BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual telah menjadi isu kesehatan masyarakat karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual telah menjadi isu kesehatan masyarakat karena"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual telah menjadi isu kesehatan masyarakat karena berbagai efek kesehatan yang diakibatkannya (Ogunfowokan & Fajemilehin, 2012). Berbagai bukti penelitian menyebutkan bahwa kekerasan seksual pada anak (KSA) berdampak negatif baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap kesehatan fisik dan emosi, kemampuan kognitif dan capaian pendidikan, serta perkembangan sosial dan perilaku (Lanning & Massey-Stokes, 2006; Wurtele & Kenny, 2010). Beberapa konsekuensi yang dialami oleh anak yang menjadi korban kekerasan seksual mencakup rendahnya kepercayaan diri, penarikan sosial, depresi, kecemasan, gejala stres pasca trauma, dan perilaku merusak diri seperti penyalahgunaan obat, dan percobaan bunuh diri (Johnson, 2004; Lanning & Massey-Stokes, 2006; Al-Fayez, Ohaeri, & Gado, 2012; Collin- Vezina, Daigneault, & Hebert, 2013). Selain kehamilan dan terpapar infeksi menular seksual, perilaku seksual yang berisiko sebagai dampak kekerasan seksual juga dapat menjadi hal serius (Johnson, 2004; Tubman, Montgomery, Gil, & Wagner, 2004; Carey, Walker, Rossow, Seedat, & Stein, 2008; Lin, Li, Fang, & Lin, 2011). Berdasarkan studi meta analisis terhadap kasus KSA, prevalensi kasus di 65 negara menunjukkan 1 dari 5 perempuan dan 1 dari 12 laki-laki mengalami 1

2 2 kekerasan seksual sebelum umur 18 tahun (Wurtele & Kenny, 2010). Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Haile, Kebeta, & Kassie (2013) bahwa kejadian KSA tidak hanya mengincar anak perempuan tetapi juga anak laki-laki. Selain itu, kejadian KSA umumnya terjadi ketika korban berusia di bawah 18 tahun (Reza, Breiding, Gulaid, Mercy, Blanton, Mthethwa, Bamrah, Dahlberg, & Anderson, 2009). Menurut data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) terjadi peningkatan kasus KSA di Indonesia pada tahun 2006 yaitu 426 kasus dibandingkan tahun 2005 yaitu 327 kasus (Kemenkes RI, 2009). Sedangkan data Pusdatin Kementerian Sosial periode Januari - Juni tahun 2008 menggambarkan sebanyak anak Indonesia menjadi korban kekerasan seksual dan pelakunya merupakan orang terdekat dengan korban seperti orangtua kandung / tiri /angkat, paman, kakek, guru, dan tetangga (Kemenkes RI, 2009). Berdasarkan laporan wartawan Malau di media Tribun (2013), Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat dalam semester I atau mulai Januari sampai akhir Juni 2013 terdapat 1032 kasus kekerasan anak yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 535 kasus dari 1032 kasus merupakan kekerasan seksual. Secara rinci, kekerasan seksual yang terjadi berupa sodomi sebanyak 52 kasus, perkosaan sebanyak 280 kasus, pencabulan 182 kasus dan inses 21 kasus. Kasus ini paling banyak terjadi di lingkungan sosial yaitu 385 kasus, lingkungan keluarga 193 kasus, dan sekolah 121 kasus. Data Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap anak paling tinggi terjadi di kota Yogyakarta dengan 127 kasus pada tahun 2011 (Sujatmiko,

3 3 2013). LSM Rifka Annisa mencatat bahwa lembaga tersebut menangani 36 kasus selama tahun 2013 ( Rifka Annisa, 23 Januari 2014). Sedangkan Yayasan Lembaga Perlindungan Anak (YLPA) DIY mencatat bahwa kasus KSA yang mereka tangani selama tahun 2012 hingga 2013 sebanyak 55 kasus dengan kasus terbanyak terjadi di Kota Yogya dan Kab Sleman (YLPA DIY, 2014). Jumlah kasus kekerasan seksual yang ditangani YLPA DIY ini merupakan kasus dengan jumlah paling tinggi dibandingkan kekerasan fisik dan psikis. Tercatat pada tahun 2012, kasus kekerasan fisik pada anak yang ditangani YLPA DIY berjumlah 14 kasus, kasus kekerasan psikis sebanyak 4 kasus sedangkan kekerasan seksual sejumlah 22 kasus. Pada tahun 2013, kasus kekerasan fisik pada anak yang ditangani YLPA DIY berjumlah 17 kasus, kekerasan psikis 7 kasus, sedangkan kasus kekerasan seksual mencapai 33 kasus (YLPA DIY, 2014). Jumlah kasus tersebut berdasarkan pelaporan kepada petugas berwenang. Jumlah kasus sebenarnya tidak diketahui secara pasti karena kasus ini tidak selalu dilaporkan. Johnson (2004) berpendapat bahwa anak-anak berusia muda atau anak-anak cacat yang mengalami kekerasan seksual kemungkinan belum memiliki kemampuan komunikasi yang memadai untuk melaporkan kejadian atau menjelaskan kejadian secara detail. Mengingat dampak KSA begitu membahayakan dan jumlah kejadiannya selalu bertambah maka beberapa strategi intervensi banyak ditawarkan melalui penelitian-penelitian. Cara yang paling efektif untuk menurunkan efek bahaya dari kekerasan adalah melalui prevensi dan deteksi dini untuk memulai proses penyembuhan (Lanning & Massey-Stokes, 2006; Skarbek, Hahn, & Parrish, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa program multidimensi dan komprehensif

4 4 dapat efektif dalam pencegahan kekerasan seksual (Lanning & Massey-Stokes, 2006). Lembaga di Amerika yang menangani kasus-kasus KSA (The US Advisory Board on Child Abuse and Neglect) meyakini bahwa strategi prevensi harus berbasis lingkungan tempat tinggal dan berfokus pada anak (Lanning & Massey-Stokes, 2006). Strategi prevensi primer telah banyak diteliti melalui program edukasi dan umumnya berbasis sekolah (Collin-Vezina, dkk, 2013). Pendekatan prevensi primer yang sering dilakukan yaitu program edukasi umum yang diberikan di sekolah (Collin-Vezina, dkk, 2013; Cecen-Erogul & Hasirci, 2013). Kebanyakan program edukasi umum ini juga mengintervensi lingkungan individu tetapi lebih jarang dilakukan dalam keluarga atau lingkungan sosial (Collin-Vezina, dkk, 2013). Program-program edukasi umum pada anak yang berpotensi menjadi korban kekerasan seksual terbukti efektif membangun pengetahuan anak mengenai kekerasan seksual, keterampilan preventif, dan sikap (Topping & Barron, 2009: Ogunfowokan & Fajemilehin, 2012; Murphy, Smith, & Xenos, 2012; Collin-Vezina, dkk, 2013). Program ini memiliki beberapa keuntungan seperti biaya rendah, mudah diimplementasikan secara luas, dan dapat menjangkau jumlah maksimum anak (Collin-Vezina, dkk, 2013). Berbagai penelitian mengenai KSA menyimpulkan bahwa program prevensi terhadap KSA mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap individu baik program-program yang ditujukan bagi anak maupun orangtua (Topping & Barron, 2009: Wurtele & Kenny, 2010; Ogunfowokan & Fajemilehin, 2012; Babatsikos, 2012; Collin-Vezina, dkk, 2013). Namun, program edukasi langsung pada anak ini juga dikritisasi karena hanya menempatkan tanggung jawab prevensi di tangan anak (Collin-Vezina, dkk, 2013). Dapat dikatakan bahwa

5 5 program prevensi langsung pada anak ini bukanlah satu-satunya jawaban untuk masalah sosial yang kompleks seperti kekerasan seksual (Wurtele & Kenny, 2010; Babatsikos, 2012; Collin-Vezina, dkk, 2013). Di sisi lain, belum banyak komunitas yang mengembangkan mekanisme yang dapat menjamin tidak adanya anak muda mengalami kekerasan seksual (Wurtele & Kenny, 2010; Collin-Vezina, dkk, 2013). Maka, diperlukan pula program prevensi yang dilakukan pada komunitas dan lingkungan tempat tinggal anak (Wurtele & Kenny, 2010). Sistem kesehatan masyarakat umumnya merupakan partner penting dalam mencegah kekerasan seksual (Baverstok, Bartle, Boyd, & Finlay, 2008; Wurtele & Kenny, 2010). Pendekatan ini berasumsi bahwa kekerasan merupakan konsekuensi dari interaksi dinamis antara determinan-determinan pada empat level yaitu individu, relasi, komunitas, dan masyarakat. Program preventif akan efektif ketika dilakukan secara multidisiplin dan terus-menerus pada keempat level tersebut (Skarbek, dkk, 2009; Wurtele & Kenny, 2010). Salah satu bagian dari masyarakat yang dapat dilibatkan dalam program prevensi dini kekerasan seksual pada anak adalah kader Posyandu di lingkungan tempat tinggal anak. Kader Posyandu merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam membantu upaya pelayanan kesehatan (Lopez, Tjokrosonto, & Paramastri, 2004). Peneliti memilih kader Posyandu karena masih jarang program prevensi dini terhadap KSA dilakukan di lingkungan masyarakat dan kader posyandu memiliki akses melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

6 6 menyelenggarakan pembangunan kesehatan, untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayangan kesehatan dasar (Kemenkes RI, 2013). Salah satu pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang dapat dilakukan oleh puskesmas melalui kader posyandu pada kelompok dewasa adalah sosialisasi dan penyuluhan tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak serta akibat dari kejadian tersebut bagi keluarga dan masyarakat (Kemenkes RI, 2009). Program promosi kesehatan yang dilakukan untuk para kader Posyandu merupakan bentuk upaya prevensi primer terhadap kejadian yang tidak diinginkan di masyarakat termasuk kekerasan seksual pada anak. Bloom (1996) memaparkan bahwa cakupan prevensi primer di antaranya adalah aktivitas promotif, protektif, dan preventif. Aktivitas preventif adalah tindakan yang mencegah terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan baik dengan menghilangkan agen lingkungan yang berbahaya maupun dengan memperkuat ketahanan masyarakat ataupun keduanya (Bloom, 1996). Unicef (2012) memaparkan bahwa layanan prevensi primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat secara menyeluruh dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka. Kader Posyandu sebagai kader pelayan masyarakat perlu mendapatkan pembekalan agar dapat menjalankan tugasnya. Langkah-langkah edukasi dan upaya peningkatan kapasitas kader perlu dilakukan melalui pelatihan kader Posyandu agar dapat menjalankan tugasnya (Kemenkes RI, 2011). Begitu pun agar kader Posyandu dapat menjadi agen prevensi primer terhadap KSA. Pelatihan untuk kader sangat diperlukan karena dapat menyediakan modal awal bagi kader agar dapat menjadi agen prevensi primer terhadap KSA. Pelatihan

7 7 cukup efektif untuk meningkatkan motivasi, mengubah struktur kognitif, memodifikasi sikap serta menambah keterampilan berperilaku (Johnson & Johnson, 2001) selain itu juga menjadi hal yang sangat penting bagi individu karena menyediakan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan (Hunt, 2003). Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan akan lebih mudah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban (Lopez, dkk, 2004). Setelah kader memperoleh pengetahuan terkait KSA, kemampuan kader sebagai agen prevensi primer terhadap KSA dibuktikan melalui aktivitas promosi kesehatan kepada masyarakat. Bentuk promosi kesehatan yang umum digunakan para kader Posyandu adalah penyuluhan. Penyuluhan adalah suatu kegiatan pendidikan melalui penyebaran informasi yang membuat orang sadar, tahu, dan mengerti, juga mau dan bisa melakukan anjuran dalam pesan penyuluhan tersebut (Kemenkes RI, 2011). Penyuluhan dapat dilakukan dengan berbagai metode dan media. Metode yang umum digunakan dalam penyuluhan yaitu ceramah. Pada kegiatan penyuluhan dengan ceramah, penyampaian materi dilakukan secara lisan dan proses pembelajaran lebih banyak melibatkan indera pendengaran dimana peserta lebih banyak mendengar dan bersifat pasif (Kemenkes, 2011). Meskipun begitu, ceramah banyak digunakan kader Posyandu sebagai metode penyuluhan karena hemat biaya, tenaga, dan sarana serta tidak memerlukan banyak waktu (Lopez, dkk, 2004). Pada kegiatan penyuluhan, media penyuluhan berperan penting. Media penyuluhan adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan, membantu

8 8 proses penyuluhan dan merangsang seseorang untuk belajar (Kemenkes, 2011). Ada berbagai jenis media yaitu media cetak seperti leaflet, booklet, dan poster; media elektronik seperti film; media berupa benda-benda untuk demontrasi; dan media simulasi seperti alat permainan (Kemenkes, 2011, Notoatmodjo, 2010). Leaflet adalah media berupa lembaran yang dilipat berisi pesan-pesan kesehatan baik berupa tulisan, gambar, atau keduanya (Notoatmodjo, 2010). Berbeda dengan ceramah yang banyak mengandalkan proses mendengar, pembelajaran dengan leaflet lebih banyak menekankan proses pembelajaran dengan membaca. Media leaflet terbukti dapat meningkatkan pengetahuan individu terkait objek yang dipaparkan dalam leaflet (Hoffman, Schiffers, Richardus, Raat, de Kok, Ballegooijen, & Korfage, 2013; Al-Thaqafy, Balkhy, Memish, Makhdom, Ibrahim, Al-Amri, & Al-Thaqafy, 2012). Selain itu penelitian Ashraff, Malawa, Dolan, & Khanduja (2006) menunjukkan bahwa pemberian informasi tertulis berupa leaflet dapat memperbaiki kemampuan pasien dalam mengingat kembali informasi yang diberikan dokter. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merancang program yang bernama program Kader Posyandu Peduli Anak. Program ini adalah program pelatihan pencegahan KSA kepada kader posyandu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kader posyandu terkait prevensi KSA agar kader dapat menjadi agen prevensi primer terhadap KSA melalui aktivitas promosi kesehatan kepada masyarakat berupa penyampaian informasi terkait KSA melalui media ceramah dan leaflet dengan harapan tercipta kondisi lingkungan tempat tinggal anak yang kondusif bagi pencegahan kekerasan seksual.

9 9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah program Kader Posyandu Peduli Anak dapat meningkatkan pengetahuan kader Posyandu dan masyarakat dalam upaya mencegah KSA? 2. Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait upaya pencegahan KSA melalui pemberdayaan kader Posyandu? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah: 1. Menguji pengaruh program Kader Posyandu Peduli Anak terhadap peningkatan pengetahuan kader Posyandu dan masyarakat dalam upaya mencegah KSA. 2. Memberdayakan potensi kader Posyandu untuk mengedukasi masyarakat terkait pencegahan KSA. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Menguji pengaruh pelatihan pencegahan KSA terhadap peningkatan pengetahuan kader Posyandu.

10 10 2. Membandingkan efektivitas promosi kesehatan yang dilakukan oleh kader Posyandu melalui pemberian ceramah dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat tentang KSA. D. Manfaat Penelitian Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan memperkaya penelitian-penelitian dalam bidang psikologi klinis dan kesehatan, khususnya terkait promosi kesehatan untuk prevensi KSA. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kader posyandu untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapat mengenai pencegahan KSA di lingkungan tempat tinggalnya. Selain aplikasi pengetahuan kepada masyarakat juga untuk mengedukasi masyarakat terkait KSA dan perlindungan terhadap anak dari ancaman kekerasan seksual. E. Keaslian Penelitian di antaranya: Penelitian-penelitan promosi kesehatan yang melibatkan kader Posyandu Penelitian Sugiharto, Doeljachman, & Wahyuni (2003) menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan dan sikap kader posyandu terhadap HIV/AIDS antara kelompok eksperimen (metode ceramah dan diskusi) dengan kelompok kontrol (metode ceramah).

11 11 Penelitian Lopez, dkk (2004) menunjukkan bahwa promosi kesehatan menggunakan video dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dibandingkan menggunakan folder. Penelitian Wulansari (2013) dengan hasil penelitian yaitu metode collaborative learning memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional ceramah tanya jawab. Penelitian-penelitian bertema prevensi KSA di antaranya: Penelitian yang dilakukan Lanning & Massey-Stokes (2006) menunjukan bahwa hanya 24% responden (177 sekolah) menggunakan program pencegahan kekerasan seksual berbasis murid. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga, pelatihan kepada staf sekolah dan program evaluasi sangat minimal. Penelitian Ekawati, Dwipayanti, & Wulandari (2011) menunjukkan bahwa pelatihan KAKSA (Komunitas Anti Kekerasan Seksual Anak) dapat meningkatkan pengetahuan setinggi 11, 84%. Penelitian Ogunfowokan & Fajemilehin (2012) menunjukkan bahwa ada peningkatan pengetahuan siswa pada posttest pertama dibanding pretest dan peningkatan ini bertahan pada posttest kedua. Namun, tidak ada perubahan sikap pada para siswa. Penelitian-penelitan terkait prevensi KSA di lingkungan Universitas Gadjah Mada di antaranya:

12 12 Tesis Dian (2009) dengan pendekatan action research menunjukkan bahwa siswa SD dapat menerima dan memahami isi pesan kekerasan seksual anak melalui media buku cerita bergambar. Disertasi Paramastri (2011) dengan hasil penelitian yaitu modifikasi transteoritikal dapat diterapkan pada komunitas KAKSA serta terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan penilaian program oleh KAKSA. Berdasarkan uraian penelitian di atas dapat dilihat beberapa penelitian yang melibatkan kader posyandu dan penelitian bertema prevensi terhadap KSA, sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya maka dipilih penelitian mengenai program prevensi dini terhadap KSA yang dilakukan melalui program pelatihan kesehatan untuk kader posyandu dalam rangka meningkatkan pengetahuan kader dalam upaya pencegahan KSA di lingkungan tempat tinggal kader.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Ed 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Ed 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T., Sonjaya, J. A., & Pertiwi, Y. G. (2013). Mudah & sukses menyelenggarakan pelatihan: Melejitkan potensi diri. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Al-Fayez, A. A., Ohaeri, J.U., &

Lebih terperinci

Kader Posyandu sebagai Agen Pencegahan Primer Tindakan Kekerasan Seksual pada Anak

Kader Posyandu sebagai Agen Pencegahan Primer Tindakan Kekerasan Seksual pada Anak GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY VOLUME 1, NO. 2, AGUSTUS 2015: 138 149 ISSN: 2407-7801 Kader Posyandu sebagai Agen Pencegahan Primer Tindakan Kekerasan Seksual pada Anak Anisa Fariani 1,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum

BAB I PENGANTAR. A. Latar belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum 1 BAB I PENGANTAR A. Latar belakang Negara Indonesia adalah Negara yang menjunjung tinggi penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal mengenai perlindungan Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat luas dengan konsekuensi negatif bagi anak korban. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kasus kekerasan seksual pada anak (KSA) semakin marak menjadi sorotan di berbagai macam media cetak maupun elektronik. Usia pelaku dan korban pun bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 4 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual merupakan suatu ancaman yang sangat mengerikan saat ini terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2015). reproduksi. Perilaku seks berisiko antara lain seks pranikah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas pada remaja adalah rasa ingin

Lebih terperinci

Indonesia terus meningkat setiap tahun (Komisi Nasional Perlindungan Anak

Indonesia terus meningkat setiap tahun (Komisi Nasional Perlindungan Anak PENGANTAR Laporan angka kejadian Kekerasan Seksual terhadap Anak (KSA) di Indonesia terus meningkat setiap tahun (Komisi Nasional Perlindungan Anak [Komnas PA], 2011). Komnas PA melaporkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini dilihat dari prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah kesehatan fisik, mental dan sosial secara menyeluruh dalam semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsifungsi serta proses-prosesnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa di sekitarnya. Ironisnya kasus kekerasan seksual sulit diidentifikasi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa di sekitarnya. Ironisnya kasus kekerasan seksual sulit diidentifikasi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak rentan menjadi korban kekerasan seksual karena memiliki karakteristik adanya kelemahan secara fisik, mental, dan pengetahuan. Kelemahan inilah yang kemudian memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi Tuberkulosis (TB) paru di dunia masih buruk dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia yang menambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PNEUMONIA PADA BALITA DAN PENCEGAHANNYA DI KELURAHAN BULAKAN KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, ekploitasi

Lebih terperinci

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Caecilia Takainginan 1, Ellen Pesak 2, Dionysius Sumenge 3 1.SMK Negeri I Sangkub kabupaten Bolaang Mongondow Utara 2,3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap anak. Berdasarkan data Komisi Nasional PerlindunganAnak Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap anak. Berdasarkan data Komisi Nasional PerlindunganAnak Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Kekerasan terhadap anak merupakan salah satu bentuk kasus pelanggaran hak azasi manusia. Kejadian kekerasan semakin marak, khususnya kekerasan seksual terhadap anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, masyarakat kembali dikejutkan oleh berbagai macam berita mengenai kekerasan seksual pada anak (KSA). Kekerasan seksual yang dialami oleh anakanak mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriminalitas dalam bentuk tindak pelecehan seksual saat ini marak terjadi dalam lingkungan masyarakat. Laporan kasus tindakan pelecehan seksual selalu ada dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan fase terjadinya pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan remaja lingkungan ikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga. mempersulit pemberantasan dan pengendalian penyakit ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang timbul atau ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang dikenal dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu pendekatan untuk mencegah penyakit melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Kasihan, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Reproduksi adalah termasuk salah satu dari sekian banyak problem remaja yang perlu mendapat perhatian bagi semua kalangan, baik orang tua, guru, dan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia diramaikan dengan kasus kekerasan seksual terhadap remaja. Ibarat fenomena bola es yang semakin lama semakin membesar. Kasus kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena anak mulai menerima berbagai macam bentuk rangsangan serta proses pembelajaran. Masa ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan. terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan. terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari komnas perempuan, terjadi peningkatan kekerasan

Lebih terperinci

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Program Kesehatan Peduli Remaja PERTEMUAN 11 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Program Kesehatan Peduli Remaja Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut dapat menyebabkan rasa sakit dan kehilangan gigi. Hal ini dapat mempengaruhi penampilan, kualitas hidup, pertumbuhan dan perkembangan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals (MDGs) telah menjadi tujuan millenium selama 15 tahun. MDGs berakhir pada tahun 2015. Selanjutnya MDG dilanjutkan dengan program

Lebih terperinci

PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL: UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL: UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL: UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN Disusun: Sali Susiana Dina Martiany Romas Mohammad Teja Mohammad Mulyadi PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang. melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang. melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Promosi 2.1.1 Pengertian media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah,, perantara, pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara dari pengirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan perhatian penuh orang tua dan lingkungannya. Dalam masa pertumbuhannya, balita sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan tergangguanya fungsi sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang TBC merupakan penyakit yang sangat membahayakan, karena di dalam paru-paru kita terdapat kuman mycrobacterium tuberculosis, yang apabila di biarkan, kuman tersebut akan

Lebih terperinci

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Nama Inovasi Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Produk Inovasi Meningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Family Gathering Terpadu Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dahulu badan gemuk dianggap sebagai simbol kemakmuran karena umumnya masalah kegemukan banyak dijumpai di negara kaya seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebahagian besar negara di dunia yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia. Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 97 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.3. Kesimpulan Buruh bangunan merupakan salah satu sektor pekerjaan yang rawan terhadap penularan dan penyebaran HIV-AIDS. Hal ini disebabkan karena pada umumnya buruh bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena perkembangan anak pada fase awal akan mempengaruhi perkembangan pada fase selanjutnya. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status kesehatan anak khususnya bayi dan balita. Masih tingginya kesakitan dan kematian yang terjadi

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja, BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan proses dinamis, dimulai dari anak bergantung pada pengasuh (caregiver) atau orang tua dalam semua aspek fungsional selama masa bayi, lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu bahaya yang mengancam anak, remaja dan wanita Indonesia. Mengkonsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH STUDI EKSPERIMEN DENGAN METODE PENYULUHAN TENTANG SIKAP PENANGANAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH GIRLAN NUSANTARA SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap anak menjadi isu nasional dan global padahal anakanak merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak saat ini mencerminkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual dan romantik terhadap orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Homoseksual yang berjenis

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( ) GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (624-632) PERBEDAAN PENGARUH PEDIDIKAN KESEHATAN GIGI DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI PADA ANAK DI SD NEGERI 2 SAMBI KECAMATAN SAMBI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang biasadisingkat dengan namahiv/aidsmerupakan suatu penyakit berbahaya yang bisa menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan merupakan pilar dalam penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit (Notoatmodjo et al., 2012). Target dari promosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit yang ganas dibidang kebidanan dan penyakit kandungan yang masih

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa anakanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun kesehatan. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status kesehatan perorangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen.

Lebih terperinci

MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN

MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN MODEL KELAS IBU HAMIL UNTUK PEMETAAN RISIKO KEHAMILAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN Arulita Ika Fibriana, Muhammad Azinar Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang terungkap di ranah publik. Berita terkait tindak kekerasan terhadap perempuan banyak termuat dalam media

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU Umi Susilowati Akademi Kebidanan Bhakti Nusantara Salatiga ABSTRAK Kader sebagai penggerak Posyandu, menjadi kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan seksual. Perubahan-perubahan ini terjadi pada masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. kematangan seksual. Perubahan-perubahan ini terjadi pada masa-masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan manusia melewati beberapa fase, salah satunya adalah masa remaja. 1 Menurut WHO, dikatakan memasuki masa remaja ketika berusia 10-19 tahun. 2 Pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh manusia rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail (2011, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Globocan (IARC) tahun 2012 diketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit pembunuh pertama pada perempuan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan yang ibu peroleh dapat menentukan peran sakit maupun peran sehat bagi anaknya. Banyak ibu yang belum mengerti serta memahami tentang kesehatan anaknya, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi tindak kekerasan yang terjadi di berbagai tempat di lingkungan sekitar kita. Tindak kekerasan yang terjadi berbagai macam dan diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini, seperti dinyatakan dalam Sistem Kesehatan Nasional, terus mengedepankan upaya kesehatan yang bersifat peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Lebih terperinci