B A B 2 TINJAUAN PUSTAKA. Audit medis menurut National Institute for Clinical Excellence adalah suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "B A B 2 TINJAUAN PUSTAKA. Audit medis menurut National Institute for Clinical Excellence adalah suatu"

Transkripsi

1 10 B A B 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Audit medis Audit medis menurut National Institute for Clinical Excellence adalah suatu proses peningkatan mutu guna perbaikan perawatan kepada pasien dan luarannya melalui kajian sistematis terhadap pelayanan berdasarkan kriteria yang eksplisit, dan melakukan upaya-upaya perbaikan. Tujuan melaksanakan audit medis adalah pemeliharaan dan peningkatan mutu pelayanan klinik secara kontinu sehingga tercapainya pelayanan prima di rumah sakit. Kegiatan audit medis dilakukan untuk mengevaluasi mutu pelayanan medis, untuk mengetahui penerapan standar pelayanan medis, untuk melakukan perbaikan-perbaikan upelayanan medis sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis (Rukmono, 2004). Pelaksana kegiatan audit medis rumah sakit dapat dilakukan oleh komite medis atau sub komite (panitia) peningkatan mutu medis atau Sub komite (panitia) audit medis, dengan melibatkan bagian rekaman medis dan kelompok staf medis. Audit medis harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan bukan untuk menyalahkan atau menghakimi seseorang, harus dilaksanakan secara objektif, independen dan memperhatikan aspek kerahasiaan pasien dan wajib simpan rahasia kedokteran. Analisis hasil audit medis harus dilakukan oleh kelompok staf medis terkait yang mempunyai kompetensi,

2 11 pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang pelayanan dan atau kasus yang diaudit (Depkes RI, 2005). Langkah-langkah persiapan, perencanaan dan pelaksanaan audit medis di rumah sakit Indonesia telah tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005. Sebelum melaksanakan audit medis, rumah sakit perlu melakukan langkah-langkah persiapan sebagai berikut : 1. Penetapan organisasi pelaksana audit medis beserta uraian tugas anggota dengan Surat Keputusan Direktur rumah sakit. 2. Menyusun pedoman audit medis rumah sakit, standar prosedur operasional audit medis serta standar dan kriteria jenis kasus atau jenis penyakit yang akan dilakukan audit. 3. Membudayakan upaya self assessment atau evaluasi pelayanan termasuk evaluasi pelayanan medis sehingga setiap orang/unit kerja di rumah sakit sudah terbiasa dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). 4. Membuat ketentuan bahwa setiap dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis wajib membuat rekaman medis dan harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan medis. 5. Melakukan sosialisasi dan atau pelatihan hal-hal yang terkait dengan persiapan pelaksanaan audit medis kepada seluruh tenaga dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis di rumah sakit.

3 12 Selain langkah-langkah persiapan tersebut, sebelum audit medis dilakukan perlu membuat perencanaan audit yang meliputi : 1. Apa yang ingin diketahui dari audit harus ditetapkan dengan jelas. 2. Bagaimana menetapkan standar/kriteria yang menjadi acuan dalam melakukan analisa data. 3. Bagaimana melakukan pencarian literatur untuk menetapkan standar/kriteria. 4. Bagaimana menjamin bahwa audit medis dapat mengukur pelayanan medis. 5. Bagaimana menetapkan strategi untuk pengumpulan data dan dari mana saja data tersebut dikumpulkan. 6. Bagaimana menetapkan sampel dari pasien yang layak. 7. Bagaimana data yang dikumpulkan dianalisa dan dipresentasikan. 8. Susun perkiraan waktu audit, waktu mulai dilakukan audit sampai audit tersebut selesai. Setelah langkah-langkah persiapan dan perencanaan audit medis dilakukan, maka selanjutnya dilaksanakan langkah-langkah kegiatan audit medis sebagai berikut : 1. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit Pemilihan topik dapat berupa penanggulangan penyakit tertentu di rumah sakit, penggunaan obat tertentu, tentang prosedur atau tindakan tertentu, tentang infeksi nosokomial di rumah sakit, tentang kematian karena penyakit tertentu, dan lainlain. Pemilihan topik perlu dilakukan dengan pertimbangan yang seksama karena setiap kegiatan tentu berkonsekuensi pada investasi sumber daya rumah sakit,

4 13 oleh karena itu dalam memilih topik perlu dilakukan penetapan prioritas dengan mempertimbangkan : adanya kecukupan bukti yang dapat dipakai menyusun pedoman atau standar, merupakan masalah kualitas yang serius, peluang untuk dapat diperbaiki, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan, dan sesuai dengan prioritas organisasi. 2. Penetapan standar dan kriteria. Setelah topik dipilih maka perlu ditentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, objektif dan rinci terkait dengan topik tersebut. Penetapan standar dan prosedur ini oleh peer group (kelompok staf medis terkait) dan atau dengan ikatan profesi setempat. Ada dua level standar dan kriteria yaitu must do yang merupakan absolut minimum kriteria dan should do yang merupakan tambahan kriteria yang merupakan hasil penelitian yang berbasis bukti. 3. Penetapan jumlah sampel yang akan diaudit. Dalam mengambil sampel bisa dengan menggunakan metode pengambilan sampel tetapi bisa juga dengan cara sederhana yaitu menetapkan kasus yang akan diaudit dalam kurun waktu tertentu, misalnya kasus typhus abdominalis dalam kurun waktu januari sampai maret. 4. Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan. Tim pelaksana audit medis mempelajari rekaman medis untuk mengetahui apakah kriteria atau standar dan prosedur yang telah ditetapkan tadi telah dilaksanakan atau telah dicapai dalam masalah atau kasus-kasus yang dipelajari. Data tentang

5 14 kasus yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, dipisahkan dan dikumpulkan untuk dianalisa. 5. Melakukan analisa kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria. Tim pelaksana audit medis menyerahkan kasus yang tidak sesuai standar/kriteria kepada peer-group atau kelompok staf medis untuk dinilai lebih lanjut. Kasuskasus tersebut dianalisa dan didiskusikan apa kemungkinan penyebabnya dan mengapa terjadi ketidaksesuaian dengan standar. 6. Tindakan korektif Peer group melakukan upaya perbaikan terhadap penyebab masalah yang dijumpai. 7. Rencana re-audit Mempelajari kembali topik yang sama di waktu kemudian, misalnya setelah enam bulan. Tujuan re-audit dilaksanakan adalah untuk mengetahui apakah sudah ada upaya perbaikan. Hal ini bukan berarti topik audit adalah sama terus menerus, audit yang dilakukan 6 (enan) bulan kemudian ini lebih untuk melihat upaya perbaikan. Namun sambil melihat upaya perbaikan ini, tim pelaksana audit dan peer group dapat memilih topik yang lain. Terlaksananya langkah-langkah audit medis sebagaimana tersebut diatas sangat tergantung dengan motivasi staf medis untuk meningkatkan mutu pelayanan. Program audit medis biasanya dipublikasi paling lama setiap 6 bulan sekali dalam rapat komite medik yang khusus membahas hasil audit medis. Kesuksesan

6 15 program audit dibutuhkan keterlibatan seluruh kelompok staf medis, karena itu rapat komite medik yang membahas hasil audit medis harus dihadiri oleh seluruh kelompok staf medis, minimal kelompok staf medis yang terkait dengan topik audit medis tersebut. Rapat dimulai dengan presentasi dari ketua komite medik tentang latar belakang atau dasar pemilihan topik, dilanjutkan dengan presentasi hasil audit oleh ketua tim pelaksana audit, kemudian hasil audit didiskusikan secara bebas diantara para kelompok staf medis dan dibuatkan kesimpulan dalam notulen rapat secara jelas, sederhana dan lengkap oleh sekretaris komite medis. Pertemuan ditutup oleh ketua komite medik dengan kesimpulan tentang alternatif pemecahan masalah dan penetapan rencana audit/ presentasi yang akan datang. Melalui mekanisme rapat audit medis dapat pula dilaksanakan pembahasan kasus yang merupakan salah satu bentuk audit medis yang sederhana atau tingkat awal. Pembahasan kasus dapat dilakukan untuk kasus kematian, kasus kesakitan, kasus langka, kasus sulit, kasus pengadilan dan lain sebagainya, dimana kasus tersebut dapat berasal dari jajaran direksi, komite medis, ketua kelompok staf medis, tuntutan/komplain dari pasien/pihak ketiga dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005 a). Menurut pedoman audit medis dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dinyatakan agar proses audit medis dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan audit medis paling lama setiap tahun. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan mengembangkan indikator mutu antara lain :

7 16 1. Jumlah pembahasan kasus pertahun. 2. Jumlah pelaksanaan audit medis pertahun 3. Prosentase rekomendasi dari pembahasan kasus yang sudah dilaksanakan 4. Prosentase rekomendasi dari hasil audit medis yang sudah dilaksanakan 5. Prosentase penurunan medical error. Evaluasi dan monitoring juga dapat dilaksanakan melalui program akreditasi rumah sakit meliputi : 1. Keberadaan tim pelaksana audit medis 2. Pedoman audit medis 3. Jumlah kasus yang dilakukan audit minimal 3 (tiga) buah 4. Laporan kegiatan audit medis 5. Rekomendasi dari hasil audit 6. Tindak lanjut pelaksanaan rekomendasi Komite Medik Tenaga medis merupakan sumber daya manusia rumah sakit yang paling potensial. Maju mundurnya rumah sakit antara lain sangat ditentukan oleh keberhasilan manajemen tenaga medis. Dalam kaitan manajemen tenaga medis, pemerintah telah melakukan penyempurnaan di bidang organisasi rumah sakit dengan memberlakukan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XII/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, dimana dalam struktur organisasi rumah sakit terdapat wadah yang bertugas membantu direktur rumah sakit untuk

8 17 menjaga kualitas pelayanan medik dengan menghimpun, mengatur, mengawasi dan mengembangkan tenaga medis di rumah sakit, yaitu komite medik. Petunjuk pelaksanaan struktur organisasi komite medik ini diperjelas dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis No.811/2/2/VII/1993 dan petunjuk teknisnya melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis No.HK tahun Komite medik adalah wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari ketua kelompok staf medis atau yang mewakili. Pembentukan komite medik rumah sakit pemerintah ditetapkan dengan surat keputusan direktur rumah sakit dengan masa kerja selama 3 tahun. Komite medik mempunyai otoritas tertinggi di dalam pengorganisasi staf medis dan bertanggung jawab terhadap mutu pelayanan medis, pembinaan etik kedokteran dan pengembangan profesi medis, untuk itu komite medik mempunyai kewajiban (a) menyusun peraturan internal staf medis, (b) membuat standarisasi format untuk standar pelayanan medis, standar prosedur operasional dibidang manajerial/administrasi dan bidang keilmuan/profesi, standar profesi dan standar kompetensi, (c) membuat standarisasi format pengumpulan, pemantauan dan pelaporan indikator mutu klinik, (d) melakukan pemantauan mutu klinik, etika kedokteran dan pelaksanaan pengembangan profesi medis (Depkes RI, 2005 b).

9 18 Keputusan Menteri Kesehatan RI No.631/Menkes/SK/IV/2005 tentang peraturan internal staf medis di rumah sakit, menyatakan fungsi, tugas dan wewenang komite medik sebagai berikut : 1. Fungsi komite medik - Memberikan saran kepada direktur rumah sakit - Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pelayanan medis - Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran, - Menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus dilaksanakan oleh semua kelompok staf medis di rumah sakit. 2. Tugas komite medik : - Membantu direktur rumah sakit menyusun standar pelayanan medis dan memantau pelaksanaannya, - Melaksanakan pembinaan etika, disiplin dan mutu profesi, - Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf medis, - Membantu direktur rumah sakit menyusun medical staff bylaws dan memantau pelaksanaannya, - Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan mediko-legal - Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan etiko-legal.

10 19 - Melakukan kordinasi dengan direktur medis dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf medis. - Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam bidang medis. - Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain melalui monitoring dan evaluasi kasus bedah, penggunaan obat, farmasi dan terapi, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan rekaman medis, tissue review, mortalitas dan morbiditas, medical care review/peer review/audit medis melalui pembentukan sub komite - sub komite. - Memberikan laporan kegiatan kepada direktur rumah sakit dan atau pemilik rumah sakit. 3. Wewenang komite medik : - Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis - Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis dan penunjang medis serta pengembangan pelayanan medis. - Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis sesuai yang tercantum di dalam tugas komite medis. - Monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat kedokteran di rumah sakit.

11 20 - Melaksanakan pembinaan etika profesi serta mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf. - Membentuk tim klinis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus pelayanan medik yang memerlukan koordinasi lintas profesi, misalnya penanggulangan kanker terpadu, pelayanan jantung terpadu dan lain sebagainya. - Memberikan rekomendasi tentang kerjasam antara rumah sakit dan fakultas kedokteran/institusi pendidikan lain. Dalam melaksanakan tugasnya komite medik dapat dibantu oleh sub komite yang pembentukannya ditetapkan oleh direktur rumah sakit atas usulan ketua komite medis setelah mendapat kesepakatan dalam rapat pleno komite medik dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Sub komite tersebut antara lain : 1. Sub komite peningkatan mutu profesi medis, yang fungsinya melaksanakan kebijakan komite medik di bidang mutu profesi medis dengan membuat program kerja dan jadwal kegiatan, membuat panduan mutu pelayanan medis, melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan medis, menyusun indikator mutu klinik dengan melakukan koordinasi dengan kelompok staf medis dan unit kerja, melakukan koordinasi dengan komite peningkatan mutu rumah sakit dan melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala. 2. Sub komite kredensial, yang fungsinya melaksanakan kebijakan komite medik di bidang kredensial profesi medis dengan melakukan review permohonan untuk

12 21 menjadi anggota staf medis rumah sakit secara total obyektif, adil, jujur dan terbuka, membuat rekomendasi hasil review berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan staf medis di rumah sakit, membuat laporan kepada komite medik apabila permohonan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam perturan internal staf medis di rumah sakit, melakukan review kompetensi staf medis dan memberikan laporan serta rekomendasi kepada komite medik dalam rangka pemberian clinical privileges, reapoinments dan penugasan staf medis pada unit kerja, membuat rencana kerja sub komite kredensial, melaksanakan rencana kerja sub komite kredensial, menyusun tata laksana dan instrumen kredensial, melaksanakan kredensial dengan melibatkan lintas fungsi sesuai kebutuhan, dan membuat laporan berkala kepada komite medis. 3. Sub komite etika dan disiplin profesi, yang berfungsi melaksanakan kebijakan komite medik dibidang etika dan disiplin profesi medis dengan membuat dan melaksanakan rencana kerja, menyusun tatalaksana pemantauan dan penanganan masalah etika dan disiplin profesi, melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin profesi, mengusulkan kebijakan yang terkait dengan bioetika, melakukan koordinasi dengan komite etik rumah sakit dan melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala Sumber Daya Komite Medik Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.631/Menkes/SK/IV/2005 tentang peraturan internal staf medis di rumah sakit, dinyatakan bahwa komite medik

13 22 bertugas melakukan evaluasi dan monitoring mutu pelayanan medis yang telah dilaksanakan yang diantaranya melalui penyelenggaraan kegiatan seperti audit medis. Pelaksanaan serangkaian kegiatan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan memerlukan dukungan sumber daya organisasi agar mencapai tujuan organisasi. Sumber daya organisasi rumah sakit meliputi sumber daya manusia, keuangan, metode, sarana, peralatan dan informasi (Sabarguna, 2004) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dalam pelayanan medis meliputi tenaga dokter, dokter gigi, dokter/dokter gigi spesialis yang dikelompokkan sebagai staf medis fungsional sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Dukungan sumber daya manusia bagi terlaksananya tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor kemampuan dan faktor motivasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (dikutip dari Mangkunegara, 2005) yang merumuskan bahwa : Human performance = Ability x Motivation Motivation Ability = Attitude x Situation = Knowledge x Skill Kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan ketrampilan. Karyawan dengan pendidikan atau pengetahuan yang memadai untuk menjalankan pekerjaan serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan lebih mudah mencapai prestasi yang

14 23 diharapkan. Oleh karena itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (Riduwan, 2002) Motivasi dapat diartikan sebagai suatu sikap sumber daya manusia di lingkungan organisasinya. Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan memulai dan mengarahkan perilaku (Gibson, 1997). Selanjutnya menurut Sedermayanti (dikutip dari Riduwan, 2002), motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motif kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan iklas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Dalam buku yang sama, George R.Terry berpendapat bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Teori motivasi dengan pendekatan isi (Content Theory) 2. Teori motivasi dengan pendekatan proses (Process Theory) 3. Teori motivasi dengan pendekatan penguat (Reinforcement Theory) Teori motivasi dengan pendekatan isi lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat karyawan melakukan suatu tindakan tertentu, contohnya teori motivasi Abraham Maslow. Teori motivasi pendekatan proses tidak hanya menekankan pada faktor apa yang membuat karyawan bertindak, tetapi juga bagaimana karyawan tersebut termotivasi, contohnya teori motivasi berprestasi dari David Mc.Clelland. Teori motivasi dengan pendekatan penguat lebih menekankan

15 24 pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan, contohnya teori motivasi dari Skinner (Mangkunegara, 2005). Teori kebutuhan tentang motivasi dari Maslow menyebutkan jika kebutuhannya terpenuhi karyawan akan memperlihatkan perilaku gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya. Menurut hirarki kebutuhan manusia adalah : 1. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk bernafas, makan, minum. 2. Kebutuhan rasa aman yaitu perlindungan dari ancaman bahaya. 3. Kebutuhan untuk rasa memiliki yaitu diterima dalam kelompok, interaksi. 4. Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati. 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, ketrampilan dan potensi Sumber Daya Keuangan (dana) Berdasarkan analisis terhadap keputusan menteri kesehatan RI Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005, didapatkan bahwa untuk melaksanakan berbagai aktivitas monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis secara berkala dan berkesinambungan memerlukan dukungan dana, seperti untuk : 1. Biaya konsumsi peserta rapat 2. Biaya penggandaan dokumen 3. Biaya pengadaan sarana pendukung 3. Insentif bagi petugas pelaksana kegiatan

16 25 4. Honor untuk konsultan tamu Untuk menjamin ketersediaan dana agar kegiatan komite medik dapat berlangsung dengan baik maka dana yang dibutuhkan tersebut harus sudah dialokasikan dalam anggaran kegiatan pelayanan medis rumah sakit Sumber Daya Sarana Berdasarkan analisis terhadap keputusan menteri kesehatan RI nomor 496/MENKES/SK/IV/2005, didapatkan bahwa untuk mendukung pelaksanaan kegiatan komite medik dibutuhkan sarana berupa : 1. Ruang rapat yang dapat menampung kehadiran dari seluruh anggota kelompok staf medis rumah sakit. 2. Peralatan audio visual untuk presentasi 3. Ruang sekretariat komite medis/tim pelaksana audit medis yang mandiri dan permanen. 4. Perangkat komputer untuk pengolahan data dan penyusunan laporan 5. Standar pelayanan medis dan standar prosedur operasional kegiatan pelayanan medis sebagai alat ukur dalam melakukan analisa Pedoman Kerja Agar komite medik dapat melaksanakan kegiatan manajemen mutu secara sistematis, objektif dan berkesinambungan maka dibutuhkan adanya suatu pedoman kerja sebagai acuan bagi petugas pelaksanaan kegiatan. Dalam pedoman kerja berisi

17 26 tujuan pelaksanaan kegiatan, tata laksana kegiatan, mekanisme pelaksanaan kegiatan dan upaya monitoring atau evaluasi mutu pelaksanaan kegiatan (Depkes RI, 2005) Sumber Daya Informasi Kegiatan manajemen mutu pelayanan medis sangat membutuhkan ketersediaan data pencapaian indikator mutu klinis. Data ini dibutuhkan sebagai bahan untuk pemilihan topik pelaksanaan kegiatan perbaikan mutu dan untuk mengadakan monitoring atau evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu. Data informasi mutu klinik ini dapat diperoleh dari unit rekaman medis rumah sakit antara lain meliputi angka kematian, angka infeksi, angka kesalahan tindakan medis, angka komplikasi akibat tindakan medis (Depkes RI, 2005) Landasan Teori Setiap organisasi rumah sakit diharapkan dapat menyelenggarakan kendali mutu melalui kegiatan audit medis secara berkala dan berkesinambungan. Audit medis merupakan suatu sistem dan proses untuk melakukan monitoring dan peningkatan mutu pelayanan medis. Dalam kegiatan audit medis dilakukan evaluasi secara professional terhadap tindakan medis yang telah diberikan kepada pasien melalui pelaksanaan suatu siklus kegiatan yang terdiri dari langkah-langkah PDCA secara berkala dan berkesinambungan terhadap faktor masukan, proses dan keluaran dari tindakan medis yang telah diberikan kepada pasien dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah dinyatakan secara eksplisit, agar dapat menemukan masalah-masalah yang tersembunyi dalam proses pelayanan medis, melakukan upaya

18 27 perbaikan dan monitoring untuk mempertahankan perbaikan yang telah dilaksanakan (Depkes, 2005). Dari aspek pendekatan sistem manajemen mutu pelayanan medis, upaya perbaikan mutu pelayanan medis melalui kegiatan audit medis harus dilakukan bersamaan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung karena terdapat hubungan timbal balik antara metoda audit dan lingkungan dimana metoda tersebut diterapkan. Apabila lingkungan sudah mendukung, akan tetapi metoda audit belum dipergunakan dengan tepat, maka perbaikan yang terjadi tidak akan sebaik seperti yang diharapkan atau tidak ada bukti yang dapat menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan. Demikian juga halnya bila metoda audit diterapkan di lingkungan yang belum mendukung, maka tidak akan menghasilkan perbaikan dalam mutu pelayanan medis (Siswishanto, 2004). Lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan audit antara lain adalah adanya staf medis yang memiliki kemampuan (pengetahuan dan ketrampilan) yang cukup untuk pelaksanaan kegiatan audit medis, adanya motivasi staf medis untuk melakukan perubahan melalui kegiatan audit medis, adanya sistem yang jelas untuk pengelolaan kegiatan audit (dana, sarana, standar pelayanan medis), adanya komitmen untuk penyelenggaraan kegiatan audit medis (tim audit dan metode audit), adanya ketersediaan data indikator mutu klinis dan mekanisme yang memudahkan pengumpulan data (National Institute for Clinical Exellence, 2002). Menurut Manullang (2004), sarana atau alat yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan

19 28 kegiatan manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengarahan untuk mencapai tujuan organisasi disebut sebagai sumber daya organisasi. Adanya indikator mutu pelayanan medis yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan menunjukkan bahwa kegiatan audit medis belum befungsi secara baik (audit medis belum dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam pedoman audit atau kegiatan audit medis belum dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan), atau kegiatan audit medis belum didukung oleh sumber daya yang memadai Kerangka Konsep Penelitian berikut : Berdasarkan landasan teori, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai Sumber Daya Komite Medik Kemampuan SDM komite medik Motivasi SDM komite medik Dana Sarana Pedoman kerja Data indikator mutu klinik Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), BAB I PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi

Lebih terperinci

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota I.PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi medik

Lebih terperinci

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN AUDIT KEPERAWATAN A. Pengertian Definisi standar audit klinik menurut National Institute for Clinical Excellence (NICE) yakni merupakan proses peningkatan mutu dengan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 33 TAHUN 2010 TENT ANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan telah menghantarkan tantangan persaingan dan lingkungan yang kompetitif bagi industri rumah sakit di

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BY LAWS) RSUD

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BY LAWS) RSUD BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS (MEDICAL STAFF BY LAWS) RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HOSPITAL BYLAWS PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT M.C.Inge Hartini 2009

HOSPITAL BYLAWS PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT M.C.Inge Hartini 2009 HOSPITAL BYLAWS PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT M.C.Inge Hartini 2009 POKOK BAHASAN PENGERTIAN FUNGSI HBL TUJUAN PENYUSUNAN HBL MANFAAT HBL BAGI RS, PENGELOLA RS,PEMERINTAH, PEMILIK RS TINGKAT dan JENIS

Lebih terperinci

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN Lampiran SK Direktur Utama RSI Garam Kalianget No.... tentang Panduan Evaluasi Praktek Dokter PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO Bachtiar Saruddin Komite Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komite medik adalah perangkat RS untuk menerapkan tata kelola klinis agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola klinis) merupakan

Lebih terperinci

PANDUAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK

PANDUAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK PANDUAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK BAB I PENDAHULUAN Rumah SakiT Sentra Medika Cisalak adalah unit pelayanan kesehatan dan rujukan yang memberi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYEN KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI,

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI, PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah

Lebih terperinci

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS KLINIK PRATAMA TABITA PENDAHULUAN Staf medis merupakan tenaga yang mandiri, karena setiap dokter dan dokter gigi memiliki kebebasan profesi dalam mengambil keputusan klinis

Lebih terperinci

BAB II ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

BAB II ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN BAB I PENDAHULUAN Rumah Sakit Islam `Aisyiyah Nganjuk adalah unit pelayanan kesehatan dan rujukan yang memberi pelayanan kesehatan paripurna. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

Lebih terperinci

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN 2014-2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan klinik dengan badan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) diakui merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi, terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI A. PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini peningkatan produktifitas dan kualitas

Lebih terperinci

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Memahami Organisasi Pelayanan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (Hospital By Laws) RSUD Dr. HADRIANUS SINAGA PANGURURAN

Lebih terperinci

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN I. Persiapan Penerapan a. Langkah-langkah penerapan SML; Tahap 1 : Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan Tahap 2 : Perencanaan Aspek lingkungan dan dampak

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1- F TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit ditekankan pada peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan rumah sakit melalui peningkatan dan pengembangan manajemen rumah sakit terutama dari

Lebih terperinci

I. Ketua Komite Keperawatan

I. Ketua Komite Keperawatan I. Ketua Komite Keperawatan Tugas pokok Memimpin seluruh kegiatan dari komite keperawatan meliputi kredensialing, penjagaan dan peningkatan mutu profesi, serta penjagaan serta pembinaan disiplin dan etika

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KERJA KOMITE KEPERAWATAN RSU. C-BMC TAHUN

RENCANA PROGRAM KERJA KOMITE KEPERAWATAN RSU. C-BMC TAHUN NO TUPOKSI 1 Menetapkan pengelolah Sub Komite Klinik (Komite Medik, Komite, Komite Farmasi) 2 Membina dan meningkatkan kemampuan staf komite klinik 3 Menetapkan standar (Pedoman Diagnostik dan terapi,

Lebih terperinci

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes Peraturan yg menjadi acuan : Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di Rumah Sakit. Definisi Komite Medik Perangkat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM JL. BUDI KEMULIAAN NO. 1 SERAYA - BATAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. RSUD Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Sarolangun Jambi sudah diatur. dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2013 tentang Peraturan

BAB V PENUTUP. RSUD Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Sarolangun Jambi sudah diatur. dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2013 tentang Peraturan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan hospital by laws menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KEDOKTERAN DI RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 A TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Kredensial dan Komite Medik Rumah Sakit

Kredensial dan Komite Medik Rumah Sakit Kredensial dan Komite Medik Rumah Sakit Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta. Pendahuluan Bila kita kaji akan inti tujuan dari Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medis RSUP Fatmawati Jakarta. Pendahuluan Dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan RI yang baru tentang penyelenggaran

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ADJIDARMO

PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ADJIDARMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ADJIDARMO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SURAT KEPUTUSAN No.../.../.../.../2015 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN DAN PELAYANAN KOMITE KEPERAWATAN DIREKTUR RUMAH

Lebih terperinci

Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf klinis Puskesmas Kampala -RAHASIA- BAB I PENDAHULUAN

Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf klinis Puskesmas Kampala -RAHASIA- BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia. Adapun yang dimaksud denga Puskesmas adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016 PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RSUD AJI BATARA AGUNG DEWA SAKTI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA BUPATI KUTAI KARTANEGARA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI Proses Keredensial (Credentialing): Proses Re- Kewenangan klinis (clinical privilege) : Surat Penugasan (clinical Appointment) Tenaga

BAB I DEFINISI Proses Keredensial (Credentialing): Proses Re- Kewenangan klinis (clinical privilege) : Surat Penugasan (clinical Appointment) Tenaga BAB I DEFINISI 1. Proses Keredensial (Credentialing): proses evaluasi suatu rumah sakit terhadap seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (kewenagan klinis (clinical

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I.PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I.PENDAHULUAN Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehtan menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan / atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG POLA TATA KELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG PENGATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN 11 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Rumah sakit adalah institusi

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I. ) STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF Jakarta : Februari 2007 DAFTAR SINGKATAN IPDS KBSI KPS KKI PBL PPDS RS Pendidikan RS Jejaring WFME Institusi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :33.A 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33.A TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :33.A 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33.A TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :33.A 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33.A TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD HADJI BOEJASIN PELAIHARI NOMOR : 445/724/SK/RSUD-HB 2012 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD HADJI BOEJASIN PELAIHARI NOMOR : 445/724/SK/RSUD-HB 2012 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD HADJI BOEJASIN PELAIHARI NOMOR : 445/724/SK/RSUD-HB 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BAGIAN/STAF MEDIS FUNGSIONAL PADA RUMAH SAKIT HADJI BOEJASIN PELAIHARI TAHUN ANGGARAN 2012 DIREKTUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKSIE 1. Bagaimana cara bapak membuat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Unit Rekam Medis

PEDOMAN WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKSIE 1. Bagaimana cara bapak membuat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Unit Rekam Medis PEDOMAN WAWANCARA KEPADA KEPALA SEKSIE 1. Bagaimana cara bapak membuat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Unit Rekam Medis ini? 2. Kapan waktu membuat perencanaan dan pengorganisasian?

Lebih terperinci

SISTEMATIKA A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. KEWENANGAN KLINIS D. PENUGASAN KLINIS

SISTEMATIKA A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. KEWENANGAN KLINIS D. PENUGASAN KLINIS LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 755/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT SISTEMATIKA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. KEWENANGAN

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA Menimbang : Bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal 1. Definisi a) Audit Internal adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan,

Lebih terperinci

MATERI ORIENTASI PEGAWAI BARU DOKTER UMUM

MATERI ORIENTASI PEGAWAI BARU DOKTER UMUM MATERI ORIENTASI PEGAWAI BARU DOKTER UMUM PENDAHULUAN o Orientasi adalah memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi, meliputi organisasi tata laksana, kebijakan,

Lebih terperinci

PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI

PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI 1. PENDAHULUAN PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR WAWANCARA RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA

DAFTAR WAWANCARA RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA DAFTAR WAWANCARA RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA YANG DIWAWANCARA Direktur RS TKRS 1.1 EP 1 TKRS 1.1 EP 3 TKRS 1.1 EP 1 HPK 1 EP 2 KKS 1 EP 3 KKS 2 EP 3 KKS 2.1 EP 3 KKS 2.2 EP 3 STANDAR MATERI CHECK KKS 4 EP

Lebih terperinci

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS II. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARISIS Tujuan Untuk menilai: kecukupan jumlah, komposisi, integritas dan kompetensi anggota Dewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT IMO 725 Manajemen Unit Kerja 5 2 SKS. Semester 7 Dr.Noor Yulia

AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT IMO 725 Manajemen Unit Kerja 5 2 SKS. Semester 7 Dr.Noor Yulia AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT IMO 725 Manajemen Unit Kerja 5 2 SKS Semester 7 Dr.Noor Yulia CIRI DAN MANFAAT AUDIT KLINIS Pertemuan 4 PELAYANAN MEDIS Pelayanan medis harus disediakan dan diberikan kepada

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi BAB I PENDAHULUAN Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. LANGKAH SMK3 TAHAPAN 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG INPUT 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta meningkatnya kesadaran pasien akan haknya untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu maka diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang padat dengan informasi, teknologi dan pengetahuan, segala sesuatu akan bergerak dan berubah dengan cepat. Perubahan ini akan menimbulkan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

PANDUAN KREDENSIAL STAF KEPERAWATAN

PANDUAN KREDENSIAL STAF KEPERAWATAN PANDUAN KREDENSIAL STAF KEPERAWATAN Jl. Madya Kebantenan No.4, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) diakui merupakan institusi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ISKAK TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 35 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA HUBUNGAN ANTARA PEMILIK, PENGELOLA DAN STAF MEDIS/PARAMEDIS PADA RSUD PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, - 1 - PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RA. BASOENI KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat banyak aktivitas yang tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KOMITE MEDIK RUMAH SAKIT BUNDA SIDOARJO TAHUN 2015

PROGRAM KERJA SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KOMITE MEDIK RUMAH SAKIT BUNDA SIDOARJO TAHUN 2015 Lampiran 3 PROGRAM KERJA SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KOMITE MEDIK RUMAH SAKIT BUNDA SIDOARJO TAHUN 2015 1. PENDAHULUAN Rumah Sakit Bunda Sidoarjo adalah rumah sakit umum tipe C yang melayani masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya (Permenkes RI,

Lebih terperinci

PANDUAN KOMITE REKAM MEDIS

PANDUAN KOMITE REKAM MEDIS PANDUAN KOMITE REKAM MEDIS BAB I FALSAFAH DAN TUJUAN I. PENDAHULUAN Fungsi utama Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien, baik melalui pendekatan kuratif, rehabilitasi, promotif maupun

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG Jalan W.R. Supratman No.100 KM. 8 Tanjungpinang Telp/ Fax. 0771-733 5203 E-mail: sekretariat@rsudtpi.kepriprov.go.id SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN

Lebih terperinci

PEDOMAN AUDIT MEDIS DI RUMAH SAKIT

PEDOMAN AUDIT MEDIS DI RUMAH SAKIT I. PENDAHULUAN PEDOMAN AUDIT MEDIS DI RUMAH SAKIT. LATAR BELAKANG Salah satu faktor kunci dalam pengembangan pelayanan rumah sakit adalah bagaimana meningkatkan mutu pelayanan medik. Karena mutu pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOERATNO GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOERATNO GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 84 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOERATNO GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

Lebih terperinci

HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA

HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA Oleh: Mus Aida Disampaikan Dihadapan Mahasiswa S1. FK. UGM 8 Desember 2012 HOSPITAL BYLAWS CORPORATE

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) Tanggung jawab tenaga klinis Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) Tenaga klinis berperan aktif dalam proses peningkatan mutu layanan klinis dan upaya keselamatan pasien SK tentang kewajiban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menguraikan Konsep Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIANJUR

PERATURAN BUPATI CIANJUR BERITA DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR BUPATI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci