MENEGAKKAN TRADISI KERJA BAKTI SEBAGAI BENTUK REVITALISASI NILAI GOTONG ROYONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENEGAKKAN TRADISI KERJA BAKTI SEBAGAI BENTUK REVITALISASI NILAI GOTONG ROYONG"

Transkripsi

1 MENEGAKKAN TRADISI KERJA BAKTI SEBAGAI BENTUK REVITALISASI NILAI GOTONG ROYONG Oleh: Achsannanda Maulyta Sari NIM : Departemen Pendidikan Sastra Jepang Universitas Airlangga kanaki_chan@yahoo.com Abstrak Gotong-royong sebagai solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat telah menjadi suatu nilai kearifan lokal (local genius) bangsa Indonesia. Gotong-royong terjadi dalam beberapa aktivitas kehidupan untuk kepentingan bersama; seperti gotong-royong dalam bentuk tolong menolong pada saat melakukan pesta pernikahan, atau khitanan, gotong-royong pada saat adanya musibah ataupun kematian salah seorang warga, serta gotong-royong dalam bentuk kerja bakti. Tradisi kerja bakti ini dilaksanakan untuk kepentingan bersama yang dilakukan dengan sukarela atau tanpa pamrih. Tiap individu yang merupakan bagian peran dalam masyarakat berpartisipasi aktif dengan mengorbankan segala kepentingan pribadinya. Nilai gotong royong dalam tradisi kerja bakti ini menjadi karakter bangsa yang diturunkan secara turun-temurun oleh para pendahulu kita yang didalamnya kaya akan nilai edukatif. Akan tetapi dalam kencangnya laju globalisasi saat ini, tradisi kerja bakti yang manfaatnya penting untuk mewariskan nilai luhur bangsa kini menjadi kian samar. Nilai gotong royong seakan pasang surut timbul dalam kehidupan masyarakat sekarang. Maka diharapkan, tradisi kerja bakti dapat bertahan sebagai salah satu bentuk gotong royong yang dilestarikan. Menegakkan tradisi ini tentu tidak lepas dari peran masyarakatnya dalam membangun rasa kebersamaan, persatuan, dan kepedulian sosial. Sehingga masyarakat terdidik bukan menjadi inividualistik, melainkan mementingkan kepentingan umum demi bangsa dan negaranya. Kata kunci: Gotong Royong, Kerja Bakti, Menegakkan Kembali, Peran Masyarakat. Universitas Airlangga 1

2 Pengantar Manusia sebagai makhluk sosial diciptakan Tuhan untuk saling membutuhkan satu sama lain. Setiap insan pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri, melainkan selalu terdapat interaksi sosial dengan sesamanya dan saling membutuhkan satu sama lain dalam setiap aspek kehidupan. Oleh sebab itu didalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya kerjasama dan sikap gotong royong dalam menyelesaikan pelbagai problema yang melanda. Masyarakat Indonesia terkenal dengan sikap ramah, kekeluargaan dan gotong royongnya didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk menyelesaikan segala konflik yang ada didalam kehidupan masyarakat dibutuhkan sikap gotong royong yang dapat mempermudah dan memecahkan masalah secara efisien. Suatu bentuk dan sikap hubungan gotong royong akan mundur ataupun punah sama sekali sebagai akibat pergeseran nilai-nilai budaya. Akan tetapi sistem dan jiwa gotong royong tidak akan punah secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena adanya nilai-nilai budaya yang terkandung didalam sistem budaya nasional merupakan suatu norma yang wajib dipatuhi oleh segenap warga masyarakat dan pemerintah. Dilain pihak bentuk dan sikap hubungan gotong royong akan berubah bahkan punah, tetapi kepunahan dengan perubahan gotong royong tersebut melahirkan hubungan kerjasama atau gotong royong dalam bentuk dan sikap yang lain. Sikap gotong royong yang dilakukan masyarakat dalam kehidupannya memiliki peranan dan manfaat yang sangat penting. Dengan adanya gotong royong, segala perraasalahan dan pekerjaan yang rumit akan cepat terselesaikan jika dilakukan kerjasama dan gotong royong diantara sesama penduduk di dalam masyarakat. Gotong royong menjadi salah satu penguat karakter bangsa. Gotong royong merupakan perwujudan sila Pancasila yang ketiga, yakni Persatuan Indonesia. Maka dengan gotong royong akan memupuk rasa kebersamaan, meningkatkan solidaritas sosial, mempererat tali persaudaraan, menyadarkan masyarakat akan kepentingan umum dan tanggung jawab sosial, menciptakan kerukunan, toleransi yang tinggi serta rasa persatuan dalam masyarakat Indonesia. Di era yang serba cepat, instan dan canggih ini, diharapkan gotong royong mampu bertahan, tetap terpatri kuat, menancap dan mengakar pada jiwa masyarakat terutama generasi penerus bangsa. Oleh karenanya gotong royong perlu untuk dikuatkan kembali, mengingat betapa pasang surutnya gotong royong di masa sekarang, beberapa perwujudannya mungkin masih ada, namun sudah semakin berkurang, menjadi berbeda, maupun telah mengalami pergeseran budaya akibat arus globalisasi. Universitas Airlangga 2

3 Gotong Royong: Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia Gotong royong berasal dari kata dalam Bahasa Jawa. Kata gotong dapat dipadankan dengan kata pikul atau angkat. Kata royong dapat dipadankan dengan bersama-sama. Jadi kata gotong royong secara sederhana berarti mengangkat sesuatu secara bersama-sama atau juga diartikan sebagai mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Jadi, gotong royong memiliki pengertian sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai tambah atau positif kepada setiap obyek, permasalahan atau kebutuhan orang banyak di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan. Secara konseptual, gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang disepakati bersama. Dalam perspektif sosio budaya, nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih (mengharap balasan) untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu. Koentjaraningrat (1987) membagi dua jenis gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia; gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Kegiatan gotong royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Sedangkan kegiatan gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum. Kearifan lokal sering juga disebut sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genius). Kearifan local dapat diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sistem pemenuhan kebutuhan mereka meliputi seluruh aspek kehidupan, agama, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi serta kesenian, dapat berupa tradisi, pepatah atau semboyan hidup. Sistem tersebut kemudian menjadi bagian dari cara hidup yang mereka hadapi. Berkat kearifan lokal, mereka dapat melangsungkan kehidupannya bahkan dapat berkembang secara berkelanjutan. (Permana, 2010:2-3). Universitas Airlangga 3

4 Kearifan lokal atau local wisdom merupakan kekayaan budaya masyarakat suku-suu bangsa yang memiliki potensi sebagai pembentuk karakter bangsa. Maka gototng royong merupakan salah satu nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia, yang artinya gotong royong telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain (common identity), gotong royong merupakan karakter bangsa Indonesia yang nilai-nilainya telah lama diwariskan oleh leluhur sehingga melekat dalam jiwa dan kepribadian bangsa, serta gotong royong menjadi alternatif bangsa untuk menyelesaikan berbagai problema yang melanda dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia yang terkenal dengan keramahan rakyatnya dan sangat menyukai gotong royong yang tercemin dalam berbagai hal. Misalnya, warga desa menjalankan tradisi rewang untuk membantu warga yang punya hajat, warga yang dengan suka rela memberi bantuan untuk keluarga yang meninggal berupa beras, uang maupun sembako (tradisi ngelayat), bersama-sama menggalang dana dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah bencana dan sebagainya. Masyarakat tidak pandang bulu membantu mereka yang merupakan kenalan, teman, keluarga, mereka yang tidak dikenal (contohnya para korban bencana). Rasa persatuan, rasa senasib dan sepenanggungan, kepedulian sosial serta solidaritas yang tinggi telah memicu nilai gotong royong dalam jiwa mereka, sehingga tanpa pamrih bantuan tersebut diberikan kepada yang membutuhkan. Di era globalisasi saat ini, juga dijumpai bentuk gotong royong yang lain, seperti penggalangan dana dengan penyebaran lewat jejaring sosial (sperti koin untuk Prita, Koin Cinta Bilqis, dan lain-lain). Namun, juga terdapat bentuk tradisi gotong royong yang mulai sulit dijumpai, salah satunya kegiatan kerja bakti. Kerja bakti telah menjadi kebudayaan di Indonesia. Tradisi yang sudah diterapkan sejak nenek moyang kita itu selalu menjadi elemen penting dalam pembangunan serta menjadi salah satu hal yang bisa dibanggakan di negeri ini. Karena budaya yang masih bertahan ialah budaya yang memiliki fungsi untuk masyarakat. Maka tradisi ini selayaknya perlu direvitalisasi kembali dikarenakan fungsinya yang cukup penting, dan akan sangat disayangkan apabila tradisi ini menghilang tertelan masa. Pudar Terkikis Masa Kerja bakti yang merupakan salah satu perwujudan gotong royong mempunyai arti penting di masyarkat. Jika kita perhatikan suasana kerja bakti penuh dengan kekeluargaan. Universitas Airlangga 4

5 Tidak ada rasa saling iri atau bahkan merasa tertekan dalam melakukan pekerjaan, karena semuanya dilandasi dengan rasa senang dan penuh dengan suasana kekeluargaan. Namun, tradisi kerja bakti yang dulu sering dilaksanakan oleh masyarakat terutama di perdesaan, kini semakin jarang ditemui. Perlahan-lahan tradisi leluhur bangsa tersebut mulai pudar seiring berjalannya waktu. Meski pasang-surut masih dapat ditemui keberlangsungan tradisi kerjabakti desa, walau hanya beberapa desa saja yang masih memberdayakan salah satu nilai kearifan lokal tersebut. Lunturnya nilai-nilai kearifan lokal bangsa tersebut dikarenakan oleh sifat keegoisan masing-masing individu. Pengaruh buruk globalisasi telah mencetak generasi yang individualis, cenderung menomorsatukan kepentingan pribadi dibanding dengan kepentingan bersama. Setelah mewawancara sejumlah teman (sebagai perwakilan) yang berasal dari berbagai daerah seperti di Situbondo, Bojonegoro, Banyuwangi, Surabaya, Malang, Sidoarjo, dan Nganjuk, saya dapat menarik garis besar bahwasannya tradisi kerja bakti di daerah tempat tinggal mereka sudah mulai jarang di lakukan. Dari sekian keterangan dari narasumber, ada serangkaian kerja bakti yang dilakukan rutin setiap sebulan sekali, ada pula kerja bakti yang hanya dilakukan sebelum acara-acara tertentu seperti perayaan HUT RI atau sebelum Maulid Nabi Muhammad saja, bahkan ada yang mengatakan bahwa tradisi semacam kerja bakti tidak pernah digelar di desanya. Data diatas ialah jawaban dari pertanyaan saya mengenai kerja bakti di desa mereka sewaktu mereka masih kanak-kanak. Sedangkan untuk sekarang sebagian besar berkata bahwa kerja bakti memang masih digelar, namun semakin jarang frekuensinya. Di desa saya sendiri, desa Watugede yang terletak di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, kegiatan kerja bakti telah jarang saya temui. Padahal, dahulu sekali ketika saya masih kanak-kanak, setiap sebulan sekali atau dua kali pada hari Minggu, pasti warga RW saya berkumpul untuk kerja bakti. Kerja bakti tersebut dilakukan suka rela. Ketika tahu tetangga berkumpul dan membawa peralatan hendak kerja bakti, maka orang-orang (para lelaki) akan ikut berpartisipasi tanpa diminta. Bahkan anak-anak sering sekali ikut membantu. Mereka senang dengan kegiatan semacam itu, selain untuk berkumpul bersama, juga kepuasan tersendiri akan timbul jikalau ikut dalam kegiatan tersebut. Sedangkan para ibu-ibu akan berbelanja untuk memasak dan membuatkan minum untuk mereka yang bekerja bakti memperbaiki jalan, membersihkan selokan dan jalan utama dari sampah serta rumput liar sepanjang mereka temui. Uniknya, tiap rumah hampir menyediakan kopi atau kue. Jadi, yang bekerja bakti tidak terpaku pada satu rumah jika ingin beristirahat. Ketika membersihkan selokan di RT. 02 misalnya, maka para pekerja tersebut dapat singgah di rumah tetangga terdekat untuk minum. Hal ini Universitas Airlangga 5

6 menunjukkan nilai gotong royong, tingginya rasa tanggung jawab sosial masyarakat, eratnya tali persaudaraan antar warga, tiadanya rasa curiga, warga rukun dan saling percaya serta menghormati satu sama lain. Namun hal yang saya paparkan diatas hanyalah bagian dari kearifan lokal yang masih subur di masa lalu. Sekarang, kerja bakti seperti itu jarang dilakukan. dikarenakan banyak warga yang sibuk dengan urusan masing-masing. Adapun warga yang luang, tetap jumlahnya kurang untuk melaksanakan kerja bakti. Jadi, sekarang warga memilih untuk membayar iuran daripada ikut kerja bakti. Rasa tanggung jawab sosial dan gotong royong telah berkurang, masyarakat tidak lagi seakrab dan serukun dahulu. Parahnya, bahkan masih ada orang yang tidak mengenal tetangganya sendiri karena jarang berinteraksi satu sama lain. Generasi muda pun sama saja, nilai-nilai luhur bangsa tidak terenkulturasi secara sempurna sehingga dengan mudah tergerus oleh globalisasi. Akibat dari berkembangnya globalisasi, kini banyak desa yang seakan bermetamorfosis menjadi kota. Kesadaran individu tentang kehidupan berbangsa dan bernegarapun kian menipis. Lambat laun budaya gotong royong mulai memudar. Dapat kita rasakan bersama bangsa ini mulai kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya yang salah satunya adalah budaya gotong royong. Pembangunan mall-mall dan perumahan yang dilakukan pemerintah telah membawa dampak modernisasi yang belum siap dicerna dan diterima dengan matang oleh masyarakat desa. Maka yang terjadi ialah masyarakat desa tersebut mulai kehilangan nilai-nilai adatnya, karena masa seakan telah menciptakan suatu suatu acuan untuk gaya hidup yang modern, sehingga nilai-nilai tradisional dianggap kuno dan mulai tersisihkan. Tidak heran jika tradisi kerja bakti sendiri telah menjadi pemandangan yang langka untuk masyarakat perdesaan transisi 1. Budaya ini juga yang bisa jadi akan sulit dijumpai pada masyarakat modern. Disamping lingkungan modern berbeda dengan desa, perbedaan struktur sosial masyarakatnya juga menjadi kendala, karena ketika semua telah termaterialisasi, dimana untuk urusan bersih-bersih lebih baik membayar orang untuk melakukannya dibandingkan dengan berupaya secara mandiri untuk mengerjakannya. Disamping juga ada orang yang memang mengais rupiah demi rupiah pada pekerjaan ini. \ Materialisasi juga menjadi salah satu faktor penyebab lunturnya rasa solidaritas sosial di 1) Masyarakat desa transisi merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di perumahan dan permukiman baru di daerah pinggiran kota atau pinggiran pedesaan yang terjadi interaksi sosial sehingga terjadi tumpang tindih nilainilai tradisional peralihan menuju nilai-nilai modern. Universitas Airlangga 6

7 masyarakat. Pepatah Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing sudah mulai tidak teraktualisasi sebagai mestinya. Kerja Bakti saat yang seharusnya dilakukan warga bersama, bermondong-bondong untuk berkumpul, bergotong-royong untuk membersihkan lingkungan desa, kini sudah tak lagi lestari. Padahal, tidak semua dapat dibayar dengan uang. Memang membersihkan lingkungan bisa dengan menyewa jasa, tapi rasa solidaritas, kerukunan, dan nilai gotong royong tidak dapat dibeli dengan uang. Sikap egois, individualistik, materialistis, dan perubahan lingkungan telah mengakibatkan perubahan sosial pada masyarakat masa kini. Bukan Sekedar Bersih-bersih Seperti kita ketahui bersama, Bangsa Indonesia sebagai warga pribumi di tanah air yang kita cintai ini, memiliki beragam kearifan lokal yang telah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Dan kerja bakti merupakan salah satu wujud dari kearifan lokal pribumi, yang dari masa nenek moyang dahulu telah diwariskan secara turun-temurun. Kerja bakti sangat penting, karena merupakan bentuk gotong royong yang membawa banyak manfaat. Meski bentuk gotong royong bukan hanya kerja bakti, akan tetapi ada banyak hal yang membuat kerja bakti itu unik. Kerja bakti bukanlah hanya sekedar membersihkan lingkungan agar menjadi bersih, asri, sehat dan rapi, sehingga kalau lingkungan selalu bersih dan indah maka secara langsung maupun tidak langsung akan menambah kenyamanan dan semangat warga. Namun dibalik itu semua kerja bakti menyimpan pesan yang sarat akan nilai edukasi yang merupakan salah satu proses pembelajaran di kala hegemoni individualisme kerap kali menggerogoti seluruh dimensi masyarakat dari Sabang hingga ke Merauke, menembus batas ke pelosok Nusantara. Dengan kerja bakti, ikatan keluarga kian tersambung rapih, kesusahan yang dialami dapat terobati, dan pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena dilakukan secara bersama-sama dengan senang hati. Melalui bekerja sama, maka akan terbentuk suatu ikatan yang terdapat rasa saling percaya, dimana masing-masing warga bisa diandalkan dan bertanggung jawab akan perannya dalam masyarakat. Kerja bakti merupakan sarana kebersamaan antar warga guna membantu tercapainya kenyamanan desa dengan melakukan pembangunan-pembanguna yang bermanfaat bagi desa bersangkutan. Karena semua warga terutama pria berkumpul sedangkan ibu-ibu menyiapkan makan dan minum ala kadarnya, menjadikan rasa saling gotong royong dalam kerja bakti Universitas Airlangga 7

8 tersebut akan menciptakan kerukunan yang mungkin sulit dicapai pada kesempatan lain. Inilah momentum untuk membangun kerukunan antar warga, karena semua warga bersatu sehingga menghilangkan kesenjangan status antar warga yang miskin dan kaya, tidak peduli perbedaan jenjang pendidikan, pekerjaan serta jabatan. Selain menjadi ajang berkumpul bersama untuk bisa lebih mengenal dan akrab satu sama lain, kerja bakti dapat pula dijadikan sarana refreshing (olah raga), karena tak ayal lagi sebagian warga yang hanya bekerja di dalam kantor mungkin juga jarang menyempatkan diri untuk berolah raga, dan inilah sarana yang baik untuk melatih otot-otot yang kaku selama bekerja. Sedangkan jika ditinjau dari perspektif agama, kerja bakti berarti melaksanakan ukhuwah Islam dan mendapat pahala dari Allah jika dilakukan dengan jiwa yang ikhlas ataupun dimaksudkan untuk kemaslahatan warga desa pada umumnya. Dapat disimpulkan bahwa nilainilai di dalam kerja baktipun sungguh mulia dan tinggi. Kerja bakti telah di contohkan para pendahulu bangsa ini. Dan mereka melakukan kerja bakti dalam segala aspek kehidupan dengan tujuan saling melengkapi dan berbagi. Sehingga pekerjaan yang awalnya di nilai tak mungkin teratasi, namun dengan kerja bakti sungguh dapat direalisasikan dengan kekompakan bersama. Jadi, kerja bakti bertujuan untuk menjaga kebersihan, keindahan dan keasrian lingkungan, selain itu bertujuan untuk lebih memupuk rasa kebersamaan, kepedulian sosial, saling percaya, mempererat tali silaturahmi dan Gotong Royong serta "GUYUB RUKUN" di antara sesama warga sehingga terwujudlah suatu masyarakat yang harmonis, damai dan sejahtera. Menegakkan Kembali Kerja Bakti Untuk memupuk dan menumbuhkan kembali gotong royong yang sudah mulai luntur, mau tidak mau harus melibatkan semua lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta, lembaga pendidikan bahkan juga lingkungan terkecil dari masyarakat yaitu keluarga. Partisipasi seiap individu yang merupakan bagian dari masyarakat sebagai penggerak budaya gotong rotong harus dilakukan secara berkala, juga sebagai salah satu bentuk keberhasilan penggalangan sumber daya yang menyangkut kepentingan pelaksanaan suatu program atau usaha. Salah satu program perwujudan gotong royong yang mulai luntur oleh zaman ialah tradisi kerja bakti. Kerja bakti adalah budaya turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Kerja bakti bersifat positif dan mempunyai banyak manfaat. Salah satunya yaitu dapat mempererat tali silaturahmi antar warga sekitar, dapat pula melatih kerja sama antar warga atau bergotong royong dan yang paling penting sekaligus dapat menyehatkan lingkungan, jasmani, Universitas Airlangga 8

9 dan meningkatkan solidaritas sosial. Maka dari itu kerja bakti ini haruslah tetap di lestarikan, mengingat bahwa hal tersebut merupakan salah satu wujud gotong royong yang merupakan karakter bangsa yang sangat penting untuk ditegakkan kembali pada masa kini dimana nilainilai bangsa telah terhegemoni oleh laju globalisasi. Untuk merevitalisasi nilai gotong royong dalam bentuk tradisi kerja bakti tidaklah mudah. Seringkali kendala untuk menegakkan kerja bakti ialah dari dalam warga itu sendiri. Beberapa warga kerap tidak mengikuti kerja bakti dengan menyiapkan berbagai macam alasan sebagai tameng; seperti sibuk akan pekerjaan, sedang ada tugas atau urusan, sakit, bahkan sampai berbohong bahwa yang bersangkutan sedang berpergian. Padahal, satu-satunya alasan tidak lain adalah karena malas dan keegoisan masing-masing yang enggan untuk merelakan waktu luang mereka demi membantu warga kerja bakti. Disaat seluruh tetangganya kerja bakti, maka orang tersebut asyik tenggelam dengan dunianya sendiri, entah browsing internet atau bermain game (terutama untuk pemuda) atau sekedar bersantai di rumah. Orang-orang seperti ini menganggap kehidupannya bebas, tidak ada sangkut pautnya dengan lingkungan sekitar, apatis, lupa akan peran dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat. Maka tradisi kerja bakti hanya dapat ditegakkan kembali secara menyeluruh dengan tidak lepas dari partisipasi setiap individu dan pendukungnya. Semua lapisan masyarakat dari yang besar hingga yang terkecil harus berperan aktif untuk menguatkan kembali tradisi ini, dimana setiap individu harus merubah sikap, membuang keegoisan, tidak apatis dan individualistik, serta memulai belajar untuk menjalankan perannya di dalam masyarakat, yakni memegang tanggung jawab sosial. Untuk menegakkan tradisi kerja bakti secara berkesinambungan, perlu untuk merubah sikap, mental dan menanamkan kembali nila-nilai gotong royong dalam masyarakat. Melaksanakan hal tersebut bisa dimulai dari; Diri sendiri, yaitu meningkatkan kesadaran diri akan persatuan dan kesatuan, yakni dengan memahami serta mengimplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari terutama sila ketiga, Persatuan Indonesia. Jika semua individu sadar akan fungsi dan peran mereka dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, serta dapat menyisihkan rasa egois dan menumbuhkembangkan kepedulian sosial, maka solidaritas akan tercipta dengan otomatis. Solidaritas tersebut dapat dipacu dengan menanamkan rasa senasib sepenanggungan, sikap saling menghormati, dan membiasakan diri untuk saling tolong-menolong. Maka perlu bagi generasi muda untuk tidak melupakan sejarah dengan meneladani sikap para pendahulu bangsa yang saling bergotong royong untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Universitas Airlangga 9

10 Keluarga. Lingkungan Keluarga merupakan salah satu agen penting untuk mewariskan nilai-nilai gotong royong sejak dini. Maka dalam keluarga harus dididik dan ditanamkan kepada anak akan nilai-nilai kebersamaan. Dengan musyawarah keluarga, anak membantu orang tua, sikap saling menghormati antar anggota keluarga, juga anak diajari akan arti tanggung jawab serta menumbuhkan kepedulian sosial. Anak juga perlu untuk diajari bagaimana berinteraksi kepada tetangga, mengingat bahwa orang pertama yang akan dapat dimintai bantuan disaat genting ialah tetangga terdekat. Selain itu sesama anggota keluarga wajib untuk mengingatkan anggotanya akan kewajibannya dalam kegiatan kerja bakti yang diadakan warga kampung disekitarnya. Organisasi Pemuda (Karang Taruna). Pemuda sebagai salah satu unsur dari suatu masyarakat, dimana setiap aktivitasnya diharapkan mampu melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Maka organisasi pemuda Karang Taruna harus mampu berperan secara maksimal untuk membangun kemajuan desanya. Kegiatan kerja bakti dapat terwujud dengan baik apabila adanya kerjasama masyarakat dengan Karang Taruna.. Karang Taruna menjadi penggerak serta contoh yang baik dengan mengulurkan tangannya kepada masyarakat, mengajak mereka bekerja bakti bersama. Para pemuda Karang Taruna bisa berinisiatif membuat agenda rutin kerja bakti yang harus dilaksanakan dengan kerja sama warga sekitar, juga kegiatan-kegiatan gotong royong seperti penggalangan dana, menjenguk warga yang sakit dan sebagainya. Perangkat Desa/Pemerintah. Partisipasi perangkat desa/pemerintah sebagai pengendali sosial harus mampu mengajak warganya untuk mengikuti kerja bakti. Seminar dan sosialisasi kepada warga akan pentingnya kerja bakti perlu dilakukan. Atau yang lebih ekstrim lagi, mungkin dibuat suatu aturan atau sanksi bilamana warga melanggar dan tidak memenuhi kewajibannya. Hal ini dilakukan demi menertibkan warga agar tidak malas, membiasakan warga hidup disiplin dan untuk kebaikan bersama. Dengan cara yang agak represif seperti ini, lama kelamaan warga akan terbiasa hidup saling membantu, rukun, serta sadar tentang arti penting gotong royong dalam kehidupannya. Dengan memulai dari hal kecil, seperti mengidupkan kembali Tradisi kerja bakti, kita tidak hanya sekedar melestarikan budaya leluhur, namun juga dapat memperkuat karakter bangsa serta membawa banyak dampak positif bagi diri sendiri, orang lain, dan untuk Indonesia. Universitas Airlangga 10

11 Kesimpulan Indonesia telah lama dikenal dengan Local Wisdom masyarakatnya, yakni budaya gotong royong. Budaya ini digali dari kepribadian bangsa sendiri dan diwariskan oleh para leluhur, dimana budaya ini terbentuk jauh sebelum Indonesia merdeka. Melekat dalam jiwa manusia Indonesia, maka gotong royong telah menjadi ciri khas dan karakter bangsa yang perlu untuk dilestarikan. Salah satu bentuk dari gotong royong ini adalah kerja bakti yang sudah menjadi tradisi sebagian besar masyarakat desa (agraris) yang ada di Nusantara. Kerja bakti bukanlah sebuah tradisi bersih-bersih berjama ah belaka, namun dibaliknya sarat akan nilai budaya luhur yang tinggi dan edukatif. Melalui kerja bakti secara tidak sadar kita digembleng untuk menjadi pribadi yang memiliki kepedulian akan lingkungan sekitar, cinta kebersihan, dan melatih kekompakan serta kerja sama dengan orang lain. Juga didalamnya ditanamkan nilai kebersamaan, rasa persatuan dan kesatuan, sehingga menimbulkan rasa saling percaya, mempererat tali silaturahmi, kecintaan bergotong royong, serta menciptakan kehidupan yang rukun dan harmonis. Namun, seiring berkembangnya zaman yang beralih menjadi modern mengakibatkan perubahan sosial masyarakat Indonesia. Kini, tradisi ini sudah mulai sulit dijumpai kembali dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang dulunya selalu menyempatkan waktu untuk bekerja bakti dan berkumpul bersama sekaran menjadi individualis dikarenakan tuntutan pekerjaan dan kegiatan yang padat. Perilaku generasi muda telah terhegemoni oleh budaya barat yang bebas, menurunkan rasa kepedulian sosial sehingga cenderung mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan bersama. Hal ini telah mengikis perlahan budaya gotong-royong dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu, perlu dilakukan reitalisasi sikap bergotong royong melalui penegakan kembali tradisi kerja bakti secara berkesinambungan. Hal itu dapat diwujudkan melalui kesadaran diri sendiri akan pentingnya peran dan tanggung jawab sosial, menanamkan dan mendidik anak perilaku gotong royong sejak dini, melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya gotong royong, mengajak orang lain untuk meluangkan waktu dengan mengikuti kerja bakti, dibantu dengan peran pemuda sebagai penggerak, perangkat desa/pemerintah sebagai pengawas dan pengendali sosial, tak lupa juga dukungan serta kontribusi seluruh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dengan suka rela. Universitas Airlangga 11

12 Daftar Pustaka Hasil wawancara dengan narasumber : Ayu Puspitasari, Indriani Wijayanti, Linda Athika Nur F.A., Hasnin Anassyafiyi M., Raras Ramadhini, Siti Nur Fitria. Andiojaya, Agung Kerja Bakti Kampung: Cermin Kearifan Budaya (online), diambil dari diakses pada tanggal 31 Desember Huda, Muhammad K Telaah Manfaat Kerja Bakti (online), diambil dari diakses pada tanggal 3 Januari Nasution, Zulkarnain Konflik dan Lunturnya Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Transisi (online), diambil dari diakses pada tanggal 31 Desember Nina Kerja Bakti hanya ada di Indonesia (online), diambil dari diakses pada tanggal 31 Desember Pamungkas, Bayu Setiyo Peranan Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat (e-journal), diambil dari diakses pada tanggal 3 Januari Pasya, Gurniwan Kamil. Gotong Royong Dalam Kehidupan Masyarakat (e-journal), diambl dari diakses pada tanggal 31 Desember Purnawan, Ivan Kerja Bakti dan Kearifan Lokal Warga Kampungku (e-journal), diambil dari diakses pada tanggal 3 Januari Rochmadi, N. Menjadikan Nilai Budaya Gotong-Royong Sebagai Common Identity dalam Kehidupan Bertetangga Negara-Negara ASEAN (e-journal), diambil dari diakses pada tanggal 3 Januari Universitas Airlangga 12

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya.

Lebih terperinci

BAB II TARGET DAN LUARAN

BAB II TARGET DAN LUARAN BAB II TARGET DAN LUARAN 2.1.1 Melaksanakan Kerja Bakti Kerja bakti merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik dan memperindah lingkungan. Biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya. Sejak zaman dahulu, manusia khususnya masyarakat Indonesia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret

Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Peranan Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri) Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Abstrak:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA (Studi Kasus pada Kegiatan Sambatan di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di Indonesia sangat beragam, mulai dari keberagaman suku, ras, agama, pekerjaan, jenis kelamin, dan warna kulit, hal tersebut tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG A. Analisis tolong menolong santri dalam aspek kebersihan. Setelah dipaparkan data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gotong royong merupakan salah satu budaya yang mencerminkan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang keberadaannya meluas di seluruh wilayah Indonesia, meskipun

Lebih terperinci

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Tema 7 Negara Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu menampilkan rasa bangga

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangatlah kompleks, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

Lingkup Tugas. : Ketua RW : - POSISI / JABATAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA

Lingkup Tugas. : Ketua RW : - POSISI / JABATAN BERTANGGUNG JAWAB KEPADA : Ketua RW : - : Ketua RW memiliki peranan paling penting dalam kepengurusan RW. Ditangannya ditentukan kemana arah organisasi lingkungan ini akan dibawa. Maka untuk dapat menjalankan fungsinya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perilaku prososial mulai jarang ditemui. Seiring dengan semakin majunya teknologi dan meningkatnya mobilitas, masyarakat terbiasa dengan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai BAB I A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka

Lebih terperinci

PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : : AGUNG NUGROHO NIM :

PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : : AGUNG NUGROHO NIM : PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : NAMA : AGUNG NUGROHO NIM : 11.11.5036 KELOMPOK : D UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Lebih terperinci

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs.

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. disusun oleh Mirsa Ferriawan 11.11.5112 Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI (Studi Kasus Sanggar Seni Sekar Jagad Desa Kotakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan BAB V PENUTUP I. Pengantar Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi memberikan dampak baik positif maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SILA PERSATUAN INDONESIA PENERAPAN PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SRUNI

IMPLEMENTASI SILA PERSATUAN INDONESIA PENERAPAN PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SRUNI IMPLEMENTASI SILA PERSATUAN INDONESIA PENERAPAN PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SRUNI Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 UNTUK MEMENUHI SALAH SATU MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hidup secara individual. Sebagai makhluk sosial hendaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Empati merupakan respon afektif yang berasal dari pemahaman kondisi emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya yang merupakan ciri khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak melupakan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB IV SIKAP GOTONG ROYONG PADA MASYARAKAT PEDESAAN (STUDY KASUS DI KAMPUNG BATU REOG, LEMBANG)

BAB IV SIKAP GOTONG ROYONG PADA MASYARAKAT PEDESAAN (STUDY KASUS DI KAMPUNG BATU REOG, LEMBANG) BAB IV SIKAP GOTONG ROYONG PADA MASYARAKAT PEDESAAN (STUDY KASUS DI KAMPUNG BATU REOG, LEMBANG) 4.1. Pendahuluan Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas akan adanya interaksi sosial antar sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kental, akan tetapi seiring berkembangnya zaman, beberapa budaya di

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kental, akan tetapi seiring berkembangnya zaman, beberapa budaya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki norma budaya ( budaya timur) yang sangat kental, akan tetapi seiring berkembangnya zaman, beberapa budaya di tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA ( Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta)

KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA ( Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta) KEGOTONGROYONGAN DI MASYARAKAT PERKOTAAN: KENDALA DAN SOLUSINYA ( Studi Kasus di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, salah satunya memudarnya semangat nasionalisme. Para pemuda pada zaman kolonialisme rela

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI NAMA : RYAN AKBAR RAMADHAN NIM : 11.12.6308 KELOMPOK : J PRODI DAN JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta) PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan, dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan, dan lain-lain. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : yatno subagyo NIM : 11.12.5804 Kelompok : Hak Asasi Program Studi : Pancasila Jurusan : S1-SI Dosen : Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia sudah semakin modern, globalisasi sangat berpengaruh dalam pergaulan anak bangsa pada masa kini. Saat ini teknologi sudah semakin canggih, segalanya dapat diakses

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan sosial. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya,

Lebih terperinci

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional semangat persatuan dan kesatuan. Buatlah kesimpulan berkaitan dengan arti penting persatuan dan kesatuan, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika. d. Tulislah hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, agama, ras, etnis, bahasa, adat istiadat, tradisi, serta budaya yang disatukan dalam konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam bermasyarakat, sangat dibutuhkan sikap saling tolong-menolong, perasaan senasib seperjuangan,

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dalam masa pembangunan saat ini dituntut untuk melakukan kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian masyarakat dalam

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA Tjondrorini & Mardiya Hari keluarga yang kita peringati pada tanggal 29 Juni setiap tahunnya tentu merupakan hari yang istimewa bagi semua keluarga di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya hukum di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dimulai dari zaman sebelum penjajahan sampai dengan zaman di mana Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

Tri Windha Isnandar F

Tri Windha Isnandar F HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SMA 1 PURWODADI SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: Tri Windha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi yang berkaitan dengan peristiwa kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi masyarakat Jawa berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia

Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia Tema : Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Kehidupan Kampus Judul : Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia OLEH NAMA : REGINA S. LUMENTUT NO. STAMBUK :

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI KONFLIK KELOMPOK DI MASYARAKAT MALANG NENGAH

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI KONFLIK KELOMPOK DI MASYARAKAT MALANG NENGAH BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI KONFLIK KELOMPOK DI MASYARAKAT MALANG NENGAH A. Bentuk Konflik Antar Kelompok Bentuk konflik antar kelompok yang terjadi di Kampung Malang Nengah diantaranya terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa A. Latar Belakang KOPI, Dewasa ini, tradisi masyarakat menjadi perhatian aset warisan bangsa. Hal ini disebabkan karena dinamika zaman telah mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Tradisi masyarakat selalu

Lebih terperinci

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu mahluk yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia hidup dalam suatu

Lebih terperinci

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Bagaimana jika kelasmu kotor? Sampah berserakan di manamana? Tentu kalian tidak senang! Dalam menerima pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN SILA PERSATUAN INDONESIA DALAM KEHIDUPAN DI DUSUN KALIWINONG LOR

PENERAPAN SILA PERSATUAN INDONESIA DALAM KEHIDUPAN DI DUSUN KALIWINONG LOR PENERAPAN SILA PERSATUAN INDONESIA DALAM KEHIDUPAN DI DUSUN KALIWINONG LOR Diajukan oleh : AGUSTINUS ADHIKA WIDYATMAKA 11.11.5080 / Kelompok D S1 Teknik Informatika Dosen Pembimbing : Drs. Tahajudin Sudibyo

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI REVITALISASI NILAI GOTONG-ROYONG BERDASARKAN PANCASILA

PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI REVITALISASI NILAI GOTONG-ROYONG BERDASARKAN PANCASILA PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI REVITALISASI NILAI GOTONG-ROYONG BERDASARKAN PANCASILA Oleh: Ade Tarina Paramita NIM.13110241050 I-A Prodi Kebijakan Pendidikan FIP UNY atarinaparamita@ymail.com Abstrak Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari kelompokkelompok etnis, agama, suku, dan budaya yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Penerapan Pancasila Sila Pertama Sampai Sila Keempat di Daerah Gang Waringin 1. Disusun oleh: Nama : Achwan Yusuf NIM :

Tugas Akhir. Penerapan Pancasila Sila Pertama Sampai Sila Keempat di Daerah Gang Waringin 1. Disusun oleh: Nama : Achwan Yusuf NIM : Tugas Akhir Penerapan Pancasila Sila Pertama Sampai Sila Keempat di Daerah Gang Waringin 1 Disusun oleh: Nama : Achwan Yusuf NIM : 11.11.5169 Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Pendidikan Pancasila

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan kehadiran seorang anak sebagai buah cinta dan kasih sayang mereka, tetapi untuk dapat mendidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Kegiatan Gotong Royong. beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Kegiatan Gotong Royong. beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kegiatan Gotong Royong 1. Pengertian Kegiatan Menurut UU RI NO 15 TH 2006, kegiatan adalah sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personel

Lebih terperinci