II. LANDASAN TEORI. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, dkk.,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. LANDASAN TEORI. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, dkk.,"

Transkripsi

1 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pronomina Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, dkk., 2003: 249). Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda (Depdikbud, 2005: 899). Djajasudarma (2010: 40) mendefinisikan bahwa pronomina adalah unsur yang mengganti nomina (berfungsi sebagai nominal ). Pronomina merupakan kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina (Kridalaksana, 2008: 76). Selain itu, pronomina merupakan kata benda yang menyatakan orang sering kali diganti kedudukannya dalam pertuturan dengan sejenis kata yang lazim disebut kata ganti (Chaer, 1998: 91). Jika dilihat dari segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina adalah terletak pada acuannya yang dapat berpindahpindah karena bergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan (Alwi, dkk., 2003: 249). Djajasudarma membagi pronomina (kata ganti) menjadi enam, yaitu (1) pronomina persona, (2) pronomina posesif, (3) pronomina demonstratif, (4) pronomina interogatif, (5) pronomina relatif, dan (6) pronomina tak tentu (Djajasudarma 2010: 40 43). Hal yang sama, kata ganti atau pronomina menutur sifat dan fungsinya dibedakan atas enam macam, yaitu (1) kata ganti orang atau pronomina personalia,

2 8 (2) kata ganti empunya atau pronomina possessiva, (3) kata ganti penunjuk atau pronomina demonstrativa, (4) kata ganti penghubung tau pronomina relativa, (5) kata ganti penanya atau pronomina interrogativa, dan (6) kata ganti tak tentu atau pronomina indeterminativa (Keraf, 1984: 66). Hal yang berbeda dinyatakan oleh Kridalaksana bahwa subkategori terhadap pronomina didasarkan atas dua hal, yaitu (1) dilihat dari segi hubungan dengan nomina, pronomina dibagi atas pronomina intratekstual dan pronomina ekstratekstual; dan (2) dilihat dari jelas atau tidaknya referennya, pronomina terdiri atas pronomina takrif dan pronomina taktakrif (Kridalaksana, 2008: 76 77). Tarigan membagi pronomina (kata ganti) ke dalam enam kelompok yaitu (1) kata ganti diri, (2) kata ganti penunjuk, (3) kata ganti empunya, (4) kata ganti penanya, (5) kata ganti penghubung, dan (6) kata ganti tak tentu (Tarigan, 1987: ). Pronomina terbagi atas tiga macam, yaitu (1) pronomina persona, (2) pronomina penunjuk, dan (3) pronomina penanya (Alwi, dkk., 2003: 249). Pendapat yang sama dinyatakan bahwa pronomina terbagi menjadi tiga macam, yaitu (1) pronomina persona, ( 2) pronomina penanya, dan (3) pronomina penunjuk (Finoza, 2009: 93). Dari beberapa pendapat pakar di atas, penulis mengacu pada pendapat Alwi karena pronomina dijelaskan dengan detail dan mudah dipahami. 2.2 Jenis-Jenis Pronomina

3 9 Jenis-jenis pronomina terdiri atas tiga jenis yaitu pronomina persona, pennunjuk, dan penanya. Berikut akan dipaparkan mengenai jenis-jenis pronomina Pronomina Persona Pronomina persona adalah pronomina yang dapat dipakai unuk mengacu pada orang (Alwi, dkk., 2003: 249). Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina persona ketiga). Di antara pronomina itu, ada yang mengacu pada jumlah satu atau lebih dari satu. Ada bentuk yang bersifat eksklusif, ada yang bersifat inklusif, dan ada yang bersifat netral, seperti yang terdapat dalam tabel di bawah ini. Tabel Pronomina Persona Persona Pertama Kedua Ketiga Makna Tunggal Jamak Netral Ekskliusif Inklusif saya, aku, ku-, -ku Kami Kita engkau, kamu, kalian, Anda, dikau, kamu sekalian, kau-, -mu Anda sekalian ia, dia, beliau, -nya Mereka (Alwi, dkk., 2003: 249) Sebagian besar pronomina persona bahasa Indonesia memiliki lebih dari dua wujud. Hal ini disebabkan oleh budaya bangsa yang sangat memperhatikan hubungan sosial antarmanusia. Hubungan sosial antarmanusia atau tata krama dalam kehidupan bermasyarakat menuntut adanya aturan yang serasi dengan martabat masing-masing.

4 10 Pada umumnya ada tiga parameter yang dipakai sebagai ukuran: (1) umur, (2) status sosial, dan (3) keakraban (Alwi, dkk., 2003: 250). Parameter pertama yang dipakai dalam hubungan sosial antarmanusia di masyarakat yaitu umur. Secara budaya, orang yang lebih muda diharapkan menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Sebaiknya, orang yang lebih tua diharapkan pula menunjukkan tenggang rasa terhadap yang muda. Pronomina saya, misalnya, lebih umum dipakai daripada aku oleh orang muda terhadap orang tua. Untuk menunjukkan rasa hormat, pronominal beliau dipakai alih-alih dia. Kemudian parameter kedua, yakni status sosial. Hubungan dengan status sosial, baik kedudukan dalam masyarakat maupun badan resmi di suatu instansi, ikut pula memengaruhi pemakaian pronomina. Seorang kepala kantor dapat memakai pronomina kamu, misalnya, apabila ia berbicara dengan pegawainya, apabila umurnya lebih muda, sebaliknya, ia akan memakai kata Saudara atau Bapak jika yang diajak berbicara itu adalah tamu yang sebaya, baik dalam umur maupun kedudukan. Demikian pula seorang pegawai akan merasa lebih mantap jikaia memanggil atasannya dengan sapaan Bapak atau Ibu alih-alih dengan Anda atau Saudara. Parameter yang ketiga, yakni keakraban. Keakraban dapat menyilang garis pemisah umur dan status sosial, meskipun kadang-kadang hanya dalam situasi-siuasi tertentu. Ada dua orang yang sejak kecil telah bersahabat dapat saja tetap memakai pronomina kamu, meskipun yang satu telah menjadi menteri, misalnya, sedangkan yang satunya hanyalah guru di sekolah dasar. Dalam pertemuan resmi, guru sekolah dasar itu akan menyapa menteri iu dengan sapaan Bapak: Bagaimana pendapat Bapak dalam soal Sebaliknya, pada resepsi pernikahan/konteks tidak resmi, dapat saja guru itu

5 11 berkata Kamu tinggal di rumah pribadi atau rumah dinas ditentukan oleh pribadi dan kepribadian masing-masing. Dengan gambaran di atas, pemakaian pronomina sangatlah penting karena pemakaian yang salah dapat menimbulkan hal yang mengganggu keserasian pergaulan. Berikut adalah gambaran mengenai berbagai pronomina persona. 1. Pronomina Persona Pertama Kelompok persona pertama tunggal bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku (Alwi, dkk., 2003: 251). Ketiga bentuk itu adalah bentuk baku, tetapi mempunyai tempat pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Tulisan formal pada buku nonfiksi dan ujaran seperti pidato, sambutan, dan ceramah. Meskipun demikian, sebagian orang memakai bentuk kami dengan arti saya untuk situasi di atas. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terlalu menonjolkan diri. Persona pertama aku lebih banyak dipakai dalam pembicaraan batin dan dalam situasi yang tidak formal dan yang lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca. Oleh karena itu, bentuk ini sering ditemukan dalam cerita, puisi, dan percakapan sehari-hari. Sedangkan Persona pertama daku umumnya dipakai dalam karya sastra. Pronomina persona aku mempunyai variasi bentuk, yakni ku dan ku- (Alwi, dkk., 2003: 251). Bentuk ku dipakai untuk menyatakan kepemilikan dan dalam tulisan dilekatnya pada kata yang di depannya, misalnya, sahabat sahabatku; rumah rumahku; keluarga keluargaku. Dalam hal ini bentuk utuh aku tidak dipakai:

6 12 sahabat aku, rumah aku,dan keluarga aku. Demikian pula bentuk daku tidak dipakai untuk maksud itu. Berbeda dengan aku, bentuk saya dapat dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya: skripsi saya, suami saya, anak saya. Pronomina persona saya, aku, dan daku, dapat dipakai bersama dengan preposisi. Akan tetapi, tiap preposisi mensyaratkan pronomina tertentu yang dapat dipakai. Berikut contoh kelompok demi dapat diikuti oleh daku, tetapi kelompok bagi tidak bisa diikuti oleh daku. Kelompok demi: demi demi saya, demi aku, demi daku Kelompok bagi: bagi bagiku, bagi aku, bagi saya Bentuk terikat ku- sama sekali berbeda pemakaiannya dengan -ku. Pertama-tama, ku- diletakkan pada kata yang terletak di belakangnya. Kedua, kata yang terletak di belakang ku- adalah verba. Dalam nada yang puitis, ku- kadang-kadang dipakai sebagai bentuk bebas seperti terlihat pada contoh di bawah ini. 1) Ya, mobil ini akan kupakai nanti siang. 2) Kini kutahu kau sangat setia padaku. Selain persona tunggal, bahasa Indonesia juga mengenal persona pertama jamak. Ada dua macam pronomina persona pertama jamak, yakni kami atau kita. Kami bersifat eksklusif; artinya, pronomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain di pihaknya. Sebaliknya, kita bersifat inklusif; artinya, pronomina itu mencakup tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain. Berikut contoh kalimat dengan pengertian yang berbeda. 3) Kami akan berangkat pukul enam pagi. 4) Kita akan berangkat pukul enam pagi.

7 13 Bentuk kami pada kalimat (3) dipakai untuk mengacu kepada pembicara/penulis dalam situasi yang formal, sedangkan kita pada kalimat (4) dipakai untuk mengacu tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar dan pembaca. 2. Pronomina Persona Kedua Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yaitu engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, dan mu (Alwi, dkk., 2003: 253). Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya. Persona kedua engkau, kamu, dan mu dipakai oleh a. Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama, seperti pada contoh berikut. 5) Pukul berapa kamu berangakat ke sekolah, Nak? b. Orang yang status sosialnya lebih tinggi, seperti pada contoh berikut. 6) Mengapa engkau kemarin tidak masuk? c. Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial. Perhatikan contoh berikut. 7) Baru jadi kepala sekolah sebulan, kenapa rambutmu sudah beruban? Persona kedua Anda dimaksudkan untuk menetralkan hubungan. Pada saat ini pronomina Anda dipakai. a. Dalam hubungan yang takpribadi sehingga Anda tidak diarahkan pada satu orang khusus. Perhatikan contoh berikut. 8) Sebentar lagi kita akan mengudara, Anda kami mohon mengenakan sabuk pengaman.

8 14 b. Dalam hubungan bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal ataupun telalu akrab. Perhatikan contoh berikut. 9) Anda sekarang tinggal di mana? c. Seperti halnya dengan daku, dikau juga dipakai dalam ragam bahasa tertentu, khususnya ragam sastra. Bahkan, dalam ragam sastra itu pun pronomina dikau tidak sering dipakai lagi. Perhatikan contoh berikut. 10) Yang kurindukan hanya dikau seorang. Persona kedua mempunyai bentuk jamak. Ada dua macam bentuk jamak, yaitu (1) kalian dan (2) persona kedua ditambah dengan kata sekalian: Anda sekalian atau kamu sekalian. Meskipun kalian tidak terikat pada tata krama sosial, orang muda atau yang status sosialnya lebih rendah umumnya tidak memakai bentuk itu terhadap orang tua atau atasannya. Kebalikannya dapat terjadi. Pemakaian kamu sekalian atau Anda sekalian sama dengan pemakaian untuk pronomina dasarnya, kamu dan Anda, kecuali dengan tambahan pengertian kejamakan. Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk jamak pronomina persona kedua dalam kalimat. 11) Kalian mau ke mana liburan mendatang? 12) Kamu sekalian harus datang ke kantor pada waktunya. 13) Hal ini terserah pada Anda sekalian. Persona kedua yang memiliki variasi bentuk hanyalah engkau dan kamu. bentuk terikat itu masing-masing adalah kau- dan mu. Semua persona kedua yang berbentuk utuh dapat dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dengan menempatkan di belakang nomina yang mengacu ke milik. Sebaliknya, hanya

9 15 klitika mu yang dapat juga mengacu pada pemilik, sedangkan kau- tidak dapat. Berikut ini adalah beberapa contoh pemilikan. 14) Adik kamu di mana sekarang? 15) Pertanyaan Anda tidak masuk akal. 16) Apa istrimu sudah mengetahui soal itu? Dalam konstruksi pemilikan itu, -mu hanya mewakili engkau dan kamu. 3. Pronomina Persona Ketiga Ada dua macam persona ketiga tunggal: (1) ia, dia, atau -nya dan (2) beliau (Alwi, dkk., 2003: 255). Meskipun ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, ada kendala tertentu yang dimiliki oleh masing-masing. Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia dan nya yang dapat muncul. Karena ada kebutuhan untuk memakai pronomina yang tidak merujuk pada insan, terutama dalam tulisan ilmiah, maka orang juga mulai memakai ia (bukan dia) untuk merujuk pada sesuatu yang tunggal yang telah dinyatakan sebelumnya. Perhatian contoh berikut. 17) Sebagai numeralia kolektif, numeralia ini diletakkan di muka nomina, sebagai numeralia tingkat, ia diletakkan di belakang nomina. Kemudian, pronomina persona ketiga tunggal beliau pada kalimat (18) menyatakan rasa hormat. Oleh karena itu, beliau dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang yang dibicarakan. Perhatikan contoh berikut. 18) Menteri baru saja menelepon dan mengatakan bahwa beliau tidak dapat hadir.

10 16 Dari keempat pronomina persona ketiga itu, hanya dia, -nya, dan beliau yang dapat dipakai untuk menyatakan milik. Perhatikan keberterimaan kalimat pada contoh di bawah ini. 19) Rumahnya di daerah Kebayoran Baru. 20) Saya tidak tahu alamat dia. 21) Putra beliau belajar di Fikri Jaya. Persona ketiga dalam bentuk nya pada kalimat (19), bentuk dia pada kalimat (20), bentuk beliau pada kalimat (21 ) dipakai untuk menyatakan milik. Persona ketiga dalam bentuk nya dipakai untuk mengubah kategori suatu verba menjadi nomina. Bila nya dilekatkan pada verba, baik verba aktif maupun pasif, verba tersebut berubah kategorinya menjadi nominal. Perhatikan contoh berikut. 22) Datangnya kapan? Ditundanya ujian itu membuat mahasiswa bersorak. Tertangkapnya penjahat itu membuat desa ini aman. Tidak tertangkapnya penjahat itu membuat warga cemas. Keterkaitan -nya dengan verba masih tampak seperti terbukti dengan dipakainya kata tidak (alih-alih bukan) untuk pengingkaran. Pesona ketiga nya pada kalimat (22) juga dipakai untuk subjek dalam kalimat topik-komen. Perhatikan contoh berikut. 23) Para petani sawahnya diserang hama wereng. Para petani pada kalimat (23 ) adalah topik pada kalimat di atas. Sawah adalah subjek. Dalam kalimat yang dinamakan topik-komen seperti ini, subjeknya harus ditandai dengan pronomina nya: sawahnya.

11 17 Dalam wujud nya, pronomina ini sering juga dipakai hanya sebagai penanda ketakrifan suatu nomina atau nominal. Perhatikan contoh berikut. 24) Kemarin Pak Ali membeli mobil. Bannya baru. Kata mobil pada kalimat (24) mempunyai perikutan makna, antara lain, adanya ban, mesin, rem, dan jok. Benda-benda ini merupakan bagian wajib dari suatu mobil. Apabila suatu konsep telah disajikan, maka bagian wajib dari konsep tersebut harus dianggap takrif. Wujud ketakrifan ini adalah nya. Karena pada contoh (24 ) di atas mobil, harus dianggap takrif. Oleh karena itu, -nya harus nya Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Di samping arti jamaknya, mereka berbeda dengan pronomina persona tunggal dalam acuannya. Pada umumnya mereka hanya dipakai untuk lisan. Benda atau konsep yang jamak dinyatakan dengan cara yang berbeda; misalnya dengan mengulang nomina tersebut atau dengan mengubah sintaksisnya. Perhatikan contoh penggunaan pronomina persona ketiga jamak dalam kalimat berikut. 25) Teman-teman akan datang, Mereka akan membawa makanannya sendiri. Akan tetapi, pada cerita fiksi atau narasi lain yang menggunakan gaya fiksi, kata mereka kadang-kadang juga dipakai untuk mengacu pada binatang atau benda yang dianggap bernyawa, seperti terlihat pada contoh berikut. 26) Pohon mangga dan pohon rambutan ketakutan mendengar bahwa Pak Tani akan menebangnya. Mereka berjanji akan segera berubah.

12 18 Bentuk pronomina persona ketiga jamak mereka pada kalimat (26) mengacu pada benda, yakni pohon mangga dan pohon rambutan. Pronomina persona bentuk mereka tidak mempunyai variasi sehingga dalam posisi mana pun hanya bentuk itulah yang dipakai Pronomina Penunjuk Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu (a) pronomina penunjuk umum, (b) pronomina penunjuk tempat, dan (c) pronomina penunjuk ihwal (Alwi, dkk., 2003: 260). 1. Pronomina Penunjuk Umum Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang dekat pembicara/penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan. Kata itu digunakan untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/penulis, pada masa lampau, atau pada informasi yang sudah disampaikan, sedangkan kata anu dipakai bila seseorang tidak dapat mengingat benar kata apa yang harus dia pakai, padahal ujaran telah dimulai. Sebagai pronomina, ini dan itu ditempatkan sesudah nomina yang diwatasinya, orang juga memakai kedua pronomina itu sesudah pronomina persona, tampaknya untuk memberikan lebih banyak penegasan, contohnya, jawaban itu; rumusan ini. Kata anu dipakai bila seseorang tidak dapat mengingat benar kata apa yang harus dia pakai, padahal ujaran telah dimulai. Untuk mengisi kekosongan dalam proses berpikir ini orang memakai pronomina anu seperti pada kalimat (27) berikut. 27) Kemarin saya beli anu itu yang dipakai untuk potong rambut gunting!

13 19 Anu kadang-kadang juga dipakai bila si pembicara tidak mau secara eksplisit mengatakan apa yang dia maksud. Perhatikan contoh kalimat (28) berikut. 28) Duduklah dengan baik supaya anumu tidak kelihatan. Pronomina penunjuk dapat juga mandiri sepenuhnya sebagai nomina. Pronomina penunjuk itu dapat berfungsi sebagai subjek atau objek kalimat, dan bahkan dalam kalimat yang berpredikat nomina dapat pula berfungsi sebagai predikat. Perhatikan pemakaiannya pada contoh kalimat (29), (30), (31) berikut. 29) Ini/itu rumah saya. 30) Dia membeli ini/itu/anu kemarin. 31) Tanggapan dia ini/itu. Pronomina yang bersifat atributif diletakkan sesudah kata atau frasa yang diterangkan. Fungsi utama pemakaian seperti itu adalah untuk menandai akhir konstruksi frasa dalam kalimat. Oleh karena itu, jika frasa itu, mendapat keterangan lain, ini/itu selalu mundur dan berada di ujung kanan. Bila keterangan itu panjang, kata yang lalu muncul. Perhatikan contoh pada kalimat (30) berikut. 32) Saya setuju dengan pendapat baru yang diusulkan oleh Pak Hasan itu. Dalam suatu wacana pronomina penunjuk itu dipakai untuk menunjuk ke suatu maujud yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut ini adalah contoh pemakaiannya. 31) Dahulu kala ada seorang raja yang bengis. Raja itu suka menganiaya rakyatnya. Di samping pemakaian itu untuk menyebutkan sebelumnya seperti dicontohkan pada kalimat (31), pronomina penunjuk itu dan ini dipakai pula dalam wacana

14 20 yang kalimat-kalimatnya mempunyai pertautan makna. Untuk menyatakan pertautan tersebut, sebagian orang memakai pronomina penunjuk itu sedangkan sebagaian yang lain memakai ini seperti pada contoh berikut. 32) Penyehatan perbankan merupakan usaha yang sangat sulit. Masalah ini/itu makin menjadi rumit karena dana ternyata banyak yang digelapkan. Bentuk ini/itu pada kalimat (32 ) mempunyai pertautan makna dengan kalimat sebelumnya, yakni penyehatan perbankan. 2. Pronomina Penunjuk Tempat Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia ialah sini, situ dan sana. Titik pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ), dan jauh (sana). Karena menunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga terdapat di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, dan di/ke/dari sana. Perhatikan contoh berikut. 33) Kita akan bertolak dari sini. 34) Barang-barangnya ada di situ. 35) Siapa yang mau pergi ke sana? Pronomina penunjuk tempat bentuk sini pada kalimat (33) menunjuk lokasi yang dekat dengan subjek, bentuk situ pada kalimat (34) menunjuk lokasi yang agak jauh, sedangkan bentuk sana pada kalimat (35) menunjuk lokasi yang jauh. 3. Pronomina Penunjuk Ihwal

15 21 Pronomina penunjuk ihwal dalam bahasa Indonesia adalah begini dan begitu. Titik pangkal perbedaannya sama dengan penunjuk lokasi: dekat ( begini) dan jauh (begitu). Dalam hal ini jauh dekatnya bersifat psikologis. Perhatikan contoh berikut. 36) Dia mengatakan begini. 37) Jangan berbuat begitu lagi. Di samping begini dan begitu ada pula demikian yang artinya mencakup keduanya seperti pada contoh berikut. 38) Memang kemarin dia mengatakan demikian Pronomina Penanya Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan (Alwi, dkk., 2003: 265). Dari segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai (a) orang, (b) barang, atau (c) pilihan. Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa bila barang; dan mana bila suatu pilihan tentang orang atau barang. Berikut akan dipaparkan mengenai pronomina penanya dan pemakaiannya dalam kalimat. 1. Apa dan Siapa Pronomina penanya apa mempunyai dua peran yang berbeda. pertama, kata itu semata-mata mengubah kalimat berita menjadi kalimat tanya. Dalam bahasa baku

16 22 pemakaian kata apa dalam arti seperti ini ditempatkan pada awal kalimat. Dalam bahasa formal partikel kah dapat ditambahkan pada apa seperti pada contoh berikut. 39) Dia sudah datang Apa dia sudah datang? 40) Kasusnya akan dibawa ke pengadilan Apakah kasusnya akan dibawa ke pengadilan? Kedua, kata apa juga dapat menggantikan barang atau hal yang ditanya. Jika kata itu diletakkan di tempat barang atau hal yang digantikannya, struktur urutan katanya masih tetap sama. Perhatikan kalimat berikut. 41) Yusyanti membeli mobil. Yusyanti membeli apa? Kata apa dan siapa berlainan dalam dua hal (1) apa mengacu pada benda, hal, dan binatang, sedangkan siapa mengacu pada manusia saja, dan (2) apa dapat berfungsi semata-mata sebagai pemarkah kalimat tanya, sedangkan siapa menggantikan nomina dalam kalimat. Dalam perilaku sintaksisnya, harus siapa mengikuti pola yang diikuti oleh apa. Berikut adalah kesimpulan pemakaian pronomina siapa. 1. Siapa dapat menggantikan objek tanpa mengubah urutan kata, asalkan tempatnya sama dengan objek yang digantikannya. Perhatikan contoh berikut. 42) Ibu mencari Fitles Ibu mencari siapa? (S-P) 2. Jika siapa sebagai pengganti objek diletakkan di muka kalimat, seluruh konstruksi kalimat berubah dan siapa menjadi predikat yang diikuti oleh subjek yang berwujud frasa nominal dengan yang. Perhatikan contoh berikut. 43) Ibu mencari siapa? (S-P) Siapa(kah) yang ibu cari? (P-S) 3. Dalam kalimat yang subjeknya dimulai dengan yang, partikel kah tidak dapat dipakai di belakang predikat. Perhatikan contoh berikut.

17 23 44) Siapakah yang menulis laporan ini? (P-S) Yang menulis laporan ini siapa? (S-P) *Yang menulis laporan ini siapakah? (S-P) 4. Siapa dapat pula menggantikan subjek dan menduduki posisi awal kalimat sebagai predikat dengan urutan kata yang sama, tetapi kata yang harus ditambahkan. Perhatikan contoh berikut. 45) Pak Rohmat membeli mobil. (S-P) Siapa yang membeli mobil? (P-S) 2. Mana Pronomina mana pada umumnya digunakan untuk menanyakan suatu pilihan tentang orang, barang, atau hal. Perhatikan contoh pemakaiannya pada kalimat (49) berikut. 46) Mana buku yang kamu beli kemarin? Jika mana digabung dengan preposisi di, ke, dan dari: di mana menanyakan tempat benda, ke mana menanyakan tempat yang dituju, dan dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan. Dalam bahasa Indonesia baku, ketiga frasa itu dapat mengisi posisi keterangan tempat yang digantikannya dan posisinya dapat pada awal kalimat. 47) Di mana sekarang Pak Miskun tinggal? 48) Besok mereka akan pergi ke mana? 49) Dari mana Pak Sakerah berasal? 3. Mengapa dan Kenapa Kata penanya mengapa dan kenapa mempunyai arti yang sama, yakni menanyakan sebab terjadinya sesuatu. Kedua bentuk itu sama-sama dipakai, tetapi mengapa lebih formal daripada kenapa. Dalam bahasa Indonesia baku kata

18 24 penanya ini diletakkan pada awal kalimat, dan urutan kata dalam kalimat mengikuti urutan kalimat berita. Perhatikan contoh kalimat (53) berikut. 50) Fitles tidak menjawab suratmu (karena malas). Mengapa(kah)/kenapa(kah) Fitles tidak menjawab suratmu? 4. Kapan dan Bila(mana) Kata penanya kapan atau bila(mana) menanyakan waktu terjadinya suatu peristiwa. Kata ini ditempatkan pada awal kalimat dan dapat pula diikuti oleh partikel kah. Seperti pada contoh berikut. 51) Pak Rohmat akan naik haji tahun depan. Kapan/bilamana Pak Rohmat akan naik haji? 5. Bagaimana Kata tanya bagaimana menanyakan keadaan sesuatu cara atau untuk melakukan perbuatan. Perhatikan contoh yang berikut. 52) Bagaimana orang tuamu sekarang? 53) Caranya memperoleh dana bagaimana? Pronomina penanya bagaimana yang terdapat pada contoh (52 dan 53) di atas tampak bahwa bagaimana dapat ditempatkan pada awal atau akhir kalimat. 6. Berapa Kata penanya berapa dipakai untuk menanyakan bilangan atau jumlah. Kata ini dapat ditempatkan pada bagian depan, tengah, atau akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut. 54) Berapa buku yang kamu beli kemarin? 55) Kamu belum buku berapa kemarin? 56) Kemarin kamu beli buku berapa?

19 25 Kata penanya berapa juga dapat dipakai sebagai pewatas untuk nomina dan ditempatkan sebelum nomina yang diwatasinya. Perhatikan contoh berikut. 57) Berapa hari Anda menginap dihotel Musafira Indah? Dalam gabungannya dengan kata-kata tertentu, berapa dapat ditempatkan di muka atau di belakang nomina yang diwatasinya,tetapi penempatan ini memunculkan arti yang berbeda, perhatikan contoh berikut. 58) Berapa jam kamu belajar? 59) Jam berapa kamu belajar? Kata penanya berapa dapat pula diberi prefiks ke- sehingga menjadi keberapa yang selau ditempatkan di belakang nomina yang diwatasi. Kata ini merujuk pada bilangan tingkat. Perhatikan perbedaan makna kalimat-kalimat pada contoh berikut. 60) Pukul berapa kuliah Bu Sumarti diberikan? Pukul ) Jam keberapa kuliah Bu Eka diberikan? Jam ketiga. 2.3 Karangan Berikut akan dipaparkan mengenai pengertian karangan dan jenis-jenis karangan Pengertian Karangan Karangan adalah (1) hasil mengarang; pena; cerita; (2) cerita mengada -ada (yang dibuat-buat); (3) hasil rangkaian/susunan (KBBI, 2007: 506). Selain itu, karangan merupakan hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan (Finoza, 2009: 234)

20 Jenis-Jenis Karangan Jenis karangan dapat dibedakan menjadi lima, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi (3) eksposisi, (4 ) argumentasi, dan (5) persuasi (Nursisto, 1999: 37). Jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu (1) wacana deskripsi, (2) wacana kesposisi, (3) wacana argumentasi, (4) persuasi, dan (5) wacana narasi (Rusmi nto, 2006: 17 21). Selain itu, berdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya, karangan dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu (1) deskripsi/ perian, (2) narasi/kihasan, (3) eksposisi/paparan, (4) argumentasi/bahasan, (5 ) persuasi/ajakan, dan (6) cam puran/kombinasi (Finoza, 2009: 238). Kemudian dalam buku yang berjudul Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ada lima jenis karangan yaitu (1) eksposisi, (2) argumentasi, (3) persuasi, (4) narasi, dan (5) deskripsi. Dari beberapa pendapat di atas penulis mengacu pada pendapat Nursisto yang menyatakan bahwa jenis karangan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Berikut akan dipaparkan beberapa jenis karangan, yaitu (1) narasi, (2) deskripsi (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Berikut akan diuraikan mengenai jenis-jenis karangan. 1. Karangan Narasi Karangan narasi adalah karangan yang berisi cerita, ada pelaku, peristiwa, konflik, dan penyelesaiannya (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010: 85). Suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau

21 27 yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu adalah karangan narasi (Finoza, 2007: 244). 2. Karangan Deskripsi Karangan deskripsi adalah karangan yang berisi pengalaman sesuatu yang dilihat, dirasa, didengar, dialami, dan sebagianya sehingga membuat pembaca seolah-olah melihat, merasa, mendengar, dan mengalami apa yang digambarkan ( Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010: 85). Karangan deskripsi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya (Finoza, 2009: 240). Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup. Karangan ini berhubungan dengan pengalaman pancaindera, seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan gambaran suatu peristiwa atau masalah (Parera, 19 88: 4). Selain itu, deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya (Rusminto, 2006: 17). Pendapat yang sama bahwa deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan citra penulisnya (Nursisto, 1999: 40). 3. Karangan Eksposisi Karangan eksposisi adalah karangan yang berisi penjelasan-penjelasan atau paparan yang dapat memperluas pengetahuan pembaca (Pusat Pembinaan dan

22 28 Pengembangan Bahasa, 2010: 84). Selain itu, wacana eksposisi adalah wacana yang bertujuan utama untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu (Rusminto, 2005: 18). Dalam wacana eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama berupa informasi. Selanjutnya, definisi yang sama bahwa karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu (Finoza, 2009: 246). 4. Karangan Argumentasi Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk mendukung atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan (Suparno dalam Rusminto, 2006: 19). Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat yang disertai pembahasan logis dan diperkuat dengan fakta-fakta sehingga pendapat itu diterima kebenarannya (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010: 84). Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri (1) mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; (2) mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan (3) mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian (Finoza, 2007: 249). 5. Karangan Persuasi

23 29 Karangan persuasi adalah karangan yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang-orang tertentu, kelompok, atau masyarakat tentang sesuatu. Agar hal yang disampaikan itu dapat mempengaruhi orang lain, harus pula disertai penjelasan dan fakta (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010: 84). Selain itu, karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang (Finoza, 2009: 253). Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan.

PRONOMINA PADA BERITA UTAMA DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP. (Skripsi) Oleh AMELIA VRANCISKA

PRONOMINA PADA BERITA UTAMA DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP. (Skripsi) Oleh AMELIA VRANCISKA PRONOMINA PADA BERITA UTAMA DALAM SURAT KABAR KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP (Skripsi) Oleh AMELIA VRANCISKA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Menulis 2.1.1. Pengertian Menulis Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB II RAGAM DAN LARAS BAHASA

BAB II RAGAM DAN LARAS BAHASA BAB II RAGAM DAN LARAS BAHASA 1. Ragam Dan Laras Bahasa Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

LARAS dan RAGAM BAHASA

LARAS dan RAGAM BAHASA LARAS dan RAGAM BAHASA STMIK CIC CIREBON - 2016 Kedudukan Bahasa Indonesia FUNGSI BAHASA LARAS & RAGAM BAHASA Implikasi BI dalam hidup sehari-hari LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

Bab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1

Bab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1 Bab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1 1.1 Tujuan Dalam Tahap 1 Kurikulum Internasional Pendidikan Bahasa Mandarin (KIPBM), siswa diharapkan dapat memahami materi bahasa tingkat dasar yang berkaitan dengan perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 2.1.1 Kompetensi Inti Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL OLEH EGGA MILASA NIM

ARTIKEL E-JOURNAL OLEH EGGA MILASA NIM ARTIKEL E-JOURNAL OLEH EGGA MILASA NIM 090388201078 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2013 Kemahiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sepengetahuan penulis, penelitian tentang kata pronomina bahasa Banggai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sepengetahuan penulis, penelitian tentang kata pronomina bahasa Banggai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian terhadap masalah yang sama sebelumnya Sepengetahuan penulis, penelitian tentang kata pronomina bahasa Banggai belum pernah diteliti baik mahasiswa di luar daerah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

Sifat dan Bentuk Karangan

Sifat dan Bentuk Karangan Sifat dan Bentuk Karangan by webmaster - Wednesday, December 02, 2015 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=51 Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

PRONOMINA PERSONA DALAM ANTOLOGI CERPEN GONJONG 2: POTRET KELUARGA

PRONOMINA PERSONA DALAM ANTOLOGI CERPEN GONJONG 2: POTRET KELUARGA PRONOMINA PERSONA DALAM ANTOLOGI CERPEN GONJONG 2: POTRET KELUARGA Isra Deswita 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang, Indonesia

Lebih terperinci

JENIS TULISAN. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

JENIS TULISAN. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia JEN TULAN Mata Kuliah : Bahasa ndonesia PENDAHULUAN ebelum mengarang, seseorang harus paham dahulu tentang apa karangan dan jenis-jenisnya. Dengan begitu seorang penulis dapat menentukan jenis karangan

Lebih terperinci

Peta Kompetensi Bahasa Indonesia Tata Bahasa dan Komposisi/BING4212/4 sks Bahasa Indonesia Tatabahasa dan Komposisi /BING4212

Peta Kompetensi Bahasa Indonesia Tata Bahasa dan Komposisi/BING4212/4 sks Bahasa Indonesia Tatabahasa dan Komposisi /BING4212 xi S Tinjauan Mata Kuliah emakin hari semakin disadari pentingnya kegiatan berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain. Dalam kegiatan apapun manusia menggunakan bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab lima ini, dipaparkan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Simpulan dimulai dari observasi awal mengenai pembelajaran menulis di lapangan, perencanaan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Penentuan

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yg efisien: bhs yg mengikuti kaidah yg dibakukan atau yg dianggap baku, dg mempertimbangkan kehematan kata dan ungkapan. Bahasa yg efektif: bhs yg mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN

BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN 8 BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN 2.1. Ragam Bahasa Laki-laki dan Perempuan Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 184), ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil dari suatu penelitian, seorang penulis akan lebih mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil dari suatu penelitian, seorang penulis akan lebih mudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai datadata

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan berkomunikasi.

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Menulis

Keterampilan Dasar Menulis Keterampilan Dasar Menulis Oleh La Ode Syukur Pengertian Menulis Menulis : kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Pesan : Isi yang terkandung dalam suatu tulisan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ragam bahasa menurut sarananya dibatasi atas ragam lisan dan tulisan. Karena bahasa

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMAHAMI PENGGUNAAN KATA SAPAAN DALAM WACANA BAHASA INDONESIA LISAN SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 1 JEMBER SKRIPSI

KEMAMPUAN MEMAHAMI PENGGUNAAN KATA SAPAAN DALAM WACANA BAHASA INDONESIA LISAN SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 1 JEMBER SKRIPSI KEMAMPUAN MEMAHAMI PENGGUNAAN KATA SAPAAN DALAM WACANA BAHASA INDONESIA LISAN SISWA KELAS VIIG SMP NEGERI 1 JEMBER SKRIPSI Oleh Hendik Mugi Arso NIM 030210402307 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen penting yang

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan Laporan Mencatat pokok-pokok antara fakta Laporan kegiatan isi laporan

Lebih terperinci

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN ARTIKEL PENELITIAN OLEH YOSEFHA ELLA NIM F11112001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH Murniyati Gobel Dakia N. Djou Asna Ntelu JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

K BAB I PENDAHULUAN

K BAB I PENDAHULUAN Analisis pemakaian bahasa dalam karangan deskriptif siswa SMP Negeri 1 Polanharjo Disusun oleh: Cholik Mawardi K 1202503 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting untuk

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat menulis, siswa dituntut berpikir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia yaitu menyangkut bahasa yang digunakan oleh warga negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga, yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh NEULIS ATIN 10210562 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

KAJIAN PUSTAKA. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh setiap orang. Menulis merupakan bentuk komunikasi berupa tulisan yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2)

PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2) PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM KARYA TULIS ILMIAH 1) Oleh Wahya 2) 1. Karya Tulis Ilmiah Karya tulis adalah sesuatu yang dihasilkan oleh aktivitas menulis. Karya tulis sering dikatakan karangan. Karangan adalah

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci