IR. RATNA L. NUGROHO, MM.

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR 2 QUOTE : John F. Kennedy 3 A. LATAR BELAKANG 4 B. RUMUSAN MASALAH 5 C. HAKEKAT SERTIFIKASI DOSEN 5 D. PORTOFOLIO DOSEN DALAM JABATAN 7 E. MENUJU DOSEN PROFESIONAL 12 F. KESIMPULAN 14 G. SARAN-SARAN 15 DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN: HANDOUTS PRESENTASI 12 (DUABELAS) HALAMAN --- 1

2 Kata Pengantar Makalah ini disusun sebagai bahan untuk penyelenggaraan Workshop Internal Faculty. Makalah ini merupakan kajian singkat tentang Sertifikasi Dosen dan Dinamika yang terjadi di dalamnya. Dalam makalah ini, fokus penulis adalah pada proses pengurusan Sertifikasi Dosen, agar peserta Workshop Internal Faculty dapat berangkat dengan persepsi yang sama. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.Palti Sitorus,MM. sebagai Direktur Penelitian, Perencanaan Strategis dan Akreditasi, atas arahan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat. Penulis, Ir. Ratna L. Nugroho, MM. Bandung, 12 Oktober

3 Our colleges and universities represent our ultimate educational resource. In these institutions are produced the leaders and other trained persons whom we need to carry forward our highly developed civilization. (John F. Kennedy, Special Message to the Congress on Education, February 20, 1961) Source: (diakses 12 Oktober 2010) 3

4 A. LATAR BELAKANG IR. RATNA L. NUGROHO, MM. Pasca disahkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen (selanjutnya disingkat UUGD), profesi guru dan dosen kembali menjadi bahan pertimbangan oleh banyak pihak khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Mengapa tidak? Kehadiran undang- undang tersebut manambah wacana baru akan dimantapkannya hak- hak dan kewajiban bagi guru dan dosen. Di antara hak yang paling ditunggu selama ini adalah adanya upaya perbaikan kesejahteraan bagi guru dan dosen, salah satu upaya yang sementara dilaksanakan saat ini dalam rangka implementasi UUGD adalah pelaksanaan sertifikasi dosen (selanjutnya disingkat Serdos) dalam jabatan sebagaimana telah diatur dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun Banyak kalangan yang pesimis dengan adanya Serdos ini, namun tak sedikit yang merasa gembira dan berbahagia terutama bagi mereka yang sudah dinyatakan lulus karena sudah barang tentu setelah dinyatakan lulus, sudah ada jaminan bagi mereka bahwa pemerintah segera akan membayar tunjangan profesi tersebut, sebuah harapan sekaligus tantangan menuju dosen profesional. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, antara lain menata sarana dan prasarana, mengutak atik kurikulum, meningkatkan kualitas dosen melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, memberikan berbagai pendidikan dan latihan atau diklat sampai pada meningkatkan tunjangan profesi dosen dalam arti meningkatkan kesejahteraan dosen. Fenomena ini menunjukkan bahwa dari sisi kesejahteraan sudah ada upaya konkrit yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi hak dosen, apalagi saat ini sertifikasi dosen sudah mulai dilaksanakan dalam rangka pemberian tunjangan profesi sebagaimana diatur dalam UUGD. Persoalannya adalah apakah dengan pemberian tunjangan profesi akan melahirkan dosen profesional? Jawabannya terpulang kepada setiap pribadi dosen. 4

5 B. RUMUSAN MASALAH IR. RATNA L. NUGROHO, MM. Dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1) Apa yang menjadi tolok ukur pemerintah kepada pendidik? 2) Bagaimana pelaksanaan Serdos di Indonesia? C. HAKEKAT SERTIFIKASI DOSEN Sertifikasi dosen (Serdos) adalah sebuah upaya peningkatan mutu dosen yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan dosen, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteran dosen berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi dosen yang telah memiliki sertifikat pendidik. Perlunya ada sertifikat pendidik bagi dosen, bukan saja untuk memenuhi persyaratan sebuah profesi yang menuntut adanya kualifikasi minimum dan sertifikasi, juga dimaksudkan agar dosen dapat diberi tunjangan profesi oleh negara. Tunjangan profesi itu diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang profesi dapat hidup layak dan memadai, apalagi hingga saat ini dosen masih tergolong kelompok yang berpenghasilan rendah yang harus dibantu meningkatkan kesejahteraan melalui undang- undang. Berdasarkan kepentingan tersebut, maka dalam UUGD dengan tegas dirumuskan pada pasal 16, bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi guru yang diangkat oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang memiliki sertifikat pendidik yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok yang diangkat oleh pemerintah pada tingkatan masa kerja dan kualifikasi yang sama. Tunjangan profesi ini dialokasikan dalam APBN dan APBD. Substansi yang sama bagi dosen diatur dalam pasal 53 UUGD. Dengan demikian maka diskriminasi antara guru dan dosen yang berstatus PNS dan non-pns tidak akan terjadi lagi. Sertifikasi pendidik bagi dosen diatur dalam pasal 11 ayat (2) dan (3) UUGD yang menyebutkan bahwa sertifikat pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga pendidikan yang telah terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan dilaksanakan secara transparan, objektif dan 5

6 akuntabel. Setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik itu memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi dosen pada satuan pendidikan tertentu (pasal 12 UUGD). Agar sertifikat pendidik dapat diperoleh oleh dosen yang berstatus PNS dan non-pns tanpa banyak hambatan, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran, termasuk untuk meningkatkan kualifikasi akademik (pasal 13 ayat 1 UUGD). Selain tunjangan profesi, bagi dosen yang memiliki sertifikat pendidik dan yang belum tersertifikasi akan disediakan oleh negara tunjangan fungsional atau tunjangan sejenis; kepada dosen, baik yang berstatus PNS maupun non-pns. Tunjangan yang dimaksud ini dialokasikan dalam APBN dan atau APBD, sehingga tidak ada keraguan bahwa tunjangan ini tidak akan dilaksanakan oleh pemerintah (pasal 17 UUGD ). UUGD mengamanatkan bahwa pendidik dan pekerja profesional berhak mendapatkan hak- hak sekaligus kewajiban profesional. Dengan demikian pendidik diharapkan mengabdi secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi tersebut. Didalam UUGD ditentukan bahwa: Seorang pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 8). Kualifikasi akademik diperoleh melalui perguruan tinggi program sarjana (S1) atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru (pasal 9) dan S-2 untuk dosen (pasal 46). Kompetensi profesi pendidik memiliki (1) kompetensi pedagogig, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (pasal 19). Keempat kompetensi tersebut dapat diurai seperti berikut ini: (1) Kompetensi Pedagogig adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 6

7 evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik, dan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (2) Kompetensi Kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, emosi terkendali. (3) Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berintegrasi secara efektif dengan peserrta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat secara umum. (4) Kompetensi Profesional adalah kemampuan pendidik dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan komprehensif yang memungkinkan membimbing peserta didik untuk memperoleh penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Untuk dapat menetapkan bahwa seorang pendidik memenuhi standar profesional maka pendidik yang bersangkutan harus mengikuti uji sertifikasi. Ada dua macam pelaksanaan uji sertifikasi, yaitu: (1) Sebagai bagian dari pendidikan profesi bagi mereka yang masih calon pendidik (sertifikasi dosen pra-jabatan) (2) Berdiri sendiri bagi mereka yang saat diundangkannya UUGD sudah berstatus pendidik (sertifikasi dosen dalam jabatan). Sertifikasi pendidik atau dosen dalam jabatan akan dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio. D. PORTOFOLIO SERTIFIKASI DOSEN DALAM JABATAN Portofolio adalah bukti fisik (dokumentasi) yang menggambarkan pengalaman berkarya, kreasi dan prestasi yang dicapai oleh seorang dosen dalam menjalankan tugas profesi dalam interval waktu tertentu. Fungsi portofolio sertifikasi dosen dalam jabatan adalah untuk menilai kompetensi dosen dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. 7

8 Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) Wahana dosen untuk menampilkan dan atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas dan relevansi melalui karya- karya utama dan pendukung (2) Informasi dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang dosen bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan (3) Dasar menentukan kelulusan seorang dosen yang mengikuti uji sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) (4) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan dosen. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 47 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Mei 2009 dinyatakan dalam: BAB II SERTIFIKASI (1) Pasal 6 Sertifikasi pendidik untuk dosen harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. (2) Pasal 7 Sertifikat pendidik untuk dosen berlaku selama yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III HAK (1) Bagian Kesatu tentang Tunjangan Profesi Pasal 8 ayat (1) Tunjangan profesi diberikan kepada dosen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. memiliki sertifikat pendidik yang telah diberi nomor registrasi dosen oleh Departemen; b. melaksanakan tridharma perguruan tinggi dengan beban kerja paling sedikit sepadan 12 (dua belas) SKS...dst. (2) Bagian Kedua tentang Tunjangan Khusus Pasal 9 ayat (3) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada dosen hanya apabila yang bersangkutan melaksanakan 8

9 kewajibannya sebagai dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Selain tentang sertifikasi dan hak, ada 10 (sepuluh) komponen portofolio yang dijadikan sebagai pedoman dalam menilai aktivitas seorang dosen, yaitu: (1) kualifikasi akademik (2) pendidikan dan pelatihan (3) pengalaman mengajar (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (5) penilaian dari atasan (6) prestasi akademik (7) karya pengembangan profesi (8) keikutsertaan dalam profesi ilmiah (9) pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Berikut ini adalah uraian tentang kesepuluh komponen portofolio tersebut: (1) Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan dosen yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan bergelar (S1, S2, dan S3) dari dalam maupun luar negeri. Bukti fisik yang terkait dalam komponen ini dapat berupa ijazah. (2) Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional. Bukti fisik kompetensi ini dapat berupa sertifikat, piagam atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat. (3) Pengalaman mengajar yaitu masa kerja dosen dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. 9

10 (4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yaitu persiapan pengelolaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran paling tidak memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media pembelajaran, skenario pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik dari komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran yang diketahui/disahkan oleh atasan. Di samping itu, pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan dosen dalam mengelola pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup kegiatan pra-pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas), kegiatan inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, evaluasi, penguasaan bahasa ) dan penutu (refleksi, rangkuman dan tindak lanjut). Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian atasan dan atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola oleh dosen. (5) Penilaian dari atasan yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial yang meliputi aspek- aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama. (6) Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai dosen; utamanya yang terkait dengan bidang keahlian yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau non-pendidikan). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara. (7) Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh dosen. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah/surat kabar, menjadi reviewer buku, penulis modul/buku cetak 10

11 lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran satu semester, media/alat pembelajaran, laporan penelitian dan karya seni. Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang. (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, internasional baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dilampirkan dalam komponen ini berupa makalah dan sertifikat/piagam bagi nara sumber dan sertifikat/piagam bagi peserta. (9) Pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial yaitu pengalaman dosen menjadi pengurus dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi pendidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang pendidikan antara lain pengawas, ketua jurusan, kepala laboratorium, ketua studio, ketua asosiasi di bidang studi asosiasi profesi dan pembina kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan pengurus di bidang sosial antara lain ketua RW/RT, ketua Lembaga Masyarakat Desa (LMD) dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang. (10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang diperoleh karena dosen menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografi ), kualitatif (komitmen, etos kerja) dan relevansi (dalam bidang/ rumpun bidang) baik pada tingkat kepribadian/kota, provinsi, nasional maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa foto kopi sertifikat, piagam atau surat keterangan. Sepuluh komponen portofolio sertiikat dosen dalam jabatan sebagaimana dijelaskan di atas, harus menjadi acuan bagi dosen dalam menyusun portofolionya dan sudah dapat dihitung sendiri berapa besar nilai yang diperoleh berdasarkan bukti fisik yang dimiliki dengan mengacu pada rubrik penilaian yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi dan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Tahun

12 Dengan demikian bagi dosen yang belum mencapai standar minimal angka yang disyaratkan untuk lulus yaitu 850 (57 % dari perkiraan skor maksimum) seharusnya berupaya untuk melakukan aktifitas yang dapat memperoleh nilai seperti yang disyaratkan dengan memperhatikan komponen mana yang kurang dan komponen mana yang belum ada nilai sama sekali. Dosen yang memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapat sertifikasi pendidik, sedangkan dosen yang tidak lulus dapat melakukan kegiatan tindak lanjut sebagai berikut: (1) melakukan kegiatan untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai lulus (2) mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi dosen yang diakhiri dengan evaluasi/penilaian sesuai persyaratan yang telah ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi. Dosen yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi dosen mendapat sertifikat pendidik. E. MENUJU DOSEN PROFESIONAL Sesungguhnya paradigma baru pendidikan nasional, telah menempatkan pendidik sebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam ketentuan umum UUGD (pasal 1) pengertian profesional diberi rumusan: Profesional adalah kegiatan atau yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi. Selanjutnya pasal 7 ayat 1 UUGD ditetapkan dengan jelas sembilan prinsip profesional bagi guru dan dosen, yaitu: (1) memiliki bakat, minat dan panggilan jiwa dan idealism (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia 12

13 (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sosial dengan bidang tugas (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (9) khusus bagi guru, harus memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal- hal berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Pemberdayaan profesi dosen dilaksanakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik organisasi profesi (pasal 7 ayat 2 UUGD). Selain itu dalam pasal 1 ayat 1 butir 1 UUGD ditetapkan bahwa guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah termasuk pendidikan usia dini. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional diatur lebih rinci pada pasal 2 ayat 1 UUGD disebutkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (pasal 2 ayat 2 UUGD). Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan (pasal 4 UUGD). Selanjutnya kedudukan dosen sebagai tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan 13

14 nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (pasal 6 UUGD). Patut disadari bahwa kedudukan dosen sebagai tenaga profesional dimaksudkan agar dosen mempunyai kompetensi ilmu, teknis dan moral dalam menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab dengan jaminan kesejahteraan yang memadai untuk memenuhi hak warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5 UU Sisdiknas). Bahkan lebih jauh dari itu, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mecapai tujuan pendidikan nasional. Perlu ditegaskan bahwa sertifikat merupakan sarana atau instrumen meningkatkan kualitas kompetensi dosen supaya menjadi dosen yang profesional. Sertifikasi dosen bukan tujuan, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yaitu menciptakan dosen yang berkualitas. Oleh karena itu perlu diwaspadai adanya kecenderungan sebagai orang yang melihat bahwa sertifikasi dosen adalah tujuan, sebab kalau ini yang terjadi maka kualitas dosen yang diharapkan tidak akan tercapai. F. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas bahwa keberadaan dosen yang berkualitas merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan dosen yang berkualitas. Beberapa negara seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang dan Amerika berupaya meningkatkan kualitas dosen dengan mengembangkan kebijakan yang langsung mempengaruhi mutu dosen dengan melaksanakan sertifikasi dosen. Dosen yang sudah ada harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi profesi dosen. Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) telah ditetapkan dan sudah menjadi suatu kebijakan untuk mewujudkan guru dan dosen yang profesional dan 14

15 menetapkan kualifikasi dan sertifikasi sebagai bagian penting dalam menentukan kualitas dan kepentingan dosen. Upaya sungguh- sungguh perlu dilaksanakan untuk mewujudkan dosen yang profesional, sejahtera dan memiliki kompetensi. Hal ini merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktek pendidikan yang berkualitas sebagai pra-syarat untuk mewujudkan kemakmuruan dan kemajuan bangsa Indonesia. G. SARAN-SARAN (1) Ditangan masyarakat, keberadaan seorang dosen dianggap dan dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan (pendidikan) yang tinggi. (2) Kejahatan timbul karena adanya niat dan kesempatan, demikian halnya dengan kenakalan peserta didik. Identifikasi dan carilah solusinya sesegera mungkin untuk menutupi celah-celah yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk melaksanakan niat buruknya. (3) Hendaknya seorang dosen harus betul-betul memiliki komitmen dalam menjalankan tugasnya, karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung pada potensi seorang dosen. 15

16 DAFTAR PUSTAKA Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen Tahun 2010, Buku-I Naskah Akademik, Dirjen Dikti, Depdiknas, Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen Tahun 2010, Buku-II Penyusunan Portofolio, Dirjen Dikti, Depdiknas, Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen Tahun 2010, Buku-III Manajemen Pelaksanaan Sertifikasi Dosen dan Pengelolaan Data, Dirjen Dikti, Depdiknas, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 Tahun 2009 tentang Dosen Peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 16

17 LAMPIRAN PowerPoint Handouts 12 (duabelas) halaman 17