I. Pendahuluan Transmigrasi Merupakan Akibat dari Pesatnya Pembangunan yang Tidak Merata

Transkripsi

1 Latar Belakang Pembangunan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau sistemsosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi, dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Paling tidak menurut Todaro (2000) pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan (sustenance) memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jatidiri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Pada dasarnya pembangunan juga diikuti dengan adanya pengembangan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah ada tapi kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan atau diperluas (Rustiadi, 2009).Riyadi (2002) secara terperinci mengemukakan bahwa pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya, dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Konsep pengembangan wilayah adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya dengan penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antar daerah, antar sector, serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah (Anwar, 2005) Pada era otonomi daerah, transmigrasi masih menjadi salah satu model pembangunan yang penyelenggaraan transmigrasinya dihadapkan pada tantangan terkait dengan perubahan tata pemerintahan. Penyelenggaraan transmigrasi yang selama ini berciri sentralistik, kini dihadapkan pada tantangan berupa penerapan asas desentralisasi dan otonomi. Perubahan-perubahan tersebut telah melahirkan UU No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, yang kemudian diubah melalui UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Dalam

2 undang-undang tersebut dinyatakan tujuan transmigrasi adalah untuk (1) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar, (2) meningkatkan pemerataan pembangunan daerah, dan (3) memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Transmigrasi secara nyata telah menunjukkan peran yang penting dalam pengembangan wilayah, khususnya daerah-daerah di luar Pulau Jawa.Dilihat dari karakteristik dan cara kerjanya, transmigrasi merupakan program pembangunan yang secara langsung berkaitan dengan pembentukan sebuah kawasan. Produk akhir transmigrasi adalah terbentuknya sebuah kawasan permukiman (kawasan pengembangan) yang diharapkan dapat maju, baik secara ekonomi, sosial maupun budaya.kehadiran program transmigrasi sesungguhnya dapat dirasakan manfaatnya oleh daerah setempat sebagai suatu bentuk penambahan ruang ekonomi, sekaligus penambahan penduduk (sumber daya manusia). Oleh karena itu kelompok kami akan membahas tentang Transmigrasi Merupakan Akibat dari Pesatnya Pembangunan yang Tidak Merata I. Pendahuluan Suatu fakta yang jelas bahwa di Negara Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil adalah keadaan penduduknya yang tidak merata penyebarannya dalam arti bahwa daerah Pulau Jawa, Madura, dan Bali termasuk Daerah yang padat penduduknya, sedangkan daerah-daerah lainnya termasuk daerah Sulawesi adalah jarang penduduknya. Oleh karena itu dapat dimaklumi usaha Pemerintah di dalam pelaksanaan transmigrasi apabila dikaitkan dengan pembangunan sekarang ini adalah untuk mencapai halhal sebagai berikut : Memindahkan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang kurang padat Pemindahan penduduk tersebut akan berarti sekaligus mengolah kekayaan alam di daerah yang kurang padat penduduk (luar Jawa) Usaha ini memberikan kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang menganggur, dengan demikian dapat menaikkan pendapatannya. Melakukan pembangunan daerah yang lebih merata

3 Tentu saja usaha Pemerintah di bidang ini adalah sangat besar manfaatnya dalam suasana pembangunan sekarang. Namun apabila usaha yang baik ini tidak diikuti dengan usaha-usaha peningkatan di dalam pelaksanaannya, maka akan menjadi sia-sia belaka. Pengalaman menunjukkan betapapun baiknya ketentuan-ketentuan yang sudah dicantumkan dalam peraturan dan penanganan transmigrasi tapi masih sering timbul berbagai hambatan yang biasanya berasal dari penduduk yang belum siap dalam art5i kualitas atau mereka yang mentalnya belumcukup kuat untuk menghadapi berbagai macam situasi (yang tentu saja berbeda dari daerah asalnya) dan kondisi daerah transmigrasi, mengakibatkan tidak betah berada di daerah obyek trnasmigrasi, dan tak jarang mereka mengganggu ketertiban dan keamanan di kota. Keadaan seperti ini merupakan salah satu contoh dari pelaksanaan transmigrasi yang tidak cukup baik perencanaannya ataupun pelaksanaannya. Hambatan-hambatan ini hanya dapat dihilangkan atau minimal di kurangi efek negatifnya dengan jalan membentuk kerjasama antara daerah penerima dan daerah asal transmigran, contohnya Kerjasama antar daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dengan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan dalam menangani Transmigrasi. Seperti telah diuraikan diatas, bahwa satu pihak Provinsi Jatim dihadapkan pada masalah penduduk yang gawat, sedangkan pihak Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan kekurangan tenaga kerja efektif untuk meningkatkan produktivitas. Suatu kerjasama yang teratur dan terarah anatara daerah-daerah tersebut akan dapat meningkatkan hubungansaling ketergantungan yang menunjang sehingga dapat diharapkan hasil yang lebih baik dalam penanganan operasional transmigrasi antara Daerah Jawa Timur dengan Sulawesi selatan dan Sulawesi Tengah. Kerjasama dimaksud haruslah mencakup bidang-bidang berikut : Persiapan Pengiriman adalah menjadi tanggungjawab Pemda pengirim untuk melakukan persiapanpersiapan yang intensif bagi para calon transmigran, baik dalam arti persiapan mental dan kapabilitas maupun persiapan pisik dengan menampung sementara serta memberikan pelayanan

4 kesehatan selama belum diberangkatkan. Tentu saja usaha pendahuluan adalah menyangkut bertransmigrasi sehingga keinginan untuk meninggalkan daerah asal dapat terpancing oleh bayangan yang meyakinkan tentang kemungkinan yang luas bagi mereka untuk menikmati hidup yang lebih baik di daerah baru. Penempatan Transmigran Pemilihan tempat sebagai obyek transmigrasi adalah ditentukan oeleh Pemerintah Daerah penerima atas petunjuk pusat (Kantor Perwakilan Ditjen Transmigrasi di daerah)yangtentu saja penunjukan itu berdasarkan proses penentuan tempat yang positif atas suatu lokasi, setelah meninjau dari berbagai segi yang dianggap mempengaruhi mobilitas dan dinamika transmigran yang akan ditempatkan, sehingga dalam suatu jangka tertentu, sudah dapat diharapkan hasil-hasil yang ditargetkan. Selain itu, kebutuhan akan berbagai fasilitas bagi para transmigran di daerah penerima, telah memberi isyarat yang pasti akan diperlukan sejumlah biaya tertentu, bukan berarti merupakan tanggungan Pemerintah Daerah penerima, apalagi kalau disadari pembangunan di Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah relative berada di bawah dari apa yang telah dihasilkan oleh Jawa Timur, sehingga lebih banyak berbagai kebutuhan dan kegiatan pembangunan lainnya, yang juga membutuhkan biaya tidak kecil. Oleh sebab itu, adalah bijaksana kalau Pemda Tingkat I Jatim juga turut membantu meringankan beban pembiayaan bagi lokasi transmigran yang bebrasal dari daerahnya. Kebutuhan akan perumahan atau gedung-gedung sekolah misalnya, tentu akan lebih cepat terpenuhi kalau terdapat suatu kerjasama yang baik dalam penyediaan biaya pembangunan antara pemerintah setempat dengan Pemerintahan Jatim sebagai pengirim transmigran. Kesimpulan Masalah Transmigrasi khususnya dipulau Jawa adalah sangat menentukan bagi perkembangan pembangunan di masa yang akan dating. Pembangunan yang dilaksanakan sekarang ini adalah terutama untuk memerangi kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh karena Negara Indonesia maish bersifat agraris dimana keadaan alamnya masih memungkinkan untuk perkembangan pertanian. Fungsi transmigrasi adalah yang terutama ialah

5 memeratakan penyebaran penduduk di seluruh wilayah Negara kita dimana penduduk tersebut pada umumnya masih terpusat dii pulau Jawa. Dengan adanya transmigrasi dari Jawa Timur ke daerahdaerah di luarnya atau secara tegas ke daerah Sulawesi di satu sisi akan mengurangi kepadatan penduduk Jawa Timur, di lain pihak Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah akan mendapatkan tenaga-tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pengelolahan tanahtanah pertanian yang kini masih banyak terbengkalai. Di samping itu transmigrasi ini kan memberikan kesempatan kepada penduduk asli untuk lebih banyak belajar tentang teknikteknik pertanian yang agak lebih maju. Solusi Menanggapi problematika mengenai trasmigrasi akibat dari pesatnya pembangunan yang tidak merata, kami memberikan solusi salah satunya dengan revitalisasi transmigrasi Revitalisasi sendiri merupakan jalan keluar untuk memeratakan jumlah penduduk agar tidak terpusat khususnya di pulau jawa. Awal dari revitalisasi itu merupakan penyadaran kepada masyarakat bahwa untuk mencapai suatu kesejahteraan tidak harus pindah ke jawa tetapi mereka pun bisa membuka lapangan usaha sendiri di daerahnya contoh di Sulawesi Selatan. Masyarakat dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada disana untuk meningkatkan nilai daerah mereka. Kemudian solusi selanjutnya adalah pengembangan kapasitas sumber daya aparatur agar terwujud suatu profesionalitas kerja dan pelayanan yang baik dari para aparatur untuk terlaksananya transmigrasi yang dapat mengelola sumber daya manusia dan sumber daya alam. Daftar Pustaka Pamudji, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985 Bappenas Keterpaduan Kebijakan Antar Sektor dan Antar Daerah dalam Peningkatan Daya Saing Kawasan Andalan dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Laporan Akhir Kajian. Bappenas. Jakarta.

6