BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap dimensi penting untuk pelanggan ritel. Dabholkar et al. (1996) dan kelengkapan barang yang dijual,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap dimensi penting untuk pelanggan ritel. Dabholkar et al. (1996) dan kelengkapan barang yang dijual,"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan Dabholkar et al. (1996) mengembangkan penelitian secara empirik untuk menangkap dimensi penting untuk pelanggan ritel. Dabholkar et al. (1996) menyatakan bahwa ukuran kualitas pelayanan ritel harus menangkap dimensi tambahan sebagai hasil dari fokus banyak kelompok, mereka telah mengembangkan kualitas pelayanan ritel yang mencakup lima dimensi yaitu: 1) Aspek fisik: letak barang dan kebersihan toko 2) Keandalan: pemberian diskon belanja, memberikan pelayanan yang cepat, dan kelengkapan barang yang dijual, 3) Interaksi pribadi: kesopanan dalam memberikan pelayanan, membantu dalam mencarikan barang, dan memberikan informasi yang tepat mengenai barang dan harga kepada pelanggan, 4) Pemecahan masalah: keluhan pelanggan, ketulusan dalam menangani masalah, pengembalian dan pertukaran, 5) Kebijakan: kualitas barang, pilihan pembayaran, jam operasi, dan ruang parkir. Dabholkar et al. (1996) mereplikasi studi mereka sendiri tentang ritel dan menemukan semua dimensi akan berlaku di Amerika Serikat. Dabholkar et al. (1996) menyatakan hasil yang sangat menggembirakan untuk penerapan kualitas pelayanan dalam konteks department store, mall, dan hypermarket di Afrika 8

2 9 Selatan. Mehta (2000) menyatakan bahwa bisnis ritel harus memiliki barang dan pelayanan yang baik. Menurut Mehta (2000) dalam pelayanan ritel perlu melihat kualitas pelayanan, barang dan memperoleh satu set item yang akurat untuk mengukur dan membangun pelayanan kepada pelanggan. Mehta et al. (2000) mengidentifikasi beberapa faktor kualitas pelayanan ritel yang meliputi kualitas barang, parkir, jam operasi, kenyamanan, dan pilihan pembayaran. Kim dan Jin (2002) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan unsur yang sangat penting dalam bisnis ritel dengan dimensi interaksi pribadi, pemecahan masalah, dan dimensi kebijakan sebagai bagian dari kualitas pelayanan. Penelitian yang sama mengenai kualitas pelayanan ritel juga dilakukan Kaul (2005) menyatakan bahwa kualitas pelayanan ritel memiliki 4 (empat) dimensi kualitas pelayanan yaitu keandalan, interaksi pribadi, pemecahan masalah, dan kebijakan. Menurut Finn (2004) kualitas pelayanan ritel yang baik diwakili 3 (tiga) dimensi kualitas pelayanan ritel yaitu aspek fisik, interaksi pribadi, dan pemecahan masalah. Eshghi et al. (2008) menyatakan bahwa kualitas pelayanan sebagai penilaian keseluruhan pelayanan oleh pelanggan, atau seberapa besar pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau harapan pelanggan. Menurut Nguyen dan Leblanc (2002) hasil dari pelayanan yang dirasakan pelanggan berdasarkan evaluasi yang dirasakan pada pengalaman pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan. Dabholkar et. al. (1996) mengusulkan kualitas pelayanan ritel yang mencakup 5 (lima) dimensi yaitu: aspek fisik, kehandalan, interaksi personal, pemecahan masalah dan kebijakan. Meskipun studi Dabholkar

3 10 memberikan kontribusi untuk memahami kualitas pelayanan ritel, pengukuran kualitas pelayanan dapat menangkap dimensi tambahan, seperti pengalaman pelanggan dengan program loyalitas melibatkan beberapa aspek seperti penghargaan penebusan, memahami kebijakan program, khusus peristiwa dll. Menurut Strauss (2005) pelanggan sering mengalami frustrasi dengan program loyalitas, sebagai hasil dari kesulitan yang mereka hadapi dalam mencapai ambang batas yang diperlukan untuk memenuhi syarat program, tidak terjangkaunya program, tidak berharga dari penghargaan, atau biaya tambahan (materi atau mental) yang diperlukan untuk menggunakan manfaat dari program loyalitas. Selain itu, kesulitan dalam memahami dan kurangnya informasi dapat mengurangi loyalitas pelanggan (Demoulin dan Zidda, 2009). Loyalitas pelanggan dapat dirancang untuk mengakomodasi pelanggan individu melalui pilihan peningkatan pelayanan pelanggan yang umumnya tidak diberikan kepada pelanggan lainnya, seperti pelayanan pelanggan pribadi bagi pemegang kartu tertentu. Selain itu, loyalitas pelanggan dapat digunakan untuk menyampaikan prestise kepada pelanggan dan membuat mereka merasa penting dan dihargai. Akibatnya, hal ini telah mendorong panggilan dari beberapa peneliti untuk penelitian lebih lanjut ke dalam rancangan program loyalitas pelanggan (Bridson et al. 2008) dan pada kualitas pelayanan (Omar et al. 2009). Kualitas pelayanan dalam program loyalitas, menurut Vesel dan Zabkar (2009) telah mulai menekankan pentingnya dukungan staf dan interaksi terhadap pelanggan sebagai faktor keberhasilan penting dalam bisnis ritel.

4 11 Beberapa studi, seperti Long dan McMellon (2004), Kim dan Jin (2002), Dabholkar et al. (1996), telah mengeksplorasi dimensi kualitas pelayanan dalam sektor ritel. Vazquez et al. (2001) dan Huang (2009) menemukan 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan ritel yaitu: 1. Aspek fisik dapat didefinisikan sebagai penampilan toko dan tata letak barang di dalam toko (Vazquez et al., 2001). Menurut Huang (2009) aspek fisik memainkan peran yang sangat penting dalam pelayanan sektor ritel, terutama mengenai peletakan rak barang dalam toko, kerapian penempatan barang, sehingga memudahkan pelanggan dalam mencari barang, dan juga perlengkapan modern yang digunakan untuk memudahkan transaksi. Pernyataan yang sama juga pernah dikemukakan oleh Fisher et al. (2006) bahwa pelanggan sering tidak menemukan barang yang mereka cari, bahkan jika barang ini dalam toko, karena tata letak barang yang tidak baik menimbulkan masalah yang dapat mengarah pada persepsi buruk pelanggan sehingga beralih ke pesaing. Menurut Yan et al. (2011) kebersihan toko memberikan petunjuk yang nyata tentang kualitas layanan ritel dan kebersihan toko secara luas diakui sebagai faktor penentu yang penting dari pengalaman belanja pelangan. 2. Membangun keandalan ritel dapat dimulai dengan mengukur kemampuan toko untuk memberikan pelayanan yang telah dijanjikan kepada pelanggan secara cepat dan akurat, kelengkapan barang yang dijual, selain itu pemberian diskon juga dapat memberikan dampak positif kepada pelanggan (Huang, 2009). Pelayanan yang cepat dapat berupa memberikan

5 12 informasi yang akurat meliputi harga dan jenis barang, selain itu keandalan juga mengacu terhadap kemampuan pelaku usaha ritel untuk memiliki persediaan barang dagangan dan harga yang lebih murah dari pesaing ritel yang lain Yan et al. (2011). 3. Atribut interaksi pribadi seperti kesopanan dalam memberikan pelayanan, membantu dalam mencarikan barang, dan memberikan pelayanan yang tepat dan benar memainkan peran penting dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan dengan atribut yang paling penting adalah pelayanan pelanggan yang ditawarkan oleh tenaga penjualan dari pertemuan layanan (Gounaris, 2008). Menurut Jamal dan Adelowore (2008) karyawan sering dipandang sebagai fasilitator proses penjualan, karena mereka memainkan peran penting dalam penjualan ritel. Selain itu, karyawan juga menyediakan bantuan kepada pelanggan dalam menjelajahi lorong toko dan memilihkan barang yang tepat. Menurut Yan et al. (2011) interaksi pribadi juga meliputi rasa aman yang dirasakan pelanggan dalam menitipkan barang kepada karyawan pada saat berbelanja. 4. Pemecahan masalah mengacu pada kemampuan pelaku usaha ritel memberikan penanganan pengembalian dan pertukaran, serta menangani masalah dan keluhan pelanggan (Vazquez et al., 2001). Chang et al. (2008) menyatakan kemampuan toko untuk mengekspresikan minat yang tulus dan jujur dalam memecahkan masalah pelanggan dan sebuah sistem pemecahan masalah yang baik akan mendeteksi dan memecahkan masalah, mencegah ketidakpuasan, dan menangani keluhan pelanggan dengan tepat. Ada bukti untuk mendukung bahwa, pelanggan lebih suka

6 13 berbelanja di toko ritel yang memiliki proses pemecahan masalah yang cepat dan efektif (Huang, 2009). 5. Kebijakan ritel yaitu bebas biaya parkir, pilihan pembayaran, jam operasional, pemisahan parkir mobil dan motor serta dengan adanya kebijakan yang baik dalam bisnis ritel, pelanggan mempunyai kemudahan dan rasa aman dalam berbelanja (Menurut Huang, 2009). 2.2 Kepuasan Pelanggan Menurut Armstrong dan Kotler (2005) kepuasan pelanggan adalah manfaat yang dirasakan oleh pelanggan terhadap produk yang dibeli dan sesuai dengan harapan pelanggan membeli produk tersebut. Strauss (2005) menyatakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam bisnis ritel diantaranya, kelengkapan produk yang dijual, penawaran harga yang menarik dan keamanan. Menurut Bergstrom et al. (2003) mengukur faktorfaktor kepuasan pelanggan misalnya produk, harga, tenaga penjual, dan suasana merupakan hal penting dalam bisnis ritel. Giese dan Cote (2000) menyatakan bahwa definisi kepuasan pelanggan diidentifikasi dengan respon efektif pelanggan yang berkaitan dengan fokus khusus (yaitu pengalaman pembelian atau produk yang dibeli) dan terjadi pada waktu tertentu. Menurut Wicks dan Roethlein (2009) dari berbagai definisi tentang kepuasan pelanggan ritel, jelas bahwa kepuasan pelanggan juga ditentukan pengalaman belanja pelanggan di tempat ritel. Wicks dan Roethlein (2009) juga menyatakan, bahwa kepuasan pelanggan dapat dibentuk melalui proses evaluasi terhadap produk, harga, suasana, tenaga penjual, dan evaluasi terhadap pengalaman pembelian oleh pelanggan.

7 14 Set gerai atau toko ritel yang terletak di wilayah geografis terdekat yang disebut sebagai tempat ritel atau cluster ritel (Berman dan Evans, 2007). tempat ritel dibagi menjadi dua jenis: bentuk "diciptakan" termasuk pusat perbelanjaan, galeri, pusat strip atau factory outlet, dan form "berevolusi" meliputi pusat kota, strip belanja, taman ritel (Berman dan Evans, 2007). Teller dan Reutterer (2008) menyatakan, bahwa kepuasan belanja pelanggan ritel dipengaruhi oleh 6 (enam) faktor kepuasan pelanggan ritel yaitu lokasi tempat berdirinya toko ritel, kelengkapan barang yang dijual, harga barang, kesiapan tenaga penjual dalam melayani pelanggan, kenyamanan pelanggan dalam berbelanja, dan garansi barang atau jaminan terhadap barang apabila mengalami kerusakan. Menurut Ilter (2006) ada enam (6) faktor yang menarik minat pelanggan untuk datang ke tempat ritel dan yang berhubungan terhadap kepuasan pelanggan ritel antara lain: lokasi toko, harga, kenyamanan berbelanja, tenaga penjual, dan garansi barang. Pernyataan yang sama juga di kemukakan oleh Nilawan (2008) ada enam (6) faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan ritel dalam berbelanja yaitu: 1. Lokasi toko 2. Kelengkapan barang yang dijual 3. Harga barang 4. Pelayanan tenaga penjual dalam membantu pelanggan 5. Kenyamanan berbelanja di tempat ritel 6. Garansi barang

8 15 Penelitian kepuasan pelanggan ritel juga dilakukan oleh Martinez-Ruiz et al. (2010) yang menemukan ada 6 (enam) faktor penting kepuasan pelanggan ritel yaitu: 1. Lokasi atau tempat berdirinya toko ritel memiliki daya tarik tertentu terhadap pelanggan, terutama lokasi toko yang berada di pusat kota dan kemudahan pelanggan dalam akses transportasi (Martinez-Ruiz et al., 2010). 2. Kelengkapan barang atau memilik banyak variasi barang yang dijual dapat membantu melayani selera barang yang diinginkan pelanggan (Dhar et al., 2001). Yuen dan Chan (2010) menyatakan kelengkapan barang yang dijual dalam ritel tidak hanya membantu pelaku usaha ritel menarik lebih banyak pelanggan tetapi juga dapat memotivasi pelanggan untuk membeli barang lain di toko. 3. Harga merupakan faktor penting dalam bisnis ritel karena harga yang kompetitif dari barang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan ritel (Yuen dan Chan, 2010). 4. Kepuasan adalah hasil yang diterima oleh pelanggan dari pelayanan yang diterima dan dirasakan pelanggan (Lee, 2008). Konfirmasi tersebut mengacu pada hubungan antara kinerja dan harapan. Jika kinerja pelayanan ritel tidak sesuai dengan harapan pelanggan, maka akan terjadi ketidakpuasan pelanggan. Pelayanan memainkan peran penting dalam kepuasan pelanggan (Edvardsson, 2000). Dengan pengembangan sektor

9 16 pelayanan, peneliti juga telah mengambil langkah besar dalam mendefinisikan dan memahami kepuasan dari sudut pandang pelanggan. 5. Kenyamanan digambarkan sebagai rangsangan sensorik di mana pelanggan menemukan suatu kenyamanan tertentu dalam berbelanja pada tempat ritel (Menurut Edvardsson, 2000). Menurut Inman et al. (2009) kenyamanan berbelanja yang dirasakan pelanggan rangsangan sebagai isyarat untuk mengingatkan mereka tentang apa yang pelanggan rasakan saat berbelanja atau membeli barang. 6. Dengan adanya garansi yang diberikan oleh pihak manajemen kepada pelanggan setiap melakukan transaksi memberikan dampak positif terhadap kepuasan (Martinez-Ruiz et al., 2010). Menurut Martinez-Ruiz et al. (2010) kepuasan pelanggan merupakan faktor kunci bisnis ritel hypermarket dan supermarket di Spanyol, yaitu dengan memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan termasuk fasilitas yang disediakan oleh toko untuk membantu pelanggan, untuk mempercepat pelayanan, untuk membuat hubungan persahabatan antara staf dan pelanggan, dan akhirnya untuk membentuk elemen komunikasi seperti katalog dan iklan yang digunakan sebagai promosi. Menurut Martinez-Ruiz et al. (2010) semua aspek yang dibahas dapat dibuat referensi dalam menjalankan operasional bisnis ritel dan memiliki peran dalam pembentukan posisi pasar ritel. Oleh karena itu dengan menggunakan metode kepuasan yang dihubungkan dengan penilaian toko, kita dapat mencapai tanda-tanda kepuasan pelanggan dengan rincian lebih lanjut (Bridson, 2008). Tinjauan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsep pemasaran dan

10 17 kepuasan adalah dua faktor untuk mempertahankan pelanggan, dengan kata lain mereka dihitung sebagai transaksi lanjutan dari pelanggan dengan penyedia pelayanan atau pembelian berulang dari merk tertentu (Olsen dan Johnson, 2003). 2.3 Loyalitas Pelanggan Menurut Evanschitzky et al. (2006) sikap loyalitas adalah psikologis pelanggan yang disposisi terhadap merk yang sama atau toko dan melibatkan pengukuran sikap pelanggan. Perilaku loyalitas sebaliknya, mencerminkan kecenderungan pelanggan dan melibatkan pengukuran masa lalu, pembelian merk yang sama atau patronase dari toko yang sama dan/atau pengukuran probabilitas pembelian masa depan dengan pembandingan perilaku pembelian masa lalu. Menurut Cooil (2007) indikator yang tepat untuk melakukan penelitian dalam bisnis ritel adalah loyalitas pelanggan, karena pelanggan yang puas akan kembali untuk melakukan pembelian. Loyalitas dan kepuasan dapat membuat pelanggan lebih bermanfaat dari situasi mengecewakan yang terkait dengan barang tertentu atau dengan toko (Anselmsson, 2006). Bahkan, hubungan antara kepuasan dan loyalitas sebagian besar telah terbukti menjadi literatur kasus. Banyak penelitian telah difokuskan pada hubungan positif antara kepuasan dan loyalitas pelanggan, dengan peneliti mempertimbangkan kepuasan sebagai salah satu faktor utama untuk terciptanya loyalitas pelanggan, terutama dalam bisnis ritel (Cooil, 2007). Menurut Gomez (2004) dalam pengaturan ritel, interaksi antara pelanggan dan penjual merupakan hal yang unik dan penting dalam dimensi kinerja ritel,

11 18 dengan adanya interaksi tersebut bisa memiliki dampak yang kuat pada loyalitas pelanggan ritel. Menurut Gomez (2004) dalam penelitian bisnis ritel yang telah menemukan bahwa, interaksi antara kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat. Piotr (2004) menunjukkan pelanggan setia menunjukkan 3 karakteristik sebagai berikut. (1) Mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli produk atau pelayanan. (2) Mereka mendorong orang lain untuk membeli produk atau pelayanan. (3) Mereka percaya untuk membeli produk atau pelayanan perusahaan. Karakteristik tersebut dapat menunjukkan niat perilaku pelanggan untuk bersedia melanjutkan hubungan dengan merek tertentu atau perusahaan. Gronholdt (2000) menyatakan loyalitas pelanggan dibentuk oleh sikap loyalitas dan perilaku loyalitas. Sikap loyalitas berarti kesetiaan dalam sikap dan toleransi terhadap harga. Perilaku loyalitas berarti pembelian berkelanjutan dan perilaku rekomendasi. Gronholdt (2000) menunjukkan loyalitas pelanggan ritel terdiri atas 4 (empat) indikator yaitu: 1. Niat pembelian kembali pelanggan 2. Tersedia merk terkenal 3. Bersedia merekomendasikan merek atau toko 4. Bersedia untuk melakukan pembelian silang Jadi ke 4 (empat) item tersebut dapat bertindak sebagai indikator pengukuran loyalitas pelanggan. Untuk meringkas pernyataan di atas, dapat dilihat jika akan mengukur loyalitas pelanggan, pengukuran dapat dilakukan dan dianggap 4 (empat) tingkatan yaitu (1) bersedia membeli kembali, (2) sikap positif

12 19 pelanggan terhadap tempat ritel, (3) bersedia memberikan rekomendasi kepada pelanggan lain dan (4) toleransi terhadap penyesuaian harga. Penelitian lain mengenai loyalitas pelanggan juga dilakukan oleh Noble et al. (2006) bahwa loyalitas pelanggan ritel mempunyai beberapa faktor antara lain pembelian kembali oleh pelanggan, bersedia melakukan pembelian barang yang sama dengan merk lain, bersedia merekomendasikan toko kepada orang lain. Bodet (2008) menyatakan loyalitas pelanggan merupakan hal terpenting untuk keberlangsungan perusahaan ritel dalam persaingan yang kompetitif dan merupakan komponen penting dari pertumbuhan dan kinerja perusahaan ritel. Para peneliti menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan variabel kunci dalam menjelaskan sikap loyal pelanggan dan ditentukan oleh kombinasi dari tingkat pembelian berulang (Bodet, 2008). Menurut Liu dan Wu (2007) ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan bisnis ritel yaitu sikap pelanggan terhadap suatu produk, harga dan kelengkapan barang. Peneliti lain menunjukkan bahwa loyalitas terhadap toko adalah membangun perilaku. Ini termasuk retensi pelanggan, pembelian berulang dan kata positif dari mulut ke mulut (Liu dan Wu, 2007). Menurut Bodet (2008) pelayanan yang baik, harga yang menarik, dan rekomendasi dari orang lain merupakan faktor penting dalam bisnis ritel, karena dengan hal tersebut dapat menciptakan loyalitas pelanggan ritel. Menurut Bodet (2008) dalam meneliti kepuasan dan loyalitas pelanggan toko ritel, menemukan bahwa kepuasan atau loyalitas pelanggan adalah dipengaruhi beberapa faktor seperti berikut:

13 20 1. Pembelian kembali pelanggan ritel 2. Bersedia melakukan pembelian barang yang sama dengan merk yang berbeda 3. Tersedianya merk terkenal 4. Memberikan rekomendasi kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. membeli barang yang berbeda pada satu tempat. Banyak tempat ritel menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. membeli barang yang berbeda pada satu tempat. Banyak tempat ritel menawarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel yang ada di Kota Negara mengalami perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan tersebut dikarenakan pelanggan ritel yang lebih suka membeli

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HARDY S NEGARA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HARDY S NEGARA TESIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HARDY S NEGARA I MADE SATYA GRAHA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i TESIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HARDY S NEGARA. I Made Satya Graha 1 Made Wardana 2.

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HARDY S NEGARA. I Made Satya Graha 1 Made Wardana 2. ISSN : 2337-3067 E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 5.2 (2016) : 309-334 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN HARDY S NEGARA I Made Satya Graha 1 Made Wardana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara langsung kepada konsumen akhir. Pada perkembangannya, kini bisnis ritel di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. secara langsung kepada konsumen akhir. Pada perkembangannya, kini bisnis ritel di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas, saat ini perusahaan yang menjalankan bisnis saling bersaing ketat. Seiring bertambahnya jumlah pesaing, perusahaan harus dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring perkembangan yang disertai dengan kemajuan teknologi. Segala kemudahan yang diciptakan oleh manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis sekarang ini identik dengan persaingan dalam memperebutkan pelanggan potensial dan mempertahankan pelanggan yang ada. Persaingan bisnis hampir

Lebih terperinci

Metoda Penelitian Populasi dan Sampel Pengumpulan Data

Metoda Penelitian Populasi dan Sampel Pengumpulan Data Metoda Penelitian Populasi dan Sampel Didalam penelitian ini, termasuk dalam golongan populasi infinite, yaitu populasi yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Pada penelitian ini yang menjadi populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suci Rahayu, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan pola hidup masyarakat yang menginginkan kenyamanan dalam berbelanja, kepastian akan harga, dan keanekaragaman barang kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 E-commerce 2.1.1 Pengertian e-commerce Menurut Kotler & Amstrong (2012) E-commerce adalah saluran online yang dapat dijangkau seseorang melalui komputer, yang digunakan oleh pebisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era saat ini, bisnis ritel telah menjadi salah satu jenis usaha yang sedang mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ritel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kazi Omar Siddiq 2011 Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul Interrelations between Service Quality Attributes,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran yang didasarkan pada hasil analisa yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Kesimpulan dan saran disusun berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain menjadi semakin ketat. Terbukti dengan adanya peningkatan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain menjadi semakin ketat. Terbukti dengan adanya peningkatan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya persaingan antara perusahaan dengan perusahaan lain menjadi semakin ketat. Terbukti dengan adanya peningkatan kebutuhan dan keingginan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Pihak yang paling menaruh perhatian terhadap kepuasan dan ketidakpuasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya banyak pilihan toko membuat konsumen semakin mudah untuk berbelanja. Hal ini berdampak pada semakin kompetitifnya persaingan antar toko ritel.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Keunggulan suatu jasa akan sangat ditentukan oleh kualitas, keunikan dan manfaat yang diberikan oleh jasa tersebut, apakah sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis yang ada, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadarinya. Demi tercapainya tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Dalam menjalankan suatu bisnis, pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri ritel merupakan salah satu industri yang cukup kuat untuk bisa bertahan dalam segala situasi dan kondisi ekonomi apapun, dalam krisis ataupun keadaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi

BAB I PENDAHULUAN. internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Internet World Statst (2016), jumlah orang yang menggunakan internet sampai pada bulan Juni 2016 melebihi 3,68 miliar. Meskipun penetrasi melambat dari pengguna

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian. Pengaruh Brand Image, Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian. Pengaruh Brand Image, Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan 107 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Survei Loyalitas Pelanggan Pengaruh Brand Image, Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan Giant (hypermarket) di Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lingkungan Toko Lingkungan toko merupakan salah satu bagian dari bauran eceran yang memiliki arti yang sangat penting dalam menjalankan bisnis ritel. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang

BAB II KERANGKA TEORI. kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Garpesz (dalam Laksana, 2008:96), mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu keadaan di mana kebutuhan, keinginan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara

Lebih terperinci

Telaah Teoritis. Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix)

Telaah Teoritis. Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Telaah Teoritis Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Menurut Munir (2011) Retailing merupakan aktivitas paling akhir dari rangkaian perjalanan produk dari produsen ke pelanggan akhir. Kegiatan retailing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi positif bagi eksistensi bisnis di masa yang akan datang. Loyalitas

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi positif bagi eksistensi bisnis di masa yang akan datang. Loyalitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang ketat dewasa ini menuntut sebuah perusahaan untuk memiliki konsumen yang loyal. Konsumen yang loyal akan memberikan kontribusi positif bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemajuan perekonomian mempengaruhi kehidupan masyarakat. Peningkatan status sosial dan ekonomi masyarakat berakibat pada perubahan perilaku dan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu semakin meningkat. Banyak perusahaan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu semakin meningkat. Banyak perusahaan yang berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, kegiatan bisnis khususnya pemasaran dari waktu ke waktu semakin meningkat. Banyak perusahaan yang berusaha memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan

BAB II LANDASAN TEORI. pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memuat teori-teori yang mendasari penelitian dan dijadikan pendukung dan acuan penelitian. Teori-teori ini menjadi bahan rujukan berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. explanatory (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2011), penelitian menurut

III. METODOLOGI PENELITIAN. explanatory (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2011), penelitian menurut III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatory (tingkat penjelasan). Menurut Sugiyono (2011), penelitian menurut tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahun menunjukkan kebutuhan masyarakat akan tersedianya sarana. menggunakan sepeda motor. Permintaan akan sepeda motor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ketahun menunjukkan kebutuhan masyarakat akan tersedianya sarana. menggunakan sepeda motor. Permintaan akan sepeda motor menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk melakukan mobilitas atau perpindahan tempat sangatlah penting. Populasi kendaraan bermotor dijalan raya yang meningkat dari tahun ketahun menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran ritel (Retail Marketing Mix) Amir (2004) menyatakan bauran pemasaran ritel biasanya terdiri dari pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS LAYANAN PASAR TRADISIONAL DAN MODERN SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS LAYANAN PASAR TRADISIONAL DAN MODERN SKRIPSI 0 ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS LAYANAN PASAR TRADISIONAL DAN MODERN (Kasus Pada Pasar Tradisional Delanggu dan Pasar Modern Toserba Luwes Delanggu) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Usaha ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya bermunculan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak sektor ini berkembang cepat. Niat beli penting bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya Indonesia telah semakin modern, berdampak pada pergeseran budaya berbelanja masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Stimulus Organism Respons (SOR) Berbagai teori telah diusulkan untuk menjelaskan secara perilaku pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini mulai dirasakan oleh Indonesia. Pertumbuhan tersebut meliputi berbagai macam sektor, tidak terkecuali dari sektor ritel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Evolusi dalam perkembangan usaha ritel di Indonesia secara faktual didorong oleh semakin pesatnya persaingan dalam pasar konsumen akhir. Ketatnya persaingan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia usaha mengharuskan perusahaan untuk merespon segala perubahan yang terjadi. Masalah utama yang dihadapi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Seiring menguatnya era globalisasi saat ini telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan pasar Indonesia. Persaingan antar dunia usaha, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia selalu tidak pernah merasa puas meskipun kebutuhannya telah terpenuhi, dan akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Setelah kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat meningkat, di iringi dengan daya beli konsumen yang meningkat. Bisnis ritel di Indonesia sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Pemasaran Menurut American Marketing Association (AMA), mendefinisikan Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. retail. Khususnya penjualan pada produk sabun antiseptik, para penjual harus

BAB I PENDAHULUAN. retail. Khususnya penjualan pada produk sabun antiseptik, para penjual harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini persaingan bisnis telah membuat berbagai perusahaan untuk berlomba merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam hal ini salah satu sektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh (Zeithaml, 1988:

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri dan produksi serta pada kegiatan perdagangan eceran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. industri dan produksi serta pada kegiatan perdagangan eceran di Indonesia 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat, telah terjadi perubahan diberbagai sektor, termasuk dibidang industri dan produksi serta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terdapat strategi baru bagi perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan untuk menggali pembelian ulang pelanggan, yaitu dengan memfokuskan pada kepuasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di negeri ini tidak terlepas dari sejarah dan budaya nenek moyang kita. Namun, seiring perubahan gaya hidup konsumen, pasar tradisional

Lebih terperinci

Perempuan % Total % Usia di bawah 20 tahun % Usia 20 tahun 29 tahun % Usia Responden

Perempuan % Total % Usia di bawah 20 tahun % Usia 20 tahun 29 tahun % Usia Responden Bahasan Penelitian Karakteristik Responden Data dari sampel sebanyak 200 responden lebih lanjut secara deskriptif, dapat ditelusuri dari: jenis kelamin, usia, pendapatan atau uang saku perbulan dan frekuensi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pengukuran kualitas pelayanan merupakan alat pemasaran yang signifikan untuk sebuah ritel yang ingin mengembangkan keunggulan secara kompetitif. Kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Hedonis Kata hedonis diambil dari bahasa Yunani hedonismos dari akar kata hedone yang artinya kesenangan. Menurut Hrichman dan Holbook (1982) bahwa nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Merek 2.1.1 Pengertian Citra Merek Brand image atau citra merek merupakan serangkaian sifat tangible dan intangible, seperti ide, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya bisnis ritel di masa ini menjadikan tingginya persaingan antar perusahaan ritel di Indonesia untuk mendapatkan rasa loyalitas dari konsumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Masalah Dunia pemasaran yang semakin global, persaingan yang hypercompetitive dengan tingkat perubahan yang menuntut pemasar untuk berupaya semaksimal mungkin mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk diskon atau potongan harga kepada pelanggan. Motivasi menurut

BAB I PENDAHULUAN. bentuk diskon atau potongan harga kepada pelanggan. Motivasi menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang ketat dewasa ini telah merambah ke segala sub sektor perdagangan dan menjangkau daerah pemasaran yang luas. Banyak bisnis dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin ramai dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi halangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen Toserba Carrefour Plaza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu atau

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berhasil dalam memasarkan produk ataupun jasa adalah perusahaan yang dapat mengetahui dan memenuhi kebutuhan para pelanggannya. Pemenuhan

Lebih terperinci

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi BAB 1 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perhatian terhadap pengaruh promosi dan diskon terhadap minat beli semakin besar, salah satunya adalah bisnis ritel. Bisnis ritel merupakan aktivitas

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Saat ini pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian kuno sebagai pembuat penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan industri yang semakin kompetitif mendorong perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan industri yang semakin kompetitif mendorong perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan industri yang semakin kompetitif mendorong perusahaan memfokuskan upaya pemasaran untuk terus mempertahankan dan memperluas pangsa pasar. Dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepuasan konsumen merupakan bagian terpenting dalam pencapaian gol suatu perusahaan. Dalam mendapatkan kepuasan konsumen setiap perusahaan harus mampu untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis ritel di Indonesia secara langsung memberikan banyak alternatif bagi konsumen untuk memilih tempat berbelanja yang sesuai dengan selera

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh: Paramita Putri Kusuma

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh: Paramita Putri Kusuma ANALISIS PENGARUH EKSPEKTASI PELANGGAN DAN APLIKASI BAURAN PEMASARAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DENGAN KEPUASAN PELANGGAN SEBAGAI MEDIATOR (Studi Kasus Pada Hypermarket Carrefour di Sukoharjo) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003). 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bisnis ritel mulai populer dan bisnis ini dapat memberikan keuntungan besar pada sektor perekonomian. Banyak masyarakat yang melihat peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha kuliner. Banyak para pengusaha berpikir kreatif dan inovatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, tingkat perekonomian masyarakat yang semakin meningkat berimbas pada peningkatan daya beli masyararakat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dan kualitas pelayanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang konsumen niat beli terhadap suatu produk muncul dari sebuah keinginan yang disebabkan oleh dampak dari suatu proses pengamatan dan pembelajaran, apabila

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak

Bab I Pendahuluan - 1. Bab I. Pendahuluan. Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak Bab I Pendahuluan - 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang penelitian Era globalisasi dewasa ini merupakan suatu isu yang banyak mendapat perhatian oleh banyak pihak, yang ditandai dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembelian (Lee et al., 2011). Zeithaml et al. (2013) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembelian (Lee et al., 2011). Zeithaml et al. (2013) berpendapat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya internet telah mengubah sudut pandang seluruh kalangan bisnis dari produsen hingga konsumen. Internet telah menciptakan peluang bagi perusahaan untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media elektronik maupun media cetak. Peritel harus memiliki strategi untuk memunculkan minat beli

BAB I PENDAHULUAN. melalui media elektronik maupun media cetak. Peritel harus memiliki strategi untuk memunculkan minat beli 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perlu diketahui bahwa perkembangan ritel di Banjarnegara sangat pesat. Perkembangan ritel yang semakin modern, membuat pemilik usaha ritel harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi kepada pelanggan yang lain (recommend). Memiliki pelanggan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi kepada pelanggan yang lain (recommend). Memiliki pelanggan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia bisnis konstruksi adalah dunia persaingan, yang intensitasnya dari hari ke hari semakin ketat atau tajam. Untuk unggul dalam bersaing, setiap perusahaan konstruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan pada pencapaian profit. Fokus utama kegiatan pemasaran adalah mengidentifikasikan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia di sektor ritel semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengusaha, baik dari dalam maupun luar negeri yang terus menerus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis yang tumbuh dengan pesat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran (Kotler,2009:5), dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar dikarenakan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia. Di era globalisasi sekarang ini, pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan barang kehidupan sehari-hari. akan kenyamanan berbelanja, kepraktisan dan penghematan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan barang kehidupan sehari-hari. akan kenyamanan berbelanja, kepraktisan dan penghematan waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis retail dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satunya dengan semakin banyaknya swalayan yang bermunculan baik di kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan karena memiliki peran untuk memberikan keuntungan finansial yang terusmenerus atau keuntungan jangka

Lebih terperinci

Makalah Strategi Bisnis Ritel

Makalah Strategi Bisnis Ritel Makalah Strategi Bisnis Ritel Disusun Oleh : Nama : Vina Loren Kelas : XI PM 1 No. Absen : 33 SMKN 9 Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis Retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Beli Hijau Perilaku beli merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang dibutuhkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Seiring dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Seiring dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah Pasar global yang kian semakin kompleks, memaksa dunia usaha di tuntut untuk terus lebih semakin profesional serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen peka terhadap kemampuan produk/jasa yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen peka terhadap kemampuan produk/jasa yang digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumen peka terhadap kemampuan produk/jasa yang digunakan dalam memuaskan kebutuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Johnston (1995) menunjukkan bahwa pembelian dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Loyalitas Pelanggan (customer loyalty) Loyalitas atau kesetiaan didefinisikan sebagai komitmen yang dipegang kuat unyuk membeli atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu

Lebih terperinci