VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang
|
|
- Susanti Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang berada di Desa Kalisari. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian ini meliputi aspek proses industri tahu, jenis limbah yang dihasilkan dari produksi tahu, pengolahan limbah padat dan cair tahu, teknologi pengolahan yang diterapkan, serta dampak dari limbah tahu Deskripsi Proses Produksi Tahu Industri tahu yang dikelola pada umumnya merupakan industri skala rumah tangga. Cara pembuatan tahu pada masing-masing rumah tangga sedikit memiliki perbedaan, namun secara garis besar sama yaitu terdiri dari tahapan pembuatan susu kedelai dan proses koagulasi sampai terbentuknya tahu (Sarwono dan Saragih, 2003). Secara umum proses produksi tahu pada prinsipnya adalah mengekstrak protein kedelai dengan air dan menggumpalkannya dengan asam atau garamgaram tertentu. Penggumpal yang biasanya digunakan oleh para produsen tahu adalah whey dari proses sebelumnya yang sudah asam. Penggumpal ini digunakan karena selain mudah dan murah juga menghasilkan tekstur tahu yang sesuai dengan keinginan konsumen (Indrasti dan Fauzi, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tahapan-tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian dan perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan. Tahap pencucian dan perendaman kedelai dimaksudkan agar kotorankotoran yang ada pada kedelai hilang, seperti batu, kerikil, maupun pasir. Tahap
2 penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga dapat mengurangi waktu pemasakan dan mempermudah ekstraksi susu kedelai. Tahap pemasakan bubur kedelai yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh ekstrak protein yang optimum. Ekstraksi sendiri dilakukan melalui tahapan penyaringan bubur kedelai sehingga diperoleh susu kedelai dan dari penyaringan akan tersisa ampas tahu. Susu kedelai yang telah diperoleh selanjutnya diendapkan dengan menambahkan koagulan untuk mendapatkan protein susu. Selanjutnya gumpalan yang terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam cetakan yang dilapisi oleh kain blancu berwarna putih kemudian dipress hingga terbentuk tahu cetak (Indrasti dan Fauzi, 2009). Secara ringkas, proses pembuatan tahu dapat dilihat pada diagram alir berkut ini. 57
3 Kedelai 40 kg Perendaman (3-6 jam, 120 liter ) Air Panas ( C,40 liter) Penirisan Penggilingan Air (80 liter) Bubur Kedelai Pemasakan (100 O C, 30 menit) Air 440 liter Penyaringan Ekstrak susu kedelai Ampas tahu Penggumpalan Koagulan 0,8 kg Pemisahan bagian cairan Curd Pencetakan dan pengepresan Whey Pengirisan Tahu (2340 potong)* (*) : Tahu potong ukuran 5 x 5 cm Sumber : Data Sekunder, diolah (2011) Gambar 17. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu Identifikasi Jenis Limbah Tahu Jenis limbah tahu yang berhasil diamati dari para pengrajin tahu di Desa Kalisari terdiri dari dua jenis, yaitu limbah padat dan limbah cair 1. Limbah padat Februari Hasil wawancara dengan pengrajin tahu, Bapak Rislam, di Desa Kalisari tanggal 10 58
4 berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, sedangkan limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakan, dan penyaringan. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian dan perendaman ini mengandung komponen organik yang apabila dibiarkan akan menyebabkan air menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemasakan berupa air yang tercecer saat pengadukan, sedangkan limbah cair yang berasal dari proses penyaringan biasa disebut dengan whey. Whey merupakan cairan basi yang apabila dibiarkan akan menimbulkan pencemaran lingkungan apabila whey tersebut dibuang ke sungai (Indrasti dan Fauzi, 2009). Secara ringkas, komposisi limbah yang dihasilkan dari proses produksi tahu per 40 kg kedelai dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu Tahapan Limbah Cair Limbah Padat Pencucian 400 liter - Perendaman 40 liter - Sanitasi 800 liter 56 kg Total 1240 liter 56 kg Sumber: Data Sekunder, diolah (2011) Pengolahan Limbah Cair Tahu Pengolahan limbah cair tahu di Desa Kalisari dilakukan melalui pengolahan limbah cair menjadi biogas. Terdapat empat unit biogas yang ada di Desa Kalisari, dengan kapasitas daya tampung limbah cair masing sebanyak 20 m 3, 5 m 3, dan dua unit dengan masing-masing kapasitas daya tampung limbah sebesar 3500 liter. Untuk biogas dengan kapasitas 20 m 3 mampu menampung limbah cair yang berasal dari lima belas pengrajin tahu, biogas dengan kapasitas 5 m 3 mampu menampung limbah cair yang berasal dari tujuh pengrajin tahu, dan 59
5 dua unit lainnya masing-masing mampu menampung limbah cair yang berasal dari dua pengrajin tahu 2. Teknologi dalam pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sistem pengolahan aerobik untuk limbah cair yang memiliki kadar COD kurang dari 8000 ppm dan sistem pengolahan anaerobik untuk limbah cair yang memiliki kadar COD lebih dari 8000 ppm, oleh karena limbah cair tahu memilki kadar COD lebih dari 8000 ppm maka pengolahannya menggunakan sistem anaerobik (Kemenristek, 2009). Pengolahan anaerobik adalah proses biologis dimana mikroorganisme mengonversi bahan organik dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen) menjadi metana, karbon dioksida, sel mikroba, dan senyawa organik lainnya Awalnya proses anaerobik digunakan untuk mengolah limbah peternakan, tetapi saat ini juga banyak diterapkan untuk mengolah limbah cair dengan konsentrasi bahan organik tinggi. Berikut tahapan proses yang terjadi dalam pengolahan limbah cair secara anaerobik. 2 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Kalisari, Bapak H. Wibowo, di Desa Kalisari tanggal 7 Februari
6 . Sumber: Kemenristek (2009) Gambar 18. Proses Pengolahan Limbah Anaerob Terdapat dua jenis reaktor dalam pengolahan limbah cair, yaitu Totallymix Reaktor (untuk limbah slury), total solid antara 8 12% digunakan untuk limbah yang berbentuk solid seperti kotoran ternak dan Fixed Bed Reaktor atau Reaktor Unggun Tetap (untuk limbah cair), total solid kurang dari 8% yang dapat digunakan untuk limbah yang berbentuk cair. Biogas yang digunakan di Desa Kalisari merupakan jenis Fixed Bed Reaktor karena limbah yang diolah merupakan limbah cair. Terdapat beberapa keunggulan dari pengolahan limbah cair yang menggunakan teknologi Fixed Bed Reaktor diantaranya dalam prosesnya menghasilkan energi yang berbentuk biogas, menghasilkan sedikit lumpur, proses lebih stabil, tidak memerlukan lahan yang besar, serta biaya perawatan dan operasional yang murah. (Kemenristek, 2009). 61
7 Pengolahan Limbah Padat Tahu Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi tahu di Desa Kalisari berupa ampas tahu. Ampas tahu yang dihasilkan dari proses produksi tahu ini secara umum sebanding dengan jumlah kedelai yang digunakan, misalkan apabila proses produksi tahu menggunakan 10 kg kedelai maka ampas tahu yang dihasilkan juga sebanyak 10 kg. Hal ini disebabkan karena ampas tahu yang ada mengandung air. Dalam prakteknya berat ampas tahu bergantung pada jumlah air yang dikandungnya, semakin banyak air yang dikeluarkan, maka semakin ringan pula ampas tahu yang dihasilkan 3. Limbah tahu yang dihasilkan apabila dibiarkan saja akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan jelas dapat mencemari lingkungan. Pengolahan ampas tahu yang sudah dilakukan oleh pengrajin tahu di Desa Kalisari yaitu dengan mengolahnya menjadi pakan ternak dan keripik ampas tahu. Pakan ternak yang dihasilkan diperoleh dari proses pengeringan, sedangkan keripik ampas tahu yang dihasilan diperoleh dari proses perebusan, pemberian bumbu, dan pengeringan. Pengolahan limbah padat menjadi ampas tahu sudah dilakukan oleh seluruh responden karena relatif mudah dilakukan serta dapat menghasilkan tambahan penerimaan Dampak Limbah Tahu Industri tahu menghasilkan produk sampingan berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah yang dihasilkan oleh industri tahu dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan lingkungan dan kesehatan. Limbah padat 3 Hasil wawancara dengan pengrajin tahu, Bapak Rislam, di Desa Kalisari tanggal 10 Februari Hasil wawancara denagn pengrajin tahu, Bapak Junedi, di Desa Kalisari tanggal 10 Februari
8 yang dihasilkan dari industri tahu adalah ampas tahu yang sebagian besar sudah dimanfaatkan oleh pengrajin tahu sebagai pakan ternak maupun sebagai bahan baku bagi industri lain. Apabila ampas tahu ini tidak dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan seperti bau busuk yang dihasilkan oleh kandungan bahan organik yang terdapat dalam ampas tahu (Fauzi dan Indrasti, 2009). Sebagian besar pengrajin tahu masih belum melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan. Alasan biaya yang mahal, dan teknologi yang sulit diterapkan menjadi hambatan utama para pengrajin tahu untuk melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan. Akibatnya sebagian besar para pengrajin tahu membuang limbah cair hasil proses produksi tahu ke sungai atau ke badan air lainnya secara langsung tanpa proses pengolahan. Limbah cair yang dihasilkan mengandung banyak zat organik yang dapat dijadikan sebagai tempat berkembangnya mikroba yang akan mencemari lingkungan sekitar. Senyawa organik apabila berada pada konsenterasi tinggi akan menimbulkan pencemaran pada lingkungan perairan. Kandungan fosfor, nitrogen, dan sulfur serta unsur hara lainnya akan mempercepat pertumbuhan tumbuhan air. Kondisi demikian lambat laun akan menyebabkan kematian biota perairan (Sandriati, 2010; Alaert dan Santika, 1984). Limbah cair mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut serta akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang akan merugikan baik pada produk tahu maupun 63
9 pada tubuh manusia. Apabila dibiarkan, air limbah akan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan akan menimbulkan bau busuk yang akan mengakibatkan sakit pada pernafasan. Apabila air limbah ini dialirkan ke sungai dan kemudian air sungai itu dikonsumsi oleh masyarakat makan akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gatal, diare, kolera, radang usus, dan penyakit lainnya (Kaswinarni, 2007) Estimasi Biaya Produksi Sebelum dan Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Komponen biaya produksi pada industri pembuatan tahu di Desa Kalisari terdiri dari biaya input tetap dan biaya input variabel. Biaya input tetap meliputi biaya faktor produksi dan peralatan yang medukung proses produksi pembuatan tahu seperti widig, raga, saringan, penggilingan, kain blancu, dan cetakan. Rincian komponen biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komponen Biaya Tetap IKM Tahu/bulan Komponen Biaya tetap per skala produksi Biaya Tetap 20 kg 25 kg 30 kg 35 kg 40 kg Widig Raga Ember Saringan Penggilingan Cetakan total biaya tetap Sumber: Data Primer, diolah (2011) Tabel 5. Lanjutan Komponen Biaya Tetap IKM Tahu/bulan Komponen Biaya tetap per skala produksi Rp) Biaya Tetap 50 kg 60 kg 70 kg 80 kg 150 kg Widig Raga Ember Saringan
10 Penggilingan Cetakan total biaya tetap Sumber: Data Primer, diolah (2011) Berdasarkan data di atas, biaya tetap dihitung berdasarkan skala produksi yaitu jumlah bahan baku berupa kedelai yang digunakan. Jumlah pengrajin tahu untuk skala produksi 20, 25, 30, 35, 40, 50, 60, 70, 80, dan 150 kg berturut-turut adalah sebanyak 4, 2, 3, 2, 8, 3, 1, 1, 1, dan 1 orang. Komponen biaya variabel industri tahu meliputi biaya penggunaan kedelai, solar/jasa penggilingan, air, listrik, kunyit, garam, plastik, transportasi, karyawan, kayu bakar, elpiji, dan minyak goreng. Berikut rincian komponen biaya variabel berdasarkan skala produksi tahu. Tabel 6. Komponen Biaya Variabel IKM Tahu/bulan Komponen Biaya variabel per skala produksi Biaya Variabel 20 kg 25 kg 30 kg 35 kg 40 kg Kedelai Solar/Jasa Penggilingan Air Listrik Kunyit Garam Plastik Transportasi Karyawan Kayu Bakar Elpiji Minyak Goreng total biaya variabel Sumber: Data Primer, diolah (2011) 65
11 Tabel 7. Lanjutan Komponen Biaya Variabel IKM Tahu/bulan Komponen Biaya Variabel Biaya variabel per skala produksi 50 kg 60 kg 70 kg 80 kg 150 kg Kedelai Solar/Jasa Penggilingan Air Listrik Kunyit Garam Plastik Transportasi Karyawan Kayu Bakar Elpiji Minyak Goreng total biaya variabel Sumber: Data Primer, diolah (2011) Total biaya produksi pada industri tahu dihitung denga menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel. Rincian total biaya produksi IKM tahu berdasarkan skala produksi tertentu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Biaya Produksi Total IKM Tahu Berdasarkan Skala Produksi/bulan Skala Produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total (kg) Sumber: Data Primer, diolah (2011) 66
12 Estimasi Biaya Produksi Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal Biaya produksi sebelum internalisasi terdiri dari biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total. Penerimaan didapat dari hasil penjualan tahu apabila tahu terjual habis dalam satu hari selama satu bulan, sedangakan keuntungan diperoleh dari pengurangan antara biaya total dengan penerimaan. Tabel 9. Biaya Produksi Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal/bulan Skala Produksi (kg) Jumlah Pengrajin (orang) Biaya Tetap Biaya variabel Biaya Total Penerimaan Keuntungan Sumber: Data Primer diolah (2011) Estimasi Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Perbedaan komponen biaya produksi pembuatan tahu setelah internalisasi biaya eksternal terletak pada komponen biaya tetap, yaitu penambahan biaya internal (perawatan biogas) sebesar Rp /bulan dan Rp /bulan serta biaya penbangunan biogas yang sudah merupakan biaya penyusutan selama 20 tahun. Biaya perawatan biogas ini didapat dari hasil musyawarah para partisipan dan pemanfaat biogas di dua RT yaitu RT 05/02 dan RT 06/02. Berikut rincian biaya pembangunan biogas dapat dilihat pada Tabel
13 Tabel 10. Rincian Biaya Pembangunan Biogas No Komponen Biaya Harga 1. Survey lokasi dan perjalanan Sosialisasi, modifikasi lantai, kompor gas 30 unit, pelatihan dan penerapan, study social Pengolahan limbah kapasitas 20 m 3 dan 5 m Start up dan pemeliharaan Tenaga Ahli Total Sumber: Kemenristek (2011) Biaya pembangunan biogas sebenarnya sudah ditanggung seluruhnya oleh pemerintah, namun di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa pengrajin tahu turut menanggung biaya pembangunan biogas. Berikut tabel komponen biaya tetap setelah internalisasi biaya eksternal. Tabel 11. Komponen Biaya Tetap Setelah Internalisasi Biaya Eksternal/Bulan Skala Produksi (Kg) Jumlah Pengrajin (orang) Biaya Tetap Sebelum Internalisasi Biaya Perawatan IPAL Biaya Pembangunan IPAL Biaya Tetap Setelah Internalisasi Sumber: Data Primer, diolah (2011) Komponen biaya tetap setelah internalisasi biaya eksternal terdiri dari biaya perawatan IPAL dan biaya pembangunan IPAL. Kedua jenis biaya ini dibayarkan rutin oleh para pengrajin tahu setiap bulannya kepada pengelola IPAL 68
14 di Desa Kalisari. Berikut tabel komponen biaya produksi setelah internalisasi biaya eksternal. Tabel 12. Biaya Produksi Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Skala Jumlah Biaya Biaya Penerimaan Biaya Total Produksi Pengrajin Tetap variabel (kg) (orang) Keuntungan Sumber: Data Primer, diolah (2011) Analisis Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal Jumlah pengrajin tahu yang sudah melakukan internalisasi biaya eksternal hanya 26 UKM dari total pengrajin yang berjumlah 312 UKM, hal ini disebabkan karena jumlah IPAL yang masih dua unit sehingga kapasitas limbah yang diolah masih sangat minim. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minimnya jumlah biogas yang ada di Desa Kalisari diantaranya kerena keterbatasan lahan, gaya gravitasi bumi yang mempengaruhi penyaluran limbah cair dan biogas, serta lokasi yang strategis dimana letak biogas dikelilingi oleh banyak pengrajin tahu sehingga penyaluran limbah cair untuk diolah serta biogas yang dihasilkan untuk dimanfaatkan dapat menggunakan biaya perpipaan seminimal mungkin. Perbandingan biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada perubahan komponen biaya tetap. Perbandingan biaya 69
15 produksi sebelum dan sesudah internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Biaya Produksi Sebelum dan Sesudah Internalisasi Biaya Eksternal. Skala Usaha (Kg) Jumlah Pengrajin (orang) Biaya Total Sebelum Internalisasi Biaya Total Setelah Internalisasi Penerimaan Selisih Biaya Persentasi Kenaikan Biaya (%) , , , , , , , , , ,32 Rata-Rata ,01 Sumber: Data Primer, diolah (2011) Berdasarkan Tabel 7, biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal didapat dari penjumlahan antara biaya tetap rata-rata sebelum internalisasi dengan biaya variabel rata-rata. Biaya variabel rata-rata sebelum dan sesudah internalisasi memiliki besaran yang sama, karena biaya perawatan biogas diinternalisasikan ke dalam struktur biaya tetap. Rata-rata penerimaan untuk setiap skala usaha sebelum dan sesudah internalisasi memiliki nilai yang sama, hal ini disebabkan karena kenaikan biaya produksi sebelum dan sesudah internalisasi relatif kecil, rata-rata sebesar 1,01%, sehingga tidak mempengaruhi harga penjualan tahu yang mempengaruhi penerimaan. Berdasarkan teori internalisasi biaya eksternal, pihak yang menginternalisasikan biaya eksternal ke dalam struktur biaya produksi akan mengalami penurunan jumlah outpun dan peningkatan harga jual dari output, 70
16 namun pada kasus pengrajin tahu di Desa Kalisari, internalisasi biaya yang dilakukan tidak mempengaruhi jumlah dan harga output yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena biaya internal yang ditanggung pengusaha tahu hanya merupakan iuran untuk operasional biogas saja dan perawatan biogas di Desa Kalisari masih tergolong murah, sedangkan biaya investasi biogas keseluruhan ditanggung oleh pemerintah Estimasi Biaya Eksternal Pencemaran Limbah Tahu dan Nilai Ekonomi manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu Estimasi Biaya Eksternal Biaya eksternal meningkat ketika seseorang atau suatu grup tidak menanggung seluruh biaya akibat segala tindakannya, dengan demikian sebagian biaya tersebut ditanggung oleh pihak lain atau masyarakat luas (Zohrabian dan Philipson, 2010). Jenis biaya ini disebut biaya eksternal karena meskipun produsen atau konsumen tidak bertanggung jawab atas tindakannya secara finansial, namun biaya tersebut nyata bagi anggota masyarakat lainnya (Sabour, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan di Desa Kalisari, biaya eksternal akibat pembuangan limbah cair tahu diantaranya biaya kesehatan, biaya kerugian akibat penurunan produktivitas pertanian, dan biaya untuk perbaikan kesuburan lahan dengan cara penambahan jenis pupuk tertentu yaitu pupuk dolomit Biaya Kesehatan Data mengenai biaya kesehatan didapat dari hasil wawancara dengan bidan desa dan data sekunder yang ada di Polides. Menurut hasil wawancara dengan dokter di desa setempat, jumlah kunjungan penduduk desa ke polides sekitar empat kali dalam setahun per orang dengan biaya pengobatan sebesar Rp 71
17 7 000 (tujuh ribu rupiah) per orang. Rata-rata jumlah penduduk yang bertempat tinggal di sekitar sungai tempat pembuangan limbah cair tahu adalah 94 KK, dengan asumsi masing-masing KK memiliki anggota keluarga sebanyak empat orang 5. Berdasarkan data di atas dapat diestimasi total biaya kesehatan yang ditanggung oleh masyarakat yaitu sebesar Rp (sepuluh juta lima ratus dua puluh delapan ribu rupiah) per tahun. Total biaya ini merupakan biaya yang ditanggung oleh masyarakat yang tinggal di sekitar sungai akibat dampak buruk yang diterima akibat pembuangan limbah cair ke sungai secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu Kehilangan Pendapatan Dampak lain yang ditimbulkan dari pembuangan limbah cair tahu ke sungai secara langsung adalah penurunan produktivitas pertanian. Biaya eksternal yang ditanggung yaitu biaya kehilangan pendapatan akibat penurunan produktivitas yang ditanggung oleh petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gapoktan Desa Kalisari, luas lahan pertanian yang dialiri sungai yang tercemar oleh limbah cair tahu sebesar 37,052 ha dengan penjualan gabah kering sawah sebesar Rp (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per kwintal. Jumlah panen dalam setahun sebanyak dua kali yaitu di musim kemarau sekitar bulan April sampai September dan di musim hujan sekitar bulan Oktober sampai Maret. Akan tetapi terjadi penurunan produktivitas pada musim kemarau karena tingkat keasaman tanah yang dialiri air sungai yang mengandung limbah cair tahu meningkat, penurunan produktivitas akibat hal ini rata-rata mencapai 20%. 5 Hasil wawancara dengan aparat desa, Bapak Warno, di Kantor Desa Kalisari tanggal 15 Februari
18 Berdasarkan data di atas maka dapat diestimasi penerimaan total sebelum lahan pertanian tercemar oleh limbah cair tahu yang terkandung dalam air sungai yang mengaliri lahan mereka yaitu sebesar Rp (satu milyar seratus lima puluh tujuh juta delapan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per tahun, sedangkan penerimaan total setelah terjadi penurunan produktivitas sebesar 20% yaitu sebesar Rp (satu milyar lima puluh lima juta sembilan ratus delapan puluh dua ribu rupiah) per tahun. Selisih penerimaan sebelum dan sesudah lahan pertanian tercemar limbah cair adalah Rp (seratus satu juta delapan ratus sembilan puluh tiga rupiah) per tahun. Berikut tabel perhitungan perubahan penerimaan petani akibat penurunan produktivitas. Tabel 14. Perubahan penerimaan petani akibat penurunan produktivitas Luas lahan Penerimaan Selisih penerimaan (ha) Sebelum pencemaran Setelah pencemaran 11, , , , , Total Sumber: Data Sekunder, 2011 (diolah) Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa kehilangan pendapatan petani (loss of earnings) akibat penurunan produktivitas adalah sebesar Rp (seratus dua puluh sembilan juta tujuh ratus enam puluh enam ribu rupiah) per tahun. Biaya ini yang kemudian menjadi biaya eksternal bagi para pengrajin tahu yang ditanggung oleh petani Biaya Perbaikan Kualitas Lahan Pencemaran air sungai oleh limbah cair tahu juga berdampak pada kualitas kesuburan lahan. Lahan yang tercemar oleh limbah cair tahu akan 73
19 mengalami penurunan ph atau keasaman karena limbah cair tahu memiliki ph yang rendah. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas pertanian pada lahan persawahan. Lahan persawahan di desa Kalisari yang mengalami penurunan kualitas kesuburan akibat pencemaran limbah seluas 37,052 ha. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat kesuburan lahan adalah dengan pemupukan menggunakan jenis pupuk dolomit. Pupuk ini banyak digunakan di tanah yang memiliki ph masam karena kandungan nitrogen yang berlebihan. Dosis pemakaian pupuk ini adalah 2 ton/ha dan harga pupuk/kg adalah Rp 750 (tujuh ratus lima puluh rupiah). Perhitungan biaya perbaikan lahan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Biaya Perbaikan Kesuburan Lahan Luas lahan (ha) Kebutuhan dolomit (kg) Biaya perbaikan 11, , , , , Total Sumber: Data Sekunder, 2011 (diolah) Berdasarkan perhitungan di atas maka biaya perbaikan kualitas kesuburan lahan yang ditanggung petani akibat pencemaran limbah cair tahu adalah sebesar Rp (lima puluh lima juta lima ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah). Biaya ini merupakan biaya eksternal akibat pencemaran sungai oleh limbah cair tahu yang ditanggung oleh petani. 74
20 Estimasi Total Biaya Eksternal Akibat Dampak Pencemaran Limbah Tahu Berdasarkan estimasi setiap komponen dari biaya eksternal yang timbul akibat pencemaran limbah tahu, maka dapat diestimasi total biaya eksternal yang dapat diuraikan pada tabel berikut. Tabel 16. Total Biaya Eksternal Akibat Dampak Pencemaran Limbah Tahu No Komponen Biaya Eksternal Jumlah Biaya Eksternal ( Rp) 1 Biaya kesehatan Kehilangan pendapatan Biaya perbaikan kualitas lahan Total Sumber: Data Primer, 2011 (diolah) Biaya eksternal total yang diperoleh dari biaya kesehatan, kehilangan pendapatan, dan biaya perbaikan kualitas lahan adalah sebesar Rp (seratus sembilan puluh lima juta delapan ratus tujuh puluh dua ribu rupiah) per tahun. Biaya ini adalah biaya total yang ditanggung oleh pihak ketiga akibat dampak pencemaran limbah tahu Estimasi Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu Nilai ekonomi manfaat ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal yang dapat diamati meliputi nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu bakar akibat adanya energi alternatif yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tahu yaitu biogas, penerimaan tambahan dari penjualan keripik ampas tahu dari hasil pengolahan limbah padat tahu, penerimaan tambahan dari penjualan ampas tahu untuk digunakan sebagai pakan ternak, dan penerimaan tambahan dari penjualan cacing yang hidup di selokan tempat pembuangan limbah cair untuk pakan lele dumbo. 75
21 Nilai Penghematan Bahan Bakar Pengolahan limbah cair tahu yang dilakukan di Desa Kalisari menggunakan teknologi pengolahan limbah anaerob yang menghasilakan biogas. Biogas yang dihasilkan ini digunakan oleh masyarakat sebagai enegi alternatif pengganti elpiji dan kayu bakar. Berdasarkan data yang diperoleh, setelah masyarakat menggunakan biogas untuk keperluan rumah tangga, penghematan bahan bakar dapat mencapai 100 persen dan rata-rata penggunaan elpiji 3 kg sebelum menggunakan biogas adalah tiga sampai empat tabung per bulan untuk setiap rumah tangga. Biogas yang sebanyak empat unit ini dapat mengaliri 30 rumah tangga pengrajin tahu. Estimasi total penghematan elpiji setelah menggunakan biogas sebesar Rp (dua juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah) per bulan atau sebesar Rp (tiga puluh dua juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah) per tahun. Rata-rata penghematan biogas per rumah tangga sebesar Rp (delapan puluh sembilan ribu dua ratus enam puluh enam ribu rupiah) per bulan atau Rp (satu juta tujuh puluh satu ribu dua ratus rupiah) per tahun Nilai Penerimaan Penjualan Ampas Tahu untuk Pakan Ternak Ampas tahu yang dihasilkan oleh limbah padat tahu dapat digunakan sebagai pakan ternak. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden pengrajin tahu, mereka semua menjual ampas tahu ke pasar atau ke peternak secara langsung untuk dijadikan pakan ternak sapi atau babi seharga Rp 250 (dua ratus lima puluh rupiah) per kg. Ampas tahu yang dihasilkan jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah kedelai yang digunakan dan kadar air yang dikandung oleh tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin tahu di Kalisari, 76
22 perbandingan ampas tahu yang dihasilkan dengan jumlah kedelai yang digunakan adala 1:1, artinya apabila jumlah kedelai yang digunakan sebanyak 10 kg maka jumlah ampas tahu yang dihasilkan adalah sebesar 10 kg pula. Skala usaha industri tahu di Desa Kalisari cukup variatif sehingga ampas tahu yang dihasilkan juga bervariatif. Hal ini menyebabkan penerimaan dari ampas tahu di setiap skala usaha juga berbeda. Hasil estimasi perhitungan penerimaan dari penjualan ampas tahu untuk pakan ternak dari 60 responden yaitu sebesar Rp (dua puluh enam juta sembilan ratus ribu rupiah) per bulan atau Rp (tiga ratus dua puluh dua juta delapan ratus ribu rupiah) per tahun Nilai Penjualan Keripik Ampas Tahu Ampas tahu yang dihasilkan selain sebagai pakan ternak juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu. Terdapat tiga orang pengrajin keripik ampas tahu di Desa Kalisari, dua di antaranya merupakan pengrajin tahu dan satu orang hanya berprofesi sebagai pengrajin keripik ampas tahu saja. Jumlah ampas tahu yang digunakan oleh masing-masing pengrajin adalah sama yaitu 25 kg. Berikut tabel perhitungan penerimaan dari penjualan keripik ampas tahu oleh tiga orang pengrajin di Desa Kalisari Tabel 17. Nilai Penjualan Keripik Ampas Tahu Pengusaha Biaya total Jumlah output (kg/bungkus) Harga jual/jumlah output Penerimaan Keuntungan Total Sumber: Data Primer diolah (2011) 77
23 Berdasarkan tabel di atas, total keuntungan yang diestimasi dari tiga orang pengrajin keripik tahu adalah sebesar Rp (tiga ratus delapan puluh enam ribu tiga ratus tiga puluh dua rupiah) per hari atau Rp (sebelas juta lima ratus delapan puluh sembilah ribu sembilan ratus delapan puluh satu rupiah) per bulan atau Rp (seratus tiga puluh sembilan juta tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah) per tahun. Nilai ini merupakan nilai tambahan penerimaan bagi para pengrajin keripik ampas tahu Nilai Penerimaan Tambahan dari Penjualan Cacing Pengolahan limbah cair tahu dapat mengurangi aktivitas pembuangan limbah cair tahu ke sungai atau selokan secara langsung. Berdasarkan pengamatan di lapangan, setelah melakukan pengolahan limbah cair tahu, tingkat kekeruhan air sungai dan selokan menjadi berkurang, sehingga organisme di sungai dan badan air lainnya dapat tumbuh dengan baik. Salah satu organisme yang dapat tumbuh baik di selokan dan sungai tempat pembuangan limbah cair setelah pengolahan adalah jenis cacing rambut atau Tubifex sp., cacing tubifex banyak hidup diperairan tawar yang yang airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya masuk kedalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ujung ekornya akan disemburkan diatas permukaan dasar untuk bernafas. Perairan yang banyak dihuni cacing ini sepintas tampak seperti koloni rumput merah yang melambai-lambai 6. 6 Agriefishery Biologi Cacing Rambut (Tubifex sp.). BIOLOGI CACING RAMBUT (Tubifex sp.) «Zona_ik@n. Diakses tanggal 14 Maret
24 Manfaat dari cacing rambut ini adalah dapat digunakan sebagai pakan lele dumbo. Menurut kepala Desa Kalisari dalam satu hari terdapat 30 orang yang mengambil cacing rambut untuk dijual sebagai pakan lele dumbo. Dalam satu hari setiap orang rata-rata mengumpulkan tiga gelas cacing rambut dengan harga per gelas Rp (tujuh ribu rupiah). Berdasarkan data di atas dapat diestimasi penerimaan dari penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo yaitu sebesar Rp (enam ratu tiga puluh ribu rupiah) per hari atau Rp (delapan belas juta sembilan ratus ribu rupiah) per bulan atau Rp (dua ratus dua puluh enam juta delapan ratus ribu rupiah) per tahun Estimasi Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu Berdasarkan estimasi setiap komponen dari nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal, maka dapat diestimasi total nilai manfaat ekonomi yang diuraikan pada tabel berikut. Tabel 18. Total Nilai Ekonomi Manfaat Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu No Komponen Manfaat Jumlah Nilai Ekonomi 1 Penghematan bahan bakar Penerimaan penjualan ampas tahu untuk pakan ternak 3 Penerimaan penjualan keripik ampas tahu Penerimaan penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo Total Sumber: Data Primer, 2011 (diolah) Total manfaat ekonomi yang didapat dari setiap manfaat seperti penghematan bahan bakar, penerimaan penjualan ampas tahu untuk pakan ternak sapi dan babi, penerimaan penjualan keripik ampas tahu, dan penerimaan 79
25 penjualan cacing rambut untuk pakan lele dumbo adalah sebesar Rp (tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah) per tahun Total Nilai Ekonomi Internalisasi Biaya Eksternal IKM Tahu Komponen total nilai ekonomi pada IKM tahu berdasarkan pengamatan meliputi komponen biaya, yaitu biaya eksternal dan komponen manfaat, yaitu manfaat ekonomi dari internalisasi biaya eksternal. Komponen biaya eksternal meliputi biaya kesehatan, biaya perubahan pendapatan akibat perubahan produktivitas pertanian, dan biaya perbaikan lahan. Komponen manfaat berupa nilai penghematan bahan bakar seperti elpiji dan kayu bakar akibat adanya energi alternatif yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair tahu yaitu biogas, penerimaan tambahan dari penjualan keripik ampas tahu dari hasil pengolahan limbah padat tahu, penerimaan tambahan dari penjualan ampas tahu untuk digunakan sebagai pakan ternak, dan penerimaan tambahan dari penjualan cacing yang hidup di selokan tempat pembuangan limbah cair untuk pakan lele dumbo. Total biaya eksternal yang diestimasi sebesar Rp (seratus enam puluh tujuh juta sembilan ratus sembilan ribu rupiah). Total manfaat ekonomi internalisasi biaya eksternal yang diestimasi sebesar Rp (tujuh ratus dua puluh juta delapan ratus lima belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah). Total nilai ekonomi adalah penjumlahan dari total biaya eksternal dan total manfaat ekonomi yaitu sebesar Rp (delapan ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus empat belas ribu tujuh ratus tujuh puluh dua rupiah) per tahun. 80
26 6.4. Estimasi Nilai Kebersediaan Responden Untuk Membayar (Willingness to Pay) Terhadap Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Biogas Willingness to Pay (WTP) Responden Terhadap Pengolahan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas Pendekatan CVM dalam penelitian ini disunakan untuk mengestimasi nilai WTP responden terhadap pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Hasil pelaksanaan metode CVM adalah sebagai berikut: 1. Membuat Pasar Hipotetik Pembuangan limbah cair tahu ke sungai secara langsung tanpa melalui pengolahan menyebabkan pencemaran air sungai diantaranya air menjadi bau, keruh, dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti gatal-gatal dan diare bagi masyarakat yang mengonsumsinya. Pengrajin tahu yang menjadi responden yaitu pengrajin yang tinggal di RT 03/02 dan RT 04/02 karena mereka sampai saat ini masih belum melakukan pengolahan limbah cair tahu dan karena di sekitar RT tersebut direncanakan akan dibangun sistem pengolahan limbah cair menjadi biogas. Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang responden, mereka semua bersedia untuk melakukan pembayaran terhadap iuran perawatan biogas dan menginginkan adanya pembangunan sistem pengolahan limbah cair menjadi biogas seperti yang sudah dilakukan di dua RT lain yaitu RT 05/02 dan RT 06/02 karena alasan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat menghasilkan manfaat yaitu penghematan bahan bakar yang cukup signifikan seperti elpiji, kayu bakar, dan minyak tanah. Walaupun program pembangunan biogas yang direncanakan keseluruhan biaya investasi ditanggung oleh pemerintah namuni diperlukan partisipasi dari masyarakat dalam perawatan biogas. Hal ini 81
27 dimaksudkan agar IPAL yang sudah ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, untuk itu maka pasar hipotetik yang dibangun adalah sebagai berikut: Pasar Hipotetik Pemerintah berencana untuk membangun suatu sistem pengelolaan limbah yaitu sistem pengelolaan limbah menjadi biogas. Bahan baku biogas ini adalah limbah cair tahu yang dihasilkan dari proses produksi tahu. Pembangunan sistem biogas sangat bermanfaat untuk lingkungan karena dapat mengurangi jumlah limbah cair yang dibuang ke sungai serta dapat menghasilkan bahan bakar aternatif berupa gas yang dihasilkan dari pengolahan limbah tersebut. Gas tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti elpiji dan dapat menghemat penggunaan kayu bakar dalam proses produksi. Oleh karena itu pemerintah sangat membutuhkan partisipasi dari masyarakat sekitar untuk pembangunan sistem pengolahan limbah menggunakan sistem biogas ini Skenario Pertanyaan Apabila pemerintah akan melakukan pembangunan sistem pengelolaan limbah cair menjadi biogas, apakah Bapak/Ibu bersedia untuk berpartisipasi dalam pembangunannya? Selanjutnya dari pertanyaan tersebut didapat bahwa keseluruhan responden yang diwawancara yaitu sebesar 30 orang, bersedia untuk melakukan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan besaran nilai awal WTP untuk melakukan penawaran terhadap responden. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Dalam memperkirakan nilai awalan WTP terlebih dahulu dilakukan survey terhadap besarnya iuran biogas pada pengrajin yang sudah melakukan pembayaran iuran perawatan IPAL di RT 05/02 dan RT 06/02 yaitu sebesar Rp (lima belas ribu rupiah) per bulan. Kemudian setelah nilai WTP pertama 82
28 didapat, ditawarkan nilai yang lebih besar dari nilai yang diberikan sebelumnya. Nilai WTP didapat setelah proses tawar menawar selesai. 3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP Nilai rataan WTP didapat sebesar Rp ,33 atau Rp (dua puluh ribu delapan ratus tiga puluh tiga rupiah) per pengrajin per bulan. Jika dihitung per tahun maka rataan WTP sebesar Rp (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per pengrajin per tahun. Besaran rataan WTP tersebut menggambarkan kebersediaan responden dalam membayar iuran untuk perawatan sistem pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Rata-rata pendapatan pengrajin yang belum melakukan pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas di RT 03/02 dan RT 04/02 adalah sebesar Rp (satu juta empat ratus tiga puluh delapan ribu sembilan ratus dua puluh sembilan rupiah) per bulan. Sehingga iuran WTP per bulan adalah sekitar 1,4 % dari pendapatan pengrajin per bulan. Dengan kata lain nilai rataan WTP masih dikatakan rasional. Dugaan nilai rataan responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden yang dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini: Tabel 19. Distribusi Rataan WTP Responden Desa Kalisari WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah , , , , , Total ,33 Sumber: Data primer, diolah (2011) 4. Menjumlahkan Data Nilai total WTP (TWTP) dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden. Perhitungan nilai TWTP dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini. 83
29 Tabel 20. Distribusi Total WTP Responden Desa Kalisari WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Populasi Jumlah Total ,30 93, ,27 83, ,40 124, ,03 10, Total Sumber: Data Primer, diolah (2011) Total WTP menggambarkan total dari populasi pengrajin tahu yang belum mengolah limbah cair di Desa Kalisari yaitu sebesar Rp (enam juta lima ratus ribu rupiah) per bulan atau Rp (tujuh puluh delapan juta rupiah) per tahun. Total WTP ini jika dibandingkan dengan biaya investasi pembangunan sistem pengolahan limbah menjadi biogas tidak akan mencukupi, namun jika untuk menutupi biaya operasional dan perawatan biogas masih cukup untuk setahun, karena biaya perawatan biogas selama ini hanya biaya untuk pembayaran listrik per bulan sebesar Rp (dua puluh tiga ribu rupiah) per bulan dan upah pengelola sebesar Rp (tujuh puluh lima ribu rupiah) per bulan, sehingga biaya perawatan biogas yang rutin dikeluarkan setiap bulan adalah Rp (sembilan puluh delapan ribu rupiah) per bulan. Sehingga total WTP untuk menutupi biaya perawatan biogas dengan asumsi biaya investasi pembangunan biogas seluruhnya ditanggung oleh pemerintah masih mencukupi. 84
IV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra produksi tahu yang terletak di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto 1. Penentuan lokasi ini dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam penyediaan pangan bergizi karena kandungan proteinnya setara dengan protein hewan (Sarwono dan Saragih,
Lebih terperinciBAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan
BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Industri tahu yang dikelola di Desa Cisaat pada umumnya adalah industri
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Deskripsi Profil Industri Tahu Profil industri yang dikaji dalam penelitian ini adalah industri tahu yang ada di Desa Cisaat. Deskripsi profil industri tahu dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya
Lebih terperincill. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi
ll. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Tahu Industri tahu di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi setiap hari
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciPERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS
Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 2 No. 2, Agustus 2015: 1714 ISSN : 2556226 EISSN : 24770299 PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS 1* 2 2 Lidya Rahma Shaffitri,
Lebih terperinciKELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER
KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER Elida Novita*, Iwan Taruna, Teguh Fitra Wicaksono Jurusan Teknik Pertanian,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Pada tahun 2010 usaha tahu di Indonesia mencapai angka 84.000 unit usaha. Unit
Lebih terperinciNama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.
Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN
Lebih terperinciBIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013
Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas
Lebih terperinciBIOGAS DARI KOTORAN SAPI
ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat
Lebih terperinciSOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA
SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA Nurlaila Handayani 1* Yusnawati 2 Nina Fahriana 3 Fakultas Teknik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri dari dua kata tao atau teu berarti kedelai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahu Menurut Sarwono dan Saragih (2003), tahu merupakan makanan yang berasal dari Cina yang diperkenalkan oleh Liu An pada tahun 164 SM. Istilah tahu yaitu tao-hu atau teu-hu terdiri
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciBIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PROPOSAL PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA INTERVENSI TEKNOLOGI PUPUK CAIR ORGANIK BERBAHAN LIMBAH DALAM PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU RUMAH TANGGA BIBIS, MOJOSONGO, KOTA SURAKARTA BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN
Lebih terperincicair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat
Lebih terperinciANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga
VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup seperti tumbuh-tumbuhan atau hewan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau aktivitas yang dianggap sebagai suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah maupun kering,
Lebih terperinciDalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Sri Subekti Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNPAND Jl.. Banjarsari Barat No 1, Semarang e-mail: bek1_04@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciPROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE GREEN PRODUCTIVITY PADA INDUSTRI PENGOLAHAN TEMPE Muhammad Yusuf Jurusan Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Kompleks
Lebih terperinciAir menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air
LEMBAR KERJA SISWA 1 Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air Apakah air yang kamu gunakan dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada
Lebih terperinciINTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) LIDYA RAHMA SHAFFITRI H
INTERNALISASI BIAYA EKSTERNAL PENGOLAHAN LIMBAH TAHU (Studi Kasus : Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) LIDYA RAHMA SHAFFITRI H44070038 DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki
Lebih terperinciStandart Kompetensi Kompetensi Dasar
POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi
Lebih terperinciSOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.
NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan
Lebih terperinciV. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. pemilik usaha industri tahu yang ada di Desa Karanganyar Kecamatan Weru
V. PROFIL INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin merupakan gambaran umum tentang keadaan dan latar belakang pengrajin yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi, tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama
Lebih terperinciSOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA
SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah merupakan sebuah usaha dimana input utama yang digunakan adalah sapi perah untuk menghasilkan susu sebagai output utamanya.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS 12.1. Pendahuluan Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi, kwalitas lingkungan hidup juga menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat
Lebih terperinciENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.
ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciKUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR Tabel Hasil Pengamatan Sampel Warna Endapan Suhu ph Ikan Jumlah gerak mulut ikan dalam 1 menit Keadaan akhir Jernih Tidak Tanpa 25-7 35-75 Hidup sumur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing sutra (Tubifex. sp) merupakan pakan alami yang rata-rata berukuran panjang 1-3 cm. Ukurannya yang kecil membuat pembudidaya memilih cacing sutra sebagai pakan ikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Namun industri tahu juga berpotensi mencemari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi
Lebih terperinciOLEH: YULFINA HAYATI
PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan
Lebih terperincipelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya
PENDAHULUAN Sampah atau limbah, selalu saja menjadi permasalahan. Masalah selalu timbul sebagai akibat dari tidak mampunya masyarakat melakukan tata kelola terhadap sampah atau limbah yang dihasilkan baik
Lebih terperinciPENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri pangan mendukung munculnya dampak negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sisa hasil proses
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS Disusun Oleh: ALDINO OVAN YUDHO K. INDRA KUSDWIATMAJA I8311001 I8311024 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
Lebih terperinciTEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU
TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun
Lebih terperinciBakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN
PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN Disusun Oleh: Ir. Nurzainah Ginting, MSc NIP : 010228333 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2007 Nurzainah Ginting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sistem pengolahan limbah cair yang paling efektif
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI
A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya
Lebih terperinciPENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY
PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY Sri Wahyono Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: swahyono@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciPetunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK
BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah salah satu elemen atau unsur yang berdiri sebagai pemegang tonggak kehidupan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan, oleh karena itu air berperan
Lebih terperinciPENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd
PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. Wignyanto 1) ; Susinggih Wijana 2) ; Saiful Rijal 3) ABSTRAK Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi
V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan pengendapan tepung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperinciRANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA
RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan
Lebih terperinci