Yayasan Pangeran Sumedang
|
|
- Suhendra Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROFIL MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN Yayasan Pangeran Sumedang Jl. Prabu Geusan Ulun No. 40 Srimanganti Sumedang Telp./Fax museum_geusanulun@yahoo.com Group Facebook : Sahabat Museum Geusan Ulun 1
2 I. PENDAHULUAN. Museum berasal dari kata Mouseion, yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Fungsi museum dari zaman ke zaman mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan situasi tetapi hakikatnya pengertian museum tidak berubah. Museum adalah sebagai lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum sebagai tempat berbagai macam pengetahuan. Maka, tidak salah bila dikatakan bahwa museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non-formal, karena aspek edukasi lebih ditonjolkan dibanding aspek rekreasi. Museum juga merupakan sebuah lembaga pelestarian kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible), seperti artefak, fosil, dan benda-benda etnografi; maupun bukan benda (intangible), seperti nilai, tradisi, dan norma. Dan museum memiliki dua fungsi besar yaitu sebagai tempat pelestarian dan sumber informasi benda budaya dan alam. Museum terdiri dari 2 komponen, yaitu penyelenggara dan pengelola museum. Penyelenggara merupakan satu kegiatan pembinaan, sedangkan pengelolaan adalah kegiatan otonom dari unit yang dibina. Pada umumnya, dalam dunia permuseuman kita mengetahui adanya dua unsur utama penyelenggara museum, yaitu unsur pemerintah dan unsur swasta dalam bentuk perkumpulan dan yayasan yang diatur kedudukan, tugas, dan kewajibannya oleh undang-undang. Penyelenggara dan pengelola museum, baik pemerintah maupun swasta di Indonesia, harus menyesuaikan kebijakannya dengan dasardasar kebijakan pembina pendidikan pemerintah, karena semua kegiatan museum tidak hanya untuk melayani kelompok tertentu tetapi juga memberikan pelayanan sosial budaya dan pendidikan bagi masyarakat banyak. Museum pun terbagi berapa jenis museum : 1). Museum Umum : Museum yang menampilkan dari berbagai displin ilmu atau jenis koleksinya beragam mulai dari Geologi, Historiska, Etnografika dll. Yang termasuk museum umum seperti Museum Nasional Jakarta, Museum Purna Bhakti Pertiwi Jakarta, Museum Mpu Tantular Surabaya dan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. 2
3 2). Museum Khusus : Museum yang memamerkan hanya satu displin ilmu saja, seperti geologi, Arkeologi dll. Yang termasuk museum khusus : Museum Geologi Bandung, Museum Pos Bandung, Museum Asia Afrika Bandung, Museum Pusaka Jakarta, Museum Juang 45 Bandung, Museum Zoologi Bogor dan Museum Situs Radyapustaka Yogyakarta Museum di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Dengan demikian, warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan nasional. Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. II. SEJARAH SINGKAT MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN YAYASAN PANGERAN SUMEDANG. Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun berawal dari terbentuknya Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) sebagai lembaga yang mengurus, memelihara dan mengelola barang Wakaf Kangdjeng Pangeran Aria Soeria Atmadja (PASA) Bupati Sumedang Untuk melestarikan benda benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum. Karena banyak sekali bendabenda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum Wargi-YPS didirikan, yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang saja. Seiring berjalannya waktu Museum Wargi YPS ternyata mendapat respon yang baik dari para wargi Sumedang 3
4 demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena lokasi Museum Wargi YPS ini sangat strategis sekali, karena letak museum tepat dipusat Kota Sumedang, berada dalam satu kompleks dengan kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Sumedang dan Kantor Bupati Sumedang yang bersebelahan dengan Gedung Negara adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang. Pada tanggal 7 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama Prabu Geusan Ulun. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran Sumedang. III. MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN DARI MASA KE MASA. Pada awal berdirinya tahun 1973 Museum Prabu Geusan Ulun memiliki dua buah gedung, yaitu Gedung Gendeng didirikan pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata atau Pangeran Sugih. Gedung yang digunakan untuk menyimpan Pusaka-Pusaka peninggalan leluhur Sumedang dan senjata lainnya. Bangunan tersebut dibuat dari kayu dan berdinding Gedeg serta berlantai batu merah, selain itu Gedung Gendeng juga tempat menyimpan Gamelan Pusaka. Gedung Gendeng mengalami beberapa kali pemugaran dan rehabilitasi bangunan, pertama tahun 1950, 1955 dan 1993, Gedung Gendeng dahulu
5 Gedung Gendeng Sekarang Setelah mengalami renovasi th. 1950, 1955 dan 1993 Gedung kedua atau Gedung Utama adalah Gedung Gamelan yang dibangun pada tahun 1973 sumbangan dari Bapak Ali Sadikin, Gubenur DKI pada saat itu. Sesuai dengan namanya Gedung Gamelan difungsikan sebagai tempat khusus menyimpan Gamelan Gamelan Pusaka peninggalan leluhur Sumedang. Gedung Gamelan Sekarang Pada tahun 1974 museum masih memiliki dua bangunan, yaitu : Gedung Gamelan, dan Gedung Gendeng. Baru pada tahun 1982, Museum Prabu Geusan Ulun bertambah 2 bangunan, yaitu : Gedung Srimanganti dan Bumi Kaler. 5
6 Gedung Srimanganti Gedung Srimanganti didirikan pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanoemadja, arsitektur Gedung Srimanganti bergaya kolonial, kata Srimanganti mempunyai arti adalah tempat menanti-nanti tamu kehormatan. Dahulu gedung Srimanganti dikenal sebagai rumah Land Huizen (Rumah Negara). Fungsi gedung Srimanganti pada masa itu adalah tempat tinggal buat Bupati serta keluarganya. Pada tahun 1982 dan 1993 Gedung Srimanganti di Rehabilitasi. Bupati dan keluarga yang pernah menempati Gedung Srimanganti, antara lain Pangeran Kornel, Pangeran Sugih, Pangeran Mekah dan Dalem Bintang. Pada tahun 1942 Srimanganti tidak lagi digunakan sebagai rumah tinggal Bupati. Sejak pemerintahan Dalem Aria Soemantri ( ) gedung ini dijadikan Kantor Kabupaten / PEMDA Sumedang sampai tahun 1982, sedangkan Bupati serta keluarga tinggal di Gedung Bengkok / Gedung Negara sampai sekarang. Gedung Srimanganti terdaftar pula dalam Monumenter Ordonantie 1931 sebagai bangunan Cagar Budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Gedung Srimanganti merupakan bangunan ketiga museum dan sekarang digunakan sebagai bangunan utama Museum Prabu Geusan Ulun dan sebagai pintu masuk ke museum. 6
7 Gedung Srimanganti tampak Depan Gedung keempat Museum Prabu Geusan Ulun adalah Gedung Bumi Kaler merupakan bangunan berbentuk rumah panggung dan beberapa kali mengalami rehabilitasi pada tahun 1982, 1993 dan tahun 2006, namun tidak merubah dari bentuk aslinya. Sebelum digunakan sebagai gedung Museum pada tahun 1982, Bumi Kaler digunakan sebagai tempat tinggal keluarga keturunan leluhur Sumedang. Gedung Bumi Kaler 7
8 Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, pada masa pemerintahan Bupati Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Sugih) yang memerintah Sumedang tahun Gedung Bumi Kaler Sama halnya dengan Gedung Srimanganti, Bumi Kaler sudah terdaftar dalam Monumeter Ordonantie 1931 karena termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh pemerintah sebagai Benda Cagar Budaya. Pada tahun 1997 dibangun gedung baru yang bernama Gedung Pusaka karena Gedung Gendeng waktu itu sebagai tempat menyimpan pusaka-pusaka peninggalan leluhur Sumedang sudah tidak memandai. Gedung Pusaka adalah gedung museum yang kelima. Fungsi Gedung Pusaka sesuai namanya sebagai tempat khusus menyimpan benda-benda Pusaka peninggalan para leluhur Sumedang. Pembangunan Gedung Pusaka merupakan atas prakarsa Ibu Hj. Rd. Ratjih Natawidjaya ibunda dari Bapak Gd. Pusaka Prof. DR. Ginanjar Kartasasmita, rencana pembangunan Gedung Pusaka bisa dilaksanakan dengan melibatkan Yayasan Pangeran Sumedang, Rukun Wargi Sumedang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumedang, Departemen Pariwisata Sumedang, Pemda Sumedang dan Direktorat Permuseuman Propinsi Jawa Barat. Pada saat perencanaan pembangunan Gedung Pusaka direncanakan pula pembangunan Gedung Kereta. Gedung Kereta merupakan bangunan terakhir dari Museum Prabu Geusan Ulun yang dibangun pada tahun Fungsi Gedung ini untuk menyimpan Kareta Naga Barong sebagai replica dari Kareta Naga Paksi peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata / Pangeran Sugih dan kereta lainnya yang menjadi koleksi Museum Prabu Geusan Ulun. 8
9 Gedung Kareta IV. FUNGSI dan TUGAS MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN Museum Prabu Geusan Ulun adalah pengembangan dari Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) yang berperan untuk merawat benda-benda peninggalan dari Pangeran Sumedang, sebagai peninggalan budaya leluhur yang berarti harus meneruskan dan menjaga amanat Pangeran Sumedang. Nilai bersejarah yang terkandung didalam benda-benda peninggalan leluhur Pangeran Sumedang perlu dipelihara secara baik agar tetap lestari, dengan melakukan kegiatan-kegiatan pengkajian, studi, eksperimen dan perluasan informasi agar terjadi terus kesinambungan nilai-nilai sosial kultural leluhur Sumedang. Sehingga kebudayaan dan peradaban generasi terdahulu dapat terus diwariskan, disempurnakan dan dikembangkan. Oleh kerena itu tugas Museum Prabu Geusan Ulun YPS begitu kompleks bukan hanya untuk memelihara nilai-nilai budaya, juga harus dapat diteruskan kepada generasi muda atas nilai-nilai budaya tersebut. Dari realisasi tugas tersebut setiap hari minggu rutin diadakan latihan Tari Klasik, Pencak Silat, Gamelan dan lain sebagainya. Selain itu juga setiap bulan Maulud diadakan acara Ngumbah Pusaka dan Kirab Pusaka Leluhur Sumedang. 9
10 Latihan Tari Klasik setiap hari Minggu di Gd. Gamelan Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang Kirab Pusaka diadakan setiap bulan Maulud Di Museum Prabu Geusan Ulun 10
11 V. VISI dan MISI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN. VISI MUSEUM : Terwujudnya Museum Prabu Geusan Ulun sebagai pusat budaya dan pembelajaran masyarakat luas terhadap sejarah dan ilmu pengetahuan serta nilai nilai yang terkandung di dalamnya. MISI MUSEUM : 1. Mewujudkan Museum sebagai tempat pelestarian dan pelindungan benda-benda cagar budaya peninggalan leluhur Sumedang serta tradisi budaya, adat istiadat Sumedanglarang. 2. Menjadikan tempat pendidikan masyarakat dalam menggali informasi sejarah Sumedang pada umunnya serta ilmu pengetahuan lainnya. 3. Menjadikan tempat belajar dan pembelajaran budaya, adat istiadat dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat Sumedang. 4. Menjadikan Pusat budaya masyarakat adat Sumedang, melalui kegiatan yang diadakan oleh Karaton Sumedanglarang. 5. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sumedang dalam rangka melestarikan warisan budaya dan wisata budaya serta nilai-nilai budaya daerah, yang menjadi warisan masing-masing sebagai pendukung sektor kepariwisataan bangsa Indonesia, dalam rangka mewujudkan cita-cita bansa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar Mendukung Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda. 7. Meningkatkan kunjungan pariwisata Kabupaten Sumedang. VI. KLASIFIKASI KOLEKSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN 1. Koleksi Jenis Geologika/ Geografika. Adalah benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu geologi/geografi antara lain meliputi batuan, mineral dan benda-benda bentukan alam lainnya ( permata, granit, andesit ), peta dan peralatan pemetaan. 11
12 2. Koleksi Jenis Biologika. Adalah benda koleksi yang masuk katagori benda objek penelitian/dipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain tengkorak atau rangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan baik yang berupa fosil maupun bukan. Tengkorak Macan Di Museum Prabu Geusan Ulun 3. Koleksi Jenis Etnografika. Adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis. 4. Koleksi Jenis Arkelogika. Adalah benda koleksi yang merupakan hasil budaya manusia masa lampau yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya pengaruh budaya barat. Kapak Jorong peninggalan masa pra-sejarah Di Museum Prabu Geusan Ulun 12
13 5. Koleksi Jenis Historika. Meriam Kalangtaka Peninggalan Pangeran Panembahan Di Museum Prabu Geusan Ulun Adalah benda koleksi yang mempunyai nilai sejarah dan menjadi objek penlitian sejarah serta meliputi kurun waktu sejak masuknya budaya barat sampai sekarang/resen ( maksudnya : sejarah baru ). Benda-benda ini berhubungan dengan suatu peristiwa ( sejarah ). pernah digunakan untuk hal-hal yang 6. Koleksi Jenis Numismatika/ Heraldika. Numismatika dalah setiap mata uang atau alat tukar ( token ) yang sah. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang dan tanda pangkat resmi ( termasuk cap/stempel ). 7. Koleksi Jenis Filologika. Koleksi yang menjadi penelitian filologi, berupa naskah2 kuno yang ditulis tangan yang menguraikan suatu peristiwa. 13
14 8. Koleksi Jenis Keramologika. Adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar ( baked clay ) berupa barang pecah belah. 9. Koleksi Jenis Seni Rupa. Adalah benda koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistic manusia melalui objek-objek dua atau tiga dimensi. Koleksi Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang pernah dipamerkan dalam event Nasional maupun internasional, antara lain pameran di : 1. Pameran benda-benda Seni Keraton Indonesia ( Court Arts Of Indonesia ) di Rotterdam Belanda tahun Pameran Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS) di New York tahun Pameran Dunia Islam di Australia tahun Pameran Sejarah di Bogor tahun Pameran Benda-Benda Keraton setiap dua tahun di Festival Keraton Nusantara. 14
15 VII. MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN TERCATAT DI INTERNATIONAL COUNCIL OF MUSEUM (ICOM) ASIA PACIFIC. Directory Of Museums Of The Asia-Pasifik Countries. International Council Of Museums (ICOM) Asia-Pacific Organisation Volume I. INDEX. INDONESIA. No. 55. Museum Prabu Geusan Ulun. Kompleks Gedung Negara, Sumedang, West Java Telephone : Type : Private Subordinate Unit of : Pangeran Sumedang Fundation Opening Hours : 08:00 to 13: 00, Friday closed Admission Fee : Children- 100,00 Rp General- 200,00 Rp Founded in : 1973 Subjects : Personalia. Collections : Arms & Weapons, Gold Swords, Gamelan. Other Staff Member : 8 Services : Library. Head : Raden Lukman Hamid Soemawilaga. 15
16 VIII. KOLEKSI UNGGULAN MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN. 1. MAHKOTA BINOKASIH dan SIGER. Mahkota Binokasih dan Siger. (Emas). Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang Mahkota Binokasih dibuat oleh Batara Guru di Jampang pada masa Raja Pajajaran Prabu Bunisora Suradipati ( ) dan 3 (tiga) raja Pajajaran yang menggunakan Mahkota Binokasih, antara lain : Prabu Niskala Wastu Kancana ( ), Prabu Susuktunggal ( ) dan Prabu Sri Baduga Maharaja ( ). Pada masa Prabu Ragamulya Suryakancana ( ) setelah melihat keadaan Pajajaran yang sudah tak menentu akibat serangan pasukan Surasowan Banten ke berapa wilayah kekuasaan Pajajaran dan berhasil diduduki, maka Prabu Ragamulya Suryakancana memerintahkan empat Senapati Pajajaran untuk menyelamatan Pusaka Pajajaran berupa Mahkota Binokasih sebagai lambang eksistensi kekuasaan kerajaan Pajajaran di Tatar Sunda ke Sumedanglarang, maka berangkatlah empat Senapati Pajajaran yang menyamar sebagai Kandaga Lante bersama rakyat Pajajaran yang mengungsi. Pada tahun 1578 tepatnya pada hari Jum at legi tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedanglarang Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri Raja Sumedanglarang VIII ( ) menerima empat Kandaga Lante ( semacam Kepala yang satu tingkat lebih tinggi dari pada Cutak (Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak umpi ) yang dipimpin oleh Sanghyang Hawu atau Jaya Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya (Nangganan), Sangyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas parabon untuk di serahkan kepada penguasa Sumedanglarang dan pada masa itu pula putra Ratu Pucuk 16
17 Umun dan Pangeran Santri yaitu Pangeran Angkawijaya dinobatkan sebagai raja Sumedanglarang ke IX dengan gelar Prabu Geusan Ulun ( ) sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran, sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi; Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala (Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang). 2. PEDANG KI MASTAK. Pedang Ki Mastak Emas, Besi, Nikel Masa Prabu Tajimalela Raja Sumedanglarang I ( ) 3. KERIS KI DUKUN. Keris Ki Dukun Emas, Besi, Nikel Masa Prabu Gajah Agung Raja Sumedanglarang III ( ). 17
18 4. KERIS PANUNGGUL NAGA Keris Panunggul Naga. Emas, Besi, Nikel, Inten. Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang IX ( ). 5. KERIS NAGASASRA PANEMBAHAN Keris Nagasasra I Emas, Besi, Nikel, Kayu Masa Pangeran Panembahan Bupati Sumedang
19 6. KERIS NAGASASRA KUSUMADINATA IX. Keris Nagasasra II Emas, Besi, Nikel, Kayu Pelet Pangeran Kusumadinata IX / Kornel Bupati Sumedang ( ) 7. BADIK CURUL AUL. Badik Curul Aul Emas, Besi, Nikel, Kayu Sanghyang Hawu Djaya Perkosa Senapati Sumedanglarang
20 8. TEMPAT SIRIH. Tempat Sirih Emas Pangeran Soeria Koesoemah Adinata Bupati Sumedang BOKOR. Bokor. Emas Pangeran Soeria Koesoemah Adinata Bupati Sumedang KUJANG Kujang Besi Masa Prabu Geusan Ulun Raja Sumedanglarang
21 11. GAMELAN PARAKAN SALAK. Gamelan Sari Oneng Parakan Salak Kayu Besi, tembaga. Peninggalan Tuan Andriaan Walraven Holle (1832), Kepala Perkebunan The Parakan Salak Sukabumi GAMELAN PUSAKA SARI ONENG MATARAM Gamelan Sari Oneng Mataram Kayu Jati, tembaga. Peninggalan Pangeran Panembahan
22 13. KITAB KUNO AL QURAN. Al Quran tulisan tangan Kertas Karya R.H. Abdul Majid (1856) Peninggalan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata ( ) 14. KITAB WARUGA JAGAT Kitab Waruga Jagat Kertas Karya Ngabehi Prana Peninggalan masa Pangeran Panembahan ( ) 15. KITAB CARIOSAN PRABU SILIWANGI. Cariosan Prabu Siliwangi (1675) Kertas Peninggalan Pangeran Panembahan ( ) 22
23 16. KERETA KENCANA NAGA PAKSI. Kareta Naga Paksi (1990) Kayu Jati, Besi. 23
24 IX. MASA PEMERINTAHAN RAJA SUMEDANGLARANG & BUPATI SUMEDANG I. MASA KERAJAAN. 1. Prabu Guru Aji Putih (Raja Tembong Agung) M 2. Batara Tuntang Buana / Prabu Tajimalela M 3. Jayabrata / Prabu Lembu Agung M 4. Atmabrata / Prabu Gajah Agung M 5. Jagabaya / Prabu Pagulingan M 6. Mertalaya / Sunan Guling M 7. Tirtakusuma / Sunan Tuakan M 8. Sintawati / Nyi Mas Ratu Patuakan M 9. Satyasih / Ratu Inten Dewata Pucuk Umum M. ( kemudian digantikan oleh suaminya Pangeran Kusumadinata I / Pangeran Santri ) 10. Pangeran Kusumahdinata II / Prabu Geusan Ulun M II. MASA BUPATI PENGARUH MATARAM. 11. Pangeran Suriadiwangsa / Rangga Gempol I M 12. Pangeran Rangga Gede / Kusumahdinata IV M 13. Raden Bagus Weruh / Pangeran Rangga Gempol II M 14. Pangeran Panembahan / Rangga Gempol III M III. MASA PENGARUH KOMPENI VOC. 15. Dalem Adipati Tanumadja M 16. Pangeran Karuhun / Rangga Gempol IV M 17. Dalem Istri Rajaningrat M 18. Dalem Adipati Kusumadinata VIII / Dalem Anom M 19. Dalem Adipati Surianagara II M 20. Dalem Adipati Surialaga M 24
25 IV. MASA BUPATI PENYELANG / PENGGANTI. 21. Dalem Adipati Tanubaya M 22. Dalem Adipati Patrakusumah M 23. Dalem Aria Sacapati M V. MASA PEMERINTAHAN BELANDA. Merupakan Bupati Keturunan Langsung leluhur Sumedang. 24. Pangeran Kusumadinata IX / Pangeran Kornel M 25. Dalem Adipati Kusumayuda / Dalem Ageung M 26. Dalem Adipati Kusumadinata X / Dalem Alit M 27. Tumenggung Suriadilaga / Dalem Sindangraja M 28. Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Sugih M 29. Pangeran Aria Suriaatmadja / Pangeran Mekkah M 30. Dalem Adipati Aria Kusumadilaga / Dalem Bintang M 31. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria M VI. MASA REPUBLIK INDONESIA 32. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria M 33. R. Hasan Suria Sacakusumah M 34. R. Tumenggung Mohammad Singer M 35. R. Hasan Suria Sacakusumah M (Bupati terakhir keturunan langsung leluhur Sumedang) Disusun Oleh : Bidang Sejarah & Silsilah Museum Prabu Geusan Ulun 25
26 26
BAB II KAJIAN MENGENAI PROMOSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SUMEDANG
BAB II KAJIAN MENGENAI PROMOSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SUMEDANG 2.1 Museum 2.1.1 Pengertian Museum Museum merupakan suatu badan tetap, tidak tergantung kepada siapa pemiliknya melainkan harus tetap ada.
Lebih terperinciBAB II BUKU CERITA BERGAMBAR SEJARAH KEARAJAAN SUMEDANG LARANG
BAB II BUKU CERITA BERGAMBAR SEJARAH KEARAJAAN SUMEDANG LARANG 2.1 Media Informasi 2.1.1 Media Firsan, (2009) menyatakan Media merupakan saluran penyampaian pesan dalam komunikasi antar manusia (h. 204).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.
PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki paling banyak warisan budaya dibandingkan dengan negara-negara tetangga atau setidaknya di kawasan Asia Tenggara. Jawa Barat sendiri memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota yang identik dengan pariwisata, mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata tempat bersejarah, dan masih banyak lagi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
Lebih terperinciPERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum
PERTEMUAN 2 Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum A. PENDAHULUAN Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV,
Lebih terperinciMuseum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Budaya merupakan nilai-nilai luhur peninggalan leluhur yang telah bertahan selama berabad-abad menjadi aturan-aturan, norma-norma atau adat istiadat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini mengambil judul Museum Telekomunikasi di Surakarta. Berikut ini adalah pengertian dari judul tersebut. 1.2 Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di
Lebih terperinciFUNGSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN REGOL WETAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG
FUNGSI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN SEBAGAI OBJEK WISATA PENDIDIKAN DI KELURAHAN REGOL WETAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG Mulki Fauzi 1 (mulkifauzi@gmail.com) Dr. Siti Fadjarajani, Dra., M.T
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi Tujuan dari perancangan desain buku cerita bergambar ini merupakan sebagai media informasi yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciJATIGEDE DALAM TINJAUAN SEJARAH DAN BUDAYA
JATIGEDE DALAM TINJAUAN SEJARAH DAN BUDAYA MAKALAH Disampaikan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tanggal 22 September 2008 Oleh Mumuh Muhsin Zakaria FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian... C. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya, alam dan sejarah peninggalan dari nenek moyang sejak zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya ditemukan
Lebih terperinciSEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia
SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prima Charismaldy Ramadhan, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak daya tarik didalamnya, termasuk pariwisata. Selain memiliki banyak nilai sejarah dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia (Wikipedia, 2009) secara geologi muncul akibat adanya pencairan es pada saat berakhirnya jaman es. Wilayah barat Indonesia modern muncul kira-kira
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim
Lebih terperinciMengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta
Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Diantara banyak peninggalan bangunan bersejarah di Kota Yogyakarta adalah museum. Sebenarnya di Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan
Lebih terperinci2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciKRITIK POPULER FILM DOKUMENTER WARISAN SANG EMPU
KRITIK POPULER FILM DOKUMENTER WARISAN SANG EMPU Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kritik Televisi dan Film Dosen Pembimbing : Citra Dewi Utami, S. Sn., M.A Oleh : Leny Indriati 13148112 Windy junita 13148132
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian museum adalah sebagai berikut : benda seni dan pengetahuan. bahwa : (Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1984)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian museum adalah sebagai berikut : 1. Dalam kamus Oxford disebut bahwa museum berasal dari kata mousa yang berarti arah. Pengertian ruang atau tempat untuk
Lebih terperinci2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia
Lebih terperinci'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jogi Morrison, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah museum di Indonesia dapat dikatakan yang paling tua dalam kegiatan mengumpulkan benda-benda aneh dan ilmu pengetahuan, menyimpan dan memamerkannya kepada masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Noprianti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kini semakin berkembang, dilihat dari Indonesia yang memiliki banyak potensi dan kekayaan alam dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi
Lebih terperinciBAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM
BAGAIMANA MENDIRIKAN SEBUAH MUSEUM Wawan Yogaswara A. Apakah itu museum? Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah industri yang memiliki jaringan yang luas. Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciKERAJAAN SUMEDANGLARANG
KERAJAAN SUMEDANGLARANG MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Penulisan Buku Sejarah Sumedang dari Masa ke Masa Tanggal 5 Agustus 2008 Oleh Mumuh Muhsin Z. FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008
Lebih terperinciLKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014
LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi
Lebih terperinciMUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciRUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH
RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM
BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan sosial budaya. Jenis pariwisata ini dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat lokal,
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa yang besar adalah bangsa yang yang menghargai sejarah. Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman tentang hal yang telah terjadi di masa lalu. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berawal dari latar belakang Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sektor paling strategis untuk menaikan atau menambah devisa bagi negara dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan kebutuhan
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinci1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia dan Yogyakarta Kaya akan Budaya Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL, DAN MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia yang melakukan perjalanan wisata bertambah banyak, dan hampir seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk memajukan kegiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat suatu negara, saat ini sektor pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumedang Larang ( ), zaman pengaruh Mataram ( ), zaman
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumedang memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Berdasarkan data kesejarahannya, sebelum Indonesia merdeka, wilayah Sumedang pernah mengalami zaman prasejarah,
Lebih terperinciBAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai
BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi-potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia. Pariwisata alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti yang diketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, bahasa, bangsa dan sebagainya. Keanekaragaman itu menjadikan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan
BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda peninggalan bersejarah dan purbakala yang merupakan warisan dari nenek moyang bangsa ini. Peninggalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat yang menganggap bahwa perkembangan sektor pariwisata selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu industri yang berdiri semenjak beberapa tahun terakhir ini. Namun rupanya ada pendapat yang menganggap
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak
Lebih terperinciSUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT
SUNDA, PRIANGAN, DAN JAWA BARAT MAKALAH Disampaikan dalam Diskusi Hari Jadi Jawa Barat Diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, perkembangan multimedia sebagai media pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan atau
Lebih terperinciPROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK
PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. Yth. Pimpinan dan Pengurus Yayasan Batik Indonesia; Yth. Pimpinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Sunda pada umumnya sudah mengenal dengan kata Siliwangi dan Padjajaran. Kedua kata tersebut banyak digunakan dalam berbagai hal. Mulai dari nama tempat,
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciTabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kota Bandung merupakan kota pariwisata di Indonesia karena kota Bandung sudah menjadi tujuan wisata para wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan wilayah atau daerah penelitian itu dilakukan,
44 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan wilayah atau daerah penelitian itu dilakukan, dalam hal ini penelitian ini dilakukan pada pelaku UMKM di Kabupaten
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *
PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita memperhatikan kota metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang sedemikian rupa mengundang minat para investor pengembang. Proyek-proyek perumahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata sehingga meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini yang. Museum Benteng Vredeburg untuk mengembangkan fasilitas museum.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan pariwisata adalah upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dim iliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah industri multisektoral, yang di dalamnya terdapat suatu sistem besar. Komponen komponen dalam sistem ini saling terkait antara yang satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan dan merawat Benda Cagar
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Benda Cagar Budaya merupakan benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan publik melalui usaha pengoleksian dan memamerkan benda-benda serta aset-aset bersejarah dan sumber pengetahuan
Lebih terperinciU R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 391,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 31,911,581, BELANJA LANGSUNG 91,604,159,680.00
Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.17 URUSAN WAJIB Kebudayaan dan Pariwisata 1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 391,000,000.00 00 00 1
Lebih terperinciBAB I. A. Pendahuluan. Museum, menurut International Council of Museums (ICOM), adalah
1 BAB I A. Pendahuluan Museum, menurut International Council of Museums (ICOM), adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat. pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prabu Siliwangi adalah seorang sosok raja Sunda dengan pusat pemerintahan berada pada Pakuan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran sendiri adalah nama lain dari Kerajaan
Lebih terperinciU R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00
Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.17 URUSAN WAJIB Kebudayaan dan Pariwisata 1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 362,000,000.00 00 00 1
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Jembrana
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.
Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinci