BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang upaya Pengadilan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang upaya Pengadilan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan dilaporkan secara bersamaan dengan alasan agar lebih efektif dan efisien dalam melaporkannya serta lebih mudah dalam menjawab permasalahan dalam penelitian. Hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi, kendalakendala yang dihadapi oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi, serta hasil mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut : A. Deskripsi Pengadilan Negeri Yogyakarta Pengadilan Negeri Yogyakarta merupakan Pengadilan Negeri Kelas IA yang beralamat di Jalan Kapas Nomor 10, Kelurahan Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kode pos 55166, dengan No telp , website di dan pn.yogya@gmail.com. Pengadilan Negeri Yogyakarta memiliki luas tanah yang seluruhnya M2 yang merupakan tanah hak milik sendiri. Maksudnya, tanah tersebut benar-benar milik Pengadilan Negeri Yogyakarta dan sedang tidak dalam penguasaan pihak lain. Bangunan-bangunan yang berdiri di atas tanah tersebut adalah bangunan gedung kantor seluas M2, musholla seluas 60 M2, garasi permanen seluas 500 M2, dan pos jaga satpam seluas 9 M2.

2 Gedung Pengadilan Negeri Yogyakarta terdiri atas dua lantai dan beberapa ruangan yang meliputi : Gedung Lantai I, terdiri atas : 1. Lobi sekaligus tempat tunggu pengunjung. 2. Ruangan Kantor Wakil Sekretaris 3. Ruangan Kantor Panitera Pengganti 4. Ruangan Kantor Kepaniteraan Pengadilan Tipikor 5. Ruangan Kantor Kepaniteraan Pidana 6. Ruangan Kantor Kepaniteraan Perdata 7. Ruangan Kantor Wakil Panitera 8. Ruangan Kantor Sub Bagian Umum 9. Ruang Perpustakaan 10. Ruang Gudang Penyimpanan Barang Bukti 11. Ruangan Kantor Jaksa 12. Ruangan Kantor Pengacara dan Posbakum 13. Ruang Sidang 6 ruangan 14. Ruang Sidang Utama (Aula) 1 ruangan 15. Ruang Tahanan Sementara, 2 ruangan 16. Gudang, 2 ruangan 17. Kamar Mandi, 5 unit ruangan

3 Sedangkan Gedung Lantai II, terdiri atas : 1. Ruangan Kantor Ketua 2. Ruangan Kantor Wakil Ketua 3. Ruangan Kantor Hakim, 5 ruangan 4. Ruangan Kantor Hakim Ad Hoc Tipikor, 1 ruangan 5. Ruangan Mediasi 6. Ruangan Kantor Panitera/Sekretaris 7. Ruangan Kantor Kepaniteraan Hukum 8. Ruangan Kantor Sub Bagian Keuangan 9. Ruangan Kantor Sub Bagian Kepegawaian 10. Ruangan Kantor Jurusita 11. Ruang Arsip Berkas Perkara Perdata 12. Ruang Arsip Berkas Perkara Pidana 13. Gudang 14. Kamar mandi, 2 unit ruangan. Keterangan lebih lanjut mengenai Pengadilan Negeri Yogyakarta dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sejarah singkat berdirinya Pengadilan Negeri Yogyakarta Pengadilan Negeri Yogyakarta mulai berdiri seiring dengan berdirinya Kota Yogyakarta pada tahun Sebelum bernama Pengadilan Negeri Yogyakarta, pada jaman sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikenal dengan nama Landsgerech,

4 berkantor di Jalan Pangurakan yang juga dikenal dengan nama Jalan Trikora, dimana tanah dan gedung Pengadilan Negeri Yogyakarta tersebut adalah milik Kraton Yogyakarta. Sejak berdirinya Pengadilan Negeri Yogyakarta sampai dengan tahun 1965 wilayah Daerah Hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta adalah meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari Kotamadya Yogyakarta (sekarang Kota Yogyakarta) dan empat (4) kabupaten yaitu Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul. Untuk meningkatkan pelayanan dalam memberikan pengayoman kepada masyarakat, Pengadilan Negeri Yogyakarta membuka tempattempat sidang di luar Pengadilan ( Zitting Plaats) di empat daerah Kabupaten tersebut yaitu Wonosari, Sleman, Kulon Progo dan Bantul dalam perkara Pidana singkat dan rol/pelanggaran lalulintas. Sedangkan untuk perkara-perkara Gugatan/Permohonan tetap disidangkan di gedung Pengadilan Negeri Yogyakarta di Jalan Pangurakan atau dikenal dengan Jalan Trikora Yogyakarta. Kemudian dengan dibangunnya gedung Pengadilan Negeri Yogyakarta di Jalan Kapas No.10 Yogyakarta pada tahun 1961 maka kantor Pengadilan Negeri Yogyakarta telah menempati gedung tersebut sampai dengan sekarang. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, maka dibentuklah wilayah-wialayah hukum yang meliputi Kabupaten Gunung Kidul pada tahun 1965 kemudian dususul

5 dengan Pengadilan Negeri Sleman, Pengadilan Negeri Wates di Kabupaten Kulon Progo, dan Pengadilan Negeri Bantul di Kabupaten Bantul, dimana wilayah hukumnya adalah meliputi daerah administratif pada tiap kabupaten tersebut. Setelah terbentuknya Pengadilan Negeri di empat wilayah kabupaten tersebut maka sejak itulah wilayah hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta hanya terbatas di wilayah Kotamadya/Kota Yogyakarta yang hanya bisa menangani perkara-perkara yang ada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta (wilayah Kotamadya/Kota Yogyakarta).

6 Berikut ini daftar nama-nama yang pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta : Tabel 2. Nama-nama Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta No. Nama Periode Jabatan 1 Gandra Subrata Tahun - 2 Salatun Tahun - 3 R. Sugiman Tahun Dr. Rh. Santoso Pudjo Soebroto, S.H Tahun Soeroto, S.H Tahun Prof. Dr. Rm. Soedikno Mertokoesoemo, S.H Tahun Soedijono, S.H Tahun Soenarjo, S.H Tahun Sof Laroza, S.H Tahun Ohim Padmadisastra, S.H Tahun Sakir Ardiwinata, S.H Tahun Sp. Soenarto, S.H Tahun Soetrisno, S.H Tahun R. Soengkono, S.H Tahun Moh. Zubaedi, S.H Tahun Ny. Sri Budiastuti Soenandar, S.H Tahun I Made Sudharma, S.H Tahun A. Rusdi As ad, S.H Tahun Ny. Soemilah, S.H Tahun Ny. Hj. Endang Sri Murwati, S.H Tahun Ny. Susilowati, S.H. Cn Tahun Widodo, S.H Tahun H.Saltiar Kisam, S.H. Tahun Komari, S.H, M. Hum Tahun H.Mohammad Lutfi, S.H Tahun Muhammad Nurzaman, S.H. Tahun Agung Wibowo, S.H.M.Hum Tahun sekarang Sumber : diakses tanggal 19 Agustus 2013

7 2. Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta Tabel 3. Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta No. Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 Kecamatan Mantrijeron Kalurahan Suryodiningratan, Kalurahan Mantrijeron, dan Kalurahan Gedongkiwo 2 Kecamatan Kraton Kalurahan Patehan, Kalurahan Panembahan, dan Kalurahan Kadipaten 3 Kecamatan Mergangsan Kalurahan Brontokusuman, Kalurahan Keparakan, dan Kalurahan Wirogunan 4 Kecamatan Umbulharjo Kalurahan Giwangan, Kalurahan Sorosutan, Kalurahan Pandeyan, Kalurahan Warungboto, Kalurahan Tahunan, Kalurahan Muja Muju, dan Kalurahan Semaki 5 Kecamatan Kotagede Kalurahan Prenggan, Kalurahan Purbayan, dan Kalurahan Rejowinangun 6 Kecamatan Gondokusuman Kalurahan Kotabaru, Kalurahan Baciro, Kalurahan Demangan, Kalurahan Terban, dan Kalurahan Klitren 7 Kecamatan Danurejan Kalurahan Suryatmajan, Kalurahan Bausasran, dan Kalurahan Tegal Panggung 8 Kecamatan Pakualaman Kalurahan Purwokinanthi dan Kalurahan Gunungketur 9 Kecamatan Gondomanan Kalurahan Prawirodirjan dan Kalurahan Ngupasan 10 Kecamatan Ngampilan Kalurahan Notoprajan dan Kalurahan Ngampilan 11 Kecamatan Wirobrajan Kalurahan Patangpuluhan, Kalurahan Wirobrajan, dan Kalurahan Pakuncen

8 12 Kecamatan Gedongtengen Kalurahan Sosromenduran dan Kalurahan Pringgokusuman 13 Kecamatan Jetis Kalurahan Gowongan, Kalurahan Bumijo, dan Kalurahan Cokrodiningratan 14 Kecamatan Tegalrejo Kalurahan Tegalrejo, Kalurahan Bener, Kalurahan Kricak, dan Kalurahan Karangwaru Sumber Data : diakses pada tanggal 20 Agustus Fungsi dan Tugas Pokok Pengadilan Negeri Yogyakarta Pengadilan Negeri Yogyakarta merupakan Pengadilan Negeri yang menangani perkara baik perkara pidana maupun perdata, yang mencakup yurisdiksi atau wilayah Pengadilan Negeri Yogyakarta di Kota Yogyakarta (dalam penelitian ini pembahasan dikhususkan pada perkara perdata). Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasca Amandemen). Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia, Badan-badan peradilan lain di bawah Mahkamah Agung (Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Militer, Peradilan Agama) serta Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Penyelenggaraan kekuasaan Kehakiman tersebut diserahkan kepada badan-badan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Mahkamah Agung sebagai pengadilan

9 tertinggi dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya) seperti yang tertuang dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Undang - Undang No. 48 Tahun 1999 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya (Pasal 2 U ndang-undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum). Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang untuk memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama (Pasal 50 Undang - Undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum). Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum kepada instansi pemerintah di daerahnya apabila diminta (Pasal 52 U ndang-undang No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum). Selain menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan Undang-Undang. 4. Visi dan Misi Pengadilan Negeri Yogyakarta Visi dan Misi Pengadilan Negeri Yogyakarta tidak terlepas dari Visi dan Misi Mahkamah Agung Republik Indonesia yakni sebagai berikut : a. Visi : Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung b. Misi: 1) Menjaga Kemandirian Lembaga Peradilan 2) Memberikan Pelayanan Hukum yang Berkeadilan 3) Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Badan Peradilan 4) Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Badan Peradilan

10 `Sehingga Visi dan Misi Pengadilan Negeri Yogyakarta : a. Visi Pengadilan Negeri Yogyakarta : Memberikan Keadilan Menurut Hukum, Moral, dan Sosial Berdasarkan Pancasila sebagai Perwujudan Negara Hukum Republik Indonesia yang Demokratis. b. Misi Pengadilan Negeri Yogyakarta : 1) Mengadili, yaitu menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara 2) Melayani publik secara efisien, akurat, egaliter, dan transparan 5. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Yogyakarta Tabel 4. Pejabat Fungsional di Pengadilan Negeri Yogyakarta No Nama Jabatan 1 Agung Wibowo, S.H.,M.H Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta 2 Moch. Mawardi, S.H.,M.H Wakil Ketua PN Yogyakarta 3 Bambang Purwoprasetyo, S.H. Hakim 4 Muhammad Kadarisman,S.H. Hakim 5 Priyo Utomo, S.H. Hakim 6 Susanto Isnu Wahyudi, S.H. Hakim 7 Tony Pribadi, S.H.,M.H. Hakim 8 Bahtra Yeany Warita, S.H. Hakim 9 Risti Indrijani, S.H. Hakim 10 Tinuk Kushartati, S.H. Hakim 11 Arini, S.H. Hakim 12 Hadi Siswoyo, S.H.,M.H. Hakim 13 Sri Mumpuni, S.H. Hakim 14 Donna H. Simamora, S.H. Hakim 15 Alexander Sampewai P, S.H.,M.H Hakim 16 Sri Purnamawati, S.H. Hakim 17 Sutedjo, S.H. Hakim 18 Sri Widiyastuti, S.H.,Kn Hakim 19 Joni, S.H.,M.A. Hakim 20 Siswanti, S.H.,M.Hum Hakim 21 Ester Megaria, S.H.,M.Hum Hakim 22 Setyawati Yun Irianti, S.H.,M.Hum Hakim 23 Ikhwan Hendrato, S.H.,M.Hum Hakim

11 Sumber Data : Nama-nama Pejabat Fungsional di Pengadilan Negeri Yogyakarta, diolah pada tanggal 20 Agustus 2013 Tabel 5. Pejabat Struktural di Pengadilan Negeri Yogyakarta No Nama Jabatan 1 Sugeng Wahyudi, S.H.,M.H. Panitera/ Sekretaris 2 Siswadi, S,H.,M.H.Li Wakil Panitera 3 Adita Nurbaningrum Wakil Sekretaris 4 Sri Astuti Panitera Muda Pidana 5 Drs. H. Sulardjo, S.H. Panitera Muda Perdata 6 Hj. Iman Listyawati, S.H. Panitera Muda Hukum 7 Rani Murni Widyastuti, S.H. Panitera Muda PHI 8 Nanik Mulyani Sri Utami, S.H. Panitera Muda Tipikor 9 Sri Endang Mulyani,S.H. KasubBag Kepegawaian 10 Wiratno,S.H. KasubBag Keuangan 11 Sutarja,S.H. KasubBag Umum Sumber Data : Nama-nama Pejabat Struktural di Pengadilan Negeri Yogyakarta, diolah pada tanggal 20 Agustus Nama-nama Hakim Mediator di Pengadilan Negeri Yogyakarta Di Pengadilan Negeri Yogyakarta, tidak semua hakim merupakan mediator, oleh karenanya nama-nama hakim mendiator di Pengadilan Negeri Yogyakarta sebagai berikut : a. Tony Pribadi, S.H.,M.H. b. Hadi Siswoyo, S.H.,M.H. c. Setyaningsih Wijaya, S.H. d. Sri Purnamawati, S.H. e. Walfred Pardamean, S.H. f. Bahtra Yenni Warita, S.H. Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan mendorong lahirnya mediator-mediator yang profesional. Hal ini tampak dari adanya ketentuan bahwa pada asanya setiap orang yang menjalankan fungsi mediator wajib memiliki Sertifikat Mediator

12 yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga mediasi yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dengan demikian, semakin jelas bahwa untuk menjadi seorang mediator, hakim harus memiliki sertifikat mediator yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh lembagalembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung. Selain memiliki sejumlah hakim mediator, di Pengadilan Negeri Yogyakarta juga terdapat beberapa mediator non-hakim yang telah bersertifikat, diantaranya : a. Andreas Budisusetya, S.E.,M.H. b. Albertus Drepane Soge, S.H. c. Yohanes Pangihutan Simanjuntak, S.H., M.H. d. Naya Amin Zaini, S.H.,M.H. e. Syafi i, S.Hi. Seseorang yang dapat menjadi mediator nonhakim ialah seorang yang telah memiliki sertifikat mediator setelah mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung. Mereka dapat menjadi seorang mediator dengan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan agar namanya ditempatkan dalam daftar mediator oleh pengadilan dengan melampirkan identitas diri ( Curriculum Vitae) beserta sertifikat mediator yang telah dimiliki. Setelah memeriksa dan memastikan keabsahan sertifikat, Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta menempatkan nama pemohon dalam daftar mediator.

13 Seorang mediator memiliki berbagai tugas dan kewenangan seperti yang telah dijelaskan dalam Pasal 15 Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, diantaranya yaitu : a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi c. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. 7. Prosedur dan prasyarat pengajuan gugatan perkara di Pengadilan Negeri Yogyakarta Berikut ini prosedur dan prasyarat pengajuan gugatan perkara di Pengadilan Negeri Yogyakarta : a. Pendaftaran suatu gugatan dilakukan di meja pertama/loket pertama di Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Yogyakarta b. Dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran perkara sekurangkurangnya sebagai berikut : 1) Surat gugatan 2) Surat kuasa khusus dari Penggugat kepada kuasa hukumnya (apabila Penggugat menguasakan kepada kuasa hukum) dan telah didaftarkan Pada Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri Yogyakarta

14 3) Fotokopi Kartu Tanda Anggota (KTA) Advokat dari kuasa hukum yang bersangkutan c. Salinan dokumen atau surat tertentu yang dibuat di luar negeri harus disyahkan oleh Kedutaan/Perwakilan Indonesia di negara tersebut (melampirkan pula terjemahan dari dokumen yang dimaksud dalam Bahasa Indonesia melalui penerjemah resmi yang disumpah) d. Surat gugatan diajukan sebanyak pihak dalam perkara (Tergugat dan/atau Turut Tergugat), ditambah 3 (tiga) rangkap yang diperuntukkan bagi Majelis Hakim, dan 1 (satu) asli Surat Gugatan dilekatkan pada berkas perkara (arsip) e. Dokumen (surat -surat) yang berupa fotokopi yang diajukan di muka persidangan harus diberi/dibubuhi materai cukup (bea materai) dan dicocokkan dengan aslinya oleh hakim di persidangan f. Kepada Penggugat diwajibkan untuk menyerahkan sejumlah uang sebagai panjar biaya perkara dan disetorkan penuh melalui bank yang ditunjuk dengan SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) yang tersedia pada hari yang sama denga hari gugatan tersebut didaftarkan g. Petugas akan membubuhkan cap/stamp LUNAS pada SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) setelah Penggugat dapat menunjukkan bukti setor dari pihak bank h. SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) diberikan dalam rangkap tiga: 1) Lembar pertama untuk Penggugat 2) Lembar kedua untuk kasir

15 3)Lembar ketiga terlampir di dalam berkas perkara i. Selanjutnya Penggugat akan memperoleh Nomor Register Perkara j. Setelah perkara dinomori dan telah ditunjuk majelis hakim oleh Ketua Pengadilan, kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi k. Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara l. Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang bersengketa supaya perkara diakhiri dengan jalan mediasi dengan berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang bersengketa. m. Proses mediasi dapat berlangsung selama 40 hari kerja dan dapat diperpanjang 14 hari kerja n. Jika para pihak dapat menemukan titik temu dalam mediasi/kesepakatan perdamaian, maka mediator dapat menyatakan bahwa mediasi berhasil sehingga dapat dibuat sebuah akta perdamaian. Namun apabila mediasi gagal, maka mediator wajib menyatakan mediasi secara tertulis bahwa mediasi telah gagal dan memberitahukan kegagalan kepada Hakim. Setelah menerima pemberitahuan tersebut, Hakim melanjutkan pemeriksaan perkara seuai ketentuan hukum acara yang berlaku. Pada setiap tahapan pemeriksaan perkara, Hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk mendorong atau mengusahakan mediasi hingga sebelum pengucapan putusan. B. Identifikasi Perkara di Pengadilan Negeri Yogyakarta

16 Sengketa yang masuk dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya sejumlah perkara yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta tersebut belum dibarengi oleh besarnya keberhasilan dalam pelaksanaan mediasi. Meskipun jumlah perkara sangat tinggi, namun jumlah perkara yang dapat mencapai titik temu dalam mediasi masih sangat rendah sehingga perkara dilanjutkan melalui proses litigasi yaitu dengan proses beracara melalui sidang pengadilan, di mana dalam proses persidangan, hakim lah yang berwenang dalam memutuskan sengketa. Putusan yang dijatuhkan oleh hakim di sidang pengadilan selalu bersifat menang kalah (winning or losing). Jenis-jenis sengketa yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta cukup beragam, diantaranya ialah sengketa mengenai tanah, perumahan, persetujuan kerja, sewa menyewa, dan jual beli. Disamping itu, Pengadilan Negeri Yogyakarta juga banyak menyelesaikan perkara tentang warisan, perceraian, harta perkawinan, gadai/hipotik, perseroan, persekutuan adat, surat berharga, pengangkutan darat/laut, asuransi, penyalahgunaan hak, melampaui batas kekuasaan, wanprestasi, perbuatan melawan hukum, ganti rugi, dan lain sebagainya. Dari keseluruhan jenis sengketa yang ada, berikut ini penjelasan tentang tahun, jenis dan jumlah sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi (dapat tercapai titik temu antara para pihak) : Tabel 6. Jenis Sengketa yang dapat Diselesaikan melalui Mediasi dari Tahun 2009 hingga Tahun 2012 di Pengadilan Negeri Yogyakarta Tahun Jenis Sengketa yang dapat Mencapai titik temu Jumlah sengketa

17 Penguasaan tanpa hak atas tanah 2. Perbuatan melawan hukum 3. Wanprestasi 4. Penguasaan atas rumah dan tanah tanpa hak yang syah 5. Ganti kerugian 6. Perlawanan 7. Perbuatan melawan hukum, wanprestasi, dan ganti kerugian 1. Pebuatan melawan hukum 2. Wanprestasi 1. Wanprestasi 2. Perbuatan melawan hukum 3. Perlawanan 4. Ganti kerugian 5. Pembatalan peralihan hak atas tanah 6. Perceraian Perceraian 2. Pembagian harta 3. Perbuatan melawan hukum Sumber Data : Statistik Perkara di Pengadilan Negeri Yogyakarta, diolah peneliti pada tanggal 7 Mei 2013 C. Faktor Pendukung Penyelenggaraan Mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta

18 Setiap sengketa yang didaftarkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta harus menempuh upaya mediasi terlebih dahulu sebelum sengketa tersebut diperiksa oleh hakim. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka pihak Pengadilan Negeri Yogyakarta mempersiapkan hal-hal yang mendukung terlaksananya proses mediasi diantaranya yaitu adanya ruang mediasi dan adanya mediator-mediator yang berperan dalam proses mediasi, baik mediator hakim maupun mediator non-hakim. 1. Adanya ruang mediasi Salah satu hal yang mendukung pelaksanaan mediasi ialah adanya ruang mediasi. Di Pengadilan Negeri Yogyakarta telah disediakan sebuah ruangan yang cukup luas dan nyaman untuk melaksanakan mediasi. Ruang mediasi tersebut kurang lebih berukuran 6 x 6 m atau luasnya sekitar 36 m2, yang didalamnya terdapat satu (1) meja untuk mediasi, 8 kursi untuk mediasi, sebuah pendingin/penyejuk ruangan ( AC), sebuah kipas angin, sebuah almari dan satu meja kecil beserta laci. Meskipun mediasi sesungguhnya dapat dilakukan di luar pengadilan, namun pada prakteknya para pihak lebih memilih untuk melaksanakan mediasi di dalam ruang mediasi yang terdapat di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Salah satu pertimbangannya ialah karena penyelenggaraan mediasi di ruang mediasi Pengadilan Negeri Yogyakarta, tidak dikenakan biaya. 2. Adanya mediator-mediator di lingkungan Pengadilan Negeri Yogyakarta. Di Pengadilan Negeri Yogyakarta terdapat enam (6) orang hakim mediator profesional dan lima (5) mediator non -hakim bersertifikat di

19 mana mereka berkompeten dalam memimpin dan menengahi proses mediasi. Dalam kaitannya dengan mediasi, mereka berperan sebagai seorang mediator dalam suatu sengketa yang tengah dihadapi para pihak guna membantu mencapai kesepakatan atau titik temu antara pihak yang bersengketa. Pengadilan Negeri Yogyakarta memiliki daftar nama-nama mediator baik mediator hakim maupun non-hakim yang disertai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman mereka secara terbuka. Daftar mediator tersebut memuat nama-nama hakim (6 hakim) yang telah memiliki sertifikat mediator serta lima (5) mediator non -hakim bersertifikat yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan fungsi mediasi. yaitu : Nama-nama mediator hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta a. Tony Pribadi, S.H.,M.H. b. Hadi Siswoyo, S.H.,M.H. c. Setyaningsih Wijaya, S.H. d. Sri Purnamawati, S.H. e. Walfred Pardamean, S.H. f. Bahtra Yenni Warita, S.H. Sedangkan mediator-mediator non-hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta yaitu : a. Andreas Budisusetya, S.E.,M.H. b. Albertus Drepane Soge, S.H. c. Yohanes Pangihutan Simanjuntak, S.H., M.H. d. Naya Amin Zaini, S.H.,M.H. e. Syafi i, S.Hi.

20 Daftar nama-nama mediator tersebut telah ditempel/diletakkan di tempat yang strategis di mana para pihak dapat secara leluasa melihat, mencari tahu serta memilih mediator mana yang akan membantu mereka dalam menyelesaikan sengketa. Sebagian besar para pihak yang bersengketa lebih memilih untuk menggunakan jasa mediator hakim daripada mediator non-hakim. Di Pengadilan Negeri Yogyakarta, tidak semua hakim merupakan mediator, karena mediator di pengadilan tersebut kurang lebih hanya terdapat enam (6) hakim mediator bersertifikat dan lima (5) mediatormediator non-hakim. Untuk memelihara kualitas mediator yang terdaftar di Pengadilan Negeri Yogyakarta, maka Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta setiap tahun mengevaluasi daftar mediator tersebut. Syarat untuk menjadi mediator hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta ialah harus memiliki sertifikat mediator serta memiliki berbagai pengalaman dalam mengikuti pelatihan-pelatihan mediasi. Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta akan menunjuk hakim-hakim yang telah memenuhi syarat-syarat tersebut untuk dicantumkan sebagai mediator hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Dengan demikian, penetapan sebagai hakim mediator ditentukan oleh penunjukan dari Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta. Disamping hakim mediator, terdapat pula beberapa mediator non-hakim yang terdaftar di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Agar

21 namanya terdaftar sebagai mediator non-hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta, syarat yang harus dipenuhi yaitu : a. Mengajukan surat permohonan agar namanya tercantum sebagai mediator non-hakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta, yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta b. Memiliki sertifikat mediator setelah mengikuti pelatihan-pelatihan mediator di lembaga-lembaga yang telah memperoleh akreditasi Mahkamah Agung c. Mencantumkan identitas diri/cv pemohon d. Melampirkan surat keterangan/ijazah dari Universitas atau Perguruan Tinggi tempat pemohon menuntut ilmu. Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka berkas permohonan tersebut diserahkan kepada Kepaniteraan hukum Pengadilan Negeri Yogyakarta, untuk selanjutnya diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta. Jika sertifikat telah diperiksa keabsahannya dan telah disetujui, maka Ketua Pengadilan akan mengeluarkan penetapan dan mencantumkan nama pemohon ke dalam daftar mediator nonhakim di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Dalam menjalankan fungsi mediasi, mediator diikat oleh seperangkat aturan pedoman perilaku mediator ( code of conduct). Aturan perilaku tersebut diharapkan dapat menentukan tingkat pelayanan para mediator, mencegah mediator berperilaku yang menghambat terwujudnya rasa keadilan para pihak dan juga dapat

22 melindungi mediator dari sangkaan negatif. Struktur pedoman perilaku mediator ditetapkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia yang terdiri dari Mukadimah dan Batang Tubuh yang terdiri atas 4 Bab dan 14 Pasal. Pedoman perilaku mediator di pengadilan mencakup tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban mediator. Keterampilan-keterampilan mediator, antara lain yaitu mendengar aktif, empati, keterampilan berunding, keterampilan memfasilitasi perundingan, keterampilan bertanya, keterampilan membuat kesimpulan, dan lain sebagainya. Keterampilan dan teknik-teknik perundingan dalam mediasi, dapat diperoleh melalui pelatihan-pelatihan atau pendidikan mediator yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga mediasi. Lembaga mediasi yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung untuk menyelenggarakan pelatihan mediasi antara lain Indonesian Institute For Conflict Transformation (IICT) dan Pusat Mediasi Nasional (PMN). Di wilayah Yogyakarta, terdapat salah satu lembaga pelatihan mediasi yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung yaitu Jogja Mediation Center (JMC) yang terletak di salah satu ruang di gedung Pasca Sarjana UGM. Lembaga tersebut melakukan pelatihan-pelatihan mediasi dan mengeluarkan sertifikat bagi para mediator yang mengikuti pelatihan mediasi di lembaga tersebut. D. Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam Menyelesaikan Sengketa melalui Mediasi

23 Sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, proses penyelesaian sengketa melalui mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta dilakukan sebagai berikut : 1. Tahap Pra mediasi Pada tahap ini, di hari sidang yang telah ditentukan, dan dihadiri oleh kedua belah pihak yang berperkara, hakim mewajibkan para pihak terlebih dahulu untuk menempuh mediasi (Pasal 7 ayat (1) PERMA No.1 Tahun 2008). Dalam hal para pihak memberikan kuasa kepada kuasa hukum, maka setiap keputusan yang diambil oleh kuasa hukum wajib memperoleh persetujuan tertulis dari para pihak agar kesepakatan yang diambil oleh kuasa hukum benar-benar merupakan kehendak para pihak. Pada hari itu juga atau paling lama 2 hari kerja, para pihak/kuasa hukum berunding untuk memilih mediator dari daftar mediator yang disediakan oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta. Para pihak dapat memilih mediator hakim atau non-hakim, yang selanjutnya disampaikan kepada Ketua Majelis Hakim. Jika para pihak atau kuasa hukum tidak mencapai kesepakatan dalam memilih mediator, maka Ketua Majelis Hakim pemeriksa perkara akan menunjuk mediator dari daftar mediator hakim dengan suatu penetapan pemilihan mediator. 2. Tahap Mediasi Pada hakikatnya proses mediasi berlangsung secara rahasia, akan tetapi jika diperlukan, pihak luar dapat mengikuti proses mediasi dengan izin para pihak. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang pada Pasal 6

24 Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang berbunyi Proses mediasi pada asasnya tertutup kecuali para pihak menghendaki lain. Di Pengadilan Negeri Yogyakarta proses mediasi dapat diamati atas persetujuan dari para pihak. Dalam penelitian ini, perkara yang diamati dalam mediasi ialah perkara tentang wanprestasi dan ganti kerugian, di mana pada akhirnya mediasi yang dilaksanakan gagal dan para pihak tidak dapat menemukan titik temu sehingga pemeriksaan perkara dilanjutkan melalui proses litigasi. Proses mediasi berlangsung selama 40 hari kerja sejak pemilihan/penunjukkan mediator dan dapat diperpanjang paling lama 14 hari kerja. Penyelenggaraan mediasi dilakukan di ruang mediasi yang terdapat di gedung Pengadilan Negeri Yogyakarta. Sebelum membahas pokok sengketa, hakim mediator memperkenalkan diri kepada para pihak terlebih dahulu kemudian meyakinkan para pihak untuk melaksanakan mediasi. Mediator memberitahukan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari proses mediasi dibandingkan dengan menyelesaikan sengketa secara litigasi. Mediator juga menjelaskan perannya dalam proses mediasi yang dilaksanakan serta menegaskan bahwa yang berwenang mengambil keputusan bukanlah mediator melainkan para pihak sendiri. Setelah mediator memberikan arahan kepada para pihak, para pihak diberi kesempatan untuk menjelaskan permasalahannya kepada mediator

25 secara bergantian. Tujuan dari hal ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada para pihak untuk mendengar sejak dini dan memberi kesempatan kepada para pihak untuk mendengarkan permasalahan dari pihak lainnya secara langsung. Dalam tahap mediasi ini, beberapa upaya yang ditempuh mediator diantaranya : a. Menghimbau, menyarankan serta mendorong para pihak yang bersengketa untuk menempuh mediasi dalam proses penyelesaian sengketa di pengadilan, karena bagaimanapun juga perdamaian adalah solusi yang terbaik dalam setiap permasalahan. Pada hari sidang pertama yang dihadiri oleh kedua belah pihak, hakim menyuruh/menyarankan para pihak untuk melakukan mediasi. Selanjutnya para pihak berunding untuk menentukan mediator. Jika dalam batas waktu 3 hari para pihak tidak sepakat dalam pemilihan mediator, maka Ketua Majelis Hakim akan menunjuk salah satu mediator hakim untuk memimpin jalannya mediasi yang akan dilaksanakan oleh para pihak melalui suatu penetapan/penunjukkan mediator. Selanjutnya, dalam proses mediasi, Hakim mediator medorong dan memberikan nasihat kepada para pihak untuk melakukan mediasi dengan menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian apabila para pihak bersedia menempuh atau tidak menempuh mediasi. Jika perkara dapat diselesaikan melalui mediasi, waktu yang diperlukan untuk

26 menyelesaikan perkara lebih singkat, cepat, tidak berlarut-larut, biaya yang dibutuhkan tidak terlalu mahal, hubungan kekeluargaan tetap terjaga, serta masih banyak lagi keuntungan yang lainnya. Namun apabila para pihak lebih menghendaki untuk menyelesaikan sengketa melalui litigasi, waktu yang diperlukan sangat lama, mengeluarkan banyak biaya, dapat timbul permusuhan, serta akibat yang lainnya. Oleh karenanya para pihak diharapkan dapat memilih jalan keluar yang terbaik dari sengketa yang mereka hadapi. Kunci utama dalam proses mediasi ialah kemauan dan kesadaran para pihak sendiri untuk melaksanakannya. Jika para pihak tidak menginginkan mediasi maka sebesar apapun usaha yang dilakukan oleh pihak pengadilan tetap tidak akan merubah keadaan, karena sejak awal para pihak sudah tidak menganggap dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan mediasi. Pada umumnya, sebelum para pihak mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri, sebenarnya mereka telah melakukan musyawarah sendiri, akan tetapi mereka tidak dapat menemui kata sepakat sehingga pada akhirnya para pihak/salah satu pihak mengajukan gugatan perkara mereka ke pengadilan. b. Melaksanakan kaukus Mediator dapat melakukan pertemuan terpisah untuk menggali permasalahan yang belum terungkap dan dianggap penting guna tercapainya kesepakatan dalam mediasi yang biasa disebut dengan

27 istilah kaukus. Kaukus ini bertujuan untuk mengetahui kemauan, keinginan/kepentingan tersembunyi masing-masing pihak sehingga dapat ditemukan solusi penyelesaian masalah yang terbaik. Kaukus yang dilaksanakan oleh hakim mediator di Pengadilan Negeri Yogyakarta dilakukan pada hari/waktu yang lain di mana hanya dihadiri oleh salah satu pihak saja. Kaukus dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara para pihak dengan mediator. Dalam proses mediasi, hakim mediator tidak selalu melaksanakan kaukus dalam setiap penyelesaian sengketa. Hal ini sering disebabkan oleh kurangnya kerjasama para pihak dalam proses mediasi. Para pihak susah untuk diajak bertemu dengan disertai berbagai alasan yang biasanya disebabkan oleh kesibukan para pihak. Dalam mediasi, kaukus mempunyai banyak fungsi diantaranya : 1) Memungkinkan salah satu pihak untuk mengungkapkan kepentingan yang tidak ingin mereka ungkapkan di hadapan mitra rundingnya 2) Memungkinkan mediator untuk mencari informasi tambahan yang berkaitan dengan para pihak dan pokok sengketa 3) Membantu mediator dalam memahami motivasi para pihak dan prioritas mereka serta membangun empati dan kepercayaan secara individual. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan mediator dalam mengetahui motivasi sekaligus membangun empati tersebut sangat penting demi kelancaran proses mediasi.

28 4) Memberikan waktu dan kesempatan kepada para pihak untuk menyalurkan emosi kepada mediator tanpa membahayakan kemajuan mediasi. 5) Memungkinkan mediator untuk menguji seberapa realistis opsi-opsi yang diusulkan 6) Memungkinkan mediator untuk mengarahkan para pihak melaksanakan perundingan yang konstruktif 7) Memungkinkan mediator dan para pihak untuk mengembangkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif baru. 8) Serta memungkinkan mediator untuk menyadarkan para pihak untuk menerima penyelesaian. c. Mengadakan pendekatan/hubungan personal dan kerjasaman dalam tataran dinas antara hakim mediator/pengadilan dengan instansi lain (dalam hal ini untuk menjadi narasumber) yang berkaitan dengan pokok sengketa Hubungan personal yang dimaksud ialah hubungan atau kerjasama dalam tataran dinas yang dilakukan oleh hakim mediator/pengadilan, dengan instansi lain baik instansi pemerintahan maupun swasta. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan meminta bantuan kepada salah satu perwakilan dari instansi lain untuk turut serta berperan sebagai narasumber dalam membantu proses mediasi agar dapat menghasilkan kesepakatan dan titik temu antara para pihak yang sedang bersengketa. Kerjasama tersebut biasanya dilakukan dalam tataran dinas

29 dengan pihak-pihak tertentu misalnya BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dan yang lainnya. Dalam pelaksanaan kerjasama ini, pihak Pengadilan Negeri Yogyakarta dapat menghubungi pihak instansi lain untuk/agar dapat hadir dalam agenda mediasi di mana sekiranya mediator memerlukan bantuan dari narasumber untuk lebih mengetahui dan menguasai tentang permasalahan yang ada. Hal ini sesuai dengan apa yang terkandung dalam Pasal 16 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan di mana telah disebutkan bahwa atas persetujuan para pihak atau kuasa hukum, mediator dapat mengundang seorang/lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat diantara para pihak. Mengikat atau tidaknya penjelasan atau penilaian ahli tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak. 3. Tercapainya kesepakatan dalam mediasi Jika tercapai kesepakatan, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yag telah dicapai oleh para pihak. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh para pihak dan mediator (Pasal 17 ayat (1) PERMA No.1 Tahun 2008), kemudian kesepakatan tersebut selanjutnya dikukuhkan oleh Ketua Majelis Hakim sebagai suatu akta perdamaian yang dapat berkekuatan hukum tetap. Akta perdamaian

30 akan diterbitkan apabila kesepakatan perdamaian yang diajukan telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sesuai dengan Pasal 23 ayat (3) PERMA No.1 Tahun 2008, syarat-syarat kesepakatan perdamaian dapat dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian yaitu : a. Sesuai dengan kehendak para pihak b. Tidak bertentangan dengan hukum c. Tidak merugikan pihak ketiga d. Dapat dieksekusi e. Dengan iktikad baik Syarat-syarat tersebut dibuat agar isi kesepakatan perdamaian tidak merugikan para pihak dan pihak ketiga yang tidak terkait dengan sengketa. Hal ini juga berkaitan dengan eksekusi dari hal-hal yang telah disepakati oleh para pihak. Oleh karenanya, akta perdamaian dibuat dengan tujuan agar hal-hal yang telah disepakati oleh para pihak dapat dilaksanakan dengan baik. 4. Tidak tercapainya kesepakatan dalam mediasi Mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, sering kali tidak dapat menemukan titik temu antara para pihak yang bersengketa. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka mediator menyatakan secara tertulis bahwa mediasi telah gagal dan memberitahukannya kepada hakim pemeriksa pokok perkara yang menangani perkara tersebut. Setelah itu, pemeriksaan pokok perkara tersebut dilanjutkan secara litigasi. Hal ini sesuai dengan apa yang

31 tercantum di dalam Pasal 18 ayat (1) PERMA No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. E. Kendala-kendala dalam Penyelesaian Sengketa melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta Kendala yang dimaksud ialah segala sesuatu yang dapat menghambat jalannya proses mediasi. Dalam proses mediasi di pengadilan, banyak ditemui berbagai macam kendala, baik kendala untuk mencapai titik temu dalam mediasi maupun kendala dalam penyelenggaraan proses mediasi secara maksimal. Untuk dapat mencapai suatu kesepakatan atau titik temu dalam proses mediasi, banyak hambatan dan kendala-kendala yang menyertainya. Hambatan tersebut diantaranya kurangnya keterbukaan para pihak dalam mediasi, sikap para pihak yang tidak mau saling mengalah, ketidakhadiran para pihak dalam proses mediasi, kurangnya iktikad baik para pihak, peran kuasa hukum, kurangnya kemampuan hakim dalam memimpin jalannya mediasi, ketidaknetralan mediator, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak kendala yang ada, berikut ini beberapa kendala/hambatan yang acapkali ditemui dalam proses mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta yaitu : 1. Kurangnya Iktikad baik para pihak dalam proses mediasi Iktikad baik para pihak dalam mediasi ini berkaitan dengan hadir tidaknya para pihak dalam proses mediasi. Proses mediasi di pengadilan dilaksanakan berdasarkan asas sukarela dari kedua belah pihak yang bersengketa. Jika para pihak telah dipanggil secara patut oleh hakim

32 mediator dan tidak bersedia hadir, maka hakim mediator sampai batas jangka waktu yang ditentukan, memberitahukan kepada hakim pemeriksa perkara bahwa proses penyelesaian melalui mediasi telah gagal. Dalam proses mediasi sengketa tentang ganti kerugian dan wanprestasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, sejak awal pertemuan mediasi, para pihak yang bersengketa tidak berkenan untuk melakukan mediasi seperti yang telah dianjurkan oleh pengadilan/hakim. Mereka tetap mempertahankan persepsi mereka sendiri-sendiri. Mereka cenderung menyepelekan proses mediasi yang dilaksanakan. Hal ini terbukti dari ketidakhadiran para pihak (khususnya pihak-pihak prinsipal) dalam proses mediasi. Para pihak hanya menyerahkan penyelesaian perkaranya pada kuasa hukum. Meskipun pihak-pihak prinsipal telah dipanggil secara patut, mereka tetap tidak datang. Hal ini semakin menunjukkan bahwa sejak awal para pihak memang tidak menginginkan mediasi, dalam arti mediasi hanya dijalankan sebatas formalitas saja tanpa ada niat dan maksud dari para pihak untuk menyelesaikan sengketa secara kekeluargaan. Jika sampai habis batas waktu 40 hari untuk mediasi, para pihak (Penggugat atau Tergugat) atau salah satu pihak tidak kunjung hadir, maka mediator dapat menyatakan bahwa proses mediasi telah gagal, dan melaporkannya kepada Ketua Majelis Hakim. Meskipun mediasi gagal dilaksanakan, namun kesempatan para pihak untuk mediasi tidak serta merta tertutup begitu saja, karena kesempatan untuk

33 musyawarah/mediasi masih tetap terbuka bagi para pihak sepanjang perkara tersebut belum diputuskan oleh hakim. Disamping kehadiran para pihak dalam mediasi, faktor keterbukaan para pihak dalam proses mediasi juga sangat penting dan sangat dibutuhkan. Sikap terbuka para pihak dalam proses mediasi sangat sulit ditemukan karena pada praktiknya, sebagian besar pihak yang bersengketa yakni prinsipal tidak datang langsung/ tidak mengikuti proses mediasi secara langsung, mereka hanya diwakili oleh kuasa hukum. Kondisi ini lah yang kurang mendukung keberhasilan mediasi. Jika para pihak yang bersangkutan baik Penggugat maupun Tergugat datang langsung dan mau menghadiri pertemuan mediasi, hakim mediator akan lebih mudah dalam mencari tahu bagaimana kondisi permasalahan yang sebenarnya serta hal-hal apa yang diinginkan oleh para pihak. Namun kenyataannya, yang menghadiri proses mediasi sebagian besar adalah para kuasa hukum, sehingga dalam hal ini keterbukaan para pihak yang sedang bersengketa akan sangat minim, apalagi tidak semua kuasa hukum selalu mendukung jalannya mediasi dan mau mengarahkan kliennya untuk melaksanakan mediasi. Hal lain yang menjadi penyebab kegagalan dalam mediasi yang terkait dengan iktikad baik para pihak yaitu sikap para pihak yang tidak mau saling mengalah. Para pihak sama-sama memiliki kemauan yang keras dan tetap saling mempertahankan persepsinya masing-masing. Jika dihimbau untuk mengalah, para pihak menolaknya karena gengsi.

34 Mereka berdalih jika mereka bersedia untuk mengalah, nereka akan direndahkan oleh pihak lawan, tidak dihargai, dan lain sebagainya. Jika persepsi masyarakat yang seperti ini tidak segara diubah maka proses mediasi akan sangat sulit menghasilkan kesepakatan perdamaian. Oleh karenanya sikap masyarakat yang demikian perlu segera diperbaiki. 2. Tidak adanya mekanisme atau peraturan yang tegas yang dapat memaksa salah satu atau para pihak (Penggugat atau Tergugat) untuk menghadiri pertemuan mediasi pada waktu yang telah ditentukan Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan tidak mengatur secara jelas tentang ada tidaknya sanksi yang dapat diberikan oleh pengadilan kepada para pihak yaitu Penggugat dan Tergugat yang tidak mau menghadiri pertemuan mediasi yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Peraturan tersebut hanya menjelaskan tentang kewajiban para pihak untuk melaksanakan mediasi yang sesuai dengan apa yang terkandung dalam Pasal 2 PERMA No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Untuk mengantisipasi sikap para pihak yang berusaha mengulurulur waktu dengan tidak pernah menghadiri pertemuan mediasi dan dengan sengaja menghabiskan waktu 40 hari, sebaiknya para pihak perlu dihimbau untuk selalu menepati jadwal sesi-sesi pertemuan mediasi yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat tujuan dasar dari mediasi ialah percepatan dalam penyelesaian perkara. Apabila

35 perkara cepat diselesaikan, maka akan ada penghematan waktu dalam proses penanganan sengketa. 3. Peran kuasa hukum atau advokat yang tidak selalu mendukung pelaksanaan proses mediasi dalam rangka menyelesaikan sengketa secara damai Dalam proses mediasi para pihak dapat didampingi oleh kuasa hukumnya, meskipun pada prinsipnya sebaiknya proses mediasi dihadiri oleh para pihak sendiri. Pada praktiknya, yang sering terjadi yang menghadiri proses mediasi hanyalah kuasa hukum saja sedangkan pihakpihak yang bersangkutan justru tidak hadir. Pihak prinsipal yang berperkara lebih senang untuk mewakilkan kepada kuasa hukum mereka untuk menghadiri pertemuan mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Pengacara/kuasa hukum cenderung bersikap negatif terhadap upaya pelembagaan mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Hal ini berkaitan dengan pemberian honorarium yang diberikan kepada para kuasa hukum. Jika kasus selesai dengan cepat, maka honor yang diterima pengacara kecil. Oleh karenanya, tidak jarang para advokat berusaha untuk mengarahkan para pihak agar meneruskan sengketanya ke proses litigasi. F. Hasil mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta Yang dimaksud dengan hasil mediasi ialah segala sesuatu yang telah dihasilkan atau dicapai dalam proses mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Proses mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri

36 Yogyakarta tidak selalu dapat menghasilkan kesepakatan/titik temu antara para pihak yang bersengketa. Artinya, ada proses mediasi yang dapat mencapai kesepakatan damai antara para pihak namun ada juga mediasi yang gagal dalam menghasilkan kesepakatan atara para pihak yang berperkara. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui mediasi, selanjutnya akan diperiksa oleh hakim secara litigasi. Rendahnya sengketa yang dapat mencapai kesepakatan/titik temu di Pengadilan Negeri Yogyakarta sangat memprihatinkan. Semakin banyaknya sengketa yang tidak berhasil dimediasi maka akan semakin berat jumlah beban perkara di pengadilan yang berarti sekaligus menambah permasalahan penumpukan perkara yang ada di Mahkamah Agung. Hal ini terjadi akibat banyaknya perkara yang mengajukan upaya banding atau kasasi. Tentunya situasi ini akan membuat beban perkara yang sudah banyak menjadi semakin bertambah banyak. Waktu yang disediakan untuk proses mediasi ialah selama 40 hari kerja dan dapat diperpanjang selama 14 hari. Lamanya waktu tersebut terpisah dari batas waktu maksimal penanganan perkara perdata yakni 6 (enam) bulan. Jika sengketa dapat berhasil mencapai titik temu melalui mediasi, hal ini dapat meminimalkan beban perkara yang ditangani Pengadilan Negeri, karena suatu perkara yang dapat diselesaikan melalui mediasi tidak dapat ditempuh upaya hukum biasa (banding atau kasasi) seperti yang terjadi pada litigasi. Hal ini sekaligus dapat membantu mewujudkan asas Mahkamah Agung dalam menyelesaikan perkara secara

37 sederhana, cepat dan biaya ringan sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku. Pada umumnya, sebelum suatu gugatan perkara diajukan ke pengadilan, para pihak sebenarnya sudah terlebih dahulu bertemu dan membicarakan permasalahan yang mereka hadapi (melakukan musyawarah/negosiasi) guna mencari solusi yang terbaik dari permasalahan yang ada namun mereka tidak dapat mencapai titik temu. Jadi, upaya mediasi yang dilakukan oleh pengadilan sesungguhnya merupakan tindak lanjut dari negosiasi yang sebelumnya telah dilakukan oleh para pihak. Pada salah satu proses mediasi yang dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, kedua belah pihak yang sedang bersengketa memang sangat sulit untuk dipertemukan dalam mediasi. Kedua belah pihak, khususnya prinsipal (Penggugat, Tergugat) enggan menghadiri pertemuan mediasi yang sudah dijadwalkan meskipun pengadilan telah memanggil para pihak secara patut untuk menghadiri agenda sidang mediasi. Biasanya, pihak prinsipal hanya mewakilkannya kepada kuasa hukum. Jika para pihak tidak hadir dalam sidang mediasi yang pertama disertai dengan alasan yang sah, pengadilan akan memanggil mereka kembali, begitu selanjutnya hingga agenda sidang mediasi selanjutnya. Jika para pihak setelah dipanggil secara patut oleh pengadilan tetap tidak hadir, maka mediator hakim berwenang untuk menyatakan bahwa mediasi gagal (dengan catatan alasan ketidakhadiran pihak-pihak prinsipal (Penggugat dan Tergugat) dianggap sah). Namun jika alasan ketidakhadiran para pihak dinilai tidak sah,

38 maka hakim mediator akan menyatakan verstek yaitu kesepakatan yang diambil tanpa hadirnya Tergugat. Disamping itu, gugatan yang diajukan oleh Penggugat dapat pula dinyatakan gugur jika Penggugat tidak hadir dalam proses mediasi. Sebenarnya sejauh ini masyarakat belum terlalu memahami akan maksud, tujuan, serta keuntungan mediasi dikarenakan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan mediasi sehingga masyarakat dapat memahami benar maksud dan tujuan mediasi agar Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dapat benar-benar diberdayakan. Mediasi dikatakan berhasil apabila kedua belah pihak yang bersengketa berhasil mencapai suatu kesepakatan/titik temu, dan sebaliknya mediasi dinyatakan gagal apabila para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan. Meskipun hakim mediator telah menyatakan bahwa mediasi gagal, namun sepanjang sengketa/perkara belum diputus, kesempatan bagi para pihak untuk bermusyawarah/mediasi masih tetap terbuka, walaupun perkara itu sudah sampai pada tahap banding atau kasasi. Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara berwenang mendorong para pihak untuk menempuh mediasi. Bila diperlukan, hakim pemeriksa perkara langsung dapat bertindak sebagai mediator. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

39 Berikut ini merupakan hasil-hasil mediasi (dalam hal ini kesepakatan perdamaian) yang terdapat di Pengadilan Negeri Yogyakarta pada tahun 2012, yaitu : 1. Mediasi tentang sengketa wanprestasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Permasalahan dalam sengketa ini yaitu adanya wanprestasi yang dilakukan oleh Tergugat (Dwi Sunu Setiabirawa dan Bambang Setyadi) karena belum/tidak membayar hutang tepat pada waktunya kepada Penggugat (Dody Putra Setyawan) sebesar Rp (seratus lima puluh juta rupiah). Karena merasa dirugikan oleh Tergugat, maka Penggugat melayangkan gugatan terhadap Tergugat ke Pengadilan Negeri Yogyakarta. Setelah melakukan mediasi, maka akhirnya dapat dicapai suatu kesepakatan yang menyatakan bahwa pihak Tergugat mengakui dengan benar bahwa Tergugat mempunyai hutang kepada Penggugat sebesar Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan Tergugat akan melunasi hutangnya kepada pihak Penggugat dengan cara menyerahkan jaminan tanah dan bangunan sesuai bukti Surat Pengakuan Hutang dan Kesanggupan Bayar yakni sebidang tanah dan segala sesuatu yang ada di atasnya sebagaimana terurai dalam Status Hak Milik No. 113 seluas 912 m2. Total harga aset tersebut telah disepakati bersama sebesar Rp (dua ratus juta rupiah). Setelah aset tersebut terjual sesuai

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama? PANDUAN WAWANCARA Mediator: 1. Apa saja model-model Pendekatan Agama dalam proses mediasi terhadap perkara perceraian? a. Bagaimana cara menerapkan model-model pendekatan agama dalam proses mediasi terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Mediasi

Lebih terperinci

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. Bahwa mediasi

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN 1. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : ----- TAHUN ---------- TENTANG

Lebih terperinci

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2012 Kota Yogyakarta. Sumber: Laporan Studi EHRA Kota Yogyakarta, 2012 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN

STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN Lampiran I STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN 1. Pemohon menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Lamongan. Pengadilan Agama Lamongan mendaftarkan permohonan dalam buku register dan memberi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. 1. Bagaimana mediasi dalam pandangan Anda sebagai hakim?

PEDOMAN WAWANCARA. melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. 1. Bagaimana mediasi dalam pandangan Anda sebagai hakim? PEDOMAN WAWANCARA A. Para Hakim yang telah Berpengalaman dalam Menyelesaikan Sengketa melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Yogyakarta 1. Bagaimana mediasi dalam pandangan Anda sebagai hakim? 2. Apa syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta dikenal dengan julukan sebagai kota pelajar, kota budaya serta kota pariwisata. Julukan tersebut tersemat bukan tanpa alasan. Salah satunya tentu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari

sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi tua bukanlah pilihan, melainkan suatu kepastian yang akan dialami setiap orang yang memiliki kesempatan hidup lebih lama, hanya saja yang membedakan adalah

Lebih terperinci

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan MEDIASI Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN Dasar Hukum : Pasal 130 HIR Pasal 154 RBg PERMA No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan.

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menyelesaikan sengketa melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara,

Lebih terperinci

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut. MEDIASI Pengertian Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial

Lebih terperinci

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA I. PENDAHULUAN Bahwa dalam beracara di Pengadilan Agama tidak mesti berakhir dengan putusan perceraian karena ada beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN. Bangkalan pertama kali berdiri bertempat dengan bergabung di Kantor

BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN. Bangkalan pertama kali berdiri bertempat dengan bergabung di Kantor BAB III PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BANGKALAN A. Biografi Pengadilan Agama Bangkalan Pengadilan Agama Bangkalan dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 152 jo. Tahun 1937

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649, 2013 KOMISI INFORMASI. Sengketa Informasi Publik. Penyelesaian. Prosedur. Pencabutan. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan industrial

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm Page 1 of 38 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95 \ PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat 11610 Telp./Fax. (021) 58352092 sd. 95 E-Mail: info@pa-jakartabarat.go.id ; Website: www.pa-jakartabarat.co.id A. Dasar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT OLAHRAGA PAPAN LUNCUR YANG EDUKATIF DAN REKREATIF DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Kondisi Pusat Olahraga Papan Luncur 3.1.1 Tinjauan Pusat Olahraga Papan Luncur di Yogyakarta Pusat

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA Nomor 026/KMA/SK/II/2012) A. Dasar Hukum 1. HIR/Rbg 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 3. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6,2004 KESRA Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah.Tenaga Kerja. Ketenagakerjaan. Perjanjian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG

BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG BAB III TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA PANDEGLANG A. Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Pandeglang Berdasarkan hasil wawancara dengan Nuning selaku Panitera di Pengadilan Agama Pandeglang

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara

Lebih terperinci

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H. MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H. I. PENDAHULUAN Pengadilan merupakan lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA Terintegrasinya mediasi dalam proses acara pengadilan adalah untuk memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi sudah sesuai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Yogyakarta, 15 September 2012

Yogyakarta, 15 September 2012 Yogyakarta, 15 September 2012 Latar Belakang dan Permasalahan Sumbangan sektor Telematika terhadap struktur Perekonomian Nasional, naik dari 89 T (2006) menjadi 205 T (2010): sumber BPS Sumbangan Sektor

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pengintegrasian

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT) PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT) di INDONESIA Oleh : Wasis Priyanto Ditulis saat Bertugas di PN Sukadana Kab Lampung Timur Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS. PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS. FILOSOFI : Asas Musyawarah Mufakat (Pembukaan UUD 1945). Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan (UU). FAKTA/KENYATAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN MEDIASI PADA PENGADILAN AGAMA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA KALIMANTAN BARAT MENURUT PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1

PEDOMAN PELAKSANAAN MEDIASI PADA PENGADILAN AGAMA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA KALIMANTAN BARAT MENURUT PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 PEDOMAN PELAKSANAAN MEDIASI PADA PENGADILAN AGAMA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA KALIMANTAN BARAT MENURUT PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 PENGADILAN TINGGI AGAMA KALIMANTAN BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 DENGAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 PADA PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA TUBAN A. Analisis Perbedaan PERMA No. 1 Tahun 2008 dengan PERMA No. 1 Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3). MAKALAH : JUDUL DISAMPAIKAN PADA : MEDIASI DAN GUGAT REKONPENSI : FORUM DISKUSI HAKIM TINGGI MAHKAMAH SYAR IYAH ACEH PADA HARI/ TANGGAL : SELASA, 7 FEBRUARI 2012 O L E H : Dra. MASDARWIATY, MA A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2015 MA. Penyalahgunaan Wewenang. Penilaian Unsur. Pedoman Beracara. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengadilan Negeri Bangli merupakan Peradilan Tingkat Pertama yang berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai salah satu penyelenggara penegakan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Mengacu pada dokumen perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Yogyakarta tahun 2005-2025 maka Visi Pembangunan Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen Konsumen yang merasa hak-haknya telah dirugikan dapat mengajukan

Lebih terperinci

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA A. Kewenangan Pengadilan Agama Indonesia 1. Kewenangan Relatif Kewenangan relatif (relative competentie) adalah kekuasaan dan wewenang yang diberikan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI 5.1. Area Berisiko Sanitasi Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin, maka ditentukan lokasi studi EHRA dengan

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Lampiran: Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor : 353/DJU/SK/HM02.3/3/2015 Tanggal : 24 Maret 2015 PROSEDUR PENGGUNAAN DAN SUPERVISI APLIKASI SISTEM INFORMASI PENELUSURAN PERKARA

Lebih terperinci

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN A PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN PERADILAN UMUM Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Penyelenggaraan dan penggunaan anggaran bantuan hukum di

Lebih terperinci

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM NOMOR : 1/DJU/OT.01.03/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SURAT EDARAN MAHKAMAH

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 37/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 37/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 37/Pdt.G/2016/PTA.Plg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara permohonan cerai gugat dalam tingkat

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Perbaikan Tgl. 28-02-2012 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM NOMOR : 1/DJU/OT.01.03/I/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial

Lebih terperinci

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap pencari keadilan dimanapun. Undang-Undang Nomor 48 Tahun

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada tingkat banding, dalam

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM KETENTUAN UMUM Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan dan penggunaan anggaran bantuan hukum di lingkungan Peradilan Umum adalah meliputi Pos Bantuan

Lebih terperinci

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI INFORMASI Menimbang:

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Nomor : 52/DJU/SK/HK.006/5/ Tahun 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MAHKAMAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 14-1970::UU 35-1999 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2004 HUKUM. KEHAKIMAN. Lembaga Peradilan. Badan-badan Peradilan.

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANGLI LkjIP TAHUN 2015 KATA PENGANTAR

PENGADILAN NEGERI BANGLI LkjIP TAHUN 2015 KATA PENGANTAR PENGADILAN NEGERI BANGLI LkjIP TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya, sehingga penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo. BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 1.1 Profil Kota Yogyakarta 1.1.1 Keadaan Geografis Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disamping empat kabupaten lainnya yaitu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK UMUM Pelaksanaan pemungutan Pajak yang tidak sesuai dengan Undang-undang perpajakan akan menimbulkan ketidakadilan

Lebih terperinci

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN. MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN www.kompasiana.com Mantan Kepala Divisi Konstruksi VII PT Adhi Karya Wilayah Bali, NTB, NTT, dan Maluku, Imam Wijaya Santosa, kembali mendapat pengurangan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG YOGYAKARTA PROVINSI DAER O WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 332 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STEMPEL / CAP DAN KOP NASKAH DINAS PADA SATUAN KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XII) PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI Pemohan Kasasi Mengajukan kasasi pada Meja 3 dan memberikan Memori Kasasi (wajib) Kasasi dan menunjuk Juru Sita Pengganti Mengirim Kontra Memori Kasasi

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. membangun image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. membangun image Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya, Kota Perjuangan, Kota BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Kota Yogyakarta 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Filosofi pembentukan Kota Yogyakarta bertumpu pada keberadaan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang secara spesifik

Lebih terperinci