BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan pada masa mendatang (Jones,1996:6).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan pada masa mendatang (Jones,1996:6)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan pada masa mendatang (Jones,1996:6). Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu investasi dalam bentuk aset riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga (financial assets). Aset riil adalah aktiva berwujud seperti emas, intan, pendirian pabrik dan pembukaan tambang.aset finansial berupa surat-surat berharga yang merupakan claim atas aset riil. 2.2 Saham Saham adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha di dalam suatu perusahaan dan merupakan surat bukti kepemilikan yang diterbitkan oleh perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. 2.3 Indeks Harga Saham LQ-45 Indeks harga saham adalah indikator yang memperlihatkan pergerakan harga saham.melalui indeks harga saham akan terlihat perubahan atau pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai suatu saat tertentu. Indeks LQ-45 secara obyektif telah diseleksi oleh Bursa Efek Indonesia. Saham LQ-45 merupakan saham dengan prospek pertumbuhan dan kondisi keuangan yang baik, 6

2 7 memiliki frekuensi perdagangan tinggi dan merupakan saham yang aman dimiliki karena fundamental kinerja saham tersebut bagus, sehingga dari sisi risiko kelompok saham LQ-45 memiliki resiko terendah dibandingkan saham-saham lain. Fluktuatif harga pada kelompok saham LQ-45 cenderung smooth menjadikan return tidak setinggi pada kelompok saham yang mengalami fluktuasi harga siginifikan. 2.4 Kriteria Pemilihan Saham Warren Buffett Warren Buffett adalah seorang investor jangka panjang yang sukses berinvestasi saham. Ia menjadi orang terkaya nomor 3 di dunia tahun 2015 versi majalah Forbes. Menurut Warren Buffett yang tertuang dalam buku The Guru Investor: How to Beat Market Using History s Best Investment Strategies yang ditulis oleh Reese dan Forehand (2009) menyatakan perusahaan yang baik akan diseleksi berdasarkan kriteria sebagai berikut. 1. Kriteria laba perusahaan Seleksi ini adalah untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Seleksi yang diberikan ialah a. perusahaan yang menghasilkan laba bersih yang selalu meningkat selama 10 tahun berturut-turut layak dipilih dan merupakan pilihan terbaik; b. apabila laba bersih meningkat selama 10 tahun berturut-turut dengan pengecualian apabila ada 1 tahun laba turun yang tidak lebih dari 45% dari tahun sebelumnya layak dipilih; c. kombinasi lain tidak dipilih.

3 8 2. Seleksi Return on Equity (ROE) Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan efektifitas perusahaan dalam memberikan penghasilan bagi setiap investasi dalam bentuk ekuitas yang ditanamkan oleh pemegang saham. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan antara laba bersih yang dihasilkan (net earnings) pada suatu periode dengan saldo rata-rata ekuitas (equity). ROE diperoleh dengan rumus: Seleksi ROE Warren Buffett yaitu sebagai berikut. a. Perusahaan dengan layak dipilih. b. Perusahaan dengan tidak dipilih. Oleh karena terbatasnya data historis sebagian saham, penelitian ini hanya menggunakan data 6 tahun (disesuaikan dengan lamanya periode penelitian). 2.5 Risiko Risiko dalam konteks manajemen investasi merupakan besarnya penyimpangan atau perbedaan antara expected return dengan actual return. Semakin besar penyimpangan antara expected return dan actual return maka semakin besar pula tingkat risikonya. Ada dua jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis yang akan dijabarkan sebagai berikut.

4 Risiko Sistematis (Systematic Risk) Risiko sistematis (systematic risk )merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Systematic risk berkaitan dengan risiko yang dihadapi oleh semua perusahaan. Risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makroekonomi yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. Contoh faktor makroekonomi misalnya inflasi, siklus bisnis, dan berita tentang kondisi ekonomi.(murhadi, 2009) Risiko Tidak Sistematis (Unnsystematic Risk) Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) merupakan risiko yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Risiko ini berkaitan dengan risiko yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan seperti kematian karyawan-karyawan penting, serta faktor lain yang memengaruhi keberuntungan suatu perusahaan tanpa memengaruhi perekonomian yang luas secara terukur. Risiko spesifik tersebut dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi. Konsep diversifikasi bermula dari suatu pemikiran do not put all your eggs in one basket karena apabila semua dana diinvestasikan dalam satu saham, maka ketika saham tersebut mengalami penurunan drastis akan menyebabkan kekayaan investor menurun drastis pula. Namun apabila investor memiliki portofolio dalam jumlah besar maka risiko akan mendekati nol, sehingga tidak memengaruhi nilai portofolio secara signifikan (Murhadi, 2009). 2.6 Tingkat Pengembalian (Return) Tingkat pengembalian (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Return dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

5 Pengembalian yang Telah Terjadi (Actual Return) Pengembalian yang telah terjadi (actual return) adalah return yang dihitung berdasarkan data historis. Tingkat pengembalian yang telah terjadi dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Keterangan: = return sahami pada periode ; = harga saham i pada periode ; = harga saham i pada periode t Pengembalian yang Diharapkan (Expected Return) Pengembalian yang diharapkan (expected return) merupakan return yang memang diharapkan investor dimasa mendatang. Berbeda dengan actual return yang sifatnya sudah terjadi, expected return sifatnya belum terjadi. Pada umumnya investor akan memprediksi return yang diharapkan masing-masing saham sebelum mengambil kebijakan dalam berinvestasi. Hal tersebut berarti ketepatan perhitungan dalam mengestimasi return sangat penting. Kesalahan dalam perhitungan expected return merupakan risiko yang harus ditanggung investor. Dalam mengestimasireturn, investor biasanya menggunakan model keseimbangan. Model yang paling populer digunakanialah Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang akan dibahas pada Subbab selanjutnya. 2.7 Capital Asset Pricing Model(CAPM) CAPM didasarkan atas teori portofolio yang dikembangkan oleh Markowitz dan dipelopori oleh William Sharpe, John Lintner, dan Jan Mossin

6 11 pada tahun Berdasarkan model Markowitz, investor diasumsikan akan mendiversifikasikan portofolionya dan memilih portofolio optimal atas dasar estimasi investor terhadap return dan risiko pada titik-titik portofolio yang terletak di sepanjang garis portofolio efisien. Portofolio yang efisien adalah portofolio yang berada di sepanjang kurva efficient frontier, seperti dalam gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1. Kurva Efficient Frontier Keterangan: = expected return portofolio; = standard deviation portofolio; a = portofolio dengan global minimum varians; ab = daerah portofolio efficient frontier; ac = daerah portofolio tidak efisien. CAPM digunakan untuk memprediksikan imbal hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko suatu aset pada kondisi ekuilibrium. Pada kondisi ekuilibrium, investor akan memilih portofolio m (portofolio pasar) sebagai portofolio aset beresiko yang optimal. CAPM merupakan model perhitungan portofolio yang menghubungkan antara aset-aset berisiko dengan indeks pasar dan

7 12 aset bebas risiko. CAPM meringkas seluruh faktor ekonomi yang relevan dengan satu indikator ekonomi makro dan berasumsi bahwa hal ini menggerakkan pasar sekuritas secara keseluruhan. Menurut konsep CAPM, satu-satunya faktor yang memengaruhi return adalah risiko pasar Ekuilibrium Pasar Modal Ekuilibrium pasar dalam CAPM digambarkan dalam dua bentuk hubungan antara Capital Market Line (CML) dan Security Market Line (SML). CML adalah garis yang menggambarkan hubungan expected return portofolio yang efisien dengan standar deviasinya. CML menunjukkan semua kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari aset berisiko dan aset bebas risiko. Jika portofolio hanya berisi aset tidak berisiko, maka risikonya sama dengan nol ( = 0) dan return yang diharapkan sama dengan. Jika portofolio terdiri dari semua aset berisiko maka risikonya sebesar dengan return yang diharapkan lebih besar dibandingkan return yang diharapkan portofolio dari aset tidak berisiko ( ). CML dijelaskan seperti gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2.2 Capital Market Line

8 13 Pada Gambar 2.2, diperoleh slope CML sebesar dengan intersep. Sehingga diperoleh persamaan untuk expected return portofolio yaitu ( ) (2.2) Keterangan: expected return portofolio; = expected return portofolio pasar; = return aset bebas risiko; = standard deviation dari return portofolio pasar ; = standard deviation portofolio. Sedangkan Security Market Line (SML) adalah garis lurus yang menggambarkan hubungan expected return sekuritas dengan beta. Ukuran yang relevan dari risiko untuk aset individu hanyalah yang tersisa setelah portofolio yang efisien tercapai, bukanlah standard deviation dari aset, melainkan hanya kontribusi aset terhadap varians portofolio pasar, yang diukur dengan beta aset. Beta ( ) merupakan kepekaan tingkat keuntungan suatu aset terhadap perubahan yang terjadi di pasar. Rata-rata beta untuk seluruh saham adalah bernilai sebesar satu. Aset yang memiliki tingkat risiko di atas rata-rata akan memiliki yang lebih besar dari satu. Sedangkan aset yang relatif aman atau risikonya lebih kecil dari rata-rata akan memiliki nilai kurang dari satu. Aset bebas risiko memiliki sebesar nol.

9 14 Gambar 2.3 Security Market Line Pada Gambar 2.3 terlihat yang bernilai 0 dimiliki oleh aset bebas risiko ( ) yang merupakan intercept dari SML. Dengan asumsi SML adalah garis linier, maka persamaan garis linear dapat dibentuk dengan intercept dan slope sebesar:. Karena bernilai 1, maka slope SML sebesar [ ]. Beranjak dari persamaan (2.2) selanjutnya akan dicari nilai expected return untuk satu aset ( yang diperlihatkan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) Keterangan: = return yang diharapkan aset i; = covariance antara saham i dengan portofolio pasar; = kepekaan saham i terhadap perubahan yang terjadi di pasar.

10 15 Persamaan matematika ini dikenal sebagai Capital Asset Pricing Model (CAPM) (Jones,1996:243). Model di atas jika dibuat dalam bentuk persamaan regresi maka CAPM merupakan bentuk persamaan regresi linear sederhana yaitu ( ) Keterangan: = nilai peubah responyaitu nilai return saham dikurangi return aset bebas risiko periode t; = interceptyaitu ukuran return aset i yang tidak terkait risiko pasar; = koefisien regresi saham i terhadap return pasar dikurangi return aset bebas risiko( ); ( ) = suatu konstanta yang diketahui, yaitu nilai peubah bebas dalam hal ini return portofolio pasar dikurangi return aset bebas risiko periode ke t; = Suku galat yang bersifat acak dengan rataan. Secara matriks persamaaan (2.4) dapat dinyatakan sebagai [ ] [ ] Model ini dapat disederhanakan sebagai * + [ ] Ciri ciri model adalah sebagai berikut. 1. Nilai merupakan jumlah dua komponen: (1) suku konstan ( ) dan (2) suku galat. Jadi, adalah suatu peubah acak.

11 16 2. Karena, maka ( ) ( ( ) ) ( ) ( ). 3. Suku-suku galat diasumsikan tidak berkorelasi. Oleh karenanya, hasil dari setiap amatan manapun tidak memengaruhi galat dari amatan lain manapun, baik positif atau negatif, kecil atau besar. Karena galat dan tidak berkorelasi, maka begitu juga dengan respons ( ) dengan( ) Variabel dalam CAPM Variabel dalam CAPM adalah excess return yaitu expected return market dikurangi return aset bebas risiko. Expected return market ialah return yang diharapkan dari portofolio pasar yang dalam penelitian ini menggunakan data historis indeks LQ-45. Nilainya diperoleh dari hasil selisih indeks LQ-45 pada periode t dikurangi indeks LQ-45 sebelum periode t dibagi dengan indeks LQ-45 sebelum periode t. Secara matematis ditulis sebagai (2.6) Sedangkan return aset bebas risiko ( ) adalah return yang diperoleh investor tanpa menanggung risiko. Dalam penelitian ini, aset bebas risiko diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. Return untuk aset bebas risiko ini didapat dari suku bunga selama satu tahun dibagi 12. Secara matematis ditulis sebagai

12 Asumsi-asumsi CAPM CAPM mengasumsikan beberapa kondisi agar bisa digunakan. Namun kenyataannya asumsi-asumsi yang digunakan dalam CAPM kurang menunjukkan keadaan realitas yang terjadi. Berikut ini beberapa asumsi yang digunakan dalam CAPM (Zubir, 2011): a. Tidak ada biaya transaksi, dengan demikian investor dapat membeli atau menjual sekuritas tanpa menanggung biaya. Kenyataannya ada biaya-biaya seperti biaya broker. b. Investasi dapat dipecah kecil-kecil, sehingga investor dapat membeli saham dalam ukuran pecahan. Kenyataannya tidak mungkin membeli saham dalam bentuk pecahan. c. Tidak ada pajak pendapatan pribadi, sehingga bagi investor tidak masalah apakah mendapatkan return dalam bentuk deviden atau capital gain.kenyataannya deviden dan capital gain dikenai pajak dengan tarif yang berbeda sehingga dapat memengaruhi keputusan investasi. d. Seseorang tidak dapat memengaruhi harga saham melalui tindakan membeli atau menjual saham yang dimiliki. Informasi tersedia untuk semua investor dan dapat diperoleh dengan bebas tanpa biaya, sehingga harga saham sudah mencerminkan semua informasi yang ada. Asumsi ini mengindikasikan bahwa pasar modal analog dengan bentuk pasar persaingan sempurna, dimana investor secara perorangan tidak dapat memengaruhi harga saham.

13 18 e. Investor membuat keputusan investasi hanya berdasarkan risiko (standar deviasi) dan expected return portofolio sesuai dengan model Markowitz. Investor mempunyai input yang sama dalam membentuk portofolio yang efisien. Semua investor mendefinisikan periode investasi yang dimiliki dengan cara yang persis sama, sehingga expected return dan standar deviasi portofolio pada periode tersebut akan sama untuk setiap investor. Kenyataannya investor memiliki pemahaman, cara pandang, kemampuan serta periode investasi yang berbeda dalam mengolah informasi, sehingga preferensi terhadap return dan risiko akan berbeda pula. f. Semua investor dapat menjual saham yang tidak dimilikinya (short sale) tanpa batas. Kenyataanya, short sale mempunyai persyaratan dan mekanisme yang tidak mudah dipenuhi oleh semua orang, sehingga tidak mungkin investor melakukan short sale tanpa batas. g. Lending dan borrowing pada tingkat bunga bebas risiko dapat dilakukan pada jumlah yang tidak terbatas. Investor dapat meminjamkan (lending) dan meminjam (borrowing) sejumlah dana yang diinginkannya pada tingkat bunga yang sama dengan tingkat bunga bebas risiko. Asumsi yang digunakan dalam CAPM banyak yang tidak realistis jika dibawa ke dunia nyata. Hal ini membuat model menjadi tidak sesuai dengan kondisi aslinya. Selain itu, para peneliti mulai menemukan faktor lain selain beta pasar yang memengaruhi return.oleh karena itu mulai muncul model multifaktor. Model multifaktor menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang jumlahnya bisa lebih

14 19 dari satu. Untuk itu, mencari tahu faktor lain yang memengaruhi return selain beta pasar merupakan hal penting. Sebuah alternatif untuk menentukan faktor yang menjadi sumber risiko sistematis yang relevan adalah menggunakan karakteristik perusahaan melalui riset empiris yang merupakan proksi terhadap risiko sistematis. Bila suatu investasi bisa mendapatkan tingkat hasil yang relatif lebih tinggi dari investasi lainnya dan memiliki sifat yang konsisten, maka investasi tersebut dapat dikatakan memiliki risiko yang cukup tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya. Konsekuensinya adalah harus mengetahui karakteristik investasi yang memberikan hasil lebih tinggi tersebut dan mempertimbangkan karakteristik tersebut memiliki dampak tidak langsung terhadap risiko pasar. 2.8 Three Factors Model Fama and French (TFMFF) Fama &French (1993) menemukan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi return yang diharapkan yaitu risiko pasar (terdapat dalam CAPM), ukuran perusahaan (firm size), dan rasio nilai buku terhadap nilai pasar(book to market equity) disingkat BE/ME. Firm size danbe/me merupakan faktor diluar CAPM. Sehingga dengan dimasukkannya variabel firm size dan BE/ME ke dalam modelnya, maka model tersebut dikenal dengan Three Factors Model Fama and French (TFMFF), dan mulai dipublikasikan melalui Journal of Finance tahun 1996 dengan judul artikel Multifactor Explanations of Asset Pricing Anomalies.

15 Risiko dalam TFMFF Adapun faktor risiko pada TFMFF dalam mengestimasi return adalah 1. Risiko pasar Baik dalam CAPM maupun TFMFF sama-sama menggunakan risiko pasar sebagai tolok ukur risiko dalam mengestimasi return. 2. Firm Size (Ukuran Perusahaan) Ukuran suatu perusahaan perlu diperhitungkan sebagai acuan apakah suatu perusahaan mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Secara umum, perusahaan yang lebih besar akan memiliki risiko yang lebih kecil daripada perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih tahan krisis, sehingga akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Namun perusahaan besar dinilai kurang memberikan laba yang besar tetapi memiliki kepastian dalam hal perolehan keuntungan. Firm size ditunjukkan melalui perkalian dari jumlah saham yang beredar dengan harga per lembar saham (price) pada setiap perusahaan yang dijadikan sampel. Jika dirumuskan secara matematis diperoleh: Untuk menentukan kelompok saham besar (B) dan kelompok saham kecil (S), maka firm size akan diurutkan berdasarkan urutannya dari yang terkecil hingga terbesar. Proporsi B dan S masing-masing 50% dari seluruh sampel yang digunakan.

16 21 3. Book to Market Ratio (BE/ME) Book to Market Ratio (BE/ME)merupakan sebuah rasio yang digunakan untuk menentukan nilai perusahaan dengan membandingkan nilai buku (Book Equity) dari suatu perusahaan atau aktiva bersih terhadap nilai pasarnya (Market Equity) ditulis BE/ME. Book Equity diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, dan nilai pasar ditentukan di pasar saham melalui kapitalisasi pasar yaitu hasil perkalian antara jumlah saham yang beredar dengan price setiap perusahaan. Secara matematis dirumuskan sebagai Berdasarkan faktor BE/ME, saham-saham dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni: Low (L), Medium (M), dan High (H). Proporsi L adalah 30%, proporsi M adalah 40% dan proporsi H adalah 30% dari seluruh sampel yang digunakan. Setelah dibentuk kelompok berdasarkan faktor firm size dan BE/ME, maka selanjutnya dapat dibentuk portofolio S/L, S/M, S/H, B/L, B/M, dan B/H. Rincian setiap portofolio yang dibentuk akan dijelaskan pada tabel 2.1 berikut.

17 22 Tabel 2.1 Kombinasi Portofolio berdasarkan Size dan BE/ME Kombinasi Keterangan Portofolio Portofolio dengan pengukuran kriteria berdasarkan firm S/L size dan BE/ME. Portofolio terbentuk dengan kriteria small size dan low BE/ME. Portofolio dengan pengukuran kriteria berdasarkan firm S/M size dan BE/ME. Portofolio terbentuk dengan kriteria small size dan medium BE/ME. Portofolio dengan pengukuran kriteria berdasarkan firm S/H size dan BE/ME. Portofolio terbentuk dengan kriteria small size dan high BE/ME. Portofolio dengan pengukuran kriteria berdasarkan firm B/L size dan BE/ME. Portofolio terbentuk dengan kriteria big size dan low BE/ME. Portofolio dengan pengukuran kriteria berdasarkan firm B/M size dan BE/ME. Portofolio terbentuk dengan kriteria big size dan medium BE/ME. Portofolio dengan pengukuran kriteria berdasarkan firm B/H size dan BE/ME. Portofolio terbentuk dengan kriteria big size dan high BE/ME.

18 Variabel Variabel TFMFF Variabel-variabel dalam TFMFF menurut Fama & French (1993) adalah 1. Excess return yaitu return market dikurangi return aset bebas risiko. Variabel juga digunakan sebagaimana dalam CAPM. 2. Small Minus Big (SMB) Firm size diproksi dengan SMB (Small Minus Big). SMB merupakan perbedaan rata-rata (average) tiap bulan dari return pada tiga portofolio saham kecil atau perusahaan small (S/L, S/M, S/H) dengan rata-rata tiap bulan dari return pada tiga portofolio saham besar atau perusahaan big (B/L, B/M, B/H). Jadi, SMB merupakan efek BE/ME yang memfokuskan pada perilaku return yang berbeda dari saham-saham besar dan kecil. SMB dirumuskan sebagai SMB= (S/L+S/M+S/H) (B/L+B/M+B/H). (2.10) 3. High Minus Low (HML) BE/ME akan diproksi dengan HML (High Minus Low). HML merupakan perbedaan setiap bulan antara rata-rata dari return pada dua portofolio yang BE/ME nya tinggi (S/H dan B/H) dan rata-rata dari return pada dua portofolio yang BE/ME nya rendah (S/L dan B/L). Jadi, HML merupakan faktor firmsize yang memfokuskan pada perilaku return yang berbeda dari saham-saham yang BE/ME nya rendah dan tinggi. HML dirumuskan sebagai

19 Pembentukan Three Factors Model Fama and French Adanya penambahan faktor SMB dan HML pada CAPM, sehingga membuat terdapat 3 peubah bebas pada Three Factor Model Fama and French dengan model yaitu ( ) Keterangan: = return yang diharapkan aset i; = return aset bebas resiko; = tolok ukur risiko yang berasal dari hubungan antara return suatu =saham dengan return pasar dikurangi return aset bebas risiko; = return pasar LQ-45; = tolok ukur risiko yang berasal dari hubungan antara return suatu saham dengan return SMB; SMB = Small Minus Big, yaitu selisih return portofolio saham kecil (small size) dengan portofolio saham besar (big size); = tolok ukur risiko yang berasal dari hubungan antara return suatu saham dengan return HML; HML = High Minus Low, yaitu selisih return portofolio saham dengan BE/MEtinggi dengan portofolio saham dengan BE/MErendah. Model di atas jika dibuat dalam bentuk persamaan regresi maka merupakan bentuk persamaan regresi linear berganda yaitu ( ). (2.13) Keterangan: = peubah responyaitu nilai return saham dikurangi return aset bebas risiko periode t; = Intercept yaitu ukuran return aset i yang tidak terkait risiko

20 25 pasar, size dan BEME; = koefisien regresi saham i terhadap return pasardikurangi return aset bebas risiko( ); = returnpasar LQ-45 periode ke t; ( ) = suatu konstanta yang diketahui, yaitu nilai peubah bebas dalam hal ini return portofolio pasar dikurangi return aset bebas risiko periode ke t; = koefisien regresi saham terhadap return SMB; = returnportofoliosmbperiode ke t; = koefisienregresi saham terhadap return HML; = returnportofoliohmlperiode ke t; = suku galat yang bersifat acak dengan rataan. Secara matriks persamaan (2.13) dapat dinyatakan sebagai [ ] [ ] Model ini dapat disederhanakan sebagai [ ] [ ] Ciri ciri model adalah sebagai berikut. 1. Nilai merupakan jumlah dua komponen: (1) suku konstan ( ) dan (2) suku galat. Jadi, adalah suatu peubah acak. 2. Karena, maka ( ) ( ( ) ) ( ) ( )

21 26 3. Suku-suku galat diasumsikan tidak berkorelasi. Oleh karenanya, hasil dari setiap amatan manapun tidak memengaruhi galat dari amatan lain manapun, baik positif atau negatif, kecil atau besar. Karena galat dan tidak berkorelasi, maka begitu juga dengan respon ( ) dengan ( ). 2.9 Estimasi Parameter Estimasi parameter pada CAPM dan TFMFF bertujuan untuk mendapatkan model regresi linier yang akan digunakan dalam analisis CAPM dan TFMFF. Model regresi yang baik adalah model regresi yang dapat menghasilkan nilai galat terkecil. Semakin kecil nilai galat yang dihasilkan, maka semakin baik hasil dari model regresi tersebut. Nilai galat yang kecil menunjukkan nilai estimasi yang dihasilkan dari suatu analisis regresi akan mendekati nilai aktualnya. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengestimasi parameter pada CAPM dan TFMFF adalah metode kuadrat terkecil atau sering juga disebut dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Metode OLS dapat menghasilkan nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual Estimasi Parameter CAPM dengan Metode OLS Metode OLS pada CAPM digunakan untuk mencari dan yang merupakan nilai estimasi parameter dan sehingga persamaan (2.4) diestimasi menjadi ( ) ( ) Berdasarkan persamaan (2.4) maka jumlah kuadrat galat dinyatakan sebagai (( ) ( ) )

22 27 (( ) ( ( ))) (( ) ( )) Penurunan persamaan (2.15) dijabarkan sebagai (( ) ( )) ( ) (( ) ( )) Persamaan normal kuadrat terkecil diperoleh: ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) Bila persamaan (2.15) dinyatakan dalam notasi matriks menjadi: dengan Meminimalkan kuadrat galat dengan mendeferensialkan persamaan (2.20) terhadap parameter diperoleh:

23 Estimasi Parameter TFMFF dengan Metode OLS Metode OLS pada TFMFF digunakan untuk mencari,, dan yang merupakan nilai estimasi parameter,, dan sehingga persamaan (2.13) diestimasi menjadi ( ) ( ) Berdasarkan persamaan (2.13)maka jumlah kuadrat galat dinyatakan sebagai (( ) ( ) ) (( ) ( ( ) )) (( ) ( ) ) (2.22) Penurunan persamaan (2.22) dijabarkan sebagai (( ) ( ) ) ( ) (( ) ( ) ) (( ) ( ) )

24 29 (( ) ( ) ) Persamaan normal kuadrat terkecil diperoleh: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Bila persamaan (2.22) dinyatakan dalam notasi matriks menjadi: dengan

25 30 Meminimalkan kuadrat galat dengan mendeferensialkan persamaan (2.31) terhadap parameter diperoleh: 2.10 Pengujian Asumsi pada Analisis Regresi Linier Berganda Pengujian Kenormalan Univariat Pemeriksaan distribusi normal univariat dilakukan dengan cara membuat Q-Q atau grafik probability plot of error. Suatu data dikatakan menyebar normal apabila titik-titik galat mengikuti pola garis lurus. Namun, untuk pengujian lebih akurat dapat dilakukan analisis Anderson-Darling. Adapun hipotesis yang diuji adalah (galat) berdistribusi normal (galat) tidak berdistribusi normal Kriteria keputusan galat berdistribusi normal jika p-value> (alpha) yaitu hipotesis nol gagal ditolak Pengujian Kekonstanan dan Kehomogenan Ragam Galat Pengujian kekonstanan ragam dilakukan dengan membuat plot antara nilai dugaan dengan galat atau dengan memplot antara masing-masing variabel bebas terhadap galat. Jika sebagian besar titik amatan berada dekat titik nol dan tidak membentuk kurva tertentu maka ragam dikatakan bersifat acak dan konstan (Neter, 1997).

26 Uji Signifikansi Parameter CAPM dan TFMFF Pengujian Parameter Secara Serentak (Simultan) Uji serentak (simultan) digunakan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara return saham (variabel respon) dengan seluruh variabel bebas (, SMB dan HML ) secara bersamaan, dengan hipotesis yang diuji adalah minimal ada satu parameter ( Statistik uji yang digunakan adalah Berikut ini tabel ANOVA untuk Uji Simultan Parameter Regresi: Tabel 2.2 Tabel ANOVA untuk Uji Simultan Parameter Regresi Sumber Keragaman Regresi db JK ( ) KT Galat n-q-1 ( ) Total n-1 ( ) ( ) ( ) (Neter,et. all,1997).

27 32 Keterangan: Db = derajat bebas; JK = Jumlah Kuadrat; KT = Kuadrat Total; JKR = Jumlah Kuadrat Regresi; KTR = Kuadrat Total Regresi; JKG = Jumlah Kuadrat Galat; KTG = Kuadrat Total Galat; JKT = Jumlah Kuadrat Total; n = banyaknya amatan. Penolakan hipotesis nol jika menunjukkan bahwa terdapat variabel bebas yang mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap model (Neter,et. all,1997) Pengujian Parameter Secara Individu (Parsial) Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap model.hipotesis pengujian signifikansi parameter regresi secara parsial adalah (Neter,et. all,1997): : : ; dan Statistik uji yang digunakan adalah Keterangan: = nilai taksiran parameter (yang diperoleh dari metode OLS); = standar deviasi nilai taksiran parameter.

28 33 Gagalnya penolakan hipotesis nol terjadi apabila yang berarti bebas ke-k dapat dihilangkan dari model Koefisien Determinasi Ganda Terkoreksi Koefisien determinasi ganda merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Dengan kata lain nilai tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi ganda mencerminkan seberapa besar keragaman peubah respon dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan. Apabila nilai koefisien determinasi ganda sama dengan 0 (R 2 = 0), artinya variasi dari tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali. Sementara bila R 2 = 1, artinya variasi dari secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel bebas. Dengan kata lain bila R 2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R 2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. Koefisien determinasi ganda dilambangkan, yang dirumuskan sebagai (Neter,et. all,1997): Nilai yang besar belum tentu berimplikasi bahwa model dugaan berguna. Penambahan lebih banyak peubah bebas ke dalam model akan menaikkan nilai. Oleh karena itu digunakan koefisien determinasi ganda terkoreksi yang dilambangkan dengan ( adjusted), yang dirumuskan sebagai (Neter,et. all,1997):

29 34 ( ) dengan n adalah banyaknya amatan dan p adalah banyaknya parameter. Koefisien determinasi ganda terkoreksi ini akan menjadi lebih kecil jika peubah bebas yang tidak signifikan dimasukkan ke dalam model. Model regresi yang terpilih adalah model regresi yang memiliki nilai koefisien determinasi terbesar.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan investor ini tinggal memilih perusahaan go-public yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan investor ini tinggal memilih perusahaan go-public yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saham di pasar modal merupakan sebuah alternatif yang baik terutama bagi seseorang yang telah memiliki modal tetapi kebingungan mengelola dana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investor dalam melakukan investasi akan mempertimbangkan dua hal utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada umumnya investor

Lebih terperinci

BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT)

BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT) BAB III CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING TEORY (APT) 3.1 Model Keseimbangan Pada titik keseimbangan, investor mempunyai harapan yang sama terhadap return dan risiko. Menurut Jacob

Lebih terperinci

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL MARKET LINE/CML) GARIS PASAR SEKURITAS (SECURITY MARKET LINE/SML) PENGUJIAN TERHADAP CAPM

Lebih terperinci

Dua model keseimbangan:

Dua model keseimbangan: Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) CAPM adalah model hubungan antara tingkat return harapan dari suatu aset

Lebih terperinci

PERBANDINGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH (TFMFF) DALAM MENGESTIMASI RETURN SAHAM

PERBANDINGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH (TFMFF) DALAM MENGESTIMASI RETURN SAHAM PERBANDINGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH (TFMFF) DALAM MENGESTIMASI RETURN SAHAM Kadek Mira Pitriyanti 1, Komang Dharmawan 2, G.K. Gandhiadi 3 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Model-model Keseimbangan

Model-model Keseimbangan Materi 5 Model-model Keseimbangan Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MODEL-MODEL MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL GARIS PASAR SEKURITAS

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar Garis pasar modal Garis pasar sekuritas Estimasi Beta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH (TFMFF) DALAM MENGESTIMASI RETURN SAHAM KOMPETENSI TERAPAN

PERBANDINGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH (TFMFF) DALAM MENGESTIMASI RETURN SAHAM KOMPETENSI TERAPAN PERBANDINGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN THREE FACTORS MODEL FAMA AND FRENCH (TFMFF) DALAM MENGESTIMASI RETURN SAHAM KOMPETENSI TERAPAN SKRIPSI KADEK MIRA PITRIYANTI 1108405012 JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2010). Saat ini masyarakat mulai melirik pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. mendatang (Tandelilin, 2010). Saat ini masyarakat mulai melirik pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Atau dapat dikatakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fama-French Three-Factor Model adalah sebuah model yang menjelaskan pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang dikembangkan oleh Eugene

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) mula-mula adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952). Secara sederhana,

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan pasar modalnya. Pasar modal merupakan suatu wadah atau tempat untuk memperjualbelikan

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu, Jogiyanto (2010). Dengan demikian diharapkan penundaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi 19 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Investasi Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dana dari dalam maupun luar negeri. Kehadiran pasar modal menambah banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Portofolio Harry Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir

Lebih terperinci

Security Market Line & Capital Asset Pricing Model

Security Market Line & Capital Asset Pricing Model Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Systematic Risk & Beta Security Market Line & Capital Asset Pricing Model Sebagaimana

Lebih terperinci

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Indonesian Stock Exchange (IDX) atau dari BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2006 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan sejumlah dana pada asset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal dan industri industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Size

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Jakarta Islamic Index (JII) diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerja sama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

Model-model keseimbangan

Model-model keseimbangan Model-model keseimbangan Model-model keseimbangan Capital aset pricing model (CAPM) Model Capital aset pricing model (CAPM) merupakan model keseimbangan yang menggambarkan hubungan risiko dan return secara

Lebih terperinci

BAB III ARBITRAGE PRICING THEORY

BAB III ARBITRAGE PRICING THEORY BAB III ARBITRAGE PRICING THEORY 3.1 Pendahuluan Douglas (2012, hlm. 6) mengemukakan bahwa teori keuangan modern telah difokuskan pada risiko sistematis seperti inflasi, tingkat suku bunga dan lain sebagainya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan dan perekonomian suatu negara. Di dalam pasar modal, kita dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemodelan matematika terbentuk untuk menyelesaikan suatu permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan matematis. Salah satu konsep yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana efektif sebagai penggalang dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Aktivitas pasar modal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikenal dengan model penilaian harga aset (model asset pricing) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikenal dengan model penilaian harga aset (model asset pricing) dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika seorang investor melakukan investasi dalam suatu aset, maka kemampuan untuk mengestimasi tingkat pengembalian aset menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran dan Evaluasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis, sehingga tidak ada suatu kepastian

Lebih terperinci

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam memilih portofolio optimal. Ada tiga konsep dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang harus dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

I. PENDAHULUAN. juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar ini, investasi memiliki risiko dan return yang berbeda. Risiko dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan di beberapa jenis pasar keuangan, mulai dari pasar uang, pasar modal, hingga pasar derivatif. Dalam setiap jenis pasar ini, investasi memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam. kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan investasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara. Krisis moneter pada tahun 1997 mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

Rita Indah Mustikowati, SE, MM

Rita Indah Mustikowati, SE, MM Rita Indah Mustikowati, SE, MM TINGKAT PENGEMBALIAN Tingkat pengembalian disebut juga return Return berarti keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan Pengembalian investasi adalah dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk memperoleh return yang setinggi-tingginya. Namun yang perlu disadari

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk memperoleh return yang setinggi-tingginya. Namun yang perlu disadari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selain tabungan, deposito dan obligasi, saham merupakan instrumen yang menarik untuk dijadikan sarana investasi. Investasi dilakukan oleh investor dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3. 1. 1 Variabel Penelitian Variabel yang digunkan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu a. variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sehingga lebih mudah dipahami dan diinterprestasikan. Statistik deskriptif memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan untuk mengubah satu unit konsumsi dimasa sekarang yang akan menghasilkan lebih dari satu unit konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. ABSTRACT... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI ABSTRACT... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Saham dibagi atas dua kelas yaitu saham biasa (common stock) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Saham dibagi atas dua kelas yaitu saham biasa (common stock) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Konsep 2.1.1. Saham Saham (stock) adalah bentuk hak kepemilikan yang dapat dijual oleh suatu perusahaan. Saham dibagi atas dua kelas yaitu saham biasa (common

Lebih terperinci

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar PENILAIAN SAHAM Saham adalah bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan Jenis saham : 1. Saham biasa (common stock) 2. Saham preferen Karakteristik Saham Preferen: a. Hak preferen terhadap deviden: hak menerima

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang II. LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan yaitu keputusan investasi, keputusan pembiayaan dan keputusan dividen. Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan invetasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian sehingga efektivitas pasar modal seringkali dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusaninvestasi.informasi yang diperlukan tersebut diantaranya disajikan dalam laporankeuangan yang dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam hayati terdiri dari sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti di negara negara berkembang lainnya, para investor di Pasar Modal Indonesia mengharapkan keuntungan yang lebih besar karena ada dua alasan (Mobius, 1996 ).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2015. Penelitian dilakukan dengan mengambil data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset M a n a j e m e n K e u a n g a n 59 Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai definisi, teknik perhitungan, jenis, dan hubungan antara risiko dan hasil.

Lebih terperinci