MADRASAH DAN POLITIK SEKTARIAN Drs. H. Moh. As ad Thoha, M.Ag. Dosen mata kuliah politik pendidikan, ketua STAI Qomaruddin Gresik
|
|
- Sri Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MADRASAH DAN POLITIK SEKTARIAN Drs. H. Moh. As ad Thoha, M.Ag. Dosen mata kuliah politik pendidikan, ketua STAI Qomaruddin Gresik Abstrak Institusi pendidikan Islam selalu mengalami perkembangan selaras dengan kebutuhan dan perubahan masyarakat Muslim. Perkembangan dan kebutuhan masyarakat itu ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan untuk mendakwahkan agama Islam. Abad ke-5 Hijriyah, pada saat berdirinya madrasah, perkembangan keilmuan masyarakat Muslim dapat dikatakan telah mencapai tahap sempurna, karena hampir seluruh ilmu baik alulum an-naqliyah maupun al-ulum al-aqliyah telah disusun dan disistematisasikan. Kondisi demikian seharusnya terrefleksikan ke dalam usaha pendidikan umat. Akan tetapi karena kepentingan politik pemerintah yang menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka materi pelajaran di madrasah sangat sarat dengan muatan politik atau tujuantujuan sektarian. Ideologisasi materi pelajaran di madrasah juga berimbas pada metode pembelajaran yang cenderung tertutup dan bersifat indoktrinasi, sehingga tidak memberikan ruang untuk pengembangan cara berfikir kritis dan bebas. Dalam kondisi yang demikian madrasah ketika itu berfungsi sebagai pusat transformasi ilmu keislaman paling dasar, pemeliharaan tradisi dan usaha untuk memproduksi ulama mazhab tertentu. Kondisi ini dalam realitas sejarah pendidikan Islam dapat dilihat dari beberapa madrasah yang didirikan oleh pemerintah yang beraliran Sunni (Bani Saljuk dan Bani Ayyubiyah) dan pemerintah penganut mazhab Syi ah (Daulah Fathimiyah dan Buwaihiyah). Pendahuluan Madrasah merupakan institusi pendidikan Islam yang baru dikenal pada abad ke 5 Hijriyah (abad ke-11 M). Madrasah didirikan sebagai bangunan wakaf yang berada pada kontrol pendirinya yang diteruskan secara turun temurun. Hal ini berbeda dengan bangunan wakaf masjid yang bebas dari kontrol pendirinya (wakaf tahrir). Sebagai institusi pendidikan, madrasah merupakan bentuk baru yang berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya dan disepakati sebagai perkembangan dari masjid. Namun para pakar pendidikan Islam berbeda pendapat seputar proses transformasi dari masjid ke madrasah. Menurut Ahmad Syalabi (1978), transformasi lembaga pendidikan dari masjid ke madrasah terjadi secara langsung dan tanpa perantara. Menurutnya, ada
2 tiga kondisi yang mempengaruhi terjadinya transformasi tersebut, yaitu ; (a). kegiatan pendidikan di masjid telah mengganggu fungsi utama lembaga itu sebagai tempat shalat. Semakin besar minat belajar umat Islam, membuat masjid semakin penuh dengan halaqah-halaqah ilmiah. Dari setiap grup halaqah, terdengar suara dari seorang guru yang memberikan pelajarannya atau suara perdebatan dalam proses belajar mengajar. Sedikit banyak hal itu menimbulkan gemuruh yang mengganggu pelaksanaan shalat. Kondisi ini menyebabkan masjid sulit dijadikan sebagai tempat ibadah dan tempat belajar sekaligus, (b). Berkembangnya kebutuhan ilmiah, terutama al-ulum al-aqliyyah sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sementara kegiatan pendidikan di masjid pada umumnya lebih banyak diprioritaskan pada al-ulum an-naqliyah, dan (c). timbulnya orientasi baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagian guru mulai berfikir untuk mendapatkan penghasilan yang layak melalui kegiatan pendidikan. Untuk menjamin hal tersebut, dibangunlah madrasah karena jaminan seperti itu tidak mungkin diperoleh di masjid. Berbeda dengan Ahmad Syalabi, George Maqdisi sebagaimana di kutip Maksum (1999) mengajukan tesis bahwa transformasi lembaga pendidikan dari masjid ke madrasah terjadi secara tidak langsung, tetapi melalui tahapan perantara yaitu "masjid khan" (masjid yang dilengkapi dengan bangunan asrama atau pemondokan). Menurut dia, asal muasal pertumbuhan madrasah merupakan hasil tiga tahap; tahap masjid, tahap masjid khan, dan tahap madrasah. Tahap masjid berlangsung pada abad ke-8 dan 9 M, tahap masjid khan mencapai perkembangan pada abad ke-10 dan baru kemudian pada abad ke-11 Masehi (ke-5 Hijriyah) muncul madrasah yang khusus diperuntukkan sebagai lembaga pendidikan. Terlepas dari perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, kebangkitan madrasah merupakan era baru dalam dinamika pendidikan Islam. Era baru ini ditandai dengan adanya ketentuan-ketentuan formal yang jelas berkaitan dengan komponen-komponen pendidikan. Ketentuan inilah yang membedakan antara madrasah dengan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya, terutama dalam aspek pengelolaan. Pada lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya seseorang dapat bebas dan tidak terikat dalam memilih guru atau halaqah sehingga guru dan
3 murid dengan leluasa melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun madrasah sudah memiliki administrasi pendidikan yang teratur sehingga pelaksanaan pendidikan mengikuti aturan yang telah ditentukan oleh pengelola madrasah. Di madrasah juga sudah dibedakan tingkatan dan tugas pengajar antara mudarris (guru), mu'id (asisten) dan wu'adz (tutor). Di samping itu, madrasah sudah mengenal nadzir atau wali yang mempunyai tanggung jawab terhadap aktivitas pendidikan di madrasah yang dipilih dari orang-orang yang ahli di bidangnya. Selain itu, harus pula dipahami bahwa madrasah merupakan organisasi yang memadukan antara lingkungan tempat belajar dengan peserta didik dalam satu komunitas intelektual. Kondisi ini sangat mendukung asimilasi peserta didik ke dalam kehidupan akademis dan dunia intelektual sehingga terjadi proses transmisi ilmu, sekaligus menjadikan madrasah sebagai institusi pendidikan yang memiliki fungsi signifikan bagi transmisi ilmu pengetahuan dalam Islam dan penyebarannya dalam sebuah sistem akademik. Tradisi Keilmuan Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh dua arus pergumulan yang saling berkelindan dan saling mengambil keuntungan, yaitu politik dan pemikiran dalam Islam. Dominasi politik telah menentukan bentuk pendidikan dan corak ilmu yang diajarkan dan dikembangkan. Demikian juga perkembangan pemikiran dalam Islam baik di bidang kalam, fikih, filsafat maupun tasawuf. Dalam hal ini, pendidikan dijadikan sebagai sarana pergumulan itu. Berdasarkan arus pergumulan ini para pakar pendidikan Islam berbeda-beda dalam mengklasifikasi pola-pola pendidikan Islam. Majid Irsan al-kailani (1985) membaginya menjadi empat sesuai perkembangan aliran pemikiran dalam Islam, yaitu ; Madrasah al-fuqaha' wal Muhadditsin, Madrasah al-shufiyah, Madrasah al-falasifah wa al-ulum al-thabi'iyah, dan Madrasah al-ushuliyyin wal ilm al- Kalam. Dari klasifikasi pola pendidikan tersebut, diketahui terdapat keanekaragaman jenis madrasah sebagai lembaga pendidikan yang dibangun oleh masing-masing aliran pemikiran dengan karakternya sendiri-sendiri. Namun ada
4 semacam kesepakatan bahwa madrasah lebih banyak diabdikan kepada al-ulum an-naqliyyah. Maksudnya, madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan yang khusus mentransmisikan ilmu-ilmu agama, terutama pada bidang fikih, tafsir dan hadis. Itulah sebabnya George Makdisi menyebutnya sebagai "college of law". Menurut Azyumardi Azra (1999) ada tiga alasan mengapa madrasah lebih menfokuskan pada pembelajaran al-ulum an-naqliyyah, yaitu; Pertama, ini berkaitan dengan pandangan tentang ketinggian ilmu-ilmu keagamaan yang dianggap mempunyai supremasi lebih dan merupakan jalan cepat menuju Tuhan. Kedua, secara institusional madrasah memang dikuasai oleh mereka yang ahli dalam bidang agama. Ketiga, berkenaan dengan kenyataan bahwa hampir seluruh madrasah didirikan dan dipertahankan dengan dana wakaf dari penguasa politik atau dermawan kaya karena didorong oleh adanya motivasi kesalehan. Dengan sturktur kurikulum yang terfokus pada bidang keagamaan, ilmuilmu profan (non-agama) sejak awal perkembangan madrasah sudah berada dalam posisi marjinal. Kondisi ini terutama berlangsung pada madrasah-madrasah Sunni yang mengharamkan beberapa bidang ilmu pengetahuan seperti; filsafat, ilmu pasti, ilmu kealaman, kimia, fisika dan lainnya. Sedangkan pada beberapa madrasah di Persia, ilmu-ilmu tersebut tetap diajarkan. Terlepas dari semua itu, agaknya supremasi dan dominasi ilmu-ilmu agama (al-ulum an-naqliyyah) dalam batas tertentu mengandung implikasi positif. Karena dengan demikian madrasah telah menjadikan transmisi syariah (fikih) dari generasi awal Muslim kepada generasi berikutnya menjadi terjamin. Di samping itu, secara sosial keagamaan dan ekonomi madrasah justru dapat diterima luas di kalangan masyarakat karena empat hal, yaitu; Pertama, materi pokok yang diajarkannya adalah fikih. Materi ini dianggap memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat diberikan pada anggota masyarakat dalam segala tingkatan umur. Kedua, ajaran yang diberikan dalam madrasah adalah ajaran Sunni yang dianut oleh kebanyakan umat Islam. Ketiga, para pengajar di madrasah terdiri dari para ulama yang notabene merupakan panutan masyarakat, pembela kepentingan mereka dan memiliki kedudukan khusus dalam pemerintahan. Keempat, madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjanjikan pekerjaan,
5 karena dengan menguasai ilmu fikih seseorang akan dibutuhkan di dalam masyarakat waktu itu, terutama dalam lapangan hukum dan pengadilan (Maksum, 1999). Melihat kenyataan di atas, jelas bahwa madrasah dalam pendidikan Islam mempunyai peranan yang penting, terutama dalam menentukan perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Di antara madrasah juga ada yang secara khusus membuka spesialisasi disiplin ilmu tertentu, seperti madrasah fikih, madrasah tafsir, madrasah hadis, dan madrasah nahwu. Hal ini membawa perkembangan dan kemajuan bidang-bidang ilmu tersebut. Para lulusan yang dihasilkan madrasah turut pula mengembangkan ilmu-ilmu tersebut dalam kariernya di berbagai lembaga maupun kehidupan bermasyarakat. Peranan Pemerintah Sebagai institusi pendidikan, madrasah lahir karena kondisi sosial politik yang berkembang pada masa itu. Pendidikan menjadi fungsi negara untuk kepentingan politik para penguasanya. Konflik antar-aliran keagamaan yang dianut oleh penguasa menjadikan madrasah dilembagakan untuk tujuan pendidikan sektarian dan indoktrinasi politik. Itulah sebabnya sehingga dapat dikatakan bahwa madrasah didirikan karena suatu pertimbangan politik untuk mempertahankan kekuasaan, melawan mazhab lain dan melestarikan ajaran mazhab yang diikuti masing-masing penguasa. Dari sisi ini dapat dikatakan bahwa madrasah memiliki fungsi ganda yaitu, sebagai pusat pembelajaran (learning center), sekaligus sebagai basis pengkaderan, baik secara politis, akidah maupun ibadah. Sejarah mencatat bahwa Dinasti Saljuk yang beraliran Sunni berobsesi mendirikan madrasah sebanyak mungkin untuk memperkuat paham yang dianutnya sekaligus melawan Dinasti Buwaihi dan Dinasti Fathimiyah yang beraliran Syi'ah. Pertimbangan ini dilakukan karena Dinasti Buwaihi yang menguasai kekhalifahan Abbasiyah sebelumnya menganut aliran Syi'ah dan berusaha menanamkan pengaruh aliran yang diikutinya di tengah-tengah masyarakat melalaui propaganda dan indoktrinasi secara sistematik, termasuk
6 melalui aktivitas kependidikan. Demikian juga yang dilakukan oleh Dinasti Fathimiyah yang menganut mazhab Syi ah Ismailiyah dengan mendirikan madrasah Al-Azhar di Mesir. Dengan motivasi yang sama, ketika Dinasti Ayyubiyah berkuasa di Mesir juga mendirikan beberapa madrasah di Mesir dan sekitarnya untuk menyebarkan mazhab Sunni yang dianutnya. Sudah barang tentu kepentingan politik aliran ini tidak menafikan faktor-faktor internal dan eksternal lainnya yang melatar belakangi lahirnya madrasah, seperti motivasi agama dan motivasi ekonomi karena berkaitan dengan ketenagakerjaan. Intinya, motivasi politik dan doktrin keagamaan sangat dominan pada tujuan berdirinya madrasah yang dimotori oleh Dinasti Saljuk. Motivasi lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan kebudayaan Turki yang menggantikan pengaruh kebudayaan Arab dan Persi di wilayah kekhalifahan Abbasiyah. Keterlibatan pemerintah Bani Saljuk dengan berbagai kepentingannya dalam aktivitas pendidikan merupakan fenomena yang menarik, apalagi madrasah sebagai institusi pendidikan memang cukup fenomenal pada masa itu. Dikatakan demikian karena selain pemerintah, masyarakat juga berpartisipasi dalam membantu mendirikan madrasah, bahkan mereka berlomba menyediakan tanah dan infak untuk kepentingan siswa dan guru madrasah. Madrasah didirikan secara besar-besaran di seluruh wilayah kekuasaan Bani Saljuk, terutama di kota-kota yang menjadi titik pusat perkembangan peradaban Islam, seperti Bagdad, Naisapur, Balk, dan lain-lain. Nizhamiyah versus Al-Azhar Dari beberapa uraian yang telah lalu diketahui bahwa madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak abad ke-5 H/11-12 M, terutama ketika wazir Bani Saljuk Nizam al-mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah di Bagdad. Walaupun bukan berarti ia adalah orang pertama yang mendirikan madrasah, namun ia berjasa dalam mempopulerkan pendidikan madrasah bersamaan dengan reputasinya sebagai wazir. Di samping itu madrasah ini dianggap sebagai prototype pembangunan lembaga pendidikan tinggi sesudahnya (Charles Michael Stanton, 1994).
7 Ada beberapa motif didirikannya Madrasah Nizhamiyah oleh Nizham al- Muluk, di antaranya adalah; 1. Pendidikan; Sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa Nizham al- Muluk adalah seorang penguasa yang sangat peduli dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Ia menyadari bahwa aktivitas pendidikan di masjid kurang efektif karena masjid bukan merupakan tempat khusus pendidikan, tetapi tempat serba guna yang multi-fungsi. 2. Konflik antar-kelompok keagamaan; Karier politik Nizham al-mulk secara langsung berkaitan dengan kondisi politik pada masa itu yang ditandai dengan konflik antar-kelompok keagamaan dalam Islam, terutama antara kelompok Sunni dan Syi ah. Ketika kekhalifahan Abbasiyah melemah, kekuasaan atas sebagian besar wilayah khalifah Abbasiyah dipegang oleh Dinasti Buwaihi yang menganut aliran Syi ah Ismailiyah. Sementara itu di Mesir berdiri Daulah Fathimiyah yang juga beraliran Syi ah. Keduanya sangat berambisi untuk menanamkan aliran Syi ah di tengah-tengah masyarakat baik melalui propaganda maupun aktivitas pendidikan. Karena itu, ketika Bani Saljuk berhasil mengalahkan Bani Buwaihi mereka berkeinginan untuk menghidupkan kembali ajaran Sunni. Untuk kepentingan tersebut, didirikanlah madrasah-madrasah sebagai alat propaganda dan indoktrinasi ideologi di seluruh wilayah kekuasaan mereka. Tokoh yang paling berjasa dalam pendirian madrasah adalah perdana Menteri Nizham al-mulk. Untuk pertama kalinya ia mendirikan madrasah di Nisyapur untuk Syekh al- Juwaini. Kemudian ia mendirikan madrasah Nizhamiyah di Bagdad. Di madrasah inilah Syaikh Abu Ishaq al-syirazi memberi kuliah. Ia adalah pengarang kitab al-tanbih, kitab fikih bermazhab Syafi i. 3. Politik ; Sebagaimana kita ketahui bahwa persoalan politik di kalangan umat Islam sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran Islam, terutama di bidang teologi yang melahirkan beberapa aliran, seperti; Khawarij, Syi ah, Jabbariyah, Qadariyah, Muktazilah dan Ahlus Sunnah. Faktor politik juga mempunyai pengaruh yang sangat signifikan
8 terhadap perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Berkaitan dengan hal tersebut, diketahui bahwa Madrasah Nizhamiyah yang didirikan oleh perdana Menteri Nizham al-mulk juga tidak terlepas dari faktor politik. Hal ini dapat dilihat dari tujuan berdirinya madrasah itu sendiri. Menurut Maksum (1999), setidaknya ada tiga tujuan utama didirikan Madrasah Nizhamiyah, yaitu; (a). Menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syi ah, (b). Menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan penyebarannya ke tempat-tempat lain, (c). Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, terutama di bidang peradilan dan manajemen. Dari aspek muatan kurikulum, agaknya Madrasah Nizhamiyah lebih memusatkan pada kajian ilmu-ilmu agama, terutama bidang ilmu fikih. Dengan demikian, Madrasah Nizhamiyah mempunyai peran sangat signifikan, sekaligus berfungsi sebagai pusat pengajaran fikih, terutama mazhab Syafi i. Studi fikih diuraikan oleh seorang Syaikh dalam satu silabus yang disebut dengan ta liqah. Ta liqah berisi rincian materi pelajaran yang disusun berdasarkan catatan sewaktu menjadi mahasiswa, bacaan dan kesimpulan pribadi tentang topik yang terkait. Dari aspek tenaga kependidikan, Perdana Menteri Nizham al-mulk mempunyai peran penting dalam menetapkan jabatan dan personalia di Madrasah Nizhamiyah. Jabatan kependidikan ketika itu dibedakan menjadi; mudarris (staf pengajar yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran), wa idh (yang bertugas memberi ceramah umum di madrasah), mutawalli al-kutub (petugas perpustakaan), muqri (guru al-qur an) dan nahwi (guru gramatika bahasa Arab). Dalam menentukan personalia, terutama untuk jabatan mudarris, wa idh dan mutawalli al-kutub, Nizham al-muluk menggariskan bahwa mereka harus berasal dari penganut mazhab Syafi i, karena merekalah yang memiliki otoritas penuh dalam menetapkan arah dan kebijakan Madrasah Nizhamiyah. Dalam konteks ini, Charles Michael Stanton (1994), menuturkan bahwa; a. Nizhamiyah merupakan wakaf yang disediakan untuk kepentingan penganut mazhab Syafi i dalam fikih dan ushul fikih
9 b. Harta benda yang diwakafkan kepada Nizhamiyah adalah untuk kepentingan penganut mazhab Syafi i dalam fikih dan ushul fikih c. Pejabat-pejabat utama Nizhamiyah harus bermazhab Syafi i dalam fikih dan ushul fikih, termasuk mudarris, wa idz dan pustakawan d. Setiap staf menerima bagian tertentu dari penghasilan yang diperoleh dari harta wakaf Nizhamiyah. Uraian di atas menunjukkan adanya patronase penguasa yang sangat dominan terhadap perkembangan dan keberlangsungan Madrasah Nizhamiyah. Dukungan penuh dari Nizham al-mulk baik moril maupun materiil melapangkan jalan dan mempercepat laju perkembangan madrasah ini ke berbagai wilayah, dan yang lebih penting lagi adalah intensitas madrasah ini dalam mengembangkan dan melestarikan ajaran mazhab Syafi i dan teologi Asy ariyah. Politik aliran juga menjadi motif utama berdirinya Madrasah Al-Azhar oleh Dinasti Fathimiyah di Kairo, Mesir. Nama Al-Azhar dinisbatkan kepada gelar Fathimah az-zahra, puteri Rasulullah saw. dan istri Ali bin Abi Thalib. Madrasah yang merupakan pengembangan fungsi masjid Al-Azhar ini didirikan sebagai wahana penyebaran ajaran Syi ah Ismailiyah sekaligus diproyeksikan sebagai lambang kebesaran Dinasti Fathimiyah dalam rangka menyaingi popularitas Abbasiyah di Bagdad yang telah banyak mendirikan lembaga pendidikan (Armai Arief, 2004). Sebagai gerakan politik dan keagamaan, Fathimiyah menaruh perhatian khusus untuk menyebarkan ajaran Syi ah Ismailiyah melalui para kader muballig. Untuk kepentingan tersebut, pada masa pemerintahan al-aziz Billah masjid Al- Azhar ditingkatkan perannya bukan saja sebagai masjid, tetapi juga sebagai lembaga pendidikan yang terorganisasi di bawah kontrol khalifah. Selain itu Al- Azhar juga digunakan sebagai tempat pertemuan negarawan Fathimiyah dalam membicarakan masalah-masalah keagamaan. Dengan demikian Al-Azhar merupakan lembaga yang multi-fungsi, sebagai pusat kegiatan keagamaan sekaligus menjadi lembaga pendidikan (madrasah tinggi). Ekslusifisme Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan doktrin-doktrin Syi ah Ismailiyah nampak jelas dari larangan mempelajari mazhab
10 selain mazhab Syi ah. Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang dikenai sanksi dan dipenjara ketika diketahui bahwa yang bersangkutan menyimpan kitab koleksi hadis, al-muwattha karya monumental Imam Malik. Untuk memperkuat pengaruh mazhab Syi ah, atas izin Khalifah al-aziz Billah telah dibuka forum diskusi ilmiah yang menghadirkan para fukaha. Forum diskusi ini dipimpin langsung oleh Ya kub bin Kallis, seorang menteri pada masa al-aziz Billah, juga seorang ulama yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam membangkitkan pemikiran keagamaan di Mesir. Ia juga memiliki prestasi dalam studi fikih Syi ah Ismailiyah dan seorang ulama produktif yang telah menyusun beberapa kitab, seperti Kitab fi al-fiqih (kitab dalam ilmu fikih). Sikap responsif khalifah al-aziz Billah terhadap penyelenggaraan pendidikan di Al-Azhar menempatkannya sebagai guru besar pertama, sekaligus menandai peran Al-Azhar sebagai madrasah tinggi (ma had jami ) pertama di dunia Islam yang memiliki peran strategis sebagai pusat pengembangan intelektual dan perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan orientasi Al-Azhar terjadi ketika kekuasaan beralih dari Dinasti Fathimiyah ke Dinasti Ayyubi. Setelah berhasil mengambil-alih kekuasaan di Mesir dari Dinasti Fathimiyah pada tahun 567 H/1171 M, Shalahuddin al-ayyubi menetapkan kebijakan baru dengan mengembangkan paham Sunni yang sejatinya merupakan paham yang diikuti oleh mayoritas masyarakat Mesir. Untuk kepentingan tersebut, ia membekukan semua aktivitas Al-Azhar, baik dari kegiatan keagamaan maupun kegiatan pendidikan. Sebagai gantinya, ia mendirikan madrasah-madrasah yang dijadikan sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan mazhab Syafi i dan teologi Asy ariyah. Tindakan serupa dilakukan oleh para penggantinya dengan mendirikan beberapa madrasah di Mesir. Dinamika perkembangan Al-Azhar sebagai madrasah tinggi mulai nampak kembali setelah Dinasti Mamalik berhasil mengambil alih kekuasaan di Mesir dari Dinasti al-ayyubi. Atas inisiatif Sultan al-zahir Baybars, Al-Azhar dibuka kembali untuk aktivitas pendidikan maupun kegiatan keagamaan dan keilmuan. Sejak itu kegiatan belajar-mengajar dan diskusi-diskusi ilmiah tentang tafsir al- Qur an, hadis dan fikih berlangsung secara efektif. Banyak ulama dan ilmuwan Muslim dari berbagai penjuru dunia Islam yang datang ke Al-Azhar, sehingga
11 posisi Al-Azhar menjadi penting, semakin popular dan ramai dengan kegiatan ilmiah. Hanya saja kurikulum di Al-Azhar masih terkonsentrasi pada al-ulum aldiniyah, terutama mazhab Sunni yang menjadi mazhab resmi Negara. Kesimpulan Tercatat dalam sejarah bahwa segera setelah Rasulullah saw. wafat, persoalan pertama yang timbul dalam Islam adalah persoalan politik. Dari persoalan politik itu kemudian berkembangan menjadi persoalan teologi. Ini berarti bahwa yang mendorong perkembangan pemikiran dalam Islam adalah masalah politik. Latar belakang sejarah yang demikian itu ternyata sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Dengan kata lain, dominasi kepentingan politik telah menentukan bentuk pendidikan dan corak ilmu pengetahuan yang dikembangkan dan diajarkan di dalamnya. Dalam sejarah Islam, madrasah sebagai lembaga pendidikan sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abad ke-5 Hijriyah/11 Masehi. Kebanyakan penulis bersepakat bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan merupakan salah satu bentuk khas dari tradisi pendidikan dalam Islam terutama di kalangan kaum Sunni. Dalam rentang perjalanan sejarahnya yang panjang, madrasah dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam par-exellence dan menjadi tren di hampir semua wilayah kekuasaan Islam. Di samping itu, para pakar pendidikan Islam juga membuktikan bahwa madrasah pada masa Islam klasik merupakan manifestasi dari gerakan keagamaan yang saling berhadapan antara golongan Syi ah dan Sunni. Golongan Syi ah dipelopori oleh dua dinasti besar, yaitu Dinasti Fathimiyah yang menguasai Mesir dan Afrika Utara dan Dinasti Buwaihiyah yang menguasai Irak dan Iran. Kebangkitan Syi ah bukan semata mewujud dalam gerakan politik, tetapi juga merupakan gerakan ilmu pengetahuan melalui aktivitas pendidikan dengan mendirikan beberapa madrasah yang bertujuan mengajarkan dan mentransmisikan pemikiran keagamaan Syi ah serta mencetak kader-kader mubalig yang andal. Sementara golongan Sunni diwakili oleh dua dinasti besar, yaitu Bani Saljuk dan
12 Bani Ayyubiyah. Para penguasa Bani Saljuk dan Bani al-ayyubi berupaya membendung gerakan Syi ah dengan mendirikan beberapa madrasah. Dinasti Bani Saljuk yang terkenal memiliki komitmen berpegang teguh pada teologi Asy ariyah dan mazhab Syafi i mendirikan beberapa madrasah, seperti madrasah Nizhamiyah di Baghdad dan di kota-kota lain seperti Basrah, Mosul (Irak), Isfahan, Naisyapur, Merv, Balkh dan Herart (Iran), sementara Dinasti al-ayyubi mendirikan beberapa madrasah di Mesir, Baitul Maqdis, dan Damaskus. Madrasah-madrasah ini selain berfungsi sebagai pusat transmisi ilmu, juga pusat reproduksi ulama Sunni, dan bahkan menjadi pusat bagi kebangkitan doktrin Sunni. Sudah barang tentu, sejalan dengan perkembangan zaman dan perkembangan masyarakat, eksistensi madrasah di dunia Islam tidak lepas dari penyesuaian-penyesuaian baik dari sudut kelembagaan, metodologi, maupun kurikulum dan pengelolaannya. Bahan Bacaan Ahmad Syalabi, At-tarbiyah al-islamiyah, Nidhamuha, Falsafatuha wa Tarikhuha, Maktabah an-nahdlah al-mishriyah, Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Angkasa, Bandung, Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Logos, Jakarta, Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, terjamahan H. Afandi dan Hasan Asari, Logos, Jakarta, Majid Irsan Kailani, Tathawuru Mafhum an-nadhariyyah at-tarbawiyah al- Islamiyah, Maktabah Dart Turas, Madinah, Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Logos, Jakarta, Suwito, dkk., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Prenada Media, Jakarta, 2005.
`BAB I A. LATAR BELAKANG
`BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam
BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara
Lebih terperinciNO SK / KD INDIKATOR MATERI BOBOT 1 Menceritakan sejarah berdirinya Dinasty Al Ayyubiyah
KISI KISI SOAL UJIAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MATA PELAJARAN : SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS : VIII PENYUSUN : EKA UMAYANTI, S.Pd SEMESTER : 2 NO SK / KD INDIKATOR MATERI BOBOT 1 Menceritakan
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran
Lebih terperinciPENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT
PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (IPA/IPS/BHS) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Jumlah Soal : 50 Butir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekitar 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW di Madinah (622-632M);
Lebih terperinciMADRASAH NIZHAMIYAH; EKSISTENSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN AKTIVITAS ORTODOKSI SUNNI
MADRASAH NIZHAMIYAH; EKSISTENSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN AKTIVITAS ORTODOKSI SUNNI Raja Lottung Siregar Dosen STAI Tuanku Tambusai Pasir Pengaraian Abstrak Sebagaimana
Lebih terperinciSEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM. (Kasus Madrasah Nidham al-mulk) Oleh: Hasaruddin
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Hasaruddin Dosen Tetap pada Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar Abstract In the history of human life, there is always requires the progress and
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Jenis Madrasah : Madrasah Aliyah Bentuk Tes : Pilhan Ganda Program : Keagamaan Jumlah soal : 50 butir Mata Pelajaran
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-
Lebih terperinciKISI-KISI UJI AN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI UJI AN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Jenis Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Bentuk Tes : Pilhan Ganda Mata Pelajaran : SKI Jumlah soal : 50 butir Kurikulum
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu
Lebih terperinciPersatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq
Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah
Lebih terperinciAndik Wahyun Muqoyyidin 1
Aktualisasi Pendidikan Islam di dalam Institusi-Institusi Madrasah Terkemuka Abad Klasik Andik Wahyun Muqoyyidin 1 Abstracts Madrasa as an institution of Islamic education was an idea and a brilliant achievements
Lebih terperinciSEJARAH ISLAM AHMADIN
SEJARAH ISLAM AHMADIN RAYHAN INTERMEDIA 2013 i SEJARAH ISLAM Copyright Ahmadin Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Rayhan Intermedia Penerbit: RAYHAN INTERMEDIA Jl. Naja Dg. Nai Lr 4/8 Rappokalling
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab
BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren
Lebih terperinciSumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan
c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19
DAFTAR ISI Daftar Isi.. 5 Kata Pengantar... 7 Bab I Pendahuluan. 10 Bab II Pengertian Manhaj Salaf... 15 2.1. Ahlussunnah wal Jama ah.... 15 2.2. Salaf.. 19 Bab III Salafi dan Wahabisme.. 22 3.1. Sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,
Lebih terperinciKONTRIBUSI ULAMA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DARI MASA KE MASA. Muslimin *
KONTRIBUSI ULAMA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DARI MASA KE MASA Muslimin * Abstrak Ulama dalam perspektif pendidikan Islam dapat diartikan sebagai Professor (Syaikh), dosen, guru (Mudarris, mu addib). Peran
Lebih terperinciIMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH
IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Syari ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Jenis Madrasah : Madrasah Aliyah Bentuk Tes : Pilhan Ganda Program : Non Keagamaan Jumlah soal : 50 butir Mata Pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kiprah A. Hassan dalam upaya mencerdaskan umat Islam dapat dilihat dari karya-karyanya yang menambah khazanah ilmu pengetahuan. Usahanya mengeluarkan
Lebih terperinciBerderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia
BOOK REVIEW Berderma dan Sejarah Sosial Politik Islam Indonesia DOI 10.18196/AIIJIS.2015. 0052. 268-272 MUKHLIS RAHMANTO Dosen di Jurusan Muamalah (Ekonomi dan Perbankan Islam), Fakultas Agama Islam, Universitas
Lebih terperinciSejarah dan Perkembangan Wakaf. Written by Administrator Thursday, 27 December :03
Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah nabi SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan
Lebih terperinciMazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).
Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, tempat pergi, yaitu jalan
Lebih terperinciKemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M
Abad ke-13 Kemunduran Islam Akhir dari Abbasiyah Genghis Khan/Jengis Khan Mongolian Ratanya kota Bagdad Jatuhnya jazirah arab Mesir, Aint Jalut 1260 M Tentara Mamluk Sultan Baybar/Baybarus Kekalahan Hulaghukan(Mongol)
Lebih terperinciBEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2
BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2 Pendahulun Buku yang dibahas sekarang adalah tulisan yang dihasilkan melalui proses yang cukup panjang. Terbitnya buku ini diawali
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan atau paedagogi berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar
Lebih terperinciStandar Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami Sejarah Peradaban Islam sebagai perspektif dalam Studi Islam
SILABUS Mata Kuliah : SEJARAH PERADABAN ISLAM Bobot/Smtr : 2 sks/smt 1 Prasyarat MK :- Prodi : PBA Fakultas : Tarbiyah Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami sebagai perspektif dalam Studi No Kompetensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin
Lebih terperincitidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani Kata Utsmaniyah diambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman ibn Erthogrul ibn Sulaiman Syah. Para pendiri Daulah Utsmaniyah ini berasal dari suku
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM Satuan Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran: Sejarah Kebudayaan Islam Kelas : VII (tujuh) Ganjil Kompetensi Inti : (K1) (K2) (K3) (K4) : Menghargai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan masalah kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan zaman. Berbagai masalah muncul dari berbagai sudut
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM
Modul ke: 04 Pendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM Fakultas Teknik Elektro Alimudin, S.Pd.I, M.Si Program Studi Pendidikan Agama Islam www.mercubuana.ac.id PENGANTAR Peradaban yang dibangun oleh
Lebih terperinciPELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di
PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada uraian ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah yaitu: 1. Menjelang berdirinya UNIVA
Lebih terperinciMASJID SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN ISLAM MASA KLASIK. Oleh: Fathurrahman*
MASJID SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN ISLAM MASA KLASIK Oleh: Fathurrahman* Abstrak Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan islam sejak masa klasik hingga masa modern tidak dapat dilepaskan dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu kedatangannya pada awal abad ke - 7 Masehi. Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDINAMIKA POLITIK ISLAM SEMENANJUNG ARAB M (Pengaruh Berdirinya Kerajaan Arab Saudi Modern Terhadap Praktik Keagamaan di Tanah Suci)
125 DINAMIKA POLITIK ISLAM SEMENANJUNG ARAB 1800-1930 M (Pengaruh Berdirinya Kerajaan Arab Saudi Modern Terhadap Praktik Keagamaan di Tanah Suci) Ihwan Agustono I Kajian tentang politik dan sosial keagamaan
Lebih terperinciMuhammad Solihin STIT Agus Salim Metro
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM KLASIK Muhammad Solihin STIT Agus Salim Metro Pendahuluan Pendidikan Islam telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah Islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Lebih terperinciMembahas Kitab Tafsir
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas
Lebih terperinciPERADABAN DALAM ISLAM
PERADABAN DALAM ISLAM MUHAMMAD BAGIR MTI 5/24/2016 1 KELAHIRAN ISLAM Islam lahir pada awal abad ke-7m, menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara dan Spanyol pada akhir abad itu juga. Agama Islam dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB II. Daulah Bani Abbasiyah, bahkan kota ini dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
20 BAB II MADRASAH NI YAH DI BAGHDAD A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA MADRASAH NI YAH Pada abad ke V H/ 11 M kota Baghdad merupakan wilayah kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah, bahkan kota ini dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal abad ke-7 M kawasan Asia Barat Daya terbagi menjadi 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-7 M kawasan Asia Barat Daya terbagi menjadi 2 lingkungan kekuasaan besar, yaitu bagian timur dikuasai oleh kerajaan Persia Baru (Sasanidia)
Lebih terperinciMendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan
Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada
Lebih terperinciA. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep
BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran
Lebih terperinciBAHAN AJAR PERADILAN AGAMA BAB I PENGANTAR
BAHAN AJAR PERADILAN AGAMA BAB I PENGANTAR A. Deskripsi Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama merupakan matakuliah wajib fakultas yang diberikan kepada mahasiswa pada semeter VI, setelah mahasiswa menempuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Problematika Umat Disebabkan Penurunan Kualitas Pendidikan Islam Problematika umat manusia dewasa ini telah menjalar ke setiap lini kehidupan. Dari aspek moral
Lebih terperinciKerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam
Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Istilah addin al-islam Tercantum dalam Al-Qur an Surat al-maaidah (5) ayat 3, mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal, hubungan manusia
Lebih terperinciPersatuan Dalam al-quran dan Sunnah
Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal
Lebih terperinciyang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan
I Sunni atau Ahl al-sunnah Wa al- Jama ah atau terkadang juga dikenal dengan sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad SAW, di samping berdasar pada Al Qur an sebagai sumber
Lebih terperinciPendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M
M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan
Lebih terperinciDhiaul Huda. Sejarah Pendirian
Dhiaul Huda Sejarah Pendirian Dayah Pendidikan Islam Dhiaul Huda Gampong Keude Tambue Kecamatan Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen bermula dari mendidik anak-anak sendiri di rumah mulai tahun 1970, sesudah
Lebih terperinciMADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Dr. Hamlan Hi. AB. Andi Malla Abstrak adrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di MIndonesia telah mengalami proses transformasi dari lembaga pendidikan tradisional
Lebih terperinciMadrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Kata Kunci: Madrasah, Sistem dan Pendidikan Nasional
MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Dr. Hamlan Hi. AB. Andi Malla Abstrak adrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di MIndonesia telah mengalami proses transformasi dari lembaga pendidikan tradisional
Lebih terperinciSilabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara
SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015 Mata Kuliah : Sejarah Dakwah Kode MK : KPIU 14111 Bobot / Semester : 2 sks / II Standar Kompetensi
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester Kompetensi Inti : KI-1 KI-2 KI-3 KI-4 : Madrasah Tsanawiyah : Sejarah Kebudayaan Islam : VIII : Ganjil : Menghargai dan menghayati ajaran
Lebih terperinciOleh: ENCEP SUPRIATNA
Pemikiran Tasawuf (Mistisme) Dalam Dunia Islam Serta Kemunculan Aliran-Aliran Tarekat (Studi Kasus Pemikiran Tasawuf Hamzah Fansuri) Oleh: ENCEP SUPRIATNA Pengertian dan Asal Usul Tasawuf Pandangan ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan
Lebih terperinciPENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah maka mereka pun terjatuh dalam penyimpanganpenyimpangan dalam prinsip agama. Di antara penyimpangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran mu tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum
Lebih terperinciBelajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan
Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan Senin, 05-06-2017 Ibnu Hajar al-asqalani (852 H) mendefinisikan ilmu hadis sebagai, Ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan hadis dan perawinya (al-nukat
Lebih terperinciKritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5
Kritik Terhadap Ajaran Mu tazilah 3 4 5 Guna memenuhi tugas Mata kuliah : Tauhid Dosen pengampu : Bpk. Ghofir Romas Yang disusun oleh : 1. Halimatussa diyah ( 1601016073 ) 2. Laili Ristiani ( 1601016074
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal sebagai berikut: 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah sistem demokrasi, rakyat adalah sumber hukum dan hukum pada gilirannya berfungsi menjamin perlindungan
Lebih terperinciPENAKLUKAN PADA MASA AWAL KEKUASAAN ISLAM
PENAKLUKAN PADA MASA AWAL KEKUASAAN ISLAM Penulisan sejarah ditentukan oleh tiga faktor penting yang sangat menentukan bobot kajian sejarah, yaitu materi, metodologi dan interpretasi, karena ketiganya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah sebuah konsekuensi dari pemerintahan yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pemilihan umum di Indonesia dilangsungkan selama
Lebih terperinciSOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI
141 LAMPIRAN XII SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hingga Daulah Abbasiyah Nama : Waktu : 2x 45 menit Kelas : Semester : II (Genap) Mulailah bekerja dengan membaca basmallah!
Lebih terperinciPENDIDIKAN ISLAM KLASIK (Telaah Sosio-Historis Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Masa Awal Sampai Masa Pertengahan)
PENDIDIKAN ISLAM KLASIK (Telaah Sosio-Historis Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Masa Awal Sampai Masa Pertengahan) Mohammad Muchlis Solichin Abstrak: Pendidikan Islam secara historis dimulai pada
Lebih terperinciTRANSFORMASI TRADISI KEILMUAN DALAM ISLAM: MELACAK AKAR KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM
TRANSFORMASI TRADISI KEILMUAN DALAM ISLAM: MELACAK AKAR KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM Saepudin Mashuri Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Datokarama Palu Abstract This article deals
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Jumlah Soal : 50 Butir Kurikulum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Ilmu Jumlah Soal : 50 Butir Kurikulum acuan :
Lebih terperinciPENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.
SEJARAH ISLAM APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH? APA BEDA SEJARAH DENGAN DONGENG DAN KRONIK? APA ARTI KEBUDAYAAN DAN PERADABAN? APA YANG DIMAKSUD DENGAN SEJARAH KEBUDAYAAN DAN SEJARAH PERADABAN ISLAM? APA
Lebih terperinciULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI
ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI 1. Khulafaurrasyidin yang terakhir adalah a. Abu kabar as Siddiq b. Umar bin khatab c. Ali bin abi thalib d. Abdurrahman bi auf e. Usman bin affan 2. Daulah
Lebih terperinciBAB II BIOGRAFI TOKOH. bin Muhammad bin Ahmad at-thusi as-syafi i, dan lebih dikenal dengan nama Al-
15 BAB II BIOGRAFI TOKOH A. AL-GHAZALI Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad at-thusi as-syafi i, dan lebih dikenal dengan nama Al- Ghazali. Dia seorang
Lebih terperinciBAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah
BAB IV ANALISIS MAKNA DUKHA>N ANTARA AL-RA>ZI> DAN T}ANT}A>WI> JAWHARI> A. Analisis Makna Dukha>n Perspektif al-ra>zi> Al-Ra>zi> adalah seorang ulama yang memiliki pengaruh besar, baik di kalangan penguasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan
Lebih terperinciUNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA FAKULTAS AGAMA ISLAM SILABUS
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA FAKULTAS AGAMA ISLAM SILABUS 1. Mata Kuliah / Kode : Sejarah Peradaban Islam (SPI) / INS 210 2. Jumlah SKS : 3 SKS 3. Jurusan / Program Studi : Tarbiyah / Pendidikan Agama
Lebih terperinciSumbangan Wakaf pada Peradaban Islam (1) Monday, 23 October :01
Seorang pakar sejarah kenamaan Khalil Syahin Azh-Zhahir mengemukakan bahwa ia pernah berkunjung ke salah satu rumah sakit di Damaskus tahun 831 H/1427 M. Ia belum pernah melihat rumah sakit wakaf semegah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan
Lebih terperinciJABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA
TADZKIROH DEWAN SYARIAH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NOMOR: 08/TK/K/DSP-PKS/II/1430 TENTANG JABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA ( ) Memasuki era mihwar muassasi, interaksi dan komunikasi kader, anggota
Lebih terperinciMaulid (1) ) menceritakan bahwa tradisi maulid dimulai oleh. Fiqh as-shalawat wa al-mada ih an-nabawiyyah (2011:
Maulid (1) 1 Sebagai sebuah tradisi dan budaya, Maulid Nabi adalah inovasi kreatif yang baik (bid ah hasanah). Maulid Nabi bukanlah improvisasi ritual yang tercela (bid ah sayyi ah). Hal ini bisa dirunut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS METODE DAKWAH PONDOK PESANTREN SYAIKH JAMILURRAHMAN AS-SALAFY
BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH PONDOK PESANTREN SYAIKH JAMILURRAHMAN AS-SALAFY Metode merupakan suatu hal penting yang harus ada di dalam suatu pelaksanaan kegiatan untuk memberikan kemudahan dan keserasian
Lebih terperinciBAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33
59 BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 A. Kualitas Mufasir at-thabari Ditinjau dari latar pendidikannya dalam konteks tafsir al-qur an, penulis menilai bahwa at-thabari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar
Lebih terperinciBAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
BAB XIII KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan Salah satu referensi yang bisa menjadi acuan untuk mengetahui hakikat kebudayaan adalah ungkapan pelopor antropologi modern, Edward B Tylor sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat
BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan yang diberikan kepada anak sebagaimana yang dikonsepkan melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat sebuah metode yang disebut
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Prg Keagamaan) Bentuk Sal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran
Lebih terperinci