KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KARANGASEM TAHUN
|
|
- Indra Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KARANGASEM TAHUN Ni Nengah Desi Lasari Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kontribusi pajak daerah terhadap PAD, (2) kontribusi retribusi daerah terhadap PAD, (3 efektivitas penerimaan pajak daerah dan (4) efektivitas penerimaan retribusi daerah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Pendapatan Kabupaten Karangasem dengan objek penelitian besarnya PAD tahun Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan menggunakan analisis data yaitu analisis kontribusi dan rasio efektivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pajak daerah berkontribusi secara signifikan terhadap PAD dengan rata-rata persentase kontribusi sebesar 60,0% dengan kategori besar, (2) retribusi daerah berkontribusi sangat rendah terhadap PAD dengan rata-rata persentase kontribusi 0,26% dengan kategori kecil, (3) efektivitas penerimaan pajak daerah diperoleh rata-rata sebesar 104,61% dengan kategori sangat efektif dan (4) efektivitas penerimaan retribusi daerah rata-rata diperoleh sebesar 115,0% dengan kategori sangat efektif. Kata kunci: pajak daerah, pendapatan asli daerah (PAD), dan retribusi daerah, ABSTRACT This study aims to determine (1) the contribution of local taxes to PAD, (2) the contribution levies to PAD, (3 effectiveness of local tax revenue and (4) the effectiveness of the reception levies. This research is descriptive research with quantitative approach. Subjects in this study is the Department of Revenue Karangasem with the object of research magnitude PAD This research uses documentation method using data analysis: analysis of the contribution and effectiveness ratio. The results of this study indicate that (1) local taxes contribute significantly to revenue by the average percentage contribution of 60.0% to the category of large, (2) contributes to a very low levies to PAD with an average percentage of contributions of 0.26% with a small category, (3) the effectiveness of local tax revenue gained an average of % categorized as very effective and (4) the effectiveness of the reception levies an average yield of 115.0% to the category of very effective.. Key words: levies, local taxes, and locally generated revenue 1
2 PENDAHULUAN Sebagai Negara yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Otonomi Daerah menurut Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dan juga untuk meningkatkan kemandirian daerah. Otonomi daerah memberi keleluasaan kepada daerah mengurus urusan rumah tangganya sendiri secara demokratis dan bertanggung jawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas yang menjadi prinsip dasar otonomi adalah otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab. Prinsip ini memperhatikan aspek demokrasi, partisipasi, adil dan merata dengan tetap memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Berdasarkan asas tersebut, diharapkan otonomi daerah mampu mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat daerah. Desentralisasi atau otonomi daerah membuat daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengatur urusan rumah tangganya. Hal tersebut menuntut pemerintah daerah untuk lebih bijak dalam mengadakan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Selain hal tersebut pemerintah daerah juga juga dituntut untuk mengalokasikan hasil pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut untuk mencapai masyarakat yang adil, merata dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang dasar Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi daerah, yaitu dengan mengatur sendiri rumah tangganya. Sumber keuangan daerah yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Undangundang No 33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah bersumber dari yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Semakin tinggi PAD dalam suatu daerah maka semakin tinggi tingkat kemandirian dalam suatu daerah. Untuk itu, Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan pengelolaan sumber pendapatan daerah yang berasal dari PAD. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab didaerah secara proposional dan berkeadilan, jauh dari praktik praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta adanya perimbangan antara golongan pemerintah pusat dan daerah. Upaya untuk melaksanakan otonomi daerah yang telah digulirkan 1 Januari 2001, yaitu tahun fiskal 2001 adalah merupakan tekad bersama, baik aparat yang dipusat maupun yang di daerah. Tentu dalam hal ini harus dilaksanakan dengan hati hati, seksama namun tidak mengurangi jangka waktu yang telah ditetapkan agar mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan otonomi daerah (Widjaja, 2004:7-8). PAD sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan harus dioptimalkan dalam rangka mewujudkan semangat kemandiriaan lokal. Mandiri diartikan sebagai semangat dan tekad yang kuat untuk membangun daerahnya sendiri dengan tidak mengantungkan pada fasilitas atau faktor yang berasal dari luar. Meskipun masih ada sebagian derah otonom (kabupaten/ kota) dengan tingkat PAD kecil, sehingga masih diperlukan bantuan 2
3 keuangan dari Pemerintah Pusat. Meskipun tingkat ketergantungan keuangan daerah otonom terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi (kuat), namun diharapkan kepada setiap daerah otonom untuk mengoptimalkan sumber-sumber PAD yang dimiliki untuk ditingkatkan secara intensif dan eksentif disamping peningkatan pengelolaan sumberdaya alam di daerah sebagai hasil pelaksanaan Undang-undang Nomor 33 Tahun Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa sumbersumber pendapatan daerah adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang meliputi: a) pajak daerah, b) retribusi daerah, c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan d) lain-lain PAD yang sah. 2) Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana perimbangan terdiri dari dua jenis, yaitu dana bagi hasil dan dana transfer. Dana bagi hasil terdiri dari bagi hasil penerimaan pajak (tax sharing) dan bagi hasil penerimaan Sumber Daya Alam (SDA). Adapun yang termasuk dalam pembagian hasil perpajakan adalah Pajak Penghasilan (PPh) perorangan, PBB, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sedangkan pembagian hasil penerimaan dari SDA berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Dana transfer sebagai komponen dana perimbangan lainnya, terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). 3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sumber penerimaan daerah yang lainnya, yaitu pembiayaan bersumber dari: a) sisa lebih perhitungan anggaran daerah, b) penerimaan pinjaman daerah, c) dana cadangan daerah, dan d) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 Ayat 18 mengatakan bahwa Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah. Sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sumber-sumber pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut: 1) Pajak daerah merupakan iuran wajib oleh Wajib pajak orang pribadi maupun badan kepada pemerintah daerah yang diatur berdasarkan Undang-undang (Perda) dan hasil pemungutannya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatnya. 2) Retribusi Daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari: a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD), b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah pusat (BUMN), c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari: a.hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, b.jasa giro, c.pendapatan bunga, d.keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, e.penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan 3
4 dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamankan perwujudan pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi daerah sendiri diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta peningkatan daya saing daerah. Upaya tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang, dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. UU No. 28 Tahun 2009 memberikan perincian jenis pajak dan retribusi daerah secara detail disbanding UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana diubah berdasarkan UU No. 34 Tahun Pada UU No 18 Tahun 1997 jenis dari masing masing objek retribusi ditentukan berdasarkan peraturan pemerintah. Ketentuan demikian dilakukan perbaikan berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 yaitu jenis retribusi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah harus berdasarkan criteria yang ditentukan dalam Pasal 18 UU No. 34 Tahun Sebagai pelaksana dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah dan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah. Kelonggaran mengenai pajak melalui Perda masih dimungkinkan karena berdasarkan Pasal 73 ketentuan Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, Kabupaten/Kota dengan Peraturan Daerah dan menetapkan jenis pajak lainnya selain jenis pajak Kabupaten/Kota yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini sesuai criteria yang ditetapkan dalam undangundang. Dengan adanya pengaturan retribusi daerah meski masih memberi peluang penarikan retribusi selain yang diatur dalam undang-undang tetapi pengaturan dalam UU No. 28 Tahun 2009 lebih lengkap disbanding dengan pengaturan pungutan retribusi daerah yang diatur dalam undang-undang yang lama yaitu UU No. 19 Tahun 1987 sebagaimana diubah dengan UU No. 34 Tahun Dalam undang-undang yang lama tidak diatur jenis masing-masing retribusi tetapi hanya mengatur prinsip dan sasaran jenis dan tarif retribusi yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Menurut Arikunto (2009:234) Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel yang didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Karangasem tahun dan untuk mengetahui proyeksikontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Karangasem pada tahun Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Karangasem tahun Analisis data yang digunakan dalam menganalisis setiap aspek-aspek yang dibutuhkan, yaitu dengan menggunakan analisis kontribusi dan rasio efektivitas dimana akan digunakan untuk mencari pajak dan retribusi daerah terhadap PAD dan 4
5 tingkat efektivitas penerimaan pajak pajak daerah dan retribusi daerah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada kajian ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian yang diperoleh berupa Jumlah Realisasi Pajak dan Retribusi Daerah, Jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Kontribusi Pajak dan Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Karangasem Tahun Berdasarkan hasil penelitian penerimaan PAD di Kabupaten Karangasem khususnya yang berasal dari pajak daerah tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 setiap tahunnya mengalami fluktuasi baik target maupun realisasinya. Perubahan jumlah penerimaan Pajak Daerah yang diperoleh juga mempengaruhi kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap PAD. Data yang berhasil diperoleh merupakan hasil dari perhitungan besaran kontribusi pajak dan retribusi daerah terhadap PAD, dan persentase efektivitas penerimaan pajak dan retribusi daerah. Hasil perhitungan kontribusi pajak daerah terhadap PAD dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD Tahun Anggaran Pajak Daerah Jumlah PAD Kontribusi (1) (2) (3) (4) , ,69 63, , ,70 57, , ,71 61, , ,89 57, , ,66 57,58 Pada tabel 1. dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD mengalami fluktuasi. Tahun diketahui bahwa tahun 2011 dan tahun 2013 kontribusi pajak daerah sangat tinggi. Tingginya kontribusi tersebut disebabkan pada tahun 2011 dan 2013 penerimaan dari pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan sangat besar. Tahun 2011 dan 2013 jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Karangasem mengalami peningkatan, yang mempengaruhi peningkatan pendapatannya. Tahun 2012, 2014 dan 2015 persentase kontribusi pajak daerah mengalami penurunan. Berkurangnya kontribusi pajak daerah terhadap PAD berdasarkan data penerimaan pendapatan di Kabupaten Karangasem disebabkan karena berkurangnya jumlah perolehan pajak dari pajak hotel dan pajak restoran. Selain itu pada tahun 2012, 2014 dan 2015 pendapatan daerah dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah yang berupa pendapatan denda pajak, penerimaan jasa giro dan bunga deposito mengalami peningkatan penerimaan. Dengan demikian maka kontribusi pajak daerah terhadap PAD pada tahun 2012, 2014 dan 2015 mengalami penurunan. Hasil perhitungan kontribusi retribusi daerah terhadap PAD dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Tahun Anggaran Retribusi Daerah Jumlah PAD (1) (3) (2) (4) , ,69 0, , ,70 0, , ,71 0, , ,89 0, , ,66 0,59 Kontribusi 5
6 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase kontribusi retribusi daerah terhadap PAD dalam kurun waktu sangat kecil dibandingkan dengan kontribusi pajak daerah. Akan tetapi kontribusi retribusi daerah cenderung mengalami kenaikan yang signifikan. Presentase kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten Karangasem tahun 2011 sebesar 0,06%, tahun 2012 sebesar 0,07%, tahun 2013 sebesar 0,06%, tahun 2014 sebesar 0,54%, dan tahun 2015 sebesar 0,59%. Persentase kontribusi retribusi daerah berada pada interval (0-19%) yang dikategorikan kecil. Hasil perhitungan efektivitas penerimaan pajak daerah dapat dilihat pad a tabel 3 berikut Tabel 3. Persentase efektivitas pajak daerah Tahun Anggaran Target Realisasi Persentase (1) (2) (3) (4) , ,00 106, , ,83 97, , ,80 108, , ,27 109, , ,60 101,13% Pada tabel 3 dilihat pada tahun 2011 tingkat efektivitas pajak daerah Kabupaten Karangasem sebesar 106,57%, tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9,07 menjadi 97,50%, dimana jumlah pajak yang terealisasi kurang dari jumlah yang dianggarkan/target. Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 10,98 menjadi 108, 48%, tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,79 menjadi 109,37%, dan pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan sebesar 8,24 menjadi 101,13%. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan tingkat efektivitas pajak daerah Kabupaten Karangasem dalam kurun waktu efektivitasnya sangat efektif ( 100%) kecuali pada tahun 2012 tingkat efektivitasnya ( 100%) yang mana menunjukkan bahwa tinkat efektivitasnya tidak efektif. Hasil perhitungan efektivitas penerimaan retribusi daerah dapat dilihat pad a tabel 3 berikut Tabel 4. Persentase efektivitas retribusi daerah terhadap PAD Tahun Anggaran Target Realisasi (1) (2) (3) (4) , ,00 114, , ,97 129, ,92 99, , ,88 114, , ,00 116,36 Persentase Pada tabel 4. dapat dilihat pada tahun 2011 tingkat efektivitas retribusi daerah Kabupaten Karangasem sebesar 114,82%, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 17,70 menjadi 129,52%, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 29,66 menjadi 99,86%, tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 14,36 menjadi 114,22%, dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 2,14 menjadi 116,36%. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan tingkat efektivitas retribusi daerah Kabupaten Karangasem dalam kurun waktu efektivitasnya sangat efektif dengan tingkat efektivitas ( 100%) kecuali pada tahun 2013 tingkat efektivitasnya 6
7 ( 100%) yang mana dikategorikan tingkat efektivitasnya tidak efektif. Pembahasan Penelitian ini sejalan dengan isi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah. Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karangasem dimana sumber keuangan salah satunya bersumber dari PAD yang terdiri dari penerimaan pajak dan retribusi daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD di Kabupaten Karangasem tahun mengalami fluktuasi. Berdasarkan data perimbangan penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Karangasem tahun diketahui bahwa tahun 2011 dan tahun 2013 kontribusi pajak daerah sangat tinggi. Tingginya kontribusi tersebut disebabkan pada tahun 2011 dan 2013 penerimaan dari pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan sangat besar. Tahun 2011 dan 2013 jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Karangasem mengalami peningkatan, yang mempengaruhi peningkatan pendapatannya. Tahun 2012, 2014 dan 2015 persentase kontribusi pajak daerah mengalami penurunan. Berkurangnya kontribusi pajak daerah terhadap PAD berdasarkan data penerimaan pendapatan di Kabupaten Karangasem disebabkan karena berkurangnya jumlah perolehan pajak dari pajak hotel dan pajak restoran. Selain itu pada tahun 2012, 2014 dan 2015 pendapatan daerah dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah yang berupa pendapatan denda pajak, penerimaan jasa giro dan bunga deposito mengalami peningkatan penerimaan. Dengan demikian maka kontribusi pajak daerah terhadap PAD pada tahun 2012, 2014 dan 2015 mengalami penurunan. Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak dan retribusi daerah digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2014). Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang dipergunakan untuk pembelanjaan daerah. Hal ini sesuai dengan Undang Undang No. 32 Tahun 2004 memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah untuk menjalankan otonomi seluasluasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kontribusi retribusi daerah terhadap PAD dalam kurun waktu sangat kecil dibandingkan dengan kontribusi pajak daerah. Akan tetapi kontribusi retribusi daerah cenderung mengalami kenaikan yang signifikan. Presentase kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten Karangasem tahun 2011 sebesar 0,06%, tahun 2012 sebesar 0,07%, tahun 2013 sebesar 0,06%, tahun 2014 sebesar 0,54%, dan tahun 2015 sebesar 0,59%. Persentase kontribusi retribusi daerah berada pada interval (0-19%) yang dikategorikan kecil. Hasil penelitian pada Dinas Pendapatan Kabupaten Karangasem peneliti menemukan hasil pajak dan retribusi daerah pemungutannya sudah sangat efektif, hanya saja kontribusi retribusi daerah masih sangat kecil. Berbeda dengan hasil dari kontribusi pajak daerah, dimana pajak daerah berkontribusi lebih dari (>50%). Dengan demikian maka penelitian ini berkaitan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nina Rosalina, dimana pajak daerah yang memiliki kontribusi paling besar dibandingkan dengan perolehan PAD lainnya. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nina Rosalina diperoleh bahwa penerimaan pajak daerah kabupaten dan kota di Indonesia signifikan berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Rata-rata yang memberi pengaruh terhadap PAD sebesar 54,23%. Melihat hal tersebut maka dari hasil penelitian sesuai dengan teori yang digunakan, dimana bahwa pajak daerah berpengaruh terhadap PAD dengan nilai lebih dari (>50%). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Stevanus J. Gomies dimana hasil penelitian tersebut 7
8 diperoleh bahwa angka pertumbuhan realisasi penerimaan pajak daerah berfluktuasi dengan kecendrungan menurun. Berdasarkan hasil tersebut maka penelitian tersebut berbanding negatif dengan teori yang digunakan, dimana pajak daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PAD. Hal tersebut disinyalir disebabkan oleh faktor banyaknya sumber pajak yang belum digali. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: (1) Kontribusi pajak daerah terhadap PAD di Kabupaten Karangasem tahun mengalami fluktuasi/tidak tetap. Kontribusi setiap tahunnya jika dilihat dari perhitungan rupiah cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2011 persentase kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD Kabupaten Karangasem sebesar 63,49%, tahun 2012 turun sebesar 6,01 menjadi 57,48%, tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 4,09 menjadi 61,57%, pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 3,71 menjadi 57,86%, dan pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan sebesar 0,28 menjadi 57,58%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kontribusi pajak daerah terhadap PAD rata-rata berada pada tingkat kontribusi yang besar. (2) Penerimaan Retribusi Daerah di Kabupaten Karangasem dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 setiap tahunnya mengalami fluktuasi baik target maupun realisasinya. Tahun 2011 persentase kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten Karangasem sebesar 0,06%, tahun 2012 naik sebesar 0,01 menjadi 0,07%, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 0,01 menjadi 0,06%, pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,48 menjadi 0,54%, dan pada tahun 2015 kembali mengalami kenaikan sebesar 0,05 menjadi 0,59%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat kontribusi retribusi daerah sangat kecil. 1) Tingkat efektivitas penerimaan pajak daerah tahun di Kabupaten Karangasem berada pada kategori efektif, hal ini dilihat dari realisasi pajak daerah sudah mencapai target yang dianggarkan. tahun 2011 tingkat efektivitas pajak daerah Kabupaten Karangasem sebesar 106,57%, tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9,07 menjadi 97,50%, tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 10,98 menjadi 108, 48%, tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,79 menjadi 109,37%, dan pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 8,24 menjadi 101,13%. 2) Tingkat efektivitas penerimaan retribusi daerah tahun di Kabupaten Karangasem juga berada pada kategori efektif, walaupun jumlah penerimaan retribusi daerah berkontribusi sangat kecil tetapi tingkat efektivitasnya sangat efektif. tahun 2011 tingkat efektivitas retribusi daerah Kabupaten Karangasem sebesar 114,82%, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 17,70 menjadi 129,52%, tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 29,66 menjadi 99,86%, tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 14,36 menjadi 114,22%, dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 2,14 menjadi 116,36%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem hendaknya meningkatkan pengawasan pemungutan pajak. Oleh karena itu upaya peningkatan kinerja, penegakan disiplin aparatur dan ketaatan wajib pajak perlu ditingkatkan sehingga output yang dihasilkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal. 2) Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem hendaknya mempertahankan dan meningkatkan pengawasan dalam pemungutan retribusi daerah yang sudah mengalami pertumbuhan yang positif. Para pengusaha dan masyarakat hendaknya turut berperan serta dalam memenuhi kewajiban yang salah satunya membayar pajak, yang nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Dengan demikian maka suatu daerah dapat melaksanakan otonomi daerah yaitu dengan mengurus dan memenuhi sendiri kebutuhan daerahnya. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R. 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Jogjakarta: Graha Ilmu. 8
9 Bungin, Burhan Metode Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Grup. Dispenda Kab. Karangasem.2015.Data Perkembangan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karangasem Tahun Amlapura:Dinas Pendapatan Kabupaten Karangasem. Gomies, J. Stevanus Analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Maluku Tenggara.Skirpsi (tidak diterbitkan) Halim, Abdul Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: PT. Salemba Empat , Akuntansi Keuangan Daerah (Edisi Tiga). Jakarta: PT. Salemba Empat. Munawir, S Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat Cetakan Ke- 13. Yogjakarta: Liberti Purhantara, Wahyu Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Jogjakarta: Graha Ilmu. Rosalina, Nina. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten dan Kota di Indonesia Tahun Skipsi (tidak diterbitkan). Sabrina, Adelia. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Malang.Skipsi (tidak diterbitkan). Soebechi, I. 2011, Perda Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet Susiati, Retno Kontribusi Penyertaan Modal Bank Perkreditan Rakyat Bank Sleman Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun Jurnal Akuntansi dan Manajemen, (hlmn 14). Syahelmi. 2008, Analisis Elastisitas, Efisiensi dan Efektifitas PAD Sumatra Utara dalam Era Otonomi Daerah. Tesis (tidak diterbitkan) Program Studi Ekonomi Pembangunan. Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatra Utara Medan. Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir UNDIKSHA Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja: Percetakan UNDIKSHA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Widjaja, HAW Otonomi Daerah dan Daerah Otonom Cetakan Ke-2. Jakarta:Rajawali Pers , Otonomi Daerah dan Daerah Otonom Cetakan Ke-3. Jakarta:Rajawali Pers. Wijaya, Toni, Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogjakarta: Graha Ilmu. 9
10 . 10
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BATAM. Hikmah. Universitas Putera Batam
P a g e 158 ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BATAM Hikmah Universitas Putera Batam e-mail: hikmahupb@gmail.com ABSTRACT This study aims to
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, KONTRIBUSI DANA BAGI HASIL PAJAK (DBHP),DANA BAGI HASIL BUKAN PAJAK(DBHBP), DAN PENDAPATAN DAERAHKABUPATEN
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI, KONTRIBUSI DANA BAGI HASIL PAJAK (DBHP),DANA BAGI HASIL BUKAN PAJAK(DBHBP), DAN PENDAPATAN DAERAHKABUPATEN Ni Made Ayu Sriani, Wayan Cipta, Gede Putu Agus Jana Susila Jurusan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1 Pengertian dan unsur-unsur APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
Lebih terperinciPande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI PADA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN GIANYAR PERIODE TAHUN 2011-2014) Pande Kadek Yuda Mahardika Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan dampak reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciYerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan
VOLUME : 18 NOMOR : 01 MARET 2016 ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BALIKPAPAN (Studi Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Balikpapan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN
ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2011-2016 Yunita Dwi Puspita, Hj. Nur Hidayati, SE.,MM & Junaidi, SE.,M.SA Fakultas Ekonomi,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tata cara pemerintahan terwujud dalam bentuk pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Konsekuensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dana Alokasi Umum (DAU) Diera otonomi daerah ini ternyata juga membawa perubahan pada pengelolaan keuangan daerah. Diantaranya dalam hal sumber-sumber penerimaan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota sebagai unit pelaksana otonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belanja Langsung Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (revisi dari UU no
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN 2004-2013 Anjar Nora Vurry, I Wayan Suwendra, Fridayana Yudiaatmaja Jurusan Manajemen Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan
Lebih terperinciKeywords: Local Revenue, Local Taxes, effectivity and Contributions
1 ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PALEMBANG Oleh : Elbi Kusdianto Fakultas Ekonomi, Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur
Lebih terperinciAnalisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur 1 Yani Rizal Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa Aceh e-mail: yanirizal@unsam.ac.id Abstrak Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Desentralisasi Fiskal a. Defenisi Desentralisasi Menurut UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat 7 dan UU No 33 tentang Perimbangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk
19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Pembangunan daerah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang dijalankan selama ini. Keberhasilan akan ditentukan dari bagaimana kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU
Lebih terperinciKONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN
ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume II, No. 1, April 2015, h. 31-40 KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Timbulnya pergerakan dan tuntutan-tuntutan praktek otonomi daerah menyebabkan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI
EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1 Pengertian dan unsur-unsur APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensi yang melanda Indonesia memberi dampak bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Otonomi Daerah Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia tumbuh semakin pesat seiring dengan adanya otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak
ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak
BAB II 1. Penelitian Terdahulu Tinjauan Pustaka Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak Parkir di Kota Malang telah dilaksanakan dengan baik. Proses pemungutan telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas pemerintah secara profesional untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Akuntansi Pemerintahan Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah 2.1. Otonomi Daerah Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah kewenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak hanya mengalami pertumbuhan, tetapi juga mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE
ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE 2005-2009 Muhammad Amri 1), Sri Kustilah 2) 1) Alumnus Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo 2) Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang ditetapkan dengan undang-undang telah membawa konsekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Untuk bisa mencapai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional yang adil, makmur, dan merata maka penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka dalam kenyataannya,
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola pemerintah semakin besar jumlahnya. Semakin besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999. Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan ditetapkannya
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN 2010-2014 JAENURI PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tuban Email: Jaenuriumm12@gmail.com Abstract The research is aimed to find
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Devy Octaviana S Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintah kewenangan tersebut diberikan secara profesional yang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan
Lebih terperinciHubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk mengelola,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era otonomi daerah yang ditandai dengan adanya Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 mengatur mengenai kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa Otonomi Daerah
Lebih terperinciEFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN
EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2008-2012 1 I Ketut Ari Sedana, 2 Made Artana, 3 Kadek Rai Suwena 1,2,3, Jurusan
Lebih terperinciJurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017
ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN Sunanto Email: nanz_plbang@yahoo.com Dosen DIII Akuntansi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran pemungutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rendahnya kemampuan dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang sah. Selama ini, selain disebabkan oleh faktor Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program di segala bidang secara menyeluruh, terarah dan berkesinambungan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1. 1 Definisi dan Teori Otonomi Khusus UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa daerah otonom yaitu kesatuan masyarakat hukum
Lebih terperinciANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA ISNAWATI Pembimbing: Prof. Dr. H. Mulyadi. Sy.P,MBA,MM & E.Y Suharyono, SE.,Msi ( Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda) Isna.sigma@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO
ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO ANALYSIS OF THE OWN SOURCE REVENUE AND IT S RECORDATION IN LOCAL REVENUE OFFICES OF MANADO CITY Oleh : Natalia Rawung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Belanja Daerah Seluruh pendapatan daerah yang diperoleh baik dari daerahnya sendiri maupun bantuan dari pemerintah pusat akan digunakan untuk membiayai seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dan paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara adil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Timbulnya pergerakan dan tuntutan-tuntutan praktek otonomi daerah menyebabkan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Pada Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah) PUBLIKASI ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kota Malang dalam segi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat merupakan hal besar yang harus mendapatkan perhatianserius dari Pemerintah Kota Malang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Ekonomi, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum. Kemudian, akan menjabarkan penelitian
Lebih terperinciANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)
ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN Haryani 1*) 1) Dosen FE Universitas Almuslim Bireuen *) Haryani_68@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pada bab ini akan dibahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian Belanja Modal, Fiscal Stress, Dana Bagi Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat
Lebih terperinci