Sejarah Kurikulum SD di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sejarah Kurikulum SD di Indonesia"

Transkripsi

1 EDISI 2010 Sejarah Kurikulum SD di Indonesia S.Belen Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2010

2 Sejarah Kurikulum SD di Indonesia: Dari Mengajar tradisional ke belajar aktif Penulis: Dr. S.Belen, S.Pd., B.Phil. Kontributor: A.F.Tangyong. M.A., M.A. Wahyudi Suseloardjo Drs. Sudyono. M.A. Dr. Sediono Abdullah, M.Si. Drs. Arief Sidharta, M.Pd. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Jalan Raya Gunung Sahari No. 4 Senen, Jakarta Pusat Telepon:... Faximile:...

3 Daftar Isi Sejarah Kurikulum SD di Indonesia Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan A. Kurikulum di alam kemerdekaan B. Definisi dan organisasi kurikulum C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum Halaman 1 Bab II Kurikulum SD pada Masa Hindia Belanda A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa Hindia Belanda B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda Bab III Kurikulum SD pada Masa Pendudukan Jepang A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang Bab IV Kurikulum SD pada Masa Awal Kemerdekaan dan Masa Pemerintahan Orde Lama A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama

4 C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama D. Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Bab V Kurikulum SD pada Masa Pemerintahan Orde Baru A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa Orde Baru C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde Baru D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa Orde Baru E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa Orde Baru F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde Baru Bab VI Kurikulum SD pada Masa Reformasi A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa reformasi C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa reformasi D. Perkembangan struktur program kurikulum pada

5 masa reformasi E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa reformasi F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa reformasi Bab VII Perkembangan Mata pelajaran dari Masa ke Masa Bab VIII Perkembangan Komponen Kurikulum dari Masa ke Masa Bab IX Kronologi Perkembangan Kurikulum: Pengembang & Ciri-ciri Kurikulum Bab X Refleksi Perkembangan Kurikulum SD di Indonesia Daftar Pustaka

6 Daftar Tabel Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar dizaman Belanda Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat pada masa pendudukan Jepang Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan dan masa Orde Lama Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa daerah sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947) Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947) Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat yang diselenggarakan sore hari (Rencana Pelajaran 1947) Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana Pendidikan 1964) Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Halaman

7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Indonesia dari Kelas I (Rencana Pendidikan 1964) Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde Lama Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum pada masa Orde Baru Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968) (Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah sebagai bahasa pengantar) Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968) (Bagi sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I) Struktur Program Kurikulum Sekolah Dasar 1975 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar (1984) Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar 1994 *) Garis-garis Besar Program Pengajaran Bidang Studi IPA SD Kelas IV Landasan hukum pengembangan kurikulum pada masa reformasi Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 2004 dan 2006

8 Tabel 6.3 Struktur Kurikulum Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah Tabel 6.4 Struktur Kurikulum SD/MI 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tabel 6.5 Struktur Kurikulum SDN Pondok Bambu 14 Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2004) Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar Kurikulum 2004 Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV Kurikulum 2006 Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006 Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan olahraga dan kesehatan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan kesenian dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan keterampilan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947 s.d Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau kemampuan / kompetensi pada kurikulum IPA Tabel 9.1 Kronologi Perkembangan Kurikulum di

9 Tabel 9.2 Indonesia Penyusun kurikulum-kurikulum di Indonesia Daftar Bagan & Gambar Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20 Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di negara-negara maju Gambar 4. 1 Unsur kurikulum Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi Halaman

10 PENDAHULUAN A. Kurikulum di alam kemerdekaan Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, paling tidak kita telah mengenal 9 kurikulum yang lengkap, yaitu kurikulum-kurikulum tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir Jeda waktu antara satu kurikulum dan kurikulum berikutnya berkisar dari 5, 12, 4, 7, 9, 10, 10, dan 2 tahun. Pergantian kurikulum yang semakin cepat dipengaruhi perubahan politik sehingga dalam kurun waktu 7 tahun setelah merdeka kita menerapkan 2 kurikulum. Dengan kata lain, turbulensi politik berdampak pergantian kurikulum. Dari tahun , selama 12 tahun kita bertahan menerapkan Kurikulum Dari satu segi kenyataan ini dapat dipandang sebagai akibat kurang diprioritaskannya pendidikan. Atau, karena konsistensi pemikiran pedagogis yang dianut para pengambil keputusan di bidang pendidikan. Kurikulum 1964 hanya diterapkan 4 tahun, lalu kita beralih ke Kurikulum Ini disebabkan oleh peralihan dari kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru. Kurikulum 1968 dilaksanakan selama 7 tahun, kemudian terbit Kurikulum 1975 yang cukup komprehensif dari segi pengembangan kurikulum. Kurikulum 1975 lahir sebagai dampak semakin terbukanya negara kita terhadap pengaruh Barat setelah PKI tersingkir dari arena perpolitikan Indonesia. Kurikulum ini lahir sebagai hasil kerja sama internasional karena dunia politik dan ekonomi Indonesia yang semakin terbuka terhadap Blok Barat. Kemudian, lahir Kurikulum 1984 sebagai dampak hasil riset pendidikan, inovasi kurikulum dan pendidikan di Indonesia, serta perkembangan di negara-negara lain sejak awal 1970-an yang perlu ditampung dalam kurikulum baru. Pemberlakukan kurikulum baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia itu penting sebagai motor penggerak pembaharuan atau pengadaan berbagai komponen pendidikan yang lain, seperti buku pelajaran, sarana belajar lain, metodologi mengajar, penilaian dan ujian, dan kurikulum lembaga pendidikan guru. Kemudian, lahir Kurikulum 1994 untuk menampung hasil inovasi kurikulum dan pendidikan yang sudah cukup meyakinkan, pendekatan komunikatif dalam 1

11 bahasa, belajar aktif dalam IPA, IPS, dan mata pelajaran lain, serta perlunya diterapkan mata pelajaran desain dan teknologi di sekolah. Walaupun pada Kurikulum 1947, 1964, dan 1968, lalu kemudian pada Kurikulum 1984 dan 1994 pendekatan belajar aktif ditekankan, sejak kemerdekaan, mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 1994, selama 47 atau hampir 50 tahun kita tetap belum terlepas dari pendekatan pengembangan kurikulum berbasis materi atau pengetahun (content-based curriculum development). B. Definisi dan organisasi kurikulum Definisi kurikulum menurut tingkatan organisasi kurikulum yang digunakan dalam penulisan ini dikemukakan berikut ini. Definisi kurikulum 1. Kurikulum adalah semua pengalaman yang diperoleh siswa di bawah bimbingan para guru. 2. Kurikulum mencakup semua kesempatan belajar yang diadakan oleh sekolah. 3. Kurikulum adalah sebuah rencana untuk semua pengalaman yang dihadapi siswa di sekolah. Curriculum is all of th... Kurikulum semua 33% 33% 33% Curriculum encompa... Kurikulum kesempatan Curriculum is a plan fo... Kurikulum rencana Organisasi kurikulum Tingkat masyarakat politisi, panitia khusus, ahli Tingkat institusi ditetapkan di sekolah, kabupaten, universitas biasanya disusun sejalan dengan disiplin mata pelajaran / kuliah Tingkat instruksional perencanaan guru dan pengajaran siswa Tingkat ideologis teoretisi belajar dan spesialis mata pelajaran 2

12 C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum yang berkenaan dengan desain, pengembangan, dan evaluasi dikemukakan berikut ini. Prinsip 1: Keputusan tentang kurikulum harus dibuat berdasarkan alasan-alasan pendidikan yang valid (sahih), bukan berdasarkan alasan-alasan yang kedengaran bagus atau alasan bukan pendidikan. Prinsip 2: Keputusan tentang kurikulum yang bersifat permanen harus dibuat berdasarkan bukti (evidensi) terbaik yang tersedia. Prinsip 3: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks tujuan pendidikan yang bersifat umum. 3

13 Prinsip 4: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks keputusan yang dibuat sebelumnya dan dalam konteks kebutuhan untuk pembuatan keputusan tambahan sehingga keseimbangan dan pertimbangan kurikulum lainnya yang penting dapat dijamin aman. Prinsip 5: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan paduan kekuatan yang berasal dari kodrat dan perkembangan pelajar, kodrat proses belajar, tuntutan masyarakat umumnya, persyaratan dari masyarakat lokal, dan hakikat dan struktur mata pelajaran yang akan dipelajari. Prinsip 6: Keputusan kurikulum harus dibuat secara kooperatif oleh orangorang yang terlibat dalam dampak keputusan itu dan dengan partisipasi penuh orang-orang yang amat terkena dampak keputusan itu. 4

14 Prinsip 7: Keputusan kurikulum harus memperhatikan fakta-fakta baru tentang kehidupan manusia, seperti perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan rasa persatuan dalam keanekaragaman. Prinsip 8: Keputusan kurikulum harus mempertimbangkan banyak perbedaan antar-siswa, terutama yang berhubungan dengan potensi perkembangan siswa, kemampuan intelektualnya, gaya berpikirnya, kemampuan menghadapi tekanan teman sebaya, dan kebutuhan akan pendidikan nilai dan penghargaan. Prinsip 9: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan pandangan realistis tentang hal-hal pengorganisasian atau rekayasa yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan itu sendiri, seperti korelasi atau pemisahan mata pelajaran, distingsi antara materi kurikulum dan pengalaman siswa, dan penggunaan waktu. 5

15 Prinsip 10: Keputusan kurikulum harus dibuat berdadasarkan beberapa pandangan mendahului (antisipatif) tentang cara-cara keputusan itu dikomunikasikan dan dibagi. Prinsip 11: Keputusan kurikulum harus dibuat hanya dalam hubungan dengan mata pelajaran dan pengalaman siswa yang tidak dapat diberikan secara memuaskan di luar sekolah. 6

16 KURIKULUM SD PADA MASA HINDIA BELANDA A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa Hindia Belanda Pada masa penjajahan Belanda di tanah air berlaku tiga sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan tradisional yang dilakukan di pondok dan padepokan, sistem pendidikan Barat yang diperkenalkan penjajah Belanda, dan sistem pendidikan yang berciri nasional yang dirintis para tokoh pergerakan nasional, terutama sistem perguruan Taman Siswa yang dirintis dan dikembangkan Ki Hajar Dewantara. Pada pendidikan di padepokan seorang cantrik (murid) dididik oleh seorang begawan (guru) untuk menguasai bidang atau hal tertentu. Kemudian, sistem pendidikan seperti ini dilanjutkan dan dikembangkan menjadi sistem pendidikan pondok pesantren. Para murid atau santri dididik oleh seorang ulama yang menguasai ilmu Agama Islam secara mendalam. Ulama ini disebut kyai. Para santri tinggal di pondok pesantren atau di pondok-pondok sekitar rumah kyai. Sejak awal abad ke-20, sistem pendidikan tradisional ini terpengaruh sistem pendidikan kolonial dan akhirnya ada yang mengadopsi sistem sekolah seperti yang diperkenalkan Belanda sedangkan pelajaran Quran dan agama dijadikan mata pelajaran wajib. Karena itu, pada tahun 1919 misalnya Sekolah Adabiyah di Sumatera Barat amat menyimpang dari cara pendidikan tradisional dan berkembang menjadi sekolah serupa HIS. Perbedaan dengan HIS adalah pelajaran Quran dan Agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib. Selanjutnya, sistem seperti ini berkembang menjadi madrasah. (Mahmud Yunus, 1979 dalam Yasin Anwar, 1987). Ciri utama sistem pendidikan kolonial adalah eksploitatif karena bertujuan menghasilkan tenaga kerja rendahan untuk mendukung kebutuhan ekonomi penjajah. Ciri yang kedua adalah diskriminatif rasial karena membeda-bedakan perlakuan kepada anak-anak golongan Belanda atau Eropa, golongan Timur Asing, dan pribumi. Anak-anak pribumi juga dibedakan antara anak-anak 7

17 keluarga ningrat atau bangsawan (aristokrat), pemimpin agama (ulama), dan anakanak rakyat biasa. Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke Pendidikan tinggi Technische Hoogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran) Rechts Hoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) Pendidikan menengah Mid.Vakschool Kweekschool (Sekolah Guru) AMS (Sekolah Menengah LYCEA Atas) HBS V MULO 10 9 HBS III Eur. Vak-school (Sek. Kejuruan Eropa) Voorklas 8 7 Schakel- 6 Pendidikan rendah Inlandsche-school (Sekolah Bumiputera Kelas 1 School (Sek. Peralihan) Inl. Vakschool 5 ELS (Sekolah (Sekolah Kejuruan) Rendah Eropa) HCS HIS Volkschool Vervolg- 3 (Sekolah (Sekolah school 2 1 Cina Belanda) Bumiputera Belanda (Sekolah Desa) 2 de Inlandscheschool (SD Kelas II) EROPA BELANDA BUMIPUTERA Berikut ini dikemukakan tentang beragam jenis sekolah pada masa penjajahan Belanda yang dapat dibedakan dalam tiga golongan. 8

18 1. Sekolah untuk anak pribumi yang terdiri dari Volksschool atau Sekolah Desa 3 tahun berbahasa pengantar bahasa daerah. Yang ditekankan pada sekolah desa adalah pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Tamatan sekolah desa dapat meneruskan ke sekolah sambungan (Vervolgschool) 2 tahun dengan bahasa pengantar bahasa daerah serta Sekolah Peralihan (Schakelschool) yaitu sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar seluruhnya 5 tahun dan berbahasa Belanda dalam kegiatan belajar-mengajar. Tamatan sekolah ini dapat melanjutkan ke sekolah guru (CVO) dan Normal School atau ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sekolah rendah yang diperluas (kirakiara setara dengan SMP masa kini). Selain itu, dikenal pula Erste Indlandscheschool (Sekolah Kelas I) dan Tweede Inlandscheschool (Sekolah Kelas II). 2. Sekolah untuk anak keluarga ningrat atau bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri adalah HIS (Hollandsch Inlandscheschool) 7 tahun yang sering juga disebut Sekolah Bumiputera Belanda yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Sedangkan, untuk anak rakyat jelata dapat bersekolah di Sekolah Bumiputera (Indlancsheschool) 5 tahun yang berbahasa pengantar bahasa daerah. Kemudian, anak-anak pribumi tamatan MULO dapat masuk ke Kweekschool (KS atau sekolah guru) atau Stovia (School Tot Opleiding van Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa dengan masa belajar 7 tahun. 3. Sekolah-sekolah untuk golongan Timur Asing seperti Sekolah Cina 5 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Cina dan HCS (Hollandsch Chineeseschool) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Selain itu ada pula sekolah untuk anak keturunan Arab, yaitu Hollandsch Arabischeschool (HAS) dan untuk anak-anak orang Ambon, yaitu Ambonsche Burgerschool dan untuk anak-anak serdadu KNIL asal Ambon Ambonsche Soldaten School (ASS) yang terdapat di kota-kota garnisun besar, seperti Magelang, Jakarta atau Padang. Selain itu, atas usaha swasta seperti Zending dan Missi didirikan pula sekolah Jawa-Belanda atau Hollandsch Javaanscheschool (HJS). Untuk anak bangsawan didirikan juga sekolah dasar khusus yang disebut Sekolah Raja 9

19 (Hoofden School). Sekolah ini semula didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872 tapi kemudian diintegrasikan ke ELS atau HIS. Tamatan sekolahsekolah ini dapat melanjutkan ke MULO dan seterusnya ke AMS (Algemeene Middelbar School yang dapat disetarakan dengan SMA sekarang) 3 tahun mirip HBS (Hoogere Burger School) atau sekolah menengah lanjutan dari ELS. 4. Sekolah-sekolah untuk anak-anak Eropa, keturunan Timur Asing atau tokoh pribumi terkemuka dari pendidikan dasar s.d. pendidikan tinggi, yaitu ELS (Europesche Lagere School) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Tamatannya melanjutkan ke HBS (Hoogere Burger School) 3 tahun dan 5 tahun atau Lyceum (Lycea) 6 tahun, Middelbare Meisjeschool 5 tahun, Rechts Hoogeschool 5 tahun, atau Geneeskundige Hoogeschool atau Sekolah Tinggi Kedokteran 8 setengah tahun dan Kedokteran Gigi 5 tahun. Sekolah dan kursus pada strata yang lebih tinggi yang didirikan Belanda antara lain GHS (Geneeskundige Hoogeschool), HAC (Hoofd Akte Cursus), RHS (Rechts Hoogeschool), THS (Technische Hogeschool), HKS (Hogeere Kweekschool), HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool) Di luar jalur resmi pemerintah Hindia Belanda, ada sekolah-sekolah partikelir (swasta), seperti sekolah Taman Siswa, perguruan rakyat, Kristen dan Katolik. Pada jalur pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Muhammadiyah, madrasah, dan pondok pesantren. Peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama kali dikeluarkan pada tahun 1848 dan disempurnakan pada tahun Peraturan yang disempurnakan itu menetapkan bahwa pendidikan dasar harus ada pada setiap karesidenan, kabupaten, kawedanan atau pusat-pusat kerajinan, perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu. Peraturan yang terakhir (1898) diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi dari Kerajaian Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda Wilhelmina pada 17 September Inti pidato itu berisi tiga hal penting, yaitu irigasi, transmigrasi, dan pendidikan. 10

20 Pembedaan sistem persekolahan ini didorong oleh politik penjajah untuk tetap menjajah Indonesia melalui strategi divide et impera, memecah-mecah dan menguasai. Anak-anak Belanda dan turunan Eropa mendapatkan privilese istimewa agar tamatan perguruan ini tetap berperan sebagai pemimpin. Tamatan sekolah-sekolah untuk turunan Timur Asing, seperti Cina, Arab, dan India dapat menjadi penyanggah dalam beragam kegiatan perdagangan / ekonomi. Sedangkan, tamatan sekolah untuk anak pribumi dapat menjadi tenaga rendahan untuk mendukung administrasi Belanda sebagai juru tulis dan berbagai pekerjaan rendah lainnya, terutama sebagai pegawai rendah dalam berbagai kantor pemerintah, perusahaan, dan perkebunan pemerintah Belanda. Tenaga rendahan ini dapat dibayar murah sehingga pemerintah Belanda tidak perlu mendatangkan tenaga seperti ini dari negeri Belanda yang harus dibayar tinggi. (Sumber: Jasin Anwar, 1987; Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia; Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Inlandsche_School, dan M.Ryzki Wiryawan yang diambil dari P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi Yubileum, Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987). B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda Kurikulum adalah istilah yang dikenal kemudian di alam Indonesia merdeka yang secara resmi digunakan untuk memberi nama kepada kurikulum yang lahir tahun 1968 sebagai Kurikulum Pada masa penjajahan Belanda digunakan istilah leerplan atau rencana pelajaran yang memuat daftar mata pelajaran dan alokasi (penjatahan) waktu per mata pelajaran. Sedangkan, istilah leervak atau vak yang dipakai berarti mata pelajaran. Dalam buku ini: Rencana Pelajaran 1947 disebut penulis dengan istilah Kurikulum SD (Sekolah Dasar) 1947 atau disingkat Kurikulum 1947 yang berlaku untuk SD sesuai dengan konteks bahasan, sedangkan jika disebut bersama-sama dengan 11

21 kurikulum sekolah pada jenjang menengah akan digunakan istilah Kurikulum SD 1947, Kurikulum SMP 1947 atau Kurikulum SMA 1947; Rencana Pelajaran Terurai 1947 untuk Sekolah Rakyat dengan istilah Kurikulum SD 1947 atau Kurikulum 1947; Rencana Pendidikan Dasar dengan 1964 dengan istilah Kurikulum SD 1964 atau Kurikulum 1964; Kurikulum SD 1968 atau Kurikulum 1968; Kurikulum SD 1975 atau Kurikulum 1975; Kurikulum SD 1994 atau Kurikulum 1994; Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dengan Kurikulum 2004; dan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dengan Kurikulum Tanpa merinci jumlah jam per minggu mata-mata pelajaran pada berbagai jenis sekolah dasar pada zaman Belanda seperti dikemukakan Nasution (2995) disajikan berikut ini. Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar di zaman Belanda ELS HIS HCS Eerste Inlandscheschool Pelajaran Wajib: Membaca Bahasa Cina Membaca & Membaca Menulis Bahasa Inggris Menulis Bahasa Menulis Berhitung Bahasa Prancis Daerah Berhitung Bahasa Belanda Bahasa Belanda Bahasa Belanda Ilmu Bumi Berhitung Bahasa Indonesia Sejarah Bahasa Daerah Membaca Berhitung Ilmu Bumi Bahasa Indonesia Menulis Ilmu Bumi Bahasa Jawa ** Sejarah Indonesia Pelajaran Tambahan: Bahasa Jerman Ilmu Bumi Bahasa Belanda Bahasa Prancis Bahasa Inggris Sejarah Dunia Ilmu Alam Bahasa Jerman Sejarah Dunia Matematika * Sejarah Lokal Bahasa Inggris Matematika * Kesenian Menggambar Sejarah Dunia Kesenian/Keterampila Pendidikan Ukur Tanah Matematika * n Jasmani Menyanyi Kesenian/Keterampilan Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani Tweede Indlandschesc hool Bahasa Indonesia Berhitung Menggambar Menyanyi Ilmu Bumi Ilmu Alam Bahasa Daerah Kesenian Volkschool (Sekolah Desa) Kelas I: Alfabet & Bahasa Indonesia Bercakapcakap Berhitung Kelas II: Alfabet & Tulisan Arab Mendengar Kelas III: Ulangan Berhitung 12

22 Diolah kembali oleh penulis dari Ramli Murni, 2010 Catatan tambahan penulis: ELS: Europesche Lagere School atau Sekolah Rendah Eropa 7 tahun. HIS: Hollandsch Inlandscheschool atau Sekolah Bumiputera Belanda 7 tahun. HCS: Hollandsch Chineeseschool atau Sekolah Cina Belanda 7 tahun. Eerste Inlandscheschool: Sekolah Bumiputera Kelas I. Tweede Indlandsceschool: Sekolah Bumiputera Kelas II. Matematika * : Pada masa ini istilah Matematika belum dikenal. Kemungkinan mata pelajaran ini terdiri dari Aljabar dan Ilmu Ukur. Bahasa Jawa **: Kemungkinan hanya berlaku di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda Berikut ini disajikan foto-foto yang menggambarkan keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda. Murid Vervolgschool, sekolah sambungan dari Sekolah Desa (Volksschool) melakukan gimnastik atau senam kesegaran jasmani 13

23 Pada sekolah desa digunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan pada foto ini tampak penulisan bukan dalam aksara Latin tapi aksara Jawa Sekolah Taman Siswa di Bandung 14

24 Sekolah seperti ini menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar Anak keluarga kaya dan terhormat ke sekolah naik dokar atau delman 15

25 Ini adalah dokar atau delman yang digunakan Bung Hatta ketika bersekolah di Bukittinggi dahulu pada zaman penjajahan Belanda Di ruang kelas sekolah untuk anak pribumi 16

26 Ibu Soerjoadipoetro sedang berbincang-bincang dengan siswi-siswi National Onderwijs Instituut Lembaga Pengajaran Bangsa Taman Siswa di Bandung Ijazah Meisjes Vervolgschool (Sekolah Sambungan khusus untuk wanita) di Mojokerto, Jawa Timur, tahun

27 Ijazah Meisjes Vervolgschool di Garut, Jawa Barat, tahun 1937 Ijasah Sekolah Desa di Mojokerto tahun

28 Ijasah MULO (setingkat SMP) tahun 1933 Kelas lima sekolah dasar Modjowarno di Jawa Timur. Seorang siswa calon guru sedang mengajar, didampingi seorang guru pribumi 19

29 Tampak siswa turunan Belanda naik mobil sekolah di Pengalengan, Jawa Barat Ruang menggambar sekolah guru di Jawa 20

30 Sekelompok siswa HIS sedang mengunjungi Cisarua di bawah pengawasan siswa Hogeere Kweekschool (sekolah pendidikan guru) Bandung di tahun ajaran Sekolah pribumi di Barabai, Kalimantan Selatan 21

31 Sekolah pribumi ( ) pada perusahaan Tanjung Morawa Senembah, Sumatera Utara Sekolah swasta pribumi di Bogor, Jawa Barat 22

32 Siswa dari Hogeere Kweekschool (HKS) di Bandung mengajar senam anak-anak murid dari Hollands Inlandseschool (HIS) tahun ajaran

33 Rapor sekolah zaman Belanda dari Sekolah St. Ursula, Bandung, tahun ajaran (Sumber foto: Diambil dari internet, terutama dari koleksi Tropenmuseum) 24

34 KURIKULUM SD PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang, sekolah-sekolah berbahasa Belanda ditutup. Seluruh sekolah dasar hanyalah berbentuk SR atau Sekolah Rakyat dengan lama belajar 6 tahun. Dengan demikian, masa pendudukan Jepang menyediakan jalan untuk menyederhanakan dan menyeragamkan sistem persekolahan yang bermacam-macam yang berciri diskriminatif. Keadaan sekolah dasar sebelum dan sesudah pendudukan Jepang di Indonesia kurang jelas karena langkanya data otentik. Dokumen militer Jepang yang disebut Jawa ni okeru bunkyō no gaikyō menjadi satu sumber yang penting tentang hal ini. Jumlah sekolah dasar dan siswa dilaporkan menurun drastis. Namun dalam artikel Murni Ramli (Pascasarjana Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Nagoya, Jepang) Primary School System in Java Before and Under Japanese Occupation ( ) dikemukakan bahwa jumlah sekolah dasar tidak menurun secara signifikan, dan bahkan jumlah siswa meningkat di Jawa. Sistem satu guru dua kelas dan satu ruang untuk dua kelas diterapkan untuk menanggulangi kekurangan guru. Kurikulum di-jepang-kan melalui penerapan mata pelajaran baru, seperti bahasa Jepang, pendidikan mental, pendidikan jasmani, dan kegiatan keterampilan. Sekolah dasar pada masa pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak seperti sistem Belanda yang berciri akademis. Pendudukan Jepang hanya berlangsung tiga setengah tahun, namun muncul kebijakan pendidikan penting yang berlangsung terus sampai sekarang. Misalnya, sistem 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun sekolah menengah atas (sistem 6 3 3). Pendidikan jasmani atau senam fisik (disebut taisō) secara rutin dipraktikkan pagi hari pada waktu yang sama di seluruh Indonesia dan ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini merupakan asalmula Senam Pagi yang diwajibkan di semua sekolah dan kantor pemerintah pada salah satu hari dalam seminggu selama era pemerintahan Soeharto. 25

35 R.Thomas Murray (1966 seperti yang dikutip Murni Ramli) mengungkapkan beberapa kebijakan oleh militer Jepang di Indonesia, yaitu: Menghapus bahasa Belanda di sekolah-sekolah; Melarang penggunaan dan pengajaran bahasa Inggris dan Prancis di sekolah menengah dengan alasan itu adalah bahasa musuh; Pengajaran bahasa Jepang di sekolah dasar dan menengah; Menetapkan bahasa Melayu / bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang digunakan di sekolah dan pemerintahan. Menekankan kegiatan jasmani dan mengintensifkan latihan militer di sekolah menengah; Menerapkan pekerjaan tangan atau kerja bakti untuk mendukung perang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti menanam sayur, beternak ikan atau hewan; Mereorganisasi beberapa sekolah menengah Belanda menjadi sekolah kejuruan; Menghapus pengajaran sejarah Belanda dan Eropa dan menggantinya dengan sejarah Asia dan Indonesia. (Sumber: Murni Ramli pada International Journal of History Education No 1. Vol. XI, June 2010) Terbanyak literatur menyatakan bahwa semua jenis sekolah dasar disatukan menjadi Sekolah Rakyat (Kokumingakkō). Namun, menurut bunkyō no gaikyō, bab 2, dan gakkōkyouiku (pendidikan formal), bagian 2, kankōritsushokyōiku (Sekolah Negeri dan Swasta), ada beberapa model Sekolah Rakyat. Pertama, Sekolah Rakyat (Kokumingakō) yang memberikan pelajaran dasar (shotōka) dan pelajaran lanjutan atau komprehensif (futsūka), masing-masing diselenggarakan dalam 3 tahun. Kedua, Sekolah Pertama (otōkokumingakkō), yang hanya memberikan pendidikan selama 3 tahun. Ketiga, Sekolah Rakyat yang hanya memberikan pendidikan komprehensif (disebut Futsūka kokumingakkō). Sekolah jenis ini memiliki tipe yang lain, yaitu sekolah 4 tahun dan sekolah 7 tahun. Pada tahun ajaran 1944, semua sekolah jenis ini dijadikan sekolah 3 tahun dan semua 26

36 Sekolah Rakyat (Shotōkokumingakkō) dijadikan sekolah 6 tahun. (Sumber: bunkyō no gaikyō : halaman seperti dikutip Ramli Murni, 2010). Kebanyakan sekolah rakyat 6 tahun di Jawa menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura. Siswa yang menyelesaikan sekolah rakyat hanya sampai kelas V tidak menerima ijasah kelulusan, tapi menerima semacam surat tanda tamat belajar yang dapat digunakan untuk bekerja di masyarakat sedangkan siswa yang sampai kelas VI atau sampai 7 tahun di sekolah rakyat mendapatkan ijasah kelulusan yang dapat digunakan untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Kedua sistem sekolah dasar ini diadopsi oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dalam proposalnya pada tahun 1946 seperti dikutip Tilaar (1995:72). Namun, Panitya Penyelidik Pengajaran pada tahun 1947 hanya menerima sekolah rakyat 6 tahun dan menghapuskan tipe sekolah yang lain. B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang Literatur tentang kurikulum pada masa pendudukan Jepang amat langka. Karena itu, pada bagian ini hanya dikemukakan tentang struktur program kurikulum sekolah dasar yang berisi daftar mata pelajaran dan alokasi waktu tiap mata pelajaran per minggu. Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Pada masa pendudukan Jepang No. Mata Pelajaran Kelas I II III IV V VI 1 Pendidikan semangat Bahasa Jepang Bahasa Indonesia Bahasa Daerah Sejarah

37 No. Mata Pelajaran Kelas 6 Ilmu Bumi Berhitung Ilmu Alam Pendidikan Jasmani Seni Suara Kaligrafi Pertukangan Kayu Menggambar Latihan Kerja Ekonomi / Industri Pekerjaan Rumah Tangga Jumlah seluruhnya (35) 36 (38) 36 (38) Angka total dalam kurung adalah jumlah jam per minggu untuk sekolah anak perempuan. (Sumber: bunkyō no gaikyō seperti ditulis Ramli Murni, 2010) 28

38 KURIKULUM SD PADA AWAL KEMERDEKAAN DAN MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan dan masa Orde Lama Kurikulum Pancasila & TAP MPR & UU Peraturan Keputusan Menteri UUD 1945 GBHN Pemerintah 1947 Pancasila dan Instruksi Menteri UUD 1945 Pengajaran RI 29 Sept 1945 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, a.l. agar segala usaha pendidikan dan pengajaran berlandaskan dasar kebangsaan Indonesia, memelihara dan menguatkan rasa cinta Nusa dan Bangsa dalam hati sanubari murid-murid dan pelajar-pelajar dengan memasukkan semangat kebangsaan dalam segala pelajaran, serta menghapuskan segala isi pengajaran yang dapat melemahkan semangat itu Manipol Tap MPRS No. UU POKOK Terbit tanpa keputusan (Manifesto II / MPRS / PENDIDIKAN No. Menteri tapi hanya dengan Politik) dan 1960: Politik 4 / 1950 (yo. No. 12 kata pengantar Pembantu Usdek (UUD dan sistem / 1954 Pasal 10, Menteri 29

39 Kurikulum Pancasila & TAP MPR & UU Peraturan Keputusan Menteri UUD 1945 GBHN Pemerintah 1945, pendidikan Ayat 1: Semua Bidang Teknis Pendidikan, Sosialisme nasional... anak-anak yang Depdikbud. Indonesia, supaya sudah berumur 6 Demokrasi melahirkan tahun berhak dan Terpimpin, warga negara yang sudah berumur Ekonomi Indonesia yang 8 tahun diwajibkan Terpimpin, dan berjiwa belajar di sekolah, Kepribadian Pancasila..., sedikitnya 6 tahun Indonesia yang berjiwa lamanya. dengan poros patriot komplit, Nasakom supaya (Nasional- melahirkan Agama- tenaga-tenaga Komunis) kejuruan yang sebagai ahli dan kekuatan berjiwa pelaksanaan revolusi dalam Agustus 1945, mencapai suatu politik tujuan revolusi dan sistem nasional. pendidikan Kebijakan: yang Pancasila = menitikberatka dasar n pendidikan pendidikan kejuruan. nasional dan Pancawardhan a = sistem pendidikan nasional. 30

40 Tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) mengusulkan kepada Kementerian Pengajaran untuk segera menyusun pedoman pendidikan dan pengajaran yang a.l.: 1) Sesuai dengan dasar susunan Negara Republik Indonesia, 2) Paham perseorangan haruslah diganti denganpahal kesusilaan dan rasa peri kemanusiaan yang tinggi, 3) Sesuai dengan dasar keadilan sosial, semua sekolah harus terbuka untuk tiap penduduk negara, 4) Untuk memperkuat kesatuan rakyat hendaklah diadakan satu macam sekolah (yang lama belajarnya 6 tahun untuk tiap-tiap anak-anak Indonesia) lambat laun harus dapat dilaksanakan secara merata. (Sumber Jasin Anwar 1987 dari Soegarda Poerbakawatja, Pendidikan di Alam Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1972). Dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya dasar kebangsaan yang dihubungukannya bukan hanya dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 2 (sistem pengajaran nasional), tetapi juga dengan Pasal 32 (kebudayaan nasional Indonesia) Pasal 36 (Bahasa Indonesia), Pasal 27 Ayat 1 (persamaan kedudukan segala warga negara di dalam hukum pemerintahan) dan Ayat 2 (hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Teranglah dari fatsal-fatsal dalam Undang-Undang Dasar tersebut itu, bahwa pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia haruslah berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia menuju ke arah kebahagiaan hidup batin serta keselamatan hidup lahir. (Notula rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, ) dan lampirannya). Di samping dasar kebangsaan, sila-sila lain pun digunakan sebagai dasar untuk menentukan isi pendidikan dan pengajaran. Misalnya, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan menunjuk Pasal 29 UUD 1945 sebagai dasar untuk mengusulkan dimasukkannya pelajaran agama ke dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah negeri. 31

41 Dalam pembicaraan komisi-komisi Panita Penyelidik, dasar kebangsaan sangat menonjol dalam menentukan isi dan susunan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Tujuannya adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas antara pendidikan dan pengajaran kolonial dan pendidikan dan pengajaran nasional. Ini adalah gambaran penerapan Pancasila dan kondisi yang melahirkan Rencana Pelajaran (Kurikulum) UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah merumuskan tujuan kurikuler pendidikan rendah sebagai berikut: Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak agar memiliki dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin, serta mengembangkan bakat dan minat. B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama Sesuai dengan paparan tentang dasar keputusan tentang kurikulum seperti telah dikemukakan pada Bab I. Pendahuluan, berikut ini disajikan hasil kajian tentang dasar-dasar yang digunakan para pengembang kurikulum dalam menyusun Kurikulum 1947 Kurikulum Kurikulum 1952 tidak dimasukkan karena sumber kepustakaannya amat terbatas, hanya satu buku tentang Rencana Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat 3 dan 6 Tahun. Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964 Dasar keputusan tentang Kurikulum 1947 Kurikulum 1964 kurikulum 1. Alasan pedagogis yang sahih V Pengaruh psikologi # Dominan pengaruh politik belajar & praktik sekolah kebangsaan 2. Bukti (evidensi) terbaik yang tersedia V Pengalaman zaman penjajahan & sekolah kebangsaan V Bukti pengalaman transisi dari penjajahan ke alam merdeka 32

42 Dasar keputusan tentang Kurikulum 1947 Kurikulum 1964 kurikulum 3. Konteks tujuan pendidikan yang umum V Pancasila, UUD 1945, warga negara yang V Manusia sosialis Indonesia (Tap MPRS No. II/1960) humanis (Kepmen PP&K 1946) 4. Konteks keputusan sebelumnya V V & kebutuhan keputusan tambahan 5. Paduan kekuatan pelajar, proses belajar, tuntutan masyarakat & V Tuntutan pendidikan di alam kemerdekaan V Tuntutan Pancawardhana & kerja tangan mata pelajaran 6. Kerja sama orang yang terlibat & orang yang paling terkena dampak X Hanya Panitia Penyelidik Pengajaran X Hanya lembaga struktural Depdikdasbud keputusan 7. Fakta baru kehidupan seperti perkembangan ilmu, rasa persatuan V Nasionalisme negara baru merdeka V Nasionalisme & tuntutan perkembangan ilmu & keanekaragaman 8. Perbedaan individual siswa V Pengantar bahasa daerah & bahasa V Pengantar bahasa daerah & bahasa Indonesia Indonesia 9. Pandangan realistis V Tampak dalam V Mulai ide bidang studi pengorganisasian: desain kurikulum, pengalaman siswa, pengaturan waktu struktur program, mata pelajaran terpisah 10. Pandangan tentang cara X X komunikasi & diseminasi kurikulum 11. Pengalaman siswa yang tidak dapat diperoleh dengan memuaskan di luar sekolah V V 33

43 C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Kurikulum 1947: Perasaan bakti kepada Tuhan YME Perasaan cinta kepada ibu dan bapak Perasaan cinta kepada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan masyarakat Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata tertib; Keyakinan pada dasarnya manusia itu sama harganya karena itu harus hormat-menghormati, berdasar rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas harga diri sendiri Keyakinan negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu kewajiban, judur dalam pikiran dan tindakan (Keputusan Menteri PP&K 1946 No. 1186/Bahg.A) Tujuan institusional sekolah dasar pada Kurikulum 1947: Tujuan pendidikan di sekolah rendah itu, agar murid-murid lambat laun dengan rasa tanggung jawab: makin dapat menyelenggarakan sendiri kesehatannya, rasa bahagia serta faham hidupnya bersama penyesuaian diri dengan corak kebangsaan Indonesia (yang berdasar Ketuhanan YME dan kemanusiaan yang adil dan beradab), dan makin tegas hasratnya untuk mengembangkan (dan mempergunakan) jiwa-raganya ke arah keluhuran kebudayaan serta kemakmuran Republik 34

44 Indonesia (sebagai negara kesatuan yang berbentuk kedaulatan ra yat dan keadislan sosial). (Sumber: Laporan Panitia Penyelidik Pengajaran, Bagian Pengajarana Rendah, 1946) Kurikulum 1964: Semangat patriot Gotong royong Bersahaja Mengutamakan kejujuran Mendahulukan kewajiban daripada hak Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi Susila dan budi luhur Kerelaan berkorban Hidup hemat Disiplin Kepandaian untuk menghargai waktu Cara berpikir rasional dan ekonomis Kesadaran bekerja untuk membangun dengan kerja keras (Sumber: Tap MPRS No. II/MPRS/1960: Gambaran manusia sosialis Indonesia yang dimuat juga dalam Lampiran Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961). 35

45 D. Perkembangan struktur program kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang berbahasa daerah sampai Kelas III (Rencana Pelajaran 1947) No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan I II III IV V VI Di Kelas I 1 Bahasa Indonesia dan II lama 2 Bahasa Daerah tiap jam 3 Berhitung pelajaran: 30 4 Ilmu Alam menit; di 5 Ilmu Hayat * Kelas IV ke 6 Ilmu Bumi atas: 40 menit 7 Sejarah Menggambar Menulis Seni Suara Pekerjaan Tangan Pekerjaan Keputrian ** (1) (2) (2) 13 Gerak Badan *** Kebersihan dan Kesehatan Didikan Budi Pekerti Jumlah **** Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya Ε. Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia. ** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11. *** Termasuk juga tari dan pencak. **** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K , No. 1153/A. 36

46 ***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama. Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran 1947) No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan I II III IV V VI Di Kelas I 1 Bahasa Indonesia dan II lama 2 Berhitung tiap jam 3 Ilmu Alam pelajaran: 30 4 Ilmu Hayat * menit; di 5 Ilmu Bumi Kelas IV ke 6 Sejarah atas: 40 menit 7 Menggambar Menulis Seni Suara Pekerjaan Tangan Pekerjaan Keputrian ** (1) (2) (2) 12 Gerak Badan *** Kebersihan dan Kesehatan Didikan Budi Pekerti Jumlah **** Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya Ε. Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia. ** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11. *** Termasuk juga tari dan pencak. **** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K , No. 1153/A. 37

47 ***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri Agama. Tabel 4. 5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat Yang diselenggarakan sore hari (Rencana Pelajaran 1947) No. Mata Pelajaran I A B II A B III A B IV A B 1 Bahasa Indonesia Bahasa Daerah Berhitung Ilmu Alam Ilmu Hayat Ilmu Bumi Sejarah Menggambar Menulis Seni Suara Pekerjaan Tangan Pekerjaan Keputrian Gerak Badan Kebersihan dan Kesehatan Didikan Budi Pekerti Jumlah ** Pendidikan Agama ***** Jumlah seluruhnya Ε. Kelas A = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I. 38

48 Kelas B = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah sampai kelas III. ** Berdasarkan Edaran Mengteri PP dan K No. 203/B. 39

49 Ijasah Sekolah Rakyat 6 tahun di alam kemerdekaan (tahun 1956). Di balik ijasah ini tercantum nilai-nilai Ujian Negara Susunan Rencana Pelajaran 1964 masih sederhana, yaitu mencakup unsur pokok: dasar dan tujuan serta sistem pendidikan dasar, struktur program kurikulum, garisgaris besar program pengajaran (GBPP) tiap wardhana, dan pedoman pelaksanaan hari krida di sekolah dasar. Rencana Pelajaran ini membedakan 2 macam struktur program, yaitu sebagai berikut: 1) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah dari kelas I sampai kelas III. 2) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa Indonesia mulai kelas I. Garis-garis besar susunan program pengajarannya adalah sebagai berikut: 40

50 Pertama, sesuai dengan struktur program yang disebutkan di atas, mata pelajaran atau bidang studi dikelompokkan sesuai dengan Pancawardhana menjadi 5 kelompok bidang studi, yaitu perkembangan moral, kecerdasan, emosionalartistik, keprigelan / keterampilan, dan jasmaniah. Kedua, susunan tiap wardhana adalah: 1) Uraian Pendahuluan tentang komposisi bidang studi yang termasuk dalam wardhana yang bersangkutan, tujuan kurikuler yang hendak dicapai, kriteria pemilihan bahan, dan petunjuk praktis dalam memilih kegiatan yang relevan; 2) Tiap bidang studi dibagi menurut kelas, dan urutan bahan yang disesuaikan dengan tujuan kurikuler dan instruksional tiap bidang studi; 3) Tiap tujuan instruksional disertai bahan-bahan yang diajarkan dan petunjuk praktiks dalam memilih dan menyelenggarakan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan tersebut; dan 4) Sistematika program pengajaran Pendidikan Agama belum disesuaikan dengan susunan seperti tersebut pada butir (2) dan (3) dan kurikulum Pendidikan Agama Islan disusun oleh Departemen Agama secara terpisah. Demikian juga halnya dengan kurikulum-kurikulum agama-agama lain, disusun oleh lembaga-lembaga keagamaan yang berwenang. (Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud, 1996) Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana Pendidikan 1964) No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan I II III IV V VI Kelas I dan I PERKEMBANGAN MORAL: II, 1 jam 1. Pendidikan Kemasyarakatan * pelajaran: 41

51 No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan 2. Pend Agama / Budi Pekerti menit; II PERKEMBANGAN KECERDASAN Kelas III 3. Bahasa Daerah s.d. VI: Bahasa Indonesia menit. 5. Berhitung Pengetahuan Alamiah III PERKEMBANGAN EMOSIONAL / ARTISTIK: 7. Pendidikan Kesenian ** IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN: 8. Pendidikan Keprigelan *** V PERKEMBANGAN JASMANI: 9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan Jumlah Ε. Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara. ** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama. *** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi / Tabungan, dan Keprigelan lain-lain Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari Kelas I (Rencana Pendidikan 1964) No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan I II III IV V VI Kelas I dan I PERKEMBANGAN MORAL: II, 1 jam 1. Pendidikan Kemasyarakatan * pelajaran: 2. Pend Agama / Budi Pekerti menit; II PERKEMBANGAN KECERDASAN Kelas III 3. Bahasa Indonesia s.d. VI: Berhitung menit. 42

52 No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan 5. Pengetahuan Alamiah III PERKEMBANGAN EMOSIONAL / ARTISTIK: 7. Pendidikan Kesenian ** IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN: 8. Pendidikan Keprigelan *** V PERKEMBANGAN JASMANI: 9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan Jumlah Ε. Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara. ** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama. *** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi / Tabungan, dan Keprigelan lain-lain E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Pada bagian ini akan dikemukakan tentang perkembangan komponen kurikulum dengan memilih mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai contoh dan perbandingan umum sajian komponen kurikulum dalam dokumen kurikulum. Komponen desain Tujuan Apa yang harus dilakukan? Mata pelajaran Mata pelajaran apa yang harus dimasukkan? Metode & organisasi Strategi pengajaran, sumber, dan kegiatan apa yang akan digunakan? Evaluasi Metode dan alat apa yang akan digunakan untuk menilai hasil? 43

53 Dari segi komponen, kurikulum paling tidak mengandung 6 komponen, yaitu tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan belajar, sumber belajar yang terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan alokasi waktu. Tujuan Sumber belajar Materi UNSUR KURIKULUM Alokasi waktu Kegiatan belajar Penilaian Gambar 4. 1 Unsur kurikulum Perkembangan komponen kurikulum Dari segi komponen kurikulum, dikemukakan komponen-komponen kurikulum dari Kurikulum 1968 s.d. Kurikulum (Komponen Kurikulum 1947 dan 1964 tidak dikemukakan penulis dalam buku ini karena dokumen kurikulum yang dapat diperoleh belum lengkap). Kurikulum 1952 Dari 6 komponen kurikulum seperti terlihat pada gambar di atas, Kurikulum 1952 berisi 2 komponen, yaitu bahan pengajaran (materi) dan apa yang dipentingkan dan peringatan, keindahan, dsb (kegitan belajar). Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Hayat kelas IV SD sebagai berikut: 44

54 Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952 No. Bahan pengajaran Apakah yang dipentingkan Peringatan, keindahan, dsb. 1a. Biji Bagian 1a: 1. kulit ari (kulit tipis) 2. pusat biji (asal tumbuhtumbuhan 3. keping (belahan), gunanya 1-3 1b. Biji yang sedang tumbuh (kacang tanah, kedelai, jagung, dsb.) Bagian 1b: 1. akar 2. batang 3. daun, gunanya Akar Bangsa akar: (bandingkanlah 1. akar tunggang akar kacang tanah 2. akar serabut dengan akar jagung) Bagian nomor 1 a. akar tunggang b. akar cabang c. akar rambut d. bulu akar e. tudung akar 1. Akar selalu menuju ke bawah, ke dalam tanah. 2. Batang selalu tegak ke luar di atas tanah. 3. Biji sedang tumbuh dapat mengangkat segumpal tanah, gunanya 1 3 (dengan tawakkal dan ketabahan hati tercapailah cita-cita. 4. Keping selalu susut dan hilang lenyap (ingatlah: manusia akan lenyap juga). 1. Biji berkeping dua: berakar tunggang. 2. Biji tunggal: berakar serabut 3. Bulu akar: pengisap makanan 4. Tudung akar: penjaga akar waktu menembus tanah. Tunjukkanlah: pembagian pekerjaan alam. Bagian nomor 2 a. akar serabut b. (tak ada) c. (tak ada) d. bulu akar e. tudung akar 45

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

A. Desentralisasi Memengaruhi Profesionalisme Guru

A. Desentralisasi Memengaruhi Profesionalisme Guru BAB I PENDAHULUAN A. Desentralisasi Memengaruhi Profesionalisme Guru Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH. Farida Nurhasanah Surakarta 2012

TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH. Farida Nurhasanah Surakarta 2012 TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH Farida Nurhasanah Surakarta 2012 Asal-Usul Kata Kurikulum Curriculum Currir Curere Sejumlah Mata Pelajaran Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh seorang

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

MEDIA PEMBELAJARAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH: SEJARAH PENDIDIKAN JURUSAN: PENDIDIKAN SEJARAH Disusun Oleh: Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 1 Media Pembelajaran M.K.

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA Sangkot Nasution Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SumateraUtara Abstrak: Tujuan dari sekolah yang didirikan oleh Zending adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : GATOT AGUNG NUGROHO NIM : 11.11.4677 KELOMPOK : C PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA REFLEKSI POSISI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM KEBIJAKAN KURIKULUM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA Email: delaningrat@gmail.com A. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM Yogyakarta NAMA : Listia Fitriani NIM : 11.01.2931 Kelompok : B Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Teknik Informatika Dosen

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS

PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS PENDIDIKAN ISLAM DAN SISDIKNAS Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Rabu, 13 Mei 2015 1 PENDAHULUAN Indonesia juga memiliki concern yang tinggi terhadap sektor pendidikan, di samping sektorsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila

Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila 1. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan karena masalah pendidikan memuat hal mendasar menyangkut semua aspek

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman Oleh: Pipin Piniman MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 6, 1989 (PEMBANGUNGAN. PENDIDIKAN. Kebudayaan. Prasarana. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA Kegiatan Belajar 2 FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA A. Pendidikan Seni Rupa Sebagai Penunjang Kebudayaan Pendidikan Seni Rupa di negara kita harus berakar pada budaya Indonesia. Dalam konteks pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

TUJUAN PERKULIAHAN. Mahasiswa memahami hakikat guru

TUJUAN PERKULIAHAN. Mahasiswa memahami hakikat guru HAKIKAT GURU DAN PENDIDIKAN GURU TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami hakikat guru Mahasiswa mengetahui sejarah pendidikan guru GURU APAKAH MEREKA GURU? APAKAH MEREKA GURU? APAKAH MEREKA GURU? HAKIKAT

Lebih terperinci

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; MENGETAHUI SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MENJELASKAN

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR ELEMEN PERUBAHAN SKL terstruktur dalam: SKL Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar SKL Menyeimbangkan kognitif, afektif, dan psikomotor Kompetensi inti mengikat kompetensi-kompetensi

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

Lebih terperinci

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. :: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN :

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : Nama : Yogi Alfayed Kelas : X ips 1 Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : 1. Pengertian pokok kaidah fundamental negara Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat negara bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma, dan moral. Kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan

Lebih terperinci

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat!

Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat! SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 BERBAH ULANGAN HARIAN 1 KELAS VIII SEMESTER GASAL TAHUN 2016 Waktu: 50 menit Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d sebagai jawaban yang paling tepat! 1. Sikap positif

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu mengadakan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh : Richi Ardianto 11.11.5468 Kelompok F S1 TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS )

MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN OSIS ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH ( OSIS ) A. Pendahuluan Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undangundang Dasar 1945, adalah melindungi

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPS 2011

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPS 2011 KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPS 2011 Jenis sekolah : SMA/MA Jumlah soal : 55 butir Mata pelajaran : SEJARAH Bentuk soal/tes : Pilihan Ganda/essay Kurikulum : KTSP Alokasi waktu : 90

Lebih terperinci

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini. BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini. 1) ihwal nilai nasionalisme; 2) ihwal buku sekolah elektronik; 3) ihwal

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan (IPB 105) TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Pendidikan Kewarganegaraan (IPB 105) TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Pendidikan Kewarganegaraan (IPB 105) TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENILAIAN UTS UAS : 30 PERSEN : 30 PERSEN KOLOKIUM: 40 PERSEN, terdiri dari KEHADIRAN (10%) PENYUSUNAN MAKALAH (30

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang saat ini, akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan masa depan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Lebih terperinci

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK) BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK) A. Tentang MPK 1. MPK berasal dari perwakilan resmi dari masing masing kelas yang dipilih berdasarkan musyawarah kelas dan disetujui oleh wali kelas 2. Anggota MPK

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BACA TULIS AL QUR AN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 A. Pengertian Kurikulum SD Bertaraf Internasional harus memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan mangacu

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA Pada hakikatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, yaitu sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, setiap

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA A. Landasan Pendidikan Pancasila Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai pengembangan kepribadian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Sub Pokok Bahasan LANDASAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, menyebabkan semakin derasnya arus informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, menyebabkan semakin derasnya arus informasi dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang pesat, menyebabkan semakin derasnya arus informasi dan terbukannya pasar internasional

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR

BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR 95 BAB IV ANALISIS TENTANG POLA BIMBINGAN KARIR BAGI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH DAN KETERKAITANNYA DENGAN TEORI BIMBINGAN KARIR A. Analisis tentang Pola Bimbingan Karir bagi Santriwati Pondok

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 57 TAHUN : 2012 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 57 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN ( SKL) 1. Pengertian Standar kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan mencakup

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia menggunakan bahasa. Seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, bahasa menjadi

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, kemudian pembaharuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Madrasah di Sumatera Barat di mulai awal abad ke- 20 yang merupakan tempat awal tumbuh dan berkembangnya pergerakan pembaharuan pemikiran Islam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Supentri, S.Pd

PENDIDIKAN PANCASILA. Supentri, S.Pd PENDIDIKAN PANCASILA Supentri, S.Pd TIK POKOK BAHASAN KET MENJELASKAN UUD 1945 DAN GBHN SEBAGAI BAHAN PEMBANGUNAN NASIONAL 1. PENYUSUNAN DAN RUMUSAN UUD 1945 A. PENGERTIAN UUD 1945 B. KEDUDUKAN DAN SIFAT

Lebih terperinci

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Pancasila, Ideologi Negara, Implementasi Pancasila di Negara Indonesia. Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci