ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP SKRIPSI Oleh Ervin Hariningtyas X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 digilib.uns.ac.id ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP Oleh: ERVIN HARININGTYAS NIM X SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 ii

3 digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Persetujuan Pembimbing: Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd. NIP Dra. Raheni Suhita, M.Hum. NIP iii

4 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Tanggal : Tim Penguji Skripsi: Nama Terang Tanda tangan Ketua : Drs. Suyitno, M. Pd. Sekretaris : Dr. Kundharu Saddhono, M. Hum. Anggota I : Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd. Anggota II : Dra. Raheni Suhita, M. Hum. Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP iv

5 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Ervin Hariningtyas. X ANALISIS STRUKTUR KUMPULAN PUISI AKU INI PUISI CINTA KARYA ABDURAHMAN FAIZ DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA JENJANG SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta; (2) struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta; dan (3) kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan, yaitu: (1) dokumen; (2) informan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau teknik pengambilan data berdasarkan tujuan tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengkaji dokumen dan wawancara. Uji validitas yang dilakukan dengan cara menggunakan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis jalinan yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) tahap persiapan; (2) pelaksanaan; (3) penyusunan laporan. Simpulan hasil penelitian ini, yaitu (1) struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta terdiri dari: diksi dengan kata-kata puitis dan bahasa sehari-hari, penggunaan imaji yang berupa: imaji taktil, imaji visual, dan imaji auditif, kata konkret yang merupakan usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya, penggunaan majas personifikasi, metafora, dan repetisi, penggunaan versifikasi yang berupa ritma dan rima awal, rima tengah, dan rima akhir, serta penggunaan tipografi konvensional. (2) struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta terdiri dari: tema tentang cinta dan kritik sosial, penggunaan nada serius, nada belas kasih, dan nada santai yang bertujuan untuk menimbulkan suasana tertentu pada puisipuisinya, perasaan sedih penyair melihat situasi di tanah air dan kondisi yang ada di kehidupan sekitarnya, dan amanat yang berupa himbauan kepada masyarakat agar dapat saling mencintai dan ikut merasakan derita para saudara di tanah air. (3) sebagian besar puisi karya Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta dapat digunakan sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. v

6 digilib.uns.ac.id MOTTO Dimulakan dengan bismillah Disudahi dengan alhamdulillah Begitulah sehari dalam hidup kita Mudah-mudahan dirahmati Allah Hanyalah iman, amal, dan juga taqwa Menjadi bekal dalam hidup kita (Lirik Nasyid Raihan Bismillah ) vi

7 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini sebagai rasa cinta, sayang, dan terima kasihku kepada: 1. Kedua orang tuaku, Hari Subagiyo dan Sunarsih yang selalu mendoakan dan menyayangiku pagi, siang, dan malam dengan segenap ketulusan serta keikhlasan. 2. Kakak tersayang, Ervan Hari Nugroho yang tiada letih menyuapi hari-hariku dengan taushiyah yang menyejukkan hati. 3. Keluarga di Ngawi dan di Surabaya yang kucintai dan kusayangi selamanya. 4. Teman-teman seperjuanganku vii

8 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat dan karunia-nya kepada kita semua. Atas kehendak-nya pula skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi; 2. Drs. Amir Fuady, M. Hum. selaku Pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan pada peneliti; 3. Dr. Muh. Rohmadi, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan dalam skripsi ini; 4. Dr. Andayani, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini; 5. Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd., selaku pembimbing I dan Dra. Raheni Suhita, M. Hum., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dengan begitu sabar sehingga menjadikan penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi; 6. Drs. Suyitno, M. Pd., selaku penasihat akademik yang telah memberikan solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan bimbingan dan masukan yang tidak ternilai harganya; 7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat pada penulis; viii

9 digilib.uns.ac.id 8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dari Allah swt, amin. Surakarta, Juli 2011 Penulis ix

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PENGAJUAN ii PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR... 6 A. Tinjauan Pustaka Hakikat Puisi... 6 a. Pengertian Puisi... 6 b. Jenis-jenis Puisi... 7 c. Struktur Puisi Hakikat Pendekatan Struktural Materi Pembelajaran Jenjang SMP a. Pengertian Materi Pembelajaran b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik Pembelajaran Apresiasi commit Puisi to user di SMP x

11 digilib.uns.ac.id B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bentuk dan Strategi Penelitian C. Sumber Data D. Teknik Sampling E. Teknik Pengumpulan Data F. Validitas Data G. Analisis Data H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta B. Analisis Data dan Pembahasan Struktur Fisik yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz Struktur Batin yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz Kesesuaian Puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam Kumpulan Puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai Materi Pembelajaran Apresiasi Puisi Jenjang SMP BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kelas VII semester Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kelas VIII semester Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kelas IX semester Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Alur Kerangka Berpikir Model Analisis Jalinan Prosedur Penelitian xiii

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz Transkrip wawancara dengan dua orang sastrawan Transkrip wawancara dengan dua orang guru bahasa dan sastra Indonesia jenjang SMP Transkrip wawancara dengan tiga orang siswa SMP Surat pernyataan wawancara dua orang sastrawan Surat pernyataan wawancara dengan dua orang guru bahasa dan sastra Indonesia jenjang SMP Surat pernyataan wawancara dengan tiga orang siswa SMP xiv

15 digilib.uns.ac.id xv

16 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peran penting dalam pengajaran atau proses belajar mengajar. Artinya, gurulah yang bertugas dan bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran, setiap guru hendaknya memiliki kemampuan mengajar yang baik. Sardiman menyatakan bahwa keterampilan mengajar yang dimiliki oleh guru terbagi dalam tiga klasifikasi, yakni yang berkaitan dengan aspek materi pembelajaran, modal kesiapan, dan keterampilan operasional (2004: 195). Zanikhan (2009) menyatakan bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP belum berlangsung seperti yang diharapkan. Pendapat tersebut sejalan dengan Effendi dalam Riris K. Toha Sarumpaet yang mengemukakan bahwa pengetahuan dan kemampuan pengajar sastra di sekolah masih diragukan (2002: 60). Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui adanya ketidakberesan dalam pembelajaran bahasa dan sastra yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pembelajaran sastra terdiri atas pengajaran puisi, prosa fiksi, dan drama. Namun pembelajaran sastra di sekolah-sekolah selama ini kurang mendapat perhatian. Rahmanto (1988: 44) berpendapat bahwa pengajaran puisi masih menemui banyak kesulitan, tidak jarang para guru sastra sendiri cenderung menghindarinya karena mereka kesulitan untuk mengajarkannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Andayani mengungkapkan bahwa apresiasi sastra dalam banyak fenomena pembelajaran saat ini lebih banyak disajikan dengan mengutamakan aspek ingatan serta berorientasi pada hafalan murid sebagai hasil belajar (2008: 6). B. Rahmanto dalam makalah seminar Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra II mengemukakan bahwa pengajaran sastra semakin menjauhkan anak didik dari karya sastra (2009). Mengacu pendapat tersebut, penggunaan satu sumber belajar dan pemberian contoh puisi-puisi para penyair lama dalam pembelajaran apresiasi puisi yang commit monoton to user dapat menjauhkan anak didik dari

17 digilib.uns.ac.id 2 karya sastra dan membuatnya jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, pembelajaran dilaksanakan lebih pada pengenalan pengarang terdahulu tanpa memperhatikan tujuan pembelajaran sastra yang sebenarnya. Akibatnya siswa hanya mengenal para pengarang terdahulu saja dan menjauh dari karya sastra, khususnya puisi. Pembelajaran puisi diarahkan untuk menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Pengetahuan dan kemampuan guru tentang puisi sangat menunjang keberhasilan pembelajaran puisi. Pengetahuan tersebut dapat berupa penguasaan materi tentang puisi yang harus dimiliki oleh para pengajar. Selain itu, pemilihan dan penyajian materi puisi harus diperhatikan oleh para pengajar jenjang SMP. Maria Utami mengemukakan bahwa materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kemampuan peserta didik pada suatu tahapan tertentu (2010: 5). Mengacu pendapat tersebut, dalam pemilihan bahan ajar guru hendaknya memperhatikan kesesuaian antara bahan ajar dengan tingkat perkembangan peserta didiknya. Pemilihan puisi sebagai materi ajar harus diklasifikasikan tingkat kesukarannya dengan kriteria tertentu. Moody dalam Maria Utami mengungkapkan bahwa ada tiga aspek yang penting dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu bahasa, psikologi siswa, dan latar budaya (2010: 6). Mengacu pendapat tersebut, guru hendaknya memilih puisi-puisi yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Selain itu pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa dan latar belakang budaya siswa juga harus dipertimbangkan agar tidak terjebak dalam kemonotonan yang membosankan siswa. Maria Utami mengemukakan bahwa kriteria pemilihan puisi untuk siswa SMP dapat dilihat dari struktur fisik puisi dan struktur batin puisi (2010: 11). Oleh karena itu, untuk menarik minat siswa terhadap puisi diperlukan materi ajar berupa puisi-puisi yang memiliki struktur fisik dan struktur batin yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Selain itu, pemilihan materi hendaknya tidak berbeda jauh dengan kehidupan mereka sekarang ini.

18 digilib.uns.ac.id 3 Berkaitan dengan hal tersebut, puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta merupakan puisi-puisi yang merefleksikan kehidupan saat ini. Aku Ini Puisi Cinta merupakan kumpulan dari puisi-puisi terpilih Faiz yang diambil dari buku kesatu (Untuk Bunda dan Dunia) dan buku kedua (Guru Matahari) yang dikemas secara khusus. Faiz memulai menulis karya-karyanya sejak ia berusia lima tahun dan dituangkan ke dalam kata-kata indah berupa puisi. Puisi-puisi Abdurahman Faiz bercerita mengenai ibu dan ayahnya, tentang situasi sosial, dan tentang tokoh masyarakat. Penyair cilik kelahiran Jakarta pada 15 November 1995 ini merupakan putra dari pasangan Tomi Satryatomo dan Helvy Tiana Rosa. Faiz mampu menciptakan puluhan puisi pada tahun 2001 di usianya yang keenam tahun. Perjalanan Faiz dalam menulis puisi telah melahirkan dua karya fenomenal, yaitu Untuk Bunda dan Dunia dan Guru Matahari. Kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz mendapat sambutan hangat dari para pembaca. Hal tersebut terlihat pada buku kumpulan puisinya banyak pakar dan pemerhati sastra memberikan tanggapan terhadap karya penyair cilik ini. Riris K. Toha Sarumpaet menyatakan bahwa kreativitas dan keberanian Abdurahman Faiz sangat mengagumkan. Penyair Ahmadun Yosi Herfanda dalam kumpulan puisi Abdurahman Faiz juga mengungkapkan bahwa beliau sejujurnya sungguh-sungguh tercengang membaca sajak-sajak Faiz dan Faiz merupakan anak yang dikaruniai bakat kepengarangan yang luar biasa. Hal tersebut sesuai dengan bakat Abdurahman Faiz yang pernah menjadi juara pertama lomba menulis surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun Jamal D. Rahman seorang penyair dan pemimpin redaksi majalah sastra Horison mengungkapkan bahwa karya-karya Abdurahman Faiz mencerminkan perasaan dan hati yang bening. Unsur fisik dan unsur batin puisi-puisi Faiz bertalian sangat erat sehingga mampu membentuk satu kesatuan yang menimbulkan keindahan baik dari segi bahasa maupun maknanya. Sebagai contoh dalam salah satu puisinya yaitu yang berjudul Sahabatku Buku, Faiz commit mengulang to user kata Buku di setiap baitnya.

19 digilib.uns.ac.id 4 Pengulangan ini dimaksudkan untuk mempertegas tentang tema dari puisi itu. Pengulangan tersebut juga membentuk sebuah ritme dalam puisinya. Kata Buku menjadi pengikat beberapa baris setelahnya, sehingga baris-baris tersebut seakanakan bergelombang menimbulkan irama. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik menganalisis struktur puisi Abdurahman Faiz yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. Kumpulan puisi yang mencerminkan kehidupan masa sekarang yang dipenuhi dengan permainan kata dan bunyi tersebut dianalisis strukturnya yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan materi dalam pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta? 2. Bagaimana struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta? 3. Bagaimanakah kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP? C. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan struktur fisik puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. 2. Menjelaskan struktur batin puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. 3. Mendeskripsikan kesesuaian puisi-puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta sebagai materi pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang SMP.

20 digilib.uns.ac.id 5 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam pembelajaran bidang Bahasa dan Sastra Indonesia jenjang SMP, khususnya mengenai struktur yang terdapat dalam puisi. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain: a. Bagi siswa: 1) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang puisi-puisi karya Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta. 2) Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang amanat yang mendidik pada kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz. b. Bagi guru: 1) Menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang struktur puisi pada kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz. 2) Menambah pengetahuan dalam mencari alternatif materi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran puisi agar dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi. c. Bagi peneliti lain: hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

21 digilib.uns.ac.id 6

22 digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Puisi a. Pengertian Puisi Puisi merupakan jenis karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan bahwa puisi adalah jenis karya sastra yang bahasanya tersaring penggunaannya (2005: 312). Pemilihan bahasa dalam puisi, terutama aspek diksi telah melewati seleksi ketat, dipertimbangkan dari berbagai sisi baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna. Semuanya itu bertujuan untuk memeroleh efek keindahan. Rachmat Djoko Pradopo menyatakan bahwa puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting dan digubah dalam wujud yang paling berkesan (1990: 7). Mengacu pendapat tersebut, puisi mengungkapkan pemikiran penyair untuk membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi pancaindera yang dibuat dalam susunan terindah. Oleh sebab itu, bahasa dalam puisi lebih didayagunakan untuk memberikan efek keindahan. Efek tersebut sering kali lebih menyentuh, memesona, merangsang, menyaran, serta membangkitkan imajinasi dan suasana tertentu. Suminto A. Sayuti menyatakan bahwa puisi merupakan hasil kreativitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Susunan kata tersebut memiliki pola rima (persajakan) tertentu (1985: 12-13). Mengacu pendapat tersebut, penyair dalam mencipta puisi tak lepas dari unsur-unsur yang membangun sebuah puisi. Herman J. Waluyo (2003: 4) mengungkapkan bahwa puisi dibangun oleh dua unsur pokok, yaitu struktur fisik berupa bahasa yang digunakan dalam puisi dan struktur batin atau struktur makna yang merupakan pikiran dan perasaan yang diungkapkan oleh penyair. Pendapat di atas sejalan dengan Ibrahim dalam Suminto A. Sayuti yang menjelaskan bahwa unsur-unsur yang membangun sebuah puisi meliputi imajinasi, emosi, dan bentuk yang khas. Mengacu pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam puisi memiliki commit to unsur user yang merupakan kesatuan yang

23 digilib.uns.ac.id 8 saling menjalin satu sama lain. Oleh sebab itu, penyair dalam menulis sebuah puisi lebih banyak mendayakan imajinasi dan emosi dalam susunan kata dan bentuk yang menarik yang telah disusun sedemikian rupa dengan maksud tertentu. Selain itu, penyair juga mendayakan pengekspresian lewat berbagai ungkapan kebahasaan seperti berbagai bentuk pemajasan, pencitraan, dan permainan bentukbentuk kebahasaan yang lain. William Worsworth dalam Atar Semi mengemukakan bahwa poetry is the best words in the best order. Puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik (1993: 93). Pendapat tersebut sejalan dengan Herman J. Waluyo (2003: 1) yang menjelaskan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata dalam puisi benar-benar padat dan terpilih sehingga sangat indah untuk dibaca. Dalam menciptakan puisi, penyair memilih kata-kata yang tepat kemudian disusun sebaik-baiknya. Penyair juga memadukan antara unsur satu dengan unsur lain dan dibuat seimbang, simetris, dan sangat erat hubungannya. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah susunan kata-kata imajinatif yang merupakan reaksi penyair terhadap dunianya yang dibuat dalam susunan terbaik dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin. b. Jenis-jenis Puisi Puisi sebagai salah satu karya sastra mempunyai berbagai jenis. Maria Utami (2010: 3-5) mengklasifikasikan puisi menjadi beberapa jenis. 1) Berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, puisi dibedakan menjadi tiga, yaitu: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. (a) Puisi naratif adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi naratif menceritakan tentang sesuatu secara sederhana dan langsung mengenai pokok cerita yang ditulis penyair dalam wujud katakata. Puisi naratif terdiri atas: epik, romansa, balada, dan syair. Epik merupakan puisi yang menggambarkan tentang kepahlawanan. Adapun

24 digilib.uns.ac.id 9 romansa ialah puisi yang menggunakan bahasa romantis serta berisi kisah percintaan. Balada merupakan puisi yang bercerita tentang tokoh pujaan atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Sedangkan syair ialah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. (b) Puisi lirik adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku lirik. Atar Semi menyatakan bahwa puisi lirik merupakan puisi yang sangat pendek dan sederhana yang mengekspresikan emosi (1993: 106). Mengacu pendapat tersebut dalam penulisan puisi lirik, penyair mengungkapkan gagasan pribadinya yang disusun dalam susunan yang sederhana serta mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Jenis puisi lirik, antara lain: elegi, ode, dan serenada. Elegi merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap tokoh yang dikagumi, sesuatu hal, dan sesuatu keadaan. Sedangkan serenada ialah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. (c) Puisi deskriptif merupakan puisi yang mengedepankan penyair sebagai pemberi kesan terhadap keadaan atau peristiwa, benda, dan suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi deskriptif, antara lain: satire, kritik sosial, dan puisi impresionistik. Satire merupakan puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan dengan cara menyindir. Adapun di dalam puisi kritik sosial, penyair menyatakan ketidaksenangan terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang. Sedangkan puisi impresionistik merupakan puisi yang mengungkapkan kesan impresif penyair terhadap suatu hal. 2) Berdasarkan pada suara ataupun tempat yang cocok untuk pembacaannya dan jumlah pembaca, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu: puisi kamar dan puisi auditorium. Puisi kamar merupakan puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium ialah puisi yang cocok untuk dibacakan di auditorium atau mimbar yang jumlah pendengarnya dapat berjumlah ratusan orang. Mengacu pendapat tersebut, banyak puisi-puisi commit to penyair user Indonesia yang termasuk dalam

25 digilib.uns.ac.id 10 kategori puisi auditorium, misalnya beberapa puisi Rendra dan Sutardji merupakan contoh puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar melalui pembacaan secara keras. 3) Berdasarkan sifat atau isi yang dikemukakan di dalam puisi, puisi dibedakan atas: puisi fisikal, platonik, dan puisi metafisikal. Puisi fisikal merupakan puisi yang bersifat realistis. Artinya, puisi tersebut menggambarkan kenyataan apa adanya (Herman J. Waluyo, 2003: 138). Pada puisi fisikal penyair menyampaikan kenyataan yang ada yang pernah dilihat, didengar, dan dirasakan. Adapun puisi platonik ialah puisi yang sepenuhnya berisi halhal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi yang mengungkapkan cinta luhur kekasih atau orangtua kepada anaknya, puisi ini juga merupakan pengungkapan ide ataupun cita-cita. Sedangkan puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan serta merenungkan Tuhan. 4) Berdasarkan cara menafsirkan makna puisinya, puisi dibedakan atas: puisi diafan, puisi gelap, dan puisi prismatis. Herman J. Waluyo (2003: 140) menjelaskan bahwa puisi diafan adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif, sehingga bahasa dalam puisi mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi seperti tersebut akan mudah dipahami maknanya. Adapun puisi gelap ialah puisi yang mempunyai banyak majas, lambang, kiasan sehingga sulit ditafsirkan. Sedangkan puisi prismatis, penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya. Puisi prismatis memiliki banyak makna yang dapat ditelusuri oleh pembaca. 5) Berdasarkan kandungan nilai keilmuan, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu: puisi parnasian dan puisi inspiratif. Puisi parnasian merupakan puisi yang mengandung unsur atau nilai-nilai keilmuan. Puisi ini diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Sedangkan puisi inspiratif adalah puisi yang didasarkan pada mood atau passion penyair benar-benar masuk ke

26 digilib.uns.ac.id 11 dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi tersebut. c. Struktur Puisi Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin (2003: 25). Mengacu pendapat tersebut, di dalam puisi terdapat struktur yang menyusunnya. Struktur tersebut meliputi struktur fisik dan struktur batin. struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan, sedangkan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang. Paul (2005) menyatakan bahwa Poets always write as poets-tuned to rhythm, imagery, and feeling. Every phrase, every sentence, is carefully balanced so that it is held in perfect tension with the structure as a whole. Menurut Paul, puisi terdiri atas ritme, imajinasi, dan perasaan yang memiliki struktur seimbang layaknya sebuah lingkaran. Mengacu pendapat tersebut di dalam puisi terdapat struktur yang membangunnya secara seimbang. Hal tersebut bertujuan agar puisi mempunyai keindahan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. Herman J. Waluyo berpendapat bahwa struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi. Sedangkan struktur batin puisi terdiri atas: tema, nada, perasaan, dan amanat (2003: 28). 1) Struktur Fisik Puisi a) Diksi Atar Semi mengungkapkan bahwa diksi merupakan pemilihan kata (1993: 122). Pendapat tersebut senada dengan H. J. Waluyo yang mengemukakan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu (2003: 72). Mengacu pendapat tersebut, pemilihan dan pemanfaatan kata dalam puisi merupakan aspek commit penting to user yang harus diperhatikan.

27 digilib.uns.ac.id 12 Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh (2001, 35-58) menyatakan bahwa diksi mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna. Hal tersebut bertujuan untuk mengomunikasikan maksud penyair kepada pembaca. Oleh karena itu, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus dipilih secermat mungkin oleh penyair. Selain itu, penyair juga mempertimbangkan kata-kata yang dipakai dalam puisi dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. H. J. Waluyo mengungkapkan bahwa kata-kata yang dipilih penyair adalah kata-kata yang puitis agar memiliki efek keindahan (2003: 73). Mengacu pendapat tersebut, penyair menggunakan kata-kata konotatif dalam puisinya yang memiliki makna lebih dari satu. Namun masih sering pula dijumpai penyair yang menggunakan kata-kata dalam bahasa sehari-hari. Semuanya itu bertujuan untuk memberi keindahan dalam puisnya serta agar pembaca mudah memahami karyanya. Selain itu puisi juga merupakan pengungkapan perasaan penyair yang mengalir yang dituangkan dalam bentuk kata-kata yang indah. Oleh karena itu, tak jarang para penyair menggunakan kata khas puisi dan juga kata-kata yang jelas seperti bahasa sehari-hari dalam puisi-puisinya. b) Pengimajian Herman J. Waluyo menyatakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (2003: 78). Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), dan dirasa (imaji taktil). Atar Semi (1993: 124) mengemukakan bahwa pengimajian adalah penataan kata yang menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkret dan cermat. Pendapat di atas sejalan dengan Effendi (dalam Herman J. Waluyo, 2003: 10) yang mengemukakan bahwa pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh commit penyair. to Mengacu user pendapat tersebut, penyair

28 digilib.uns.ac.id 13 berusaha untuk menggugah timbulnya imaji pembaca sehingga pembaca tergugah untuk melihat benda-benda, warna, kemudian mendengar bunyi-bunyian, serta dapat menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna. Pengimajian dalam puisi dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami oleh penyair. c) Kata konkret H. J. Waluyo (2003: 79) mengungkapkan bahwa setiap penyair berusaha mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan. Hal tersebut bertujuan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan. Berkaitan dengan pendapat tersebut, setiap penyair memiliki cara dalam penggunaan kata konkret yang berbeda. Pengonkretan kata ini erat berhubungan dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan. Kata konkret juga disebut dengan kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret salju yang melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Contoh kata konkret dapat dijumpai pada puisi Chairil Anwar yang berbunyi aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang. Pengonkretan tersebut merupakan usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya. d) Majas Menurut H. J. Waluyo (2003: 83), bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair yang bersusun-susun atau berpigura. Pendapat tersebut sejalan dengan Jabrohim, Suminto dan Chairul Saleh (2001, 35-58) yang menyatakan bahwa bahasa figuratif disebut juga sebagai majas yang biasa dipakai untuk menghidupkan lukisan untuk

29 digilib.uns.ac.id 14 lebih mengonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa majas digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan untuk menyampaikan perasaan, harapan, suasana hati, dan semangat hidupnya agar penyair terhindar dari keterbatasan kata-kata denotatif yang bermakna lugas. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan suatu hal yang lain agar sesuatu itu dapat digambarkan dengan lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan suasana hati yang gembira, senang, mempunyai harapan besar untuk berjumpa dengan seseorang, dan lainlain. Adapun macam-macam majas, antara lain metafora, personifikasi, litotes, ironi, eufemisme, repetisi, dan lain-lain. e) Versifikasi Versifikasi terdiri atas rima, ritma, dan metrum. Marjorie Boulton dalam H. J. Waluyo menyebutkan rima sebagai phonetic form (2003: 90). Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Herman J. Waluyo (2003: 12) mengemukakan bahwa persamaan bunyi yang berulang dapat menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa atau sering disebut daya gaib kata. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma dalam puisi timbul karena perulangan bunyi berturut-turut dan bervariasi, misalnya sajak akhir, asonansi, dan aliterasi. Ritma disebabkan juga oleh tekanantekanan kata yang bergantian keras lemah, disebabkan oleh sifat-sifat konsonan dan vokalnya atau panjang pendek kata. Herman J. Waluyo (2003: 12) menyatakan bahwa ritma berupa pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang teratur dan menciptakan keindahan.

30 digilib.uns.ac.id 15 Herman J. Waluyo (2003: 94) menyatakan bahwa metrum dalam puisi berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Pendapat tersebut sejalan dengan Djoko Pradopo yang mengungkapkan bahwa metrum ialah irama yang tetap. Artinya, pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu (1990: 40). Hal tersebut disebabkan oleh jumlah suku kata yang sudah tetap dan tekanannya yang tetap hingga alun suara yang menaik dan menurun itu tetap saja. Djoko Pradopo juga mengungkapkan bahwa yang terasa seperti mempunyai metrum, yaitu pantun. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah suku kata yang agak tetap dalam tiap baris baitnya dan oleh pola persajakan (tengah atau akhir) yang tetap. Herman J. Waluyo (2003: 96) menyatakan bahwa metrum dalam puisi sulit untuk ditentukan. f) Tipografi Atar Semi mengemukakan bahwa tipografi disebut juga ukiran bentuk (1993: 135). Tipografi diartikan sebagai tataran larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana puisi. Larik-larik puisi dibuat untuk membangun bait. Penyair berusaha menciptakan puisi seperti gambar yang disebut dengan puisi konkret karena tata wajahnya membentuk gambar yang mewakili maksud tertentu. Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa puisi yang tidak mengikuti aturan atau pola disebut dengan puisi dengan tata wajah konvensional (2003: 14). Mengacu pendapat tersebut, tata wajah puisi dibuat apa adanya, tanpa membentuk gambar atau bentuk tertentu lainnya. Artinya, penyair memiliki kebebasan dalam memilih bentuk yang ia sukai, atau menciptakan bentuk yang ia sukai. 2) Struktur Batin Puisi a) Tema H. J. Waluyo (2003: 106) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui puisinya. Dari pendapat tersebut dapat commit diketahui to user bahwa tema merupakan gagasan

31 digilib.uns.ac.id 16 pokok yang dikedepankan penyair dalam puisi-puisinya. Gagasan pokok persoalan atau pikiran tersebut begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema merupakan gagasan pokok tersirat dalam keseluruhan isi puisi. Perasaan-perasaan yang diungkapkan merupakan penggambaran suasana batin. Tema dapat terbagi menjadi bermacam-macam, misalnya Ketuhanan (religius), cinta, kesetiakawanan, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan lain-lain. Untuk mengetahui suatu tema dalam puisi, pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. b) Nada Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. Herman J. Waluyo menyatakan bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca (2003: 125). Mengacu pendapat tersebut nada dalam puisi dibuat oleh penyair untuk menimbulkan suasana tertentu. Suasana puisi dirasakan oleh pembaca sebagai akibat dari nada yang diambil sang penyair. H. J. Waluyo (2003: 37) mengungkapkan bahwa terdapat puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. Mengacu pendapat tersebut, dari nada belas kasih yang diciptakan penyair dalam puisinya dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca ketika ia membaca karya penyair, dan lain-lain. Selain itu, melalui nada, pembaca dapat mengetahui penyampaian penyair baik terkesan menggurui, menasihati, mengejek, santai, dan lain-lain ataupun bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. c) Perasaan Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Oleh sebab commit itu, to penyair user dalam mencipta sebuah puisi

32 digilib.uns.ac.id 17 memiliki perasaan yang berbeda-beda. Perasaan penyair (feeling) adalah nuansa batin penyair yang diekspresikan dengan penuh penghayatan dan takaran yang tepat sehingga diharapkan puisi yang diciptakan penyair terasa hidup, menyentuh rasa haru, dan menggetarkan. Perasaan tersebut ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Nada dan perasaan penyair akan lebih dapat ditangkap jika puisi tersebut dibaca keras dalam deklamasi. Herman J. Waluyo (2003: 40) menyatakan bahwa perasaan yang menjiwai puisi dapat berupa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal. d) Amanat Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat, pesan, atau nasihat yang akan disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah tema, rasa, dan nada puisi dipahami (Herman J. Waluyo, 2003: 130). Mengacu pendapat tersebut, amanat dalam puisi tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair. Selain itu, amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Setelah membaca puisi, pembaca akan dapat menyimpulkan amanat puisi. Amanat puisi juga berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. 2. Hakikat Pendekatan Struktural Abrams dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya serta secara bersama membentuk kebulatan yang indah (1995: 36). Mengacu pendapat tersebut, setiap karya sastra mempunyai unsur pembangun yang secara bersama-sama membentuk kesatuan dan susunan yang indah sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. Teguh (2009) menjelaskan bahwa analisis struktural merupakan salah satu kajian kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan antarunsur pembangun karya sastra. Struktur yang membentuk karya sastra, khususnya puisi ialah struktur fisik dan struktur batin. commit Struktur to puisi user yang hadir di hadapan pembaca

33 digilib.uns.ac.id 18 merupakan sebuah totalitas. Puisi yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan sehingga menyebabkan puisi tersebut menjadi sebuah karya yang indah. Atar Semi mengemukakan bahwa analisis struktural adalah analisis yang terbatas pada karya sastra itu sendiri. Dalam pengertian yang diungkapkan Atar Semi ini, analisis dalam karya sastra terlepas dari faktor yang berasal dari pengarang atau pembacanya (1993: 54). Karya sastra merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis struktur sistem tanda inilah perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut. dengan baik. Pendekatan struktural digunakan untuk memahami karya sastra (puisi) Praba (2003) dalam menjelaskan prinsip-prinsip analisis struktural karya sastra, khususnya puisi, yaitu: a. makna unsur-unsur puisi membentuk makna keseluruhan puisi. Makna unsur-unsur puisi dicari dengan terlebih dahulu mengandaikan makna keseluruhan puisi. b. keberadaan suatu unsur puisi ditentukan oleh adanya unsur lainnya. Oleh karena itu, seluruh unsur-unsur puisi tidak membentuk makna sendiri-sendiri secara lepas, tetapi secara bersama membentuk makna keseluruhan puisi. Maka puisi dikatakan sebagai karya sastra yang "koheren" di mana setiap unsurnya saling terkait dan saling menentukan dalam membentuk makna keseluruhan puisi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis struktural adalah analisis yang didasarkan pada unsur-unsur dalam karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut saling membangun atau terkait satu dengan yang lain. Keterkaitan unsur-unsur ini yaitu dalam membentuk makna keseluruhan puisi. a. Pengertian Materi Pembelajaran 3. Materi Pembelajaran Jenjang SMP Materi pembelajaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian oleh guru. Materi pembelajaran adalah

34 digilib.uns.ac.id 19 segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Inoe, 2008). Mengacu pendapat tersebut, materi ajar disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan materi pembelajaran, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, serta agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu, materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Jenis-jenis materi pembelajaran (instructional materials) terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai (Admin, 2007). Mengacu pendapat tersebut, materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek. Materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan sesuatu. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Adapun contoh dari materi jenis prosedur, antara lain langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara menyetel televisi, dan sebagainya. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolongmenolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan lain-lain. Berkaitan dengan materi ajar, Winkel (2007: 330), menyatakan bahwa materi pembelajaran dapat berupa macam-macam bahan, seperti suatu naskah, persoalan, gambar, isi audiocassette, isi videocassette, preparat, topik perundingan dengan para siswa, jawaban dari para siswa, dan lain-lain. Mengacu pendapat tersebut, dalam mengajarkan puisi, guru hendaknya terampil dan teliti dalam memilih teks puisi yang sesuai bagi para siswanya.

35 digilib.uns.ac.id 20 Winkel (2007: ) menyatakan bahwa pemilihan bahan atau materi pembelajaran harus sesuai dengan beberapa kriteria sebagai berikut: 1) relevan terhadap tujuan instruksional yang harus dicapai, yaitu dari segi isi maupun jenis perilaku yang dituntut siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2) sesuai dalam taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu. 3) dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa. 4) membantu untuk melibatkan diri secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan. 5) sesuai dengan prosedur didaktis yang diikuti. Misalnya, materi pembelajaran akan lain bila guru menggunakan bentuk ceramah, dibandingkan dengan pelajaran bentuk diskusi kelompok. 6) sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran adalah kumpulan materi yang digunakan oleh guru untuk merangsang siswa agar tertarik dalam mempelajari sesuatu sehingga dapat membantu siswa dalam mempelajari kompetensi yang diajarkan serta memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. b. Ciri-ciri Materi Pembelajaran yang Baik Dalam melaksanakan pembelajaran, guru bertanggungjawab sepenuhnya mengenai materi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Materi ajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pemilihan materi pembelajaran perlu mendapatkan persiapan dan pertimbangan yang cermat. Slameto menyatakan bahwa guru sebagai perancang pengajaran hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya (1995: 98). Mengacu pendapat tersebut, pengetahuan yang cukup dalam merancang kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas. Winarno Surakhmad (2009: ) mengungkapkan bahwa terdapat lima komponen utama kualitas pembelajaran, yaitu: pembelajaran yang berkualitas memadukan sekurang-kurangnya peserta didik sebagai pembelajar yang berkualitas, yang difasilitasi oleh guru yang berkualitas, melalui program pembelajaran yang berkualitas, dengan dukungan ekosistem pembelajaran berkualitas, di dalam konteks commit lembaga to pembelajaran user yang berkualitas. Hanya

36 digilib.uns.ac.id 21 pembelajaran berkualitas yang mampu memberikan hasil pembelajaran berkualitas. Salah satu komponen utama kualitas pembelajaran sebagaimana telah diungkapkan oleh Winarno Surakhmad tersebut ialah program pembelajaran berkualitas. Program pembelajaran berkualitas mencakup dua aspek utama, yaitu materi dan proses. Adapun kriteria materi pembelajaran yang baik menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008: ) sebagai berikut: 1) relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran serta kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik. 2) bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi serta kompetensi dasar tersebut. 3) memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh. 4) praktis. 5) bermanfaat bagi peserta didik. 6) menarik minat peserta didik. 7) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas, kriteria pemilihan materi pembelajaran sangatlah beragam. Oleh karena itu, guru hendaknya berhati-hati dan teliti dalam memilih materi pembelajaran bagi siswanya dengan memperhatikan kriteriakriteria yang telah ditentukan. Kriteria materi pembelajaran tak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi ada kriteria lain dalam pemilihan materi pembelajaran, khususnya pembelajaran karya sastra. Riris K. Toha Sarumpaet (2002: ) menyatakan bahwa kriteria pemilihan materi pembelajaran sastra meliputi: 1) valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra. 2) bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari kebutuhan peserta didik (kebutuhan pengembangan insting etis dan estetis, imajinasi, dan daya kritis). 3) menarik supaya dapat merangsang minat peserta didik. 4) berada dalam batas keterbacaan dan intelektualitas peserta didik. Artinya, bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses peserta didik sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran yang menarik, bukan pengajaran yang berat. 5) berupa bacaan haruslah berupa karya sastra yang utuh, bukan sinopsisnya saja, karena karya sinopsis hanya berupa problem kehidupan tanpa diboboti nilai-nilai estetis yang menjadi pokok atau inti karya sastra.

37 digilib.uns.ac.id 22 Pemilihan materi ajar tidak hanya sebatas yang diungkapkan di atas, tetapi pemilihan materi ajar ditentukan oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut antara lain, kurikulum yang berlaku serta faktor lain yang dipikirkan oleh guru yang mengajar pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat kompetensi sastra di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan hal tersebut, Moody dalam Maria Utami (2010: 6-8) menyebutkan tiga aspek dalam pemilihan bahan ajar, antara lain: aspek bahasa, kejiwaan, dan budaya. 1) Aspek bahasa Bahasa merupakan alat berpikir dan berkomunikasi. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia selalu diajarkan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tingkat tinggi. Pada hakikatnya, penguasaan bahasa setiap individu berbeda-beda, tumbuh, dan berkembang melalui tahap-tahap yang jelas. Kaitannya dengan pembelajaran apresiasi puisi, Sawali (2009) menyatakan bahwa bahasa puisi bersifat sugestif (penyaranan), asosiatif (pertalian), dan imajis (pembayangan). Dengan sifat bahasa puisi tersebut siswa dapat menemukan nilai keindahan yang terkandung di dalamnya. Melalui puisi, siswa dapat memahami nilai yang terkandung di dalamnya yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertajam daya apresiasi sekaligus menghidupkan naluri keindahannya. Oleh karena itu, agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, guru perlu mengetahui sekaligus mengembangkan penguasaan bahasa siswanya. Guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. 2) Aspek kejiwaan Kematangan jiwa seseorang akan sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh tingkat perkembangan kejiwaan mereka sebagai manusia. Hal tersebut dikarenakan secara psikologis, selama kehidupannya manusia mengalami dan melalui tingkat-tingkat perkembangan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tingkat perkembangan kejiwaan siswa menjadi faktor yang sangat penting dalam proses pemilihan materi commit ajar. to Tahap user perkembangan jiwa juga sangat

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk mengetahui penelitian tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada pembelajaran apresiasi sastra khususnya apresiasi puisi perlu dibuat sebuah bahan

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: Tinjauan Struktural, Nilai Pendidikan, dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sekolah Menengah Atas di Surakarta SKRIPSI Oleh: Yanuri Natalia Sunata K1209075

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Berdasarkan penelitian terdahulu, belum ada seorang pun yang meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No Chachacha karya Nosaka Akiyuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Puisi Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO Oleh: Farida Tuzzaman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengungkapkan Isi Puisi Berdasarkan KTSP untuk Kelas X SMA Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu untuk meningkatkan kemampuan peserta

Lebih terperinci

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN SKRIPSI Oleh: INTAN SARASWATI K1209035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013 NOVEL

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI M. Syirojudin A malina Wijaya S2 Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana

Lebih terperinci

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa. Menurut Tarigan (1986:3), menulis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli P U I S I A. PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) Pengertian Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, matra serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN)

NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN) NOVEL GENI JORA DAN MATARAISA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN KESETARAAN GENDER DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh: ZURNI MASRUROTIN K1209078 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu, BAB II KAJIAN TEORI Dalam kajian teori di bawah ini diuraikan beberapa hal sebagai landasan penelitian, yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu, dijelaskan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK KATA KUNCI DENGAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 1 PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,

Lebih terperinci

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING) BAB III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN

KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN SKRIPSI Oleh: YUSUF MUFLIKH RAHARJO K1210064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Apresiasi Puisi 1. Definisi Belajar Pengertian belajar menurut Dimyati dkk (2002 : 5), menyebutkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau

Lebih terperinci

PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI

PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI Solehatul Kamilah 1, Gede Gunatama 1, Ida Bagus Sutresna 2 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII DENGAN MENERAPKAN METODE BELANJA KATA DI SMPN SATU ATAP PENGAMPON Dwi Novita Ariyaningtyas 1 Heri Suwignyo 2 Karkono 3 Universitas Negeri Malang, Jalan

Lebih terperinci

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA

PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA PENGGUNAAN BAHASA FIGURATIF DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SERTA RELEVANSINYA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP SKRIPSI Oleh : Annisa

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK GAGASAN PADA HARIAN SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK GAGASAN PADA HARIAN SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK GAGASAN PADA HARIAN SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA SKRIPSI Oleh: YANUAR BAGAS ARWANSYAH K1210059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo dan Perbandingannya, Belum pernah diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL SEKAR KARYA MARIA A. SARDJONO DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI.

KAJIAN MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL SEKAR KARYA MARIA A. SARDJONO DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI. KAJIAN MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL SEKAR KARYA MARIA A. SARDJONO DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Oleh: MERPHATY SUKMA WARDHANI K1205026 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk karya sastra mempunyai bahasa yang khas salah satunya yaitu puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan oleh penulisnya. Menulis

Lebih terperinci

KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) KUMPULAN CERPEN LEONTIN DEWANGGA KARYA MARTIN ALEIDA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh : CAHYANI MUKTI PAMUJI K1210016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Eriana Widya Rahmawati K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Eriana Widya Rahmawati K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KRITIK SOSIAL DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU KARYA W.S. RENDRA KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR SASTRA DI SMA SKRIPSI Oleh : Eriana Widya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Oleh : RATIH RIANDINI PUTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)

CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) SKRIPSI Oleh : Fitri Rahmawaty K1209030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar sebuah karya ilmiah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW. Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW. Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan. 1 PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan Abstrak Salah satu metode pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran bahasa Jerman

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI SKRIPSI Oleh: LINA SUPRAPTO K1209039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potret sosial adalah gambaran dari suatu kejadian yang telah terjadi dan terkait dengan orang banyak. Maka banyak orang yang memberikan perhatian terhadap peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA,

KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA, NOVEL LARUNG KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA, NILAI PENDIDIKAN, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : NEZARA IMASTUTI NIM K1210036 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG Evi Maesaroh 1) Hasnul Fikri 2) Dainur Putri 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU

STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU STRUKTUR SASTRA DALAM LAGU DAERAH PANJALU PADA ALBUM PESONA WISATA SITU PANJALU Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Lagu daerah merupakan bentuk budaya dan karya seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AFMAD FUADI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AFMAD FUADI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AFMAD FUADI (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Disusun Oleh: K1210058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA SKRIPSI. Oleh: SATRIYO JATI WASKITHO K

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA SKRIPSI. Oleh: SATRIYO JATI WASKITHO K KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL RUMAH TANPA JENDELA KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Oleh: SATRIYO JATI WASKITHO K1209063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

Oleh Rudiansyah Siregar Dr. Wisman Hadi, M.Hum.

Oleh Rudiansyah Siregar Dr. Wisman Hadi, M.Hum. 0 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO KETIKA TANGAN DAN KAKI BERKATA OLEH CHRISYE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PANAI HULU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Rudiansyah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: UMI LAELY LUTFIANA K1209069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari buku-buku dan skripsi pendukung yang relevan dengan judul penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan,

Lebih terperinci

Analisis Unsur Intrinsik Puisi Tema Guru Karya Siswa Kelas V SDN 1 Nagarasari

Analisis Unsur Intrinsik Puisi Tema Guru Karya Siswa Kelas V SDN 1 Nagarasari Analisis Unsur Intrinsik Puisi Tema Guru Karya Siswa Kelas V SDN 1 Nagarasari Oleh Cecep Ahmad Hidayat; Rustono WS; Reni Bakhraeni. Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

Lebih terperinci

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN MENGAJARKAN SASTRA Tiurnalis Siregar Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Karya Sastra merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 (Studi Kasus) Oleh : RIKA BADRIA NIM K

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 (Studi Kasus) Oleh : RIKA BADRIA NIM K PELAKSANAAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 (Studi Kasus) Oleh : RIKA BADRIA NIM K1206035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi PendidikanBahasaDan Sastra Indonesia

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi PendidikanBahasaDan Sastra Indonesia NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM DON T MAKE ME SAD KARYA BAND LETTO : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO

KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO KONFLIK BATIN TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL 2 KARYA DONNY DHIRGANTORO SKRIPSI Oleh: NOVA AYU WULANDARI K1209049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci