PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya)"

Transkripsi

1 PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya) MUHAMMAD FAJAR Jln. Sambong jaya no. 8 kec. Mangkubumi tasikmalaya (fajar.moch92@gmail.com) PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2014

2 ABSTRAK PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya) Oleh: MUHAMMAD FAJAR Pembimbing: Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si.Ak.AC Rita Tri Yusnita, SE., MM Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kredit yang Diberikan, Kredit Bermasalah dan Laba Operasional (2) Pengaruh Kredit yang Diberikan terhadap Kredit Bermasalah (3) Pengaruh Kredit yang Diberikan dan Kredit Bermasalah baik secara parsial atau simultan terhadap Laba Operasional. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yaitu diperoleh dari BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Kredit yang Diberikan berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah yang terjadi di BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya (2) Kredit yang Diberikan berpengaruh signifikan terhadap Laba Operasional BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya (3) Kredit yang Diberikan dan Kredit bermasalah secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Laba Operasional BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya. Kata kunci : Kredit yang Diberikan, Kredit Bermasalah, Laba Operasional.

3 ABSTRACT EFFECT OF LOANS AND NON PERFORMING LOANS TO OPERATING PROFIT (Case Study on PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya) by: MUHAMMAD FAJAR Guidance: Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si.Ak.AC Rita Tri Yusnita, SE., MM The purpose of this research were to identify (1) Loans, Non Performing Loans, and Operating Profit (2) Effect of Loans to affect the Non Performing Loans (3) Effect of Loans and the Non Performing Loans both partially or simultaneously to Operating Profit. The methods used in this research was descriptive method using a case study approach. The technique of data collection was done through the primary data is data that is derived directly from research subjects is obtained from BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya. The research results showed that: (1) The Loans has significant effect on the Non Performing Loans by the BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya (2) The Loans has significant effect on the Operating Profit of BPR Mitra Kopjaya Mandiri Tasikmalaya (3) The Loans and Non Perforiming Loans simultaneously have significantly affect to Operating Profit of BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya. Keywords: Loans, Non Performing Loans, Operating Profit.

4 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Bank sebagai lembaga keuangan, disamping memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, usaha pokok bisnisnya adalah memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya. Sejak terjadinya Paket Juni 83 pada masa perkembangan industri perbankan, yang isinya yaitu bank swasta dapat menentukan sendiri suku bunga dalam rangka meningkatkan mobilisasi dana dari masyarakat, dan mengurangi ketergantungan dari BI, bank dari berbagai jenis kepemilikannya dapat memberikan keleluasaan kredit kepada nasabahnya. Hal tersebut ternyata menarik perhatian masyarakat sehingga banyak masyarakat mendatangi bank dengan harapan mendapat pinjaman modal untuk membangun usaha atau bisnis, ataupun meningkatkan usaha yang sudah ada. Setelah kredit yang tersalurkan makin meningkat di kalangan masyarakat khususnya di lingkungan pengusaha menengah ke atas, banyak bank yang ternyata menyimpang dari aturan dalam pemberian kredit karena persaingan yang ketat dalam penarikan nasabah. Selain itu banyak kelalaian yang dilakukan bank dalam menganalisis pemberian kredit, dan pemberian jumlah pinjaman yang tidak sesuai dengan kemampuan nasabah bank, sehingga terjadilah kredit macet pada nasabah. Pernyataan tersebut sejalan dengan fakta yang di ungkapkan oleh berbagai media masa akhir akhir ini, yaitu banyak sekali diberitakan direktur utama bank dan beberapa anggota direksinya ditangkap dengan tuduhan memberikan kredit kepada para debiturnya secara tidak layak sehingga memberikan risiko kerugian kepada bank karena fasilitas kredit tersebut menjadi macet. Timbulnya kredit-kredit macet, selain karena adanya indikasi debitur yang tidak mau membayar kewajibannya, juga terlihat dalam prosedur pemberian kredit yang ternyata mengalami penyimpangan atau tidak layak. Kasus kredit macet dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekstern dan faktor intern bank. Faktor ekstern yang dapat mengakibatkan timbulnya kasus kredit macet adalah kredit macet yang terjadi pada suatu bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara makro, sedangkan faktor internnya adalah pemisahan wewenang dari para pegawai yang tidak tegas, prosedur pemberian kredit yang tidak jelas, pegawai yang tidak kompeten, lemahnya

5 sistem pengawasan dan lain-lain. Seluruh faktor tersebut terjadi semata-mata karena masih lemahnya profesionalisme para pengelola bank. Permasalahan yang biasanya timbul dapat terjadi pada saat pertama kali diberikannya penyaluran dana oleh bank kepada pihak debitur, seperti pemberian kredit yang dilakukan tanpa akad perjanjian kredit yang tentunya hal ini sungguh merupakan suatu kejadian yang sangat tidak masuk akal dan jelas akan sangat merugikan pihak kreditur. Atau bisa juga kredit itu bermasalah di tengah masa perkreditan misalnya seperti seorang debitur yang mengalami kesulitan keuangan sehingga pembayaran kewajiban atas kredit tidak dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama sebelumnya. Kemudian bisa juga diakibatkan oleh kondisi diluar bisnis debitur. Seperti kondisi keamanan yang tidak mendukung untuk berjalannya proses bisnis debitur tersebut atau juga kondisi alam yang tidak bersahabat seperti terjadinya bencana alam, cuaca yang buruk dan lain-lain yang tentunya semua kondisi tersebut akan sangat menghambat berjalannya proses bisnis debitur dan tentunya akan berdampak secara langsung kepada bank sebagai kreditur dengan tidak dapat dipenuhinya kewajiban debitur kepada kreditur. Contoh fenomena yang terjadi secara riil yakni adanya seorang mantan Account Officer Bank Rakyat Indonesia yang ditahan karena telah menyetujui pengajuan kredit senilai Rp 33,5 miliar yang berujung macet. Kasus ini bermula pada sekitar tahun 2007, PT I-One mengajukan kredit pada BRI senilai Rp 33,5 miliar. Fasilitas kredit berupa modal kerja dan investasi. Setelah dikucurkan, dalam pembayarannya kredit tersebut macet. Uang yang seharusnya dipakai untuk perusahaan itu dipakai untuk keperluan pribadi. PT I-One kemudian tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya untuk membayar fasilitas kredit yang telah diterima baik kredit pokok maupun bunga. Account officer tersebut ditahan karena tidak melakukan pengecekan pengajuan kredit dengan benar sesuai tugas dan fungsi yang diemban. Account officer tersebut tidak melakukan pengecekan dan konfirmasi atas data dokumen yang dilampirkan dalam pengajuan kredit. Ia juga tidak memastikan kebenaran barang yang dibeli dengan uang itu. Sehingga kredit lolos untuk disetujui. Pada dasarnya ada 3 (tiga) pihak dari dalam dan luar bank yang bertanggung jawab untuk menjaga agar operasi bank tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sejalan dengan prinsip-prinsip yang ada. Pihak pertama, berasal dari dalam bank itu sendiri yakni fungsi-fungsi pengendalian intern bank yang bersangkutan. Pihak kedua adalah pihak-pihak dari luar bank

6 seperti akuntan publik selaku auditor laporan keuangan bank, dan pihak yang ketiga adalah bank Indonesia selaku regulator dan pengawas bank. Tanggung jawab yang paling besar untuk menanggulangi terjadinya kredit yang macet tentu saja pihak dari dalam bank yaitu pengendalian intern, dimana dengan pengendalian intern diharapkan bank akan mampu mencapai tujuannya dalam bidang perkreditan. Pengendalian intern ini dilakukan semata-mata bukan untuk mencari kesalahan-kesalahan seseorang tetapi untuk membangun suatu sistem manajemen yang protektif dan konstuktif. Dalam hal ini melakukan pengelolaan kredit bank dengan suatu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan sedemikian rupa sehingga perkreditan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati bersama sebelumnya. Perlu ditekankan bahwa kredit merupakan kegiatan operasional terpenting dalam kegiatan operasi bank dalam menghasilkan laba, karena perkreditan memiliki nilai aset terbesar jika dibandingkan dengan kegiatan operasional bank yang lain. Jadi sudah sepantasnya bila bank memberikan perhatian yang lebih kepada kegiatan perkreditan, karena kredit yang bermasalah terutama kredit macet akan menjadi ancaman jika pihak perbankan tidak dengan segera mengambil langkah penyelesaiannya. Apabila kredit kredit macet tersebut tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan bank tersebut tidak sehat dan tidak menutup kemungkinan bank tersebut bangkrut. Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan adanya kredit yang bermasalah yang nantinya akan berdampak pada penurunan laba operasional bank sangatlah diperlukan suatu fungsi pengendalian intern di dalam bank untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas perkreditan yang dilakukan secara efektif dan efisien. Karena banyak kasus kredit macet yang terjadi lebih disebabkan oleh masalah yang berasal dari intern bank.

7 METODE PENELITIAN 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu sel kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Mohammad Nazir, 2005:54). Menggunakan pendekatan studi kasus yaitu penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Mohammad Nazir, 2005:57).

8 PEMBAHASAN 3. Pengertian Kredit dan Kredit yang Diberikan Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009:1). Jika seseorang atau suatu badan tertentu memperoleh kredit, berarti mengandung pengertian bahwa ada suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 114), mendefinisikan kredit sebagai berikut : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Teguh Pudjo Muljono (2007) mendefinisikan bahwa kredit adalah: kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Menurut Taswan (2003: 163), kredit yang diberikan oleh bank dapat didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Dari beberapa pengertian tentang kredit yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan antara pihak bank dengan pihak peminjam dengan suatu janji bahwa pembayarannya akan dilunasi oleh pihak peminjam sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati beserta besarnya bunga yang telah ditetapkan.

9 4. Unsur-Unsur Kredit Menurut Firdaus dan Ariyanti (2009: 3), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Adanya badan atau orang yang memiliki uang, barang atau jasa yang bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. Orang atau barang demikian lazim disebut kreditur. b. Adanya pihak yang membutuhkan/ meminjam uang, barang atau jasa. Pihak ini disebut debitur. c. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada debitur. d. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur. e. Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa oleh kreditur dengan pada saat pembayaran kembali dari debitur. f. Adanya risiko yaitu sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu seperti diatas, dimana masa yang akan dating merupakan suatu yang belum pasti, maka kredit itu pada dasarnya mengandung risiko, termasuk penurunan nilai uang karena inflasi dan sebagianya. g. Adanya bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur (walaupun ada kredit yang tidak berbunga). 5. Fungsi dan Tujuan Kredit a. Fungsi Kredit Adapun fungsi kredit bagi masyarakat, menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005: 88) antara lain sebagai berikut : 1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perkenomian. 2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. 3. Memperlancar arus barang dan arus uang. 4. Meningkatkan hubungan internasional. 5. Meningkatkan produktivitas yang ada. 6. Meningkatkan daya guna (utility) barang. 7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat. 8. Memperbesar modal kerja perusahaan. 9. Meningkatkan Income Per Capita (IPC) masyarakat.

10 10. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis. b. Tujuan Kredit Tujuan penyaluran kredit menurut Malayu S.P. Hasibuan (2005: 88) antara lain sebagai berikut : 1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit. 2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana dana yang ada. 3. Melaksanakan kegiatan operasional. 4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat. 5. Memperlancar lalu lintas pembayaran. 6. Menambah modal kerja perusahaan. 7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 6. Prosedur Pemberian Kredit Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang haru dilalui sejak permohonan kredit diajukan oleh calon debitur sampai disetujui oleh bank. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit diterima atau ditolak. Menurut Dendawijaya (2005: 74) ada sekitar delapan tahap proses kredit berikut dengan penanggulangan kredit bermasalah yang secara umum berlaku di bank, yaitu : a. Permohonan Kredit Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut : 1. Surat permohonan resmi 2. Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga yang secara resmi memohonkan kredit. 3. Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis yang akan dilaksanakan oleh calon nasabah. 4. Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit yang besar, dilengkapi dengan surat laporan kelayakan proyek yang disusun oleh suatu lembaga konsultan yang ditunjuk oleh calon nasabah. 5. Laporan keuangan perusahaan. 6. Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminta oleh bank.

11 b. Analisis Kredit Setelah permohonan kredit diterima oleh bank (biasanya yang menerima adalah account officer / wira kredit atau kepala bagian kredit), maka calon nasabah diminta untuk memberi keterangan-keterangan tambahan yang dapat menjelaskan isi dari berbagai dokumen yang disampaikannya kepada bank. c. Persetujuan Kredit Analisis kredit yang dibuat oleh account officer atau wira kredit diperiksa dahulu oleh atasannya, kepala bagian kredit, sebelum disampaikan ke direksi bank. Nama dari laporan analisis kredit bermacam-macam, tergantung pada sistem dan prosedur yang dimiliki bank, antara lain : 1. Laporan analisis kredit 2. Laporan Analisis Permohonan Kredit 3. Laporan Rekomendasi Kredit 4. Appraisal Studi 5. Laporan Studi Kelayakan Proyek Atas dasar laporan analisis kredit di atas, pembahasan dan persetujuan kredit dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda-beda, tergantung pada sistem dan prosedur yang berlaku pada bank. d. Perjanjian Kredit Perjanjian kredit dipersiapkan oleh seorang notaris publik yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah (atas dasar kesepakatan bersama antara bank dan calon nasabah). Bank mengirimkan ahli hukumnya untuk mendampingi wirakredit dalam membahas berbagai ketentuan yang harus dimuat dalam perjanjian kredit. Ketentuan-ketentuan tersebut sebagian besar diambil dari hasil analisis kredit yang dituangkan dalam laporan analisis kredit yang telah disetujui (termasuk revisi atau perubahan yang telah ditetapkan oleh komite kredit maupun direksi bank). Perjanjian kredit yang dibuat dihadapan notaris publik tersebut ditandatangani oleh bank, nasabah dan notaris publik. Dalam hal terjadi penambahan kredit biasanya dibuatkan tambahan pada perjanjian kredit yang pertama dan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. e. Pencairan Kredit

12 Pencairan kredit yang diminta debitur kredit hanya dapat dilakukan bank setelah debitur yang bersangkutan memenuhi berbagai syarat seperti dituangkan dalam perjanjian kredit yang telah dibuat. Pencairan kredit oleh bank dilakukan dengan berbagai cara, ada yang langsung dikirmkan ke rekening nasabah dan ada pula yang dialamatkan ke rekeningrekening perusahaan yang menjadi rekanan nasabah, misalnya kontraktor bangunan, supplier mesin dan peralatan, dan lain-lain. f. Pengawasan Kredit Pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank setelah kredit dicairkan merupakan salah satu kunci utama dari keberhasilan pemberian kredit, selain ketajaman dan ketelitian yang dilakukan sewaktu menganalisis kredit. Terjadinya kegagalan kredit terutama disebabkan oleh kelalaian bank dalam melakukan pengawasan kredit. g. Pelunasan Kredit Dalam kondisi yang ideal, nasabah akan dapat selalu memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dalam perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit atau pinjaman bank dinyatakan lunas. h. Penyelamatan Kredit Bermasalah Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut : 1. Rescheduling; merupakan penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur 2. Reconditioning; merupakan perubahan sebagian atau seluruh persyaratan yang semula disepakati bersama pihak debitur 3. Restructuring; merupakan perubahan komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit 4. Kombinasi 3-R; merupakan kombinasi dari rescheduling dan reconditioning; rescheduling dan restructuring; restructuring, reconditioning dan reconditioning sekaligus. 5. Eksekusi; jika semua usaha penyelamatan seperti di atas gagal, maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara lain dengan

13 menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara) dan menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata). 7. Kredit Bermasalah Kredit bermasalah sering ditemui hampir di setiap bank, ditemukannya kredit bermasalah adalah hal yang wajar mengingat resiko yang ditanggung pada saat pemberian kredit juga adanya jangka waktu pengembalian. Namun meski itdak dapat dihindari, bank dituntut meminimalisir adanya kredit bermasalah tersebut. Kredit bermasalah juga dikenal dengan istilah NPL (Non Performing Loan). Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika pengembaliannya terlambat disbanding jadwal yang direncanakan, atau bahkan tidak dikembalikan sama sekali. Menurut Dahlan Siamat (2004: 175), kredit bermasalah atau NPL dapat di artikan sebagai : Pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur. Menurut Veitzhal Rivai (2005: 476) kredit bermasalah diartikan : kredit dimana cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah yaitu kredit yang mengalami kesulitan pembayaran atau pelunasan sesuai perjanjian akibat adanya faktor kesengajaan atau ketidaksengajaan diluar kendali. Besar kecilnya kredit bermasalah dapat diukur dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan). Rasio Non Performing Loan merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit yang diberikan oleh bank, atau dapat dirumuskan sebagai berikut : jumlah kredit yang diberikan bermasalah NPL = x 100% Total kredit yang diberikan Dahlan Siamat (2004: 176)

14 Menurut Syahril Sabirin (2002) NPL dapat di klasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu NPL bruto dan NPL neto. NPL bruto yaitu semua kredit bermasalah dibandingkan dengan total kredit, sedangkan NPL neto yaitu semua kredit bermasalah sudah dikurangi dengan dana cadangan untuk menutupi kredit bermasalah tersebut, atau dapat dirumuskan sebagai berikut : jumlah kredit yang diberikan bermasalah NPL bruto = x 100% Total kredit yang diberikan Jumlah kredit yang diberikan bermasalah dana cadangan NPL NPL neto = x 100% Total kredit yang diberikan 8. Faktor-Faktor Penyebab Kredit Bermasalah Kredit Bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Kredit yang digolongkan dalam kredit bermasalah apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Berdasarkan Prospek Usaha 1. Kelangsungan usaha sangat diragukan, industry mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali. 2. Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun. 3. Manajemen yang sangat lemah. 4. Terjadi kemogokan tenaga kerja yang sangat sulit untuk diatasi. b. Berdasarkan Keuangan Debitur 1. Mengalami kerugian yang besar. 2. Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan. 3. Rasio utang terhadap modal sangat tinggi. 4. Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional.

15 c. Berdasarkan Kemampuan Membayar 1. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari. 2. Dokumentasi kredit atau pengikatan agunan tidak ada. Faktor-faktor kredit bermasalah adalah hal-hal yang ikut menyebabkan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002: 472) adalah sebagai berikut : a. Faktor Eksternal Bank 1. Adanya maksud tidak baik dari para debitur yang diragukan. 2. Adanya kesulitan atau kegagalan dalam proses likuiditas dari perjanjian kredit yang telah disepakat antara debitur dengan bank. 3. Kondisi manajemen dan lingkungan usaha debitur. 4. Musibah (misalnya : kebakaran, bencana alam) atau kegagalan usaha. b. Faktor Internal Bank 1. Kurang adanya pengetahuan dan keterampilan para pengelola kredit. 2. Tidak adanya kebijakan perkreditan pada bank yang bersangkutan. 3. Pemberian dan pengawasan kredit yang dilakukan oleh bank menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan. 4. Lemahnya organisasi dan manajemen dari bank yang bersangkutan. 9. Teknik-Teknik Pengendalian Kredit Bermasalah Untuk menghindari terjadinya kredit bermasalah, maka diperlukan adanya suatu pengendalian. Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen dalam usaha penjagaan dan pengamanan dalam pengawasan kekayaan bank dalam bentuk perkreditan yang lebih efisien untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan, dengan mendorong dipatuhinya kebijakan yang telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi yang benar. Teknik pengendalian kredit bermasalah atau dalam hal ini bisa disebut juga sebagai kredit macet dapat diartikan sebagai suatu penentuan syarat-syarat prosedur pertimbangan ke arah kredit untuk menghilangkan risiko kredit tersebut tidak akan terbayar lunas. Langkah-langkah yang diambil oleh pihak bank untuk pengamanan kreditnya, pada pokoknya dapat digolongkan

16 menjadi dua cara, yaitu teknik pengendalian preventif dan teknik pengendalian represif. berikut ini akan dijelaskan satu persatu mengenai teknik-teknik pengendalian yaitu: a Teknik Pengendalian Preventif Teknik pengendalian preventif adalah teknik pengendalian yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit. Teknik pengendalian preventif dapat dilakukan dengan melakukan penyeleksian debitur dengan cara melihat kelengkapan persyaratan permohonan kredit dan penilaian terhadap debitur dengan menggunakan prinsip 6C, yang meliputi : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy dan Constraint. b Teknik Pengendalian Represif Teknik pengendalian represif adalah teknik pengendalian yang dilakukan untuk menyelesaikan kredit-kredit yang telah mengalami kemacetan. Strategi penyelesaian kredit dapat dilakukan dengan beberapa langkah antara lain : 1. Melalui negosiasi bank dengan debitur, bank dapat melakukan penguasaan sebagian atau seluruh hasil usaha, sewa barang agunan, apabila kredit belum berjalan dengan baik. 2. Pemberian surat tagihan 1, 2, dan 3. Pemberian surat tagihan dilakukan apabila jangka waktu pembayaran yang ditentukan telah habis. Hal ini dilakukan dengan tujuan pihak bank memberikan peringatan kepada debitur untuk segera mengangsur pokok pinjaman dan bunganya sesuai dengan kesepakatan pada waktu melakukan pengajuan kredit. 3. Penyerahan hak penagihan piutang kepada badan badan resmi, yang tercatat secara yuridis berhak menagih piutang, seperti pengadilan negeri, kejaksaan, dan lain lain. 4. Debitur macet dinyatakan pailit karena insolvency atau bangkrut, penagihannya dapat di ajukan kepada balai harta peninggalan (BHP), dimana kedudukan bank dapat sebagai kreditur preferent, bilamana bank telah melakukan pengikatan agunan, maka bank berhak menjual secara lelang sesuai ketentuan yang berlaku, dengan konsekuensi apabila hasil lelang masih ada sisa, maka sisa tersebut harus diserahkan kepada BHP dan apabila hasil lelang tidak mencukupi, maka sisa utang yang tidak terbayarkan tetap merupakan utang debitur yang harus dibayar. Dengan demikian teknik pengendalian kredit macet pada umumnya adalah memperkecil risiko bahkan

17 sampai menghilangkan risiko yang mungkin timbul maupun sudah terjadi. Dari kedua langkah teknik pengendalian kredit tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam langkahlangkah teknik pengendalian kredit macet harus dimulai sedini mungkin sebelum variabel penyebabnya berpengaruh terhadap aktivitas bank. 10. Laba Operasional Laba Operasional atau net operating income adalah laba perusahaan yang diperoleh dari kegiatan usaha pokok perusahaan yang bersangkutan dalam jangka waktu tertentu. Pengertian laba operasional menurut Soemarso (2002: 227) adalah: Selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. Menurut Agnes Sawir (2003: 31) pengertian laba operasional adalah sebagai berikut : Laba operasional diperoleh dari pendapatan bunga ditambah laba operasional lainnya. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007:31.18) jenis jenis pendapatan adalah sebagai berikut : jenis jenis pendapatan utama dari operasi suatu bank antara lain adalah pendapatan bunga, pendapatan komisi, dan provisi, serta pendapatan lainnya. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar para pengguna dapat melihat kinerja kerja. 11. Beban Operasional Biaya Operasional adalah operating expenses yaitu biaya berupa pengeluaran uang untuk melaksanakan kegiatan pokok, yaitu berupa biaya penjualan dan administrasi untuk memperoleh pendapatan, tidak termasuk pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga pokok penjualan dan penyusutan.

18 PENUTUP 12. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. besarnya pemberian kredit selama 10 tahun BPR Mitra Kopjaya Mandiri mengalami hasil yang positif sehingga terjadi fluktuasi yang terbesar pada tahun 2012 yakni sebesar Rp jumlah kredit bermasalah yang terbesar yang terjadi di BPR Mitra Kopjaya Mandiri yakni pada tahun 2013 dengan total kredit bermasalah sebesar Rp Laba operasional yang diterima oleh BPR Mitra Kopjaya Mandiri mengalami fluktuasi yang terbesar pada tahun 2012 yakni sebesar Rp Kredit yang Diberikan berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah. 5. Secara parsial kredit yang diberikan mempunyai pengaruh signifikan terhadap Laba Operasional. 6. Secara parsial kredit bermasalah mempunyai pengaruh signifikan terhadap Laba Operasional dengan arah negatif. 7. Kredit yang Diberikan dan Kredit Bermasalah secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Laba Operasional. Semakin meningkat jumlah Kredit yang Diberikan dan semakin turunnya Kredit Bermasalah maka akan semakin meningkat pula pada Laba Operasional begitu pula sebaliknya. 13. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat member manfaat yang berguna baik bagi kemajuan bank tempat penelitian ini dilakukan maupun kepada peneliti selanjutnya. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi bank Diharapkan pihak bank tetap menjaga konsistensi dalam proses pemberian kredit yang sehat, sehingga tidak terjadinya kredit bermasalah yang dapat mengganggu kontinuitas perusahaan. 2. Bagi peneliti lain

19 Diharapkan dapat meneliti lebih mendalam tentang pemberian kredit dan laba operasional ini dengan menambahkan variabel lain dengan cara yang berbeda dalam teknik maupun metode penelitiannya.

20 DAFTAR PUSTAKA Haryani, Restruksi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Computindo Firdaus dan Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung: Alfabeta. Suyanto, et.al, Dasar-dasar Perkreditan. Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Randi Indiana Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit Terhadap Laba Operasional. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Struktur Organisasi BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya. Tasikmalaya. Dendawijaya Manajemen perbankan, Edisi Kedua, Bogor: Ghalia Indonesia. Taswan Akuntansi Perbankan. Edisi Revisi. Semarang : UPP AMP YKPN Akuntansi Perbankan. Semarang: UPP AMP YKPN. Sigit,T.dan Totok,B Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat. Intan Gandasari Pengaruh Kredit Yang Diberikan Terhadap Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi. Malayu S.P. Hasibuan Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. muljono manajemen perkreditan bagi bank komersil. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Mita Fitriani Pengaruh Kredit yang Disalurkan Terhadap Pendapatan Operasional. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi. Martono. S.U., Agus Harjito Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Yogyakarta: Ekonisia. Rosmiyanti Pengaruh Penyaluran Kredit Dan Kredit Bermasalah Terhadap Rentabilitas. Tasikmalaya : Universitas Siliwangi. Mudrajad, K. dan Suhardjono Manajemen Perbankan : teori dan aplikasi. Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Aliminsyah dan Padji Kamus Istilah Akuntansi dan Perbankan. Bandung: Yrama Widya. Mulyadi System Akuntansi. Cetakan Pertama. Jakarta: salemba elmpat. Agnes Sawir Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet, antara lain :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet, antara lain : 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian yang terdapat pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini persaingan dalam bisnis perbankan sangat ketat. Persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar bank, tetapi persaingan juga datang dari lembaga

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana dari dan kepda masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KREDIT MACET PADA PD. BPR BANK TEGAL GOTONG ROYONG (TGR) SLAWI KABUPATEN TEGAL

ANALISIS TINGKAT KREDIT MACET PADA PD. BPR BANK TEGAL GOTONG ROYONG (TGR) SLAWI KABUPATEN TEGAL ANALISIS TINGKAT KREDIT MACET PADA PD. BPR BANK TEGAL GOTONG ROYONG (TGR) SLAWI KABUPATEN TEGAL Wiwik Oktorita, Ida Farida, Asrofi Langgeng Program Studi DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Kota Malang Periode 2009-2011) Femia Yuni Pratiwi Darminto

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: Non Performing Loans, Cash Turn Over, Liquidity.

ABSTRACT. Keyword: Non Performing Loans, Cash Turn Over, Liquidity. 1 PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP PERPUTARAN KAS DAN DAMPAKNYA TERHADAP LIKUIDITAS (Studi Kasus Pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya) ===============================================================

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

PENGARUH BIAYA DANA BANK DAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP RENTABILITAS (Studi Kasus pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya)

PENGARUH BIAYA DANA BANK DAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP RENTABILITAS (Studi Kasus pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya) PENGARUH BIAYA DANA BANK DAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP RENTABILITAS (Studi Kasus pada PT. BPR Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya) Nunung Nuraqliah (083403018) Email : noeng_aqly27@yahoo.com Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perbankan Indonesia Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

Lebih terperinci

JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS

JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS 1 JURNAL AKUNTANSI ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN PENYALURAN KREDIT TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) (Survei pada PT. BPR Pola Dana Tasikmalaya) Oleh : RIZAL KURNIAWAN NPM. 083403044 Dr. Dedi Kusmayadi,

Lebih terperinci

Nadifatul Fuadiyah Dwiatmanto Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Nadifatul Fuadiyah Dwiatmanto Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA KREDIT BERMASALAH (Studi pada PD. Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Malang Periode 2011-2013) Nadifatul Fuadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat. Pada usaha perbankan, potensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di tengah tekanan ekonomi global, dunia perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa. Perbankan, khususnya bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank (Fifke:2013).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank (Fifke:2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah sampai dengan menengah, pemerintah mendirikan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan yang berdasarkan Demokrasi Ekonomi dengan fungsi utamanya yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. BAB II LANDASAN TEORI A. Profitabilitas Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin

Lebih terperinci

PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG. Ismiyati

PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG. Ismiyati PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG Ismiyati miec4n@gmail.com Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo Intan Puspitasari,

Lebih terperinci

ANALISIS PROSEDUR PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PROSEDUR PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PROSEDUR PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Sulaiman Hafid STIM Yapim Maros email: sulaiman.hafid@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO Oleh A. Solikhin (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK Dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini kredit merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap orang atau badan usaha untuk memperoleh pendanaan guna mendukung peningkatan usahanya

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN RISIKO KREDIT TERHADAP RENTABILITAS

PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN RISIKO KREDIT TERHADAP RENTABILITAS PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN RISIKO KREDIT TERHADAP RENTABILITAS (Studi Kasus Pada PT. Mitra Kopjaya Mandiri Manonjaya Tasikmalaya) Dewi Fitriana 083403127 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun. pemerintah untuk bersungguh sungguh mengatasinya agar tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pembangunan nasional yang terus berkembang sehingga meningkatkan pula pendapatan perkapita masyarakat, walaupun masih terjadi ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN KREDIT GUNA MEMINIMALISIR KREDIT BERMASALAH (Studi pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Batu)

ANALISIS MANAJEMEN KREDIT GUNA MEMINIMALISIR KREDIT BERMASALAH (Studi pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Batu) ANALISIS MANAJEMEN KREDIT GUNA MEMINIMALISIR KREDIT BERMASALAH (Studi pada Pancadana Batu) Oktavia Anggra Dewi Darminto Maria GorettiWi Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari

Lebih terperinci

PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL. (Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia Tbk.

PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL. (Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia Tbk. PENGARUH KREDIT YANG DIBERIKAN DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus Pada PT. Bank Central Asia Tbk.) SANDI MULIANA 093403151 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu Bank, kredit merupakan sumber utama penghasilan bank sekaligus sumber risiko bisnis terbesar dimana ada kemungkinan kredit tak tertagih (kredit macet).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut perbankan tetap bertahan dan berkompetisi agar kejadian seperti krisis ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENERAPAN PENGAWASAN KREDIT USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang, Tbk Pasuruan Periode 2011-2013) M. Aditya Jaya Perdana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1. Pengertian Bank Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, dijelaskan bahwa bank ialah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Bagi dunia perbankan perkreditan merupakan kegiatan yang sangat penting bahkan menjadi prioritas utama dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan menjamin dan melindungi para pelaku ekonomi, melalui lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat maka pemerintah mengarahkan khusunya pada bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KREDIT YANG EFEKTIF UNTUK MENURUNKAN NPL (NON PERFORMING LOAN) DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS (Studi Pada BPR Agro Cipta Adiguna Pare)

KEBIJAKAN KREDIT YANG EFEKTIF UNTUK MENURUNKAN NPL (NON PERFORMING LOAN) DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS (Studi Pada BPR Agro Cipta Adiguna Pare) KEBIJAKAN KREDIT YANG EFEKTIF UNTUK MENURUNKAN NPL (NON PERFORMING LOAN) DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS (Studi Pada BPR Agro Cipta Adiguna Pare) Adelia Yuhana Puspasari Dwiatmanto Devi Farah Azizah Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan baik skala pendek

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Zulfikri Irhamdani 115020407111020 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik itu yang bergerak dibidang industri perdagangan maupun jasa dituntut tidak hanya bertahan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat membutuhkan pendanaan yang baik. Peran bank cukup penting untuk dapat menyediakan dana yang mencukupi bagi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kredit 1. Pengertian kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ 38 /DPNP tanggal 31 Desember 2010 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang

Lebih terperinci

PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto)

PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto) PEMBAYARAN ANGSURAN KREDIT DALAM MENCAPAI PENGENDALIAN INTERN (Studi pada PT. Bank Perkrditan Rakyat Terusan Jaya Mojokerto) Oktavia Rahajeng Lestari, Siti Ragil, Fransisca Yaningwati Fakultas Ilmu Administrasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Aktivitas bisnis merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Tashia (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Risiko Gagal Bayar (Default Risk) Debitur pada PT. BPR Duta Adiarta

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI Airlangga ABSTRAK Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah

Lebih terperinci