BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesaria, indikasi dilakukan bedah sesar, jenis-jenis seksio sesaria, perawatan post

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesaria, indikasi dilakukan bedah sesar, jenis-jenis seksio sesaria, perawatan post"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Seksio Sesaria Pada konsep dasar seksio sesaria akan diuraikan tentang pengertian seksio sesaria, indikasi dilakukan bedah sesar, jenis-jenis seksio sesaria, perawatan post seksio sesaria, komplikasi post seksio sesaria, dan masalah yang dialami ibu post seksio sesaria Pengertian Seksio Sesaria Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim yang utuh dengan indikasi tertentu untuk melahirkan janin dengan berat diatas 500 gram. Mochtar (1998) mendefinisikan seksio sesaria sebagai suatu proses persalinan dengan membuat sayatan pada dinding depan perut (histerotomy) untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim. Dalam kamus Dorland (2002) seksio sesaria merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa seksio sesaria merupakan kelahiran melalui sayatan pada abdomen dan uterus dengan indikasi tertentu untuk melahirkan janin dengan berat > 500gram. 8

2 Indikasi Seksio Sesaria Tindakan pembedahan seksio sesaria dilakukan untuk keselamatan ibu dan janin selama persalinan berlangsung. Indikasi pembedahan seksio sesaria terdiri dari dua faktor, yaitu faktor janin dan faktor ibu (Kasdu, 2003) seperti : 1) Faktor Janin a) Bayi besar (makrosomia) Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih dapat menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir b) Kelainan letak bayi, seperti : letak sungsang, letak melintang, presentasi dahi dan muka c) Ancaman gawat janin (fetal distress) d) Kelainan tali pusat seperti : prolapsus tali pusat dan terlilit tali pusat e) Kelainan plasenta seperti : plasenta previa, solusio plasenta dan plasenta akreta f) Janin abnormal, misalnya kerusakan genetik dan hidrosephalus 2) Faktor ibu a) Usia b) Tulang Panggul c) Persalinan sebelumnya dengan operasi d) Faktor hambatan jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir dan tali pusat pendek e) Ketuban pecah dini

3 10 Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan, karena robeknya kantung ketuban membuat air ketuban merembes ke luar sehingga air ketuban berkurang atau habis f) Kelainan kontraksi rahim Kontraksi rahim yang lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim menyebabkan jalan kelahiran janin tidak dapat melebar selama proses persalinan, sehingga kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar. g) Preeklamsia dan hipertensi Jenis-jenis Seksio Sesaria Adapun jenis-jenis arah sayatan seksio sesaria dibagi menjadi dua antara lain : 1) Seksio sesaria transperitonealis a) Seksio sesaria klasik (korporal) Tindakan ini dilakukan dengan cara membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm (Mochtar, 1998). b) Seksio sesaria profunda Seksio sesaria profunda (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Sarwono, 2008). Tindakan ini dilakukan dengan cara membuat sayatan melintang pada segmen bawah rahim (SBR) kira-kira sepanjang 10 cm (Mochtar, 1998). Hampir 99% dari seluruh kasus seksio sesaria memilih teknik ini

4 11 karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. 2) Seksio sesaria ekstraperitonealis Seksio sesaria tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal (Mochtar, 1998). Menurut Manuaba (1999) tindakan ini dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah Perawatan post Seksio Sesaria Setelah selesai operasi, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Adapun Clinical Pathway Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar post seksio sesaria di Ruang Bakung Timur antara lain : a. Monitoring vital sign dan perdarahan jam post operasi dan tiap satu jam setelah keluar dari Recovery Room (RR) dalam dua jam. b. Puasa selama enam jam post operasi, kemudian setelah puasa akan diberikan nutrisi berupa bubur. c. Mobilisasi yang dilakukan pasien akan dibantu sampai mampu melakukan mobilisasi tanpa bantuan. d. Pada hari ketiga akan dilakukan pemeriksaan vital sign sebanyak dua kali dalam sehari, stop intra venous, aff douwer kateter dan melakukan monitoring penyembuhan luka serta perdarahan pervaginam. e. Pemberian terapi farmakologis

5 12 Terapi farmakologis yang diperoleh adalah IVFD, ampicilin injeksi 3x1 gram, alinamin F injeksi 3x1 ampul dan Vitamin C injeksi 2x1 ampul. Kemudian pada hari ketiga akan diberikan amoxicilin oral 3x500mg, asam mefenamat 3x1 dan SF 2x1. Pemberian terapi ini sesuai dengan indikasi pasien. f. Rencana pulang pada hari 2-3 post operasi Selain itu, adapun prinsip perawatan post operasi menurut Sarwono (2008) adalah : 1) Perawatan Awal a) Pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 15 menit selama jam pertama dan tiap 30 menit untuk jam selanjutnya b) Pemantauan tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai pasien sadar c) Memantau kontraksi uterus d) Analgesik Analgesik diberikan sesudah pembedahan dan pemberian pengobatan sesuai program dokter. Pasien dapat keruangan apabila pasien telah sadar, perdarahan berkurang, tekanan darah stabil, dan urin >30cc/jam. 2) Perawatan lanjutan a) Pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 4 jam, kontraksi uterus dan memantau perdarahan. b) Perawatan Luka Penutupan luka berfungsi sebagai pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan. (Hakimi, 2010). Berdasarkan SOP di Ruang Bakung Timur RSUP

6 13 Sanglah Denpasar, perawatan luka dilakukan pada hari ketiga ketika pasien diperbolehkan untuk pulang. c) Ambulasi dini dan Mobilisasi Pasca Seksio Sesaria Pasien dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya secara perlahan, kemudian dapat duduk pada 8-12 jam (Sarwono, 2008). Namun sesuai perkembangan SOP di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah pasien diperbolehkan miring kanan-miring kiri enam jam post operasi. Ambulasi dini bertujuan untuk mempercepat involusi uterus dan mengurangi kejadian trombosis. Selama latihan ambulasi dini, adanya periode istirahat sangat penting (Benson dan Pernoll, 2008). d) Diet Diet segera diberikan ketika pasien merasa lapar dan bebas dari pengaruh analgesik, dan anestetika. Selama perawatan dianjurkan untuk makan makanan yang berprotein tinggi, buah-buahan dan sayuran (Benson dan Pernoll, 2008). e) Perawatan kandung kemih f) Waktu pemulangan Konsensus medis menganjurkan rawat inap hingga 48 jam setelah persalinan pervaginam tanpa komplikasi dan 96 jam setelah persalinan sesar tanpa komplikasi (Leveno,dkk, 2009). Pasien diminta datang untuk kontrol setelah tujuh hari pasien pulang dan memberitahu pasien segera datang bila tedapat perdarahan, demam, dan nyeri perut berlebihan (Sarwono, 2008).

7 Komplikasi Seksio Sesaria Komplikasi yang dapat mempengaruhi derajat nyeri menurut Mochtar (1998) adalah : 1) Infeksi puerperal merupakan keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas. Infeksi puerperal diklasifikasikan menjadi tiga kategori antara lain : a) Infeksi puerperal ringan ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari saja b) Infeksi puerperal sedang ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. c) Infeksi puerperal berat ditandai dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik, hal ini sering dijumpai pada partus terhambat, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intraportal karena ketuban yang telah lama. 2) Perdarahan yang terjadi disebabkan oleh : a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka b) Atonia uteri c) Perdarahan pada placental bed. 3) Luka kandung kemih 4) Ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang Selain penjelasan diatas, ada beberapa resiko lain yang mungkin dialami oleh wanita yang melakukan proses persalinan dengan operasi meliputi keloid, demam, alergi dan mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI) (Kasdu, 2003)

8 Masalah yang dialami ibu post Seksio Sesaria Masa nifas (peurperium) adalah periode penyesuaian pasca kehamilan yang memungkinkan ibu untuk menyusui dan tubuh ibu dapat kembali ke keadaan sebelum kehamilan, dimana masa ini berlangsung enam minggu setelah melahirkan (Benson dan Pernoll, 2008). Terjadi beberapa perubahan fisiologis pada ibu nifas, antara lain : 1) Involusi Uterus Uterus mulai mengecil setelah dua hari pertama sehingga dalam waktu dua minggu uterus akan turun ke dalam rongga panggul. Ukuran uterus akan kembali normal seperti pra kehamilan dalam waktu sekitar empat minggu (Leveno,dkk, 2009). 2) Lokia Pada awal masa nifas terjadi peluruhan jaringan desidua yang menyebabkan pengeluaran lokia dengan jumlah yang bervariasi. Selama beberapa hari pertama setelah persalinan lokia berwarna merah (lokia rubra). Secara normal, lokia akan berubah warna menjadi semakin pucat (lokia serosa) setelah hari ketiga atau keempat. Lokia akan tampak berwarna putih bening pada hari ke-10 atau sampai hari ke-14 (lokia alba) (Leveno,dkk, 2009). 3) Masalah fisik yang dialami ibu post seksio sesaria antara lain : a. Nyeri Nyeri post seksio sesaria timbul karena terjadinya involusi, kontraksi, pengerutan rahim dan adanya kerusakan jaringan akibat proses pembedahan. Nyeri post operasi termasuk kategori nyeri akut, jika tidak di atasi secara adekuat

9 16 dapat menimbulkan ketidaknyamanan, keterbatasan dalam mobilisasi, dan menghambat pemulihan (Brunner dan Suddarth, 2002). Selain itu nyeri yang tidak diatasi juga menghambat proses laktasi. b. Perdarahan terjadi apabila rahim tidak mengalami kontraksi selama proses persalinan Konsep Dasar Nyeri Pada konsep dasar nyeri akan diuraikan tentang pengertian nyeri, klasifikasi nyeri, fisiologi nyeri, karakteristik nyeri, faktor yang mempengaruhi respon nyeri dan intensitas nyeri Pengertian Nyeri Secara umum nyeri adalah suatau perasaan yang tidak nyaman. Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri ringan maupun nyeri berat yang disebabkan oleh stimulus yang bersifat fisik maupun mental. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif seperti menggunakan pemeriksaan darah (Potter dan Perry, 2005). Guyton dan Hall (1995) mendefinisikan nyeri sebagai mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul apabila mengalami kerusakan jaringan sehingga individu ingin menghilangkan rangsangan nyeri tersebut. Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (dalam buku Brunner dan Suddarth, 2002) nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Dampak yang terjadi akibat nyeri yang dirasakan klien berpengaruh terhadap pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari misalnya pola

10 17 tidur menjadi terganggu dan keterbatasan dalam mobilisasi (Potter dan Perry, 2005). Nyeri yang tidak reda setelah diberikan pengobatan dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik (Yeager dkk, 1987; Benedetti dkk, 1984 dalam Brunner dan Suddarth, 2002). Berdasarkan beberapa definisi dapat disimpulkan nyeri post seksio sesaria adalah rasa nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan akibat dari kerusakan jaringan sebagai mekanisme proteksi bagi tubuh dan mempengaruhi beberapa sistem organ dalam tubuh. Bentuk nyeri pada post seksio sesaria adalah nyeri akut yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan karena insisi pada saat pembedahan dengan karakteristik nyeri seperti awitannya mendadak dengan sebab dan daerah nyerinya dapat diketahui, intensitas ringan sampai berat, durasinya singkat mulai dari beberapa detik sampai enam bulan (Smeltzer dan Bare, 2002) Klasifikasi Nyeri Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut datang secara tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut berlangsung beberapa detik hingga enam bulan yang awitannya muncul secara mendadak dengan sebab dan daerah nyerinya dapat diketahui (Smeltzer dan Bare, 2002). Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri yang terjadi secara terus-menerus atau intermiten yang menetap sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis akan berlangsung dalam durasi lama (enam bulan atau lebih). Nyeri kronis bersifat dalam, tumpul, dan diikuti berbagai macam gangguan yang terjadi

11 18 secara lambat dan akan meningkat secara perlahan setelah detik pertama sampai beberapa detik atau menit (Tailor, 1993). Nyeri kronis dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan seperti menimbulkan distres, menggangu fungsi fisik, sosial, dan emosional (Dodd et al, 2001; Benedetti et al, 2000 dalam Price dan Wilson, 2006) Mekanisme nyeri post operasi Nyeri post operasi akan meningkatkan stres post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Menurut Potter dan Perry (2005), munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor. Reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang hanya berespon pada stimulus yang kuat secara potensial merusak jaringan (Smeltzer dan Bare, 2002). Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik atau kimiawi yang dapat menimbulkan nyeri (Price dan Wilson, 2006). Antara kerusakan jaringan (sumber rangsang nyeri) sampai dirasakan sebagai persepsi terdapat suatu proses elektrofisiologis yang disebut nociceptive. Proses awal yang terjadi pada nociceptive adalah proses transduksi nyeri, yang merupakan proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aliran listrik di reseptor nyeri. Rangsangan ini dapat berupa rangsang fisik, tekanan, suhu dan kimia. Proses selanjutnya adalah proses transmisi nyeri, yang merupakan penyaluran hasil isyarat listrik yang terjadi pada proses transduksi melalui saraf A delta bermielin dari perifer ke medula spinalis, kemudian isyarat

12 19 nyeri tersebut melalui medulasi sebelum diteruskan ke thalamus melalui traktus spinotalamikus yang selanjutnya disalurkan ke daerah somatosensorik di kortek serebri dimana isyarat tersebut diterjemahkan. Dilanjutkan dengan proses modulasi nyeri, dimana pada proses ini melibatkan aktivitas saraf melalui jalurjalur saraf desenden dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri yang masuk di medula spinalis yang sampai ke SSP sebagai nyeri. Modulasi juga melibatkan beberapa faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Pada proses modulasi inilah yang menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subjektif bagi setiap individu. Kemudian dilanjutkan dengan proses persepsi nyeri yang merupakan hasil akhir proses interaksi yang kompleks dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang diterjemahkan oleh daerah somatosensorik kortek serebri yang menghasilkan suatu perasaan subjektif sebagai persepsi nyeri (Price dan Wilson, 2006). Nyeri post operasi terjadi akibat kerusakan jaringan yang merangsang nociceptor pada lokasi operasi yang mengaktifkan proyeksi impuls saraf ke otak dan sebagai akibatnya muncul sensasi nyeri (Donovan, 1990 dalam Roykulcharoen, 2003). Rangsangan nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanik yang berasal dari daerah luka setelah dilakukan insisi akan merangsang pengeluaran mediator-mediator kimia dari nyeri seperti substansi P, arakidonat kaskade metabolit (prostaglandin, leukotrien), histamin, serotonin, dan bradikinin. Mediator-mediator kimia ini yang dapat meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Rangsangan nyeri berjalan di sepanjang saraf spinal ke bagian akar dorsal dan masuk ke medula spinalis menuju ke otak.

13 20 Jaringan serabut saraf aferen akan berakhir pada saraf-saraf di kornu dorsalis (Guyton dan Hall, 1996). Selain zat yang mampu merangsang kepekaan nyeri, tubuh juga memiliki zat yang mampu menghambat nyeri seperti endorfin dan enkefalin yang mampu meredakan nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002) Karakteristik Nyeri Pengkajian nyeri melalui deskripsi verbal merupakan penilaian terbaik. Yang termasuk dari karakteristik nyeri meliputi letak atau lokasi, durasi (menit, jam, hari, bulan), irama (misalnya : terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas nyeri (misalnya : nyeri seperti tertusuk, seperti terbakar, seperti digencet, tumpul, berdenyut, dan perih) (Smeltzer dan Bare, 2002). Pengkajian nyeri juga dapat dilihat dari hasil observasi fisik. Pasien dengan nyeri akut ditandai dengan terjadinya perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi dan perubahan tekanan darah yang awalnya meningkat lalu menurun (Ignatavicius dan Workman, 2006 dalam Sanjiwani, 2010) Faktor yang mempengaruhi respon nyeri Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, dimana banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu antara lain : 1. Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Anak yang masih kecil akan mengalami kesulitan untuk

14 21 memahami nyeri yang dirasakan, terutama anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak akan kesulitan dalam mendeskripsikan sesuatu yang dialami secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Sedangkan pada orang dewasa terkadang melaporkan nyeri jika sudah muncul gejala patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2006). 2. Pengalaman masa lalu dengan nyeri Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri yang pernah dirasakan sebelumnya. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu membuat individu memiliki respon yang lebih baik terhadap nyeri pada masa mendatang. Namun demikian, kemungkinan yang terjadi ketika individu mengalami nyeri di masa mendatang, yaitu individu akan lebih siap untuk melakukan berbagai tindakan yang diperlukan dalam mengatasi nyeri atau sebaliknya individu akan mengalami kecemasan (ansietas) bahkan rasa takut ketika mengalami nyeri di masa mendatang (Potter dan Perry, 2005) 3. Jenis Kelamin Secara umum, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam berespon terhadap nyeri (Gil, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005). Namun, masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan suatu faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin, misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.

15 22 4. Keletihan Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur akan semakin meningkatkan rasa nyeri klien. Nyeri akan berkurang ketika individu dapat tidur dengan lelap (Potter dan Perry, 2005) 5. Ansietas Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri dan sebaliknya nyeri yang dirasakan oleh klien dapat menimbulkan kecemasan (Potter dan Perry, 2005) 6. Dukungan Keluarga dan Sosial Faktor lain yang juga mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang terdekat klien. Individu yang sedang mengalami nyeri sering bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan atau perlindungan. Sehingga kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang sedang mengalami nyeri (Potter dan Perry, 2005) 7. Pola Koping Pola koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri. Sumbersumber dari pola koping seperti berkomunikasi dengan keluarga dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk memberikan dukungan kepada klien (Potter dan Perry, 2005) 8. Efek plasebo Efek plasebo merupakan respon fisiologis terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan dengan harapan akan memberikan hasil bukan karena pengobatan tersebut benar-benar bekerja. Efek plasebo timbul dari

16 23 produksi endorfin yang mampu menurunkan intensitas nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002) Intensitas Nyeri A. Pengertian Intensitas Nyeri Menurut Potter dan Perry (2005) intensitas nyeri merupakan tingkat keparahan nyeri. Intensitas nyeri diartikan juga sebagai gambaran seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu (Tamsuri, 2006). Dari dua penjelasan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa intensitas nyeri merupakan tingkat keparahan nyeri yang dirasakan oleh individu. B. Pengukuran Intensitas Nyeri Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan seseorang dan untuk mengatahui apakah suatu tindakan yang diberikan mempengaruhi intensitas nyeri, maka perlu adanya suatu alat ukur. Adapun beberapa alat ukur yang digunakan dalam pengukuran tingkat nyeri, seperti yang terlihat pada gambar berikut :

17 24 Gambar 1. Visual Descriptive Scale (VDS, Numeric Rating Scale (NRS) dan Visual analogue scale (VAS) Visual deskriptif scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga samapi lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis (Potter dan Perry, 2005). Sedangkan Numeric rating scale (NRS) digunakan untuk menilai intensitas atau derajat keparahan nyeri dan memberi kesempatan kepada klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri yang dirasakan menggunakan angka yang dimulai dari skala 0 sampai 10. Klien diminta untuk menunjukkan angka sesuai dengan keberadaan tingkat nyeri yang dirasakan (Potter dan Perry, 2005), dan Visual analogue scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri dan memiliki alat keterangan verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi kebebasan klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS merupakan pengukur intensitas nyeri yang lebih sensitif,

18 25 karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter dan Perry, 2005) Skala ini menggunakan angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Pasien diminta untuk menunjuk titik yang terdapat disepanjang garis yang akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan. Pada bagian ujung kiri menandakan tidak ada nyeri atau tidak nyeri, sedangkan pada bagian ujung kanan menandakan nyeri yang dirasakan berat. (Smeltzer dan Bare, 2002). Gambar 2. Face Pain Rating Scale Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah. Pengukuran skala nyeri menggunakan Face Pain Rating Scale terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah mulai dari wajah yang tersenyum untuk tidak ada nyeri, kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih hingga wajah yang menangis untuk nyeri berat (Potter dan Perry, 2005)

19 26 Untuk mengetahui pengukuran intensitas nyeri secara objektif, dapat menggunakan skala Bourbanis yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Pengukuran Skala Bourbanis Pengukuran Keterangan 0 Klien mengatakan tidak merasakan nyeri 1-3 Nyeri ringan, klien dapat berkomunikasi dengan baik 4-6 Nyeri sedang, klien tampak mendesis, menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan nyeri, mampu mengikuti perintah dengan baik, dan responsif 7-9 Nyeri berat, tampak klien mulai apatis, mengacuhkan perintah tapi masih memberi respon terhadap tindakan, mampu menunjukkan lokasi nyeri, sudah tidak mampu mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas dalam maupun distraksi lainnya. 10 Nyeri sangat berat, klien tampak tidak mau berkomunikasi dengan baik, berteriak, dan histeris, klien tidak dapat mengikuti perintah lagi, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai, dan tidak dapat menunjukkan lokasi nyeri Penatalaksanaan Nyeri Menurut Potter dan Perry (2005), pentalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua, yaitu : penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dan non farmakologis. 1) Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis Metode farmakologi secara umum yang diberikan sebagai penatalaksanaan nyeri adalah pemberian analgesik. Obat-obatan tersebut terdiri dari analgesik nonnarkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik, dan tambahan (Potter dan Perry, 2005). Terapi farmakologis yang diberikan pada nyeri post operasi ringan sampai sedang adalah NSAID. Mekanisme kerja NSAID tidak diketahui pasti, namun NSAID diyakini bekerja menghambat sintesis prostaglandin dan menghambat respon selular selama inflamasi. Sebagian besar NSAID bekerja pada reseptor saraf perifer untuk mengurangi transmisi dan

20 27 resepsi stimulasi nyeri (McKenry dan Saleno, 1995 dikutip dari Potter dan Perry, 2005). Tabel 2. Analgesik dan Indikasi (Potter dan Perry, 2005) ANALGESIK DAN INDIKASI TERAPI KATEGORI OBAT Analgesik Non Narkotik : Asetaminofen (Tylenol) Asam asetilsalisilat (Aspirin) NSAID : Ibuprofen (motrin, Nuprin) Naproksen (Naprosyn) Indometasin (Indocin) Tolmetin (Tolectin) Piroksikam(Feldene) Ketorolak (Toradol) Analgesik Narkotik : Meperidin (Demetrol) Metilmorfin (Kodein) Morfin sulfat Fentanil (Sublimaze) Butofanol (Stadol) Hidromorfon HCL (Dilaudid) Adjuvan : Amitriptilin (Elavil) Hidroksin (Vistral) Klorpromazin (Thorazine) Diazepam (Valium) INDIKASI Nyeri pasca operasi ringan Demam Nyeri haid Nyeri kepala vaskuler Artritis reumatoid Cedera jaringan lunak Gout Nyeri pasca opersi dan nyeri traumatik berat Nyeri kanker Infark Miokard Cemas Depresi Mual Muntah 2) Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologis Ada beberapa tindakan nonfarmakologis yang dapat dilakukan perawat untuk penanganan nyeri. Bentuk-bentuk penanganan nyeri non farmakologis, meliputi :

21 28 a) Stimulasi dan masase kutaneus Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot (Smeltzer dan Bare, 2002). b) Terapi panas Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Smeltzer dan Bare, 2002). c) Stimulasi Syaraf Elektris Transkutan (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulating/TENS) Terapi ini dilakukan dengan memberikan stimulasi pada kulit menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda. Elektroda dipasang pada daerah dekat lokasi nyeri yang memberikan sensasi kesemutan pada klien. Sensasi kesemutan dibiarkan sampai nyeri hilang. TENS efektif diberikan untuk mengontrol nyeri post operasi dan mengurangi nyeri yang disebabkan akibat tindakan post operasi (Potter dan Perry, 2005). d) Distraksi Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri, contoh : menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto dengan kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan (Smeltzer dan Bare, 2002). Salah satu distraksi yang efektif adalah musik,yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian individu dari nyeri (Potter dan Perry, 2005)

22 29 e) Teknik relaksasi Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan (Smeltzer dan Bare, 2002). Salah satu contoh relaksasi yang dapat digunakan adalah relaksasi Benson f) Imajinasi terbimbing Pada cara ini klien dianjurkan untuk membayangkan hal yang lebih baik khususnya dari rasa nyeri yang dirasakan (Smeltzer dan Bare, 2002) Konsep Dasar Relaksasi Benson Pada konsep dasar relaksasi Benson akan diuraikan tentang pengertian relaksasi Benson, manfaat relaksasi Benson, langkah-langkah relaksasi Benson dan Efektifitas relaksasi Benson terhadap penurunan intensitas nyeri luka post seksio sesaria Pengertian Relaksasi Benson Relaksasi Benson merupakan teknik relaksasi dengan menggabungkan keyakinan yang dianut oleh pasien. Teknik relaksasi ini dapat dilakukan secara mandiri atau dilakukan bersama pembimbing. Relaksasi yang dikombinasi dengan pemilihan formula kata-kata atau kalimat tertentu yang dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keyakinan menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat daripada hanya relaksasi tanpa melibatkan unsur keyakinan (Benson dan Proctor, 2000). Dalam buku The Respone Relaxation oleh Herbert Benson (2000) menjelaskan kata atau kalimat yang diucapkan sesuai dengan keyakinan masing-

23 30 masing. Agama Katolik dapat mengucapkan Salam Maria dengan penuh rahmat. Bagi Protestan dapat mengucapkan kata Our Father who art in Heaven calming, dan mengucapkan Insha Allah bagi agama Islam serta mnegucapkan kata OM untuk agama Hindu. Bagi seseorang yang tidak memiliki kepercayaan dianjurkan untuk fokus pada kata-kata yang menarik bagi mereka seperti mengucapkan katakata perdamaian, ketenangan dan kata-kata cinta Manfaat Relaksasi Benson Menurut Benson (2000) teknik respon relaksasi terbukti memodulasi stres terkait kondisi seperi marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan insomnia serta meningkatkan perasaan menjadi lebih tenang. Sebagai penatalaksanaan nyeri, penggunaan relaksasi Benson tidak membuat nyeri itu hilang tetapi hanya mengurangi intensitas nyeri. Teknik ini terdiri dari empat komponen utama antara lain : 1) Lingkungan yang tenang 2) Perangkat mental Perangkat mental ini terdiri dari satu kata atau kalimat atau doa secara singkat yang diucapkan berulang-ulang dalam hati atau dengan nada yang cukup keras atau pandangan yang tetap pada objek. 3) Sikap yang pasif Apabila muncul pikiran-pikiran yang mengacaukan, pikiran tersebut harus diabaiakan dan kembali fokus ke pengulangan kata atau kalimat atau doa sesuai dengan keyakinan. Tidak perlu mengkhawatirkan tentang bagaimana ketika

24 31 seseorang melakukan teknik ini mengalami gangguan pada pikiran dan kembali ke satu fokus lagi. 4) Posisi yang nyaman Posisi tubuh yang nyaman penting agar tidak menyebabkan ketegangan otot. Posisi nyaman yang digunakan biasanya posisi duduk dan berbaring ditempat tidur Langkah-langkah Relaksasi Benson Respon relaksasi pertama kali dijelaskan oleh Herbert Benson dalam bukunya The Respone Relaxation (2000). Dalam buku ini dijelaskan pemberian latihan relaksasi ini dilakukan sekali sampai dua kali sehari selama menit. Selama pemberian perlu diperhatikan waktu ambulasi pasien. Setelah melakukan ambulasi, maka dianjurkan untuk istirahat terlebih dahulu selama 10 menit. Kemudian akan dilanjutkan pemberian relaksasi ini. Pemberian relaksasi Benson dapat diberikan pada pascaoperasi hari pertama dan hari kedua (Good, 1999 dalam Roykulcharoen, 2003). Berikut langkah-langkah dari respon relaksasi yang dijelaskan oleh Herbert Benson (2000) antara lain : 1) Usahakan situasi ruangan atau lingkungan yang tenang 2) Anjurkan klien untuk memilih posisi yang nyaman seperti posisi duduk atau berbaring

25 32 3) Pejamkan mata dan anjurkan untuk mengendurkan otot-otot serileks mungkin, mulai dari kaki sampai wajah hingga ke semua otot tubuh. Usahakan agar tetap rileks. 4) Mulailah dengan menarik napas melalui hidung secara lambat sampai klien mulai merasakan pernapasan itu. Kemudian anjurkan untuk mengucapkan satu kata atau kalimat sesuai dengan keyakinan yang dianut ketika kembali menarik napas dan saat menghembuskan napas. Pastikan klien tetap rileks dalam melakukan tindakan ini. 5) Lakukan selama 10 sampai 20 menit. Selama tindakan klien diperbolehkan membuka mata untuk melihat waktu, namun tidak diperkenankan menggunakan alarm. Bila kegiatan telah usai anjurkan untuk tetap duduk atau berbaring selama beberapa menit, mula-mula dari mata terpejam dan kemudian membuka mata. 6) Informasikan kepada klien agar tidak khawatir untuk keberhasilan dalam mencapai teknik relaksasi. Ketika pikiran mulai terganggu, anjurkan klien untuk mengabaikan pikiran tersebut dan memulai kembali dari tahap pertama. Respon akan dirasakan sedikit demi sedikit. Latihan ini dilakukan sekali atau dua kali sehari Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Luka Post Seksio sesaria Seksio sesaria merupakan tindakan pembedahan obstetrik untuk melahirkan janin melalui insisi pada daerah abdomen dan dinding uterus.

26 33 Kerusakan jaringan terjadi akibat insisi yang dilakukan setelah operasi dan dapat menimbulkan nyeri. Nyeri post operasi harus mendapatkan penanganan yang adekuat sebab nyeri dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan menghambat mobilisasi serta mengganggu organ lain. Salah satu tindakan penanganan nyeri non farmakologi yang dapat dilakukan yakni dengan pemberian teknik relaksasi, antara lainnya Teknik Relaksasi Benson (Horowitz et al, 1984 dalam Roykulcharoen, 2003). Relaksasi Benson merupakan salah satu terapi komplementer yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri post operasi (Stevensen, 1995 dalam Roykulcharoen, 2003). Pemberian Relaksasi Benson yang mampu mengurangi rasa nyeri post operasi secara tidak langsung membantu klien dalam mengontrol ketidaknyamaan akibat dari nyeri yang dirasakan. Respon Relaksasi Benson berkaitan dengan hubungan antara respon hipotalamus dan menurunkan responnya dalam arousal simpatis. Teknik ini memiliki empat komponen penting yaitu lingkungan yang tenang, perangkat mental (sebuah kata atau frase yang diucapkan secara berulang dalam hati), sikap yang pasif (mengesampingkan pikiran yang mengganggu), dan posisi yang nyaman (Benson, 2000). Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan memberikan perubahan sebagai respon relaksasi (Benson, 1975 dalam Roykulcharoen, 2003). Latihan relaksasi benson dapat mengembalikan tubuh ke kondisi yang tenang dan nyaman. Relaksasi ini memberikan efek terhadap peningkatan gelombang alfa sehingga membuat kondisi otak dalam keadaan relaksasi. Ketika mencapai gelombang alfa, otak dalam keadaan tenang dan fokus

27 34 pada suatu objek, sehingga dapat membangun rasa nyaman terhadap nyeri yang dirasakan. Keadaan ini sesuai dengan pendapat (Benson & Proctor 2000, dalam Oka Aryana & Novitasari 2013) relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan yang lebih tinggi. Cara dari relaksasi Benson ini dapat melatih tubuh dengan mengatur irama pernafasan secara baik dan benar sehingga pemusatan pikiran dan penghayatan akan lebih mempercepat penyembuhan dan membangun rasa nyaman terhadap nyeri serta meningkatkan kesehatan. Pelatihan relaksasi dapat menimbulkan keadaan tenang dan rileks dimana gelombang otak mulai melambat sehingga akhirnya membuat seseorang menjadi tenang dan nyaman (Guyton, 2007; Benson, 2000). Good (1999) menjelaskan bahwa mekanisme efek relaksasi terhadap nyeri post operasi yaitu menghambat impuls noxius pada sistem kontrol gerbang (gate control theory). Dalam teori kontrol gerbang dari Melzaks dan Wall (1965 dikutip dari Potter dan Perry, 2005) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-sel substansi gelatinosa di dalam kornu dorsalis pada medula spinalis, talamus, dan sistem limbik (Clancy dan McVicar, 1992 dikutip dari Potter dan Perry, 2005). Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri akan merangsang sel T di kornu dorsalis kemudian naik menuju medula spinalis dan ke otak ketika gerbang pertahanan terbuka sehingga nyeri dirasakan dan implus nyeri tidak dapat dirasakan atau dihambat ketika gerbang pertahanan

28 35 tertutup. Upaya untuk menutup pertahanan tersebut merupakan terapi dasar dalam mengurangi nyeri (Potter dan Perry, 2005). Ketika relaksasi mengalihkan pikiran, talamus akan menengahi perhatian secara selektif ke kortek prefrontal untuk merubah suara-suara terhadap rangsangan nyeri sehingga menghambat impuls nyeri. Kemudian otak sebagai penghambat impuls menutup pintu transmisi pada impuls noxius sehingga impuls nyeri tidak dapat dirasakan atau dihambat (Benson dan Proctor, 2000 dalam Roykulcharoen, 2003) dan alur serabut saraf desenden melepaskan opioid endogen seperti endorfin dan dimorfin sebagai penghambat nyeri alami yang berasal dari tubuh (Potter dan Perry, 2005). Neuromodulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. Relaksasi juga akan membatasi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat respon relaksasi yang menyebabkan pembatasan aktivitas simpatis seperti penurunan denyut jantung, penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi pernapasan, penurunan konsumsi oksigen, dan penurunan tegangan otot. Selain itu relaksasi memberikan dampak terhadap respon psikologis seperti menurunkan stres, depresi, kecemasan, dan persepsi terhadap kontrol nyeri post operasi (Benson dan Proctor, 2002 dalam Roykulcharoen, 2003). Pernyataan di atas juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rambod M., Sharif F., Pourali-Mohammadi N., Pasyar N., dan Rafli F. (2013) yang berjudul Evaluation of the effect of Benson's relaxation technique on pain and quality of life of haemodialysis patients: A randomized controlled trial menunjukkan bahwa teknik relaksasi Benson dapat mengurangi intensitas rasa

29 36 sakit dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien hemodialisa. Pemberian intervensi pada kelompok perlakuan diberikan dengan cara mendengarkan rekaman audio dari teknik Relaksasi sebanyak dua kali sehari dan setiap kali pemberian selama 20 menit selama delapan minggu. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gad Datak (2008) yang berjudul Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Nyeri Pasca Bedah Pada Pasien TUR (Transurethral Resection) Prostat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati juga menunjukkan bahwa kombinasi relaksasi Benson dengan terapi analgesik lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri pasca bedah pada pasien TUR Prostat dibandingan hanya diberikan terapi analgetik menggunkaan metode penelitian quasi-eksperimental dengan pre test and post test design with control group di RSUP Fatmawati Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan ibu maupun bayinya. kejadian SC di Cina, Mexico, Brazil lebih dari 35%. Angka kejadian terus

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan ibu maupun bayinya. kejadian SC di Cina, Mexico, Brazil lebih dari 35%. Angka kejadian terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses persalinan merupakan suatu proses kompleks untuk menyelamatkan ibu maupun bayinya dengan menggunakan berbagai macam metode seperti persalinan pervaginam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks secara progresif. Perubahan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI LUKA POST SEKSIO SESARIA

EFEKTIFITAS RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI LUKA POST SEKSIO SESARIA EFEKTIFITAS RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI LUKA POST SEKSIO SESARIA Studi dilakukan di Ruang Bakung Timur RSUP Sanglah Denpasar Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui standart tim kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium (MDG s)

BAB I PENDAHULUAN. target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium (MDG s) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesaera adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Angka sectio caesarea terus meningkat dari insidensi 3-4%

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum

Lebih terperinci

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN. Niken Andalasari KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN Niken Andalasari PENGERTIAN Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006) Perubahan kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The International Association for The Study of Pain menggambarkan rasa sakit sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin meningkat yaitu berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes, dan penyakit saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Section Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan bidang kesehatan modern mencakup berbagai macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah sectio caesaria. Di negara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan lahir spontan dengan presentase belakang kepala, tanpa

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi kecenderungan operasi sesar (SC) semakin diminati orang. Angka kejadian operasi sesar di Amerika Serikat meningkat dari 5,5%

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan tindakan pengobatan dengan cara membuka atau menampilkan bagian dalam tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER Dewi Rahmawati Abyu,Retno Dewi Prisusanti, AKBID Wijaya Kusuma Malang, Jln. Letjend S.Parman No.26A Malang Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti pernah mengalami nyeri itu merupakan alasan yang paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri biasanya menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persalinan bisa terjadi secara fisiologis maupun patologis. Persalinan patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea). Sectio Caesarea didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Taylor (2009 dalam Muttaqin, 2008) koping didefenisikan sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Koping Nyeri 1.1 Pengertian koping Menurut Lazarus dan Folkman (1989) koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mobilisasi Dini 1. Pengertian Mobilisasi Dini Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian bagian tubuh untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksio sesarea merupakan tindakan melahirkan janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput ketuban secara transabdominal melalui insisi uterus. Seksio sesarea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecelakaan lalu lintas menjadi masalah yang seringkali terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Angka kecelakaan selama tahun 2012 tercatat 7.817 kasus atau turun

Lebih terperinci

Dr.SARMA LUMBANRAJA, Sp.OG (K) ESDH F M SU

Dr.SARMA LUMBANRAJA, Sp.OG (K) ESDH F M SU SEKSIO SESAREA Dr.SARMA LUMBANRAJA, Sp.OG (K) DEFINISI Seksio Sesarea ialah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui l suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu hysterectomia untuk. melahirkan janin dari dalam rahim (Sofian, 2011)

BAB II TINJAUAN TEORI. caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu hysterectomia untuk. melahirkan janin dari dalam rahim (Sofian, 2011) BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sectio Caesarea a. Definisi Sectio Caesarea Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus (Cunningham, 2015).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luar biasa. Persalinan biasa disebut juga persalinan spontan adalah Bila bayi lahir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luar biasa. Persalinan biasa disebut juga persalinan spontan adalah Bila bayi lahir BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan terjadi dalam dua keadaan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban 22 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dari uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Post Operasi 2.1.1 Defenisi Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio Caesarea (SC) merupakan suatu teknik kelahiran perabdomen untuk menghentikan perjalanan persalinan normal, dengan cara melakukan insisi di dinding abdomen (laparatomi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua proses persalinan negara negara berkembang.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. caesaria dan penatalaksanaan nyeri pasca operasi seksio caesaria.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. caesaria dan penatalaksanaan nyeri pasca operasi seksio caesaria. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Di dalam tinjauan teoritis ini akan dipaparkan tentang konsep-konsep terkait dengan pengetahuan, operasi seksio caesaria, nyeri pasca operasi seksio caesaria dan penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo berkedudukan di jalan Prof. Dr. H.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti ditingkatkan melalui sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK Palembang 2014 PEDIATRI GAWAT DARURAT PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK UKK Pediatri Gawat Darurat Ikatan Dokter Anak Indonesia TUJUAN 1. Mengetahui skor penilaian nyeri dan sedasi pada bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin By. Ulfatul Latifah, SKM Kebutuhan Dasar pada Ibu Bersalin 1. Dukungan fisik dan psikologis 2. Kebutuhan makanan dan cairan 3. Kebutuhan eliminasi 4. Posisioning dan aktifitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan nyeri adalah hak dasar manusia tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Telah diketahui bahwa transmisi dan persepsi nyeri timbul dan berfungsi sejak kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan berfungsi memproduksi susu untuk nutrisi. Terletak diantara tulang iga kedua dan keenam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Partus/ persalinan menurut cara persalinan : bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Partus/ persalinan menurut cara persalinan : bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus/ persalinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin melalui insisi di

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Menurut The International for the Study of Pain

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Konsep dasar penyakit 1. Definisi nyeri Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian. jiwa setiap tahun (Ayude, 2009). Tingginya AKI di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian. jiwa setiap tahun (Ayude, 2009). Tingginya AKI di Indonesia yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) dalam kehamilan dan persalinan dunia mencapai 586.000 jiwa setiap tahun (Ayude, 2009). Tingginya AKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seksio sesarea merupakan suatu teknik kelahiran perabdomen karena tidak dapat bersalin secara normal, sehingga dilakukan insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan bahkan kematian (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan bahkan kematian (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 200 juta wanita hamil, di mana di dapatkan kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang sehat. Walaupun demikian pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif memiliki komplikasi dan risiko pasca operasi yang dapat dinilai secara objektif. Nyeri post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering terjadi pada lansia. Nyeri pada penyakit pada penyakit artritis reumatoid terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan bedah untuk melahirkan bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO, 2010). Sebanyak 18.5 juta SC dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pijat 1. Defenisi Pijat Pijat adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang dikenal manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Penelitian dengan judul Perbedaan terapi musik dan relaksasi terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta telah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Isa Khasani dan Nisa Amriyah Abstrak Sectio caesarea merupakan salah satu pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2012). Persalinan dikatakan normal jika proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksio sesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

Lebih terperinci

NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE

NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE NYERI KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF RSU TNI-AL MINTOHARDJO PERIODE DEFINISI Nyeri Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak berkaitan yang dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci