GAMBARAN KEPRIBADIAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU BERDASARKAN GOLONGAN DARAHNYA. Oleh : I Made Yudhistira Dwipayama, M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN KEPRIBADIAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU BERDASARKAN GOLONGAN DARAHNYA. Oleh : I Made Yudhistira Dwipayama, M."

Transkripsi

1 GAMBARAN KEPRIBADIAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU BERDASARKAN GOLONGAN DARAHNYA Oleh : I Made Yudhistira Dwipayama, M.Psi Pernah membaca buku diet berdasarkan golongan darah? Ternyata pola makna dan konsumsi memiliki hubungan yang signifikan dengan golongan darah terhadap kesuksesan program diet. Buku tersebut membuat saya sangat tertarik untuk peneliti apakah golongan darah juga memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik atau kepribadian seseorang. Sebagai contoh, dalam buku diet berdasarkan golongan darah, bila ingin lebih diteliti lagi bahwa bukan semata-semata berhubungan dengan konsumsi yang dimakan tapi bagaimana kepribadian seseorang mau berubah dalam menerima konsumsi yang dipilih oleh buku tersebut. Demikian sedikit ulasan kasar mengenai golongan darah sekaitan dengan gambaran kepribadian dan tujuannya menuju kekonsep Psychological Well-Being. Golongan darah adalah informasi yang sangat penting untuk mengungkapkan identitas lebih spesifik yang telah dikaruniakan sejak lahir. Darah adalah organ tubuh manusia berbentuk cairan vital yang mengalir di seluruh bagian tubuh. Sejak 100 tahun yang lalu sejak golongan darah ditemukan dan sampai sekarang juga masih banyak orang berpikir bahwa golongan darah hanya merupakan bentuk identitas cairan darah saja. Dari 6,2 milyar penduduk dunia, golongan darah dunia terbagi menjadi empat, yaitu O sebanyak 46%, A sebanyak 40%, B sebanyak 10%, dan AB sebanyak 4% (Dermawan, 2006). Berdasarkan sudut pandang psikologis, masing-masing golongan darah mengungkapkan pula perasaan dan kepribadian manusia. Gambaran kepribadian berdasarkan golongan darah memicu keingintahuan seorang ilmuwan Jepang bernama Furukawa Takeji pada tahun 1940-an dan Masahiko Nomi pada tahun 1950-an. Ilmuwan-ilmuwan ini terdorong untuk meneliti lebih dalam mengenai kepribadian berdasarkan golongan darah. Setelah ilmuwan Jepang bernama Masahiko Nomi meninggal karena usia tua, maka putranya yang juga seorang ilmuwan bernama Toshitaka Nomi meneruskan penelitian dalam bidang golongan darah berkaitan dengan kepribadian (Nomi, 2007). Hasil penelitiannya di Jepang sangat dipercaya dan sering dimanfaatkan dalam hal pergaulan sosial, hubungan bisnis, dan relasi dalam membina karier pada masyarakat Jepang. Hasil penelitian Toshitaka Nomi juga digunakan untuk mengenal lebih dalam mengenai kepribadian anak dalam usaha mendisiplinkan anak berdasarkan golongan darah dari anak itu sendiri. Hasil penelitian dari Toshitaka Nomi mengungkapkan berbagai macam gambaran kepribadian individu Jepang berdasarkan golongan-golongan darah yang ada (Nomi, 2007). Toshitaka Nomi menyatakan bahwa golongan darah O berkarakter kuat, berjiwa pemimpin, berjiwa besar, supel, tidak mau kalah dan percaya diri, serta mempunyai sifat persaingan yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang bergolongan

2 darah O memiliki potensi untuk menjadi pemimpin besar sehingga dapat dibuktikan bahwa para perdana mentri Jepang rata-rata adalah individu bergolongan darah O. Toshitaka Nomi kemudian menyatakan bahwa individu bergolongan darah A adalah tipe kepribadian yang penuh dedikasi, bertanggung jawab, teliti, perfeksionis, kreatif, dan paling artistik diantara golongan darah lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang bergolongan darah A sangat berpotensi untuk mengukir prestasi dalam bidang yang dikerjakannya. Hasil penelitian ini tercermin dari para karyawan Jepang dari perusahaan kecil maupun besar, rata-rata bergolongan darah A atau O (Nomi, 2007). Berdasarkan hasil penelitiannya, Toshitaka Nomi menyatakan bahwa golongan darah B memiliki karakter individualis, kurang suka mengikuti aturan yang berlaku, optimis, fokus, berpikiran tajam, dan mempunyai jiwa yang bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu bergolongan darah B berpotensi mengembangkan seluruh kemampuannya dengan optimal secara individualistis. Hasil penelitian ini tercermin dari gambaran separuh lebih dari seluruh atlet berprestasi di bidang individu seperti renang, judo, dan gulat rata-rata bergolongan darah B. Pada golongan darah yang terakhir yaitu AB, Toshitaka Nomi menyatakan bahwa individu dengan golongan darah ini kurang dapat bertanggung jawab dan pribadi yang sangat sulit ditebak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa perusahaan di Jepang membagi karyawan-karyawannya ke dalam kelompok kerja berdasarkan golongan darah, dan ironisnya, tidak seorang pun yang mau bekerjasama dengan kelompok golongan darah AB karena dianggap sebagai tipe darah terburuk (Dermawan, 2006). Berdasarkan pemaparan keterangan dari Toshitaka Nomi mengenai gambaran dari golongan-golongan darah yang ada maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara golongan darah dengan kepribadian. Menurut Robbins (1996), kepribadian merupakan cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam teori-teori mengenai kepribadian, salah satu teori menjelaskan kepribadian dari sudut trait. Salah satu penelitian mengenai trait yang terkenal adalah trait kepribadian big-five. Traittrait kepribadian big-five terdiri dari Openness to experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism/emotional stability. Trait-trait yang berbeda antara yang satu dengan yang lain seperti ini juga masing-masing memiliki perbedaan ciri khas masing-masing trait sama halnya dengan golongan darah. Jadi dengan kata lain golongan darah yang ada sedikit banyak dapat mencerminkan gambaran kepribadian dari masing-masing trait kepribadian big five. Simpulan yang dapat diambil adalah berdasarkan golongan-golongan darah yang ada, ternyata golongan darah O dan A mewakili kepribadian dari trait Conscientiousness, Agreeableness, dan Neuroticism/emotional stability. Dalam kehidupan nyata berbagai penduduk Jepang yang bergolongan darah O dan A memiliki posisi jabatan atau peluang kerja yang baik di tengah-tengah masyarakat. Sebaliknya, individu bergolongan darah AB mewakili kepribadian dari trait Openness to experience dan Extraversion. Lebih lanjut lagi para individu bergolongan darah AB memiliki citra diri yang buruk di tengah-tengah masyarakat Jepang. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap Psychological Well-Being dari masing-masing individu. Psychological Well-Being merupakan konsep yang berkaitan dengan kriteria kesehatan mental yang positif. Psychological Well-Being ini sangat erat kaitannya dengan kebahagiaan

3 seseorang. Kebahagiaan ini mencakup beberapa hal, seperti: kemampuan untuk mampu merealisasikan potensi dirinya secara kontinu, maupun menerima diri apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memilki kemandirian terhadap tekanan sosial, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal (Sugianto, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Toshitaka Nomi di Jepang, menunjukkan bahwa Psychological Well-Being para individu bergolongan darah AB tidak tercapai karena dianggap sebagai kelompok minoritas yang paling lemah dan tidak dapat dipercaya. Sedangkan Psychological Well-Being dapat tercapai untuk para individu bergolongan darah O dan A karena dianggap sebagai individu yang berpotensi bagi masyarakat dan bermasa depan cerah bagi individu itu sendiri. Berdasarkan pembahasan mengenai gambaran kepribadian dan Psychological Well-Being berdasarkan golongan darah di Jepang, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian lintas budaya mengenai gambaran kepribadian dan Psychological Well-Being berdasarkan golongan darah. Tinjauan Pustaka Kepribadian Berdasarkan Golongan Darah Sejak lahir manusia sudah memiliki golongan darahnya masing-masing. Golongan darah tidak hanya menjelaskan jenis darah yang dimiliki oleh individu, tetapi juga dapat menjelaskan kepribadian manusia. Pada setiap golongan darah O, A, B, dan AB terdapat ciri khas kepribadiannnya masing-masing. Pada tabel berikut ini digambarkan satu sisi karakter dari kecenderungan kepribadian luar dan dalam berdasarkan masing-masing golongan darah (Nomi, 2007). Tabel 1 Kepribadian Orang Bergolongan Darah O Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di Permukaan Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah Tercampur & Terbawa Memiliki idealisme yang romantis Realistis dalam memperhitungkan untung rugi dan resiko yang akan terjadi Menginginkan teman Kebebasan secara individualis Tidak suka tekanan Sadar & menghargai perbedaan wewenang Keterbukaan tanpa ada maksud lain dan taat Bersifat hati-hati pada orang yang bukan teman, memiliki rahasia pribadi Pandai dan berpikiran logis Keputusan diambil berdasarkan naluri emosional Pertahanan diri spontan dan Rasional, ambisi yang bersifat kulturistik berkeinginan kuat Berjiwa kompetisi, dengan mementingkan status menang kalah. Mudah melupakan kalah menang dengan segera Individu bergolongan darah O mempunyai peran yang menonjol karena dapat menjalin kerja sama dan senantiasa menciptakan suasana harmonis di dalam kelompok. Individu bergolongan darah O terlihat sebagai individu yang menerima dan melaksanakan tugas dengan tenang. Individu ini pandai menutupi masalah yang dihadapi sehingga terlihat selalu

4 riang, damai dan tidak punya masalah sama sekali. Individu bergolongan darah O adalah jenis manusia pemurah dan baik hati serta senang berbuat kebaikan. Individu ini senang untuk membagi perasaannya dengan kerabat terdekat jika menghadapi masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan (Dermawan, 2006). Individu bergolongan darah O disenangi dan dicintai karena memiliki sikap dermawan dan berjiwa sosial yang tinggi. Individu ini juga dikenal sangat fleksibel dan mudah menerima hal-hal baru karena mereka mengutamakan kebebasan dan ketidakterikatan. Sekalipun demikian mereka sebenarnya keras kepala dan secara rahasia mempunyai pendapat sendiri tentang berbagai hal. Individu bergolongan darah O juga dikenal sebagai pribadi yang amibisius dan terkesam mau menang sendiri, sehingga lingkungan sering menerimanya sebagai sikap yang angkuh atau sombong. Namun mereka adalah individu yang senantiasa bersemangat mengarungi kehidupan untuk menutupi sifat iri yang senantiasa muncul mendampingi kehidupan mereka (Dermawan, 2006). Individu bergolongan darah A sangat sabar dalam menyelesaikan setiap masalah dan tugas yang ada. Sebelum melakukan sesuatu, mereka akan memikirkan secara matang dan menyusun rencana yang baik. Selain itu individu ini akan menyelesaikan tugas-tugasnya secara serius, konsisiten, tekun, sabar dan tenang. Individu bergolongan darah A memiliki karakter yang tegas, dapat diandalkan dan dipercaya tetapi keras kepala. Namun individu ini berusaha membuat dirinya sewajar dan seideal mungkin (Dermawan, 2006). Individu bergolongan darah A dapat terlihat menyendiri dan jauh dari orang-orang, namun demikian mereka mencoba menekan perasaan dan senanatiasa terlihat tegar. Individu ini juga sering merasa panik dan bimbang pada suasana yang dianggapnya tidak nyaman sehingga cenderung keras terhadap orang-orang di sekitar yang tidak sependapat dengan diri mereka. Individu ini senang berada di lingkungan orang-orang yang bertemperamen sama, memiliki sifat yang peka dan sensitif. Individu bergolongan darah A memiliki rasa tanggung jawab yang besar, maka individu ini selalu menjalankan kehidupannya secara serius, sangat hati-hati, dan penuh pertimbangan (Dermawan, 2006). Tabel 2 Kepribadian Orang Bergolongan Darah A Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di Permukaan Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah Tercampur & Terbawa Kontrol diri, sopan, dan berakal sehat Selalu ingin keluar dari situasi saat ini Bekerja sama, menghargai kebersamaan tim Tidak percaya pada orang lain, ingin menjauhi diri dari orang lain Tinggi hati Mencari teman yang dapat mematuhi dirinya Simpatik dan baik hati Bersikap dingin, mementingkan urusan masing-masing baik diri sendiri atau orang lain Berhati-hati dan teliti Bersikap tegas Dari luar terlihat baik dan tenang Dari dalam terlihat egois dan keras kepala Emosi yang terlihat tampak wajar Cepat naik darah Individu bergolongan darah B cenderung selalu penasaran dan tertarik terhadap segala hal, serta mempunyai bayak kegemaran dan hobi. Individu ini juga mampu mengerjakan beberapa kegiatan secara serempak. Individu cepat merasa bosan terhadap hal-hal yang

5 dikerjakannya, namun mereka juga dikaruniai keterampilan untuk memilih prioritas hal yang penting untuk dikerjakan. Individu berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam berbagai hal yang dikerjakan, sehingga terkesan memiliki semangat yang kuat, kreatif dan optimis dalam menyelesaikan masalah meskipun tindakan yang dilakukan sering mendadak dan tidak terduga (Dermawan, 2006). Tabel 3 Kepribadian Orang Bergolongan Darah B Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di Permukaan Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah Tercampur & Terbawa Berhati panas, penuh emosi Pertimbangan praktis dan emosinya tidak ikut disertakan Suka menyendiri Bersifat menjaga jarak dengan teman Tidak bersosialisasi, pemalu Bersifat terbuka, mudah percaya terhadap orang lain Temperamental Tidak mudah terbawa emosi, berkepala dingin Berminat dalam banyak hal Terlalu gampang curiga Tidak berhati-hati, ceroboh Penuh perhitungan Cepat dalam pengambilan keputusan Tindakan dilakukan dengan keragu-raguan Dari penampakan luar, individu bergolongan darah B terlihat ceria, bersemangat, dan antusias. Namun sebetulnya hal ini sama sekali berbeda dengan yang ada dalam diri mereka. Individu bergolongan darah B mengutamakan kesendirian karena individu ini adalah pribadi yang kurang berminat dalam bersosialisasi dengan banyak orang. Pada kehidupan sehari-hari individu ini menjalani hidup dengan apa adanya, cenderung mengabaikan adat kebiasaan yang selama ini berlaku, sehingga terkesan tidak terkendali. Individu ini senang melakukan eskperimen karena kreativitas mereka yang tinggi (Dermawan, 2006). Tabel 4 Kepribadian Orang Bergolongan Darah AB Kepribadian Yang Mudah Terlihat Di Permukaan Berminat berpartisipasi di lingkungan sosial Pandai menjaga hubungan manusia, baik hati Kepribadian Yang Dalam Waktu Bersamaan Mudah Tercampur & Terbawa Menjaga kehidupan pribadi dan menghargai hobi Menjaga jarak dengan orang lain, individualis Kurang rasional Suka memimpikan hal yang bersifat fantasi Harmonis bersama orang lain Suka berpura-pura atau bermuka dua Pembawaan tenang Bebas, emosinya tidak stabil Menghargai suatu usaha Kurang sabar Menjauhi pertengkaran, damai Keberanian dalam menghadapi kematian Individu bergolongan darah AB terlihat mempunyai dua kepribadian. Pada satu sisi individu bergolongan darah AB memiliki perasaan yang sensitif dan lembut. Individu ini tidak akan bertingkah laku kasar meskipun mereka diperlakukan secara kasar. Individu ini dikenal

6 dengan pribadi yang perhatian dan peduli terhadap perasaan orang lain, serta senang membantu orang lain tanpa pamrih saat dimintai bantuan oleh orang lain, sehingga individu ini populer dengan kebaikan hatinya. Individu ini juga dikenal sebagai pribadi yang terlalu berhati-hati dalam mengambil keputusan sehingga terkesan tidak tegas dan cenderung lambat saat memberikan reaksi dalam menghadapi suatu masalah (Dermawan, 2006). Pada sisi yang lain individu bergolongan darah AB terlihat bersikap keras dengan diri sendiri maupun dengan orang-orang sekitarnya, karena memang individu ini dikaruniai dengan keterampilan dalam pengendalian diri yang baik. Akibatnya, individu bergolongan darah AB dinilai sebagai individu yang dingin dan tidak peduli pada urusan di luar urusan dirinya sendiri jika memang tidak ada orang lain yang meminta bantuannya secara langsung. Individu ini cenderung memiliki pemikiran yang kritis, rasional, dan mendalam saat menghadapi suatu masalah. Akibatnya individu ini membutuhkan waktu untuk menyendiri dalam memikirkan masalah yang sedang dihadapi (Dermawan, 2006). Temperamen Berdasarkan Golongan Darah Secara umum, masing-masing golongan darah yang ada mempengaruhi manusia itu sendiri. Tindakan dari suatu karakter, temperamen, cara menunjukkan kepada orang lain dan cara orang lain memandang individu, itu semua dapat dipengaruhi berdasarkan golongan darahnya. Pada tabel berikut ini diperlihatkan karakteristik temperamen manusia beserta sisi positif dan sisi negatif dari temperamen itu sendiri (Nomi, 2007). Tabel 5 Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah O Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif Berorientasi pada Memiliki kekuatan dalam Ambisi berlebihan tujuan menyelesaikan sesuatu Tidak teratur dalam bekerja Memiliki kecakapan Tidak punya strategi untuk Memiliki pemikiran yang kuat melakukan sesuatu Memiliki keinginan yang lurus Memiliki rasa cinta yang kuat Bertindak berdasarkan kata hati Serakah Monopoli Egois Merasakan relasi yang kuat secara responsif Memiliki jiwa pelindung Setia/loyal Berorientasi pada otoritas Posesif Suka bersaing Memiliki naluri yang kuat Benci kekalahan Penuh percaya diri Semangat juang tinggi Tidak suka dikontrol Independen Bebas berpendapat Memiliki harga diri tinggi Romantis Memiliki mimpi dan visi Puitis Kaya akan emosi Agresif berlebihan Mengabaikan hal lain kecuali persaingan Suka memberontak Suka bertengkar Keras kepala Kekanan-kanakan Isi pembicaraan tidak jelas

7 Memutuskan sesuatu berdasarkan fakta Berpegang teguh pada sesuatu yang praktis Vitalitas tinggi Perspektif kuat Pemikirannya lurus Taat Naluri yang baik Mementingkan arti Hangat persahabatan Senang menolong Memikirkan arti keluraga Mementingkan arti Ramah cinta Terbuka Sangat berhati-hati terhadap orang yang bukan teman Sayang terhadap milik pribadi Menonjolkan diri dan mengekspresikan diri sendiri dengan kuat Tidak mudah percaya pada orang lain Tidak banyak bicara Menghargai milik pribadi Menjaga milik pribadi dengan baik Ekspresi diri yang kuat Keceriaan yang nyata Memberikan teladan yang baik Pandai berkomunikasi Teoretis Persuasif yang baik Mudah beradaptasi dengan lawan bicara Memiliki prinsip dalam Tindakannya jelas dan terarah bertindak Berani dalam bertindak Tidak menyimpan Ramah perasaan tertentu Murah hati terlelu lama Mudah menyesuaikan diri Memiliki kesadaran Memiliki pengertian kuat sosial yang tinggi dalam hal politik Menjaga hubungan baik dengan sesama Mengutamakan uang Sangat mementingkan materi Sederhana Kurang kuat secara general Membeda-bedakan Mementingkan kerabat saja Menunjukkan sikap memihak Memuji berlebihan Suka ikut campur segala sesuatu atas nama cinta Diskriminatif Mudah gugup terhadap orang yang bukan teman Orangnya mudah berubah Memeperlihatkan rasa suka atau tidak suka secara nyata Tinggi hati saat berpendapat diri sendiri Terlalu banyak bicara Pandai berbicara tanpa ada landasan yang kuat Perkataan dan tidakan tidak sejalan Cenderung memutuskan sesuatu tanpa berpikir matang Mudah marah Tidak peka akan persaan orang lain Orang yang banyak menuntut dalam hal yang disukai maupun tidak disukai Tabel 6 Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah A Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif Mudah khawatir terhadap lingkungan sekitar Menginginkan hubungan antar manusia yang damai Berinisiatif Berempati Gemar melayani Berpembawaan tenang Mau berkorban untuk orang lain Terlalu memikirkan apa kata lingkungan sekitar Mudah merasa tertekan Pemalu Mengutamakan keamanan diri sendiri Kurang tulus dalam mendapatkan

8 Pengertian dalam berteman kedamaian Lambat dalam membuka hati Menghormati aturan dan tatacara Menghargai pendapat orang lain Mengontrol tindakan maupun ekspresi Pemikirannya mudah berubah karena terpengaruh dari orang lain Dapat membedakan antara benar dan salah Tidak mudah dibohongi Benar-benar memperhatikan orang lain Tidak suka mengambil keuntungan Memiliki jiwa sosial Serius Disiplin Sopan dan hormat Menghargai kerjasama tim Moderat Memiliki tatakrama yang baik Tidak mudah mengeluarkan opini yang menyakitkan hati Konsisten Dewasa Senang memberi salam terhadap orang lain Bertindak sesuai dengan prinsip Tegas dalam bertindak Tidak percaya orang lain Mudah curiga Kaku Tidak pandai dalam mengambil keputusan Terlalu membeda-bedakan orang lain Tidak tahu apa yang dipikirkan dalam hati Suka menyimpan rahasia Dingin Tidak fleksibel Keras kepala Terburu-buru mengambil keputusan Terlalu keras kepala Terlalu teoretis Terlalu menghakimi sesuatu hal secara detail Pesimis terhadap masa depan Berhati-hati Bijaksana Masa lalu dianggap Tegas sebagai hal yang baik Rapi dan teratur Perfeksionis Berhati-hati dalam bekerja Bertanggung jawab Gigih dan teguh Gigih dalam berusaha Sangat sabar Disiplin diri yang kuat Teguh dalam pendirian Tidak puas dengan Aktif bereaksi terhadap keadaan yang sekarang sesuatu Menginginkan kemajuan Menghindari masalah Lemah dalam Berpikir moderat mempertahankan Tidak mudah terobsesi pada sesuatu yang disukai sesuatu Penyembuhan luka batin Benci kekalahan yang lambat Berperasaan halus Menekankan sisi negatif pada sesuatu Tidak percaya diri Tidak mudah menyesal Takut kekalahan Banyak alasan untuk menutupi kesalahan Bertele-tele Hanya melakukan apa yang diperintahkan Mudah marah Takut dalam menghadapi sesuatu Mudah menyerah Tidak cermat Pendendam Saat marah sangat sulit untuk diredakan Memiliki tujuan hidup Berbakat dan bermoral Merasa diri sendiri paling benar

9 berkaitan demi kepentingan masyarakat Rela untuk berkorban Terlalu sering merasa tidak puas

10 Tabel 7 Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah B Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif Tidak suka mengikuti aturan yang ada Berkonsentrasi pada banyak hal Selalu optimis pada masa depan Gejolak perasaannya besar Saat sakit hati mudah sembuh Tidak memikirkan urusan rumah tangga, tetapi berusaha mengalihkan dengan kegiatan lain Tahu apa yang baik dan buruk dalam melakukan sesuatu Memiliki pemikiran yang fleksibel Pemalu dan punya sifat berbelit-belit Membuka hati tanpa diskriminasi Tidak dibatasi oleh aturan setempat Tidak memikirkan aturan yang berlaku Transisi aktivitasnya cepat Menghargai keputusan yang akurat Bebas Independen Mandiri Gigih dan tekun Sangat tertarik untuk melakukan penelitian Berpikir positif Berpikiran maju Berjiwa perintis dan berani Mengesankan Baik dan lembut Perasaannya simple Memiliki rasa percaya diri Hidup untuk pekerjaan dan masyarakat Posisinya kuat dalam lingkungan masyarakat Berpikiran terbuka Berhati lapang Tulus Kaya akan ide Berpikir secara luas Menarik hati Rendah hati dalam berbicara maupun bertindak Terbuka Demokratis Berpembawaan hangat Lapang dada Mandiri Kreatif Suka akan kemajuan Tidak tunduk pada otoritas Penuh semangat Bertanggung jawab atas pilihan hidup Sangat obyektif Adil Penuh perhitungan yang Egois Terlalu individualistis Terlalu menghabiskan banyak waktu Tidak memiliki satu keahlian khusus Egois Ceroboh Kekanak-kanakan Bertindak berdasarkan kehendak sendiri Mudah gugup Mudah dibohongi Mudah terjebak Kurang bertanggung jawab terhadap rumah maupun keluarga Kurang perhatian kepada orang lain Tindakan berada di luar aturan Mudah teralihkan perhatian Kurang bersosialisasi Suka memberontak Kurang hati-hati Kurang sopan Kurang memeprhatikan hal-hal secara detail Tidak teratur Sombong Kurang cermat Selalu tergesa-gesa Kurang tenang Tidak tegas Pendiriannya tidak tetap Mudah ragu-ragu

11 Pemikirannya praktis dan spesifik matang Perencanannya bersifat praktis, tepat guna Ilmiah Tidak punya mimipi Tidak punya filosofi hidup Kurang memiliki prinsip

12 Tabel 8 Karakteristik Temperamen Orang Bergolongan Darah AB Karakteristik Temperamen Sisi Positif Sisi Negatif Kaya akan pemikiran Rasional Tidak terlalu simpatik yang rasional Cerdas Mudah menelantarkan tugas Analisis yang baik Tipe konsisten Pertimbangan dan Cerdas Suka mengkritik analisisnya tajam Pemikiran yang modern Sarkastik Suka menyakiti perasaan orang lain Ingin berpartisipasi dalam masyarakat Pandai membina hubungan Harmonis di tengah lingkungan masyarakat Pada satu sisi kurangnya kontrol emosi Pada sisi lain cenderung mudah terusik emosinya Orang yang mengesampingkan jarak Membenci kemunafikan manusia Loyal Memiliki hati pelayanan sosial Adil Memiliki kemampuan berbisnis Suka memberi bantuan secara inisiatif tersendiri Berkepala dingin Ceria Loyal terhadap diri sendiri Emosi terhadap peistiwa kecil Adil Tidak terlalu membedabedakan teman Bermoral Perasaan kuat untuk menuntut keadilan Kurang rendah hati Terlalu ambisius Keinginan untuk mendominasi Menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan Mudah dipengaruhi orang lain Monoton Sifat kemanusiaan dan emosional kurang peka Berkarakter ganda Mudah melarikan diri dari masalah Tidak terbuka Kurang menekankan perasaan dalam persahabatan Kurang dalam hal toleransi dan kemurahan hati Berkonsentrasi tinggi tapi tidak dapat bertahan Diversifikasi dalam pemikiran maupun interpretasi Tertarik akan dongeng fantasi Efisien Cepat tanggap dalam hal-hal penting Pandai dalam diversifikasi bisnis Pemikirannya luas Memiliki banyak impian Berinspirasi Sentimentil Kurang sabar Mudah menyerah Tidak menyelesaikan hal secara tuntas Jarang merefeleksikan dirinya sendiri Kekanak-kanakan Menyimpang dari realitas Tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam hobi Sederhana Kontrol diri kuat Kurangnya penghiburan bagi diri sendiri

13 Kehidupan ekonomi seimbang Menginginkan kestabilan minimum dalam kehidupan Menjauhkan dari kekuatan untuk melarikan diri Meminta pendapat orang lain pada masalah penting Berkemampuan mengatur dan mengelola ekonomi Bertanggung jawab terhadap masalah ekonomi Konsisten Sangat berhati-hati Tidak serakah Damai Kurang berkeinginan untuk berkuasa Sopan, rendah hati, dan sederhana Berhati-hati Demokratis Pikirannya terlalu materialistis Dapat berpikir licik demi mendapat materi Terlalu menjaga kehidupan pribadi Tidak suka mengambil resiko Tekad kurang bulat Hanya suka mengamati tanpa mengambil tindakan Kurang kuat dalam mengambil keputusan Mengalihkan tanggung jawab pada orang lain Ritme Emosi Berdasarkan Golongan Darah Pada tubuh manusia darah ada pada seluruh tubuh, mulai dari bagian dalam organ, cairan limpa, rambut sampai dengan kuku. Berdasarkan sudut pandang psikologis, masingmasing golongan darah menimbulkan perbedaan pembentukan emosi pada tubuh manusia. Berikut ini akan ditujukan kurva emosi untuk keempat golongan darah. Gambar 1. Ritme emosi golongan darah O. (Sumber: Robbins, 2005)

14 Pada individu yang bergolongan darah O, dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya adalah orang yang tenang dan dapat berdiri teguh, karena memiliki stabilitas emosi sampai batas wajar. Namun apabila terdapat tekanan melebihi ambang batas maka perasaannya tiba-tiba akan berubah menjadi tidak menentu. Individu yang bergolongan darah O pada saat situasi tertekan dan mengancam dirinya, maka stabilitas emosinya akan menjadi tidak teratur sehingga sering terlihat panik dan bingung tanpa memikirkan jalan keluar dari situasi yang dianggap mengancam bagi dirinya sendiri (Nomi, 2007). Gambar 1. Ritme emosi golongan darah A. (Sumber: Robbins, 2005) Individu yang bergolongan darah A, grafiknya bertolak belakang dengan individu yang bergolongan darah O. Pada kehidupan sehari-hari individu bergolongan darah A adalah orang yang penuh dengan kekhawatiran karena pada dasarnya memang tidak memiliki stabilitas emosi. Individu bergolongan darah A cenderung sangat terpengaruh oleh tekanan yang berasal dari lingkungan, terlebih bila tekanan dari lingkungan bertambah besar, maka gejolak dalam hatinya juga bertambah besar, namun individu bergolongan darah A memiliki kepercayaan diri yang pada saat dibutuhkan akan membuat emosinya menjadi stabil kembali (Nomi, 2007).

15 Gambar 1. Ritme emosi golongan darah B. (Sumber: Robbins, 2005) Individu yang bergolongan darah B memiliki kondisi emosi yang tidak stabil dan tidak konsisten. Gejolak perasaannya tidak terlalu berhubungan dengan perubahan kondisi lingkungan sekitar.tekanan dari lingkungan sekitar tidak akan terpengaruh terhadap individu bergolongan darah B. Banyak dari antara individu bergolongan darah B lebih sensitif terhadap gerak perubahan dalam hati mereka sendiri. Walaupun terkena tekanan yang besar, mereka tetepa dapat menunjukkan kemampuannya tanpa halangan (Nomi, 2007).

16 Gambar 1. Ritme emosi golongan darah AB. (Sumber: Robbins, 2005) Individu yang bergolongan darah AB digambarkan dengan garis yang benar-benar berbeda dengan gambar yang lain.mereka mempunyai dua sisi keteraturan bagai air dan juga sisi ketidakstabilan yang tidak dapat ditanggulangi sendiri. Hal ini menunjukkan adanya dua temperamen dari individu bergolongan darah AB. Temperamen individu bergolongan darah A dan B yang bertolak belakang itu secara bersamaan dibawa oleh orang yang bergolongan darah AB. Pada kehidupan sehari-hari, sisi yang tenang lebih mudah terlihat dan ketika tekanan bertambah tinggi, maka ketidakstabilan akan terlihat (Nomi, 2007). Definisi Kepribadian Gordon W. Allport mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi psikofisik yang dinamis dari dalam diri individu, yang menentukan perilaku yang khas dari individu tersebut (Suwarto, 1999). Lain halnya dengan Greenberg dan Baron (1997) yang mengemukakan bahwa kepribadian adalah suatu pola yang unik dan relatif stabil. Hal ini tercermin dari tingkah laku, cara berpikir, dan emosi yang ditunjukkan oleh individu. Kepribadian individu merupakan sesuatu yang relatif stabil sepanjang kehidupan (Suwarto, 1999). Selain itu, menurut Larsen dan Buss (2002), kepribadian adalah seperangkat ciri-ciri psikologis dan mekanisme pada diri individu yang diorganisasi dan bertahan lama. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses interaksi dan adaptasi individu terhadap lingkungannya. Larsen dan Buss (2002) mengungkapkan ciri-ciri psikologis merupakan

17 karakteristik-karakteristik yang menggambarkan perbedaan seseorang dengan yang lainnya dan mekanisme lebih mengacu pada proses-proses kepribadian. Ciri-ciri dan mekanisme psikologis yang ada dalam diri individu diorganisasi atau diatur berdasarkan situasi-situasi yang dihadapi oleh individu tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu ciri dan mekanisme psikologis yang dimiliki oleh individu, yang membedakan individu tersebut dalam menghadapi suatu situasi. Kepribadian ini dapat dilihat dari emosi, tingkah laku, dan cara berpikir individu yang bersangkutan. Kepribadian setiap individu berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung dari proses pembentukan dan situasi yang sedang dihadapi oleh individu tersebut. Determinan Kepribadian Pembentukan kepribadian dalam diri individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Robbins (1996), kepribadian dibentuk dari faktor keturunan (genetik), lingkungan dan situasi. Berdasarkan faktor keturunan, kepribadian yang dibentuk adalah berupa sosok fisik, raut wajah, jenis kelamin, temperamen, dan karakteristik lain yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Berdasarkan faktor lingkungan, kepribadian dibentuk melalui pengaruh budaya. Keluarga, teman sebaya, kelompok sosial, dan norma masyarakat ikut berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian individu. Apabila lingkungan menetapkan norma, sikap, dan nilai, maka individu akan menyerap nilai tersebut, dan menjadikannya bagian dari kepribadian individu (Robbins, 1996). Dalam pendekatan ini, faktor keturunan menentukan batas-batas kepribadian, namun potensi kepribadian individu akan ditentukan dari cara individu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya (Robbins, 1996). Berdasarkan faktor situasi, faktor ini melengkapi kepribadian dari hasil keturunan dan lingkungan (Suwarto, 1999). Kepribadian individu umumnya konstan, namun perilaku yang muncul dapat berubah seiring dengan situasi yang dihadapi oleh individu. Pada dasarnya, ke tiga faktor pembentuk kepribadian ini saling berperan dalam pembentukan kepribadian individu, untuk dapat menghasilkan suatu kepribadian yang mantap dan stabil (Robbins, 1996). Trait Kepribadian Big-five Allport merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan trait kepribadian. Ia mengemukakan bahwa konsep trait memiliki dua arti yang berbeda, namun saling melengkapi (Allport, 1937). Di satu sisi, trait merupakan kecenderungan yang dapat dilihat (observed) dari tingkah laku, dengan cara tertentu. Di sisi lain, trait merupakan disposisi kepribadian yang harus disimpulkan (inferred) yang menghasilkan kecenderungan tersebut. Menurut Chaplin (2000), Trait merupakan suatu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus-menerus dalam suatu situasi yang serupa. Salah satu penelitian mengenai trait yang terkenal adalah trait kepribadian big-five (Raad, 2000). Teori kepribadian big-five adalah teori dikemukakan oleh Goldberg (Gregory, 2000). Dalam penelitiannya mengenai analisis faktor trait kepribadian, ia mengidentifikasi beberapa konsistensi yang kemudian dinamakan sebagai dimensi big-five. Selain itu, trait kepribadian

18 big-five pertama kali dipublikasikan oleh Fiske pada tahun 1949 (The Big 5 Personality Factors, 2006). Sampai dengan saat ini, telah dilakukan berbagai penelitian yang berhubungan dengan teori tersebut. Digman mengatakan para ahli psikologi kepribadian telah menyetujui bahwa ada lima faktor kepribadian yang kokoh, yang dikenal dengan nama model kepribadian lima faktor (dikutip oleh Handoyo, 2001). Model kepribadian lima faktor ini dapat menjadi taksonomi untuk mengklasifikasi kepribadian. Model kepribadian lima faktor ini, kemudian dikenal dengan nama big-five. Selain itu, Nikolaou dan Robertson (2001) juga mengatakan bahwa teori kepribadian big-five telah melengkapi disiplin psikologi kepribadian. Teori big-five juga telah mendominasi kajian mengenai kepribadian, bahkan dalam bidang psikologi industri dan organisasi. Sejarah Trait Kepribadian Big-Five Perkembangan model kepribadian lima faktor (big-five), telah dimulai oleh Allport dan Odbert (Raad, 2000). Mereka mencoba mengidentifikasi perbedaan-perbedaan individual yang ada, dengan cara mengumpulkan seluruh istilah yang relevan dari Kamus Bahasa Inggris Webster. Allport melakukan penelitiannya dengan bertumpu pada hipotesis lexical. Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Sir Francis Galton, yang menyatakan bahwa perbedaan individual yang paling penting akan dikodekan dalam bahasa. Pada waktu yang bersamaan, Thurstone juga menganalisa 60 kata sifat yang umum. Ia mengidentifikasi lima faktor, yang akan memungkinkan munculnya big-five. Raymond Cattell menggunakan istilah trait-descriptive dari Allport dan Odbert sebagai awal analisis stuktur kepribadiannya (Raad, 2000). Ia menggunakan daftar istilah yang mengandung sifat-sifat tetap, dan mengurangi daftar istilah tersebut menjadi 171 cluster. Ia mengakhiri kerjanya dengan 35 cluster kepribadian. Ketika peneliti lainnya mengulangi analisis Cattell, mereka hanya menemukan lima faktor yang dapat diandalkan. Goldberg (1993) menyatakan bahwa Cattell adalah bapak intelektual dari model kepribadian lima besar (big-five). Donald Fiske merupakan orang yang pertama kali mengumpulkan lima faktor yang ditiru dari variabel-variabel urutan Cattell (Raad, 2000). Ia mengambil 22 variabel dari 35 cluster Cattell, dan menemukan lima faktor yang direplikasi melalui sampel penilaian pribadi, penilaian pengamat, dan penilaian teman sebaya. Nama yang diberikan Cattell untuk ke lima faktor yang ditemukannya adalah Confident Self-Expression (I), Social Adaptability (II), Conformity (III), Emotional Control (IV), dan Inquiring Intellect (V). Tupes dan Christal memberikan kontribusi utama berikutnya. Mereka menguji struktur faktor dari 22 deskripsi yang disederhanakan dalam delapan sampel dan mengidentifikasikan lima faktor yang secara relatif kuat dan berulang (Raad, 2000). Mereka menamai faktorfaktor ini sebagai (I) surgency, (II) agreeableness, (III) dependability, (IV) emotional stability, dan (V) culture. Warren Norman juga menyetujui model lima faktor dengan menggunakan seperangkat variabel-variabel Cattell yang terpilih. Dari hasil kerjanya, kemudian muncul lima faktor yang disebut Norman sebagai Norman s Big Five atau sering di sebut big-five. Big-five terdiri dari extraversion, emotional stability, agreeableness, conscientiousness, dan culture (openness to experience). Lewis R. Goldberg (1990, 1992, 1993) mengikuti kerja Norman dengan

19 melakukan sederetan penelitian untuk mengkaji struktur yang mendasari istilah-istilah sifat. Dari hasil penelitian tersebut, Goldberg menemukan lima faktor kepribadian yang terdiri dari surgency/extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability/neuroticism, dan intellect/openness to experience. Karakteristik Trait Kepribadian Big-Five Trait kepribadian big-five terdiri atas lima tipe. Trait kepribadian big-five ini bersifat universal dan telah banyak dikembangkan di berbagai negara, seperti Amerika, Belanda, Jerman, dan lain sebagainya (Raad, 2000). Selain itu, teori kepribadian big-five dapat digunakan untuk penelitian lintas budaya dan untuk berbagai situasi, dengan hasil yang relatif stabil (Raad, 2000). Menurut Soldz dan Vaillant, teori ini juga relatif stabil jika diberikan pada individu di awal masa dewasa muda (Five-factor model, 2006). Teori big-five juga telah digunakan untuk berbagai penelitian di bidang pendidikan dan organisasi, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap fungsi kepribadian (Ryckman, 2004). Tipe-tipe Trait Kepribadian Big-Five Teori kepribadian big-five ini terdiri atas lima tipe yang saling berhubungan, yaitu Openness to experience, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism/emotional stabillity (OCEAN). Berdasarkan NEO Personality Inventory Revised (NEO-PI-R), setiap dimensi terdiri atas beberapa faset (Pervin & John, 1997), seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, setiap tipe mempunyai rentang trait, dari yang positif sampai dengan yang negatif (Greenberg & Baron, 1997; Pervin, 1996; Pervin & John, 1997). Trait tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tipe openness to experience merupakan tipe kepribadian yang rentang trait-nya dari imajinatif, sensitif, intelektual, sampai dengan trait yang bersifat tidak sensitif dan konservatif (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins, 1996). Tipe ini memiliki 6 faset, yaitu fantasy, aesthetics, feelings, actions, ideas, dan values (Pervin & John, 1997). Menurut Corsini (2002), Fantasy merupakan suatu gambaran mental, mimpi, atau khayalan yang terjadi dari keinginan dan harapan yang disadari, maupun yang tidak disadari. Aesthetics merupakan minat terhadap suatu elemen seni, seperti seni pahat, musik, puisi, yang berdasarkan pada rasa suka dan tidak suka terhadap kegiatan tersebut. Feelings adalah suatu keadaan emosional, afeksi, atau intuisi. Actions merupakan suatu proses yang berhubungan dengan hasil dari suatu kinerja. Ideas adalah suatu gambaran mental atau kognisi yang muncul tanpa harus melalui proses persepsi dan sensori. Selain itu, values merupakan tujuan atau standar yang biasanya berharga bagi individu atau masyarakat yang bersangkutan.

20 Tabel 1 Skala Faset NEO-PI-R dihubungkan dengan Faktor-Faktor Trait Kepribadian Big-Five Tipe kepribadian Big-Five OPENNESS EXPERIENCE CONSCIENTIOUSNESS EXTRAVERSION AGREEABLENESS NEUROTICISM TO Skala Faset dalam NEO PI R Fantasi (fantasy), estetika (aesthetic), perasaan (feelings), tindakan (actions), ide-ide (ideas), nilai-nilai (values). Kompeten (competence), perintah (order), kepatuhan (dutifulness), prestasi (achievement), bekerja keras (striving), disiplin diri (selfdiscipline), pertimbangan (deliberation). Hangat (warmth), suka berkumpul (gregariousness), asertif (assertiveness), kegiatan (activity), pencari kegembiraan (excitement seeking), emosi positif (positive emotions). Kepercayaan (trust), berterus terang (straightforwardness), altruisme (altruism), pemenuhan (compliance), kesederhanaan (modesty), kelemah lembutan (tendermindedness). Kecemasan (anxiety), permusuhan (angry hostility), depresi (depression), kesadaran diri (self-consciousness), impulsif (impulsiveness), mudah terluka (vulnerability). Tabel 2 Faktor dan Skala Trait Kepribadian Big-Five Karakteristik Nilai Tinggi Skala Trait Karakteristik Nilai Rendah Ingin tahu, ketertarikan yang luas, kreatif, original, imajinatif, modern OPENNESS TO EXPERIENCE (O) Mengukur keinginan proaktif dan pengalaman berharga bagi diri sendiri; toleransi dan eksplorasi dari hal-hal yang tidak familiar. Konvensional, biasa-biasa saja, tidak memiliki ketertarikan, tidak artistik, tidak analitis Terorganisasi, dapat diandalkan, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, berambisi, tekun Sociable, aktif, senang berbicara, berorientasi pada manusia, optimis, menyenangkan, penuh kasih sayang CONSCIENTIOUSNESS (C) Mengukur derajat organisasi individu, persisten, dan motivasi dalam mengarahkan tujuan. Berlawanan dengan individu yang banyak bicara namun tidak bergairah, dan ceroboh. EXTRAVERSION (E) Mengukur kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal; level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas kesenangan. Tidak bertujuan, tidak dapat diandalkan, pemalas, ceroboh, lalai, tidak peduli, tidak punya ambisi, hedonistik Tertutup, serius, pemurung, dingin, berorientasi pada tugas, pemalu, pendiam

21 Berhati lembut, baik hati, percaya, suka menolong, pemaaf, mudah percaya, terus terang Gelisah, pencemas, emosional, merasa tidak aman, tidak puas diri, hypochondriacal AGREEABLENESS (A) Mengukur kualitas orientasi interpersonal, yang terentang dari penuh belas kasihan sampai dengan antagonis dalam hal pikiran, perasaan, dan tindakan. NEUROTICISM (N) Mengukur penyesuaian diri vs. ketidak stabilan emosional. Mengidentifikasi kecenderungan individu terhadap psychological distress, ide-ide yang tidak realistis, hasrat yang berlebihan, dan respon coping yang maladaptive. Sinis, kejam, pencuriga, tidak kooperatif, pendendam, ruthless, manipulatif Tenang, relaks, tidak emosional, kuat, merasa aman, memilki kepuasan diri Tipe kepribadian conscientiousness merupakan trait yang penting pada situasi yang mengutamakan pencapaian prestasi (Raad, 2000). Tipe ini terentang dari trait yang sifatnya bertanggung jawab, terorganisasi, memiliki disiplin diri, sampai dengan tidak bertanggung jawab, tidak terorganisasi, dan kurang disiplin diri (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins, 1996). Selain itu, tipe ini secara konsisten berhubungan dengan performansi kerja (Raad, 2000). Dimensi conscientiousness terdiri atas tujuh faset, yaitu competence, order, dutifulness, achievement, striving, self-discipline, dan deliberation (Pervin & John, 1997). Menurut Corsini (2002), competence adalah kemampuan mengendalikan hal-hal dalam kehidupan, untuk menyelesaikan suatu masalah secara efektif, serta untuk mengubah diri dan lingkungan. Order adalah kerapian dan ketelitian. Dutifullness adalah kemampuan individu untuk berfokus pada setiap tugas yang dimilikinya. Achievement merupakan suatu pencapaian prestasi atau pencapaian tujuan dari individu atau masyarakat. Striving adalah sifat tangguh, berusaha, dan bekerja keras. Self-discipline adalah pengendalian dorongan dan keinginan personal. Terakhir, deliberation adalah kemampuan untuk mempertimbangkan suatu keadaan atau masalah dengan baik. Tipe kepribadian extraversion merupakan tipe yang paling sering digunakan dalam alat tes kepribadian (Raad, 2000). Extraversion merupakan salah satu prediksi yang baik bagi keberhasilan pekerjaan. Menurut Caldwell dan Burger, individu yang extrovert memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan promosi (dikutip oleh Raad, 2000). Tipe kepribadian ini terentang dari sifat asertif, mudah bergaul, banyak bicara, sampai dengan sifat tertutup, pendiam, dan pencuriga (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins, 1996). Tipe extraversion terdiri atas 6 faset, yaitu warmth, gregariousness, assertiveness, activity, excitement seeking, dan positive emotions (Pervin & John, 1997). Menurut Corsini (2002), warmth adalah kehangatan atau keramahan. Gregariousness adalah dorongan untuk beraktivitas, berhubungan sosial, dan hidup bersama dengan orang lain. Assertiveness

22 adalah suatu pemikiran atau gagasan yang terentang dari perilaku berkuasa, dan perilaku patuh. Activity merupakan proses mental atau biologis yang dihasilkan dari penyimpanan energi dalam diri individu. Excitement seeking merupakan suatu keadaan emosional yang ditandai dengan perilaku impulsif, keinginan mencari ketegangan, dan dorongan umum lainnya. Positive emotions adalah suatu proses mental yang ditandai dengan berbagai perasaan dan biasanya disertai dengan pengekspresian gerakan. Tipe agreeableness merupakan tipe yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal (Raad, 2000). Menurut Hogan (dikutip oleh Raad, 2000), Agreeableness memudahkan individu dalam mengatasi masalah-masalah sosial di lingkungan. Tipe kepribadian ini terentang dari sifat kooperatif, pemaaf, baik hati, sampai pada sifat pendendam, dan tidak mau bekerja sama (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins, 1996). Tipe Agreeableness terdiri atas 6 faset, yaitu trust, straightforwardness, altruism, compliance, modesty, dan tendermindedness (Pervin & John, 1997). Menurut Corsini (2002), trust adalah kepercayaan dan integritas terhadap orang lain. Straightforwardness adalah dorongan untuk berterus terang. Altruism adalah suatu perilaku menolong yang menyebabkan orang lain merasa aman, nyaman, dan tentram. Complience adalah kecenderungan untuk mengikuti keinginan dan saran dari orang lain. Modesty adalah suatu sifat kesederhanaan, rendah hati, dan sopan. Tendermindedness adalah suatu karakteristik dari trait kepribadian yang menunjukkan intelektualitas, idealisme, optimisme, dogmatisme, dan religiusitas. Tipe neuroticism merupakan dimensi yang terentang dari tegang, gelisah, murung, negatif, sampai dengan tenang, bergairah, dan positif (Handoyo, 2001; Greenberg & Baron, 1997; Robbins, 1996). Tipe kepribadian ini terdiri atas 6 faset, yaitu anxiety, hostility, depression, self-consciousness, impulsiveness, dan vulnerability (Pervin & John, 1997). Menurut Corsini (2002), anxiety adalah suatu persaan cemas yang tidak menyenangkan, ketakutan, dan keprihatinan atas suatu bencana atau masalah yang tidak dapat dihindari. Hostility merupakan kemarahan yang menetap dan bercampur dengan suatu dorongan yang kuat untuk membalas rasa sakit dan perlakuan buruk yang dialami. Depression adalah suatu keadaan emosional, di mana individu merasa sangat sedih. Keadaan emosional ini terentang dari rasa sedih karena tidak adanya dukungan sampai dengan perasaan murung karena kehilangan semangat dan despair. Self-consciousness merupakan sensitivitas ekstrim mengenai perilaku, penampilan, atau atribut lain dari diri sendiri. Sensitivitas ini menimbulkan kesadaran yang berlebihan terhadap impresi orang lain terhadap diri individu. Impulsiveness adalah kecenderungan untuk melakukan suatu aktivitas tanpa dipikirkan, direfleksikan, atau dipertimbangkan akibatnya terlebih dahulu. Terakhir, vulnerability adalah suatu derajat kerentanan individu dalam mengembangkan perilaku yang tidak sesuai, yang disebabkan oleh suatu peristiwa. Pengukuran Trait Kepribadian Big-Five Saat ini, telah dikembangkan suatu kuesioner yang berhubungan dengan teori kepribadian big-five (Pervin, 1996). Kuesioner ini disusun oleh McCrae dan Costa, dan dinamakan NEO-Personality Inventory-Revised (NEO-PI-R). Kuesioner ini terdiri atas 300 item yang dapat menunjukkan kepribadian subyek. Setiap pernyataan menggambarkan kondisi subyek dan terdiri atas lima skala (dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak

23 setuju). Dalam menilai ke lima faktor tersebut, individu mendapatkan skor dari faset-faset yang berhubungan dengan ke lima faktor tersebut. Faset-faset tersebut menunjukkan perbedaan besar yang berhubungan dengan perilaku individu dari setiap faktor. Pengertian Psychological Well Being Ryff (1995) berpendapat bahwa Psychological Well Being adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu (self-acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth), keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungan secara efektif (environmental mastery), dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy). Sugianto (2000) menambahkan bahwa Ryff merumuskan teori Psychological Well Being pada konsep kriteria kesehatan mental yang positif. Deskripsi orang yang memiliki Psychological Well Being yang baik adalah orang yang mampu merealisasikan potensi dirinya secara kontinu, maupun menerima diri apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, memilki kemandirian terhadap tekanan sosial, memiliki arti dalam hidup, serta mampu mengontrol lingkungan eksternal. Menurut Karl Meninger, Jones, dan Bradburn Psychological Well Being sama dengan kebahagiaan. Sedangkan Boehm mendefinisikan Psychological Well Being sebagai kepuasan hidup (Sugianto, 2000). Menurut Warr (dikutip oleh Suryawidjaja,1998) Psychological Well Being adalah suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas-aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Diener dan Diener (dikutip oleh Indriyanie, 1998) menyamakan Psychological Well Being dengan subjective well being, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya yang meliputi reaksi emosional terhadap suatu peristiwa dan evaluasi sadar yang dilaporkan baik pada saat suatu peristiwa terjadi atau secara global setelah waktu yang lama. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Psychological Well Being adalah suatu kondisi di mana seseorang melakukan penilaian terhadap hidupnya sehari-hari yang meliputi reaksi emosional terhadap suatu peristiwa dan evaluasi sadar yang dilaporkan baik pada saat suatu peristiwa terjadi atau secara global setelah waktu yang lama. Dimensi Psychological Well Being Menurut Ryff (dikutip oleh Sugianto, 2000) ada enam dimensi dari Psychological Well Being, yaitu (a) self-acceptance, (b) positive relationship with others, (c) autonomy, (d) environmental mastery, (e) purpose in life, dan (f) personal growth. Penerimaan diri (self-acceptance) adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari psychological well-being. Skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak puas dengan dirinya sendiri, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani, mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dririnya saat ini (Sugianto, 2000). Aspek ini dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal,

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five 35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dan unik. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, karena individu

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan trauma sekunder yang sering diartikan dengan salah. Walau terlihat mirip akan tetapi memiliki definisinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk John Doe ID UH555438 Tanggal Oktober 20, 2014 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja. Ada 6,2 milyar penduduk dunia, golongan darah terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. saja. Ada 6,2 milyar penduduk dunia, golongan darah terbagi menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki golongan darahnya masing-masing. Golongan darah tidak hanya menjelaskan jenis darah yang dimiliki oleh individu, tetapi juga dapat menjelaskan

Lebih terperinci

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia

Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Gambaran Kepribadian Dosen-Tetap pada Universitas Swasta Terbaik di Indonesia Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara Email:zamralita@fpsi.untar.ac.id ABSTRAK Dosen adalah salah satu komponen utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Prawirosentono (2008) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami menjadi tua sesuai dengan tahapan perkembangannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami menjadi tua sesuai dengan tahapan perkembangannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebanyakan orang memang mengakui bahwa menjadi tua itu adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari, akan tetapi pada dasarnya setiap manusia akan mengalami

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: John Doe ID: HC243158 Tanggal: 29 Juli 2015 2 0 0 9 H O G A N A S S E

Lebih terperinci

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan Untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC.

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan Untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC. Laporan Untuk: John Doe ID: HC560419 Tanggal: 4 November 2016 2013 HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC. PENGANTAR Hogan Personality Inventory adalah pengukuran kepribadian yang berisi tujuh skala utama dan enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian (personality) adalah

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap individu, baik dengan keunikan ataupun kekurangan berhak

Lebih terperinci

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang BAB II LANDASAN TEORI A. Sumber Nilai Makna Hidup 1. Definisi Sumber Nilai Makna Hidup Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang neuropsikiater keturunan Yahudi dari kota Wina,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Locus Of Control 2.1.1 Definisi Locus Of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepribadian Menurut Robbins dan Judge (2015) kepribadian (personality) merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari proses mental dan perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu

Lebih terperinci

Ciri dan Watak Wirausaha

Ciri dan Watak Wirausaha Ciri dan Watak Wirausaha SALAH Dilazimkan Menyalahkan: -Orang lain -Lingkungan akibatnya -Tidak percaya diri -Tidak bisa menerima kritik -Pasif Kondisi SEHARUSNYA Dilatih Intropeksi -Responsibility -Konsekuen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL

PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL PERAN KELUARGA STRATEGIS DAN KRUSIAL Belum memiliki budi pekerti tertentu, belum memiliki bentuk jiwa yang tetap dan masih bersifat global. Anak masih mudah menerima pengaruh dari lingkungan POTENSI KELUARGA

Lebih terperinci

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam

Lebih terperinci

Richard Smithson C.C. Sample

Richard Smithson C.C. Sample ProScan Ini Khusus Disusun untuk: undefined Client Platinum Street CPville, CO 80125 719-222-2222 client_platinum@client.com 1984, Rev. 2017 PDP, Inc. USA. All rights reserved. 0000-001.3 HDDX64J9 1 Pendahuluan

Lebih terperinci

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan PERSONALITY AND EMOTIONAL By Syafrizal Chan Personality (Kepribadian) Bagaimana cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lainnya Personality determinat (Penentu kepribadian) : 1. Heredity (Keturunan)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert dan Kinicki (dalam Robert Kreitner, 2011) bahwa komitmen

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Robert dan Kinicki (dalam Robert Kreitner, 2011) bahwa komitmen BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Menurut Robert dan Kinicki (dalam Robert Kreitner, 2011) bahwa komitmen organisasi adalah cerminan dimana seorang karyawan

Lebih terperinci

4 Temperamen Manusia

4 Temperamen Manusia 4 Temperamen Manusia Seseorang tidak mungkin seorang koleris murni, terkadang dipengaruhi juga oleh sifat melankolis sehingga temperamennya menjadi koleris-melankolis Di sisi lain seorang phlegmatis seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id 98 LAMPIRAN 99 Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi/siang/malam Dengan hormat, perkenalkan saya Karenya Eynel Andjani, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresi 1. Definisi Perilaku Agresi Perilaku agresi adalah merupakan salah satu bentuk perilaku yang dimiliki oleh setiap manusia. Seperti yang dikemukakan Freud, Mc Dougall,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL

MACAM-MACAM PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL MACAM-MACAM SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK IMPLIKASI PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL Faktor Bawaan Sel Jantan Gen + Sel Betina Faktor Lingkungan Chromosom Chromosom

Lebih terperinci

EVA IMANIA ELIASA, M.Pd

EVA IMANIA ELIASA, M.Pd PERBEDAAN INDIVIDUAL EVA IMANIA ELIASA, M.Pd SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL 1. Faktor Bawaan Merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan genetik Dimulai pada saat terjadinya pembuahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

Download Buku Gratis -

Download Buku Gratis - Menyibak Rahasia Karakteristik Sifat Seseorang Sesuai Tanggal Lahirnya Menurut Al-Qur an Oleh : Naldy... knowledge belongs to the world... semua materi dalam e-book ini bersifat copyleft, boleh disebarluaskan

Lebih terperinci

SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL

SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL PERBEDAAN INDIVIDUAL kuis 1. Sumber perbedaan individu dapat dijelaskan dari factor bawaan dan lingkungan 2. Sifat dan kecerdasan anak dipengaruhi oleh gen yang diturunkan orang tua pada anak 3. Pola asuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Akademik 1. Pengertian Prestasi Akademik Menurut pendapat Djamarah (dalam Rini, 2012) tentang pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC.

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC. Laporan untuk: John Doe ID: HC560419 Tanggal: 4 November 2016 2013 HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC. PENGANTAR Hogan Development Survey mengevaluasi 11 aspek perilaku interpersonal yang dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment

BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT. Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI PSYCHOLOGICAL ADJUSTMENT 1. Definisi Psychological Adjustment Weiten dan Lloyd (2006) menyebutkan bahwa psychological adjustment merupakan proses psikologis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, didapatkan data jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 87% memeluk agama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, didapatkan data jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 87% memeluk agama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat enam agama resmi yang dapat dianut, yaitu Islam, Budha, Hindu, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Kong Hu Cu. Kebebasan memilih agama

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN DAN APARAT KEHUMASAN

KEPRIBADIAN DAN APARAT KEHUMASAN KEPRIBADIAN DAN KEPERCAYAAN DIRI DIRI SOFTSKILL APARAT KEHUMASAN Creative Trauma Cleansing Practioner.- Visi Sukses Glass Walking Instructor Training - IFGWI Train For Motivator Ongky Hojanto Resources

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU Oleh : Kelompok 2 : 1. Sarjono Eka Putra (125030400111015) 2. Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) 3. Ryan Astri Kurniawan (125030405111001) 4. Daniel Avianto Kurniawan (125030405111005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Muncul dari kalangan perwira militer, Prijanto adalah sosok yang sebelumnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau yang dikenal dengan HIV merupakan sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah kurang lebih lima hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM

KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM PENGEMBANGAN SIFAT POSITIF KEPRIBADIAN MERUPAKAN MODAL PENTING UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN SESEORANG DALAM KEHIDUPANNYA. ADA UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN 1 HARUS DIGARISBAWAHI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Profesi perawat diharapkan dapat membantu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan yang dianut oleh penduduknya. Masing-masing agama memiliki pemuka agama. Peranan pemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci