK atau yang biasa dikenal dengan sebutan science center. Memang dijaman kecanggihan dunia teknologi seperti sekarang ini, akses untuk menambah khasanah keilmuan tentang IPTEK bisa melalui akses ke dunia virtual yaitu internet yang lebih mudah dan cepat. Namun, berpijak dari teori Howard L. Kigsley bahwa dalam proses belajar yang paling efektif adalah melalui pengalaman, maka salah satu usaha untuk memahamkan IPTEK kepada masyarakat yaitu dengan menampilkan contoh-contoh nyata IPTEK itu sendiri agar IPTEK mudah dipelajari dan dipahami. Maka dari itu commit to user 2

8 sehingga dibutuhkan wadah untuk mewadahi contoh-contoh aplikatif dari IPTEK tersebut. Wadah tersebut yang disebut dengan science centre. Science centre yang dibangun pertama kali di Indonesia adalah PPIPTEK (Pusat Peragaan IPTEK) yang berlokasi di Jakarta tepatnya dikawasan TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Sebagai institusi science centre pertama di Indonesia yang melakukan pengembangan peragaan dan pelayanan iptek berbasis pendidikan kepada masyarakat, keberadaan PPIPTEK-TMII telah dirasakan manfatnya bagi pelajar, masyarakat dan pelaku pendidikan lainnya di berbagai penjuru tanah air. PPIPTEK-TMII sejak tahun 2000 telah merintis pembangunan science centre di beberapa provinsi lain di Indonesia agar masyarakat berbudaya iptek tumbuh dan berkembang merata ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk memeratakan akan informasi tentang IPTEK sehingga dibangun science centre ke daerah-daerah. Sampai saat ini pembangunan berupa fasilitas pusat peragaan IPTEK atau science centre baru dibangun di beberapa wilayah saja, yaitu di Jakarta yang bernama PPIPTEK, di Jogjakarta yang bernama Taman Pintar, di Bandung yang bernama Puspa IPTEK Sundial, di Malang yang bernama Jatim Park Science Centre. 2. Khusus Pada masa pemerintahan bapak Walikota yang baru ini, kota Solo telah banyak mengalami kemajuan terutama dibidang pembangunan kota. Salah satu yang menjadi terobosan adalah dengan dibangunnya sebuah fasilitas yang bernama Solo Tekno Park. Solo Tekno Park ini adalah wujud dari kepedulian pemerintah kota Solo terhadap kemajuan dan perkembangan IPTEK di Surakarta. Dengan bekerjasama dengan salah satu akademi keteknikan di Surakarta yaitu ATMI, Pemerintah membangun sebuah kawasan yang berfungsi sebagai zona pelatihan dan inkubasi teknik khususnya teknik produksi. Dengan adanya Teknopark ini, menggambarkan Solo sebagai kota yang melek teknologi. Namun keberadaan Tekno park yang berfungsi sebagai balai pelatihan dan zone inkubasi bisnis, ini tidak semua kalangan bisa mengakses Teknopark. Padahal di Kota ini belum ada fasilitas commit to user 3

9 sejenis yang lebih bersifat umum, sehingga masyarakat dapat mengakses dan sebagai wadah bagi masyarakat untuk lebih kenal akan IPTEK. Meskipun terkenal dengan sebutan kota budaya, namun tidak mesti harus berorientasi dengan masa lalu. Sebut saja Negara Jepang, Negara dengan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan mereka, namun jika bicara IPTEK mereka tidak kalah dengan kota maju lainnya. IPTEK dan budaya memang sesuatu yang berbeda dimana IPTEK menjunjung tinggi kekinian sedang budaya lebih condong kea rah sejarah masa lampau. Namun jika kedua hal tersebut disinergikan maka akan menciptakan sebuah harmoni yang sempurna, dimana hidup dengan pola pikir maju namun tetap berjiwa santun sesuai dengan tradisi warisan yang adi luhung. Untuk itu, ada sebuah mimpi yaitu kota Solo ini mempunyai sebuah wadah agar masyarakat dapat lebih mengenal tentang IPTEK, sehingga terbentuk pola pikir masyarakat yang maju. Kota Surakarta sendiri terletak di jantung wilayah Jawa Tengah yang mempunyai potensi pembangunan yang besar dan sudah dapat dikatakan mapan dengan banyaknya fungsi dan peranannya yaitu sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata, olahraga, serta sosial budaya. Juga secara geografis memiliki letak sebagai kota perantara dan dilalui jalur transportasi utama dari kota-kota besar di Pulau Jawa. Sehingga dengan kondisi demikian, kota Surakarta mempunyai potensi untuk dibangunnya science centre. Kebutuhan akan informasi IPTEK merupakan kebutuhan semua orang, sehingga dengan adanya pusat peragaan IPTEK di Surakarta, tidak hanya masyarakat Solo saja yang bisa mengakses, namun juga masyarakat di sekitar Surakarta karena mengingat kota Surakarta sebagai basis dan acuan beberapa jenis kegiatan dalam system perkotaan. Yaitu beberapa macam kegiatan serta wadah kegiatan yang dimiliki lebih lengkap dibanding dengan kota lain berskala kota maupun kabupaten. Science centre yang direncanakan di Surakarta ini diberi nama Solo Sci_Tech Exhibition Centre. Sci_Tech merupakan singkatan dari science and technology. Tujuan adanya Solo Sci_Tech Exhibition Centre di Surakarta ini adalah untuk memasyarakatkan atau membudayakan IPTEK kepada commit to user 4

10 masyarakat Surakarta dan sekitarnya. IPTEK yang disajikan di Solo Sci_Tech Exhibition Centre ini tidak secara keseluruhan mengambil jenis-jenis IPTEK yang disajikan di PPIPTEK pusat yaitu di Jakarta. Tidak hanya penyajian konsep IPTEK secara umum, namun juga IPTEK yang sesuai dengan keadaan di Surakarta yaitu IPTEK yang berdasar muatan lokal daerah. Hal-hal yang berkaitan dengan IPTEK, mungkin masih dianggap sebagai sesuatu yang serius dan membosankan. Karena memang IPTEK sendiri merupakan ilmu berdasar logika, sehingga memerlukan konsentrasi ekstra untuk menelaahnya. Untuk mempermudah pemahaman IPTEK, maka diperlukan visualisasi yaitu berupa peragaan-peragaan IPTEK. Visualisasi tersebut bisa dikemas sedemikian rupa agar menarik. Arsitektur Metafora Tema merupakan hal yang sangat penting dalam merancang sebuah arsitektur. Tema dapat mengarahkan seorang arsitek dalam merancang sekaligus memberi batasan. Arsitektur yang dirancang dengan menggunakan tema akan menghasilkan suatu karya yang memiliki makna tertentu yang membuat orang yang menikmatinya akan merasa mengalami arsitektur. Salah satu tema yang bisa digunakan dalam merancang arsitektur adalah arsitektur metafora yang memasukkan konsep konsep di luar arsitektur ke dalam suatu rancangan arsitektur. Metafora menjadi suatu konsep rancangan arsitektur yang yang memberikan keleluasaan imajinasi bagi arsitek dalam perancangan arsitektur. Pengertian metafora secara umum berdasarkan Oxford Learner s Dictionary :.A figure of speech denoting by a word or phrase usually one kind of object or idea in place of another to suggest a likeness between them (Sebuah ungkapan yang berupa suatu kata atau frase yang menyatakan suatu objek atau gagasan tentang kesukaan antar objek atau gagasan tersebut). commit to user 5

11 .A figure of speech in which a term is transferred from the object it ordinarily designates to on object it may designate only by implicit comparison or analogies (Sebuah ungkapan suatu istilah yang ditransfer dari objek yang didesain secara umum pada suatu objek yang hanya dapat mendesain secara perbandingan implisit atau analogi)...a figure of speech in which a name or quality is attributed to something to which it is not literally applicable (Sebuah ungkapan pada suatu nama atau kualitas untuk disampaikan sesuatu tidak dapat digunakan secara literal). The use of words to indicate something different from the literal meaning (Penggunaan kata-kata untuk menunjukkan sesuatu yang berbeda dengan makna literal). Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam Poethic of Architecture Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Ada tiga kategori dari metafora.intangible Metaphor (metafora yang tidak diraba) yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya)..tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba) Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material..combined Metaphors (penggabungan antara keduanya) Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsurunsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar. commit to user 6

12 Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam Introduction of Architecture Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubunganhubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern Architecture Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan. Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku Design in Architecture Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang. I. C. Permasalahan Bagaimana merencana dan merancang sebuah pusat pameran sains dan teknologi di Surakarta sebagai wadah fasilitas yang menghadirkan peragaan sains dan teknologi dengan menerapkan konsep arsitektur metafora. I. D. Persoalan Bagaimana penentuan lokasi yang sesuai untuk Pusat Pameran Sains dan teknologi. Bagaimana perancangan Pusat Pameran Sains dan Teknologi yang dapat dituangkan dalam : - bentuk bangunan dan tata ruang luar (landscape) - suasana ruang dan tata ruang dalam, dengan pengaturan ruang, pengaturan pola gerak, maupun finishing ruang. commit to user 7

13 I. E. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan Merencana dan merancang Solo Sci_Tech Exhibition Centre yaitu sebuah pusat pameran sains dan teknologi sebagai wadah fasilitas yang menghadirkan peragaan sains dan teknologi dengan menerapkan konsep arsitektur metafora. 2. Sasaran Menghasilkan konsep site, tata massa, penampilan bangunan dan lansekap yang mencerminkan fasilitas berupa Pusat Pameran Sains dan Teknologi dengan menggunakan pendekatan metafora arsitektur. Menghasilkan konsep dan rancangan desain program ruang dari kegiatan Solo Sci_Tech Exhibition Centre yang direncanakan. I. F. Lingkup dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan (makro): a. Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, sedangkan disiplin ilmu lainnya dibahas selama mendukung pembahasan. b. Pembahasan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia khususnya di Surakarta. c. Proyek yang direncanakan diproyeksikan untuk jangka panjang dan diharapkan menjadi salah satu aset daerah. d. Tidak menyangkut tentang pendanaan dan perhitungan ekonomi bangunan. 2. Batasan Pembahasan (mikro): Sebagai batasan dalam pembahasan untuk Solo Sci_Tech Exhibition Centre ini adalah dengan penekanan arsitektur metafora. I. G. Metode Pembahasan Untuk lebih memudahkan, metode pembahasan dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: 1. Pengumpulan Data commit to user 8

14 a. Studi observasi Mengadakan survey langsung ke lapangan yaitu ke pameran-pameran teknologi, ke lembaga penelitian UNS yaitu LPPM UNS. Survey tersebut dilakukan untuk mendapatkan data primer dan mengetahui informasi tentang IPTEK yang ada di kota Surakarta. Selain itu juga dengan mengadakan pengamatan mengenai perkembangan minat masyarakat kota Surakarta terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Studi literatur Merupakan data sekunder mengenai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Data-data ini diperoleh melalui buku dan website-website di internet yang memuat artikel-artikel tentang IPTEK. c. Wawancara Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung kelengkapan data yang ada. d. Dokumentasi 2. Analisa Data a. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada. b. Menganalisa data-data dan permasalahan yang telah diidentifikasi untuk diperoleh penyelesaiannya. 3. Merumuskan Konsep Merumuskan sintesa dari hasil korelasi antar komponen pembahasan dan outputnya, digunakan sebagai pedoman penentuan desain. I. H. Sistematika Garis besar sistematika pembahasan dapat dikemukakan sebagai berikut: Tahap I Pendahuluan Berisi tentang pengertian judul, latar belakang masalah, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, permasalahan dan persoalan yang ada untuk mewujudkan Solo Sci_Tech Exhibition Centre di Surakarta. commit to user 9

15 Tahap II Tinjauan umum Berisi tentang pengertian dari ilmu pengetahuan dan teknologi, science center, arsitektur metafora dan juga berisi tentang tinjauan terhadap kota Surakarta. Tahap IV Identifikasi terhadap adanya Solo Sci_Tech Exhibition Centre di Surakarta Berisi penjabaran mengenai Solo Sci_Tech Exhibition Centre yang direncanakan, dan analisa-analisa data yang mengungkapkan masalah yang ada dan solusinya Tahap V Analisa Perencanaan dan Perancangan Solo Sci_Tech Exhibition Centre Berisi tentang alternatif-alternatif perencanaan dan perancangan Tahap VI Konsep Perencanaan Dan Perancangan Solo Sci_Tech Exhibition Centre Berisi tentang alternatif terpilih yang akan digunakan untuk perencanaan dan perancangan Solo Sci_Tech Exhibition Centre commit to user 10

16 BAB II TINJAUAN II.A. Tinjauan Teori tentang Sains dan Teknologi 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Science merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah, dan berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari sistem-sistem serta penjelasan tentang pola-laku sistem-sistem tersebut. Sistem yang dimaksud dapat berupa sistem alami, maupun sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang diinstitusionalisasikan. Bila sistem yang menjadi perhatiannya merupakan sistem alami, maka disebut ilmu pengetahuan alam atau natural sciences, dan bila yang menjadi perhatian adalah sistem-sistem yang merupakan rekaan pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalam tatanan kehidupan masyarakat, maka disebut ilmu pengetahuan sosial atau social- sciences. Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains. 1 Ilmu dapat digolongkan menurut cara berikut ini, Humaniora Ilmu sosial Ilmu pasti (ilmu dalam arti yang lebih ketat) o Ilmu alam o Matematika o Ilmu terapan (rekayasa) Ilmu kedokteran dan farmasi 1 commit to user 11

17 Yang merupakan basic atau dasar dari komponen teknologi adalah ilmu pasti. a. Bagian-bagian ilmu pasti 1) Ilmu alam Istilah ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah ilmu mengenai aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan. Ilmu-ilmu alam Astronomi Adalah Ilmu yang mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Biologi Adalah ilmu mengenai kehidupan, obyek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Kimia Adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan seharihari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik. Ilmu Bumi Ekologi Adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Geologi Adalah ilmu (sains yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifatsifat fisik, sejarah, dah proses yang membentuknya. commit to user 12

18 Fisika Adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Geografi fisik berbasis ilmu Adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Ilmu pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian, penelitian menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru. 2) Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: - á) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan mencari pola dan dimensidimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika, pandangan lain tergambar dalam filsafat matematika 2. Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian. Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika hadir secara objektif di alam menurut kemurnian logikanya, atau apakah objek-objek itu buatan manusia dan terpisah dari kenyataan. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, 2 commit to user 13

19 matematika dikembangkan dari pencacahan, penghitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Pemurnian gagasan-gagasan dasar dapat diketahui di dalam naskahnaskah matematika yang bermula di dunia Mesir kuno, Mesopotamia, India, Cina, Yunani, dan Islam. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam buku Euclid, Unsur-Unsur. Pengembangan berlanjut di dalam ledakan yang tidak menenteramkan hingga periode Renaisans pada abad ke-16, ketika pembaharuan matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, mengarah pada percepatan penelitian yang menerus hingga Kini. Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuantemuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian. Secara umum, semakin kompleks suatu gejala, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekadar mendekati penyelesaian eksak seakuratakuratnya. Jadi, tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, melainkan disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model commit to user 14

20 matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. Sebaliknya berbagai gejala fisika yang mudah diamati, misalnya jumlah penduduk di seluruh Indonesia, tidak memerlukan jenis atau cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmetika sudah cukup untuk mencari penyelesaian (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi. 3) Ilmu Terapan Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari 3. Cabang-cabangnya adalah : Arsitektur Bisnis dan Industri Hukum Informatika Komunikasi Otomotif Pendidikan Pertanian Teknik Teknologi Transportasi Sosio-teknologi 2. Pengertian Teknologi Teknologi berarti ilmu pengetahuan terutama bidang eksakta yang sudah teraplikasi oleh ilmu pengetahuan praktis. 4 Teknologi merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan ilmiah yang berisikan informasi preskriptif mengenai penciptaan sistem-sistem dan pengoperasian sistem-sistem ciptaan Sumantri, 1978 commit to user 15

21 tersebut. Pengertian yang dirumuskan ini tidak membatasi bahwa sistem yang dimaksud hanyalah sistem-sistem fisik (physical systems). Teknologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terkait dengan penciptaan sistem-sistem, sedangkan science merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terkait dengan penggambaran dan penjelasan mengenai sistem-sistem yang telah ada. 5 a. Ruang lingkup teknologi Teknologi akan mencakup semua bidang utama dalam keinsinyuran ditambah dengan unsur lainnya seperti misalnya organisasi perindustrian. Di dalam The New Encyclopedia Britanica membagi teknologi ke dalam unsur-unsur dan bidang-bidang seperti di bawah ini 6 Unsur-unsur teknologi mencakup lima kelompok teknis sebagai berikut : 1. Teknologi konversi dan pemanfaatan tenaga 2. Teknologi alat-alat dan mesin 3. Teknologi pengukuran, observasi dan kontrol 4. Teknologi yang terlibat dalam pengambilan dan konversi bahan mentah industri 5. Teknologi proses-proses produksi industri. Sedangkan bidang-bidang teknologi yang pokok dibedakan ke dalam delapan perincian sebagai berikut : 1. Teknologi pertanian dan produksi pangan 2. Teknologi industri-industri penting 3. Teknologi pemrosesan keterangan dan sistem-sisem komunikasi 4. Teknologi masyarakat perkotaan 5. Teknologi penyelidikan bumu dan angkasa 6. Teknologi konstruksi 7. Teknologi militer 8. Teknologi transportasi 5 Saswinadi SASMOJO, Science, Teknologi, Masyarakat dan Pembangunan 6 The New Encyclopedia Britannica : Outline of Knowledge and Guide to The Britannica, 1982, pp commit to user 16

22 Unsur-unsur teknologi mencakup proses-proses teknis yang tidak dapat secara khusus pada suatu bidang sedang bidang-bidang teknologi menyangkut berbagai kebutuhan manusia, tujuan, barang dan jasa yang mendatangkan kemajuan teknologi. Antara unsur-unsur dengan bidangbidang teknologi terdapat pertalian erat. 3. Hubungan Ilmu dan Teknologi Perkataan teknologi dewasa ini telah terbiasa dihubungkan di belakang kata ilmu sehingga membentuk frasa ilmu dan teknologi (science and techology). Namun sebenarnya terdapat pokok-pokok perbedaan penting padanya. a. Perbedaan ilmu dan teknologi Mengenai perbedaan ini banyak yang mengemukakannya antara lain oleh : - Charles Kidd, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bertujuan meningkatkan pengembangan pengetahuan sedang teknologi meningkatkan kapasitas teknik untukmenghasilkan barang dan jas. - Derek De Solla Price, berpendapat bahwa hasil akhir ilmu adalah pengetahuan tentang dunia kealaman sedang hasil akhir teknologi adalah suatu produk tiga dimensi, suatu alat berdasr akal. Dengan demikian ilmu dan teknologi memiliki perbedaan-perbedaan pokok dan penting sehingga tidak tepatlah pendapat yang menggolongkan teknologi sebagai ilmu. Perbedaan ilmu dan teknologi dapat dirangkum sebagai berikut : Segi Ilmu Teknologi Tujuan Mencari pengetahuan dan memperoleh pengetahuan Menciptakan benda dan mengusahakan perubahan Output Karya tulis ilmiah Benda atau jasa teknologis Lingkungan Kebudayaan umumnya Kebudayaan umumnya, Khususnya teknologi khususnya ilmu commit to user 17

23 Input Pengetahuan yang ada Brbagai sumber alam, manusia dan pengetahuan Aktivitas Penelitian Berbagai komponen dari keinsinyuran sampai pelayanan Kontrol Berdasarkan umpan balik peralatan keilmuan Berdasarkan umpan balik pengetahuan ilmiah Tabel 2.1 Perbedaan Ilmu dan Teknologi Sumber: TGA Minarni, Pusat Peragaan IPTEK Di Jakarta b. Pola hubungan Ilmu dan Teknologi Ilmu dan teknologi memang mempunyai kaitan yang erat. Ilmu dan teknologi masing-masing terus berkembang dan mengalami kemajuan. TEKNOLOGI b c d a ILMU Gambar 2.1 Diagram Pola Hubungan Ilmu dan Teknologi Sumber: TGA Minarni, Pusat Peragaan IPTEK Di Jakarta Terdapat empat pola hubungan antara teknologi dengan ilmu yang dapat diikhtisarkan. Menurut diagram di atas, hubungan ilmu dan teknologi menunjukkan pola-pola sebagai berikut : a. Teknologi dan ilmu masing-masing berkembang dan mencapai keajuan sendiri-sendiri tanpa pengaruh penting atau dorongan utama dari pihak lainnya. commit to user 18

24 b. Teknologi merupakan pihak utama yang mendorong perkembangan ilmu atau membantu kemajuan ilmu c. Ilmu merupakan pihak utama yang mendorong perkembangan teknologi atau membantu kemajuan ilmu. d. Teknologi dan ilmu saling berkaitan dan mempunyai pengaruh timbal balik yang saling memacu perkembangan dan kejauan masing-masing. 4. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 7 Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 8 Oleh karena itu sebuah bentuk penanaman nilai pendidikan dalam diri seorang anak bsa dilakukan dalam bentuk dan suasana yang lebih menyenangkan seperti wisata dengan pengalaman di dalamnya. Secara psikologis proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang ia miliki menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Mendengar guru di kelas, menonton video/tv atau membaca buku adalah faktor eksternal dari proses pembelajaran modern. Hanya orang-orang yang beruntung mampu 20 % mengingat dari apa yang ia dengar, hanya 50 % maksimal untuk memahami dari apa yang kita lihat namun manusia dapat memahaminya sebesar 85 % apabila dilibatkan dalam proses pendidikan. Konsep pendidikan I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand yang lebih mengutamakan manusia sebagai subjek dari pendidikan itu sendiri betul-betul mampu diterapkan, bukan hanya sebatas slogan kosong belaka. 9 7 Drs. H Abu Ahmadi, Drs Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Rineka cipta, Solo, ibid 9 Fince Herry M.Si., Membangun Pendidikan Alam, PIODA (Pionir Outdoor Activity), 2006 commit to user 19

25 II. B. Tinjauan Science Centre 1. Pengertian Science Centre Science center adalah suatu bangunan atau wadah kegiatan baik di dalam maupun di luar bangunan untuk meningkatkan minat masyarakat terutama generasi muda akan IPTEK. Kegiatan yang ada di Science center ini adalah berupa pameran, peragaan, diskusi ilmiah. Materi yang disajikan meliputi perkembangan ilmu sains yang mendasari kemajuan teknologi, peragaan mekanisme-mekanisme dasar dari produk-produk hasil pengembangan teknologi dan dampak perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya. Disebutkan bahwa science centre merupakan salah satu perangkat untuk mentransformasikan kemajuan sains dan teknologi kepada masyarakat melalui cara peragaan, demanstrasi, latihan, mengajak masyarakat dan menimbulkan motivasi masyarakat. 10 Benda koleksi atau alat peraga tidak harus merupakan benda asli pembuktian dari para ilmuan, tetapi benda tersebut dapat menerangkan konsep, proses dan prinsip-prinsip dari sains dan teknologi. Maka pameran dapat disajikan dengan media tiga dimensi ataupun dua dimensi yang dapat digerakkan atau menimbulkan efek visual. 2. Jenis-jenis Science Centre a. Comprehensive Centre Yaitu yang menyajikan objek peraga secara lengkap, hampir semua bidang dari sains diperagaakan, dengan menggunakan teknik peragaan moder. Berdasarkan latar belakang pembangunan dan pengadaan benda peraga comprehensive centre diklasifikasikan sebagai berikut: 1). industrially oriented centres Yaitu lebih mengutamakan pergaan hasil dari pengembangan teknologi dan industri mutakhir. Pembangunan dan pengelolaannya biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terkait langsung dengan 10 Saroj Ghose dalam tulisannya Science Centre for 2000 AD in Newly Emerging Countries yang disampaikan dalam General Conference of The Icon commit to user 20

26 benda yang diperagakan, contohnya Evolution dibangun oleh perusahaan elektronik Philips. 2). educationally oriented centres Yaitu lebih berorientasi pada pendidikan, biasanya dikelola oleh universitas atau lembaga pemerintah, contohnya Singapore Science Centre. 3). scientifically oriented centres Lebih beroriantasi pada fenomena-fenomena alam, contohny Museum of Science di Boston. b. Specialized Centres Yaitu memperagakan salah satu bidang dari sains, pembahasannya biasanya lebih khusus dan mendalam, misalnya Energy Centre, Transportation Centre. c. Limited Centres Hampir sama dengan comprehensive centres hanya lebih kecil dan cara peragaannya lebih sederhana. Biasanya sasaran pengunjungnya lebih terbatas. Misalnya Museum Ilmu Pengetahuan Anak untuk Anak di Brooklyn. Sedangkan dari segi pelayanannya, science center dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. publik science centre, yaitu terbuka untuk umum dan biasanya materi disajikan lebih mendasar. 2. university science centre, yaitu terbatas pada lingkungan tertentu dan biasanya materi yang diperagakan merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh universitas tersebut. 3. Materi Peragaan Kegiatan peragaan pada science centre merupakan bagian yang terpenting, karena dengan cara peragaan ini dapat lebih memudahkan pengunjung untuk mengerti dan memahami mengenai konsep, proses dan prinsip dari sains. Dengan peragaan ini, diharapkan konsep-konsep ilmu sains yang abstrak dapat diterangkan secara lebih mudah, nyata dan commit to user 21

27 menyenangkan dengan menggunakan alat peraga. Benda-benda yang diperagakan harus mempunyai nilai ilmiah yang tinggi, bendanya bisa memiliki nilai historis, bisa juga objek yang hanya menerangkan suatu kawasan dasar dari evolusi sains dan teknologi. Benda yang ditampilkan terdiri dari: benda asli benda replika model peragaan untuk memperjelas informasi yang hendak disampaikan Masalah yang dihadapi adalah menentukan dan menyusun materi yang akan diperagakan, mengingat objek yang disajikan dan diperagakan dari sains dan teknologi banyak ragamnya. Oleh karena itu pada umumnya science centre berusaha mengklasifikasikan materi pameran dalam beberapa tema. Tujuan dari pengklasifikasian tersebut adalah: mempermudah pengunjung dalam mencari dan menguasai materi yang diperagakan memperjelas wawasan materi peragaan sains dan teknologi sebagai hasil karya yang indah mempermudah persiapan perencanaan peragaan mempermudah pelaksanaan peragaan untuk jangka panjang dan jangka jangka pendek Selanjutnya tema tersebut dikembangkan dalam beberapa sub tema. Pengklsifikasian tema yang berdasarkan pada ilmu sains umumnya sulit karena sains terutama ilmu eksak memiliki banyak cabang ilmu, sehingga akan menimbulkan pembagian yang cukup banyak, tema peragaan pada umumnya hanya meliputi sains dasar saja. Demikian pula pengklasifikasian tema berdasar teknologi yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia dan lingkungannya. 4. Metode Penyajian Setiap benda yang diperagakan disusun sedemikian rupa agar pengunjung dapat mengerti maksud benda yang akan diperagakan, dan kaitannya dengan fungsi sains dalam kehidupan manusia. Sukses tidaknya commit to user 22

28 suatu peragaan banyak tergantung pada metode dan teknik yang digunakan. 11 Peragaan harus dapat membangkitkan rasa ingin yahu dan merangsang kreativitas pengunjung. Beberapa metode yang dapat digunakan adalah: a. Metode pendekatan estetik Cara penyajian benda koleksi dengan mengutamakan segi keindahan dari benda yang diperagakan b. Metode pendekatan romantik Cara penyajian benda koleksi tersebut disusun sehingga dapat mengungkapkan suasana tertentu yang berhubungan dengan benda yang diperagakan c. Metode pendekatan intelektual atau metode tematik Cara penyajian benda koleksi disusun sehingga dapat mengungkapkan dan memberi informasi ilmu yang bersangkutan dengan benda yang diperagakan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam tata peragaan agar tujuan dari science centre dapat tercapai adalah: a. Faktor pengunjung Pengunjung harus dapat bergerak dan mengamati objek yang disajikan sacara khusus dan nyaman. Oleh karena itu, gangguan-gangguan seperti kebisingan suara, kesilauan cahaya agar dapat dihindarkan. b. Faktor benda koleksi Koleksi benda yang diperagakan harus memiliki nilai ilmiah dan nilai historis agar tidak membosankan 5. Teknik peragaan Teknik peragaan yang digunakan adalah: a. Penggunaan vitrine Untuk memamerkan benda-benda yang membutuhkan perlindungan khusus, seperti perlindungan terhadap debu dan sentuhan. 11 Udansyah, 1979 commit to user 23

29 Gambar 2.2 Komponen Mesin yang dipamerkan dalam vitrine Sumber:Dok.pribadi b. Penggunaan panel c. Penggunaan audio visual Seperti film, slide, video, dan tape dengan menggunakan sistem push button. Gambar 2.3 Penggunaan Teknik Panel Sumber: Gambar 2.4 Penggunaan Sistem Push Button Sumber: d. Perletakan benda diatur berdasarkan dimensi berat Untuk benda peraga dengan dimensi yang besar dan berat cenderung diletakkan di atas lantai sedangkan benda yang ringan peletakannya bisa mengenakan meja atau digantungkan di langit-langit. commit to user 24

30 6. Ruang peragaan dan sirkulasi pengunjung Pada umumnya desain ruang peragaan di museum ilmu pengetahuan dan teknologi dilandasi oleh kebebasan arus pengunjung. Kebanyakan merupakan susunan ruang yang besar dan menerus. Ruang peragaan yang besar lebih banyak memberikan kebebasan dalam penyusunan tata letak benda peraga, sehingga pengunjung dapat elihat dengan bebas dan nyaman. Jalur sirkulasi harus dapat memberikan keleluasaan kepada pengunjung terutama yang datang secara berkelompok, untuk berkumpul dan mendengarkan penjelasan oral atau melihat demonstrasi alat peraga. Penataan pola sirkulasi harus memperhatikan pola perilaku pengunjung (visitor behavior). Dari telaah keputusan mengenai peragaan di museum didapatkan bahwa: Manusia menyukai kompleksitas visual Manusia cenderung menyukai keragaman Manusia memiliki suatu pola untuk melakukan suatu lompatan dari urutan yang sudah ada, tergantung minat dan ketertarikannya Manusia tidak begitu suka tata ruang yang berturutan dan membosankan, tetapi lebih menyukai kebebasan memilih objek yang disukainya Dalam memasuki suatu ruangan manusia cenderung untuk melakukan liputan searah jarum jam Bila dihadapkan pada suatu penghalang ketika memasuki ruangan, manusia cenderung untuk membelok ke kanan dan kemudian melakukan liputan searah jarum jam Gambar 2.5 Jenis-jenis benda peraga Sumber: commit to user 25

31 Manusia cenderung membaca display dari kiri ke kanan II. C. Tinjauan Arsitektur Metafora 1. Pengertian Arsitektur Metafora Menurut Arsitotle, Metafora adalah memberi nama pada sesuatu yang menjadi milik sesuatu yang lain; pemindahan dari genus menjadi spesies, atau dari spesies menjadi genus, atau dari spesies menjadi spesies atau pada dasar analogi... bahwa dari analogi terdapat empat istilah yang sangat berhubungan, yaitu yang kedua (B) menuju yang pertama (A) sebagaimana yang keempat (D) menuju yang ketiga (C), untuk itu kemudian secara metafora meletakkan D sebagai pengganti B dan B sebagai pengganti D. Aristotle juga mengatakan, Metafora memberi gaya, kejernihan, daya tarik dan berbeda dari yang lain: dan ini bukanlah hal yang penggunaannya bisa diajarkan oleh satu orang ke orang yang lain. Dimana Aristoteles memberikan dua pengertian terhadap metafora: 1. Benda à contoh : Toko makanan yang sekilas mirip donut, merupakan aplikasi dari metafora sebagai benda. Dengan adanya toko makanan, orang ingat donut. 2. Kegiatan à metafora sebagai kegiatan, inilah oleh Abel dijabarkan lebih jauh ke dalam arsitektur. 12 Dari definisi yang telah dipaparkan oleh Aristotle tersebut, bisa disimpulkan bahwa metafora adalah pendefinisian sesuatu dengan sesuatu yang lain atau bisa juga dikatakan sebagai bentuk perumpamaan. Arsitektur Metafora adalah mengidentifikasi suatu bangunan arsitektural dengan pengandaian sesuatu yang abstrak sehingga setiap pengamat akan mempunyai persepsi masing masing sesuai dengan persepsi yang timbul pada saat pertama kali melihat bangunan tersebut. Melalui metafora, imajinasi perancang bisa diuji dan dikembangkan. Mereka yang memiliki daya imajiasi yang tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam 12 Abel,1997 commit to user 26

32 menggunakan metafora, bahkan metafora akan semakin memperluas dan memperdalam daya imajinasi mereka Kategori Metafora Dan Penerapannya Dalam Desain Arsitektur a. Kategori arsitektur metafora Ada tiga kategori metáfora, yaitu 14 : Intangible metaphor (metafora abstrak), kreasi metafora berangkat dari konsep, ide, kondisi manusia, atau kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, komunitas, tradisi, budaya) Tangible metaphor (metafora konkrit), metafora berangkat dari visual atau karakter material (rumah sebagai istana, atap kuil sebagai langit) Combine metaphor (metafora kombinasi), di mana konseptual dan visual saling menindih sebagai titik keberangkatan desain. Kebanyakan arsitek memiliki kecenderungan untuk menghindari intangible metaphor sebagai titik awal, dan banyak yang bisa lebih mudah terinspirasi oleh tangible metaphor, dengan kesuksesan yang berbedabeda 15. Hal itu disebabkan karena tangible metaphor lebih mudah diaplikasikan daripada intangible metaphor. Begitu juga dengan combine metaphor. Kategori metafora ini juga tergolong sulit untuk dilakukan. Intangible metaphor, dalam penerapannya pada desain arsitektur, adalah lebih menggunakan sifat-sifat non fisik daripada sifat fisik yang tampak pada suatu hal untuk diterapkan pada bangunan. Sebagai contoh, yaitu apabila seorang perancang ingin merancang bangunan Music Center dengan menggunakan kategori intangible metaphor, maka dia bisa menampilkan konsep dari unsur-unsur musik yang non fisik ke dalam bangunannya, seperti nada, tempo, ketukan, dan konsep-konsep musik lainnya. Hal ini tentulah tidak mudah karena musik dan arsitektur merupakan dua jenis seni yang sangat berbeda, di mana musik merupakan unsur bunyi atau suara, sedangkan arsitektur lebih kepada visual. 13 (Antoniades, 1990) 14 Ibid 15 Ibid commit to user 27

33 Hal inilah yang menyebabkan intangible metaphor sulit untuk diraba, terlebih lagi untuk diterapkan. Sedangkan tangible metaphor lebih mudah untuk diraba, karena lebih bersifat fisik, yaitu sebuah arsitektur menampilkan sifat fisik dari sesuatu yang lain. Sebagai contoh, yaitu bila seorang arsitek ingin merancang sebuah Music Center seperti contoh di atas, tetapi ingin menggunakan tema tangible metaphor. Yang bisa dilakukan dalam menerapkan tema tersebut adalah dengan cara merancang bentuk bangunan menyerupai bentuk kunci G, atau menyerupai bentuk alat musik. Hal ini lebih mudah untuk dilakukan, tapi arsitek harus berhati-hati karena dalam menggunakan tema ini bisa dengan mudah terjadi kerancuan dengan analogi dan mimesis. Sementara combine metaphor merupakan gabungan antara kedua hal di atas. Jadi dalam merancang bukan hanya menampilkan sifat-sifat fisik dari subyek yang lain, tapi juga sifat non fisiknya. Kategori ini merupakan kategori yang paling sulit untuk diterapkan. b. Penerapan Dalam Desain Arsitektur 1). Metafora abstrak (intangible metaphor) Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah sebagai berikut: a). Nagoya City Art Museum Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya di dalamnya. Kisho Kurokawa mengangkat konsep simbiosis dalam karya-karyanya. Kisho Kurokawa mencoba membawa elemen sejarah dan budaya pada engawa (tempat peralihan sebagai ruang antara pada bangunan: antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Konsep ini diterapkan pada salah satu karya Kisho Kurokawa yaitu Gambar 2.6 Nagoya City Art Museum Sumber: commit to user 28

34 Nagoya City Art Museum. Sejarah dan budaya adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat dibendakan (intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong pada metafora abstrak. b). New Louvre Museum Gambar 2.7 New Louvre Museum Sumber: arkhitekton.files.wordpress.com New Louvre Museum di Abu Dabhi yang dirancang oleh Jean Nouvel. Ia melakukan pendekatan metafora yang mengibaratkan museum seperti ruang di dalam hutan. Secara eksterior museum ini tidak terlihat seperti hutan, akan tetapi bila masuk ke dalamnya ruang yang tercipta di dalamnya sangat puitis. Skylight yang dirancang memasukkan sinar matahari alami menembus ruangan dan memberikan kesan seperti di dalam hutan. Ini memberikan terobosan baru dalam perancangan museum. Dimana bila sebelumnya, penekanan museum lebih ditekankan pada aspek sirkulasi ataupun penataan barang yang akan di-display, Jean Nouvel membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan ruang yang metaforis dan puitis agar tercipta suasana yang khusyuk dalam menikmati kunjungan di dalam museum. 2). Metafora konkrit (tangible metaphor) Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah sebagai berikut: commit to user 29

35 a). Stasiun TGV Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk sayap burung. Gambar 2.8 Stasiun TGV Sumber: b). Sydney Opera House Gambar 2.9 Sydney Opera House Sumber: Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya commit to user 30

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Tema Perancangan Metafora Layang layang 3.1.1 Tinjauan Teoritis Tentang Metafora Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan

Lebih terperinci

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN ABSTRAK

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN ABSTRAK METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN ABSTRAK Dalam dunia perancangan, khususnya arsitektur, dikenal bermacam-macam tema untuk pencarian idenya. Tema merupakan hal yang sangat penting dalam merancang sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 TINJAUAN TEMA 3.1.1 Latar Belakang Tema Dalam dunia perancangan, khususnya arsitektur, dikenal bermacammacam tema untuk pencarian idenya. Tema merupakan hal yang sangat penting

Lebih terperinci

Skripsi Museum Keroncong

Skripsi Museum Keroncong III.1 Pengertian Metafora BAB III TINJAUAN KHUSUS Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan

Lebih terperinci

Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP

Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP CONCEPT (KONSEP) GAGASAN yang memiliki KARAKTER KHUSUS dan merupakan PEMIKIRAN SPESIFIK sebagai hasil dari suatu pemahaman (Snyder Catanese

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 IdePerancangan Ide perancangan muncul karena melihat potensi kebudayaan di Madura yang memiliki tempat yang kurang layak untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk BAB 3 METODE PERANCANGAN Secara garis besar, metode perancangan ini menggunakan analisis secara kualitatif yang didasarkan pada logika dan argumentasi yang bersifat ilmiah dan rasional. Analisis kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN KHUSUS

BAB III: TINJAUAN KHUSUS BAB III: TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Metafora Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan

Lebih terperinci

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA

MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) MUSEUM TELEKOMUNIKASI DI SURAKARTA Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Museum Sejarah dan Budaya di Blitar, diuraikan dalam beberapa tahap sebagai berikut : Pertama, proses pencarían ide. Proses Pencarian

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-korelatif, yaitu mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Youth Islamic Center ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangannya. Salah satu

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangannya. Salah satu 37 BAB III METODE PERANCANGAN A. Metode Perancangan Dalam proses perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangannya. Salah satu metode yang digunakan

Lebih terperinci

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. TAHAPAN PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Pusat Peragaan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, diuraikan dalam beberapa tahapan. Pertama,

Lebih terperinci

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PAMERAN SENI RUPA DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR DIAGRAM... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN... 0 1.1 PENGERTIAN JUDUL... 0 1.2 LATAR BELAKANG... 0 1.2.1 Kawasan Betawi Condet... 0 1.2.2 Program Pemerintah Terkait Kawasan Betawi Condet... 1 1.2.4 Kawasan Wisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa BAB III METODE PERANCANGAN Mengembangkan, menciptakan, dan menentukan konsep dan teori dalam perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa diuraikan dengan mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Dalam metode perancangan ini banyak proses yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-korelatif, yaitu mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis konsep,

BAB III METODE PERANCANGAN. meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis konsep, BAB III METODE PERANCANGAN Metodologi perancangan yaitu proses dalam merancang bangunan, meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis konsep, drawing. Dalam perancangan arsitektur data dan fakta merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi Negara terdepan dibidang olahraga tersebut, banyak kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi Negara terdepan dibidang olahraga tersebut, banyak kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.1.1 Latar Belakang Objek. Pada saat ini dunia olahraga sangat berperan untuk kemajuan sebuah Negara, dapat menjadi sebuah alat penghubung antar Negara. Seluruh Negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan, BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni Musik Blues menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari masyarakat maupun

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME Disusun oleh : Ardi Hirzan D I0212021 Dosen Pembimbing: Ir. Marsudi, M.T NIP. 195603141986011001

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Pusat Pengembangan Musik Tradisional Jawa Timur di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Proses Perancangan 3.1.1. Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang perancangan PAUD di Kota Malang ini mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak tahun 2013, depok mencanangkan dirinya sebagai kota layak anak (kla). Kota layak anak adalah sebuah kebijakan yang selalu mengutamakan hak-hak anak dalam segala

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian yang dilakukan, dan disertai dengan teori-teori serta data-data yang diperoleh dari

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenal langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Ketertarikan manusia terhadap pergerakan benda-benda langit

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan adalah suatu cara atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan.

Lebih terperinci

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S PADA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan 1 A. Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN Sebuah evolusi alamiah dari perkembangan teknologi adalah makin fleksibelnya orang bergerak. Dunia menjadi datar, tanpa batasan fisik dan segala sesuatu

Lebih terperinci

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vespa adalah sebuah kendaraan yang memiliki daya tarik tersendiri dari bentuknya yang khas. Vespa juga memiliki salah satu inspirasi bagi perkembangan teknologi transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area) Perancangan : Proses penerapan berbagai teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Dalam sebuah perancangan, dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah satunya, metode ini berisi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Taman Wisata Budaya dan Seni Madura. Hal ini merupakan rincian dari langkahlangkah

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Taman Wisata Budaya dan Seni Madura. Hal ini merupakan rincian dari langkahlangkah BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Secara Umum Pada kajian bab ini membahas tentang bagaimana tata cara objek perancangan Taman Wisata Budaya dan Seni Madura. Hal ini merupakan rincian

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Dalam melakukan perancangan membutuhkan metode untuk mempermudah dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi survey obyek komparasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA ABSTRACT - Keyword: - Bunga Imazizah Endrasari [1], Wiwik Widyo Widjajanti [2], Siti Azizah [3] Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Lebih terperinci

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan

Pusat Peragaan IPTEK Biologi Medan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara tertulis dalam sebuah artikel Dra. Ani M. Hasan menyebutkan bahwa abad ke-21 merupakan abad bagi Ilmu Pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) menyatakan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode BAB III Metode Perancangan Merancang Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun merupakan hal yang sangat diperlukan. Karena di kota Madiun sendiri masih kurang mempunyai sarana atau tempat untuk refreshing.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Kembali Taman Krida Budaya Sebagai Pusat Kreativitas Seni dan Budaya menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Permainan tradisional merupakan permainan yang diciptakan oleh leluhur kita, mereka membuat permainan dari benda benda atau tumbuhan yang terdapat di alam sekitar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Sebuah proses perancangan dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatifkorelatif, yaitu mencari serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Olahraga merupakan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan berolahraga, maka hidup akan menjadi semakin sehat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG v DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL TUGAS AKHIR... PENGESAHAN... PERNYATAAN... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR DIAGRAM... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Zaman sekarang ini, media elektronik merupakan salah satu pemberi informasi tercepat, namun walaupun media elektronik dapat cukup memberi informasi yang menjanjikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktivitas serta kegiatan rutinitas sering membuat penat dalam kehidupan. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukanoleh orang dewasa saja, melainkan anak-anakpun

Lebih terperinci

MUSEUM FOTOGRAFI DI JOGJAKARTA

MUSEUM FOTOGRAFI DI JOGJAKARTA DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL KATA PENGANTAR ABSTRAKSI Him i ii iii iv viii x xi xiii MUSEUM FOTOGRAFI DI JOGJAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perancangan pusat rehabilitasi medis pasca stroke di Malang. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. sebagai alat visual metode merancang arsitektur. Adapun tahapan dan kerangka dari

BAB III METODE PERANCANGAN. sebagai alat visual metode merancang arsitektur. Adapun tahapan dan kerangka dari BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan rumah singgah dakwah ini memiliki tahapan dan proses kajian yang digunakan. Secara Umum, proses kajian dilakukan secara paparan/deskriptif serta secara kualitatif

Lebih terperinci

BALAI PELATIHAN KERJA DI KLATEN

BALAI PELATIHAN KERJA DI KLATEN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BALAI PELATIHAN KERJA DI KLATEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK TUGAS AKHIR SARJANA STRATA - 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah salah satu kebutuhan pelajar. Ketika orang mendengar kata belajar biasanya yang terlintas pada pikiranya adalah tempat yang bisa belajar dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi proyek Indonesia termasuk negara yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah. Sementara di sisi lain sering terdengar prestasi siswa-siswi indonesia di

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR PUSAT PERBELANJAAN BATIK DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA PENYUSUN :

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR PUSAT PERBELANJAAN BATIK DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA PENYUSUN : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TUGAS AKHIR PUSAT PERBELANJAAN BATIK DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA PENYUSUN : HARIS CAHYO NUGRAHA I0209044 PEMBIMBING: Ir. AGUNG KUMORO W, MT Ir.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan BAB III METODE PERANCANGAN Untuk mengembangkan ide rancangan dalam proses perancangan, dibutuhkan sebuah metode yang memudahkan perancang. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Rancangan Ide rancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan ini merupakan fasilitas penyedia jasa layanan publik yang mampu menampung kegiatan berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Pusat Industri Jajanan dan Pengembangan Bioteknologi Tempe di Sanan Kota Malang ini adalah dengan melakukan perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang diperoleh dari studi

BAB III METODE PERANCANGAN. merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang diperoleh dari studi BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini adalah berupa penjelasan dari proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan otomotif di tanah air sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan otomotif di tanah air sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan otomotif di tanah air sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyak digelarnya even otomotif dari mulai pameran, lomba modifikasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75

3.6. Analisa Program Kegiatan Sifat Kegiatan Konsep Rancangan Konsep Perancangan Tapak Konsep Tata Ruang 75 2.1.4. Persyaratan Museum 12 2.1.5. Standar Fasilitas Museum Internasional 13 2.1.6. Kajian Teoritis 15 2.1.7. Literatur Museum 26 2.2. Potensi Museum Sonobudoyo Terkait Pariwisata di Yogyakarta 27 2.3.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Penjelasan konsep dibagi menjadi dua bagian yaitu: A. Konsep Tapak yang meliputi: a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi b. Sirkulasi e. Orientasi c. Lingkungan f. Skyline

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 70 Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur Laksmi Dewayani dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA

MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM SENI RUPA DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : JARIL SAFII L2B 003 184 Periode

Lebih terperinci