EVALUASI TRUNKLINE 8 SP BERINGIN-PPP PRABUMULIH. Reza Nur Ardianto, Damar Aryo Sutrisno, Abdullah, Kosasih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI TRUNKLINE 8 SP BERINGIN-PPP PRABUMULIH. Reza Nur Ardianto, Damar Aryo Sutrisno, Abdullah, Kosasih"

Transkripsi

1 EVALUASI TRUNKLINE 8 S BERINGIN- RABUMULIH Oleh: Reza Nur Ardianto, Damar Aryo Sutrisno, Abdullah, Kosasih ABSTRAK Transportasi fluida produksi dari Stasiun engumpul Beringin ke usat engumpul roduksi rabumulih yang menggunakan trunkline Carbon Steel 8 spesifikasi AI 5L Grade B sepanjang m selalu menemui kendala kebocoran. Kebocoran ini disebabkan oleh tingginya tingkat korosi pipa. Beberapa usaha telah dilakukan, diantaranya penggunaan chemical corrotion inhibitor. Namun masalah kebocoran masih tetap saja terjadi. Berdasarkan hal ini, ertamina DOH Sumbagsel mencoba melakukan kajian terhadap penyebab adanya korosi. Analisa dilakukan pada komposisi material pipa Carbon Steel dan sifat fluida struktur Beringin. Hasil kajian menyatakan bahwa penyebab utama korosi adalah sifat fluida dari Lapangan Beringin cenderung korosif. Hal ini yang mengakibatkan pendeknya umur pemakaian pipa carbon steel AI 5L Grade B spiral, dimana pipa tersebut terbukti tidak tahan terhadap fluida produksi yang sangat korosif. Terjadi korosi internal yang mengakibatkan kebocoran sehingga masa operasi relatif singkat sekali (6 bulan). Oleh karena itu maka diperlukan pipa yang mempunyai material yang tahan terhadap fluida korosif dan sebagai solusi maka saat ini telah di pasang pipa fiberglass 8 dari S Beringin ke rabumulih, menggantikan pipa carbon steel 8. ipa fiberglass tersebut telah beroperasi sejak bulan September 2005 dengan memompakan fluida bfpd dengan rata-rata tekanan pemompaan si, lebih rendah dibandingkan dengan tekanan pemompaan menggunakan pipa Carbon Steel, yang terpasang sebelumnya, yaitu si. Biaya investasi dan pemeliharaan selama 20 tahun untuk pipa carbon sebesar 12,4 juta USD sedangkan pipa fiberglass sebesar 4 juta USD atau dengan menggunakan teknologi fiberglass pipa dapat menghemat 8,4 juta USD selama 20 tahun atau USD per tahun. ENDAHULUAN LATAR BELAKANG Keberadaan trunkline yang handal dalam proses pengiriman fluida dari stasiun pengumpul minyak ke pusat penampung produksi sangat berarti untuk menjamin kontinuitas produksi suatu lapangan. Trunk line yang tidak handal baik karena problema kebocoran akibat dari tingkat korosi yang tinggi atau kualitas pipa yang tidak baik akan berdampak langsung terhadap fluktuasi produksi. Disisi lain adanya kebocoran fluida alir akan berdampak pada problema isu lingkungan yang saat ini sangat ketat. Kehandalan trunk line dari S Beringin ke di Area Operasi Timur DOH Sumbagsel menjadi problema yang serius disebabkan tingkat kebocoran yang tinggi. Struktur Beringin, yang terletak sekitar 35 km sebelah selatan kota rabumulih, ditajak pertama kali pada tahun 1975 dan sampai saat ini telah dilakukan pemboran sebanyak 35 sumur. Saat ini jumlah sumur yang berproduksi adalah 17 sumur dengan produksi minyak kotor sebesar BFD dan produksi minyak bersih BOD. Selain itu struktur Beringin juga memproduksi gas sebesar MMSCFD. Sejalan dengan perkembangannya, telah dibangun fasilitas produksi berupa Stasiun engumpul dan Stasiun Kompresi Gas serta fasilitas distribusi berupa flowline dan trunkline. Minyak, air dan gas hasil dari sumur produksi Beringin dialirkan ke Stasiun engumpul (S) BRG menggunakan flowline 4 inch. Setelah melalui pemisahan, gas dialirkan

2 ke Stasiun Kompresor Gas (SKG) BRG sedangkan liquid (minyak dan air) dialirkan menggunakan trunkline 8 spesifikasi AI 5L Grade B ke usat enampungan roduksi () rabumulih untuk selanjutnya dilakukan pemisahan. Dalam pengiriman liquid dari S Beringin ke rabumulih, seringkali menemui kendala berupa terjadinya kebocoran trunkline 8. Kebocoran ini telah mencapai tingkat yang cukup parah. Beberapa usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kebocoran ini antara lain : 1. Injeksi corrotion inhibitor Sebagai upaya pencegahan korosi pada Trunkline S BRG telah dilakukan injeksi corrotion inhibitor sebanyak 25 ppm per hari. Cairan tersebut diinjeksikan pada discharge pompa S BRG 2. ekerjaan clamp pipa dilakukan untuk menutup kebocoran dengan memasang clamp pada lokasi pipa bocor. 3. ekerjaan penyisipan pipa baru dilakukan apabila terjadi kebocoran yang besar dan pada bagian pipa bocor tersebut banyak terdapat clamp. 4. Analisa terjadinya korosi pada trunkline 8 S BRG rabumulih dilakukan untuk mencari penyebab terjadinya korosi dan mencari solusinya. Analisa yang dilakukan antara lain analisa sifat fluida struktur Beringin, dan analisa komposisi material trunkline 8 existing S BRG. Berdasarkan sejarah pemipaan, dalam lima tahun terakhir telah dilakukan beberapa kali penyisipan pipa antara S BRG rabumulih. TABEL 1. SEJARAH ENYISIAN IA S BRG- RABUMULIH NO TAHUN ANJANG ENYISIAN (m) LOKASI Km 33 30,4 ; Km 24,5 25,5 ; Km ; Km 15 22,2 ; Km 5 10, Km ; Km ; Km Km ; Km ; Km ; Km Km 4 6,5 ; Km 6,5 km ; Km 12 14,5 ; Km16 18,3 ; Km 20 20,5 ; Km ; Km24 26 ; Km 12 17, Sisip : Km ; Km Clamp di Km 20, 21, 01, 19, 4 5, 24, 17 22, 17 ERMASALAHAN Dengan adanya kebocoran pipa 8 S BRG- rabumulih, maka menyebabkan : 1. Terganggunya pemompaan dari S BRG ke rabumulih. Kebocoran menyebabkan berkurangnya liquid dalam pipa, hal ini akan berdampak pada losses (selisih antara pompaan S BRG dengan penerimaan rabumulih).

3 2. Terjadinya pencemaran disekitar trunkline 8 S BRG rabumulih Hal ini akan berdampak pada biaya ganti rugi kepada penduduk yang tinggal di sekitar trunkline 8. Biaya ganti rugi yang nilainya cukup besar tersebut meliputi biaya pembersihan lahan yang dilakukan sendiri oleh ertamina dan biaya kompensasi tanam tumbuh terhadap lahan penduduk. 3. Alokasi pekerja yang cukup banyak untuk mengatasi kebocoran trunkline, sehingga mengganggu operasional distrik III. Berdasarkan dampak yang cukup merugikan perusahaan tersebut maka perlu dilakukan kajian terhadap penyebab kebocoran trunkline 8 S BRG- rabumulih, sehingga didapatkan suatu pemecahan agar kebocoran dapat dicegah. ANALISA ENYEBAB KOROSI TRUNKLINE 8 S BRG- Berikut adalah data teknis trunkline 8 S BRG- rabumulih. - Material : AI 5L Grade B - Diameter : 8 inch - Yield strength : si - Tekanan operasi : 500 psi - Ketebalan nominal : 8.2 mm - Ketebalan aktual : 5.09 mm - Tahun pemasangan : 2001 Adapun penyebab umum kebocoran trunkline dapat diakibatkan oleh : - Korosi eksternal pipa Korosi eksternal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang dilalui pipa. Kondisi lingkungan tersebut meliputi suhu udara, suhu tanah, tingkat keasaman tanah dan kelembaban tanah akan memberi pengaruh terhadap laju korosi pipa bagian luar dari pipa. - Korosi internal pipa Tingginya tingkat korosi internal secara umum dapat disebabkan komposisi fluida yang mengalir membawa komponen korosif seperti air garam (Cl - ), Hydrogen Sulfhide (H 2 S), Carbon Dioksida (CO 2 ), Carbon Monoksisa (CO). - Kurangnya proteksi terhadap pipa Kurangnya proteksi baik berupa cathodic protection maupun coating secara tidak langsung juga menjadi penyebab utama korosi pipa yang secara langsung akan menyebabkan kebocoran pada pipa. - enipisan dinding pipa Selain disebabkan karena korosi, kebocoran pipa juga dapat disebabkan oleh adanya penipisan dinding bagian dalam pipa. Adanya material abrasif (pasir) yang ikut terbawa dengan fluida dalam pipa secara terus menerus akan mengikis bagian dalam pipa hingga menyebabkan kebocoran. Berdasarkan beberapa penyebab terjadinya kebocoran diatas, maka dilakukan beberapa pengujian yaitu: 1. engujian material pipa engujian ini dilakukan pada pipa 8 yang terpasang pada jalur pipa S BRG rabumulih. Tujuan pengujian adalah untuk membandingkan apakah pipa terpasang sesuai dengan spesifikasi AI 5 L grade B. engujian telah dilakukan oleh surveyor dengan hasil sebagi berikut : Uji komposisi kimia Hasil uji komposisi kimia dilakukan pada pipa terpasang S BRG rabumulih. Adapun hasil pengujian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4 TABEL 2. HASIL UJI KOMOSISI KIMIA IA 8 EX S BRG- RABUMULIH No Unsur Hasil Uji (% wt) Standard ipa Ex BRG ipa Baru AI 5L Gr B 1 Fe C Max Si Mn Max Cr < Ni < < Mo Cu Al < V W Ti Nb < B S Max Max Dari tabel diatas diketahui bahwa sampel pipa 8 ex S BRG- rabumulih memenuhi spasifikasi AI 5L Grade B. Uji struktur mikro - Sampel pipa baru Struktur mikro berupa ferit perlit dengan butiran normal pada posisi tengah dan struktur mikro ferit bainit di posisi luar. Hal ini mengalami heat treatment atau pada saat fabrikasi mengalami hot rolling. - Sampel pipa ex S BRG rabumulih Struktur mikro berupa ferit perlit dengan butiran normal dan widmanstaten yang menujukan bahwa material trunkline mengalami heat treatment atau hot rolling saat fabrikasi. Hasil uji kekerasan dapat dilihat pada tabel berikut.

5 TABEL 3. HASIL UJI KEKERASAN IA IA 8 EX S BRG- RABUMULIH No. Lokasi Uji ipa Ex BRG Harga Kekerasan (Vickers) No. Lokasi Uji ipa Baru Harga Kekerasan (Vickers) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pipa ex Beringin mempunyai kekerasan yang tidak jauh berbeda dengan pipa 8 baru AI 5L Grade B. 2. engujian sifat fluida engujian dilakukan dengan mengambil sample fluida pada S BRG. Sampel kemudian dianalisa di laboratorium Tek. Reservoir ertamina DOH Sumbagsel Sifat fluida yang mengalir dalam pipa 8 dari S BRG ke rabumulih sangat mempengaruhi tingginya laju korosi internal pipa. Hasil analisa sifat fluida pada S BRG adalah sebagai berikut : - Na mg/l - Ca mg/l - Mg mg/l - HCO mg/l - SO mg/l - Cl mg/l - Fe mg/l - NaCl mg/l - CO mg/l - Resistivity Total hardness ph Susp. Solid 5800 mg/l - Disolv. Solid 9200 mg/l - Turbidity 61 ppm KESIMULAN Berdasarkan hasil analisa diatas dapat cenderung korosif, hal ini sangat mempengaruhi umur pemakaian pipa. ipa carbon steel AI 5L Grade B spiral terbukti tidak tahan terhadap fluida produksi yang dikirim dari S Beringin ke rabumulih yang sangat korosif. Terjadi korosi internal yang mengakibatkan kebocoran sehingga masa operasi relatif singkat sekali (6 bulan). Oleh karena itu maka diperlukan pipa yang mempunyai material yang tahan terhadap fluida korosif. REKOMENDASI Untuk mengatasi permasalahan korosi yang terjadi pada pipa 8 S BRG rabumulih dapat direkomendasikan alternatif berikut : 1. enggunaan pipa dengan komposisi material yang lebih baik dari pipa AI 5L grade B (pipa existing S BRG rabumulih) 2. enggunaan pipa dengan komposisi material khusus, yaitu galvanized steel pipe atau fiberglass pipe. 3. Fluida yang dipompakan diproses terlebih dahulu untuk mengurangi unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan korosi. atau diinjeksikan chemical yang dapat mencegah terjadinya korosi, seperti corrosion inhibitor. 4. Memompakan net oil ke rabumulih Dari beberapa rekomendasi diatas dipilih alternative kedua yaitu pemasangan pipa Fiberglass yang mempunyai kelebihan tahan dikatakan bahwa fluida dari Lapangan Beringin terhadap korosi.

6 KEEKONOMIAN INVESTASI IA CARBON STEEL DAN IA FIBERGLASS Berikut adalah perbandingan keekonomian dari penggunaan pipa AI 5L grade X 70 dan penggunaan pipa fiberglass. 1. ipa 8 sch 40 AI 5L grade B - anjang pipa yang dipasang m - Jumlah pipa yang 9 m 3889 jts - Harga pipa baru 684 US$ / jts - Biaya pembelian pipa 3889 jts 2,660,076 US$ - Biaya external coating 700,000 US$ - Biaya fitting 186,000 US$ - Biaya pemasangan 589,000 US$ - Biaya chemical 211,690 US$ - Biaya pigging 24,000 US$ - Biaya trenching & backfilling 200,000 US$ - Umur pemakaian 10 tahun Dari data-data diatas didapatkan parameter keekonomian pipa AI 5L grade B sebagai berikut : - disc 12 % 46,030,735 US$ - IRR 135 % - OT tahun - disc 0% 9.48 US$ - Biaya pemasangan 350,000 US$ - Biaya chemical 136,062 US$ - Biaya trenching & backfilling 200,000 US$ - Biaya pigging 24,000 US$ - Umur pemakaian 20 tahun Dari data-data diatas didapatkan parameter keekonomian fiberglass pipe 8 sebagai berikut : - disc 12 % 47,164,814 US$ - IRR 169 % - OT tahun - disc 0% US$ 2. Fiberglass pipe 8 - anjang pipa yang dipasang m - Jumlah pipa yang 9 m 3889 jts - Harga pipa baru 801 US$ / jts - Biaya pembelian pipa 3889 jts 3,115,000 US$ - Biaya fitting 289,000 US$

7 TABEL 4. ERBANDINGAN BIAYA INVESTASI DAN MAINTENANCE TRUNK LINE 8 BRG- 35,000 M Carbon Steel ipe (US $) Fiberglass ipe (US $) Investasi selama 20 tahun - Biaya ipa 5,320, ,115, Biaya Fitting dan kelengkapannya 372, , Biaya emasangan 1,578, ,100, Biaya coating dan cathodic Selisih Total Invesatasi selam 20 tahun 8,100, ,504, Maintenance selam 20 tahun - igging 24, , Scale Inhibittor 136, , Corrosion Inhibitor 75, Total Maintenance selam 20 tahun 235, , , Total Investasi dan Maintenance selam 20 tahun 8,336, ,664, ,672, Total Investasi dan Maintenance per tahun 416, , , Dengan menggunakan teknologi fiberglass, biaya investasi dan maintenance dapat dihemat sekitar 3,672,180 USD per 20 tahun atau 193,609 USD per tahun. ERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN ENGGUNAAN IA CARBON STEEL DAN IA FIBERGLASS Berikut adalah perbandingan penggunaan pipa carbon steel dan pia fiberglass : 1. ipa Carbon Steel AI 5L grade X 70 - Tahan terhadap gangguan external - Dapat dipasang diatas tanah - Bisa dibentuk manjadi long bend. - Mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik dibanding pipa AI 5L Grade B - Waktu konstruksi lebih lama - Diperlukan katodik protection 2. ipa fiberglass - Tahan terhadap korosi. - ipa mudah dibongkar. - Waktu konstruksi lebih cepat. - Tidak perlu katodik protector. - Dapat digunakan untuk high pressure - Free maintenance - Sebaiknya pipa ditanam - enanganan harus hati hati. - Life time dapat mencapai 20 tahun. ERBANDINGAN RESSURE LOSS IA CARBON STEEL DAN IA FIBERGLASS Diketahui data sebagai berikut : Diameter ipa : 8 Inch anjang ipa : 35,000 Meter (114,835 Feet) Laju Alir : 9,500 BOD (277 GM) C (pipe roughness Coefficient) : 150 (pipa Fiber) 120 (pipa carbon steel baru) Dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams 1. ipa Fiberglass 4,53 xl 4,87 d 4,53 x , ,7 si Q C 1, ,85

8 2. ipa Carbon Steel 4,53 xl 4, 87 d Q C 4,53 x , ,8 si 1, , 85 Dari perhitungan diatas, terlihat bahwa kehilangan tekanan (pressure loss) di pipa untuk pipa fiberglass lebih rendah dibandingkan dengan pipa Carbon Steel biasa. Sehingga penggunaan pipa fiberglass dapat mempercepat laju pemompaan fluida dari S BRG ke. Berdasarkan perbandingan parameter keekonomian dan teknis dapat dilihat bahwa pemasangan pipa fiberglass 8 S BRG- rabumulih lebih ekonomis dalam jangka panjang. ROYEK EMASANGAN IA FIBERGLASS Sebagai solusi dalam mengatasi kebocoran akibat korosi pada pipa Carbon Steel 8 AI 5L Grade B S BRG rabumulih tmt 22 April 2005 sampai dengan tanggal 4 September 2005 telah dilakukan pemasangan pipa fiberglass dengan spesifikasi sebagai berikut : - 8 Fiberglass Reinforced ipe 9 m - AI 15 HR Monogram - 8 RD THREAD EUE AI 5B - Advance Composite Thread (ACT) / Head Cured Epoxy - Operating pressure 750 SI - Design pressure 850 SI - Design temperature 200 deg F - Wall Thickness 0,33 (8,382 mm). 1. Kondisi tanah stabil emasangan pipa fiberglass pada tanah yang dianggap cukup padat, tidak basah atau berair, dilakukan pekerjaan berikut : a. ekerjaan penggalian tanah sedalam 180 cm. b. Sebelum dilakukan pemasangan pipa, terlebih dahulu dilakukan penimbunan pasir setinggi 20 cm sebagai bantalan pipa. c. emasangan pipa fiberglass sedalam 160 cm dari permukaan tanah. d. Setelah dilakukan pemasangan pipa, dilakukan penimbunan dengan pasir setinggi 6 atau 20 cm dari bagian atas pipa e. ekerjaan terakhir dalam pemasangan pipa adalah penimbunan dengan menggunakan tanah hasil galian hingga rata dengan permukaan tanah. Agar tidak terjadi failure pada pipa fiberglass maka diperlukan penanganan maupun pemasangan yang khusus. emasangan joint per joint pada pipa fiberglass dilakukan dengan menggunakan ulir (thread). emasangan pipa fiberglass pada kondisi tertentu memerlukan penanganan yang khusus pula, seperti dijelaskan berikut ini: 2. Kondisi tanah tidak stabil emasangan pipa fiberglass pada tanah yang dianggap cukup berair, dilakukan pekerjaan berikut: a. ekerjaan penggalian tanah sedalam 180 cm. b. Sebelum dilakukan pemasangan pipa, terlebih dahulu dilakukan penimbunan pasir setinggi 20 cm sebagi pondasi pipa.

9 c. emasangan pipa fiberglass di dalam casing (selubung) sedalam 160 cm dari permukaan tanah d. Setelah dilakukan pemasangan pipa, dilakukan penimbunan dengan pasir setinggi 6 atau 20 cm dari bagian atas casing (selubung) e. ekerjaan terakhir dalam pemasangan pipa adalah penimbunan dengan menggunakan tanah hasil galian hingga rata dengan permukaan tanah. pemasangan dilakukan pada jalan raya yang cukup padat, maka dilakukan pengeboran untuk membuat lubang pemasangan, namun pada jalan yang relatif tidak begitu ramai, dilakukan penggalian. Selanjutnya pipa fiberglass dipasang dengan didalam casing (selubung). 5. ipe crossing ada kondisi pipe crossing, pipa fiberglass dipasang malintasi bagian bawah pipa existing dengan jarak kurang lebih 6 atau 20 cm terhadap pipa existing. ada perpotongan pipa fiberglass dan pipa existing dipasang plat baja setebal 8 mm. 3. River crossing emasangan pipa fiberglass pada kondisi river crossing dilakukan dengan cara memasang pipa tersebut melintasi bagian atas sungai menggunakan elbow 45. Kemudian pipa fiberglass dipasang didalam casing (selubung) menggunakan pipe support. 4. Road crossing emasangan pipa fiberglass pada kondisi road crossing dilakukan dengan cara memasang pipa tersebut melintasi bagian bawah jalan. Apabila ENGOERASIAN IA FIBERGLASS JALUR BRG- ada tanggal 4 September 2005 telah dilakukan Tie-In pipa fiberglass dan kemudian dilanjutkan dengan igging pipa dari S BRG ke. Dari kondisi ig yang tidak rusak dapat diketahui bahwa kondisi internal pipa cukup baik. ipa fiberglass 8 S BRG rabumulih mulai dioperasikan pada tanggal 6 September 2005 dan hingga saat ini telah beroperasi normal dengan mengalirkan fluida dari S BRG ke rabumulih sebanyak 9055 bfpd dengan rata-rata tekanan pemompaan si, lebih rendah dibandingkan dengan tekanan pemompaan menggunakan pipa Carbon Steel, yang terpasang sebelumnya, yaitu si (pada kondisi pemompaan gross yang

10 kurang lebih sama, dan SM pompa yang sama). DAFTAR USTAKA 1. Mcallister, E.W, ipe Line Rules of Thumb Handbook, Gulf ublishing Company, Kontrak Jasa emasangan Cathodic rotection KM3 laju, ertamina DOH Sumbagsel, Laporan Tim Metallurgi UI, Karakterisasi ipa SAW & ERW yang Mengalami Kebocoran di T. ertamina DOH Sumbagsel rabumulih, Dept Matalurgu FTUI, Laporan, Identifikasi Material dan Uji Korosi ipa Trunkline Gunung Kemala, Beringin & Baru ertamina DOH Sumbagsel, Laboratoria Uni Konstruksi, Installation and Application ractices Threaded Line ipe, Fiberglass Systems

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

SISTEM GAS LIFT SIKLUS TERTUTUP SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MIGAS: STUDI KASUS LAPANGAN GNK

SISTEM GAS LIFT SIKLUS TERTUTUP SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MIGAS: STUDI KASUS LAPANGAN GNK IATMI 2005-36 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. SISTEM GAS LIFT SIKLUS TERTUTUP SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 28 BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Operasi Kondisi operasi dan informasi teknis dari sampel sesuai dengan data lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.1, sedangkan posisi sample dapat dilihat

Lebih terperinci

1 BAB IV DATA PENELITIAN

1 BAB IV DATA PENELITIAN 47 1 BAB IV DATA PENELITIAN 4.1 Pengumpulan Data Dan Informasi Awal 4.1.1 Data Operasional Berkaitan dengan data awal dan informasi mengenai pipa ini, maka didapat beberapa data teknis mengenai line pipe

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), Hydrogen (11-14%), Nitrogen (0.2 0.5%), Sulfur (0-6%), dan Oksigen (0-5%).

Lebih terperinci

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline Bab III Data Perancangan GRP Pipeline 3.2 Sistem Perpipaan Sistem perpipaan yang dirancang sebagai studi kasus pada tugas akhir ini adalah sistem perpipaan penyalur fluida cair yaitu crude dan well fluid

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di laboratorium korosi pada Jurusan Metalurgi dan Material Fakultas Teknik. Variabel penelitian yang akan - digunakanadalah konsentrasi bikarbonat (HCO3)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

ANALISA TROUBLESHOOTING PENYUMBATAN PIPA PRODUKSI DENGAN METODE FLUSHING PADA SUMUR KW 71 PT PERTAMINA EP FIELD CEPU

ANALISA TROUBLESHOOTING PENYUMBATAN PIPA PRODUKSI DENGAN METODE FLUSHING PADA SUMUR KW 71 PT PERTAMINA EP FIELD CEPU LAPORAN FIELD PROJECT ANALISA TROUBLESHOOTING PENYUMBATAN PIPA PRODUKSI DENGAN METODE FLUSHING PADA SUMUR KW 71 PT PERTAMINA EP FIELD CEPU OLEH: WILDHAN ARIF KURNIAWAN NRP. 6308030017 DOSEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA PHASA

MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA PHASA PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Batasan Masalah dan Asumsi 3.1.1 Langkah Integrasi dengan KPS Lain Telah disampaikan sebelumnya dalam Bab 2, bahwa lapangan X ini dioperasikan oleh KPS B dengan jarak

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI ISSN 1979-2409 Penerapan Pengelolaan (Treatment) AirUntuk Pencegahan Korosi Pada Pipa AliranSistem Pendingin Di Instalasi Radiometalurgi (Eric Johneri) PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan gas bumi di Indonesia adalah sangat penting mengingat hasil pengolahan gas bumi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri maupun transportasi.

Lebih terperinci

Tugas Akhir (MO )

Tugas Akhir (MO ) Company Logo Tugas Akhir (MO 091336) Aplikasi Metode Pipeline Integrity Management System pada Pipa Bawah Laut Maxi Yoel Renda 4306.100.019 Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D. 2. Ir.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.3 Pemodelan pada Caesar 5.1 Pembuatan model dengan variasi tersebut langsung dibuat pada Caesar 5.1 mengingat bentuk yang ada adalah pipeline. 1. Pemodelan Hal-hal yang diperlukan dalam pemodelan pipeline

Lebih terperinci

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG Sistem pipeline yang dipilih sebagai studi kasus adalah sistem pipeline yang terdapat di daerah Porong, Siodarjo, Jawa Timur yang lokasinya berdekatan dengan daerah

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan)

SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan) SISTEM TRANSPORTASI FLUIDA (Sistem Pemipaan) Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Highlights Pendahuluan Jenis jenis pipa Jenis jenis fitting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Material Material yang digunakan pada penelitian ini merupakan material yang berasal dari pipa elbow pada pipa jalur buangan dari pompa-pompa pendingin

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TUGAS SARJANA PENGARUH VARIASI LAMA PENCELUPAN DAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KUALITAS PRODUK HASIL HOT DIP GALVANIZING DISUSUN OLEH NAMA BONDAN BRAMANTYO NIM L2E 002 472 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Mulai Perumusan Masalah Mengetahui tegangan pada system perpipaan & mengetahui jumlah penyangga pipa (pipe support) Penyiapan data yang di masukan

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI

BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI berikut : Dari data di lapangan, kita dapat memperoleh beberapa parameter sebagai Ukuran Pipa: Nominal pipe size Outside diameter : 6 inch (15,24 cm) : 6.625 inch (16,8275

Lebih terperinci

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN MULAI STUDI LITERATUR DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector DATA NON LAPANGAN : -Data Dimensi Anode -Data Harga Anode DESAIN MATERIAL ANODE DESAIN TIPE ANODE Perhitungan

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun Oleh: ADI PRABOWO D 200 040 049 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari banyak

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Fazri Apip Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan salah satu masalah utama dalam dunia industri. Tentunya karena korosi menyebabkan kegagalan pada material yang berujung pada kerusakan pada peralatan

Lebih terperinci

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA Oleh : Agus Solehudin 1), Ratnaningsih E. Sardjono 2), Isdiriayani Nurdin 3) dan Djoko H.Prajitno 4) (1) Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1

Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 KEBOCORAN TUBE BOILER Lokasi kebocoran tube reheater Row 17 Pipa no.8 SUMBER BOCORAN 1 Lokasi kebocoran tube reheater Row 16 Pipa no.7 SUMBER BOCORAN 2 Hasil Pemeriksaan TUBE R17 b8 Tube R.17 B-8 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS 52 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Umum Pipa Kondisi umum pipa penyalur gas milik Salamander Energy yang digunakan sebagai studi kasus analisis resiko adalah sebagai berikut: Pipa penyalur ini merupakan

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber TUGAS AKHIR Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber Disusun Oleh: FEBRIANTO ANGGAR WIBOWO NIM : D 200 040 066 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL

4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL xxxiii BAB IV ANALISA 4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL Dari pengujian kekerasan material dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan material master block, wing valve dan loop spool berada dalam rentang

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KASUS DESAIN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA PIPA BAWAH TANAH PDAM JARINGAN KARANG PILANG III Oleh : Aisha Mei Andarini Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc Surabaya,

Lebih terperinci

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( ) SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI Arif Rahman H (4305 100 064) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc 2. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Materi

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH Teguh Rahardjo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Nasional

Lebih terperinci

Oleh. *Mahasiswa: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS **Staf Pengajar: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS

Oleh. *Mahasiswa: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS **Staf Pengajar: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS OPTIMASI DESIGN JUMLAH CATODIC PROTECTION TERHADAP KOROSIFITAS TANAH DAN LAJU KOROSI PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA 10 INCH DARI CENTRAL PROCESSING AREA (CPA) KE PALANG di JOB PPEJ Oleh Ir. Hari Prastowo,

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN BAB IV HASIL PENGUJIAN 4.1 Komposisi Kimia Baja yang digunakan untuk penelitian ini adalah AISI 1010 dengan komposisi kimia seperti yang ditampilkan pada tabel 4.1. AISI 1010 Tabel 4.1. Komposisi kimia

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB III ULTRASONIK FLOWMETER TIPE CLAMP-ON

BAB III ULTRASONIK FLOWMETER TIPE CLAMP-ON BAB III ULTRASONIK FLOWMETER TIPE CLAMP-ON 3.1 Pendahuluan Jenis ultrasonik flowmeter tipe clamp-on Ultrasonik flowmeter tipe clamp-on memiliki keunggulan tidak perlu adanya shutdown proses, pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN III.1 DATA III.1.1 Pipeline and Instrument Diagram (P&ID) Untuk menggambarkan letak dari probe dan coupon yang akan ditempatkan maka dibutuhkan suatu gambar teknik yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI TIMBUNAN TANAH Untuk mensejajarkan dengan runway maka pada posisi bangunan perlu dilakukan penimbunan

Lebih terperinci

SAMPUL SAMPUL DALAM...

SAMPUL SAMPUL DALAM... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR MAGISTER... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM Bibit Sugito Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan,

Lebih terperinci

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT

PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT MEKANISME KERJA POMPA SENTRIFUGAL RANGKAIAN SERI NAMA : YUFIRMAN NPM : 20407924 PEMBIMBING : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT JURUSAN TEK NIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2014 LATAR BELAKANG Pompa adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,

Lebih terperinci

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN

Lebih terperinci

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA.

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI AWAL KOROSI BAJA KARBON RENDAH JIS G3101 GRADE SS400 PADA LINGKUNGAN AEROB DAN ANAEROB DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (SRB) Oleh : Didi Masda Riandri 2106

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN FLANGE WELD NECK RAISE FACE 6 BERBAHAN ASTM A-105 PADA PIPA ALIRAN MINYAK BUMI DAN GAS DI CHEVRON COMPANY INDONESIA

ANALISA KEGAGALAN FLANGE WELD NECK RAISE FACE 6 BERBAHAN ASTM A-105 PADA PIPA ALIRAN MINYAK BUMI DAN GAS DI CHEVRON COMPANY INDONESIA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 ANALISA KEGAGALAN FLANGE WELD NECK RAISE FACE 6 BERBAHAN ASTM A-105 PADA PIPA ALIRAN MINYAK BUMI DAN GAS DI CHEVRON COMPANY INDONESIA Turhamun

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk mengetahui perilaku korosi pada baja dari sponge bijih besi laterite dan membandingkannya secara kuantitatif dengan perilaku korosi dari baja

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pipa penyalur (pipeline) merupakan sarana yang banyak digunakan untuk mentransmisikan fluida pada industri minyak dan gas (migas). Penggunaannya cukup beragam, antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penerapan teknologi rekayasa material saat ini semakin bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, sehingga manusia

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 004 Simulasi Line Packing Sebagai Storage pada Pipa Transmisi Gas Studi Kasus:

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS LAPIS GALVANIS TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DI DALAM TANAH (UNDERGROUND PIPE) SKRIPSI

STUDI EFEKTIFITAS LAPIS GALVANIS TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DI DALAM TANAH (UNDERGROUND PIPE) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA STUDI EFEKTIFITAS LAPIS GALVANIS TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DI DALAM TANAH (UNDERGROUND PIPE) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa disadari begitu dekat dengan kehidupan kita, misalnya paku berkarat, tiang listrik berkarat,

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan kerak (scale) merupakan masalah cukup serius dan kompleks dalam dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri minyak dan

Lebih terperinci

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA OLEH : NICKY ERSANDI NRP. 4105 100 041 DOSEN PEMBIMBING : DONY SETYAWAN, ST., M.Eng 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Material kapal harus

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( )

SEPARATOR. Nama Anggota: PITRI YANTI ( } KARINDAH ADE SYAPUTRI ( ) LISA ARIYANTI ( ) SEPARATOR Nama Anggota: PITRI YANTI (03121403032} KARINDAH ADE SYAPUTRI (03121403042) LISA ARIYANTI (03121403058) 1.Separator Separator merupakan peralatan awal dalam industri minyak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Ilham Khoirul

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA OLEH : Rizky Ayu Trisnaningtyas 4306100092 DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT

BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT BAB III PERENCANAAN SISTEM HYDRANT 3.1. Metode Pengambilan Data Penganbilan data ini dilakukan di gedung VLC (Vehicle Logistic Center) PT. X berdasarlan data dan kegiatan yang ada di gedung tersebut. Dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI Irwan Staf Pengajar ABSTRAK Korosi merupakan proses pengrusakan bahan akibat interaksi dengan lingkungannya yang terjadi secara alamiah dan tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV. 1 PERHITUNGAN CORROSION RATE PIPA Berdasarkan Corrosion Rate Qualitative Criteria (NACE RP0775-99), terdapat empat (4) tingkat laju korosi (hilangnya ketebalan per mm/

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA Bab IV. Hasil dan Analisa 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian 4.1.1.Hasil Pengujian Dengan Metoda Penetrant Retakan 1 Retakan 2 Gambar 4.1. Hasil Pemeriksaan dengan Metoda Penetrant pada Pengunci

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN BAWAH dengan sistim KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 Proyek : Gedung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Evaluasi performansi efesiensi pompa dilakukan untuk mengetahui efisiensi sebuah sistim pemompaan sehingga bisa dilakukan penghematan energi. 4.2 Pemasangan

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL

ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KERUSAKAN PADA LINE PIPE (ELBOW) PIPA PENYALUR INJEKSI DI LINGKUNGAN GEOTHERMAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik WIRDA SAFITRI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

Steel Pipe Product Specifications Electric Resistance Welded (ERW) Pipe

Steel Pipe Product Specifications Electric Resistance Welded (ERW) Pipe ASTM A 53 (A) Outside Test Pressure Sch DN NPS Psi Kg/cm 2 3/4" 26.7 2.87 700 49 25 1" 33.4 3.38 700 49 * Carbon (C) : 0.25 % max 32 11/4" 42.2 3.56 10 85 * Pospor (p) : 0.05 % max 11/2" 48.3 3.68 10 85

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 Disusun : HARI SUPRIYADI NIM : D 200 040 039 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING 1) Yoga Adi Susila, 2) Dody Prayitno 1.2) Teknik Mesin Universitas Trisakti yogaadisusila@yahoo.co.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2) iv BAB 2 DASAR TEORI Sistem produksi minyak dan gas terutama untuk anjungan lepas pantai memerlukan biaya yang tinggi untuk pemasangan, pengoperasian dan perawatan. Hal ini diakibatkan faktor geografis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan disuatu lokasi lapangan sumur gas Segat di propinsi Riau dan Jakarta. Penelusuran data dilakukan di Jakarta yang merupakan kantor

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK Putra Aditiawan 2108030043 Dosen pembinmbing: Dr.Ir.Heru Mirmanto,MT GAMBAR INSTALASI

Lebih terperinci