BAB II. Landasan Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Landasan Teori"

Transkripsi

1 BAB II Landasan Teori Penelitian ini diperlukan adanya teori-teori yang melandasi dan mendasari penelitian ini antara lain: 2.1 Cahaya Cahaya menurut Newton ( ) terdiri dari partikel-partikel ringan berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sementara menurut Huygens ( ), cahaya adalah gelombang seperti halnya bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuensi dan panjang gelombangnya saja. Bedasarkan hasil penelitiannya tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda hitam. Planck menyimpulkan bahwa cahaya dipancarkan dalam bentuk paket-paket kecil yang disebut kuanta. Gagasan Planck ini akhirnya berkembang di teori baru dalam fisika yang di sebut teori Kuantum. Dengan teori ini, Einstein berhasil menjelaskan peristiwa yang dikenal dengan nama efek foto listrik, yani pemancaran elektron dari permukaan logam tersebut disinari cahaya. Jadi dalam kondisi tertentu cahaya menunjukan sifat sebagai gelombang dan dalam kondisi lain menunjukan sifat sebagai partikel. Hal ini disebut dualisme cahaya. 12

2 2.2 Sifat Cahaya 13 Cahaya sebagai salah satu spektrum gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa memerlukan medium memiliki sifat, antara lain : Dapat dilihat oleh mata, Memiliki arah rambat yang tegak lurus arah getar, Merambat menurut garis lurus, Memiliki energi, Dipancarkan dalam bentuk radiasi, Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, dan polarisasi. 2.3 Pergerakan Bumi Terhadap Matahari Gerakan bumi terhadap matahari mempunyai orbit yang mendekat bentuk eclips, dengan satu putaran mengelilingi matahari memakan waktu ± 365 hari. Jarak rata-rata dari pusat bumi ke pusat matahari yaitu jaraknya sekitar 98,3% dari jarak rata-rata bumi matahari. Jarak Perihelion terjadi pada tanggal 4 Januari. Jarak aphelion merupakan jarak terjauh bumi dengan matahari sekitar 101,7% dari jarak rata-rata bumi matahari menyebabkan perbedaan besarnya radiasi yang diterima bumi. Bumi juga berputar pada sumbunya dengan laju putaran setiap 24 jam putaran. Sumbu rotasi dari bumi memiliki kemiringan 23,5 derajat terhadap bidang orbitnya, sebagai hasil dari gerakan dan kemiringannya, posisi matahari di angkasa yang terlihat oleh pengamat di bumi bervariasi menurut lokasi pengamat pada permukaan bumi, waktu per hari dan setiap tahunnya. Untuk kepentingan praktis matahari yang terlihat kecil oleh pengamat di bumi, dianggap sebagai titik sumber radiasi.

3 14 Gambar 2.1 Posisi Bumi Terhadap Matahari Sumber : Pada saat 21 maret dan 22 September, matahari berada tepat di atas garis ekuator bumi dan kutub bumi berada pada jarak, yang sama dari matahari. Equinox berarti seluruh tempat di bumi kucuali kutub memiliki waktu yang sama untuk saat siang hari dan saat malam hari, yaitu masing-masing 12 jam. Saat 21 Juni, kutub Utara berada pada kemiringan 23,5 derajat terhadap matahari, seluruh tempat pada permukaan utara bumi yaitu 66,5 derajat lintang utara mengalami siang hari yang panjang. Sementara itu pada 66,5 derajat lintang selatan mengalami malam hari yang panjang. Sisi utara relatif lebih panas dibanding sisi selatan bumi.

4 2.4 Sudut Matahari 15 Arah dari sinar matahari dapata digambarkan dengan tiga besaran fundamental yang diketahui, yaitu : Lokasi pada permukaan bumi Waktu dan hari Hari dalam tahun Hal ini sangat sesuai untuk menyatakan besaran tersebut dalam lintang (I), sudut waktu (hour angle) dan deklinasi matahari (δ). Gambar di bawah menyatakan titik P pada permukaan utara bumi. Lintang (I) merupakan sudut antara garis OP dan proyeksi OP pada bidang ekuatorial. Dengan demikian garis lintang (I) merupakan sudut di pusat bumi pada bidang meridian yang melalui tempat tersebut dihitung dari ekuator. Ke utara positif dan ke selatan negatif, dari 0 derajat s/d 90 derajat. Gambar 2.2 Lintang Sudut Waktu dan Deklinasi Matahari Sumber :

5 16 Sudut waktu (h) merupakan sudut antara proyeksi P pada bidang ekuatorial dan proyeksi di atas bidang tersebut dari sebuah garis pusat matahari ke pusat bumi. Posisi 15 dari sudut waktu berkorespodensi dengan satu jam waktu. Untuk perhitungan, sudut waktu bernilai negatif saat hari (di bawah jam 12) dan bernilai positif setelah siang hari (di atas jam 12). Besarnya sudut waktu akan bernilai nol saat siang hari dimana matahari tepat di atas kepala, memiliki nilai maksimum saat matahari terbenam dan minimum saat matahari terbit. Namun demikian besarnya waktu setiap harinya adalah identik. h = [180 ({ HourLST } { MinuteLST } 360)]...(2.1) Deklinasi matahari (δ) merupakan sudut antara garis yang menghubungkan pusat matahari dan bumi dan proyeksi garis tersebut pada bidang ekuatorial. Besarnya deklinasi matahari oleh Spencer dinyatakan dalam derajat dengan persamaan : δ = 23,45 sin ( n 365 )...(2.2) dimana : n = hari dalam setahun (1 < n < 365) Sudut ketinggian matahari atau attitude angle (β) merupakan sudut antara sinar matahari dan proyeksi sinar tersebut pada permukaan horizontal. Sudut ini menunjukkan posisi matahari di atas horizon, besarnya sudut ketinggian ini dapat dicari dengan persamaan : Sin β = Cos(1). Cos(h). Cos (δ) + Sin (1). Sin (δ)...(2.3)

6 Keterangan: 17 β = Sudut ketinggian matahari 1 = Sudut lintang bumi h = Sudut waktu harian δ = Sudut deklinasi matahari 2.5 Energi Matahari Matahari merupakan salah satu energi terbarukan, berada di pusat tata surya dan memancarkan energi radiasi elektromagnetik pada tingkat yang sangat besar dan relatit konstan, energi ini diteruskan hingga ke permukaan bumi secara radiasi. Radiasi matahari terjadi karena adanya gelombang elektromagnetik, yang memiliki karakteristik secara umum sama namun dibedakan dalam pengaruhnya, hal ini disebabkan karena perbedaan panjang gelombang masing-masing cahaya. Radiasi yang dipancarkan oleh permukaan matahari E s, adalah sama dengan hasil perkalian konstanta Stefan-Bolzman (σ), pangkat empat temperatur permukaan absolut T s 4 dan luas permukaan π. d s 2. E s = π. d s 2. T s 4...(2.4) Dimana σ = 5,67 x 10-8 W/(m².K 4 ), temperatur permukaan Ts dalam K, dan diameter matahari ds dalam meter.dari gambar di atas dapat dilihat jari-jari R adalah sama dengan jarak rata-rata antara matahari dan bumi. Luas permukaan bumi adalah sama dengan 4πR², dan fluks radiasi pada satu satuan luas dari permukaan bola tersebut yang dinamakan iradiansi, menjadi

7 G = σd s2 Ts4 4R 2 (W/m2)...(2.5) 18 Dengan garis tengah matahari 1,39 x 109 m, temperatur permukaan matahari 5762 K, dan jarak rata-rata antara matahari dan bumi sebesar 1,5 x 1011 m, maka fluks radiasi persatuan luas dalam arah yang tegak lurus pada radiasi tepat diluar atmosfer bumi adalah G = 5,67 x 10 8 m 2.K x(1,39 x109 ) 2 m 2 x(5,762 x10 3 ) 4 K 4 4(1,5 x10 11 ) 2 m 2...(2.6) = 1353 ( w m 2 ) Radiasi surya yang diterima pada satuan luasan di luar atmosfer tegak lurus permukaan matahari pada jarak rata-rata antara matahari dengan bumi disebut konstanta surya adalah 1353, dikurangi intesitasnya oleh penyerapan dan pemantulan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet), karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (inframerah). Selain pengurangan radiasi bumi yang lansung atau sorotan oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer sebelum mencapai bumi sebagai radiasi sebaran. Pengukuran berikutnya terjadi apabila permukaan penerima radiasi itu tidak pada kedudukan tegaklurus sorotan radiasi yang masuk.

8 2.5.1 Radiasi Matahari 19 Matahari memiliki energi panas yang sangat besar. Energi ini diteruskan hingga ke permukaan bumi melalui perpindahan panas radiasi. Seluruh panjang gelombang pada daerah infrared, cahaya yang terlibat (visible light), dan salah satu bagian spektrum sinar ultraviolet merupakan daerah yang direferensikan sebgai radiasi panas, karena pada bagian ini spektrum elektromagnetik menghasilkan efek memanaskan. Radiasi panas terjadi pada spektrum cahaya dengan panjang gelombang 1m s/d 100 m. Radiasi panas total yang mengenai permukaan dari seluruh arah dan seluruh sumber disebut iradiasi total atau iradiasi global (G) dengan satuan ( w m 2 ). Energi radiasi panas yang jatuh pada permukaan sebagian besar berasal dari absorpsi, refleksi dan transmisi melalui benda trasnparan. Absorpsi merupakan transformasi energi dari energi radiasi kedalam bentuk energi panas yang tersimpan dalam skala molekul benda. Refleksi merupakan peristiwa dipantulkannya radiasi yang jatuh pada permukaan benda tanpa perubahan frekuensi gelombang. Sedangkan transmisi merupakan radiasi yang melewati medium dari benda (benda transparan), tanpa terjadi perubahan frekuensi gelombang. Dengan demikian energi yang jatuh pada permukaan dapat dinyatakan sebagai : α + ρ + τ = 1...(2.7) dimana : α = Absorpsivitas, fraksi dari radiasi termal yang diserap ρ = Reflektifitas, fraksi dari radiasi termal yang dipantulkan

9 τ 20 = Transmisivitas fraksi dari radiasi termal yang diteruskan melewati medium benda. Energi radiasi berasal pada permukaan atau bagian dalam medium benda karena adanya temperatur dari material. Laju energi yang diemisikan dinyatakan dengan kekuatan emisi total ( E). Besarnya nilai ini bergantung pada temperatur sistem dan juga karakteristik material dari sistem. Beberapa permukaan memancarkan energi yang lebih besar daripada yang lainnya pada temperatur yang sama. Satuan dari E adalah ( w m 2 ), dimana E adalah jumlah total energi yang dipancarkan ke lingkungan segala arah. Dengan demikian energi radiasi yang meninggalakan sebuah permukaan buram (opaque surface) (r = 0) berasal dari dua sumber yaitu : Energi yang dipancarkan dan, Radiasi yang dipantulkan Permukaan yang tidak memantulkan radiasi (ρ = 0) dinamakan benda hitam (blackbody), karena tidak memancarkan atau mentransmisikan radiasi, menyebabkan tidak ada radiasi yang terlihat oleh mata (gelombang spektrum) dan benda terlihat gelap / hitam. Benda hitam (blackbody) merupakan penyerap radiasi yang sempurna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyerap sempurna (perfect absorber) radiasi merupakan pemancar yang sempurna (perfect emitter), sehingga pemancar sempurna radiasi dinamakan benda hitam juga. Sebuah pemancar benda hitam (black emitter), memberikan kekuatan emisif monokromatik maksimum pada panjang gelombang yang dinyatakan dengan satuan mikrons dengan persamaan temperatur.

10 21 Matahari yang memiliki temperatur permukaan sekitar 6000 K, memancarkan radiasi maksimum pada daerah panjang gelombang jarak lihat (visible range). Pada kenyataannya benda hitam sengat jarang, untuk permukaan sebenarnya ditambahakan faktor penggali berupa emitansi, sehingga persamaan kekuatan emisi total (E) dapat ditulis : E = εe B... (2.8) Nilai emitansi ini bervariasi menurut temperatur permukaan benda, kondisi permukaan benda, tingkat kekotoran permukaan dan sebagainya Jenis Jenis Radiasi Matahari Radiasi matahari yang mengenai suatu kolektor di permukaan bumi dibedakan menjadi : Radiasi hambur (diffuse) : yaitu radiasi surya yang diterima dari matahari sesudah arahnya berubah setelah terpencar oleh atmosfer. Radiasi pantulan tanah (ground reflected). Radiasi total : yaitu penjumlahan dari radiasi beam, diffuse dan pantulan tanah. Radiasi langsung (beam) : yaitu radiasi surya yang diterima dari matahari tanpa disebarkan oleh atmosfer.

11 22 Gambar 2.3 Jenis Radiasi Matahari yang Mengenai Permukaan Sumber : Radiasi Ekstraterrestrial pada Permukaan Horisontal Pada suatu waktu (sembarang), radiasi surya yang mengenai permukaan horizontal di luar atmosfer adalah radiasi surya masuk normal dibagi dengan R b (faktor geometris), persamaannya [Wiliam A. Beckman Halaman 40 ] adalah: Go = Gsc ( cos ( 360.n ). cosθz)...(2.9) 365 Distribusi radiasi matahari pada suatu hari dan jam dengan cuaca cerah dan berawan indeks kecerahan rata-rata K T, adalah perbandingan antara radiasi rata-rata pada permukaan horizontal terhadap radiasi rata-rata ekstraterrestrial. Dengan persamaan [Wiliam A. Beckman Halaman 77]: (Persamaan 2.10) K T = G G0...(2.10)

12 Komponen Radiasi Langsung dan Sebaran Per Jam Pada bagian ini akan dijelaskan metode perhitungan untuk memisahkan beam dan diffuse radiation dari radiasi horizontal total. Pemisahan komponen ini diperlukan untuk menghitung radiasi total pada permukaan dengan orientasi yang berbeda dari data pada permukaan horisontal. Persamaan yang digunakan adalah [Wiliam A. Beckman Halaman 82]: (Persamaan 2.11) { G d G == { 1,0 0,08 K T 0,9511 0,1604 K T + 4,388 K T 2 16,638 K T ,336 K T 4 0,165 } K T 0,22 0,22 K T 0,80 K T 0,80...(2.11) 2.6 Konstanta Surya Hubungan geometris dari matahari-bumi ditunjukkan Gambar 2.4. Jarak eksentrisnya dari lintasan bumi adalah jarak antara matahari dan bumi dengan variasi 1,7%. Dari hasil pengukuran astronomi didapat jarak rata-rata bumi-matahari adalah 1,495 x 1011 m, dengan sudut kecenderungan matahari 32. Radiasi yang diemisikan oleh matahari dan ruang angkasa ke bumi menghasilkan intensitas radiasi matahari yang hampir konstan di luar atmosfer bumi. Konstanta matahari G sc, adalah energi dari matahari per unit waktu yang diterima pada satu unit luasan permukaan yang tegak lurus arah radiasi matahari pada jarak rata-rata matahari-bumi di luar atmosfer. World Radiation Center (WRC)

13 24 mengambil nilai konstanta matahari G sc, sebesar 1354 W/m², dengan ketidakpastian sebesar 1%. Gambar 2.4 Hubungan Geometris Bumi Matahari Sumber : Konstanta radiasi ekstraterestrial, Gon, yaitu radiasi di luar atmosfer bumi yang diukur pada bidang normal terhadap radiasi pada hari ke-n pada satu tahun. Hal ini dikarenakan orbit bumi sebenarnya berbentuk eclips, sehingga perlu sedikit koreksi terhadap konstanta matahari di atas. Jadi sebenarnya ada dua penyebab adanya variasi radiasi ekstraterestrial yaitu variasi radiasi yang diemisikan matahari dan variasi jarak matahari-bumi. Persamaannya [Wiliam A. Beckman Halaman 10] adalah : Go = Gsc ( cos ( 360.n 365 )...(2.12)

14 Pengaruh Posisi Relatif Matahari Terhadap Bumi Posisi relatif matahari terhadap suatu bidang di bumi bisa dinyatakan dalam beberapa sudut. Beberapa diantaranya bisa dilihat pada gambar 2.5. Sudut sudut itu adalah: Gambar 2.5 Beberapa Sudut Penting dalam Energi Surya Sumber : altitude (garis lintang) : Sudut lokasi di sebelah utara atau selatan dari equator (khatulistiwa), utara positif : - 90 dan 90. δ, declination (deklinasi) : Sudut posisi matahari saat solar noon yang berhubungan terhadap bidang khatulistiwa, utara positif; -23,45 < d < 23,45. Sudut deklinasi bisa dihitung dengan persamaan [Wiliam A. Beckman Halaman 13]: δ =23,45 sin ( 360(284+n) )...(2.13) 365

15 di mana n : tanggal ke-n pada suatu tahun [Wiliam A. Beckman Halaman 14] 26 β, slope (kemiringan) : Sudut antara permukaan bidang yang ditanyakan dengan permukaan horizontal : 0 dan 180. γ, surface azimuth angle (sudut permukaan azimuth) : Proyeksi ke bidang horisontal normal terhadap permukaan dari lokasi bujur, dengan nol menghadap selatan, timur negatif, barat positif : -180 dan 180. ω, hour angle (sudut jam) : Sudut penyimpangan matahari di sebelah timur atau barat garis bujur lokal karena rotasi pada porosnya sebesar 15 per jam ; sebelum jam negatif, setelah jam positif. Hour angle bisa dihitung dengan persamaan : ω = 15 (ST 12:00:00)...(2.14) Waktu penyamaan adalah faktor untuk memperhitungkan efek orbit bumi yang bersifat eliptis. E = (0, , cos B 0, sin B 0, cos2 B 0,04089 sin2 B)...(2.15) dengan: B = 360(n 1) (2.16) Waktu yang sering digunakan (waktu sipil) tidak selalu sama dengan waktu matahari maka untuk menentukan waktu surya bisa menggunakan persamaan ini.

16 27 Solar Time = Standart Time + [4(Lst Lloc) + E]...(2.17) Standart time diambil jam tengah antara jam awal pengambilan data dan jam akhir pengambilan data. θ, sudut datang (angle of incidence) : Sudut antara permukaan radiasi langsung normal vertikal terhadap radiasi langsung vertikal kolektor. θz, zenith angle (sudut zenith) : Sudut antara garis vertikal bidang normal dan garis dating sinar matahari sudut zenith dapat dihitung menggunakan persamaan : cos θz = cos δ cos cos ω + sin δ sin...(2.18) αs, sudut ketinggian matahari (solar altitude angle) : Sudut antara garis horisontal dengan garis matahari datang. Untuk menghitung sudut altitude matahari bisa menggunakan persamaan: αs = 90 - θz...(2.19) γs, sudut azimuth matahari (solar azimuth angle) : Sudut penyimpangan dari selatan dengan proyeksi radiasi langsung pada bidang horisontal. Penyimpangan ke sebelah timur adalah negatif dan ke sebelah barat adalah positif. Untuk menghitung sudut azimuth matahari bisa menggunakan persamaan: sinγs = sinωcosδ sinθz...(2.20)

17 Solar Collector Kolektor energi surya adalah alat penukar kalor jenis khusus yang mengubah energi radiasi matahari ke internal energi. Komponen utama dari setiap sistem surya adalah kolektor surya. Ini adalah perangkat yang menyerap radiasi matahari yang masuk, mengubahnya menjadi panas, dan transfer panas ini ke cairan (biasanya udara, air, atau minyak) mengalir melalui kolektor. Energi matahari sehingga dikumpulkan dilakukan dari cairan yang beredar baik secara langsung dengan air panas atau peralatan ruang pendingin, atau ke energi termal dari tangki penyimpanan yang dapat ditarik untuk gunakan di malam hari atau hari yang berawan. Pada dasarnya ada dua jenis kolektor surya: non-concentrating atau diam dan berkonsentrasi. Sebuah non-concentrating kolektor memiliki luas yang sama untuk menahan dan untuk menyerap radiasi matahari, sedangkan sun-tracking kolektor surya berkonsentrasi biasanya menggunakan permukaan cermin cekung untuk menahan dan memfokuskan radiasi sinar matahari ke daerapenerima yang lebih kecil, sehingga meningkatkan fluks radiasi.

18 Tabel 2.1 Tipe Solar Collector Jenis-Jenis Solar Collector Flate Plate Collector ( FPC ) Panel kolektor pelat datar adalah komponen terpenting dari sistem pemanas air tenaga surya. Energi termal dapat diteruskan melalui pelat tersebut menuju fluida yang berada di dalamnya. Kolektor surya pelat datar dapat didesain untuk suatu aplikasi yang membutuhkan transfer energi pada suhu menengah sampai mencapai 100 C diatas temperatur ambient. (Duffie&Beckman, 1982). Gambar 2.6 Kolektor Surya Plat Datar Sumber :

19 30 Komponen terpenting dari kolektor surya pelat datar adalah pelat datar penyerap ( absorber) yaitu alat yang menerima radiasi energi matahari dan mengubahnya menjadi energi panas. Pelat tersebut mentransfer panas dihasilkan ke fluida kerja. Radiasi matahari yang masuk ke dalam kolektor surya sebagian ada yang terserap pelat dan sebagian ada yang terpantul. Penggunaan kaca di atas pelat berfungsi agar radiasi yang telah masuk ke dalam kolektor yang kemudian terpantul, tidak langsung keluar dari sistem tetapi terpantul kembali oleh kaca. Penggunaan kaca ini mirip dengan fenomena efek rumah kaca. Solar aperture collector area adalah area maksimum yang diproyeksikan dari solar kolektor dimana sejumlah energi radiasi masuk Compound Parabolic Collector ( CPC ) Compound Parabolic Collector adalah kolektor surya jenis khusus yang dibuat dalam bentuk dua parabola pertemuan. Konsep kolektor berasal oleh Winston pada tahun konsentrasi rasio dapat dicapai hingga 10 dalam mode non-pelacakan dengan mudah. Oleh karena itu mengarah pada penghematan biaya. Compound parabolic collector adalah salah satu kolektor yang memiliki konsentrasi tertinggi diperbolehkan oleh batas termodinamika untuk sudut penerimaan yang diberikan. CPC umumnya digunakan untuk uap tekanan sedang, sekitar 150 C ºC.

20 31 Gambar 2.7 Compound Parabolic Collector Sumber : Evacuated Tube Collector ( ETC ) Evacuated tube collector terbuat dari suatu seri dari tabung-tabung modular, dipasang parallel, dengan jumlah yang dapat ditambahkan atau dikurangi saat kebutuhan akan pengiriman air panas berubah. Jenis dari kolektor ini terdiri dari baris paralel tabung kaca transparan, tiap tabung mengandung sebuah tabung penyerap (tempat dari pelat penyerap dari tabung logam dipasang dalam sebuah kolektor plat datar). Tabung tersebut dilindungi dengan lapisan khusus modulasi cahaya. Pada kolektor ini, cahaya matahari masuk melalui tabung kaca terluar memanaskan tabung penyerap yang berada didalamnya. Dua jenis dari kolektor tabung dibedakan oleh cara ( heat transfer) perpindahan panasnya yang paling sederhana, memompa suatu fluida perpindahan panas (air)

21 32 melalui tabung tembaga berbentuk U yang diletakkan dalam tiap kolektor tabung kaca. Jenis kedua menggunakan sekat pipa panas yang mengandung suatu cairan yang menguap saat dipanaskan; uap naik ke tabuag perpindahan panas berbentuk bulat yang ditempatkan diluar kolektor tabung dalam sebuah pipa melewati suatu cairan perpindahan panas yang dipompakan. Untuk kedua jenis tersebut, cairan yang dipanaskan lalu bersirkulasi melalui suatu penukar panas dan memberikan panasnya pada air yang disimpan dalam tangki penyimpanan (yang dengan sendirinya sebagian tetap hangat oleh cahaya matahari). Evacuated tube collector memanaskan sampai temperatur tinggi dan beberapa model dapat meningkatkan penyerapan solar yang lebih banyak per meter perseginya daripada panel datar. Bagaimanapun kolektor jenis ini lebih mahal dan mudah pecah daripada panel datar. Gambar 2.8 Evacuated Tube Collector Single-Axis Tracking Collector Sumber :

22 Linear Fresnel Collector ( LFC ) 33 Sebuah Linear Fresnel Collector menggunakan serangkaian cermin yang panjang, dan memiliki kelengkungan dangkal (atau bahkan datar) untuk memfokuskan cahaya ke satu atau lebih penerima linier yang ditempatkan di atas cermin. Di atas ditambahkan receiver cermin parabola kecil untuk lebih memfokuskan cahaya. Sistem ini bertujuan untuk menawarkan biaya keseluruhan yang lebih rendah dengan berbagi penerima antara beberapa mirror (dibandingkan dengan konsep palung dan piring), sementara ini masih menggunakan geometri garis-fokus sederhana dengan satu sumbu untuk pelacakan. Posisi receiver adalah diam sehingga kopling cairan tidak diperlukan. Cermin juga tidak perlu untuk mendukung receiver, sehingga mereka secara struktural sederhana. Gambar 2.9 Linear Fresnel Collector Sumber :

23 Parabolic Trough Solar Collector ( PTSC ) 34 Parabolic Trough Solar Collector adalah jenis lain dari kolektor solar thermal. Jenis ini terdiri dari suatu seri dari trough seperti saluran talang air hujan dengan tabung kosong yang bergerak sepanjang kolektor tersebut. Cahaya matahari direfleksikan oleh cermin dan dikonsentrasikan pada tabung. Fluida perpindahan panas, pelumas dalam sistem lup, mengalir melalui tabung untuk menyerap panas dari cahaya matahari yang dikonsentrasikan. Gambar 2.10 Parabolic Trough Solar Collector Two-Axes Tracking Collector Sumber : Parabolic Dish Reflector ( PDR ) Parabolic dish reflector adalah seperti suatu piringan (dish) satelit yang besar tetapi dengan permukaan bagian dalam terbuat dari material cermin. Cermin tersebut memusatkan seluruh energi matahari pada titik tunggal dan dapat mencapai temperatur

24 35 yang sangat tinggi. Secara tipe, dish ini digabungkan dengan mesin Stirling dalam sebuah sistem Dish-Stirling (Dish-Stirling System), tetapi juga kadang mesin uap yang digunakan. Ini menciptakan energi kinetik rotasi yang dapat dikonversikan menjadi listrik menggunakan sebuah generator listrik. Gambar 2.11 Parabolic Dish Reflector Sumber : Heliostat Field Collector ( HFC ) Heliostat Field Collector menggunakan kumpulan panel datar, cermin yang dapat digerakkan untuk memusatkan sinar matahari pada suatu menara kolektor. Energi tinggi pada titik dari cahaya matahari yang dikonsentrasikan ini dipindahkan ke sebuah substansi yang dapat menyimpan panas untuk selanjutnya digunakan. Material (substansi) perpindahan panas yang baru-baru telah berhasil didemonstrasikan adalah cairan sodium. Sodium adalah suatu logam dengan kapasitas panas tinggi, memberikan energi tersebut untuk disimpan dan dikeluarkan selama malam hari. Energi tersebut,

25 36 pada gilirannya, akan digunakan untuk mendidihkan air untuk penggunaan dalam turbin uap. Air telah pertama kali digunakan sebagai suatu medium perpindahan panas dalam versi awal power tower (dimana uap resultan digunakan untuk menggerakkan turbin). Gambar 2.12 Heliostat Field Collector Sumber : Pemanas Tenaga Surya ( Solar Heater) Pemanas tenaga surya atau solar heater adalah alat pengumpul panas dari energi matahari yang digunakan untuk memanaskan fluida. Pemanas ini menggunakan kolektor surya sebagai komponen utamanya. Menurut Duffie & Beckman pada bukunya Solar Engineering Of Thermal Process, 1980, kolektor surya adalah jenis alat penukar kalor yang mengubah energi radiasi menjadi panas. Menurut standard ASHRAE definisi kolektor surya adalah alat yang didesain untuk menyerap radiasi matahari dan mentransfer energi tersebut yang melaluinya.

26 37 Ditinjau dari jenis kolektor surya, pemanas air tenaga surya ini memiliki berbagai jenis antara lain flat plate collector, evacuated tube collector, dan concentrating collector. Untuk tipe concentrating collector yang biasa digunakan adalah jenis parabolic through solar concentrator. Tipe parabolic trough concentrator memiliki beberapa komponen antara lain : Pipa penyerap (absorber), Parabolic concentrator, Tangki penampung air, Pompa air, Pengatur sudut tracking. Gambar 2.13 Parabolic Trough Solar Collector 3D dan 2D Sumber : Komponen terpenting dari parabolic trough solar collector adalah konsentrator dan pipa kollektor. Sinar matahari yang datang dari satu arah terdistribusi merata dipantulkan ke arah suatu suatu garis fokal dimana pipa penyerap ditempatkan. Luas

27 38 bidang pemantul / concentrator yang menerima sinar akan men-intensifkan sinar ke area yang lebih sempit (pipa penyerap). Dengan demikian temperatur yang dibangkitkan dapat lebih tinggi daripada sinar langsung. Pemanasan air terjadi di dalam pipa penyerap secara konveksi dari pipa ke air. Air ini mengalir sehingga terjadi proses pertukaran kalor. Panas ini yang berasal dari kumpulan (concentrating) sinar matahari yang dipantulkan oleh konsentrator secara radiasi diteruskan ke pipa. Di dalam pipa sendiri panas mengalir secara konduksi. Temperatur air yang dapat dibangkitkan parabolic through concentrator dapat mencapai 4000 C sehingga banyak dimanfaatkan untuk steam generation pada pembangkit listrik maupun industri. 2.9 Desain Optik Solar Concentrator Pengkonsentrasian / konsentrator yang dirancang,biasanya terbuat dari material plat stainless steel. Pelat ini direkatkan pada kayu yang telah dibentuk profil parabola.fokus yang dihasilkan dari pantulan sinar matahari berupa garis yang disebut garis fokal. Jarak garis fokal ini ditentukan oleh ukuran parabola. Untuk menentukan ukuran parabola kita bisa menggunakan parabola calculator agar kita bisa mengetahui garis fokal.program excel digunakan untuk mencari grafik/posisi titik-titik pada parabola dengan menggunakan persamaan parabola y = x2/4p dengan x dan y sebagai posisi titik-titik pada sumbu-x dan sumbu-y, p adalah jarak titik focus pada parabola. Dengan perhitungan desain titik fokus menggunakan parabola kalkulator :

28 39 Gambar 2.14 Ukuran Tinggi Titik Fokus pada Prototype PTSC Sumber : Parabolic Calcullator Software Luas arperture area (Aa) adalah luas bidang datar dari parabola yang didapat dengan mengalikan panjang dan lebar pandangan atas dari parabola. Lebar penampang pemantul dan panjang bisa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Aa = P x L...(2.21) Luas penampang pipa absorber (Ar) adalah luas keseluruhan dari pipa yang menyerap pantulan sinar dari konsentrator, untuk menghitung Luas penampang pipa absorber (Ar) bisa menggunakan persamaan berikut : Ar = π.d.l...(2.22) 2.10 Concentrating Ratio Parabola merupakan kedudukan titik-titik dimana semua sinar yang datang parallel dipantulkan menuju satu titik yang dinamakan titik fokus. Secara matematis,

29 40 parabola memiliki persamaan y = x2/4p dengan x, y sumbu koordinat dan P adalah titik fokus. Rasio Konsentrasi (Cr) merupakan faktor penting dalam perhitungan solar concentrator. Secara teori peningkatan concentrating ratio meingkatkan performa dan efisiensi solar concentrator. Namun perlu diperhatikan bahwa hal ini membutuhkan keakuratan sudut tracking. Rasio konsentrasi dinyatakan dengan: Cr = Aa Ar...(2.23) Dari sini dapat dikatakan bahwa untuk memperbesar rasio konsentrasi dapat dilakukan dengan memperluas bidang pemantul atau mempersempit bidang receiver Sudut Rim Sudut rim (φr) adalah sudut antara tepi parabola, focus dan puncak parabola yang memiliki hubungan matematis. W a = 4.p.tan (φr/2)...(2.24) 2.12 Pemantulan Cahaya Hukum pemantulan cahaya dikemukakan oleh Snellius, yaitu : Sinar datang pada garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang dan berpotongan di satu titik pada bidang itu. Sudut antara sinar pantul dan garis normal (sudut datang / i) (i = r)

30 41 Gambar 2.15 Pemantulan Cahaya: Sudut Datang Sama dengan Sudut Pantul. Sumber : Jenis Jenis Pemantulan Cahaya Pemantulan Biasa Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula. Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda, pemantulan semacam ini disebut pemantulan teratur atau pemantulan biasa. Gambar 2.16 Pemantulan Biasa pada Cermin Membentuk Bayangan Benda Sumber :

31 Pemantulan Baur 42 Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya mengenai suatu permukaan yang tidak rata, maka sinar-sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Gambaar 2.17 memperlihatkan bagaimana sinar-sinar yang datang ke permukaan kayu dipantulkan ke berbagai arah sehingga kita dapat melihat kayu ini pada posisi A, B, dan C. Perhatikan bahwa sinar-sinar yang datang ke permukaan kayu merupakan sinar-sinar yang sejajar, namun sinar-sinar pantulnya tidak, pemantulan seperti ini disebut pemantulan baur. Gambar 2.17 Pemantulan Baur pada Permukaan Bidang yang Tidak Rata Sumber : Akibat pematulan baur ini kita dapat melihat benda dari berbagai arah. Misalnya pada kain atau kertas yang disinari lampu sorot di dalam ruang gelap kita dapat melihat apa yang ada pada kain atau kertas tersebut dari berbagai arah. Pemantulan baur yang dilakukan oleh partikel-partikel debu di udara yang berperan dalam mengurangi kesilauan sinar matahari.

32 Pemantulan Sempurna 43 Pemantulan sempurna pada medium tembus cahaya terjadi apabila : Sinar datang dan medium lebih rapat ke medium kurang rapat. Sudut datang sinar lebih besar dari sudut batas, yang dimaksud sudut batas adalah sudut sinar datang yang menghasilkan sinar bias yang sejajar bidang bias dua medium. Gambar 2.18 Pemantulan Sempurna pada Berlian Sumber : Pembiasan Cahaya (Refraksi) Pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya ketika memasuki medium lain yang berbeda kerapatan optiknya.

33 44 Gambar 2.19 Pembiasaan Cahaya Sumber : Hukum pembiasan pada Snellius meliputi : Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang dan berpotongan di satu titik. Sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, sinar datang dari medium kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal. Sinar yang melalui fokus utama akan dipantulkan sejajar sumbu utama. Gambar 2.20 Sinar yang Melalui Fokus Utama di Pantulkan Sejajar Sumbu Utama Sumber :

34 2.13 Rambat Cahaya Transmisivitas Cover Pipa Kaca 45 Cover atau pelapis pipa kaca yang di gunakan untuk melapisi receiver logam dan memberikan segel untuk menampung ekspansi thermal yang berbeda antara tabung pipa dan tabung kaca luar. Receiver ini juga membantu mempertahankan tingkat kevakuman yang lebih kecil, sehingga mengurangi tingkat kehilangan panas (Heat Loss) pada temperatur operasi yang tinggi. Mengecilnya tingkat kerugian panas ini juga melindungi permukaan pipa solar absorber dari oksidasi. Pelapisan dengan tabung kaca ini di pilih dengan material dengan sifat absorbsi yang baik dan nilai emitansi yang rendah agar megurangi kerugian panas berlebih. Temperatur di dalam pipa yang mencapai titik 400 C hingga cairan yang mengalir terkonversi menjadi uap panas. Material kaca yang biasa di gunakan adalah jenis kaca AR (Anti-Reflektif) yang memaksimalkan transmitansi surya. Kerugian panas jika menggunakan kaca biasa, maka udara di dalam tabung gelas memerlukan yang telah dilapisi dengan lapisan AR. Baik coating adhesi AR pada kaca borosilikat telah dikembangkan menggunakan sol-gel, dalam bentuk nano-berpori (~ 35%) silika (dengan indeks ~ 1,4581 / 2 = 1.2) dan campuran Asam Fosfat (SiO2). AR Pipa kaca dengan spesifikasi surya yang tinggi : o Nilai transmisivitas cahaya hingga mencapai lebih dari 0,96. o Kaca jenis borossilicate ini dilapisi oleh sol-gel yang biasa terdapat dalam alkohol yang di proses dengan nano teknologi agar meningkatkan ketahanan abrasi atau goresan. o Memiliki sifat transmisivitas cahaya yang baik.

35 46 Gambar 2.21 Nilai Transmisivitas Kaca Biasa dan Kaca Borossilicate Sumber : Transmitance of Glass, Solar photo energy systems Gambar 2.22 Pipa Logam Absorber yang di Lapisi Pipa Kaca Sumber : Transmitance of Glass, Solar photo energy systems Pipa kaca AR atau borosilicate di gunakan sebagai pipa receiver tube yang menjadi cover atau lapisan pipa absorber dan merupakan komponen terpenting dari PTSC yang memiliki efisiensi yang baik dengan fungsi mengurangi kerugian panas (adanya kevakuman, agar penyerapan panas lebih baik walaupun di kondisi emitansi yang rendah).

36 47 Gambar 2.23 Komponen Energi yang Berada di Dalam Pipa Receiver Sumber : Transmitance of Glass, Solar photo energy systems Penyerapan panas pada pipa logam lebih baik (penyerapan panas yang efisien karena transmisivitas cahaya yang baik dari luar kaca yang masuk ke dalam).pipa penerima panas logam harus dirancang untuk meminimalkan kehilangan panas. Penutup berupa pipa kaca berfungsi menguragi kehilangan panas dan memberikan efek keuntungan panas. Beberapa energi akan dipantulkan dari permukaan depan dan permukaan belakang pipa kaca dan tidak mencapai pipa penerima. Permukaan bagian dalam dari pipa kaca dapat dilapisi dengan lapisan AR dan permukaan luar dari pipa kaca mengurangi refleksi dari permukaan, berfungsi meningkatkan transmisi Kalor Panas atau kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. satuan SI untuk panas adalah Joule. Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi kedaerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini berbanding lurus terhadap suhu benda. Ketika dua benda dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan adalah jumlah energi yang tertukar.

37 48 Kesalahan umum untuk menyamakan panas dan energi internal. Perbedaanya adalah panas dihubungkan dengan pertukaran energi internal dan kerja yang dilakukan oleh sistem. Mengerti perbedaan ini dibutuhkan untuk mengerti hukum pertama termodinamika. Radiasi inframerah sering dihubungkan dengan panas, karena objek dalam suhu ruangan atau di atasnya akan memancarkan radiasi kebanyakan terkonstentrasi dalam "band" inframerah-tengah.menurut asas Black: (Kalor yang di lepas = Kalor yang diterima) Catatan : Kalor jenis suatu benda tidak tergantung dari massa benda, tetapi tergantung pada sifat dan jenis benda tersebut. Jika kalor jenis suatu benda adalah kecil maka kenaikan suhu benda tersebut akan cepat bila dipanaskan Jenis Jenis Perambatan atau Perpindahan Kalor Menurut Kreith, perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai berpindahnya suatu energi dari satu daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan suhu pada daerah tersebut. Di dalam perpindahan kalor dikenal tiga macam cara yang berbeda, yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi.

38 49 Gambar 2.24 Perpindahan Kalor Sumber : Konduksi Konduksi adalah pemindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara permukaan-permukaan benda. Konduksi terjadi hanya dengan menyentuh atau menghubungkan permukaan-permukaan yang mengandung panas. Setiap benda mempunyai konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu yang akan mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih dingin. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat ia mengalirkan panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain. Pada konduksi, berlaku hukum Fourier : q x = = dt dx ka q x = ka dt dx...(2.25) keterangan : qx = Laju pindah panas dalam arah x (Watt atau cal/dt, atau Btu/jam)

39 dt = Perbedaan temperatur ( K, atau ) 50 dx = Jarak perpindahan panas (m, cm atau ft) A : Luas penampang (m 2, cm 2, atau ft 2 ) k = Konduktifitas panas (Watt/m.k, cal/dt..cm, atau Btu/jam..ft) Gamsbar 2.25 Perpindahan Kalor Secara Konduksi Melalui Dinding Datar Sumber : Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas atau konveksi paksa adalah perpindahan panas dari satu tempat ke tempat lain karena adanya perpindahan fluida, proses perpindahan panas melalui perpindahan massa. Gerak serempak fluida menambah perpindahan panas pada banyak kondisi, seperti misalnya antara permukaan solid dan permukaan fluida. Konveksi adalah perpindahan panas yang umum pada cairan dan gas.

40 51 Pendinginan atau pemanasan konveksi di banyak kasus dapat dijelaskan oleh Hukum Newton tentang pendinginan: "Kecepatan hilangnya panas pada benda sebanding dengan perbedaan temperatur antara benda tersebut dengan lingkungannya". Meskipun begitu, dari definisinya, hukum Newton tentang pendinginan ini membutuhkan kecepatan panas hilang yang membentuk garis linear pada grafik fungsi (sebanding dengan). Akan tetapi, secara umum konveksi tidak pernah membentuk gradien garis lurus. Maka, hukum Newton tidak berlaku. Laju pindah panas secara konveksi. q = ha (T w T f ).... (2.26) Dengan: q = Laju pindah panas (Watt) h = Koefisien pindah panas konveksi ( w m 2 K) A = Luas area pindah panas (m 2 ) T w = Temperatur permukaan (K) T f = Temperatur rata-rata fluida yang mengalir (K)

41 52 Gambar 2.26 Proses Konveksi dari Sepanci Air yang di Panaskan Sumber : Perambatan Kalor Radiasi Perambatan kalor dengan pancaran berupa gelombang gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas permukaan benda (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutalak permukaan benda itu, secara matematis persamaan di atas dapat di tulis : Pancaran kalor secara radiasi mengikuti Hukum Stefanz Boltzman. (1). Q t = σ. e. A. T 4...(2.26) Dengan : Q /t = Laju aliran kalor secara radiasi (Watt)

42 σ ( sigma) = Tetapan Stefan Boltzman = 5,669 x 10-8 w m 2 K 4 53 A = Luas permukaan benda m 2 T = Suhu permukaan benda K 4 e = Koefisiean emisivitas benda Gambar 2.27 Perpindahan Kalor Melalui Proses Radiasi Sumber : Perpindahan Panas ( J.P HOLMAN) 2.15 Fluida Fluida dan Jenisnya Mekanika Fluida adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari mengenai zat fluida (cair, gas dan plasma) dan gaya yang bekerja padanya. Mekanika fluida dapat dibagi menjadi statika fluida, ilmu yang mempelajari keadaan fluida saat diam; kinematika fluida, ilmu yang mempelajari fluida yang bergerak dan dinamika fluida adalah ilmu yang mempelajari efek gaya pada fluida yang bergerak. Fluida pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan sifatnya, yaitu fluida cairan dan fluida gas. Fluida diklasifikasikan atas 2, yaitu:

43 54 Θ Fluida Newton : Dalam fluida Newton terdapat hubungan linier antara besarnyategangan geser diharapkan dan laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Θ Fluida non Newton : Disini terdapat hubungan yang tak linier antara besarnya tegangan geser yang diterapkan dengan laju perubahan bentuk sudut. Berdasarkan tegangan geser yang dikenakan : Fluida Newton adalah fluida yang memiliki hubungan linear antara besarnya tegangan geser yang diberikan dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Fluida non Newton adalah fluida yang memiliki hubungan tidak linear antara besarnya tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut Sifat Sifat Fisik Fluida Sifat dari fluida adalah mengalir, mengisi ruangan yang mewadahinya. Beberapa diantara sifat-sifat fluida adalah: Densitas (massa jenis) dan berat spesifik: Densitas adalah massa per satuan volume, sedangkan berat spesifik adalah berat per satuan volume. Tekanan: Dalam hal ini, ada tekanan absolut dan ada juga tekanan alat ukur (gauge pressure). Yang disebut terakhir tidak lain adalah tekanan absolut dikurangi tekanan atmosfir (1 atm). Tekanan fluida biasanya diukur dengan manometer (cairan) atau barometer (gas). Temperatur (suhu), panas spesifik (specific heat), konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal: Panas spesifik adalah jumlah energi panas yang diperlukan untuk menaikkan satu satuan massa sebesar satu derajat.

44 55 Konduktivitas termal menunjukkan kemampuan fluida untuk menghantarkan (mengkonduksikan) panas. Sedangkan koefisien ekspansi termal menghubungkan antara temperatur dan densitas pada tekanan konstan. Viskositas: menunjukkan resistensi satu lapisan untuk meluncur (sliding) diatas lapisan lainnya. Definisi lain dari viskositas dikaitkan dengan ada tidaknya geseran (shear). Dengan demikian, viskositas berhubungan langsung dengan besarnya friksi dan tegangan geser yang terjadi pada partikel-partikel fluida. Tegangan permukaan (surface tension): adalah besarnya gaya tarik yang bekerja pada permukaan fluida (cair). Definisi lainnya adalah: intensitas daya tarikmenarik molekular per satuan panjang pada suatu garis manapun dari permukaan fluida. Dimensi dari tegangan permukaan adalah gaya per panjang Perbedaan Jenis dan Sifat Aliran Fluida pada Pipa Laminar dan Turbulen Orang yang pertama kali membedakan aliran laminar dan turbulen adalah Osborne Reynolds yang membuat bilangan Reynolds, Re = ρud/μ. Aliran tersebut merupakan aliran dalam pipa. Laminar Aliran laminar terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinyu dan tidak saling berpotongan. Aliran laminar mempunyai kecepatan alir yang rendah dengan kekentalan yang besar. Aliran laminar mempunyai bilangan Reynolds < Untuk aliran laminar dalam pipa, hanya terdapat satu komponen kecepatan yaitu:

45 56 Gambar 2.28 Skema Aliran Laminar Fluida Dalam Pipa atau Tabung Sumber : Turbulen Aliran turbulen terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak tidak teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. Aliran turbulen mempunyai kecepatan alir yang besar dengan kekentalan yang rendah. Aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds > Untuk aliran turbulen dalam pipa, komponen kecepatannya merupakan komponen acak yaitu: Gambar 2.29 Skema Aliran Fluida Turbulen Dalam Pipa atau Tabung Sumber : Titik Didih Normal atau Titik Uap Cairan Titik didih atau titik uap adalah suhu (temperatur) ketika tekanan uap sebuah zat cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vakum akan memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di

46 57 dalam tekanan atmosfer. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan memiliki titik didih lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam tekanan atmosfer. Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan merupakan kasus istimewa ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan bisa mengatasi tekanan atmosfer dan membentuk gelembung di dalam massa cair. Pada saat ini (per 1982). Standar titik didih atau titik uap yang ditetapkan oleh IUPAC adalah suhu ketika pendidihan terjadi pada tekanan 1 bar. Pada tekanan dan temperatur udara standar (76 cmhg, 25 C) titik didih atau titik uap air sebesar 100 C Faktor Geometri Faktor geometri Af merupakan salah satu faktor yang menentukan performa solar concentrator. Faktor geometri berpengaruh pada efisiensi optik (solar concentrator). Semakin kecil faktor geometri semakin baik efisiensi optiknya. Secara matematis faktor geometri di tuliskan dengan persamaan : A f = 2 3.A a.h.p(1+ A a 2 a ) A a...(2.27) Dengan: A a = Luas bidang konsentrator (m²) h = Tinggi parabola (m) P = Jarak titik fokus parabola (m)

47 58 Geometri parabola memungkinkan untuk membentuk konsentrator dengan berbagai variasi rasio fokus terhadap luas apperture-nya. Semakin ke atas kurva parabola semakin curam. Gambar 2.30 Grafik Fokus Rasio Terhadap Luas Aparture Sumber : Nilai Refleksi Material Energi Radiasi Berguna Energi total yag di pancarkan sebanding dengan pangkat empat suhu absolut, yang akan di kalikan dengan persamaan konsatanta stefan Boltzman, ialah energi yang di radiasikan per satuan waktu dan per satuan luas radiasi ideal yang nilainya σ = 5, Persamaan ini di dapat dari buku [ Holman, J.P Halaman 366 ].

48 59 E b = σ.t 4...(2.28) Dan adanya pertukaran kalor antara benda dengan permukaan spekular dari nilai reflektifitas penting sekali mempengaruhi faktor radiasi, iradiasi hingga radiositas, sehingga : ρ = 1 α = 1 ε...(2.29) Higga radiositas : J = ε. E b + (1 ε)g...(2.30) Untuk menghasilkan energi radiasi refleksi bersih: q net = G J ε.a...(2.31) Keterangan : E b = Energi berguna σ = Kostanta Stefan Boltzman ρ = Reflektivitas material J = Radiositas G = Iradiasi q net = Energi radiasi bersih A = Luas Penampang α = Absorpsivitas

49 2.19 Efisiensi Optik Konsentrator 60 Efisinsi optik adalah rasio energi yang dapat dipantulkan tepat ke kolektor terhadap energi dari radiasi matahari yang diterima konsentrator seluas A a. Efisiensi ini melibatkan bentuk geometri,ketepatan sinar pantul mengenai kolektor dan sifat material optik dan cover jika ada. Secara matematis efisinsi optik η o ditulis sebagai : η o = ρ m τ c α a γ [(1-A f tan (θ)) cos (θ))]...(2.32) Keterangan : ρ m = Reflektivitas material konsentrator τ c = Transmisivitas material cover α a = Absorpsivitas pipa kolektor γ = Faktor intercept θ = Sudut incident Dari persamaan ini terlihat bahwa sinar yang diterima dari radiasi matahari akan dipantulkan sebagian besar reflektifitas material konsentrator ρ m. Sebagian pantulan sinar ini akan berkurang lagi saat menembus cover karena sifat trasnmisivitas material cover itu τc. setelah sampai ke permukaan kolektor pun energi dari pantulan sinar ini masih dikurangi lagi oleh sifat absorbsivitas pipa kolektor α a selain dipengaruhi sifat sifat optik material,efisiensi optik dipengaruhi oleh tingkat kesempurnaan pantulan γdan faktor geometri.

50 61 Intercept factor γ didefinisikan sebagai perbandingan energi yang diterima kolektor dengan energi yang dipantulkan oleh kolektor. Nilai γ tergantung pada ukuran receiver, kesalahan/error sudut pada parabola, dan penyebaran sinar matahari. Error atau ketidak-sempurnaan,ketidak-lurusan, ini terbagi dua yaitu random dan non random Random error adalah ketidak-sempurnaan yang alami dan dapat diwakili dengan distribusi normal probabilitas. Random error antara lain akibat perubahan jarak matahari, efek penyebaran sinar pada permukaaan pemantul, efek random slope error misalnya perbuahan parabola akibat beban dari angin. Nonrandom error muncul saat manufaktur dan asembling atau saat pengoprasian konsentrator surya. Nonrandom error antara lain akibat ketidak-sempurnaan profil error dihitung secara statistik dalam persamaan berikut : σ = σ2 2 2 sun + 4σ slope + σ mirror...(2.33) Untuk mesmbantu dalam memperkirakan faktor γ dapat menggunakan bantuan tabel efek magnitude error terhadap faktor γ berikut ini : Tabel 2.2 Penentuan Faktor Intercept γ σmirror (rad) σslope (rad) dr (mm) intercept factor γ

51 62 NB : untuk perhitungan diatas nilai σ matahari = 0.04 rad untuk cuaca cerah dan sβ = (tracking error maksimum) Energi yang di trasnmisikan ke dalam pipa kaca dan di vakumkan hingga terserap ke dalam pipa absorber : q A total = A a η o q net...(2.34) 2.20 Luas Area yang Terkonsentrasi Kalor Luas area yang terkonsentrasi energi akan mempengaruhi nilai efisiensi PTSC dari energi yang akan di hasilkan oleh alat tersebut. Area selimut tabung : 2πr(r + t) Area parabola dengan persamaan ½ bola [J.P HOLMAN] : 2πr...(2.35) 2.21 Nilai Temperatur Absorpsivitas Material pada Parabola dan Pipa Kolektor Adanya pengaruh radiasi terhadap pengukuran suhu pada parabola dan kolektor akan mempengaruhi nilai kehilangan panas. Suhu lingkungan atau temperatur ambient sangat mempengaruhi nilai pengukuran suhu terakhir yang akan di serap oleh jenis material yang di tentukan sejak awal pada parabola dan kolektor. Persamaan itu di dapatkan pada referensi buku yang di tulis oleh [ J.P HOLMAN Halaman 423 ]:

Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber

Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Efisiensi Prototype Solar Collector Jenis Parabolic Trough dengan Menggunakan Cover Glass Tube pada Pipa Absorber Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses optimasi dari sebuah rancagan benda kerja memerlukan perencanaan yang cermat. Teori-teori yang berhubungan dengan benda kerja ataupun alat yang akan dioptimasi perlu dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH

BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH BAB IV PERHITUNGAN SOLAR COLLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH 4.1. Perhitungan Akibat Gerakan Semu Harian Matahari 4.1.1 Perhitungan Sudut Deklinasi Untuk mengetahui sudut deklinasi (δ) menggunakan persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan optimasi perancangan untuk hasil yang baik serta memperkecil kesalahan-kesalahan yang mungkin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. ENERGI MATAHARI Radiasi matahari dapat digunakan untuk menghasilkan energi termal untuk air, bisa juga digunakan sebagai sumber pemanas pada siklus pemanas mesin sebagai tenaga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough

Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough LAPORAN TUGAS AKHIR Perancangan Solar Thermal Collector tipe Parabolic Trough Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan alat

BAB II LANDASAN TEORI. yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan alat BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sel Surya Sel surya sebenarnya adalah sebuah sel fotovoltaik yang berfungsi sebagai pengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik dalam bentuk arus searah secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Radiasi Matahari Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar dan gelombang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar Pengeringan Dari sejak dahulu pengeringan sudah dikenal sebagai salah satu metode untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN OPTIMASI SOLAR COLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH Perhitungan Akibat Gerakan Semu Harian Matahari

BAB IV PERHITUNGAN OPTIMASI SOLAR COLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH Perhitungan Akibat Gerakan Semu Harian Matahari BAB IV PERHITUNGAN OPTIMASI SOLAR COLECTOR TYPE PARABOLIC TROUGH Dalam melakukan optimasi pada penulisan tugas akhir ini maka langkah pertama adalah melakukan perhitungan terhadap variabel yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan energi semakin meningkat setiap tahun seiring dengan kemajuan teknologi. Hal ini karena semakin banyak diciptakan mesin-mesin yang membutuhkan

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Prinsip kerja kolektor surya pelat penyerap adalah memindahkan radiasi matahari ke fluida kerja. Radiasi matahari yang jatuh pada cover kaca sebagian akan langsung dipantulkan,

Lebih terperinci

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder Ketut Astawa, I Ketut Gede Wirawan, I Made Budiana Putra Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Energi Matahari BAB II DASAR TEORI 2.1 Energi Matahari Matahari merupakan sebuah bola yang sangat panas dengan diameter 1.39 x 10 9 meter atau 1.39 juta kilometer. Kalau matahari dianggap benda hitam sempurna, maka energi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4

BAB V RADIASI. q= T 4 T 4 BAB V RADIASI Radiasi adalah proses perpindahan panas melalui gelombang elektromagnet atau paket-paket energi (photon) yang dapat merambat sampai jarak yang sangat jauh tanpa memerlukan interaksi dengan

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kekuatan, ukuran dan harga. Teori-teori yang berhubungan dengan alat yang

BAB II LANDASAN TEORI. kekuatan, ukuran dan harga. Teori-teori yang berhubungan dengan alat yang 7 BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan dan penelitian suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan pemilihan bahan, kekuatan, ukuran dan harga. Teori-teori

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam Pendekatan Perhitungan untuk intensitas radiasi langsung (beam) Sudut deklinasi Pada 4 januari, n = 4 δ = 22.74 Solar time Solar time = Standard time + 4 ( L st L loc ) + E Sudut jam Radiasi ekstraterestrial

Lebih terperinci

PENGANTAR PINDAH PANAS

PENGANTAR PINDAH PANAS 1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB II LANDASAN TEORI. Proses penelitian suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan

Tugas akhir BAB II LANDASAN TEORI. Proses penelitian suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan BAB II LANDASAN TEORI Proses penelitian suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan pengumpulan data yang efektif. Teori-teori yang berhubungan dengan proses

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN INTISARI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN i ii iii iv v vi viii x xii

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Proses perpindahan panas secara konduksi Sumber : (maslatip.com)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Proses perpindahan panas secara konduksi Sumber : (maslatip.com) 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses berpindahnya energi kalor atau panas (heat) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor akan berpindah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Optimalisasi Penyerapan Radiasi Matahari Pada Solar Water Heater... (Sulistyo dkk.) OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Agam Sulistyo *,

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON Caturwati NK, Agung S, Chandra Dwi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Matahari. Radiasi matahari dapat digunakan untuk menghasilkan energi termal untuk air, bisa juga digunakan sebagai sumber pemanas pada siklus pemanas mesin sebagai tenaga

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit

TUGAS AKHIR. Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit TUGAS AKHIR Perbandingan Temperatur Pada PTC Dengan Kamera Infrared antara Fluida Air dan Minyak Kelapa Sawit Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pendingin Mesin pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas ke suatu tempat yang temperaturnya

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980) PENDEKATAN TEORITIS Radiasi Matahari pada Bidang Horisontal Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi matahari yang sampai permukaan bumi ada yang diserap dan dipantulkan kembali. Dua komponen

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matahari Matahari adalah bintang yang terdapat di jagat raya ini dan berada paling dekat dengan bumi. Matahari menyadiakan energi yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi ini secara

Lebih terperinci

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi Surya Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi panas surya (Matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Matahari atau juga disebut Surya adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak sekitar 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI ANGGA PRAMUKTI

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI ANGGA PRAMUKTI UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH ARAH PARABOLIC TROUGH COLLECTOR (PTC) TERHADAP EFISIENSINYA SKRIPSI ANGGA PRAMUKTI 09 06 60 5233 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK DEPOK JULI 2012 i UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH) TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengeringan Gabah Proses gabah menjadi beras melalui tahapan dimulai dari kegiatan pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Setiap tahap kegiatan memerlukan penanganan

Lebih terperinci

5.1. Perhitungan Radiasi Surya

5.1. Perhitungan Radiasi Surya 5. Pembangkit Daya Tenaga Surya 5.1. Perhitungan Radiasi Surya 5.1.1. Variabel Surya Latitud Sudut Lintang Latitud merupakan spesifikasi lokasi tempat pada permukaan bumi. Nilai latitud merupakan variabel

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER Oleh: Zainul Hasan 1, Erika Rani 2 ABSTRAK: Konversi energi adalah proses perubahan energi. Alat konversi energi

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Prinsip kerja kolektor surya pelat datar adalah memindahkan radiasi matahari ke fluida kerja. Radiasi matahari yang jatuh pada cover (kaca bening) sebagian akan langsung dipantulkan,

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating

Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-5 1 Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating Hendra

Lebih terperinci

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (98-102) Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Made Sucipta, Ketut

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 15) Temperatur Skala Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor dan Energi Internal Kalor Jenis Transfer Kalor Termodinamika Temperatur? Sifat Termometrik?

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolektor Surya Plat Datar Kolektor suryaplat datar seperti pada gambar 2.1 merupakan kotak tertutup yang bagian atas dipasang kaca atau plastik transparan dengan lempengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM MATA PELAJARAN Mata Pelajaran Jenjang Program Studi : Fisika : SMA/MA : IPA Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 009 Jam : 08.00 0.00 WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM. Isikan identitas Anda ke dalam Lembar Jawaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari yang sampai di bumi merupakan sumber utama energi yang menimbulkan segala macam kegiatan atmosfer seperti hujan, angin, siklon tropis, musim panas, musim

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA) HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1. Perbedaan Suhu dan Panas Panas umumnya diukur dalam satuan joule (J) atau dalam satuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH

BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH. GELOMBANG MENENGAH Berdasarkan spektrum frekuensi radio, pita frekuensi menengah adalah gelombang dengan rentang frekuensi yang terletak antara 300 khz sampai 3 MHz

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Hasil Pertanian dan Perkebunan Pengeringan hasil pertanian dan perkebunan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam pengolahan pasca panen.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa

Fisika Umum (MA101) Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kalor Temperatur Pemuaian Termal Gas ideal Kalor jenis Transisi fasa Kalor Hukum Ke Nol Termodinamika Jika benda A dan B secara terpisah berada dalam kesetimbangan termal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR Nafisha Amelya Razak 1, Maksi Ginting 2, Riad Syech 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pasteurisasi susu, jus, dan lain sebagainya. Pendinginan buah dan sayuran Pembekuan daging Sterilisasi pada makanan kaleng Evaporasi Destilasi Pengeringan Dan lain

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar Philip Kristanto Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin - Universitas Kristen Petra Yoe Kiem San Alumnus Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan di dalamnya dari hubungan energi dengan musim, pemenuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan di dalamnya dari hubungan energi dengan musim, pemenuhan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan energi Kebutuhan akan sumber energi di muka bumi ini sangat mempengaruhi aspek kehidupan di dalamnya dari hubungan energi dengan musim, pemenuhan kebutuhan pokok makhluk

Lebih terperinci

collectors water heater menggunakan

collectors water heater menggunakan Pengaruh Bentuk Kolektor Konsentrator Terhadap Efisiensi Pemanas Air Surya Darwin*, M. Ilham Maulana, Irwandi ZA Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdurrauf No.

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci