RINGKASAN EKSEKUTIF. I. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF. I. Pendahuluan"

Transkripsi

1

2 RINGKASAN EKSEKUTIF STRATEGI PENGEMBANGAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KELURAHAN PULAU ABANG KECAMATAN GALANG KOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU I. Pendahuluan Kota Batam sebagai salah satu wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan sentra produksi dan sekaligus merupakan sentra pemasaran hasil perikanan. Salah satu kelurahan penyumbang komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang. Ketergantungan masyarakat Kelurahan Pulau Abang terhadap sumberdaya perikanan sangat besar karena diperkirakan sekitar 93,65 % penduduknya bekerja sebagai nelayan, sedangkan disisi lain ada gejala hasil tangkapan nelayan cendrung menurun yang diduga kuat berdampak pada penurunan tingkat pendapatannya. Penurunan hasil tangkapan nelayan tersebut, disamping diperkirakan karena habitat sebagai tempat hidup sumberdaya perikanan tersebut mengalami degradasi dari waktu kewaktu, juga diduga karena pemanfaatannya melampaui potensi perairannya sebagai akibat banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarganya dari satu sisi dan mengurangi eksploitasi sumberdaya perikanan serta degradasi habiatnya khususnya terumbu karang di sisi lainnya, harus dikembangkan mata pencaharian alternatif bagi nelayan. Namun untuk mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan strategi mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumberdaya perikanan, sedangkan disisi RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

3 lain suatu usaha yang baru bisanya juga rentan untuk bertahan. Strategi yang dimaksud antara lain: 1) Memilih usaha yang telah ada dilakukan oleh masyarakat di lokasi studi sehingga usaha tersebut paling tidak telah dikenal oleh masyarakat; 2) Memilih usaha disamping layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis, juga layak secara finansial, dimana hal ini diperkirakan suatu tolok ukur dari pada keberlangsungan atau kontinuitas komoditi yang dihasilkan dari suatu usaha yang akan dikembangkan; 3) Menentukan strategi pengembangannya berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya yang merupakan langkah konkrit yang perlu dilakukan disamping untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut, juga berkaitan dengan keberlangsungan dan pengembangannya. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi yang secara umum untuk mengetahui strategi pengembangan usaha alternatif di lokasi studi. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui : jenis-jenis mata pencaharian alternatif yang ada di Kelurahan Pulau Abang; jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis dan kelayakan finansial usaha dan strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya. II. Metode Studi Kegiatan studi ini dilakukan di wilayah Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi studi memfokuskan pada lokasi manajemen area Coremap II, yakni Pulau Abang Kecil dan Pulau Petong. Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yakni: Studi Kepustakaan, Metode Survey dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, sedangkan data primer dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data Triangulation, yakni Indepth Interview, wawancara dengan menggunakan kuisioner, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi. Analisis data menggunakan gabungan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisa secara deskriptif dengan penampilan dalam bentuk tabel, sedangkan data kuantitatif dilakukan penghitungan berdasarkan rumus-rumus tertentu. RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

4 III. Hasil Studi Berdasarkan pertimbangan aspek teknis (minat masyarakat, ketersediaan bahan baku/sumberdaya alam, ketersediaan tenaga kerja, peluang pasar), usaha alternatif yang layak dikembangkan di lokasi studi Pulau Abang Kecil (RW 1 dan RW 2 Air Saga) adalah: usaha home industri kerupuk ikan, usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba, usaha ternak ayam dan usaha ternak itik. Sedangkan di lokasi studi Pulau Petong adalah: usaha home industri kerupuk ikan, usaha pengolahan ikan asin, usaha ternak ayam dan ternak itik. Semua usaha alternatif yang layak dikembangkan secara teknis, baik di lokasi studi Pulau Abang Kecil, maupun di lokasi studi Pulau Petong, disamping dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga nelayan, juga mempunyai kelayakan finansial untuk dikembangkan, yang dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Usaha ternak itik, dengan total investasi sebesar Rp ,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp ,-/tahun; BCR sebesar 1,51; ROI 188,68 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 6,4 bulan; 2) Usaha ternak ayam, dengan total investasi sebesar Rp ,-, diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp ,-/tahun; BCR sebesar 1,51; ROI 188,68 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 6,4 bulan; 3) Usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba, dengan total investasi sebesar Rp ,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp ,-/tahun; BCR sebesar 1,96; ROI 75,56 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 10,4 bulan; 4) Usaha kerupuk ikan, dengan total investasi sebesar Rp ,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp ,- /tahun; BCR sebesar 1,84; ROI 219,00 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 4,0 bulan; 5) Usaha pengolahan ikan asin, dengan total investasi sebesar Rp ,- diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp ,-/tahun; BCR sebesar 1,52; ROI 368,4 % dan tingkat pengembalian modal (PPC) hanya selama 2,7 bulan. Strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternal secara umum mencakup: 1) Membentuk kelompok usaha bersama, sesuai dengan usaha alternatif yang akan dikembangkan; 2) Mengoptimalkan RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

5 penggunaan tenaga kerja keluarga, dimana selama ini tenaga keluarga ini masih belum banyak dimanfaatkan; 3) Melakukan penyuluhan dan pelatihan: manajemen usaha dan oraganisasi, serta teknik usaha sesuai dengan usaha alternatif yang dikembangkan; 4) Melakukan pilot project dari masing-masing usaha alternatif yang akan dikembangkan jika memungkinkan, terutama untuk pengembangan usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba dan ternak itik; 5) Melakukan pendampingan secara kontinyu dan sebaiknya menggunakan tenaga pendamping lapangan yang telah bertugas sejak awal proyek, karena mereka telah membaur dan dikenal oleh masyarakat sehingga diharapkan lebih efektif dan efisien; 6) Memanfaatkan cadangan dana bantuan pinjaman modal dari pemerintah untuk usaha kecil dan menengah atau ekonomi kerakyatan secara optimal dari pemerintah; 7) Perlu mendapatkan dukungan dan fasilitasi dari dinas pemerintah terkait sesuai dengan usaha alternatif yang akan dikembangkan, seperti Disperindag, Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Peternakan, dan Dinas Koperasi, dan lain sebagainy; 8) Membangun pola kemitraan bisnis yang memungkinkan untuk memperoleh penyediaan modal dan akses pasar serta untuk kestabilan harga. IV. Rekomendasi 1. Usaha alternatif yang direkomendasikan untuk dikembangkan di lokasi studi Pulau Abang Kecil (RW I dan RW II Air Saga, Kelurahan Pulau Abang): usaha home industri Kerupuk Ikan, usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam keramba, usaha Ternak Ayam, dan usaha Ternak Itik 2. Usaha alternatif yang direkomendasikan untuk dikembangkan di lokasi studi Pulau Petong (RW III Kelurahan Pulau Abang) adalah: usaha home industri Kerupuk Ikan, usaha home industri Pengolahan Ikan Asin, usaha Ternak Ayam, dan usaha ternak Itik. 3. Usaha home industri Kerupuk Ikan dapat dijadikan perioritas pertama untuk dikembangkan, karena disamping usaha ini dapat dimulai dalam bentuk skala kecil dan hampir tidak punya risiko, juga untuk pengembangannya tidak memerlukan modal yang besar. RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

6 4. Pengembangan usaha alternatif dapat dimulai secara berkelompok dengan sistem tanggung renteng. Pada tahap awal pengembangan usaha alternatif tersebut, diperlukan pendampingan secara kontinyu yang dapat merupakan bagian dari program pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk pendampingan ini sebaiknya menggunakan tenaga pendamping lapangan yang telah bertugas sejak awal proyek. Disamping itu perlu melakukan Penyuluhan dan Pelatihan: manajemen usaha dan oraganisasi, serta teknik usaha sesuai dengan usaha alternatif yang dikembangkan; 5. Perlu upaya untuk mendapatkan dukungan dan fasilitasi dari dinas pemerintah yang terkait dengan usaha alternatif yang akan dikembangkan, seperti Disperindag, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas Koperasi dan lain sebagainya. Upaya ini diperkirakan dapat dilakukan oleh pihak CBM bersama-sama dengan masyarakat. 6. Perlu upaya untuk membangun pola kemitraan bisnis yang memungkinkan untuk memperoleh penyediaan modal dan akses pasar serta kestabilan harga terhadap usaha alternatif yang akan dikembangkan. 7. Pembentukan kelompok usaha bersama; penyuluhan dan pelatihan; pembinaan dan pendampingan; serta upaya untuk mendapatkan dukungan dan fasilitasi dari pemerintah, dan upaya untuk membangun pola kemitran bisnis diperkirakan dapat dilakukan oleh pihak CBM dan pihak terkait lainnya bersama-sama dengan masyarakat. RINGKASAN EKSEKUTIF, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI

7 KATA PENGANTAR Penelitian Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Pulau Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mata pencaharian alternatif yang ada, jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis dan kelayakan finansial usaha serta menentukan strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya. Dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya nelayan yang ada di Kelurahan Pulau Abang. Disamping itu secara bertahap akan dapat mengurangi ketergantungan nelayan terhadap sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap. Dengan selesainya laporan akhir ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Critc Coremap Pusat dan Kota Batam serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan sehingga kegiatan penelitian ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Mudah-mudahan laporan ini bagaimanapun diharapkan dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Pekanbaru, November 2005 Penulis Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI i

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Luaran... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PENELITIAN Tinjauan Pustaka Sumberdaya Perikanan dan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Batam Pengembangan Usaha Alternatif Metodologi Penelitian Tempat dan Waktu Pendekatan Studi Metode Pengumpulan Data Metode Analisis BAB III KEADAAN UMUM KELURAHAN PULAU ABANG Geografis dan Administrasi Pemerintahan Keadaan Lingkungan Lingkungan Daratan Lingkungan Perairan Penduduk dan Mata Pencaharian Pendidikan Sarana dan Prasarana Penunjang Sosial Budaya Perekonomian Kelembagaan Aksessibilitas Keadaan Umum Perikanan Akses Terhadap Terumbu Karang Pengelolaan Tradisional Konflik dan Potensi Konflik Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI ii

9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Mata Pencaharian Alaternatif yang Telah Terdapat di Kelurahan Pulau Abang Pengembangan Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Teknis Lokasi Studi Pulau Abang Kecil Lokasi Studi Pulau Petong Pengembangan Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Kelayakan Finansial Analisa Kelayakan Finansial Usaha Ternak Itik Analisa Kelayakan Finansial Usaha Ternak Ayam di Kelurahan Pulau Abang Analisa Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam Keramba di Kelurahan Pulau Abang Analisa Kelayakan Finansial Usaha Home Industri (Usaha Kerupuk Ikan) di Kelurahan Pulau Abang Analisa Kelayakan Finansial Usaha Home Industri Pengolahan Ikan Asin di Kelurahan Pulau Abang Strategi Pengembangan Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal dan Eksternal Usaha Ternak Itik dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal dan Eksternal Usaha Ternak Ayam dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal dan Eksternal Usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam Keramba dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal dan Eksternal Usaha Usaha Home Industri Kerupuk Ikan dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal dan Eksternal Usaha Home Industri Pengolahan Ikan Asin dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI iii

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Tabel Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportuniy, Threaten) Kualitas Perairan Pulau Abang dan Galang Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Abang dan Galang Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang Berdasarkan Umur, Bulan September Struktur Penduduk Kelurahan Pulau Abang Berdasarkan Agama yang Dianut, September Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Pulau Abang, September Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Pulau Abang, September Sarana Transportasi di Kelurahan Pulau Abang, September Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan Ikan di Kelurahan Pulau Abang Jenis Alat Tangkap Ikan Kelurahan Pulau Abang, September Jenis Hasil Tangkapan Nalayan Kelurahan Pulau Abang Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Minat Masyarakat di Lokasi Studi Pulau Abang Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Pertimbangan Ketersediaan Bahan Baku/Sumberdaya Alam di Lokasi Studi Pulau Abang Kecil Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja di Lokasi Studi Pulau Abang Kecil Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Peluang Pasar di Lokasi Studi Pulau Abang Prioritas/Posisi Usaha Alternatif yang Layak Dikembangkan Berdasarkan Pertimbangan Teknis di Lokasi Studi Pulau Abang Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Minat/KeinginanMasyarakat di Lokasi Studi Pulau Petong Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Ketersediaan Bahan Baku dan Sumberdaya Alam di Lokasi Studi Pulau Petong Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI iv

11 20. Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja di Lokasi Studi Pulau Petong Prioritas Usaha Alternatif Berdasarkan Peluang Pasar di Lokasi Studi Pulau Petong Prioritas/Posisi Usaha Alternatif yang Layak Dikembangkan Berdasarkan Pertimbangan Teknis, di Lokasi Studi Pulau Petong Analisa Usaha dan Kelayakan Finansial Usaha Ternak Itik di Kelurahan Pulau Abang (selama setahun) Analisa Usaha dan Kelayakan Finansial Usaha Ternak Ayam di Kelurahan Pulau Abang (100 ekor/panen selama 2 bulan), 5 Kali Operasi/Tahun Perkiraan Analisa Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Kelurahan Pulau Abang 2 Unit (uk 3 x 3 x 3 ) m, (satu periode atau selama 8 bulan) Perkiraan Analisa Kelayakan Finansial Usaha Kerupuk Ikan di Kelurahan Pulau Abang (satu kali produksi 5 kg ikan, 3 kg tepung tapioka) Analisa Kelayakan Finansial Usaha Home Industri Pengolahan Ikan Asin di Kelurahan Pulau Abang Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI v

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Dokumentasi Kegiatan Faktor Internal & Eksternal Usaha Ternak Itik dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal & Eksternal Usaha Ternak Ayam dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal & Eksternal Usaha Budidaya Ikan Kerapu dalam keramba Itik dan Strategi Pengembangannya di Kelurahan Pulau Abang Faktor Internal dan Eksternal Usaha Kerupuk Ikan di Kelurahan Pulau Abang dan Strategi Pengembangannya Faktor Internal dan Eksternal Usaha Home Industri Pengolahan Ikan Asin di Kelurahan Pulau Abang dan Strategi Pengembangannya Laporan Akhir, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI vi

13 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang terus meningkat termasuk di kawasan pesisir dan laut memerlukan penanganan yang serius dari semua pihak terutama pemerintah. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi diperkirakan juga berimplikasi pada kebutuhan sumberdaya alam (perairan) dan jasa-jasa lingkungan (environmental service) akan semakin meningkat, sementara stock (ketersediaan) sumberdaya semakin berkurang. Hal ini akan berkorelasi dengan peningkatan kemiskinan di sebagian besar masyarakat pesisir khususnya nelayan terutama daerah hinterland. Kota Batam sebagai salah satu wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah penghasil komoditas perikanan dan tujuan pasar komoditas yang sama dari daerah lain. Ikan hasil tangkapan nelayan Kota Batam dan sekitarnya umumnya dijual di pasar domestik dan pasar ekspor (Singapura). Daerah penghasil komoditas perikanan di Kota Batam tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu kecamatan penyumbang komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kecamatan Galang. Sebagai kawasan pesisir khususnya pulau-pulau kecil, masyarakat Kecamatan Galang pekerjaan utamanya yang paling dominan adalah sebagai nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Kecamatan Galang mencapai RTP; dan Rumah Tangga Pertanian 120 KK. Sedangkan di Pulau Abang, penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 93,65 % dari total penduduk (Coremap, 2002). Ini menggambarkan bahwa ketergantungan masyarakat di wilayah ini terhadap sumberdaya perikanan cukup besar. Kemiskinan masyarakat nelayan diduga sangat berkaitan erat dengan menurunnya hasil tangkapannya. Menurunnya hasil tangkapan nelayan di Kota Batam sekitarnya diduga disebabkan berbagai faktor, antara lain: (1) Terjadinya degradasi LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 1

14 fisik ekosistem pesisir utama (terumbu karang dan mangrove), (2) Sedimentasi dan erosi pantai yang cukup signifikan serta pencemaran perairan telah mencapai suatu tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) dari ekosistem untuk menopang kesinambungan sumberdaya perikanan; (3) Menyempitnya fishing ground karena berubah fungsi; (4) Terlampauinya potensi perairan akibat banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi, bukan saja unit penangkapan yang berasal dari Kota Batam sendiri, tetapi juga dari daerah lain dan mungkin juga dari luar Indonesia (Nelayan Malaysia dan Thailand). Hal ini ada kaitannya karena laut dan pantai merupakan kawasan terbuka untuk semua orang (open akses), membawa konsekwensi sumberdaya perikanan disuatu kawasan dapat diakses oleh siapapun juga dan teknologi yang beragam; dan (5) Kegiatan pengeboman ikan masih marak di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, sehingga mengakibatkan bertambahnya kerusakan terumbu karang. Berkurangnya hasil tangkapan nelayan tersebut akan berdampak pula pada berkurangnya penghasilan atau pendapatan yang dapat dibawa pulang oleh nelayan untuk membiayai kebutuhan keluarganya, yang sekaligus diperkirakan akan menurunkan tingkat kesejahteraan keluarganya. Lebih lanjut akibat dari berkurangnya penghasilan ini timbul masalah sosial yang dapat mengganggu kestabilan keamanan, kestabilan ekonomis dan mungkin juga kestabilan politik di kawasan pesisir tersebut. Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan selain usaha penangkapan ikan. Aktivitas penangkapan ikan yang mereka lakukan sangat tergantung pada musim angin. Aktivitas/intensitas penangkapan ikan yang tinggi terjadi pada musim ikan (Peak Season) dimana keadaan laut relatif tenang biasanya terjadi pada Bulan April. Aktivitas sedang biasanya pada Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli; aktivitas berkurang terjadi pada musim kurang ikan (Off Season), biasanya terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober. Dan aktivitas penangkapan ikan hampir terhenti sama sekali pada musim paceklik atau musim Utara, yang biasanya terjadi pada Bulan November sampai dengan Januari. Secara perhitungan sederhana, diperkirakan rata-rata waktu produktif nelayan dalam usaha penangkapan ikan adalah dalam satu tahun, hanyalah sekitar 9 bulan dan dalam satu bulan hanya sekitar 20 hari. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 2

15 Dengan kondisi yang demikian maka perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan usaha alternatif selain usaha penangkapan ikan dalam rangka menstabilkan dan meningkatkan pendapatan nelayan dari satu sisi, dan mengurangi tekanan terhadap sumberdaya perikanan dari sisi lainnya. Usaha alternatif tersebut dapat dimulai dengan memanfaatkan waktu luang nelayan dan keluarganya sampai menjadikan usaha alternatif tersebut sebagai mata pencaharian pokok sebahagian dari pada keluarga nelayan. Untuk mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan suatu strategi pengembangan. Hal ini mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumberdaya perikanan, sedang disisi lain suatu usaha yang baru bisanya juga rentan untuk bertahan. Jenis-jenis usaha alternatif yang akan dikembangkan disamping memilih usaha yang telah dikenal oleh masyarakat, juga perlu mempertimbangkan variabel teknis yang biasanya menjadi kendala atau contsrain bagi pengembangannya. Variabel teknis yang utama yang dimaksud, antara lain: minat masyarakat, ketersediaan bahan baku/sumberdaya alam, ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar (analisis teknis). Disamping itu sebelum usaha-usaha tersebut dikembangkan, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha dari masing-masing jenis usaha tersebut. Melalui studi kelayakan ini dapat ditentukan apakah jenis-jenis usaha tersebut secara finansial benar-benar layak dikembangkan atau tidak. Dengan kata lain studi kelayakan ini disamping akan memberikan informasi apakah suatu usaha akan memberikan keuntungan atau kerugian secara private, juga akan menggambarkan kebutuhan modal usaha, tingkat efisiensi penggunaan modal, perbandingan antara penerimaan dan biaya, serta lama pengembalian modal. Selanjutnya perlu pula menentukan strategi pengembangannya berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan studi Strategi Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 3

16 1.2. Permasalahan Ketergantungan masyarakat Kelurahan Pulau Abang terhadap sumberdaya perikanan sangat besar, sedangkan disisi lain ada gejala hasil tangkapan nelayan cendrung menurun yang diduga kuat berdampak pada penurunan tingkat pendapatannya. Penurunan hasil tangkapan nelayan tersebut, disamping diduga karena terlampauinya potensi perairan akibat banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi, juga diperkirakan karena habitat sebagai tempat hidup sumberdaya perikanan tersebut mengalami degradasi dari waktu kewaktu. Operasi penangkapan ikan di wilayah periaran ini bukan saja dilakukan oleh nelayan yang berasal dari Kota Batam sendiri, tetapi juga dari daerah lain dan mungkin juga dari luar Indonesia (Nelayan Malaysia dan Thailand). Hal ini ada kaitannya karena laut dan pantai merupakan kawasan terbuka untuk semua orang (open acces), menimbulkan konsekwensi sumberdaya perikanan disuatu kawasan dapat diakses oleh siapapun dan dengan teknologi penangkapan yang beragam. Sedangkan degradasi habitat sumberdaya perikanan diperkirakan disebabkan karena terjadinya pencemaran perairan yang disebabkan oleh adanya limbah industri/pertambangan; dan penggunaan alat tangkap yang merusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Coremap Propinsi Riau (2002) menunjukkan kondisi terumbu karang sebagai habitat ikan karang di wilayah perairan Kelurahan Pulau Abang telah mengalami kerusakan, atau kondisinya tidak dalam kategori baik, dimana tutupan terumbu karang didominasi oleh komponen abiotik yakni: sebesar 59,18 % pada perairan Pulau Abang Kecil dan Pulau Abang Besar; dan sebesar 62,89 % pada perairan Pulau Petong. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarganya dari satu sisi, dan mengurangi eksploitasi sumberdaya perikanan serta degradasi habitatnya khususnya terumbu karang. Disisi lainnya, harus dikembangkan mata pencaharian alternatif bagi nelayan. Dengan adanya mata pencaharian alternatif tersebut diharapkan disamping dapat meningkatkan pendapatan nelayan, juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan karena mereka mempunyai sumber pendapatan lain selain usaha menangkap ikan, dan diharapkan dalam jangka panjang sekaligus akan mengurangi tekanan, baik terhadap sumberdaya perikanan secara langsung maupun terhadap habitatnya terutama terumbu karang. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 4

17 Untuk mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan suatu strategi pengembangan. Hal ini mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumberdaya perikanan. Sedang disisi lain suatu usaha yang baru bisanya juga rentan untuk bertahan. Strategi yang dimaksud antara lain: 1) Memilih usaha yang telah ada dilakukan oleh masyarakat di lokasi studi sehingga usaha tersebut paling tidak telah dikenal oleh masyarakat; 2) Memilih usaha disamping layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis, juga layak secara finansial. Hal ini merupakan tolok ukur keberlangsungan atau kontinuitas komoditi yang dihasilkan dari suatu usaha yang akan dikembangkan; 3) Menentukan strategi pengembangan berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya yang merupakan langkah konkrit yang perlu dilakukan untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut dan keberlangsungan serta pengembangannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hal-hal pokok yang perlu diketahui dalam studi ini, antara lain: 1. Apa saja jenis mata pencaharian alternatif yang ada selain perikanan tangkap di lokasi studi 2. Jenis-jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis dan layak secara finansial, sehingga diperkirakan dapat menjamin kontinuitas komoditi yang dihasilkan.. 3. Bagaimana strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya Tujuan Penelitian Tujuan dari studi ini secara umum untuk mengetahui strategi pengembangan usaha alternatif di lokasi studi. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk mengetahui : 1. Jenis-jenis mata pencaharian alternatif yang ada di Kelurahan Pulau Abang. 2. Jenis mata pencaharian yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis (minat masyarakat, bahan baku/sumberdaya alam, tenaga kerja, dan peluang pasar) dan kelayakan finansial usaha. 3. Menentukan strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 5

18 1.4. Luaran Luaran dari kegiatan studi ini adalah sebuah dokumen yang antara lain berisi hal-hal sebagai berikut : 1. Jenis mata pencaharian alternatif yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis. 2. Jenis mata pencaharian alternatif yang layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan kelayakan finansial usaha. 3. Strategi pengembangan usaha alternatif berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 6

19 Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Sumberdaya Perikanan dan Usaha Perikanan Tangkap di Kota Batam Usaha penangkapan ikan merupakan mata pencaharian yang dominan pada masyarakat desa pantai di Propinsi Kepulauan Riau. Perkembangan Rumah Tangga Nelayan (RTN) di Kota Batam diperkirakan rata-rata sebesar 1,64 % dan perkembangan jumlah alat tangkap perikanannya diperkirakan sebesar 2,66 %. Sedangkan armada penangkapan yang digunakan nelayan pada tahun 2001 adalah: Motor Tempel (MT) diperkirakan dengan perkembangan 0,16 % per tahun; Perahu Tanpa Motor (PTM) dengan perkembangan 0,20 % per tahun; dan Kapal Motor (KM) dengan perkembangan 10,57 % per tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Batam, 2002). Selanjutnya Coremap (2002) memaparkan bahwa Kota Batam sebagai salah satu wilayah Propinsi Kepulauan Riau merupakan daerah penghasil komoditas perikanan dan tujuan pasar komoditas yang sama dari daerah lain. Ikan hasil tangkapan nelayan Kota Batam dan sekitarnya umumnya dijual di pasar domestik dan pasar ekspor (Singapura). Daerah penghasil komoditas perikanan di Kota Batam tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu kecamatan penyumbang komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kecamatan Galang. Sebagai kawasan pesisir khususnya pulaupulau kecil, masyarakat Kecamatan Galang pekerjaan utamanya yang paling dominan adalah sebagai nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Tercatat pada tahun 2003 bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan Kecamatan Galang mencapai RTP; dan Rumah Tangga Pertanian 120 KK. Sedangkan di Pulau Abang, penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 93,65 % dari total penduduk. Hal ini menggambarkan bahwa ketergantungan masyarakat di wilayah ini terhadap sumberdaya perikanan cukup besar. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 7

20 Menurut Darwis (1998), kendala pokok dalam bidang usaha perikanan tangkap di Kota Batam antara lain: semakin menyempitnya areal penangkapan akibat perkembangan industri dan pelayaran laut. Di sisi lain jumlah armada dan alat tangkap terus meningkat, dan jangkauan armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan terbatas sehingga hanya menumpuk di perairan pinggir Selat Malaka. Selain itu masih banyaknya alat tangkap yang digunakan oleh nelayan yang bersifat menetap (Trap), dan kondisinya semakin diperburuk lagi karena penurunan kualitas lingkungan perairan, penggunaan alat tangkap yang merusak seperti penggunaan pukat dan pengeboman ikan dan sekaligus rusaknya terumbu karang yang merupakan spowning ground dan feeding ground bagi ikan-ikan karang. Kesemuanya ini akan menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan yang selanjutnya akan berdampak pula pada penurunan pendapatan dan tingkat kesejahteraannya. Selanjutnya Coremap (2002) menyatakan bahwa menurunnya hasil tangkapan masyarakat di daerah ini disebabkan berbagai faktor antara lain yakni: 1) Terjadinya degradasi fisik ekosistem pesisir utama (terumbu karang dan mangrove), sedimentasi dan erosi pantai yang cukup signifikan serta pencemaran perairan telah mencapai suatu tingkat yang dapat mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) dari ekosistem untuk menopang kesinambungan sumberdaya perikanan; 2) Menyempitnya fishing ground berubah fungsi; 3) Terlampauinya potensi perairan akibat banyaknya unit usaha penangkapan yang beroperasi, bukan saja unit penangkapan yang berasal dari Kota Batam sendiri, tetapi juga dari daerah lain dan mungkin juga dari luar Indonesia (Nelayan Malaysia dan Thailand); dan 4) Kegiatan pengeboman ikan masih marak di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, sehingga mengakibatkan bertambahnya kerusakan terumbu karang. Berkurangnya hasil tangkapan akan berdampak pada berkurangnya penghasilan atau pendapatan yang dapat dibawa pulang oleh nelayan untuk membiayai keperluan keluarganya. Lebih lanjut akibat dari berkurangnya penghasilan ini timbul masalah sosial yang dapat mengganggu kestabilan keamanan, kestabilan ekonomis dan mungkin juga kestabilan politik di kawasan pesisir tersebut Pengembangan Usaha Alternatif Darwis (1998) menyatakan bahwa masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan selain usaha penangkapan ikan. Aktivitas LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 8

21 penangkapan ikan yang mereka lakukan sangat tergantung pada musim angin. Aktivitas/intensitas penangkapan ikan yang tinggi terjadi pada musim ikan (Peak Season) dimana keadaan laut relatif tenang biasanya terjadi pada bulan April. Aktivitas sedang biasanya pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli; aktivitas penangkapan ikan yang rendah terjadi pada musim kurang ikan (Off Season), biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Dan aktivitas penangkapan ikan hampir terhenti sama sekali pada musim paceklik atau musim Utara, yang biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Januari. Secara perhitungan sederhana, diperkirakan rata-rata waktu produktif nelayan dalam usaha penangkapan ikan dalam satu tahun, hanyalah sekitar 9 bulan dan dalam satu bulan hanya sekitar 20 hari. Dengan kondisi yang demikian maka memungkinkan dilakukan upaya untuk mengembangkan usaha alternatif selain usaha penangkapan ikan dalam rangka menstabilkan dan meningkatkan pendapatan mereka. Usaha alternatif tersebut mulai dengan memanfaatkan waktu luang nelayan dan keluarganya sampai dengan menjadikan usaha alternatif tersebut sebagai mata pencaharian pokok sebahagian dari mereka Menurut Hidayat Syarif dan Darwin Syamsulbahri (2001) kriteria utama dalam menentukan posisi (ranking) relatif suatu usaha terhadap lainnya adalah variabel ekonomi dan variabel sosial. Variabel ekonomi dalam hal ini antara lain: Ketersediaan bahan baku (SDA), ketersediaan tenaga kerja (SDM), ketersediaan modal/kapital, Skill dan teknologi, serta peluang pemasaran. Sementara itu kriteria sosial terutama merujuk pada variabel minat atas jenis usaha yang akan dikembangkan. Variabel sosial menjadi sangat penting untuk dikethui, karena meskipun suatu usaha memiliki skor variabel ekonomi sangat baik, namun bila tidak diminati, maka hal ini mengindikasikan bahwa unit usaha tersebut kurang, atau bahkan tidak produktif untuk dikembangkan. Dari variabel-variabel di atas dalam kontek pemberdayaan ekonomi rakyat, variabel ketersediaan modal dan skill/teknologi lebih mudah diintervensi, sehingga variabel ketersediaan bahan baku (SDA), ketersediaan tenaga kerja (SDM), peluang pemasaran dan minat dalam mengembangkan usaha lebih bersifat sebagai constrain. Teknik penilaian masing-masing variabel tersebut dapat dilakukan dengan sistem rating scale, yakni memberikan bobot penilai (skor) pada setiap bvariabel contrain tersebut. Nilai 4 untuk kategori sangat baik, nilai 3 untuk kategori baik, nilai 2 untuk kategori kurang LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 9

22 baik, dan nilai 1 untuk kategori sangat kurang baik. Ambang batas suatu usaha dianggap layak untuk dikembangkan jika memiliki total skor 10 atau nilai rata-rata 2,5. Selanjutnya usaha-usaha yang layak dikembangkan tersebut sebelum dikembangkan terlebih dahulu harus dilakukan studi kelayakan usaha. Studi kelayakan inilah yang akhirnya menentukan apakah jenis usaha yang telah diidentifikasi dan diranking, benarbenar layak dikembangkan atau tidak. Studi kelayakan ini akan memberikan informasi tentang apakah suatu usaha akan memberikan profit/benefit atau kerugian. Bagaimanapun dari sisi ekonomi, kelebihan dan kekurangan suatu usaha akan ditentukan oleh tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu usaha akan semakin cepat pula perkembangannya, dan inilah jaminan sustanability (keberlanjutan) usaha tersebut. Tingkat profitabilitas adalah merupakan pendapatan bersih yang diperoleh dari suatu usaha. Menurut Sinuraya (1981) bahwa pendapatan bersih adalah selisih pendapatan kotor dengan biaya yang dikeluarkan. Ada beberapa kriteria investasi sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan layak tidaknya suatu usaha secara finansial. Kriteria tersebut antara lain: Benefit Cost of Ratio (BCR); Tingkat efisiensi dari penggunaan modal, dan lama pengembalian modal yang ditanamkan. Benefit Cost of Ratio (BCR) adalah perbandingan pendapatan kotor dengan total biaya produksi. Selanjutnya Kadariah dkk (1978) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dipertahankan atau dilanjutkan apabila net B/C > 1 merupakan tanda go untuk sesuatu proyek, sedangkan net B/C < 1 tanda no-go. Selanjutnya Rahardi dkk (2001) menyatakan bahwa ROI (Return Of Invesment) digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari modal yang telah dikeluarkan. Makin kecil nilai ROI ini, makin tidak efisien penggunaan modal dari usaha bisnis tersebut. Dalam perhitungan ROI memliki rumus seperti berikut: ROI = Laba Usaha/Modal Usaha. Sedangkan untuk mengukur lama pengembalian modal dapat menggunakan kriteria PPC (Payback Periode of Capital). Menurut Riyanto (1983) PPC adalah lamanya waktu yang diperlukan agar modal yang ditanam pada investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya menurut Rangkuti (1997) salah satu metode yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi adalah analis SWOT. Analisis SWOT adalah suatu identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis tersebut LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 10

23 didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunity) dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) dari faktor internal dan eksternalnya. Identifikasi yang dilakukan terhadap unsur-unsur SWOT akan menghasilkan empat alternatif strategi, yaitu strategi SO (kekuatan dan peluang), strategi ST (kekuatan dan ancaman), strategi WO (kelemahan dan peluang), strategi WT (kelemahan dan ancaman). Pusat Kajian Masyarakat Sungai dan Pantai pada tahun 2002 mengkaji mata pencaharian alternatif selain usaha menangkap ikan di Senayang-Lingga kawasan Coremap 1, dan Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Wilayah Pesisir pada tahun 2003 telah melakukan Indentifikasi mata pencaharian alternatif Masyarakat Pesisir di Kabupaten Rokan Hilir dan Indragiri Hilir pada Kawasan Marine Coastal Management Area. Kedua kajian di atas menggunakan pertimbangaan variabel teknis sebagai constrain yakni: minat masyarakat, ketersediaan bahan baku (SDA), ketersediaan tenaga kerja, dan peluang pasar dalam menentukan usaha alternatif yang layak dikembangkan bagi masyarakat nelayan Metodologi Penelitian Tempat dan Waktu Kegiatan studi ini dilakukan di wilayah Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi studi memfokuskan pada lokasi manajemen area Coremap II, yakni Pulau Abang Kecil (RW 1), Air Saga (RW 2), dan Pulau Petong (RW 3). Mengingat RW 1 dan RW 2 berada pada satu pulau yakni Pulau Abang Kecil yang diperkirakan baik dari keadaan sosial ekonomi masyarakat, maupun lingkungannya relatif sama, maka dalam studi ini ditetapkan hanya dua lokasi studi, yakni Pulau Abang Kecil yang merupakan wilayah RW 1 dan RW 2 dan Pulau Petong yang merupakan wilayah RW 3 (Lampiran 1). Untuk melaksanakan penelitian ini dibutuhkan waktu selama 4 bulan. Alokasi waktu tersebut digunakan untuk kegiatan persiapan (pengurusan izin, pembuatan kuesioner, pembuatan panduan FGD), pengumpulan data lapangan, analisis data, seminar, worshop dan pelaporan. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 11

24 Pendekatan Studi Penelitian ini menggunakan tiga pendekatan yakni: Studi Kepustakaan, metode survey dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Study kepustakaan diperlukan untuk menghimpun data awal dan sebagai referensi yang diperlukan. Metode survey adalah penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial budaya, ekonomi maupun politik (Nazir, 1988). Dalam studi ini survey dilakukan di Kelurahan Pulau Abang, secara lebih khusus dilakukan pada lokasi studi Pulau Abang Kecil dan lokasi studi Pulau Petong. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode untuk menghasilkan rancangan program yang relevan dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Lebih dari itu tujuan mendasar dalam penggunaan metode PRA adalah pengembangan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan serta kegiatan aksi. Pendekatan metode Participatory Rural Appraisal dalam penelitian menggunakan Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah untuk menggali dan menganalisis permasalahan; kebutuhan dan peluang; baik dalam usaha penangkapan ikan yang sedang mereka tekuni, maupun mata pencaharian alternatif (selain usaha penangkapan ikan) yang suitable Metode Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, yakni: 1) Laporan penelitian yang ada kaitanya dengan studi ini, 2) Instansi terkait, antara lain: Kantor Bappeda Kota Batam, (3) Lembaga Swadaya Masyarakat dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sedangkan data primer dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengumpulan data TRIANGULATION, yakni metode pengumpulan data dengan beberapa teknik sekaligus seperti Indepth Interview, wawancara dengan menggunakan kuisioner, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi. Indepth Interview dilakukan pada tokoh-tokoh masyarakat. Sedangkan wawancara dengan menggunakan kuisioner dilakukan terhadap responden masyarakat nelayan di lokasi studi. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 12

25 Metode Analisis Analisis data menggunakan gabungan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisa secara deskriptif dengan penampilan tabel-tabel, sedangkan data kuantitatif dilakukan penghitungan berdasarkan rumu-rumus tertentu. Penentuan mata pencaharian alternatif selain usaha penangkapan ikan yang akan dikembangkan didasarkan pada pertimbangan empat variabel teknis sebagai Constrain yakni: minat masyarakat, ketersediaan bahan baku/sumberdaya alam, ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar. Penilaian variabel-variabel ini dengan sistem Rating Scale, yakni dengan memberi bobot penilaian (Skor) pada setiap variabel tersebut: Nilai 4 untuk kategori sangat baik, nilai 3 untuk kategori baik, nilai 2 untuk kategori kurang baik, dan nilai 1 untuk kategori sangat kurang baik. Ranking dari setiap jenis usaha yang akan dikembangkan sangat ditentukan oleh skor total dan nilai rata-rata skor. Ambang batas usaha yang layak untuk dikembangkan adalah: total skor minimal 10 dan skor rata-rata minimal 2,5 (Hidayat, 2001). Penentuan mata pencaharian alternatif berdasarkan pertimbangan kelayakan finansial digunakan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Modal Usaha (Total investasi) = Modal Tetap + Modal Kerja 2. Total biaya (Total Cost) = Biaya Tetap (Fixed Cost) + Biaya Variabel (Variable Cost) 3. Penerimaan (Gross Income) = Jumlah Produksi (Q) x Harga (P) 4. Keuntungan (Net Income) = Penerimaan Total Biaya 5. Kriteria Investasi: 1) Benefit Cost of Ratio (BCR) = Penerimaan/Total Biaya Kriteria: BCR > 1, usaha layak dikembangkan 2) Efisiensi penggunaan modal diukur dengan ROI (Return Of Invesment) ROI = Keuntungan/Modal Usaha x 100% Kriteria, makin besar ROI, makin efisien penggunaan modal 3) Lama pengembalian modal, diukur dengan Payback Period of Capital (PPC) PPC = Modal Usaha/Keuntungan x periode produksi (bulan/tahun) Kriteria: Makin kecil nilai PPC, semakin baik LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 13

26 Selanjutnya untuk merumuskan strategi khusus dalm pengembangan mata pencaharian alternatif di lokasi studi ini, menggunakan Analisis Tabel SWOT (Sweaten, Weakness, Opportunity, Threaten). Dalam anlisis ini mengidentifikasi faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan usaha tersebut, kemudian berdasarkan identifikasi tersebut disusun strateginya yang dapat digambarkan dalam Tabel 1. berikut: Tabel 1. Tabel Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportuniy, Threaten) USAHA ALTERNATIF STRENGTH (S) WEAKNESS(W) OPPORTUNITY (O) SO-STARTEGY WO-STARTEGI... TREATS (T) ST-STRATEGY WT-STRATEGY LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 14

27 Bab 3 KEADAAN UMUM KELURAHAN PULAU ABANG 3.1. Geografis dan Administrasi Pemerintahan Kelurahan Pulau Abang merupakan pulau-pulau kecil yang terletak berhampiran dengan Pulau Batam, dengan luas wilayah seluas ha. Disamping itu letak pulaupulau tersebut juga tidak begitu jauh dengan pulau-pulau yang termasuk dalam Kabupaten Kepulauan Riau dan pulau-pulau dalam Kabupaten Karimun serta Senayang-Lingga. Secara rinci letak Kelurahan Pulau Abang ini sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Karas dan Sembur; sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Tukil Kabupaten Senayang-Lingga; sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Moro Kabupaten Karimun dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sijantung. Dari data yang diperoleh jumlah pulau-pulau yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang tersebut diperkirakan sebanyak 64 pulau. Dari jumlah ini baru sebanyak 10 pulau yang telah dihuni penduduk, sedangkan yang lainnya belum berpenghuni, namun beberapa diantaranya juga telah terdapat perkebunan penduduk. Beberapa diantara pulau-pulau tersebut antara lain: Pulau Abang Kecil, Abang Besar, Pengerlap, Dedap, Sekate, Hantu, Sepintu, Rano, Coi, Sawang, Kalo, Udik, Ujung Baran dan Galang Baru, Nguan, Telejik, dan lainnya. Secara administratif Kelurahan Pulau Abang merupakan salah satu Kelurahan dalam Kecamatan Galang Kota Batam. Kelurahan ini terdiri dari 3 Dusun, 4 Rukun Warga (RW), dan 11 Rukun Tetangga (RT). Pusat pemerintahan kelurahan ini terletak di RW 1 Pulau Abang Kecil. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 15

28 3.2. Keadaan Lingkungan Lingkungan Daratan Intensitas penyinaran matahari di wilayah Keluarahan Pulau Abang dapat dikatakan tergolong tinggi, namun curah hujan masih dalam keadaan baik. Tingkat intensitas penyinaran matahari tersebut diperkirakan rata-rata sekitar 75 %. Sedangkan jumlah curah hujan rata-rata diperkirakan sekitar 190 mm per tahun, dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 90 hari per tahun. Berdasarkan data yang terdapat di Kelurahan Pulau Abang, diketahui bahwa di Kelurahan Pulau Abang masih terdapat hutan yang diperkirakan seluas 5225 ha, atau diperkirakan sekitar 59 % dari luas kelurahan. Sedangkan diperkirakan hanya sekitar 41 % dari luas kelurahan ini, dimanfaatkan untuk pemukiman penduduk, fasilitas umum, kebun karet dan kebun kelapa. Keadaan topografi kelurahan ini sebahagian besar berbukit-bukit. Dataran yang landai diperkirakan hanya sekitar 2 meter sampai 500 meter dari pingir laut ke arah daratan yang berbukit-bukit tersebut. Sebagian besar lokasi perumahan penduduk, Masjid dan sekolah terdapat pada dataran yang landai di pinggir laut ini. Dataran yang landai ini biasanya juga ditanami dengan pohon kelapa di sela-sela rumah penduduk dan sarana ibdah dan sekolah tersebut. Disamping itu rumah-rumah penduduk juga didirikan di atas bagian tepi pantai. Sedangkan pada daerah yang berbukit-bukit biasanya tidak banyak terdapat rumah penduduk, tetapi pada daerah ini biasanya terdapat kebun masyarakat, belukar dan hutan. Kebun masyarakat tersebut berupa tanaman keras seperti kuini, cempedak atau nangka hutan, manggis, cengkeh, durian, rambuatan, dan lain sebagainya yang kondisinya sebagian besar sudah tua dan kelihatan tidak terawat. Disamping itu pada daerah yang berbukit-bukit ini juga telah ada yang mengusahakan bertanam sayur-sayuran dan singkong, namun jumlahnya sedikit. Menurut informasi dari masyarakat, kebun-kebun masyarakat dalam bentuk tanaman keras tersebut juga terdapat di pulau-pulau yang tidak dihuni oleh penduduk. Namun belakangan ini karena mata pencaharian mereka terfokus pada usaha menangkap ikan, sehingga kebun-kebun tersebut tidak terawat. LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 16

29 Lingkungan Perairan Kondisi suhu permukaan laut di Kelurahan Pulau Abang bervariasi dari musim ke musim, akan tetapi suhu tidak banyak berbeda menurut perubahan kedalaman. Kisaran suhu di Kelurahan Pulau Abang ini diperkirakan sekitar 27 C sampai 30 C. Sedangkan kecerahan di kawasan perairan Kelurahan Pulau Abang hampir merata pada setiap tempat lokasi pada musim Barat, Timur dan Utara. Sementara pada musim Selatan perairan laut daerah ini agak keruh. Dari data yang diperoleh menggambarkan bahwa kualitas perairan masih relative baik, atau untuk kehidupan biota laut menunjukan bahwa perairan Pulau Abang masih belum tercemar. Hal ini dapat dilihat dari kandungan TSS sebesar 20 mg/liter, dimana nilai ini masih dalam ambang batas yang disyaratkan (Tabel 2). Tabel 2. Kualitas Perairan Pulau Abang dan Galang Parameter Kawasan I II III IV V Kecerahan 4,5 3,0 4,0 4,5 5,0 TSS Salinitas PH 7,35 7,20 7,12 7,36 7,10 Suhu Sumber : Coremap Provinsi Riau, Tahun 2002 Kondisi terumbu karang di Galang, Pulau Abang dan sekitarnya dalam kondisi Sedang. Tutupan terumbu karang didominasi oleh komponen abiotik dan khusus di Pulau Abang tutupan abiotik tersebut diperkirakan mencapai sekitar 59,18 %, sedangkan komponen biotik diperkirakan hanya sekitar 30,95 % (Tabel 3). Meskipun kondisi terumbu karang di kawasan pengamatan tidak dalam kategori baik, namun masih terdapat berbagai jenis ikan yang dijumpai di sekitar terumbu karang. Secara keseluruhan jenis-jenis ikan karang yang terdapat dilokasi pengamatan terdiri dari famili Acanthuridae, Holocentridae, Lutjanidae, Siganidae dan sebagainya. Rata-rata keanekaragaman jenis ikan pada stasiun pengamatan termasuk sedang yaitu 2,16 (standar deviasi = 0,83) ini mungkin karena kondisi rata-rata tutupan karang hidup yang termasuk miskin/buruk yaitu 24,39 % (Coremap Propinsi Riau, 2002). LAPORAN AKHIR, Kajian MPA Masyarakat Pulau Abang Kecamatan Galang Kota Batam, BPP-PSPL UNRI 17

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Pekanbaru, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akhir ini merupakan rentetan pekerjaan yang harus diselesaikan sehubungan dengan adanya kerjasama Pusat Penelitian Oceanografi (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu

Lebih terperinci

Tim Peneliti KATA PENGANTAR

Tim Peneliti KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akhir ini merupakan rentetan pekerjaan yang harus diselesaikan sehubungan dengan adanya kerjasama Pusat Penelitian Oceanografi (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian 35 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Timur, khususnya di PPP Labuhan. Penelitian ini difokuskan pada PPP Labuhan karena pelabuhan perikanan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan diseluruh desa yang dijadikan Lokasi Coremap II Kota Batam yaitu Kelurahan Galang Baru (Pulau Nguan dan Sembur), Kelurahan Karas (Pulau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN 0126-4265 Vol. 37. No.1 1 Berkala The Influence Perikanan Of Terubuk, Injection Februari Ovaprim 2009, hlm 86 92 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA Hendrik 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Diterima : 25

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xiii xv xvi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelalawan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau. Kabupaten ini terletak di bagian tengah pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Kabupaten

Lebih terperinci

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Lancang Besar dan perairan sekitarnya, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan ini berasal dari kemampuan secara mandiri maupun dari luar. mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan adalah mengukur kualitas hidup, yang merefleksikan aspek ekonomi, sosial dan psikologis. Dalam aspek ekonomi, maka kemampuan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR. oleh:

PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR. oleh: PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR oleh: Rusliadi Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Abstrak Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Hal ini menyebabkan terumbu karang memilki spesies yang amat beragam. Terumbu karang menempati areal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis pendapatan nelayan dan tingkat kesejahteraan ini bertempat di Pantai Santolo (Lampiran 2), Kecamatan Cikelet, Kabupaten

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Subparameter/Variabel Informasi lanjutan Sumber data/metode Kondisi Geografis - Jarak tempuh lokasi penelitian dari pusat pemerintahan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sebuah sistem dinamis yang kompleks dimana keberadaannya dibatasi oleh suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari dan kecerahan suatu perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 7

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 7 POLA PEMBERDAYAAN TRANSMIGRASI NELAYAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh : Eni Kamal 1), Suardi ML 1), Hasan Basri Nst 1), Irman 2) dan Sriwidiyas Tuti 1) 1) Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Ruang lingkup wilayah atau lokasi penelitian ini adalah Desa Cintaasih yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Potensi Terumbu Karang Luwu Timur Kabupaten Luwu Timur merupakan kabupaten paling timur di Propinsi Sulawesi Selatan dengan Malili sebagai ibukota kabupaten. Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak

Lebih terperinci

BAB VI ARAHAN DAN STRATEGI

BAB VI ARAHAN DAN STRATEGI BAB VI ARAHAN DAN STRATEGI 6.1. Arahan Pengembangan Perikanan Tangkap Faktor-faktor penentu eksternal dan internal untuk pengembangan perikanan tangkap di wilayah pesisir Banyuasin dalam analisa SWOT untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini menguraikan isu-isu strategis yang dihadapi oleh Kabupaten Bintan. Isu-isu strategis ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan pokok yang dihadapi, pemanfaatan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang tinggal di pulau pulau kecil atau pesisir di Indonesia hidupnya sangat tergantung oleh hasil laut, karena masyarakat tersebut tidak mempunyai penghasilan

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI Ba b 5 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN TELUK MERANTI 5.1. Potensi Sumberdaya Perairan dan Perikanan Sumberdaya perairan yang terdapat di Kecamatan Teluk Meranti diantaranya terdapatnya empat buah tasik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sumberdaya terbarukan yang memiliki fungsi ekologis, sosial-ekonomis, dan budaya yang sangat penting terutama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah) 10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP Ribut Santoso 1, Didik Wahyudi 2 dan Arfinsyah Hafid A 3 Fakultas Pertanian Universitas Wiraraja Sumenep ABSTRAK Rumput laut masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pesisir merupakan kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terdiri atas 13.667 pulau tetapi baru sekitar 6.000 pulau yang telah mempunyai nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1000 pulau. Jumlah panjang garis

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele. 303 BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan sumberdaya dan potensi

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA KELURAHAN PULAU ABANG, KECAMATAN GALANG, KOTA BATAM

DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA KELURAHAN PULAU ABANG, KECAMATAN GALANG, KOTA BATAM DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA KELURAHAN PULAU ABANG, KECAMATAN GALANG, KOTA BATAM DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA KELURAHAN PULAU ABANG, KECAMATAN GALANG, KOTA BATAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati (biotik) dan komponen nir-hayati (abiotik) yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province. JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 ANALISIS USAHA KERAMBA JARING APUNG, PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGANNYA DI NAGARI TANJUNG SANI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Business analysis floating

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah Ar-Ruum ayat 41, bahwa Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI Hasil Pemetaan Masyarakat Desa bersama Yayasan Mitra Insani (YMI) Pekanbaru 2008 1. Pendahuluan Semenanjung Kampar merupakan kawasan hutan rawa gambut yang memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian 23 METODE KAJIAN Proses dan Metode Kajian Tahap Proses Kajian. Kegiatan Kajian dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama, Praktek Lapangan I dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh pada tanggal 26 Desember

Lebih terperinci

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province By Gita Rizanty 1) Kusai 2) and Lamun Bathara 3) ABSTRACT The research

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci