PROSES PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS PADA BANDARA EMBARKASI POLONIA MEDAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS PADA BANDARA EMBARKASI POLONIA MEDAN)"

Transkripsi

1 PROSES PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (STUDI KASUS PADA BANDARA EMBARKASI POLONIA MEDAN) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM OLEH RISYAD FAKAR LUBIS NIM. : Departemen : Hukum Administrasi Negara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM M E D A N 2008

2 2 PROSES PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Studi Kasus pada Bandara Embarkasi Polonia Medan) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH RISYAD FAKAR LUBIS NIM : Departemen : Hukum Administrasi Negara Disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara DR. Pendastaren Tarigan, SH, MS. Nip Pembimbing I Pembimbing II DR. Pendastaren Tarigan, SH, MS. Suria Ningsih, SH, M. Hum. Nip Nip

3 3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam penulis panjatkan kepada junjunga Nabi Besar Muhammad SAW. yang merupakan suri tauladan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun judul yang penulis angkat adalah: PROSES PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DITINJAU DARI SUDUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA: STUDI KASUS PADA PELABUHAN EMBARKASI POLONIA MEDAN Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Salah satu sebab utamanya adalah karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, sedikitnya pengalaman dan terbatasnya literatur yang menunjang judul yang penulis majukan dalam skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu penulis menyusun skripsi ini, maupun selama menempuh perkuliahan, khususnya kepada: (1). Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M. Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. (2). Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH., MS, selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sebagai Dosen Pembimbing I penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

4 4 (3). Ibu Suria Ningsih, SH, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Dalam menempuh perjalanan hidup yang penuh perjuangan, penulis ingin mengaturkan banyak terima kasih kepada: (1). Ayah Prof. H. Nur A. Fadhil Lubis, MA., Ph. D. dan (almarhumah) Umi Dra. Mekar Sari Dewi, dan Umi Nurhayati, M. Ag., yang telah membimbing dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis. (2). Adik-adik tercinta Naufal Dzaki Lubis, Fikri Mahir Lubis dan Maurits Arif Fathoni Lubis. Terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh pihak yang turut mendukung penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi sederhana ini memberi manfaat bagi yang membaca dan membutuhkannya. Medan, Februari 2008 PENULIS

5 5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penulisan D. Keaslian Penulisan E. Tinjauan Kepustakaan F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Halaman BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IBADAH HAJI A. Pengertian Haji B. Hukum Haji C. Syarat dan Rukun Haji D. Macam-macam Haji E. Pedoman Manasik Haji F. Dam dan Macam-macamnya G. Hikmah dan Tujuan Ibadah Haji BAB III PENYELENGGARAAN IBADAH DI DAERAH EMBARKASI- DEBARKASI POLONIA MEDAN A. Bandar Udara Polonia Medan B. Dasar Hukum C. Penyelenggara dan Kepanitiaan D. Uraian Tugas

6 6 E. Embarkasi (Pemberangkatan) F. Debarkasi (Pemulangan) BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pengaturan Penyelenggaraan Haji B. Asas dan Tujuan Undang-undang C. Kesesuaian dan Kesenjangan D. Kendala dan Rintangan yang Dihadapi E. Upaya Penanggulangan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR BAHAN HUKUM LAMPIRAN

7 7 ABSTRAKSI Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang mampu. Bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan Pancasila merupakan dasar negara, penyelenggaraan ibadah haji menjadi tugas nasional karena di samping menyangkut kesejahteraan lahir-batin jamaah haji, juga menyangkut nama baik dan martabat bangsa Indonesia di luar negeri, khususnya di Saudi Arabia. Mengingat pelaksanaannya yang bersifat massal dan berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, maka penyelenggaraan ibadah haji memerlukan manajemen yang baik dan administrasi yang fungsional. Skripsi ini ditujukan untuk mengetahui tata aturan penyelenggaraan ibadah haji dalam hukum administrasi negara Indonesia dan bagaimana tata aturan itu dilaksanakan dalam lingkup embarkasi Polonia Medan pada musim haji 1427 Hijriyah yang lalu. Selanjutnya penelitian ini mengungkap faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tercapainya tujuan penyelenggaraan ibadah haji serta upaya-upaya apa yang dilakukan untuk menanggulanginya. Penyelenggaraan ibadah haji telah memiliki dasar hukum yang kuat dan landasan operasional yang baik, hingga dalam bentuk prosedur tetap dan panduan pelaksanaan yang relatif rinci dan jelas. Meskipun PPIH (panitia penyelenggara ibadah haji) merupakan kepanitiaan yang lintas instansi, bahkan melibatkan pihak swasta, namun proses pembentukan, pembinaan, penerapan dan pengawasan telah berjalan dengan cukup baik. Terdapat kesepadanan yang fungsional antara uraian tugas yang ditetapkan dengan kegiatan yang dijalankan masing-masing unsur kepanitiaan, mulai dari peringkat pengarah, pimpinan, pembantu pimpinan, hingga ke taraf pelaksana dan pembantu pelaksana. Namun demikian, PPIH embarkasi Polonia Medan masih menghadapi hambatan, antara lain kejadian yang disebabkan oleh faktor eksernal seperti keterlambatan pesawat di Arab Saudi, meningkatnya tuntutan masyarakat di luar kemampuan yang ada, kebijakan, aturan dan prosedur yang sering berubah, kesimpang-siuran hak dan kewajiban sebagian unsur panitia dan adanya anggapak di kalangan sebagian panitia bahwa musim haji merupakan kesempatan untuk memperoleh pendapatan tambahan.

8 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pancasila adalah dasar filsafah Negara Republik Indonesia. Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa Negara Republik Indonesia berkewajiban menjamin kemerdekaan warga negaranya untuk beragama dan beribadah menurut agamanya masingmasing. 1 Hampir semua agama besar dunia memiliki pengikut di Indonesia, namun Islam merupakan agama yang paling besar penganutnya di negeri yang berdasarkan Pancasila ini. Indonesia bahkan tercatat sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia saat ini. Agama Islam pada awalnya lahir dan berkembang pada abad ke-7 di Mekkah, kemudian menyebar ke seluruh jazirah Arab dan wilayah Timur Tengah. Beberapa abad kemudian, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke wilayah Nusantara. Pada abad ke13, telah tercatat beberapa kesultanan Islam tumbuh berkembang di berbagai pelosok tanah air, diawali di ujung Utara, pulau 1 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

9 9 Sumatera, kemudian meluas hingga ke seluruh wilayah kepulauan Nusantara. Agama Islam mengajarkan bahwa agama ini didasarkan kepada lima dasar utama, atau yang dikenal dengan rukun Islam. Rukun Islam ada lima, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Jadi haji merupakan rukun Islam yang kelima, melaksanakan ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam yang memiliki kemampuan. 2 Tidak semua umat Islam wajib melaksanakan ibadah haji, karena ibadah haji memang merupakan kewajiban yang menuntut kesehatan jasmani yang baik dan memerlukan kemampuan finansial yang memadai. Proses perjalanan haji, apalagi dari negeri Indonesia, yang jauh dari tempat pelaksanaan haji tersebut, yaitu kota suci Makkah, memang menuntut pengorbanan yang cukup besar. Namun demikian, hal ini tidak menyurutkan semangat orang Islam untuk berusaha sedapat mungkin melengkapi pelaksanaan rukun Islam, paling tidak sekali seumur hidupnya. Sejak zaman kesultanan Islam dahulu sudah tercatat adanya jama ah haji dari wilayah Nusantara ini, meskipun masih dalam jumlah yang masih kecil. Perjalanan haji pada waktu itu terkait dengan telah cukup meluasnya transportasi laut berupa kapal layar yang menghandalkan perputaran angin dan perubahan musim. Beberapa kota pelabuhan di pesisir kepulauan 2 Penjelasan tentang hal ini dapat dilihat antara lain dalam Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Tanya-Jawab tentang Rukun Islam. Edisi Bahasa Indonesia (Medan: IAIN Sumatera Utara, 2003).

10 10 Nusantara memang dikenal sebagai bandar perdagangan, bukan hanya untuk kepentingan penduduk pulau tersebut, tetapi juga untuk keperluan antar pulau, bahkan antar benua. Bandar-bandar Nusantara memang merupakan mata-rantai penghubung bagi para pedagang Cina, India, Arab dan Persia. Keberangkatan umat Islam Indonesia ke tanah suci Makkah tidak terhenti dengan dijajahnya negeri ini oleh kolonialis Belanda. Bahkan, jumlah jama ah haji Indonesia ternyata bertambah, terutama dengan digunakannya kapal laut yang menggunakan mesin uap, hingga masa tempuh perjalanan menjadi lebih nyaman dan singkat. Kenyataan ini menuntut pemerintahan kolonial Belanda membuat peraturan perundang-undangan untuk mengatur berbagai aspek pelaksanaan ibadah haji, baik ketika masih di tanah air, lebih terutama ketika mereka berada di luar negeri. Untuk mengurus segala urusan tentang jama ah haji pribumi ini, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Konsul di Jeddah. 3 Upaya untuk terus memperbaiki dan menyempurnakan sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji ini semakin digiatkan ketika Indonesia mencapai kemerdekaannya. Berbagai peraturan perundang- 3 Salah satu produk legislasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang cukup berpengaruh adalah Pelgrims-Ordonantie (Ordonansi Haji), Staatsblaad Tahun 1922 Nomor 698, yang terus berlaku dalam periode kemerdekaan, dan baru dinyatakan tidak berlaku dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji.

11 11 undangan disahkan dan seperangkat peraturan organik dirumuskan untuk menjadi panduan bagi pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji tersebut. Akhirnya, setelah reformasi bergulir, sebuah undang-undang baru yang lebih integral dan komprehensif mengatur tentang penyelenggaraan ibadah haji disahkan, yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Undang-undang No. 17/1999 ini menetapkan bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang diperlukan oleh setiap warga negara yang menunaikan ibadah haji. 4 Selanjutnya ditegaskan bahwa penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggungjawab pemerintah di bawah koordinasi menteri. 5 Menteri di sini dimaksudkan adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung-jawabnya meliputi bidang agama, yakni Menteri Agama. 6 Mengingat bahwa penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah, maka ini termasuk dalam lingkup hukum administrasi negara. Administrasi negara adalah keseluruhan daripada badan-badan (aparatur) yang menyelenggarakan 4 Pasal 3 UU No. 17 Tahun Ayat (1) Pasal 6 Bab III UU No. 17 Tahun Pasal 1 UU No. 17 Tahun 1999.

12 12 tugas atau kegiatan penyelenggaraan tugas atau kegiatan kenegaraan di bawah pimpinan pemerintah. 7 Namun demikian, penyelenggaraan haji setiap tahunnya masih terus menimbulkan kekisruhan dan menyisakan kekesalan banyak jama ah haji. Penyelenggaraan ibadah haji pada tahun 2006 ternyata menimbulkan kekacauan, bahkan memalukan bagi negara-bangsa Indonesia, terutama ketika sebagian besar jama ah haji Indonesia selama beberapa hari menderita kelaparan. 8 Mengingat berbagai hal di atas, maka sangatlah penting dan tepat untuk membahas permasalahan penyelenggaraan ibadah haji ini dari sudut Hukum Administrasi Negara Indonesia. B. Perumusan Masalah Yang menjadi permasalahan utama dalam skripsi ini adalah apakah penyelenggaraan ibadah haji, khususnya yang difasilitasi melalui pelabuhan embarkasi Polonia Medan, telah sejalan dengan ketentuan Hukum Administrasi Negara yang berlaku di Indonesia. Selanjutnya permasalahan utama dijabarkan menjadi beberapa permasalahan rincian, sebagai berikut: 7 Prof. Dr. Mr. Prayudi Admosudirjo. Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), h Tragedi Katering di Tanah Suci. Editorial, Republika, 4 Januari 2007 [ wordpress.com/tag/haji/].

13 13 1. Bagaimanakah proses rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menurut ajaran agama Islam hingga ibadah haji tersebut dianggap sah dan memenuhi kewajiban; 2. Bagaimanakah tata aturan penyelenggaraan ibadah haji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Bagaimanakah pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji yang secara empiris berjalan dan diberlakukan terutama dalam pelaksanaan musim haji tahun 1427 Hijriyah yang lalu; 4. Kendala dan rintangan apa sajakah yang dihadapi para penyelenggara dalam rangka menyelenggarakan ibadah haji; 5. Upaya-upaya apa sajakah yang telah dilaksanakan oleh aparat penyelenggara ibadah haji untuk menyelesaikan kendala dan menjawab rintangan dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji; Hipotesa adalah kesimpulan sementara dan sebuah pernyataan tentatif. Sebuah hipotesa harus masih diuji kebenarannya dalam sebuah penelitian, sehingga dapat menguji apakah hipotesa tersebut diterima dan benar adanya, atau ditolak dan tidak terbukti kebenarannya. Oleh karena itu, hipotesa merupakan landasan berpijak dan titik tolak penelitian bagi langkah dan uraian selanjutnya. 9 9 Amiruddin, SH., M. Hum. Dan H. Zainal Asikin, SH., SU. Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 58.

14 14 Dengan demikian sebagai kesimpulan sementara, yang nantinya akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut. Untuk permasalahan utama, hipotesa yang diperpegangi adalah bahwa penyelenggaraan ibadah haji embarkasi Polonia Medan pada dasarnya telah memenuhi ketentuan-ketentuan minimum yang termaktub dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, untuk permasalahan berikutnya, skripsi dilandasi oleh hipotesa kerja (zero hypothesis) bahwa semua itu memang ada dan dapat diteliti, termasuk perangkat aturan tentang rangkaian peribadatan haji menurut ajaran agama Islam, tata aturan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku di negara Republik Indonesia, demikian juga kendala dan rintangan, serta upaya-upaya untuk menanggulanginya. C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Di samping untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi ini ditujukan untuk menambah ilmu pengetahuan penulis dalam topik yang dibahas, yaitu tentang proses penyelenggaraan ibadah haji. Ini tentu terkait erat dengan keimanan penulis sebagai bagian dari umat Islam. Ibadah haji merupakan bagian kewajiban keagamaan yang begitu sakral bagi umat Islam, hingga untuk bisa mencapainya setiap insan Muslim

15 15 sudi berjuang sekeras mungkin, mencari rezeki dengan giat, dan bersungguh-sungguh menabung untuk waktu lama. Perjuangan dan keikhlasan umat Islam ini tentu harus dilindungi dan difasilitasi oleh negara dan pemerintah. Sangat ironis dan menyedihkan kalau keikhlasan dan keluguan umat Islam disalahgunakan untuk mencari keuntungan atau memenuhi kepentingan tertentu. Upaya untuk mencapai hal ini merupakan tujuan dari penulisan skripsi ini. Sesuai dengan ketentuan undang-undang bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan fasilitas, kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang diperlukan oleh setiap warga negara yang menunaikan ibadah haji, maka skripsi ini ditujukan untuk mengevaluasi apakah kewajiban pemerintah tersebut telah dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, skripsi ini bertujuan juga untuk melakukan evaluasi apakah tujuan penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang telah terpenuhi, dan jika belum, apa yang belum tersebut, dan berupaya mengungkapkan mengapa hal itu belum terpenuhi, serta apa usaha untuk mencapainya di masa mendatang. Penyelenggaraan ibadah haji, sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaikbaiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan

16 16 nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jema ah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur. D. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini pada awalnya didasarkan pada ide, gagasan, pemikiran dan yang utama ialah ketertarikan penulis terhadap ibadah haji yang merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu sekali dalam hidupnya. Berbeda dengan beberapa negara lain, di Indonesia, yang penduduknya mayoritas beragama Islam, keterlibatan pemerintah dalam penyelenggaraan ibadah haji begitu tinggi. Penulisan skripsi ini asli diangkat dari pemikiran dan penelaahan penulis sendiri, artinya bukanlah merupakan hasil ciptaan atau penggandaan dari karya tulis orang lain dan sudah diperbandingkan judulnya di kampus di mana penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. E. Tinjauan Kepustakaan Mengingat permasalahan haji merupakan bagian penting dari keberagamaan umat Islam, literatur yang banyak berkembang di kalangan masyarakat umumnya membahasnya dari sudut agama dan hukum Islam. Hampir semua kitab fiqh Islam umumnya berisikan satu bab khusus yang membahas tentang ibadah haji. Buku yang menjadi rujukan utama

17 17 dalam membahas penyelenggaraan ibadah haji dari perspektif hukum Islam adalah buku yang ditulis oleh H. Sulaiman Rasyid yang berjudul Al-Fiqh al- Islami Fiqh Islam yang banyak menjadi pegangan umat Islam serta dicetak ulang. 10 Penelitian ini juga merujuk beberapa referensi lain, termasuk kitab yang ditulis oleh Muhammad Jawad Mughniyah yang berjudul Fiqh Lima Mazhab: Ja fari, Hanafi, Maliki, Syafi i dan Hambali 11 yang menjadi kitab rujukan di kalangan umat Islam. F. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya meliputi tiga jenis metode, yaitu metode mengumpulkan data/bahan hukum, metode menganalisis data yang telah terkumpul, dan akhirnya metode presentasi hasil. Mengingat permasalahan yang ingin dijawab, skripsi ini merupakan gabungan dari penelitian normatif-doktrinair dan penelitian empirissosiologis. Ini berarti skripsi ini harus menghimpun seperangkat bahan hukum (legal materials), di samping juga banyak data empiris-sosiologis. Oleh karenanya, data empiris dan bahan hukum terdiri dari bahan kepustakaan dan data lapangan. 10 H. Sulaiman Rasyid. Al-Fiqh al-islami: Fiqh Islam (Jakarta: Penerbit Attahiriyah, 1954), dan penelitian ini merujuk edisi cetakan ulang yang ke-17 tahun Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Ja fari, Hanafi, Maliki, Syafi i dan Hambali (Jakarta: Lentera, 1996).

18 18 Bahan kepustakaan dan materi hukum terutama akan dihimpun melalui metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan semua bahan hukum terkait dengan topik yang diperbincangkan yaitu tentang penyelenggaraan ibadah haji. Bahan hukum terdiri dari bahan hukum primer, terutama undang-undang, bahan hukum sekunder, termasuk peraturan pemerintah, peraturan menteri dan sejenisnya, di samping juga bahan hukum tertier yang membantu memahami dan menjelaskan bahan hukum primer dan sekunder tersebut. Data lapangan akan dihimpun utamanya dengan metode wawancara terhadap beberapa informan kunci yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan ibadah haji embarkasi Polonia Medan. Untuk melengkapi data, wawancara terhadap sejumlah jama ah haji akan dilakukan. Semua bahan kepustakaan dan bahan hukum yang terhimpun akan dianalisis terutama dengan metode analisis deskriptif-kualitatif, sedang beberapa bahan literatur akan mempergunakan analisis isi (content analysis). Sedangkan data lapangan akan dianalisis secara kualitatif, meskipun beberapa analisis dasar akan juga menggunakan analisis kuantitatif sederhana, terutama dalam bentuk inferensi persentase dan tabulasi silang. G. Sistematika Penulisan

19 19 Dalam rangka mensistematiskan pembahasan serta memudahkan penguraian, skripsi ini akan terdiri dari lima bab. Masing-masing bab akan dibagi lagi kepada beberapa pasal sesuai dengan keperluan pembahasan dan tuntutan penguraian. Bab satu terdiri dari uraian latar belakang permasalahan, diikuti dengan pembahasan tentang tujuan penulisan dan pokok permasalahan serta hipotesa yang diajukan. Pada bab ini, penulis juga menguraikan metodologi penelitian yang akan diterapkan, mulai dari metode pengumpulan data, metode analisis data hingga metode presentasi hasil. Bab ini diakhiri dengan uraian tentang sistematika penulisan. Bab dua membahas tentang ketentuan haji menurut ajaran agama Islam. Ini didahului dengan ulasan tentang hukum dan syarat haji, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian rukun dan aktivitas yang wajib, yang sunat, yang makruh dan yang haram selama menunaikan ibadah haji. Bab tiga menguraikan bahwa peraturan perundang-undangan mengatur tentang proses perjalanan dan penyelenggaraan ibadah haji, mulai dari proses pendaftaran, persiapan, pemberangkatan, pelaksanaan, dan pemulangan jama ah haji. Bab ini juga berisikan uraian bagaimana berbagai peraturan perundang-undangan ini telah dilaksanakan, terutama di embarkasi Polonia Medan pada musim haji tahun 2006.

20 20 Bab empat merupakan pembahasan tentang kesenjangan yang terjadi antara ketentuan yang terdapat dalam law-in-books (peraturan hukum perundang-undangan yang terdapat dalam buku, dengan yang kenyataannnya terjadi, atau apa yang sering disebut law-in-actions (hukum yang kenyataannya terjadi). Oleh karenanya, bab ini mengidentifikasi kendala dan rintangan yang dihadapi, serta mengulas mengapa hal-hal tersebut bisa terjadi, serta diakhiri dengan perbincangan tentang upaya-upaya yang dilakukan para pihak untuk menanggulanginya. Bab lima, merupakan bab penutup, yang berisikan ringkasan dari uraian sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik serta saran yang bisa direkomendasikan untuk memperbaiki piranti perundang-undangan, proses penyelenggaraan dan prilaku para jama ah sendiri.

21 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IBADAH HAJI Penyelenggaraan ibadah haji yang merupakan tugas nasional dan menjadi 'tanggungjawab pemerintah 12 ditujukan agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jama ah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur. Pernyataan sesuai dengan tuntunan agama tentu dimaksudkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji ini harus dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam ajaran agama Islam. Agama Islam berasal dari dua sumber pokok, yaitu al-qur an, kumpulan wahyu Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. dan al-sunnah, semua perkataan, perbuatan dan pengakuan Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, ada dua sumber utama lain, yaitu Ijma, kesepakatan para ulama, dan al-qiyas, perluasan cakupan petunjuk al-qur an atau al-sunnah berdasarkan analogi. Masih ada lagi sumber-sumber hukum Islam yang lain, tetapi lebih merupakan sumber sekunder Pernyataan bahwa ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggungjawab pemerintah tercantum pada ayat (1) pasal 6 Undang-Undang No. 17 tahun Prof. Dr. Daud Ali. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, edisi kelima, 1993), hal. 69.

22 22 Bab ini akan menguraikan berbagai hal penting terkait dengan ibadah haji dalam tuntunan agama Islam, dengan merujuk ke sumbersumber di atas. A. Pengertian Haji Kata haji berasal dari bahasa Arab yang awalnya berarti maksud atau keinginan dan sinonim dengan kata al-qashd. Dalam bentuk kata kerja (verb/ fi il), kata hajja, mengandung arti menyengaja sesuatu, memaknai, melaksanakan, dan berdoa. 14 Di samping itu kata ini mengandung makna berkunjung dan berziarah yang memiliki makna, nilai dan signifikansi tertentu. Dari sinilah timbul makna turunannya, yaitu bermaksud untuk mengunjungi tempat tertentu untuk melaksanakan ritual di dalamnya. Syari at Islam kemudian mempergunakan kata ini untuk ibadah mengunjungi tempat suci di wilayah Makkah dan melaksanakan serangkaian ibadah di dalamnya pada waktu-waktu tertentu Undang-undang nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji mendefinisikan ibadah haji sebagai rukun Islam kelima yang 14 H. Sulaiman Rasyid. Al-Fiqh al-islami: Fiqh Islam (Jakarta: Penerbit At- Tahiriyah, 1954), hal H. S. Sutar dkk. Tuntutan Praktis Ibadah Haji dan Umroh (Surabaya: Penerbit Indah, 2006), hal Persyaratan bahwa ibadah haji mesti dilakukan pada waktu-waktu tertentu, pertengahan bulan haji, Dzulhijjah, setiap tahunnya adalah sesuatu yang mutlak. Jika dilakukan di luar musim haji, ibadah sejenis disebut umrah.

23 23 merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. 17 Di samping istilah haji, umat Islam juga mengenal kata umrah yang sering juga dijuluki haji kecil. Disebut demikian, karena ibadah ini memang lebih ringan di banding haji. Umrah bisa dikerjakan kapan saja, tidak harus pada musim haji. Rukun umrah juga lebih sedikit dibanding haji, hanya meliputi ihram, tawaf, sa i dan tahallul, tidak ada wukuf atau melempar jumrah. Dengan demikian, seseorang melaksanakan umrah, tidak berarti ia telah melaksanakan haji. Sebaliknya pelaksanaan haji selalu disertai dengan umrah, baik dilakukan secara bersamaan ataupun terpisah. 18 Tradisi mengunjungi tempat suci dan melakukan ibadah di tempat suci tersebut telah menjadi bagian dari keberagamaan umat-umat terdahulu sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW. Bahkan sejarah mencatat bahwa ibadah haji yang disyari atkan dalam agama Islam merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari apa yang telah dirintis dan dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS. Secara resmi para sejarawan Muslim menyepakati bahwa kewajiban untuk melaksanakan ibadah haji barulah secara formal ditegaskan oleh Nabi 17 Lihat Ayat 3 Pasal 1 Bab I Undang-Undang nomor 17 tahun Prof. Dr. Nurcholish Madjid (ed). Ensiklopedi Islam untuk Pelajar (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), jilid 2, hal. 72.

24 24 Muhammad SAW. pada periode Madinah, artinya setelah beliau pindah dan bermukim di Madinah. Namun para ahli sejarah berbeda pendapat tentang tahun persisnya kewajiban haji tersebut diawali. Sebagian besar mencatat haji secara resmi diwajibkan pada tahun ke-6. Namun sebagian ada yang menyatakan bahwa kewajiban haji baru diwajibkan Nabi Muhammad SAW. pada tahun ke-9 setelah Hijrah. Perintah melaksanakan ibadah haji tercantum di dalam al-qur an: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (baitullah) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup melakukan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu apapun) dari semesta alam (Ali Imran, 3:97). 19 Haji adalah ibadah yang diwajibkan hanya kepada muslim yang mampu sekali dalam seumur hidupnya. Seorang muslim yang tidak mampu tidak akan dikenakan sanksi atau tuntutan apapun apabila ia tidak melaksanakan ibadah haji tersebut. Adalah tidak fair, kalau seorang atau sekelompok orang diberikan fasilitas-fasilitas khusus dan istimewa melebihi dari haknya, lebih tidak fair lagi kalau fasilitas-fasilitas tersebut dibebankan dari dana jamaah haji. B. Hukum Haji 19 Departemen Agama. Al-Qur an dan Terjemahannya (Bandung: Gema Risalah, 1992), hal. 92.

25 25 Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Ini berarti bahwa haji adalah salah satu tiang utama tegaknya keislaman seseorang. Meskipun telah melaksanakan rukun Islam yang lain, yaitu syahadat, shalat, puasa dan zakat, seorang Muslim baru merasa melengkapi rukun Islam setelah menunaikan ibadah haji, mengunjungi tanah suci dan mengerjakan rangkaian ibadah haji. Oleh karenanya ibadah haji hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam yang sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Wajib dalam pengertian hukum Islam adalah sesuatu yang mesti dilaksanakan dan tidak boleh ditinggalkan, dan yang melaksanakan mendapat pahala dan yang meninggalkan menerima dosa. Wajib dan pentingnya menunaikan ibadah haji didasarkan atas firman Allah SWT. dalam al-qur an dan sabda Nabi Muhammad SAW. yang terhimpun dalam kitab-kitab hadits. Salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang mewajibkan ibadah haji adalah yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Nasa i sebagai berikut:.dari Abu Hurairah: Rasululullah SAW telah berkata dalam pidato beliau: Hai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu mengerjakan ibadat haji, maka hendaklah kamu kerjakan. Seorang sahabat bertanya: Apakah tiap tahun, ya Rasulullah? Beliau diam tidak menjawab dan yang bertanya mendesak sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah SAW berkata: Kalau saya jawab ya, sudah tentu menjadi wajib tiap tahun, sedang kamu tidak akan kuasa mengerjakannya Sebagaimana dikutip oleh H. Sulaiman Rasyid. Al-Fiqh al-islami: Fiqh Islam (Jakarta: Penerbit At-Tahiriyah, 1954), hal

26 26 Selanjutnya Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah haditsnya sahih yang lain menyatakan bahwa ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun atau tiang utama agama Islam, sebagaimana sabdanya: Islam dibangun di atas lima dasar: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke Rumah Tuhan dan menjalankan puasa Ramadhan. 21 Kewajiban melaksanakan ibadah haji itu hanya sekali dalam hidup seorang Muslim. Melakukan perjalanan haji untuk kedua dan seterusnya tidak lagi merupakan kewajiban, hukumnya bisa sunnah, dalam artian jika dilakukan berpahala dan jika tidak dilakukan tidak apa-apa. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: (Kewajiban) haji itu satu kali dan orang yang melakukannya lebih 22 dari satu kali maka itu adalah sunnah. Namun demikian, ada ulama yang berpendapat bahwa melakukan ibadah haji untuk yang kedua kali dan seterusnya bisa saja hukumnya menjadi makruh jika kepergiannya itu membuat ada orang lain yang menjadi terhalang melaksanakan ibadah haji dan orang tersebut masih memiliki kewajiban-kewajiban lain yang belum dilaksanakan, termasuk 21 Hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-bukhari dan Muslim, dan dikutip dari Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi. Pedoman Hidup Seorang Muslim (Madinah: Maktabat al- Ulum wa al-hikam, 1419 H.) hal Hadits yan diriwayatkan oleh Abu Daud dan dikutip dari dari Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi. Pedoman Hidup Seorang Muslim (Madinah: Maktabat al- Ulum wa al- Hikam, 1419 H.) hal. 475.

27 27 kewajibannya menolong warga masyarakat yang membutuhkan pertolongannya. Terkait dengan permasalahan ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah pernah mengeluarkan fatwa bahwa ibadah haji hanya sekali seumur hidup. Dalam fatwa tersebut, Komisi Fatwa MUI menyatakan: Umat Islam hendaknya memahami betapa besar dan luas masalah yang dihadapi pemerintah Arab Saudi dan Pemerintah RI dalam usaha melayani dan menyediakan kemudahan bagi kepentingan jemaah haji yang jumlahnya tiap tahun semakin besar yang harus dijalani dalam waktu yang bersamaan dan dalam lingkup alimah yang sangat terbatas. 23 Sejalan dengan konsideran di atas, Komisi Fatwa Majelis Ulama berkesimpulan bahwa memberi kesempatan pada mereka yang belum menunaikan ibadah haji menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan (sunat). Selanjutnya fatwa tersebut menghimbau kepada umat Islam yang sudah beberapa kali melaksanakan ibadah haji akan lebih bermanfaat bila dana yang tersedia itu, disalurkan untuk amal jariyah yang dapat dirasakan manfaatnya oleh umum, sehingga mendapat pahala yang terus mengalir bagi yang melaksanakannya. Selanjutnya adalah sunnah haji. Dalam perspektif hukum Islam, sunnah (terkadang juga disebut sunat) adalah perbuatan yang dianjurkan dan jika dilaksanakan akan berpahala, namun jika ditinggalkan tidak berdosa. Di antara sunnah haji adalah: 23 Lihat buku Kumpulan Fatwa MUI (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2000) atau akses dari

28 28 (1). Melaksanakan haji ifrad, yaitu ihram untuk haji saja. Kemudian setelah pekerjaan haji selesai semuanya, ia berihram lagi untuk umrah dan terus mengerjakan rangkaian pekerjaan umrah sampai selesai. (2). Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki, dan bagi perempuan hendaklah dibacanya sekedar terdengar oleh telinganya sendiri. Masa membaca talbiyah selama dalam ihram smapai selesai melontar jumrah aqabah pada hari raya Qurban. (3). Berdoa setelah membaca talbiyah. (4). Berdzikir atau berdoa sewaktu melakukan thawaf. (5). Sholat dua raka at setelah thawaf di maqam Ibrahim. (6). Masuk ke Ka bah dan shalat di dalamnya. (7). Meminum air Zamzam. (8). Berdoa di Multazam. (9). Berjalan cepat tiga kali putaran pertama, dan berjalan biasa pada empat putaran terakhir ketika melaksanakan thawaf. Namun bagi perempuan dianjurkan untuk berjalan biasa saja seluruhnya. (10). Berlari-lari kecil di antara dua tiang yang berwarna hijau di waktu sa i dan berjalan biasa pada lainnya. (11). Naik ke bukit Safa dan Marwah serta berdoa di sana sambil menghadap Ka bah.

29 29 (12). Berdoa di antara Safa dan Marwah. (13). Wukuf dan berdoa setelah melempar jumrah kecuali jumrah Aqabah pada hari-hari tasyrik. Hari-hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, jadi tiga hari setelah Idul Adha atau hari raya Haji. (14). Berdoa dan membaca takbir setiap melempar jumrah. 24 C. Syarat dan Rukun Haji Meskipun haji merupakan rukun Islam yang kelima, hingga berarti bagian dari tiang pokok dari keislaman seorang Muslim, namun tidak semua orang Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah haji tersebut. Seorang muslim baru berkewajiban melaksanakan ibadah haji jika ia memenuhi seperangkat syarat berikut ini, yaitu: (a). Beragama Islam, (b) Aqil dalam artian berakal dan cerdas, (c) Baligh, telah cukup umur, matang secara fisik-jasmani, (d) Merdeka, dalam artian bukan hamba, budak (slave) dan (e). Mampu (istitha ah). Yang dimaksud dengan mampu adalah kesanggupan untuk memenuhi semua perongkosan dan pembiayaan serta kesanggupan dari segi fisik-jasmani untuk melaksanakan perjalanan dan peribadatan haji tersebut. Buku Tuntutan Praktis Ibadah Haji dan Umroh menguraikan bahwa kesanggupan di sini mempunyai dua pengertian: (1) mampu mengerjakan 24 H. S. Sutar dkk. Tuntutan Praktis Ibadah Haji dan Umroh (Surabaya: Penerbit Indah, edisi baru, 2006), hal

30 30 haji oleh diri sendiri yang syarat-syarat sebagai berikut: (a) hendaklah sehat badannya, (b) jalan yang akan dilalui aman, dengan arti terjamin keamanan jiwa dan harta. Seandainya seseorang khawatir terhadap keselamatan dirinya, misalnya adanya peperangan, wabah penyakit menular, maka ia berarti tidak sanggup, (c) mempunyai bekal yang cukup pergi dan pulangnya. (2) Kuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh yang bersangkutan, yaitu dengan jalan menyuruh orang lain. Ini contohnya adalah orang yang telah meninggal dunia, sedangkan ia di waktu hidupnya telah mencukupi syarat wajib haji, maka hajinya wajib dikerjakan oleh orang lain. Biaya mengerjakannya diambilkan dari harta peninggalannya. Terkait dengan hukum-hukum dalam ibadah haji, selain dari syaratsyarat wajib haji yang telah diuraikan di atas, beberapa pembedaan dan penjelasan patut dicermati. Untuk itu ada beberapa istilah yang dikenal, yaitu rukun haji, wajib haji, sunnah haji, serta hal-hal yang diharamkan dalam haji. Adapun yang dimaksud dengan rukun haji adalah ibadah dan amalan haji yang apabila tidak dilaksanakan, atau ditinggalkan, hajinya menjadi tidak sah. Ini berarti kewajiban hajinya tidak terpenuhi, hingga ia harus melaksanakan ibadah haji kembali pada masa berikutnya. Yang termasuk dalam rukun haji adalah:

31 31 (1). Ihram (berniat mulai mengerjakan ibadah haji (atau umrah) dengan memakai pakaian ihram. Segera setelah berihram, ia wajib tidak melakukan hal-hal yang dilarang selama dalam ihram, termasuk memakai pakaian yang berjahit bagi laki-laki, tutup kepala, memotong rambut, bermesra-mesraan (meskipun dengan isteri sendiri), memakai kaus tangan dan menutup muka bagi wanita. (2). Wukuf di Padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari waktu Zhuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbit fajar pada 10 Dzulhijjah. (3). Tawaf Ifadhah, yaitu mengelilingi ka bah sebanyak tujuh kali, dengan syarat menutup aurat, Ka bah di sebelah kiri dan memulainya dari arah Hajar al-aswad (Batu Hitam). (4). Sa i, yaitu berlari-lari kecil atau berjalan cepat antara bukit Shafa dan Marwah. (5). Mencukur atau menggunting rambut, sedikitnya tiga helai rambut, (6). Tertib, maksudnya rangkaian rukun ini dilakukan secara berurutan. Selanjutnya adalah wajib haji, yaitu segala sesuatu yang mesti dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan dan apabila tertinggal wajib diganti dengan menyembelih binatang ternak. Dengan kata lain, wajib haji adalah sesuatu yang perlu dilakukan, tetapi tidak menentukan sahnya haji, dan

32 32 bisa diganti dengan membayar dam (denda), yaitu dengan menyembelih binatang. Adapun yang termasuk wajib haji ada tujuh macam: (1) Ihram dari Miqat. Miqat atau tapalbatas ini ada dua macam, yaitu miqat zamani yaitu batasan dari segi waktu yaitu dari awal bulan Syawal hingga terbit fajar Hari Raya Haji, tanggal 10 Dzulhijjah. Yang kedua adalah miqat makani, tapalbatas dari segi tempat, yaitu di mana jama ah haji wajib memulai niat dan mengenakan pakaian ihram. Bagi jama ah haji dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, miqat makaninya adalah Yalamlam, yaitu nama sebuah bukit di wilayah Tuhamah, namun untuk praktisnya, para jama ah haji umumnya memulai berihram di bandara internasional Jeddah. (2) Bermalam (mabit) di Muzdalifah. Setelah selesai dari Padang Arafah menuju Mina, singgah di Muzdalifah, terutama untuk berdoa serta mengumpulkan batu-batu kerikil yang nantinya digunakan untuk melempar jumrah. (3) Melontar Jamrah Aqabah, waktunya setelah lewat tengah malam 10 Dzulhijjah hingga subuh 11 Dzulhijjah. (4) Melontar Tiga Jamrah, yaitu Jamrah Ula, Jamrah Wustha dan Jamrah Aqabah yang boleh dilakukan dalam rentang waktu tiga hari sejak 11 hingga 13 Dzulhijjah. (5) Bermalam di Mina

33 33 (6) Tawaf Wada, yaitu mengelilingi ka bah tujuh kali sebelum meninggalkan kota suci Makkah. (7) Menjauhkan diri dari semua larangan atau yang diharamkan. Adapun yang diharamkan selama mengerjakan ibadah haji, adalah (a) Rafats, segala perbuatan yang menimbulkan nafsu birahi, (b) Fasiq melakukan dosa besar seperti mencuri, meminum minuman keras, atau mengulang-ulang melakukan dosa kecil, seperti bergunjing, (c) Jidal bertengkar, berselisih atau berdebat yang tidak berpaedah. (d) memakai pakaian yang berjahit, (e) memotong dan meminyaki rambut, (f) melakukan akad nikah, (g) berburu dan membunuh binatang, D. Macam-macam Haji Di lihat dari segi cara pelaksanaan rangkaian ibadah, haji dapat dibedakan kepada tiga macam: (a). Haji Tamattu, yaitu yang melakukan umrah di bulan haji dan setelah itu melakukan ibadah haji pada tahun itu juga. Disebut tamattu, (bersenang-senang) karena ibadah haji dan umrah dilakukan pada bulan haji tanpa kembali ke negeri asalnya. (b). Haji Ifrad, yaitu mengerjakan haji dan umrah satu per satu, tidak bersamaan. Ini biasanya dengan melakukan haji terlebih dahulu, dan

34 34 setelah selesai dari amalan-amalan haji, ia baru melakukan ihram untuk umrah, dan melakukan amalan-amalan umrah. (c). Haji Qiran, adalah berihram untuk haji dan umrah secara bersamaan. Para jama ah haji boleh saja untuk memilih salah satu dari ketiga bentuk haji tersebut, dan tidak ada yang dimakruhkan. Namun para ulama berbeda pendapat tentang bentuk haji mana yang paling utama dari ketiga macam haji tersebut. Mazhab Syafi i, yang paling banyak dianut oleh umat Islam Indonesia, berpendapat bahwa haji ifrad dan tamattu lebih utama dari haji qiran. 25 Inilah sebabnya mungkin mengapa bentuk haji ini yang umumnya dipilih oleh kebanyakan jamaah haji Indonesia. E. PEDOMAN MANASIK HAJI Sebagai bagian dari tugas penyelenggaraan ibadah haji, undangundang menugaskan Menteri Agama untuk menerbitkan pedoman manasik haji. 26 Di samping diterbitkan dalam bentuk buku, kumpulan manasik haji ini dapat diakses dalam website informasi haji, miliki Departemen Agama Republik Indonesia. 27 Manasik cukup menarik dan mudah dipahami karena 25 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Mazhab: Ja fari, Hanafi, Maliki, Syafi i, Hambali (Jakarta: Lentera, 1996), hal Lihat ayat (2) pasal 15, Undang-Undang No. 17 tahun 1999 yang berbunyi: Menteri berkewajiban menerbitkan pedoman manasik dan panduan perjalanan ibadah haji. 27 Informasi Manasik Haji ini diakses dari [ pokok_haji/].

35 35 disajikan dalam bentuk tanya-jawab. Panduan manasik haji ini dibagi ke dalam delapan masalah, yaitu: (1). Mabit di Mina dan Nafar Mabit di Mina ialah bermalam di Mina pada hari-hari tasyriq. Mabit ini hukumnya wajib, meskipun ada yang mengatakannya sunat. Sedangkan Nafar adalah keberangkatan jamaah haji meninggalkan Mina. Jika dilakukan setelah bermalam di Mina tiga malam, jadi tanggal 13 Dzulhijjah, disebut Nafar Tsani, sedangkan jika dilakukan lebih awal, disebut Nafar Awal. Namun yang terakhir ini harus membayar dam (denda) satu ekor kambing. (2). Tahallul Tahallul adalah keadaan seseorang yang sudah bebas (halal) dari ihramnya karena telah menyelesaikan amalan-amalan hajinya. Ini ditandai dengan mencukur sebagian rambutnya. Tahalul terbagi dalam dua bagian tahallul awal dan tahallul tsani. Yang pertama dilakukan setelah selesai dua dari tiga ibadah (melontar jamrah aqabah dan bercukur, melotnar jamrah aqabah, tawaf ifadah beserta sa i, tawaf ifadah beserta sa i dan bercukur). (3). Dam Dam, dari segi bahasa berarti darah. Dalam tradisi Arab, mereka yang melakukan kesalahan atau kekeliruan, hingga mengakibatkan terluka

36 36 atau malah kematian, setidaknya mengakibatkan kerugian pada pihak lain, harus membayar ganti rugi. Ganti rugi atau denda ini umumnya dengan menyerahkan binatang ternak. Dari sinilah timbul pengertian mengalirkan darah dengan menyembelih hewan ternak dalam rangka memenuhi ketentuan manasik haji. Dam harus dilakukan di tanah suci, tidak boleh ditunda hingga tiba di tanah air. Jika tidak sanggup membayar dam, kewajiban ini dapat diganti dengan ibadah puasa, atau memberi makan bagi fakir-miskin. (4). Haji Wanita Selain persyaratan lain, wanita yang berhaji harus ada suami atau mahram yang menyertainya. Mahram ialah pria lain yang dilarang menikah dengan wanita tersebut. Namun dalam keadaan aman, wanita boleh pergi haji dengan teman wanita lainnya yang dapat dipercaya. Dalam rangkaian ibadah haji, ada beberapa ketentuan khusus bagi wanita, antara lain tidak boleh mengeraskan suaranya ketika membaca talbiyah dan berdoa dan tidak perlu berlari-lari kecil ketika melaksanakan sa i. (5). Jama ah Sakit/Uzur Jamaah haji yang sakit dan uzur mendapatkan beberapa perlakuan dan keringanan tertentu dalam melaksanakan ibadah haji. Namun mereka tetap harus wukuf di Arafah, meskipun tetap terbaring di

37 37 mobil ambulans. Mereka juga harus melakukan tawaf ifadah meskipun dengan cara ditandu. Beberapa ibadah haji lain dapat diwakilkan. (6). Shalat Jamaah di Masjid Haram dan Masjid Nabawi Meskipun bukan bagian integral dari ibadah haji, hampir semua jamaah haji Indonesia menyempatkan diri untuk berziarah ke Madinah dan jika bisa menunaikan arba in, yaitu shalat jamaah lima waktu di Masjid Nabawai sebanyak 40 kali waktu shalat. (7). Tayammum dan Shalat di Pesawat Terbang Sebenarnya para ulama berbeda pendapat tentang sah-tidaknya bertayammum di pesawat terbang, namun karena kondisi darurat umumnya menerima bolehnya bertayammum di pesawat ini. Demikian juga dengan keabsahan shalat di pesawat terbang. Tatacara shalat di pesawat terbang tentu disesuaikan denga kondisi yang terbatas ini. (8). Munajat di Multazam dan Shalat di Hijir Ismail Munajat adalah mencurahkan isi hati, berserah diri dan mendekatkan kalbu kepada Allah Sang Maha Pencipta. Munajat ini sunat dilakukan di beberapa tempat yang memiliki nilai historis dalam sejarah agama Islam, termasuk Multazam dan Hijir Ismail. Multazaman adalah tempat yang terletak antar Hajar Aswad dan pintu Ka bah. Sedangkan Hijir Ismail adalah bagian bangunan dari Ka bah yang terletak antara Rukun Syamin dan Rukun Iraqi yang ditandai dengan tembok berbentuk

38 38 setengah lingkaran. Bentuk munajat ini selain berdzikir dan berdoa, sebaiknya juga diawali dengan shalat sunat E. Dam dan Macam-macamnya Ibadah haji telah memiliki aturan yang lengkap dan prosedur yang jelas. Ada yang berupa wajib haji, yang kalau tidak dikerjakan maka ibadah haji tersebut menjadi tidak sah dan batal sama sekali. Ada yang merupakan rukun haji yang menjadi bagian penting dari ibadah haji, namun jika tidak terlaksanakan karena satu dan lain hal, tidak membatalkan ibadah haji secara menyeluruh, namun hal tersebut harus diganti dengan membayar dam (denda atau pengganti). Yang dimaksud dengan dam di sini ialah menyembelih kurban sebagai pengganti pekerjaan wajib haji yang ditinggalkan atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya di dalam ibadah haji. Memang ada beberapa perbuatan yang dilarang untuk dilakukan selama beribadah haji, dan jika dilakukan maka yang bersangkutan harus membayar denda. Berikut ini dijelaskan beberapa prilaku dan keadaan yang mengakibatkan wajibnya mengeluarkan dam, sebagai berikut: (a). Meninggalkan Rukun Haji Orang yang meninggalkan salah satu rukun haji selain dari wukuf di Arafah, ihramnya tetapi tidak bisa halal (selesai) sehingga rukun yang ditinggalkannya itu dikerjakan, karena rukun-rukun yang lain itu memiliki

39 39 waktu yang cukup luas. Mengenai jumlah dam bagi orang yang ketinggalan hadir di Padang Arafah ialah dengan menyembelih seekor kambing. Ini berdasarkan ayat 196 surah al-baqarah dari al-qur an yang artinya: maka jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka sembelihlah kurban yang mudah didapat. (b). Mengerjakan ihram tamattu atau qiran Ini maksudnya orang yang mengerjakan umrah dan haji secara bersamaan, atau secara berurutan dalam musim yang sama, maka ia wajib membayar denda, dalam bentuk menyembelih seekor kambing. Kalau yang bersangkutan tidak sanggup, maka ia wajib berpuasa tiga hari di waktu ihram, dan tujuh hari lagi sesudah pulang ke negerinya. a) Meninggalkan ihram dari miqat b) Meninggalkan melontar jumrah c) Meninggalkan bermalam di Muzdalifah d) Meninggalkan tawaf wada (tawaf perpisahan), dan e) Meninggalkan bermalam di Mina. f) Bercukur atau menghilangkan tiga helai rambut atau lebih, g) Memotong kuku, h) Meminyaki rambut, i) Memakai pakaian yang berjahit, j) Memakai harum-haruman, baik di badan maupun pakaian, k) Bercumbu dan bersetubuh sesudah tahalul pertama. 28 Untuk poin (h) dan berikutnya denda atau pengganti yang harus dipenuhi bersifat opsional, dalam artian boleh memilih dari opsi-opsi yang ada. Pilihan tersebut adalah (1) menyembelih seekor kambing, (2) puasa 28 Lihat H. Sutar cs. Tuntunan Praktis Ibadah Haji dan Umroh (Surabaya: Indah, 2006), hal

40 40 tiga hari, atau (3) bersedekah tiga gantang (9,3 liter) makanan kepada enam orang miskin. Hal ini didasarkan kepada ayat al-qur an:... Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekah, atau berkurban. 29 l). Bersetubuh sebelum tahallul awal. 30 m). Membunuh buruan (binatang liar). n). Terkepung (terhambat, terhalang). F. Hikmah dan Tujuan Ibadah Haji 31 Ibadah haji merupakan bagian terpenting, bahkan puncak, dari peribadatan seorang Muslim untuk mendekatkan diri dan mengabdi kepada Allah Yang Maha Kuasa. Ibadah haji memiliki hikmah dan tujuan yang banyak dan tinggi, sebagian besar malah tidak dinyatakan secara eksplisit oleh Allah dan rasul-nya. Masing-masing jama ah haji biasanya mendapatkan hikmah yang sering berbeda-beda namun hampir semuanya menyatakan bahwa mereka memperoleh hikmah yang luar biasa. Di antara hikmah disyari atkannya ibadah haji yang dinyatakan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. adalah untuk membersihkan jiwa 29 Surah al-baqarah ayat 196. Lihat Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Qur an dan Terjemahnya (Bandung: Gema Risalah, reprint, 1992), hal Dam untuk pelanggaraan ini lebih berat dibanding setelah tahallul awal, yaitu dalam bentuk wajib menyembelih seekor unta, atau sapi, atau tujuh ekor kambing. Lihat H. Sutar cs. Tuntunan Praktis Ibadah Haji dan Umroh (Surabaya: Indah, 2006), hal Lihat H. Sutar cs. Tuntunan Praktis Ibadah Haji dan Umroh (Surabaya: Indah, 2006), hal

41 41 dari pengaruh dosa dan kesalahan sehingga mampu dan layak menerima kemuliaan Allah di akhirat kelak, sebagaimana sabdanya: Orang yang melaksanakan haji ke Baitullah ini, dan tidak berkata kotor dan tidak pula fasiq, maka ia terbebas dari dosa-dosanya seperti pada hari ia dilahirkan ibunya. 32 Undang-undang nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menyebutkan secara eksplisit bahwa seluruh rangkaian penyelengaraan ibadah haji bertujuan agar jama ah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur. Selengkapnya ayat ini berbunyi: Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan yang baik atar pelaksanaan ibadah haji dapt berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga diperoleh haji 33 mabrur. Memang haji mabrur langsung dinyatakan Nabi sebagai tujuan utama pelaksanaan ibadah haji dan akan mendapatkan imbalan menjadi bagian dari manusia yang akan masuk surga, sebagaimana sabdanya: Tidak ada balasan untuk haji mabrur kecuali surga Hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-bukhari dan Muslim serta dikutip dari dari Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi. Pedoman Hidup Seorang Muslim (Madinah: Maktabat al- Ulum wa al-hikam, 1419 H.) hal Pasal 5 Undang-Undang no. 17 tahun Ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-bukhari dan Muslim serta dikutip dari dari Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi. Pedoman Hidup Seorang Muslim (Madinah: Maktabat al- Ulum wa al-hikam, 1419 H.) hal. 478.

MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH

MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH MATA PELAJARAN : FIQIH KELAS ; X (SEPULUH) SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami hukum Islam tentang

Lebih terperinci

Secara bahasa haji berarti kunjungan, perjalanan, atau ziarah. Secara istilah haji berarti berkunjung atau berziarah ke

Secara bahasa haji berarti kunjungan, perjalanan, atau ziarah. Secara istilah haji berarti berkunjung atau berziarah ke Secara bahasa haji berarti kunjungan, perjalanan, atau ziarah. Secara istilah haji berarti berkunjung atau berziarah ke Baitullah (Ka'bah) di tanah suci Makkah untuk melakukan beberapa amalan atau ibadah,

Lebih terperinci

1. Ihram dari Miqat. Manasik Haji dan Umrah

1. Ihram dari Miqat. Manasik Haji dan Umrah Manasik Haji dan Umrah 1. Ihram dari Miqat 2. Thawaf Qudum 3. Sa'i 4. Tahallul (dari Umrah) 5. Ihram Haji 6. Mabit di Mina 7. Wuquf di Arafah 8. Mabit di Muzdalifah 9. Melontar Jamrah 10. Menyembelih Hewan

Lebih terperinci

MAKALAH DENDA (DAM) HAJI DAN UMROH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Haji dan Umrah. Dosen: Dr. H. Aden Rosadi. M.

MAKALAH DENDA (DAM) HAJI DAN UMROH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Haji dan Umrah. Dosen: Dr. H. Aden Rosadi. M. MAKALAH DENDA (DAM) HAJI DAN UMROH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Haji dan Umrah Dosen: Dr. H. Aden Rosadi. M.Ag Disusun Oleh: Iis Waliah (1153010048) JURUSAN AHWAL SYAKHSIYAH

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN LAYAR

BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN LAYAR BAB IV IMPLEMENTASI RANCANGAN LAYAR 4.1 Desain Antar Muka (interface) Antar muka atau biasa disebut interface adalah tampilan aplikasi yang bersentuhan langsung dengan pengguna dalam menjalankan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Artinya : mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Artinya : mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Haji adalah rukun Islam ke 5 (lima) Melaksanakan haji ke Baitullah merupakan kewajiban bagi setiap muslim/muslimah yang mampu melaksanakannya. Firman Allah Surat Ali Imron ayat 97 : Artinya : mengerjakan

Lebih terperinci

Haji dan Umroh. 1 Abdul Syukur al-aziz,buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.144

Haji dan Umroh. 1 Abdul Syukur al-aziz,buku Lengkap Fiqih Wanita,Anggota IKAPI, Sampangan,2015,hlm.144 ع Haji dan Umroh A. Pengertian Haji dan Umroh Menurut bahasa haji bermakna al-qashdu yang artinya menyengaja. Sedangkan menurut pengertian syariat, haji berarti bersengaja mendatangi atau mengunjungi Baitullah

Lebih terperinci

Tata Cara Rangkaian Ibadah Haji

Tata Cara Rangkaian Ibadah Haji Tata Cara Rangkaian Ibadah Haji Catatan : 1. Tulisan merah adalah Rukun : Jika ditinggalkan, maka Haji-nya tidak sah 2. Tulisan biru adalah Wajib : Jika ditinggalkan, maka harus membayar Dam ( Denda )

Lebih terperinci

JENIS HAJI DAN PERMASALAHANNYA

JENIS HAJI DAN PERMASALAHANNYA JENIS HAJI DAN PERMASALAHANNYA Haji merupakan satu rukun daripada rukun Islam yang lima dan menjadi kemuncak penzahiran ubudiyyah hamba kepada Tuhan-Nya. Pada ruangan kali ini, akan dibincangkan berkenaan

Lebih terperinci

Kamus Istilah Haji dan Umroh

Kamus Istilah Haji dan Umroh Arafah Sebuah hamparan padang pasir yang terletak sekitar 25 km sebelah timur Makkah. Arafah akan dipadati ribuan jama'ah haji yang sedang melakukan wuquf di Arafah adalah bagian dari rukun haji sehingga

Lebih terperinci

MANASIK HAJI BAGI PETUGAS TPHI/TPIHI. Oleh: A. Faishal Haq

MANASIK HAJI BAGI PETUGAS TPHI/TPIHI. Oleh: A. Faishal Haq MANASIK HAJI BAGI PETUGAS TPHI/TPIHI Oleh: A. Faishal Haq Manasik haji adalah aturan-aturan ibadah haji yang harus dipersiapkan jauh sebelum pelaksanaan haji itu sendiri, lihat QS an-nisa (4): 71. Di antara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI APLIKASI TUNTUNAN IBADAH HAJI BERBASIS ANIMASI

IMPLEMENTASI APLIKASI TUNTUNAN IBADAH HAJI BERBASIS ANIMASI IMPLEMENTASI APLIKASI TUNTUNAN IBADAH HAJI BERBASIS ANIMASI Evri Ekadiansyah Program Studi Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama evrie1409@gmail.com ABSTRAK Menunaikan ibadah haji bagi orang yang mampu

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr. wb.

Assalamu alaikum wr. wb. Assalamu alaikum wr. wb. Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam Pokok Bahasan 1. Makna Ibadah 2. Fungsi Ibadah 3. Kewajiban Beribadah bagi Manusia 4. Bentuk-bentuk Peribadatan a. Shalat: Makna, Tata Cara, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM IBADAH HAJI

BAB II TINJAUAN UMUM IBADAH HAJI BAB II TINJAUAN UMUM IBADAH HAJI 2.1. IBADAH HAJI 2.1.1. Pengertian Haji Terdapat beberapa pengertian dari haji, antara lain : a. Haji merupakan rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yg harus dilakukan

Lebih terperinci

Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah

Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah Pertanyaan Dari: Sigit Bachtiar, NBM 977.029, SMK Muhammadiyah 02 Tangerang selatan-

Lebih terperinci

PENGENALAN HAJI DAN UMRAH. Bahagian Bimbingan Lembaga Tabung Haji

PENGENALAN HAJI DAN UMRAH. Bahagian Bimbingan Lembaga Tabung Haji PENGENALAN HAJI DAN UMRAH Bahagian Bimbingan Lembaga Tabung Haji TALBIAH PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH PENGERTIAN HAJI Haji Ialah Mengunjungi Baitullah Al-Haram (Kaabah) Di Makkah Pada Bulan-bulan Haji Untuk

Lebih terperinci

SA IE, BERCUKUR ATAU BERGUNTING DAN TERTIB PADA KEBANYAKAN RUKUN. Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji

SA IE, BERCUKUR ATAU BERGUNTING DAN TERTIB PADA KEBANYAKAN RUKUN. Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji SA IE, BERCUKUR ATAU BERGUNTING DAN TERTIB PADA KEBANYAKAN RUKUN Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji TALBIAH Lafaz & Makna CARTA ALIRAN PEKERJAAN HAJI RUKUN HAJI WAJIB HAJI 1 Niat Ihram Haji 2 Niat

Lebih terperinci

IBADAH ASPEK RITUAL UMAT ISLAM

IBADAH ASPEK RITUAL UMAT ISLAM IBADAH ASPEK RITUAL UMAT ISLAM IBADAH PENGERTIAN DAN HAKIKAT IBADAH BENTUK-BENTUK PERIBADATAN MAKNA IBADAH SHALAT SHAUM ZAKAT HAJI KEWAJIBAN IBADAH 1. PENGER- TIAN 1. PENGERTIAN 1. PENGER TIAN 1. MAKNA

Lebih terperinci

و أت م ىا ال ح ج و ال ع م ز ة ل ل ه )البقزة : مناسك الحج والعمرة. Manasik Umrah Duha Wisata. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

و أت م ىا ال ح ج و ال ع م ز ة ل ل ه )البقزة : مناسك الحج والعمرة. Manasik Umrah Duha Wisata. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. m UMRAH Umrah adalah ibadah yang dimulai dengan ihram dari miqat dilanjutkan dengan Tawaf di sekeliling Ka bah dan Sa'i antara Shafa dan Marwah serta di akhiri dengan Tahallul. Perbedaan umrah dengan haji

Lebih terperinci

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji). IBADAH UMROH 1. Pengertian Umroh Menurut bahasa umrah berarti ziarah ataun berkunjung, sedangkan menurut istilah syara, umrah adalah menziarahi ka bah di Mekah dengan niat beribadah kepada Allah di sertai

Lebih terperinci

: : :

: : : [ ] Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin : Muh. Lutfi Firdaus Eko Haryanto Abu Ziyad : : : Fatawa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Ini adalah soal-soal yang datang dari para pendengar, dimulai

Lebih terperinci

UMRAH. Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Waktunya dapat dilakukan setiap saat. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

UMRAH. Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Waktunya dapat dilakukan setiap saat. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. m UMRAH Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Waktunya dapat dilakukan setiap saat. و أتم وا الح ج و ال ع م ر ة ل ل ه ) البقرة : 196 ( dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. RUKUN UMRAH

Lebih terperinci

أعمال الحج باللغة اإلندونيسية

أعمال الحج باللغة اإلندونيسية AMALANAMALANHAJ I Ka r y a S y e k hmu h a mma db i nsh a l i h Al ' Ut s a i mi n I N D O N E S I A Kerajaan Arab Saudi Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan & Irsyad Deputi Urusan Publikasi dan Penelitian

Lebih terperinci

Haji dan Umrah. Aspek Fikih

Haji dan Umrah. Aspek Fikih Aspek Fikih Haji dan Umrah 6 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, siswa di harapkan dapat menyebutkan pengertian dan ketentuan haji dan umrah serta dapat memperagakan pelaksanaan ibadah haji

Lebih terperinci

MANASIK HAJI Untuk TKHI 1437 H/2016 M Oleh : Abd. Haris

MANASIK HAJI Untuk TKHI 1437 H/2016 M Oleh : Abd. Haris MANASIK HAJI Untuk TKHI 1437 H/2016 M Oleh : Abd. Haris CURRICULUM VITAE Nama : Drs. H. ABD. HARIS, M.Pd.I.,M.HI. NIP : 196905121995031001 TTL : Gresik, 15 Mei 1969 Pangkat/Gol : IV a / Pembina Jabatan

Lebih terperinci

MENGGAPAI BERKAH IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN 1438 H/ 2017 M

MENGGAPAI BERKAH IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN 1438 H/ 2017 M MENGGAPAI BERKAH IBADAH HAJI DAN IBADAH QURBAN 1438 H/ 2017 M Oleh M. Askari Zakariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Mawaddah Warrahmah Kolaka 2017 Sidang Jamaah Jum at yang berbahagia Puji Syukur

Lebih terperinci

DALIL DASAR HUKUM HAJI

DALIL DASAR HUKUM HAJI PENGERTIAN HAJI Haji menurut bahasa : Maksud, arah dan tujuan. Sementara, menurut istilah syar i, haji adalah Niat mengunjungi Kota Makkah pada waktu tertentu untuk melaksanakan rangkaian amalan-amalan

Lebih terperinci

RUKUN DAN WAJIB UMRAH

RUKUN DAN WAJIB UMRAH PENGERTIAN UMRAH Terminologi : meramaikan, berkunjung, ziarah, memakmurkan Istilah : berkunjung ke baitullah untuk melaksanakan ritual ibadah dengan berihram dan melaksanakan thawaf, sa i serta tahallul

Lebih terperinci

Minggu Keenam SA IE, BERCUKUR ATAU BERGUNTING DAN TERTIB PADA KEBANYAKAN RUKUN

Minggu Keenam SA IE, BERCUKUR ATAU BERGUNTING DAN TERTIB PADA KEBANYAKAN RUKUN Minggu Keenam SA IE, BERCUKUR ATAU BERGUNTING DAN TERTIB PADA KEBANYAKAN RUKUN Pada Kebanyakan Rukun 72 RUKUN HAJI WAJIB HAJI 1 Niat Ihram Haji 2 Niat Di Miqat 4 Wuquf 3 Larangan Ihram 10 Tawaf 5 Bermalam

Lebih terperinci

MASJID AL EHSAN, BANDAR KINRARA 24 JAMADILAWWAL 1431 H 9 MEI 2010 M WUKUF : 187 HARI LAGI

MASJID AL EHSAN, BANDAR KINRARA 24 JAMADILAWWAL 1431 H 9 MEI 2010 M WUKUF : 187 HARI LAGI MASJID AL EHSAN, BANDAR KINRARA Tarikh: 24 JAMADILAWWAL 1431 H 9 MEI 2010 M WUKUF : 187 HARI LAGI 9 May 2010 SIRI 3 1 9 May 2010 SIRI 3 2 TALBIAH 9 May 2010 SIRI 3 3 DAM 9 May 2010 SIRI 3 4 PENGERTIAN

Lebih terperinci

UMRAH. Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Waktunya dapat dilakukan setiap saat. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.

UMRAH. Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Waktunya dapat dilakukan setiap saat. dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. m UMRAH Umrah artinya berkunjung atau berziarah. Waktunya dapat dilakukan setiap saat. و أتم وا الح ج و ال ع م ر ة ل ل ه ) البقرة : 196 ( dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. RUKUN UMRAH

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN KUISIONER PENELITIAN Kepada Yth Bapak / Ibu Di tempat Sehubungan dengan penelitian yang tentang pengembangan model pelatihan bimbingan ibadah haji maka kami mohon kesediaan bapak / Ibu untuk membantu kami

Lebih terperinci

WAJIB HAJI: NIAT IHRAM DI MIQAT DAN JENIS HAJI. Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji

WAJIB HAJI: NIAT IHRAM DI MIQAT DAN JENIS HAJI. Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji WAJIB HAJI: NIAT IHRAM DI MIQAT DAN JENIS HAJI Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji TALBIAH Lafaz & Makna RUKUN HAJI CARTA ALIRAN PEKERJAAN HAJI WAJIB HAJI 1 Niat Ihram Haji 2 Niat Di Miqat 4 Wuquf

Lebih terperinci

Minggu Ketiga PENGENALAN HAJI DAN UMRAH

Minggu Ketiga PENGENALAN HAJI DAN UMRAH Minggu Ketiga PENGENALAN HAJI DAN UMRAH 30 PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH Haji ialah Mengunjungi Baitullah Al-Haram (Kaabah) Di Makkah Pada Bulan-bulan Haji Untuk Mengerjakan Ibadat ibadat Tertentu Menurut

Lebih terperinci

PANDUAN MENGERJAKAN UMRAH

PANDUAN MENGERJAKAN UMRAH PANDUAN MENGERJAKAN UMRAH PENGERTIAN UMRAH MENURUT BAHASA : ZIARAH ATAU BERKUNJUNG MENURUT ISTILAH SYARAK : MENGUNJUNGI BAITULLAH ( KAABAH ) UNTUK MENGERJAKAN IBADAH DENGAN NIAT & SYARAT TERTENTU HUKUM

Lebih terperinci

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf I TIKAF Pengertian I'tikaf Secara harfiyah, I tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah

Lebih terperinci

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Keutamaan Bulan Dzulhijjah Keutamaan Bulan Dzulhijjah Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah Subhanahu wa Ta ala berikan keutamaan di dalamnya. Yaitu dengan dilipatgandakannya balasan amalan

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang zakat,haji dan wakaf

Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang zakat,haji dan wakaf Standar Kompetensi : Memahami hukum Islam tentang zakat,haji dan wakaf zakat Haji dan umrah wakaf zakat zakat adalah mengeluarkan sejumlah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan

Lebih terperinci

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah Keutamaan Bulan Dzul Hijjah Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan segenap sahabatnya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari rahimahullah,

Lebih terperinci

Larangan selama ihram dibagi 3 jenis:

Larangan selama ihram dibagi 3 jenis: Berbagai Larangan Selama Ihram Jika jama'ah sudah ihram (berniat melaksanakan ibadah haji/umrah), maka ada hal-hal yang dilarang: 1. Menebang pohon 2. Mempermainkan, berburu, atau membunuh binatang (sedang

Lebih terperinci

Haji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna.

Haji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna. Haji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna. Lebih dari 3 juta kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Padang Arafah, 9 Dzulhijjah 1434 H/15 Oktober 2013 untuk

Lebih terperinci

BPK SUGENG WURYANTO DIREKTUR UTAMA

BPK SUGENG WURYANTO DIREKTUR UTAMA BPK SUGENG WURYANTO DIREKTUR UTAMA DR. dr. ENDY M ASTIWARA AMIRUL HAJ / KOMISARIS UTAMA UST. SUBHAN BAWAZIER PEMBIMBING IBADAH UST. AGUS HENDRA PEMBIMBING IBADAH FASILITAS PESAWAT SAUDIA AIRLINES DIRECT

Lebih terperinci

Jl. Jenderal Sudirman No 790 Purwokerto

Jl. Jenderal Sudirman No 790 Purwokerto Jl. Jenderal Sudirman No 790 Purwokerto UMROH A. HIKMAH UMROH Umroh merupakan ibadah yang istimewa, karena hanya bisa dikerjakan ditempat yang istimewa. Yaitu Makkah al-mukarramah. Juga untuk melakukannya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR IBADAH HAJI DAN PELAYANAN IBADAH HAJI. Haji adalah rukun Islam yang ke-lima (yang dari bahasa Arab : ;

BAB II KONSEP DASAR IBADAH HAJI DAN PELAYANAN IBADAH HAJI. Haji adalah rukun Islam yang ke-lima (yang dari bahasa Arab : ; 16 BAB II KONSEP DASAR IBADAH HAJI DAN PELAYANAN IBADAH HAJI A. Pengertian Haji Haji adalah rukun Islam yang ke-lima (yang dari bahasa Arab : ; transliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama), setelah

Lebih terperinci

HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA

HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA Masa Tunggu 3 5 Tahun Langsung berangkat Jenis Visa Visa Haji Visa Haji Akomodasi VIP Plus VIP Plus DP Porsi 4.000 USD 4.000 USD Pelunasan Tahun berangkat

Lebih terperinci

MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN

MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah Dan Amalan Yang Disyariatkan Kategori Hari Raya = Ied Senin, 18 Desember 2006 01:35:15 WIB KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH DAN AMALAN YANG DISYARIATKAN

Lebih terperinci

BAB DAM. dengan dua pengertian. Ada yang mengartikannya sebagai hewan. atau yang bisa menggantikannya, yaitu makanan dan berpuasa.

BAB DAM. dengan dua pengertian. Ada yang mengartikannya sebagai hewan. atau yang bisa menggantikannya, yaitu makanan dan berpuasa. BAB DAM Kata dam dalam bab ini sering kali digunakan fuqaha dengan dua pengertian. Ada yang mengartikannya sebagai hewan atau yang bisa menggantikannya, yaitu makanan dan berpuasa. Dan ada pula yang bisa

Lebih terperinci

KOMITMEN HAJI & UMROH MUNATOUR

KOMITMEN HAJI & UMROH MUNATOUR KOMITMEN HAJI & UMROH MUNATOUR Terdaftar Resmi Komitmen Sunnah Pembimbing Ibadah Fasilitas Berkualitas Resmi Terdaftar di Kementrian Agama Republik Indonesia. Ijin Umroh D/ 702, Ijin Haji 197/ 2015. Komitmen

Lebih terperinci

RUKUN HAJI - TAWAF. Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji

RUKUN HAJI - TAWAF. Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji RUKUN HAJI - TAWAF Bahagian Bimbingan, Lembaga Tabung Haji TALBIAH Lafaz & Makna RUKUN HAJI CARTA ALIRAN PEKERJAAN HAJI WAJIB HAJI 1 Niat Ihram Haji 2 Niat Di Miqat 4 Wuquf 3 Larangan Ihram 10 Tawaf 5

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN) (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa thawaf ifadhah merupakan salah satu rukun

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Haji Syiar Islam Terbesar

Mam MAKALAH ISLAM. Haji Syiar Islam Terbesar Mam MAKALAH ISLAM Haji Syiar Islam Terbesar 9 Oktober 2014 Makalah Islam Haji Syiar Islam Terbesar Oleh M. Fuad Nasar (Wakil Sekretaris BAZNAS) Wukuf di Arafah 9 Dzulhijjah yang pada musim haji tahun 1435

Lebih terperinci

HADITH-HADITH BERKAITAN HAJI. 1. Perkara yang dibenarkan dan tidak dibenarkan semasa ihram

HADITH-HADITH BERKAITAN HAJI. 1. Perkara yang dibenarkan dan tidak dibenarkan semasa ihram HADITH-HADITH BERKAITAN HAJI 1. Perkara yang dibenarkan dan tidak dibenarkan semasa ihram Hadith Riwayat Ibnu Umar RA: Bahawa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pakaian yang boleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Setiap umat Islam yang mampu (baik secara ekonomi maupun kesehatan)

Lebih terperinci

Minggu Kelapan WAJIB HAJI: NIAT IHRAM DI MIQAT DAN JENIS HAJI

Minggu Kelapan WAJIB HAJI: NIAT IHRAM DI MIQAT DAN JENIS HAJI Minggu Kelapan HAJI: NIAT IHRAM DI MIQAT DAN JENIS HAJI DAN JENIS HAJI 92 RUKUN HAJI HAJI 1 Niat Ihram Haji 2 Niat Di Miqat 4 Wuquf 3 Larangan Ihram 10 Tawaf 5 Bermalam (Mabit) Di Muzdalifah 11 Sa ie 6

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 41 Tahun 2011 Tentang PENYEMBELIHAN HEWAN DAM ATAS HAJI TAMATTU DI LUAR TANAH HARAM

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 41 Tahun 2011 Tentang PENYEMBELIHAN HEWAN DAM ATAS HAJI TAMATTU DI LUAR TANAH HARAM FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 41 Tahun 2011 Tentang PENYEMBELIHAN HEWAN DAM ATAS HAJI TAMATTU DI LUAR TANAH HARAM (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa sesuai dengan program yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

MASJID AL EHSAN, BANDAR KINRARA 10 JAMADILAWWAL 1431 H 25 APRIL 2010 M WUKUF : 201 HARI LAGI

MASJID AL EHSAN, BANDAR KINRARA 10 JAMADILAWWAL 1431 H 25 APRIL 2010 M WUKUF : 201 HARI LAGI MASJID AL EHSAN, BANDAR KINRARA Tarikh: 10 JAMADILAWWAL 1431 H 25 APRIL 2010 M WUKUF : 201 HARI LAGI 26 April 2010 SIRI 8 1 26 April 2010 SIRI 8 2 TALBIAH 26 April 2010 SIRI 8 3 WAJIB-WAJIB HAJI 26 April

Lebih terperinci

ITINERARY UMRAH 12 HARI

ITINERARY UMRAH 12 HARI HARI 1 JAKARTA - JEDDAH ITINERARY UMRAH 12 HARI Berkumpul di Terminal 2D Soekarno-Hatta. Proses check-in bagasi dan penerbangan menuju Jeddah. Dengan Basmallah dan doa syafar pesawat take-off menuju Jeddah.

Lebih terperinci

Pelaksanaan Ibadah Haji

Pelaksanaan Ibadah Haji Pelaksanaan Ibadah Haji Pengertian Haji Kata haji menurut bahasa ialah: Al Qashdu, artinya bermaksud. Mengerjakan sesuatu dengan sengaja atau menuju tempat dengan sengaja, yang dilakukan berulang ulang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia. Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa Negara Republik Indonesia berkewajiban

Lebih terperinci

DI BULAN SUCI RAMADHAN

DI BULAN SUCI RAMADHAN AMALAN-AMALAN DI BULAN SUCI RAMADHAN Disusun Oleh: Mohammad Iqbal Ghazali. MA Murajaah : Abu Ziyad ا عمال رمضانية Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1428 2007 AMALAN-AMALAN DI BULAN SUCI RAMADHAN

Lebih terperinci

Kewajiban Haji dan Beberapa Peringatan Penting dalam Pelaksanaannya

Kewajiban Haji dan Beberapa Peringatan Penting dalam Pelaksanaannya Kewajiban Haji dan Beberapa Peringatan Penting dalam Pelaksanaannya Dan mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang memiliki kemampuan. Barangsiapa kafir atau mengingkari

Lebih terperinci

Keutamaan 10 Hari Dzulhijjah dan Amalan-amalan yang Disyariatkan

Keutamaan 10 Hari Dzulhijjah dan Amalan-amalan yang Disyariatkan Keutamaan 10 Hari Dzulhijjah dan Amalan-amalan yang Disyariatkan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Dapatkan ± 200 ebook Islam secara Gratis di.. http://ibnumajjah.wordpress.com/ Segala puji hanya

Lebih terperinci

Minggu Keempat RUKUN HAJI, NIAT IHRAM DAN WUQUF

Minggu Keempat RUKUN HAJI, NIAT IHRAM DAN WUQUF Minggu Keempat RUKUN HAJI, NIAT IHRAM DAN WUQUF RUKUN HAJI 42 PENGERTIAN RUKUN HAJI Rukun Haji Ialah Pekerjaan Yang Mesti Dilakukan Oleh Jemaah Haji Ketika Mengerjakan Haji. Jika Tidak Ditunaikan, Haji

Lebih terperinci

RINGKASAN PROGRAM* IBADAH HAJI KHUSUS PERCIK TOURS

RINGKASAN PROGRAM* IBADAH HAJI KHUSUS PERCIK TOURS RINGKASAN PROGRAM* IBADAH HAJI KHUSUS PERCIK TOURS HARI TANGGAL PROGRAM Ke-1 20 Dzulqa dah Bandung Jakarta Madinah Ke-2 21 Dzulqa dah Madinah Ke-3 22 Dzulqa dah City Tour Seputar Kota Madinah Ke-4 23 Dzulqa

Lebih terperinci

Bab 8. Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam

Bab 8. Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam Bab 8 Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam Makna Ibadah Kata ibadah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu `ibadah, yang secara etimologi, artinya menyembah atau menghamba. Sedangkan secara istilah

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 7. Memahami tatacara Puasa Wajib dan Puasa Sunat

Standar Kompetensi : 7. Memahami tatacara Puasa Wajib dan Puasa Sunat BAB PUASA WAJIB DAN PUASA SUNAT Standar Kompetensi : 7. Memahami tatacara Puasa Wajib dan Puasa Sunat 7 Kompetensi Dasar : 7. 1. Menjelaskan Ketentuan puasa wajib 7.2. Mempraktekan puasa wajib 7.3. Menjelaskan

Lebih terperinci

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara i ii Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

Lebih terperinci

7. Sabar, Sabar, dan Sabar

7. Sabar, Sabar, dan Sabar 7. Sabar, Sabar, dan Sabar Sabar, sabar, dan sabar. Itu tiga nasihat yang sering diberikan pembimbing kepada calon jamaah haji sebelum berangkat Tanah Suci.Pada kenyataannya memang calon jamaah haji harus

Lebih terperinci

Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji

Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji Hikmah dan Pelajaran dari Ibadah Haji Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????

Lebih terperinci

الحاج عند الوصول إلى الميقات باللغة اإلندونيسية

الحاج عند الوصول إلى الميقات باللغة اإلندونيسية APAY ANGDI L AKUKANJ AMAAHHAJ I SETEL AHSAMPAI DI MI QAT Ka r y a S y e k hab d u l Ra z z a k b i nab d u l Mu h s i nal Ba d r I N D O N E S I A Kerajaan Arab Saudi Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan

Lebih terperinci

HAJI PLUS UmrahSunnah

HAJI PLUS UmrahSunnah HAJI PLUS UmrahSunnah Perjalanan Penuh Hikmah Menggapai Ibadah Haji Mabrur Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya, Amalan apa yang paling afdhol? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Beriman

Lebih terperinci

KOMITMEN MUNATOUR 2. KOMITMEN TARBIYAH 3. KOMITMEN PELAYANAN 1. KOMITMEN IBADAH

KOMITMEN MUNATOUR 2. KOMITMEN TARBIYAH 3. KOMITMEN PELAYANAN 1. KOMITMEN IBADAH KOMITMEN MUNATOUR 1. KOMITMEN IBADAH 2. KOMITMEN TARBIYAH 3. KOMITMEN PELAYANAN Melaksanakan ibadah Haji & Umrah sesuai Sunnah Rasulullah Saw Dalam pelaksanaan ibadah selalu didampingi oleh Ustadz pembimbing

Lebih terperinci

Minggu Kelima RUKUN HAJI - TAWAF

Minggu Kelima RUKUN HAJI - TAWAF Minggu Kelima RUKUN HAJI - TAWAF 60 RUKUN HAJI WAJIB HAJI 1 Niat Ihram Haji 2 Niat Di Miqat 4 Wuquf 3 Larangan Ihram 10 Tawaf 5 Bermalam (Mabit) Di Muzdalifah 11 Sa ie 6 Melontar Jamrah Kubra Pada 10 Zuhijjah

Lebih terperinci

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin Pendahuluan SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad yang telah menyampaikan risalah dengan

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa www.bersamadakwah.com 1 Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Saat kita menunggu tamu istimewa datang, ada perasaan berharap untuk segera mendapatkan kepastian kedatangannya. Anggaplah ia pejabat, sahabat

Lebih terperinci

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya. Aqiqah Kelahiran seorang anak bagi sebuah keluarga akan menambah kebahagiaan dan kerukunan rumah tangga. Mengikut sunnah Rasulullah SAW mengadakan aqiqah dan memberikan dagingnya sebagai sedekah kepada

Lebih terperinci

"Bersegeralah berhaji yakni haji yang wajib, sebab sesungguhnya seseorang tidak mengetahui apa yang akan menimpa kepadanya." (HR Ahmad dan lainnya)

Bersegeralah berhaji yakni haji yang wajib, sebab sesungguhnya seseorang tidak mengetahui apa yang akan menimpa kepadanya. (HR Ahmad dan lainnya) A. Kewajiban Berhaji Artinya: Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk (tempat beribadah) manusia,baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.padanya

Lebih terperinci

Sunah Yang Hilang di Bulan Dzulhijjah

Sunah Yang Hilang di Bulan Dzulhijjah Sunah Yang Hilang di Bulan Dzulhijjah Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

PANDUAN MENGERJAKAN IBADAH

PANDUAN MENGERJAKAN IBADAH PANDUAN MENGERJAKAN IBADAH 1. RUKUN UMRAH (5 Perkara) Niat ihram mengerjakan umrah. Tawaf. Sai'e. Bergunting atau bercukur. Tertib. 2. WAJIB UMRAH (2 PERKARA) Niat ihram di Miqat. Meninggalkan perkara-perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,

BAB I PENDAHULUAN. adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan unsur penting dari berdirinya suatu negara. Dimana dalam suatu negara ada yang dinamakan dengan pemerintahan yang berkuasa, adanya wilayah, adanya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 13-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 53, 1999 AGAMA. IBADAH HAJI. Umroh. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BIMBINGAN RINGKAS DAN PRAKTIS MANASIK HAJI & UMRAH sesuai dengan Sunnah

BIMBINGAN RINGKAS DAN PRAKTIS MANASIK HAJI & UMRAH sesuai dengan Sunnah BIMBINGAN RINGKAS DAN PRAKTIS MANASIK HAJI & UMRAH sesuai dengan Sunnah Pengantar Menunaikan ibadah haji adalah sesuatu yang amat dirindukan oleh setiap umat Islam, bahkan oleh yang telah menunaikannya

Lebih terperinci

perempuan haid wada. Kerana Rasulullah s.a.w member kelonggaran kepadanya untuk pulang tanpa mengerjakan wada.

perempuan haid wada. Kerana Rasulullah s.a.w member kelonggaran kepadanya untuk pulang tanpa mengerjakan wada. Apabila matahari telah terbenam, bergeraklah imam dalam keadaan tenang dan tidak tergesa-gesa. Apabila dia mendapati ada ruang untuk bergerak, maka dia mempercepatkan langkah. Apabila tiba di Muzdalifah,

Lebih terperinci

PAKET UMROH 9 HARI Keberangkatan 2013

PAKET UMROH 9 HARI Keberangkatan 2013 PAKET UMROH 9 HARI Keberangkatan 2013 HARI KE 1 : JAKARTA JEDDAH MADINAH Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, Jamaah berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Jeddah. Setibanya di Jeddah Jama ah

Lebih terperinci

RUKUN HAJI, NIAT IHRAM DAN WUQUF. Bahagian Bimbingan Lembaga Tabung Haji

RUKUN HAJI, NIAT IHRAM DAN WUQUF. Bahagian Bimbingan Lembaga Tabung Haji RUKUN HAJI, NIAT IHRAM DAN WUQUF Bahagian Bimbingan Lembaga Tabung Haji TALBIAH RUKUN HAJI PENGERTIAN RUKUN HAJI Rukun Haji Ialah Pekerjaan Yang Mesti Dilakukan Oleh Jemaah Haji Ketika Mengerjakan Haji.

Lebih terperinci

OLEH : AHMAD JUNAIDI BIN MOHAMAD SAID SMK BATU SEPULUH LEKIR SITIAWAN PERAK

OLEH : AHMAD JUNAIDI BIN MOHAMAD SAID SMK BATU SEPULUH LEKIR SITIAWAN PERAK OLEH : AHMAD JUNAIDI BIN MOHAMAD SAID SMK BATU SEPULUH LEKIR 32020 SITIAWAN PERAK PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH PENGERTIAN HAJI Haji Ialah Mengunjungi Baitullah Al-Haram (Kaabah) Di Makkah Pada Bulan-bulan

Lebih terperinci

PENERANGAN MENGENAI : Ihram Tawaf Saei Gunting/cukur

PENERANGAN MENGENAI : Ihram Tawaf Saei Gunting/cukur PENERANGAN MENGENAI : Ihram Tawaf Saei Gunting/cukur Sunnah2 ihram ه ب ا هل ل ه ه ت ع ا ل ن و ي ت ال ع م ر ة و أ ح ر م ت ل ب ي ك اللهه م بهع م ر ة Aku berniat Umrah dan berihram untuknya kerana Allah ta`ala

Lebih terperinci

Haji, Jihad, dan Pengorbanan

Haji, Jihad, dan Pengorbanan Haji, Jihad, dan Pengorbanan Salah satu ibadah utama di hari-hari ini adalah ibadah haji di tanah suci yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Begitu identiknya haji dengan hari dan bulan ini

Lebih terperinci

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa Khutbah Pertama:?????????????????????????????????,?????????????????????????????????,????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????,????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????,????????????????????????????????,??????????????????????????????,?????????????????????????,???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AGAMA DAN ETIKA

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AGAMA DAN ETIKA TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AGAMA DAN ETIKA HAJI DAN UMROH Diajukan sebagai tugas Mata Kuliah Agama dan Etika Disusun Oleh: Nama : Muhammad Adlan Ednawan Sujono Kelas : IF-2 NIM :1011 2036 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

www.fiqhindonesia.com

www.fiqhindonesia.com 1 248 Daftar Bahasan Kota Makkah dalam Lintasan Sejarah Keutamaan Kota Makkah Beberapa Hukum Berkaitan Dengan Kota Makkah Rangkaian Ibadah Definisi-Definisi Dasar dalam Kota Makkah Merupakan pecahan kata

Lebih terperinci

PERJALANAN KE TANAH SUCI

PERJALANAN KE TANAH SUCI Ajwa Publishing ABDULLA PERJALANAN KE TANAH SUCI MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH ADAADNAN ABDULL 2 3 ADAADNAN ABDULLA 4 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mereproduksi seluruh maupun sebagian isi buku

Lebih terperinci

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan Khutbah Pertama???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

SYARAT WAJIB UMRAH 1. ISLAM 4. MERDEKA 2. BALIGH 5. BERKUASA 3. BERAKAL

SYARAT WAJIB UMRAH 1. ISLAM 4. MERDEKA 2. BALIGH 5. BERKUASA 3. BERAKAL SYARAT WAJIB UMRAH 1. ISLAM 4. MERDEKA 2. BALIGH 5. BERKUASA 3. BERAKAL Ada Perbelanjaan dan nafkah untuk dirinya Ada bekalan/nafkah untuk orang dibawah tanggungannya. Ada kenderaan pergi/balik Aman dalam

Lebih terperinci

FATWA MANASIK HAJI UNTUK WANITA. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah. Daar Ibnu Khuzaimah

FATWA MANASIK HAJI UNTUK WANITA. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah. Daar Ibnu Khuzaimah FATWA MANASIK HAJI UNTUK WANITA Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah Daar Ibnu Khuzaimah Segala puji milik Allah Tuhan sekalian alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk penghulu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

Tidaklah itu menjadi asas untuk mewajibkan keatasnya haji dengan merentas lautan jika ia mampu melakukannya.

Tidaklah itu menjadi asas untuk mewajibkan keatasnya haji dengan merentas lautan jika ia mampu melakukannya. Kitab haji Berkata Imam Syafie: Haji (diwajibkan) kepada setiap orang yang merdeka, baligh dan berkemampuan, menurut Al-Quran dan Sunnah. Sesiapa yang telah berhaji sekali seumur hidupnya, maka tidak wajib

Lebih terperinci

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan HADITS KEDUA 4 Arti Hadits / : Dari Umar r.a. juga dia berkata : Ketika kami dudukduduk di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju

Lebih terperinci

HADITS KEsembilan Arti Hadits / :

HADITS KEsembilan Arti Hadits / : HADITS KEsembilan Arti Hadits / : Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apa yang aku larang hendaklah kalian

Lebih terperinci