BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan Listrik Bagi Industri Pariwisata Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Dari difinisi Industri pariwisata seperti di atas hampir semua kegiatan usaha memerlukan listrik. Terdapat 13 jenis usaha pariwisata seperti: jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, Penyelenggaraan pertemuan, konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta dan spa. Untuk mensuport dari kesemua kegiatan usaha baik berupa jasa atau menghasilkan barang sudah tentu memerlukan listrik. Diantara ke 13 jenis usaha seperti di atas yang paling banyak memerlukan tenaga listrik adalah akomodasi. Akomodasi berupa hotel atau villa hampir 60 persen energi listriknya digunakan untuk pengkondisian udara dalam ruangan, 20 persen untuk peralatan dapur, 15 persen untuk penerangan dan 5 persen untuk yang lainnya. Guna menjaga kenyamanan wisatawan maka energi listrik yang stabil dan handal sangat diperlukan. 2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah suatu teknologi pembangkit yang mengkonversikan energi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini terjadi pada panel surya yang terdiri dari sel-sel Photovoltaik. Sel-sel ini merupakan lapisan-lapisan tipis dari silicon (Si) murni dan bahan semikondukator lainnya.

2 8 Apabila bahan tersebut mendapat energi foton, akan mengeksitasi elektron dari ikatan atomnya menjadi elektron yang bergerak bebas dan akhirnya akan mengeluarkan tegangan listrik arus searah. Dengan hubungan seri-paralel, sel fotovoltaik dapat digabungkan menjadi modul dengan jumlah sekitar 40 sel, selanjutnya gabungan dari sekitar 10 modul akan membentuk suatu array Photovoltaik. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan listrik DC (direct current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (Alternating current) apabila diperlukan. PLTS pada dasarnya adalah pecatu daya dan dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar, baik secara mandiri, maupun hibrid. Dengan metode desentralisasi (satu rumah satu pembangkit) maupun dengan metoda sentralisasi. (a) (b) Gambar 2.1. (a) PLTS Stand Alone (b) PLTS Hybrid dengan Generator dan Wind Sumber : Pembagian sistem PLTS Secara garis besar sistem kelistrikan tenaga surya dapat dibagi menjadi:

3 Sistem terintegrasi Sistem ini dapat diterangkan secara visual pada Gb.2.2. Seperti terlihat pada gambar ini, listrik yang dihasilkan oleh array dirubah menjadi listrik AC melalui power conditioner, lalu dialirkan ke AC load. AC load disini dapat berupa listrik yang diperlukan di perumahan atau kantor. Yang menjadi ciri utama dari sistem ini adalah dihubungkannya AC load ke jaringan distribusi listrik yang dimiliki oleh perusahaan listrik. Jadi apabila listrik yang dihasilkan oleh solar panel cukup banyak melebihi yang dibutuhkan oleh AC load maka listrik tersebut dapat dialirkan ke jaringan distribusi yang ada. Sebaliknya apabila listrik yang dihasilkan solar panel sedikit kurang dari kebutuhan AC load maka kekurangan itu dapat diambil dari listrik yang dihasilkan perusahaan listrik. Hal ini di banyak negara-negara industri maju secara peraturan telah memungkinkan. Gambar Contoh sistem PLTS di Rumah Sumber: Contained Energi Keterangan dari gambar 2.2 di atas adalah: 1. Solar panel 2. Power conditioner 3. Alat pendistribusi listrik

4 10 4. Alat pengukur banyaknya listrik yang di jual atau di beli. Keuntungan dari sistem ini adalah tidak diperlukan lagi baterai. Biaya baterai dapat dikurangi. Selain dari itu bagi rumah atau kantor yang memasang solar panel, mereka akan mendapatkan keuntungan dengan penjualan listrik. Persoalan yang dihadapi sekarang adalah soal teknis. Karena terhubungi dengan sistem distribusi, maka masalah keselamatan menjadi perhatian yang utama. Salah satu dari pemecahannya adalah membuat power conditioner yang mampu mendeteksi apabila terjadi kecelakaan dan mampu mengkontrol tegangan apabila terjadi perubahan tegangan di AC load dan beberapa soal teknis yang lain Sistem independensi Selain sistem terintegrasi yang diterangkan di atas terdapat pula sistem independensi yang merupakan sistem yang selama ini banyak dipakai. Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini sistem independensi dapat dibagi lagi yaitu yang dihubungkan dengan DC load dan yang dihubungkan dengan AC load. Contoh dari sistem yang dihubungkan dengan DC load adalah pembangkit listrik untuk peralatan komunikasi. Misalnya peralatan komunikasi yang dipasang di pegunungan. Sedangkan yang dihubungakan dengan AC load adalah sistem pembangkit listrik untuk pulau-pulau yang terpencil. Dalam sistem ini, baterai memainkan peranan yang sangat vital. Bila ada kelebihan listrik yang dihasilkan, misalnya pada siang hari, listrik ini disimpan di baterai. Pada malam hari listrik yang disimpan ini dialirkan ke beban.

5 11 Gambar Sistem Independensi, DC load dan AC load Sumber: Komponen-komponen PLTS Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik tenaga surya, maka dalam tulisan ini akan dijelaskan komponen-komponen yang dipakai dalam PLTS, dan trend teknologi yang ada seperti dibawah Sel surya ( photovoltaic ) Untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik dapat dilakukan dengan yang namanya sel surya atau solar cell. Apabila permukaan sel surya dikenai cahaya maka dihasilkan pasangan elektron dan hole. Elektron akan meninggalkan sel surya dan akan mengalir pada rangkaian luar sehingga timbul arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan oleh sel surya dapat dimanfaatkan langsung atau disimpan dulu dalam baterai untuk digunakan kemudian.

6 12 Gambar Contoh sel surya Sumber: Besarnya pasangan elektron dan hole yang dihasilkan, atau besarnya arus yang dihasilkan tergantung pada intensitas cahaya maupun panjang gelombang cahaya yang jatuh pada sel surya. Intensitas cahaya menentukan jumlah foton, makin besar intensitas cahaya yang mengenai permukaan sel surya makin besar pula foton yang dimiliki sehingga makin banyak pasangan elektron dan hole yang dihasilkan yang akan mengakibatkan besarnya arus yang mengalir. Makin pendek panjang gelombang cahaya maka makin tinggi energi fotonnya sehingga makin besar energi elektron yang dihasilkan, dan juga berimplikasi pada makin besarnya arus yang mengalir. Prinsip kerja sel surya adalah sebagai berikut: Cahaya yang jatuh pada sel surya menghasilkan elektron yang bermuatan positif dan hole yang bermuatan negative kemudian elektron dan hole mengalir membentuk arus listrik. Prinsip ini di kenal sebagai prinsip photoelectric. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari semikonduktor yang mengandung unsur silikon. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif: lapisan negatif (tipe-n) dan lapisan positif (tipe-p). Karena sel surya ini mudah pecah dan berkarat sehingga sel ini dibuat dalam bentuk panelpanel dengan ukuran tertentu yang dilapisi plastik atau kaca bening yang kedap air dan panel ini dikenal dengan panel surya.

7 13 Gambar: 2.5. Menunjukan proses perubahan cahaya akan menjadi arus listrik Sumber: Total pengeluaran listrik (wattage) dari sel surya adalah sebanding dengan Voltase/tegangan operasi dikalikan dengan arus operasi saat ini. Sel surya dapat menghasilkan arus dari voltase yang berbeda-beda. Hal ini berbeda dengan bateri yang menghasilkan arus dari voltase yang relatif konstan. Karakteristik output dari sel surya dapat dilihat dari kurva performansi, disebut I-V curve. I-V curve menunjukkan hubungan antara arus dan voltase (Ouaschning, 2005).

8 14 Gambar 2.6. Curva I-V Gambar 2.7. Karakteristik daya yang di hasilkan watt/m2 Sumber : Ouaschning, 2005 Gambar di atas menunjukkan tipikal kurva I-V. Voltase (V) adalah sumbu horizontal. Arus (I) adalah sumbu vertical. Kebanyakan kurva I-V diberikan dalam standar Test Conditions 1000 watt per meter persegi radiasi (atau disebut satu matahari puncak/one peak sun hour) dan 25 derajat celcius suhu solar cell panel. Radiasi matahari di Bali bisa dilihat seperti tabel di bawah.

9 15 Month Temperatur Udara derajat C Tabel 2.1 Bali Sun Radiation Humidity relative % Monthly Solar Radiation Kwh/m2 January 27,7 83,2 4,94 February 27,9 81,5 5,04 March 27,8 82,2 5,41 April 28,0 81,2 5,35 May 27,6 80,4 5,11 June 27,2 79,4 4,76 July 26,4 78,7 4,75 August 26,3 77,9 5,28 September 26,8 78,7 5,95 October 27,6 79,9 6,22 November 27,9 81,4 5,71 December 27,9 80,7 5,33 Annual 27,4 80,4 5,32 Sumber: Ngurah Rai Airport, Modul photovoltaic Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya phoptovoltaic. Untuk membuat modul photovoltaic secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul photovoltaic dapat dibuat dengan teknologi yang relative sderhana,sedangkan untuk membuat sel photovoltaic diperlukan teknologi tinggi. Modul photovoltaic tersusun dari beberapa sel photovoltaic mempunyai ukuran 10 cm x 10 cm yang dihubungkan secara seri atau pararel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat modul sel surya sekitar 60% dari biaya total. Jadi, bila modul sel surya bisa dibuat didalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih di inport.

10 16 Gambar: 2.8 Contoh modul photovoltaic Sumber: Sedangkan kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan energi surya photovoltaic adalah investasi awal yang besar. Untuk mendapatkan kapasitas yang lebih besar maka beberapa modul digabung akan membentuk array Battery charge regulator (BCR) Alat pengatur merupakan perangkat elektronik yang mengatur aliran listrik dari modul surya ke baterai dan aliran listrik dari baterai ke peralatan listrik inverter. Change-Discharge pengontrol melindungi baterai dari pengisian berlebihan dan melindungi dari pengiriman muatan arus berlebihan keinput terminal. BCR juga mempunyai beberapa indikator yang akan memberikan kemudahan kepada pengguna PLTS dengan memberikan informasi mengenai kondisi baterai sehingga pengguna PLTS dapat mengendalikan konsumsi energi menurut ketersediaan listrik yang terdapat didalam baterai. BCR sebagai pengatur system agar penggunaan listriknya aman dan efektif, sehingga semua komponen - komponen system aman

11 17 dari bahaya perubahan level tegangan. BCR yang digunakan kapasitasnya tergantung dari kapasitas daya modul surya Baterai Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh modul surya sebelum dimanfaatkan untuk menggerakan beban. Ukuran baterai yang dipakai sangat tergantung pada ukuran panel dan load pattern. Ukuran baterai yang terlalu besar baik untuk efisiensi operasi tetapi mengakibatkan kebutuhan investasi yang terlalu besar. Sebaliknya ukuran baterai terlalu kecil dapat mengakibatkan tidak tertampungnya daya yang lebih. Baterai tersebut mengalami proses siklus menyimpan dan mengeluarkan, tergantung pada ada atau tidak adanya sinar matahari. Selama waktu adanya matahari, array panel menghasilkan daya listrik. Daya yang tidak digunakan dengan segera dipergunakan untuk mengisi baterai. Selama waktu tidak adanya matahari, permintaan daya listrik disediakan oleh baterai. Kapasitas bateri tergantung dari daya modul yang dikeluarkan dengan tegangan yang dikeluarkan 24 V,DC Inverter Inverter berfungsi untuk merubah arus dan tegangan listrik DC (direct current) yang dihasilkan array PV menjadi arus dan tegangan listrik AC (alternating current). Inverter yang digunakan adalah inverter dengan kapasitas tergantung dari kapasitas daya modul surya dengan tegangan keluaran AC 220 Volt.

12 Perhitungan teknis Rangkaian dari sel-sel yang disusun seri dan parallel tersebut dinamakan modul. Biasanya setiap modul terdiri dari unit sel. Apabila tegangan, arus dan daya dari suatu modul tidak mencukupi untuk beban yang digunakan, maka modulmodul tersebut dapat dirangkai seri, parallel ataupun kombinasi keduanya untuk menghasilkan besar tegangan dan daya sesuai kebutuhan. Daya yang dihasilkan oleh panel surya maximum diukur dengan besaran wattpeak (wp), yang konversinya terhadap watthour (wh) tergantung intensitas cahaya matahari yang mengenai permukaan panel. Selanjutnya daya yang dikeluarkan oleh panel surya adalah daya panel di kalikan lamanya penyinaran. Untuk memperoleh besar tegangan dan daya yang sesuai dengan kebutuhan, sel-sel photovoltaic tersebut harus dikombinasikan secara seri dan parallel, dengan aturan sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh tegangan keluaran yang dua kali lebih besar dari tegangan keluaran sel Photovoltaic, maka dua buah sel photovoltaic harus dihubungkan secara seri. 2. Untuk memperoleh arus keluaran yang dua kali lebih besar dari arus keluaran sel photovoltaic, maka dua buah sel fotovoltaik harus dihubungkan secara parallel. 3. Untuk memperoleh daya keluaran yang dua kali lebih besar dari daya keluaran sel photovoltaic dengan tegangan yang konstan maka dua buah sel fotovoltaik harus dihubungkan secara seri dan parallel.

13 Faktor pengoperasian sel surya Beberapa faktor dari pengoperasian sel surya agar mendapatkan nilai yang maksimum sangat tergantung pada: a. Ambient temperature udara Sebuah sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika temperature sel tetap normal pada 25 derajat Celsius. Kenaikan temperature lebih tinggi dari temperature normal pada sel surya akan melemahkan tegangan Voc. Gambar 2.9 menunjukan setiap kenaikan temperature sel surya 10 derajat celcius dari 25 derajat celsius akan berkurang sekitar 0,4 % pada total tenaga yang di hasilkan atau akan melemah dua kali lipat untuk kenaikan temperature sel per 10 derajat Celsius. Gambar 2.9 Karakteristik penurunan voltage terhadap kenaikan temperature Sumber : Ouaschning, 2005

14 20 b. Radiasi matahari Radiasi matahari di bumi pada lokasi yang berbeda akan bervariable dan sangat tergantung dengan keadaan sepektrum matahari ke bumi. Insolasion matahari akan banyak berpengaruh terhadap arus (I) dan sedikit terhadap tegangan (v). c. Kecepatan angin bertiup Kecepatan tiupan angin disekitar lokasi sel surya akan sangat membantu terhadap pendinginan temperature permukaan sel surya sehingga temperature dapat terjaga dikisaran 25 derajat Celsius. d. Keadaan atmosfir bumi Keadaan atmosfir bumi berawan, mendung, jenis partikel debu udara, asap, uap air udara, kabut dan polusi sangat menentukan hasil maksimum arus listrik dari sel surya. e. Orientasi panel kearah matahari secara optimum Orintasi dari rangkaian panel kearah matahari secara optimum adalah sangat penting untuk menghasilkan energi yang maksimum. Selain arah orientasi sudut orientasi ( tilt engle ) dari panel juga sangat mempengaruhi hasil energi yang maksimum. Untuk lokasi yang terletak di belahan utara latitude, maka panel sebaiknya diorientasikan ke selatan. Begitu juga yang letaknya di belahan selatan latitude, maka panel sebaiknya diorientasikan ke utara. Walaupun panel diorientasikan ke barat atau ke timur akan tetap menghasilkan energi, tetapi tidak akan menghasilkan energi yang maksimum.

15 21 f. Posisi letak sel surya terhadap matahari (tilt engle) Mempertahankan sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan modul surya secara tegak lurus akan mendapatkan energi maksimum ± 1000 w/m2 atau 1 kw/m2. Untuk mempertahankan ke tegak lurusan antara sinar matahari terhadap panel surya dibutuhkan pengaturan posisi modul surya, karena sun altitude akan berubah setiap jam dalam sehari Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida Hibrid system atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida yang disingkat PLTH adalah gabungan atau integrasi antara dua atau lebih pembangkit listrik dengan sumber energi yang berbeda. Pada umumnya pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dalam pengoperasiannya di hybrid dengan pembangkit listrik berbasis energi fosil. PLTH merupakan salah satu alternatip sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit besar seperti jaringan PLN. PLTH juga merupakan solusi untuk mengatasi krisis BBM dan ketiadaan listrik di daerah terpencil, pulau-pulau kecil. Tujuan PLTH adalah mengkombinasikan keunggulan dari setiap pembangkit sekaligus menutupi kelemahan masing-masing pembangkit untuk kondisi-kondisi tertentu dan dapat dicapai keandalan suply, sehingga secara keseluruhan sistem dapat beroperasi lebih ekonomis dan efisien. PLTH ini memanfaatkan energi terbarukan sebagai sumber primer yang dikombinasikan dengan jala-jala PLN yang sudah ada. Dalam pengoperasian dari sistem pembangkit hibrid ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain :

16 22 a. Karakteristik beban atau fluktuasi pemakaian energi ( load profile ) yang mana selama 24 jam distribusi beban tidak merata untuk setiap waktunya. Load profile ini sangat mempengaruhi dalam penyediaan energi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka kombinasi sumber energi antara sumber energi terbarukan dan disel generator atau PLN adalah jawabannya. b. Karakterisitik pembangkitan daya, khususnya dengan memperhatikan potensi energi alam yang ingin dikembangkan. c. Karakteristik kondisi alam itu sendiri, seperti pergantian siang malam, musim dan lainnya. Pada umumnya PLTH bekerja sesuai urutan sebagai berikut: 1. Pada kondisi beban rendah, maka beban di supply 100% dari bateri dan PV modul, selama kondisi bateri masih penuh sehingga diesel/pln tidak perlu dioperasikan. 2. Untuk beban diatas 75% beban inverter (tergantung seting parameter) atau kondisi bateri sudah kosong sampai level yang disyaratkan, diesel/pln mulai beroperasi untuk mensuplai beban dan sebagian mengisi bateri sampai beban diesel mencapai 70-80% kapasitasnya (tergantung seting parameter). Pada kondisi ini hybrid controller bekerja sebagai charger (merubah tegangan AC menjadi tegangan DC) untuk mengisi bateri. 3. Pada kondisi beban puncak baik diesel maupun inverter akan operasi dua-duanya untuk menuju parallel sistem apabila kapasitas terpasang Diesel/PLN tidak mampu sampai beban puncak. Jika kapasitas

17 23 Diesel cukup untuk mensupli beban puncak, maka inverter tidak akan beroperasi parallel dengan genset. Semua proses kerja tersebut diatas diatur oleh System Command Unit yang terdapat pada hybrid controller. Proses control ini bukan sekedar mengaktifkan dan menonaktifkan diesel tetapi yang utama adalah pengaturan energi agar pemakaian BBM diesel menjadi efesien. Gambar Konfigurasi hibrida PLN dan PLTS Sumber: PLTH yang memanfaatkan energi terbarukan dapat diklasifikasikan kedalam dua konfigurasi dasar, yaitu: sistem hibrida seri dan sistem hibrida parallel. (Rosyid, 2010) PLTH Sistem Seri Semua pembangkit daya mensuplai daya DC kedalam baterai, setiap komponen harus dilengkapi dengan charge controller sendiri. Pada sistem ini, generator dan inverter harus didesain agar dapat melayani beban puncak. Pada system ini sejumlah besar energi yang dibangkitkan dilewatkan melalui baterai,

18 24 siklus baterai bank menjadi naik dan mengurangi efisiensi sistem, daya lsitrik dari genset di DC kan dan diubah kembali menjadi AC sebelum disupai ke beban sehingga terjadi rugi-rugi yang signifikan. Berikut ini adalah gambar konfigurasi PLTH sistem seri. Gambar Konfigurasi sistem hibrida seri Sumber: Rosyid PLTH Sistem Paralel Pada PLTH yang menggunakan sistem ini, beban disuply baik dari generator diesel maupun inverter secara parallel. Bi-directional inverter (BDI) digunakan untuk menjembatani antara baterai dan sumber AC. BDI dapat mengisi baterai dari generator diesel (AC-DC converter) maupun sumber energi terbarukan, juga dapat beraksi sebagai DC-AC converter, sumber ET dihubungkan pada sisi DC.

19 25 Gambar Konfigurasi PLTH sistem paralel Sumber : Rosyid, PLTS-Grid Connected Sistem PLTS-Grid Connected pada dasarnya adalah menggabungkan PLTS dengan jaringan listrik (PLN). Komponen utama dalam sistem PV grid-dihubungkan adalah inverter, atau Power Conditioning Unit (PCU). Inverter inilah yang berfungsi untuk mengubah daya DC yang dihasilkan oleh PLTS menjadi daya AC sesuai dengan persyaratan dari jaringan listrik yang terhubung (PLN). PLN Array BCR Inverter/ PCU Switch control Battery Load Gambar Diagram Sistem PLTS-Grid Connected Sumber: Toko Surya,2008

20 26 Cara kerja sistem adalah: Selama modul surya menghasilkan listrik maka beban di supli oleh PLTS. Apabila beban yang dicatu melebihi kemampuan PLTS, maka listrik dari PLN akan masuk membantu. Untuk alasan keamanan, bila listrik dari PLN mati dan PLTS menghasilkan daya yang kurang dari beban yang ada, maka sistem otomatis akan mati. Hal ini mencegah terjadinya islading. Ukuran dari PLTS grid connected dapat beragam sesuai dengan kemampuan. Kapasitas yang tersedia dipasaran dari 30 watt sampai 3000 watt. Dengan design sistem bersifat modular, sistem seperti ini bisa dibuat menjadi ratusan MW atau tanpa batas, dengan cara menggabungkan sistem satu atau dengan yang lainnya. Keuntungan sistem modular ini adalah sistem bisa dibuat dari kapasitas kecil sampai kapasitas yang besar (Toko Surya,2008). 2.4 Aspek Ekonomi Terhadap PLTS Pertimbangan aspek ekonomi pembangkit umumnya meliputi 3 lingkup besar, yaitu: (i) biaya investasi awal; (ii) biaya operasional; (iii) biaya perawatan pembangkit. Sifat ekonomis sebuah sistem pembangkit listrik dapat dilihat dari harga jual listrik untuk setiap kwh (kilo watt kali jam). Salah satu faktor yang mempengaruhi bahwa pembangkit listrik-ekonomis (harga jual listrik serendah mungkin untuk setiap kwh) adalah biaya bahan bakar. Secara ekonomis PLTS akan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti di bawah: Kebijakan Energi Nasional di Indonesia Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan adalah dengan menerapkan kebijakan Feed-in Tariff (FiT). Kebijakan ini merupakan sebuah

21 27 mekanisme kebijakan yang dirancang untuk mendorong penerapan sumber-sumber energi terbarukan dan membantu mempercepat gerakan ke arah setara dengan harga jaringan (grid parity). Sejak tahun 2002, FiT sudah mulai diterapkan dalam skala terbatas, yaitu melalui Kepmen ESDM No K/30/MEM/2002 tentang Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK Tersebar, kurang dari 1 MW), badan usaha atau koperasi dapat menjual listrik kepada PLN dari sumber energi terbarukan dengan harga tertentu. Untuk insentif fiscal sebagaimana diberlakukan dalam harga jual pembangkit listrik energi terbarukan diberikan tariff khusus. Sedang untuk insentif non fiscal, sebagaimana diatur dalam pp no 3 tahun 2005, pengembangan energi terbarukan tidak perlu diberlakukan proses tender. Rancangan undang-undang (RUU) energi yang disetujui DPR pada juli 2007 lalu diharapkan dapat menjadi acuan pemberian insentif. Salah satu pos insentif pajak yang menjadi prioritas adalah pengadaan peralatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang sebagian besar diimpor dari luar negeri, (ESDM, 2006). Kepmen ini kemudian diperbaharui pada tahun 2009 dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2009 tentang harga pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan skala kecil dan menengah atau kelebihan tenaga listrik. FiT mewajibkan perusahaan jaringan listrik nasional untuk membeli listrik yang dihasilkan dari sumber-sumber energi terbarukan seperti energi surya, energi angin, biomassa, panas bumi maupun air. Dalam draft Rancangan Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) , pemerintah membuat kebijakan terkait energi surya. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya menerapkan kebijakan penggunaan sel surya pada pemakai tertentu seperti industri besar,

22 28 gedung komersial, rumah mewah, serta PLN. Sejalan dengan itu, pemerintah juga akan menggalakkan industri sistem dan komponen peralatan instansi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), mewujudkan keekonomian PLTS, meningkatkan penguasaan teknologi PLTS dan surya termal dalam negeri melalui penelitian dan pengembangan serta pembelian lisensi Biaya Energi PLTS Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari sistem dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama (Wengqiang dkk., 2004). Biaya energi mencakup dua jenis biaya, yaitu : Biaya tetap, yang terdiri dari biaya komponen-komponen dan instalasi. Biaya variabel, yang terdiri dari biaya operasi dan pemeliharaan. Dilihat dari sisi ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dengan biaya energi untuk pembangkit konvensional (Nafeh, 2009). Hal ini karena biaya energi PLTS, dipengaruhi oleh biaya-biaya seperti 1. Biaya awal (biaya modal) yang tinggi. 2. Biaya pemeliharaan dan operasional rendah. 3. Biaya penggantian rendah (terutama hanya untuk baterai). Menurut Wengqiang dkk., (2004) dan Foster dkk., (2010), perumusan biaya energi adalah sebagai berikut : COE = IC x CRF + AOM AKWH....(2.1) Dimana : COE = Cost of Energy / Biaya Energi ( $/kwh).

23 29 IC = Biaya instalasi awal ($). Dimana biaya ini terdiri dari jumlah biaya semua komponen PLTS, ditambah dengan biaya instalasi. CRF = Faktor pemulihan modal, berdasarkan pada discount rate (i). Dimana CRF = [1- (1 + i) -n ], dengan n adalah periode (umur) proyek. AOM = Biaya pengoperasian dan pemeliharaan tahunan ($/year). AKWH = Energi yang dibangkitkan tahunan (kwh/year) Waktu Pengembalian Investasi ( Payback period) Payback Period adalah periode lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek (investasi). Sedangkan Discounted Payback Period adalah periode pengembalian yang didiskonkan. Discounted Payback Period (DPP) dapat dicari dengan menghitung berapa tahun kas bersih nilai sekarang (NPV) kumulatif akan sama dengan investasi awal. Menurut Arifin dan Fauzi (1999) teknik DPP dirumuskan sebagai berikut : Discounted Payback period = Year before recovery + Investment Cost NPV Kumulatif...(2.2) Dimana : Year before recovery = Jumlah tahun sebelum tahun pengembalian final Investment Cost = Biaya investasi awal. NPV Kumulatif = Jumlah kas bersih nilai sekarang per tahun.

24 30 NPV = n NCF t t=1 (1+i) t II.....(2.3) Dimana : NCFt II i n = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai tahun ke-n. = Initial Investment ( Investasi awal). = Discount factor. = Umur investasi. Semakin pendek payback period dari periode yang disyaratkan perusahaan maka proyek investasi tersebut makin bagus dan dapat diterima. 2.5 State of The Art Review on Application The Feasibility of Renewable Energy Perancangan Sistem Hibrid Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Jala- Jala Listrik PLN Untuk Rumah Perkotaan. Dilakukan oleh Liem Ek Bien,Ishak Kasim dan Wahyu Wibowo, (2008). Dalam penelitian ini dirancang sistem PLTS mensupli sebesar 30 persen dari total energy listrik yang di butuhkan. Asumsi rugirugi pada system dianggap 15 persen. Dalam perhitungan insolasi matahari yang di pakai bulanan yang terendah adalah bulan januari yaitu 3,91 kwh/m2.dari penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan. 1. Sistem hibrid yang dirancang mempunyai prinsip kerja satu arah yaitu pada saat PLTS on maka PLN off dan begitu pula sebaliknya. 2. Sistem PLTS dirancang untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga sekitar 30 % dan selebihnya dari PLN. 3. Dalam perancangan PLTS ini diaplikasikan di Jakarta dengan menggunakan data insolasi matahari yang terendah sepanjang tahun agar PLTS secara kontinyu memenuhi kebutuhan listrik sekitar 30 %.

25 31 4. Pada system yang dirancang menggunakan switch controller yang berfungsi sebagai pengatur sumber pembangkit. 5. Semakin tinggi tingkat insolasi matahari, maka semakin besar energy listrik yang dihasilkan modol surya, sehingga makin besar pula beban listrik yang mampu dipasok system PLTS. G.J. Dalton, D.A. Lockington dan T.E. Baldock (2009), melakukan penelitian tentang Case Study Feasibility Analysis of Renewable Energy Supply Options for Small to Medium-Sized Tourist Accommodationst. Penelitian ini memanfaatkan beban listrik dari tiga akomodasi yang sudah menerapkan sistem hibrida energi terbarukan. Operasional karakteristik khusus, seperti operasional 24 jam, penyediaan kenyamanan dan tingkat kegagalan yang rendah adalah penilaian viabilitas energi terbarukan untuk sektor ini. Kriteria untuk Net Present Cost (NPC), faktor terbarukan dan waktu pengembalian modal menjadi penilaian yang utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengembalian sistem hibrida dari energi terbarukan akan menjadi sekitar setengah jika harga solar meningkat dan karbon pajak dilaksanakan. Ini menunjukkan bahwa energi terbarukan layak secara teknis dan ekonomis dipergunakan untuk akomodasi pariwisata skala kecil dan menengah. Faisal Ahammed dan Abdullahil Azeem (2009), melakukan penelitian tentang An Economic Analysis of Solar PV Micro-Utility in Rural Areas of Bangladesh. Penelitian ini menganalisis kelayakan ekonomi PV Micro-Utility di Manikgang Bazaar Bangladesh, dengan menggunakan Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR) dan Discounted Pay Back Period. Untuk mengatasi biaya investasi awal PV yang relatif mahal maka diperlakukan konsep pembayaran tarif harian untuk setiap pelanggan yang

26 32 terhubung ke Utility. Diasumsikan discount rate sebesar 10% untuk pertimbangan nilai waktu uang. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPV lebih besar dari 0 (nol), sedangkan untuk BCR menunjukkan nilai lebih besar dari 1 (satu). Discount payback period pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada tahun ke-11, biaya investasi proyek akan kembali. Dari tingkat diskonto terlihat bahwa IRR proyek lebih besar, adalah sebesar 14%, nilai lebih besar dari nilai biaya modal (10%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proyek PV Micro-Utility telah layak secara ekonomi. Al Fattah Faisal M, (2008), melakukan penelitian tentang Analisa Daya dan Heat Stress Pada Metode Efesiensi Sel Surya Sebagai Energi Alternatif Ramah Lingkungan. Penelitian ini focus terhadap perubahan kuat arus, besar tegangan dengan variasi jarak, variasi sumber cahaya dan variasi dioptri lensa terhadap efek heat stress pada daya keluaran yang dihasilkan. Dalam penelitian ini di dapatkan nilai ISBB (heat stress) maksimum 27,5 derajat Celsius yang berarti normal, tidak melewatai ambang batas untuk beban kerja ringan yaitu 30,0 derajat Celsius. Disamping itu juga pada jarak 150 cm dari sumber cahaya, radiasi panas yang timbul tidak mengganggu lingkungan dan kesehatan karena paparan heat stress berkurang menjadi 25,7 derajat celsius.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi listrik hal ini juga terjadi di Bali. Data dari Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi listrik hal ini juga terjadi di Bali. Data dari Pembangkit Listrik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidak sebandingnya sumber energi yang tersedia dengan laju pertumbuhan konsumsi energi listrik hal ini juga terjadi di Bali. Data dari Pembangkit Listrik Negara

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN I.W.G.A Anggara 1, I.N.S. Kumara 2, I.A.D Giriantari 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA Hasyim Asy ari 1, Jatmiko 2, Angga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) DI SUSUN OLEH KELOMPOK IV 1. AHMAD 102504014 2. ACHMAD RIFAI 102504005 3. NURSI 102504022 4. RENRA RIANDA H. 102504034 5. MUKHLIS 092504015 JURUSAN

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN HYBRID SISTEM PHOTOVOLTAIC DI GARDU INDUK BLIMBING-MALANG Irwan Yulistiono 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF 2 MODEL PEMBANGKIT LISTRIK SISTEM HIBRID PLTS DAN PLN/GENSET

STUDI KOMPARATIF 2 MODEL PEMBANGKIT LISTRIK SISTEM HIBRID PLTS DAN PLN/GENSET PRO S ID IN G 20 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI KOMPARATIF 2 MODEL PEMBANGKIT LISTRIK SISTEM HIBRID PLTS DAN PLN/GENSET Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal Sandro Putra 1) ; Ch. Rangkuti 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti E-mail: xsandroputra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED TMLEnergy TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat Jl Soekarno Hatta no. W: 541 www.tmlenergy.co.id C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk energi yang lain. Saat ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik terus meningkat dengan pesat,

Lebih terperinci

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami

Lebih terperinci

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

PANEL SURYA dan APLIKASINYA PANEL SURYA dan APLIKASINYA Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sebenarnya sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 10 24 joule pertahun. Jumlah energi sebesar

Lebih terperinci

Sistem PLTS Off Grid Komunal

Sistem PLTS Off Grid Komunal PT. REKASURYA PRIMA DAYA Jl. Terusan Jakarta, Komp Ruko Puri Dago no 342 kav.31, Arcamanik, Bandung 022-205-222-79 Sistem PLTS Off Grid Komunal PREPARED FOR: CREATED VALID UNTIL 2 2 mengapa menggunakan

Lebih terperinci

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN Demi matahari dan cahaya siangnya. (QS Asy Syams :1) Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah (tempattempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SEL SURYA DAN LAMPU LED UNTUK PERUMAHAN

PEMANFAATAN SEL SURYA DAN LAMPU LED UNTUK PERUMAHAN PEMANFAATAN SEL SURYA DAN LAMPU LED UNTUK PERUMAHAN Jatmiko, Hasyim Asy ari, Mahir Purnama Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 State of The Art Review on Application The Feasibility of Renewable Energy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 State of The Art Review on Application The Feasibility of Renewable Energy 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Review on Application The Feasibility of Renewable Energy Case Study Feasibility Analysis of Renewable Energy Supply Options for Small to Medium-Sized Tourist

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Sistem hibrida yang memadukan PLTS dengan pembangkit lain saat ini sudah banyak diteliti dan dikembangkan aplikasinya. Berikut adalah tinjauan mutakhir dari

Lebih terperinci

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PERKOTAAN

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PERKOTAAN PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PERKOTAAN Liem Ek Bien, Ishak Kasim & Wahyu Wibowo* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL 3.1 Survey Lokasi Langkah awal untuk merancang dan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SOLAR CELL DENGAN PLN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK RUMAH TINGGAL ABSTRAKSI

PEMANFAATAN SOLAR CELL DENGAN PLN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK RUMAH TINGGAL ABSTRAKSI Jurnal Emitor Vol. 14 No. 01 ISSN 1411-8890 PEMANFAATAN SOLAR CELL DENGAN PLN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK RUMAH TINGGAL Hasyim Asy ari, Abdul Rozaq, Feri Setia Putra Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN Ahmad Munawar* Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro - Fakultas Teknik Elektro Universitas Negeri

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL

KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL Oleh Aditya Dewantoro P (1) Hendro Priyatman (2) Universitas Muhammadiyah Pontianak Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Tel/Fax 0561

Lebih terperinci

Latar Belakang dan Permasalahan!

Latar Belakang dan Permasalahan! Latar Belakang dan Permasalahan!! Sumber energi terbarukan sangat bergantung pada input yang fluktuatif sehingga perilaku sistem tersebut tidak mudah diprediksi!! Profil output PV dan Load yang jauh berbeda

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK DAN EKONOMI POWER HIBRIDA (PHOTOVOLTAIC-PLN) DI JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK BRAWIJAYA MALANG

ANALISIS TEKNIK DAN EKONOMI POWER HIBRIDA (PHOTOVOLTAIC-PLN) DI JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK BRAWIJAYA MALANG ANALISIS TEKNIK DAN EKONOMI POWER HIBRIDA (PHOTOVOLTAIC-PLN) DI JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK BRAWIJAYA MALANG Liky Saputra Mulia¹, Ir. Mahfud Shidiq, MT.², Ir. Soeprapto, MT.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

MAKALAH OPTIMALISASI PERANCANGAN SOLAR HOME SYSTEM MENGGUNAKAN HOMER. Disusun oleh: Muhibbur Rohman D

MAKALAH OPTIMALISASI PERANCANGAN SOLAR HOME SYSTEM MENGGUNAKAN HOMER. Disusun oleh: Muhibbur Rohman D MAKALAH OPTIMALISASI PERANCANGAN SOLAR HOME SYSTEM MENGGUNAKAN HOMER Disusun oleh: Muhibbur Rohman D 400 080 044 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 OPTIMALISASI

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ G.17 DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAICBATERAI MENGGUNAKAN BIDIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ Soedibyo 1*, Dwiana Hendrawati 2 1 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai catu daya tambahan dilaksanakan pada industri perhotelan di kawasan

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel BAB IV SIMULASI Pada bab ini simulasi serta analisa dilakukan melihat penghematan yang ada akibat penerapan sistem pembangkit listrik energi matahari untuk rumah penduduk ini. Simulasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian memuat informasi mengenai tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis data yang dikumpulkan, tahapan penelitian, studi literatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia. Fenomena ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan bentuk usaha akomodasi pariwisata dengan perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Jumlah hotel terus bertambah setiap tahunnya dan menyumbang devisa

Lebih terperinci

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TUGAS ke 5 Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi Oleh : ZUMRODI NPM. : 250120150017 MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pengertian energi surya, potensi energi surya di Indonesia, teori tentang panel surya, komponen - komponen utama Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA Diajukan oleh : ANGGA AGUNG PRIHARTOMO D 400 060 067 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review Perbandingan Penggunaan Motor DC Dengan AC Sebagai Penggerak Pompa Air Yang Disuplai Oleh Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Agus Teja Ariawan* Tjok. Indra. P, I. W. Arta. Wijaya. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANEL SURYA PADA LAMPU LALU LINTAS YANG DITERAPKAN DI SIMPANG LEGENDA MALAKA BATAM

IMPLEMENTASI PANEL SURYA PADA LAMPU LALU LINTAS YANG DITERAPKAN DI SIMPANG LEGENDA MALAKA BATAM IMPLEMENTASI PANEL SURYA PADA LAMPU LALU LINTAS YANG DITERAPKAN DI SIMPANG LEGENDA MALAKA BATAM Firman Agung Darma Kesuma, Moh.Mujahidin.,ST,MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Maritim

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN Diajukan Oleh: ABDUR ROZAQ D 400 100 051 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang berpotensi sebagai sumber energi. Potensi sumber daya energi

BAB I PENDAHULUAN. daya yang berpotensi sebagai sumber energi. Potensi sumber daya energi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia secara geografis terletak di daerah tropis yaitu 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0 BT 141 0 BT. Indonesia dianugerahi berbagai jenis sumber daya yang berpotensi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN SUPLY PLN SHS MCB 2 MCB 1 BEBAN Gambar 3.10 Panel daya (kombinasi solar home system dengan listrik PLN) BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN 4.1 ANALISA SOLAR HOME SYSTEM Analisa

Lebih terperinci

RANCANGAN PANEL SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNISNU JEPARA

RANCANGAN PANEL SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNISNU JEPARA RANCANGAN PANEL SURYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNISNU JEPARA Safrizal Fakultas Sains dan Teknologi, UNISNU Jepara safrizal27@gmail.com ABSTRACT One of the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini sebagian besar masih mengandalkan kepada sumber energi yang tidak terbarukan dalam arti untuk mendapatkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, rancangan alat, metode penelitian, dan prosedur penelitian. Pada prosedur penelitian akan dilakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan terhadap penyediaan energi listrik terus mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi energi

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM INSTALASI PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNDIP SEMARANG

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM INSTALASI PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNDIP SEMARANG Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM INSTALASI PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNDIP SEMARANG Widianto Stevanus Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Abstrak - Sebagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Polines Jl.Prof. H. Sudartho, SH, Semarang

Lebih terperinci

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim Ari Susanti Restu Mulya Dewa 2310100069 2310100116 pusat peredaran pusat tata surya sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim Tanpa matahari, tidak akan ada kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL Kelompok 4: 1. Andi Hermawan (05021381419085) 2. Debora Geovanni (05021381419072) 3. Ruby Hermawan (05021381419073) 4.

Lebih terperinci

OTOMATISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PENINGKATAN KINERJA

OTOMATISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PENINGKATAN KINERJA OTOMATISASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PENINGKATAN KINERJA Mohamad Aman, Widhiatmaka, Tweeda Augusta Fitarto, Yohanes Gunawan, Guntur Tri Setiadanu Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL) JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL) A. TUJUAN 1. Merancang sensor sel surya terhadap besaran fisis. 2. Menguji sensor sel surya terhadap besaran fisis. 3. Menganalisis karakteristik sel surya. B. DASAR

Lebih terperinci

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar Made Sucipta1,a*, Faizal Ahmad2,b dan Ketut Astawa3,c 1,2,3 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Energi Surya Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN EKONOMI SISTEM FOTOVOLTAIK TERHUBUNG JARINGAN LISTRIK PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA PANGKAL PINANG

ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN EKONOMI SISTEM FOTOVOLTAIK TERHUBUNG JARINGAN LISTRIK PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA PANGKAL PINANG ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN EKONOMI SISTEM FOTOVOLTAIK TERHUBUNG JARINGAN LISTRIK PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA PANGKAL PINANG Wahri Sunanda, Rika Favoria Gusa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 STUDI PERENCANAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SKALA RUMAH SEDERHANA DI DAERAH PEDESAAN SEBAGAI PEMBANGKIT

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN INTENSITAS MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SURYA

PENGARUH PERUBAHAN INTENSITAS MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SURYA Jurnal Pengabdian LPPM Untag Surabaya Nopember 2015, Vol. 01, No. 02, hal 193-202 PENGARUH PERUBAHAN INTENSITAS MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SURYA Subekti Yuliananda 1, Gede Sarya 2, RA Retno

Lebih terperinci

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT ANALISIS INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA PADA SOLAR WATER PUMP Muhamad Fahri Iskandar 24411654 Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT Latar Belakang Konversi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini berdampak pada kebutuhan konsumsi energi listrik yang semakin meningkat. Saat ini energi listrik menjadi energi yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKAMPUNGAN SURYA (SOLAR RURAL) 20 kwp SISTEM SENTRALISASI DI KABUPATEN BENGKALIS

PERENCANAAN PERKAMPUNGAN SURYA (SOLAR RURAL) 20 kwp SISTEM SENTRALISASI DI KABUPATEN BENGKALIS PERENCANAAN PERKAMPUNGAN SURYA (SOLAR RURAL) 20 kwp SISTEM SENTRALISASI DI KABUPATEN BENGKALIS Zulkifli Teknik Mesin Politeknik Bengkalis Jl. Batin Alam Sei-Alam, Bengkalis -Riau zulkifli@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan di dapat kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan di dapat kesimpulan sebagai berikut: 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan di dapat kesimpulan sebagai berikut: Unjuk kerja PLTS di vila Adleson yang berkapasitas 1,56 kwp, rata-rata energi yang dihasilkan adalah

Lebih terperinci

DESAIN SISTIM ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK LABORATORIUM LISTRIK DASAR

DESAIN SISTIM ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK LABORATORIUM LISTRIK DASAR 97, Inovtek, Volume 3, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 97-24 DESAIN SISTIM ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK LABORATORIUM LISTRIK DASAR Zainal Abidin, Johny Custer Jurusan Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL TUGAS AKHIR PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap aspek kehidupan tidak lepas dari sarana-sarana penunjang kegiatan manusia, dimana setiap sarana membutuhkan energi untuk dapat bekerja. Pemanfaatan energi ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid Bayu Baru Pandansimo PLTH Bayu Baru merupakan realisasi dari Sistem Inovasi Daerah (SIDA) yang diprakarsai oleh Kementrian Riset

Lebih terperinci

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2. PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI DI AREAL PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Donny T B Sihombing, Ir. Surya Tarmizi Kasim

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG 3.1 RANGKAIAN SOLAR HOME SISTEM Secara umum sistem pemabangkit daya listrik fotovoltaik dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis[2]: a. Sistem langsung, yaitu

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER 3.1 Deskripsi Plant Sistem solar tracker yang penulis buat adalah sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan cahaya matahari pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGGUNAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PERUMAHAN (SOLAR HOME SYSTEM)

ANALISIS PERENCANAAN PENGGUNAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PERUMAHAN (SOLAR HOME SYSTEM) ANALISIS PERENCANAAN PENGGUNAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PERUMAHAN (SOLAR HOME SYSTEM) Rudi Salman*) Abstrak Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat

Lebih terperinci

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV) PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV) Muamar Mahasiswa Program Studi D3 Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : - Jefri Lianda Dosen Jurusan Teknik Elektro Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Global direct normal solar radiation (Sumber : NASA)

Gambar 1.1 Global direct normal solar radiation (Sumber : NASA) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber Energi atau power saat ini menjadi suatu topik menarik sebagai kajian fokus utama dibahas peneliti-peneliti setiap negara. Kebutuhan energi pasti mengalami

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS TUGAS AKHIR Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi

Lebih terperinci

Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid

Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid 208 Satwiko S / Uji Karakteristik Sel Surya Pada Sistem 24 Volt Dc Sebagai Catudaya Pada Sistem Pembangkit Tenaga Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu energi primer yang tidak dapat dilepaskan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkantoran, maupun industrisangat bergantung pada listrik. Listrik

BAB I PENDAHULUAN. perkantoran, maupun industrisangat bergantung pada listrik. Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Listrik telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat modern. Hampir semua aktivitas manusia, baik di rumah tangga, perkantoran,

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal MIZZA FAHRIZA RAHMAN 4107100082 DOSEN PEMBIMBING Ir. TRIWILASWANDIO WP., M.Sc. 19610914 198701

Lebih terperinci

PERANCANGAN PHOTOVOLTAIC STAND ALONE SEBAGAI CATU DAYA PADA BASE TRANSCEIVER STATION TELEKOMUNIKASI DI PULAU NUSA PENIDA

PERANCANGAN PHOTOVOLTAIC STAND ALONE SEBAGAI CATU DAYA PADA BASE TRANSCEIVER STATION TELEKOMUNIKASI DI PULAU NUSA PENIDA PERANCANGAN PHOTOVOLTAIC STAND ALONE SEBAGAI CATU DAYA PADA BASE TRANSCEIVER STATION TELEKOMUNIKASI DI PULAU NUSA PENIDA IP. Eka Indrawan, Rukmi Sari Hartati, Linawati Manajemen Energi Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pt Azet Surya Lestari Ruko Sentra Menteng MN-64 Bintaro Jaya Sektor VII Tangerang 15224 Indonesia Ph. (6221) 70728640, 74864025 Fax. (6221) 74864025 Email: grage@indosat.net.id Website: Pembangkit Listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Agropolitan Provinsi Gorontalo Agropolitan terdiri dari kata Agro (Pertanian) dan Politan (Polis = Kota), sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian

Lebih terperinci

Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1

Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1 Raharjo et al., Perancangan System Hibrid... 1 PERANCANGAN SISTEM HIBRID SOLAR CELL - BATERAI PLN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLERS (DESIGN OF HYBRID SYSTEM SOLAR CELL - BATERRY - PLN USING PROGRAMMABLE

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID MICROHYDRO PV ARRAY (STUDI KASUS DUSUN SADAP BANGKA TENGAH)

DESAIN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID MICROHYDRO PV ARRAY (STUDI KASUS DUSUN SADAP BANGKA TENGAH) DESAIN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID MICROHYDRO PV ARRAY (STUDI KASUS DUSUN SADAP BANGKA TENGAH) Rizki Malindo@Akie Iskandar akieiskandar93@gmail.com Teknik Elektro, Universitas Bangka Belitung,

Lebih terperinci

Studi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Makalehi Di PLN Area Tahuna Rayon Siau Kabupaten Kepulauan Sitaro

Studi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Makalehi Di PLN Area Tahuna Rayon Siau Kabupaten Kepulauan Sitaro 79 Studi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Makalehi Di PLN Area Tahuna Rayon Siau Kabupaten Kepulauan Sitaro ` Rioh Juanda Lumempouw (1), Dr. Eng. Meita Rumbayan, ST., M.Eng (2), Ir. Hans Tumaliang, MT (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau (Wikipedia, 2010). Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mengalami banyak hambatan dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sel Surya Sel surya di definisikan sebagai teknologi yang menghasilkan listrik dc dari suatu bahan semikonduktor ketika dipaparkan oleh cahaya. Selama bahan semikonduktor tersebut

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Rooftop Solar PV System

Rooftop Solar PV System TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat W : www.tmlenergy.co.id E : marketing@tmlenergy.co.id T : TMLEnergy We can make a better world together PREPARED FOR: Rooftop Solar PV System

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota besar semakin kompleks khususnya di Jakarta.Dengan masalah tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk membuat semakin

Lebih terperinci

PERANCANGAN SUMBER ENERGI HYBRID PADA ALAT MESIN PENGERING IKAN

PERANCANGAN SUMBER ENERGI HYBRID PADA ALAT MESIN PENGERING IKAN PERANCANGAN SUMBER ENERGI HYBRID PADA ALAT MESIN PENGERING IKAN Triadi desmanto, S.T 1 *, Ir. NH Kresna, M.T. 1, Mirzazoni, ST, M.T 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Nelly Malik Lande POKOK BAHASAN TUJUAN DAN SASARAN PENDAHULUAN PENGERTIAN, PRINSIP KERJA, JENIS-JENIS INVERTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS Sefta Risdiara 1), Chalilillah Rangkuti 2) 1 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia.dari kebutuhan yang sifatnya mendasar seperti untuk kebutuhan rumah

BAB I PENDAHULUAN. manusia.dari kebutuhan yang sifatnya mendasar seperti untuk kebutuhan rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi Listrik merupakan energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia.dari kebutuhan yang sifatnya mendasar seperti untuk kebutuhan rumah tangga hingga untuk kebutuhan

Lebih terperinci

ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK. Subandi 1, Slamet Hani 2

ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK. Subandi 1, Slamet Hani 2 ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK Subandi 1, Slamet Hani 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Kampus ISTA Jl. Kalisahak

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG Wahri Sunanda 1, Rika Favoria Gusa 2 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 1,2 wahrisunanda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Saat ini Indonesia telah mengalami krisis energi

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter warna kuning terhadap efesiensi Sel surya. Dalam penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci