MAN PENYUSUNAN RDASARKAN SAP BIRO KEUANGAN - SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIANN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAN PENYUSUNAN RDASARKAN SAP BIRO KEUANGAN - SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIANN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN"

Transkripsi

1 PEDOM MAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUAN NGAN BADAN LAYANAN ANAN (BLU) DI LIN NGKUNGAN KEMDIKBU UD BER RDASARKAN SAP UMUM htpp://simkeu.kemdikbud.go.id Help desk SIMKeu : ext.4 BIRO KEUANGAN - SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIANN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JL. JENDERAL SUDIRMAN, SENAYAN-JAKARTA 2012

2

3 DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Bab I : Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Dasar Hukum... 3 Bab II : Penyusunan Laporan KeuanganBadan Layanan Umum (BLU) Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Penyusunan Laporan Keuangan BLU Komponen Laporan Keuangan Laporan Realisasi Anggaran Neraca Catatan Atas Laporan Keuangan Bab III : Kebijakan Akuntansi Laporan keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Pendapatan Aset Kewajiban Ekuitas Dana BAB IV : Penyusunan Laporan Keuangan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk Satker BLU Mekanisme dan Tata Cara Konsolidasi Konversi Akun SAK ke Akun SAP Penyajian dan Penyampaian Laporan Keuangan Audit dan reviu. 57 BAB V : Penutup LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN CONTOH LAPORAN KEUANGAN BLU BERDASARKAN SAP... 59

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang pada prinsipnya mengatur bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pola pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk memperkerjakan tenaga profesional Non-PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta pertanggungjawabannya. Dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban, BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan atau standar akuntansi yang ditetapkan oleh Asosiasi Profesi Akuntan Indonesia, apabila belum ada standar akuntansi yang mengaturnya. Kekayaan BLU merupakan kekayaan yang tidak terpisahkan dari kekayaan pemerintah pusat sehingga laporan keuangan yang disajikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan SAK menjadi lampiran bagi Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, sedangkan untuk tujuan konsolidasian (pengintegrasian) Laporan Keuangan BLU ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga perlu dilakukan mapping ke dalam perkiraan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan. 1 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

5 Dalam rangka pelaksanaan pengintegrasian Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, BLU menggunakan sistem akuntansi yang dapat menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi. Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga. Dalam rangka konsolidasi Laporan Keuangan satker BLU dengan Laporan Keuangan Kemdikbud. BLU menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP setiap semester dan tahunan yang terdiri dari LRA, Neraca (laporan posisi keuangan), dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan Keuangan SAK. Permasalahan yang terjadi selama ini dan selalu menjadi temuan oleh BPK adalah terkait dengan konsolidasi laporan keuangan BLU berdasarkan SAK ke dalam Laporan Keuangan Kemdikbud berdasarkan SAP, sehingga dipandang perlu untuk menyusun dan menetapkan pedoman yang mengatur mengenai Mekanisme dan Tata Cara konsolidasi Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan Kemdikbud. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan dalam rangka meningkatkan kualitas laporan Keuangan Kemdikbud dipandang perlu menetapkan Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU di Lingkungan Kemdikbud Berdasarkan SAP Tujuan Tujuan Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU Berdasarkan SAP ini adalah sebagai berikut : a. Sebagai pedoman bagi BLU di lingkungan Kemdikbud dalam melakukan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAP; b. Sebagai acuan bagi BLU dalam melakukan konsolidasi laporan keuangan ke dalam laporan keuangan kemdikbud. 2 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

6 c. Adanya keseragaman perlakuan akuntansi terhadap akun-akun pada satker BLU khususnya dalam melakukan konsolidasi laporan keuangan berdasarkan SAK ke laporan keuangan berdasarkan SAP. d. Meningkatnya kualitas Laporan Keuangan Kemdikbud Ruang Lingkup Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan BLU Berdasarkan SAP ini menguraikan mengenai: a. Penyusunan laporan keuangan BLU berdasarkan standar akuntansi pemerintahan (SAP). b. Kebijakan akuntansi laporan keuangan BLU berdasarkan SAP. c. Mekanisme dan tata cara pengkonsolidasian antara LK berdasarkan SAK dengan SAP Dasar Hukum a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; e. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah; f. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum; g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 171/PMK.05/2007 Tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum; i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16/2008 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di lingkungan Depdiknas; j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2011 tentang Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di Lingkungan Kemdiknas; 3 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

7 k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; l. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 086 Tahun 2012 tentang Unit Akuntansi Keuangan dan Unit Akuntansi Barang Milik Negara di Lingkungan Kemdikbud; m. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga; 4 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

8 BAB II PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BLU 2.1. Prinsip Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun sedemikian rupa sehingga menyajikan dengan wajar posisi keuangan. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan kriteria standar akuntansi pemerintahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan: a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. c. Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. 5 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

9 d. Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik: a. Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. b. Dapat Diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. c. Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu Dapat Dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk 6 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

10 mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahannya secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa dilakukan secara konsisten. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan Dapat Dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form) Transaksi dan peristiwa lain yang disajikan sesuai dengan substansi dan realita ekonomi, bukan berdasarkan aspek formalitasnya Penyusunan Laporan Keuangan BLU Satuan kerja yang ditetapkan sebagai BLU mempunyai kewajiban untuk menyusun 2 (dua) laporan keuangan yaitu laporan keuangan berdasarkan SAK dan laporan keuangan berdasarkan SAP Penyusunan Laporan Keuangan Sesuai SAK Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU diselenggarakan dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia. 7 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

11 Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada angka , BLU dapat menerapkan Standar Akuntansi Industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan SAK menjadi Lampiran Laporan Keuangan Kemdikbud Laporan Keuangan BLU yang disusun berdasarkan SAK, terdiri dari: a. Laporan Aktivitas; b. Neraca; c. Laporan Arus Kas; d. Catatan atas Laporan Keuangan Penyusunan Laporan Keuangan BLU untuk Konsolidasi BLU selaku pengelola kekayaan negara yang tidak dipisahkan adalah entitas akuntansi dan wajib menyusun laporan keuangan Laporan Keuangan BLU sebagaimana dimaksud pada angka disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, dimaksudkan untuk penyusunan Laporan Keuangan Kemdikbud yang terdiri dari : a. Neraca; b. Laporan Realisasi Anggaran; dan c. Catatan atas Laporan Keuangan Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka disampaikan oleh entitas akuntansi kepada entitas pelaporan secara periodik dan berjenjang Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SAP memuat pendapatan BLU, belanja yang bersumber dari APBN, dan belanja-belanja yang bersumber dari pendapatan BLU Dalam rangka menyusun Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud pada angka , BLU melakukan konversi terhadap pendapatan BLU dan belanja yang bersumber dari pendapatan BLU. 8 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

12 Neraca berdasarkan SAP dihasilkan berdasarkan konversi akun Neraca BLU sesuai SAK ke dalam Bagan Akun Standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan Dokumen sumber yang digunakan untuk membukukan pendapatan dan belanja BLU yang bersumber dari pendapatan BLU dalam rangka menghasilkan laporan keuangan berdasarkan SAP adalah SP3B dan SP2B Satker BLU menyampaikan SP3B dan SP2B kepada Kantor Pelayanan perbendaharaan Negara (KPPN ) setiap triwulan Dokumen sumber yang digunakan untuk melakukan konversi Neraca sebagaimana dimaksud pada angka , dan membukukan saldo Dana Lancar BLU adalah MP yang dilakukan pada saat penyusunan Laporan Keuangan semesteran dan Tahunan Komponen Laporan Keuangan Komponen Laporan keuangan BLU berdasarkan SAP terdiri dari : a. Laporan Realisasi Anggaran b. Neraca; dan c. Catatan atas Laporan Keuangan Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di bawah satker BLU. Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari Pendapatan Negara, Hibah dan Belanja Neraca Neraca (laporan posisi keuangan) adalah laporan yang menyajikan informasi tentang posisi keuangan BLU pada suatu tanggal tertentu, meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas. a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai BLU yang timbul dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan akan diperoleh. Manfaat ekonomi masa depan yang terkandung dalam aset adalah potensi dari aset tersebut untuk menghasilkan 9 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

13 arus kas masuk kepada BLU melalui penggunaan atau pelepasan aset tersebut. b. Kewajiban merupakan kewajiban masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya dimasa depan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya BLU yang mengandung manfaat ekonomi. c. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang pemerintah. Di dalam laporan posisi keuangan, ekuitas disubkelompokkan menjadi ekuitas dana lancar, dan ekuitas dana investasi Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan memuat pengungkapan dan penjelasan informasi yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan sehingga pengguna laporan keuangan dapat memperoleh pemahaman secara lebih lengkap atas laporan keuangan BLU berdasarkan SAP. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan terutama mencakup informasi singkat tentang BLU, kebijakan akuntansi penting yang mendasari penyajian laporan keuangan, serta pengungkapan informasi penting dan penjelasan atau rincian atas pospos laporan keuangan. Contoh Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP, sebagaimana terlampir dalam pedoman ini. 10 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

14 BAB III KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAP 3.1. Pendapatan Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan timbul dari aktivitas BLU, seperti pendapatan usaha dari jasa layanan pendidikan, perolehan sumbangan/hibah, pendapatan bunga dan pendapatan dari penyewaan aset. Pendapatan BLU diklasifikasikan menurut sumber penggunaannya, yaitu sebagai berikut : a. Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan b. Pendapatan Hibah c. Pendapatan Lainnya Pendapatan Usaha Dari Jasa Layanan Merupakan pendapatan BLU yang diperoleh sebagai imbalan atas jasa yang diserahkan kepada masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi BLU, yaitu jasa pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi). Pendapatan usaha dari jasa layanan BLU meliputi: a. Pendapatan Jasa Pendidikan dan Pengajaran, yaitu pendapatan yang diperoleh dari dan berhubungan langsung dengan pemberian jasa layanan pendidikan dan pengajaran secara reguler, antara lain: 1) Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Uang Praktikum; 2) Dana Pengembangan Dana pengembangan atau uang pangkal adalah uang yang harus dibayarkan oleh seseorang ketika yang bersangkutan diterima secara resmi sebagai mahasiswa baru. 3) Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran lainnya seperti biaya kegiatan mahasiswa baru, hasil penjualan formulir 11 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

15 pendaftaran seleksi mahasiswa baru, biaya wisuda atau yang sejenisnya. b. Pendapatan dari Kerjasama Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Pada Masyarakat, terdiri dari: 1) Pendapatan Kerjasama Pendidikan, yaitu pendapatan yang diperoleh dari pemberian jasa layanan pendidikan dan pengajaran yang penyelenggaraannya dilaksanakan atas dasar perikatan kerjasama dengan pihak lain seperti kerjasama penyelenggaraan pelatihan baik degree maupun non-degree. 2) Pendapatan Kerjasama Penelitian, yaitu pendapatan yang diperoleh dari pelaksanaan perikatan kerjasama dengan pihak lain untuk layanan penelitian atau pengkajian aspek tertentu yang bukan bersifat hibah. 3) Pendapatan Kerjasama Pengabdian Pada Masyarakat (PPM), yaitu pendapatan yang diperoleh dari pelaksanaan perikatan kerjasama PPM dengan pihak lain seperti jasa perektrutan pegawai, konsultasi dan sebagainya. c. Pendapatan Dari Penyelenggaraan Jasa Layanan Masyarakat Lainnya. Meliputi pendapatan yang diperoleh dari penyelenggaraan jasa layanan masyarakat selain yang termasuk kategori a dan b di atas, seperti pendapatan dari penyelenggaraan balai/klinik kesehatan, jasa konsultasi manajemen, hukum, psikologi, teknik dan sebagainya. d. Pendapatan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran meliputi hasil penjualan produk dari kegiatan praktikum, penelitian dan sebagainya seperti hasil praktikum dan hasil penelitian di bidang perkebunan, peternakan, pertanian, kedokteran dan teknologi. 12 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

16 Pengakuan a. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dan Uang Praktikum. 1) Pendapatan yang diperoleh dari pungutan biaya/sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), biaya praktikum dan sejenisnya yang diterima di setiap awal semester untuk masa satu semester kedepan (uang semester) diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B. 2) Pada setiap tanggal pelaporan, bagian dari uang semester yang jasanya belum diserahkan harus disajikan di laporan keuangan sebagai pendapatan diterima dimuka. 3) Dalam hal terjadi penangguhan pembayaran uang SPP dan Praktikum oleh mahasiswa sedangkan jasa layanan telah diserahkan, maka BLU mengakui penyerahan jasa layanan tersebut sebagai piutang. b. Dana Pengembangan Dana pengembangan atau uang pangkal adalah uang yang harus dibayarkan oleh seseorang ketika yang bersangkutan diterima secara resmi sebagai mahasiswa baru. Pendapatan ini diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B / SP2B. Hak tagih timbul jika : 1) calon mahasiswa telah terdaftar secara resmi sebagai mahasiswa baru, dan 2) BLU tidak lagi mempunyai kewajiban untuk mengembalikan seluruh atau sebagian dana pengembangan tersebut. c. Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran lainnya seperti biaya kegiatan mahasiswa baru, hasil penjualan formulir pendaftaran seleksi mahasiswa baru, biaya wisuda atau yang sejenisnya diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B. 13 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

17 d. Pendapatan dari kerjasama pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B atas pendapatan tersebut. Hak tagih timbul jika: 1) telah memenuhi persyaratan penagihan (termin) sesuai perikatan kerjasama, atau. 2) pekerjaan telah diselesaikan dan diserahkan sesuai dengan persyaratan perikatan kerjasama. e. Pendapatan dari penyelenggaraan jasa layanan masyarakat lainnya diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B dari pendapatan tersebut. f. Pendapatan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B/SP2B dari hasil penjualan produk tersebut Pengukuran a. Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran dicatat sebesar nilai imbalan jasa layanan yang ditetapkan oleh Pimpinan BLU. b. Pendapatan dari kerjasama pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dicatat sebesar nilai wajar jasa yang diserahkan, yaitu nilai yang ditentukan berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam perikatan kerjasama. c. Pendapatan dari penyelenggaraan jasa masyarakat lainnya dicatat sebesar nilai imbalan jasa yang ditetapkan Pimpinan BLU. d. Pendapatan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dicatat sebesar kas yang diterima Pengungkapan a. Pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang: 14 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

18 1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran pendapatan 2) Rincian jenis dan jumlah pendapatan dari jasa pendidikan dan pengajaran yang diakui dalam periode laporan. b. Pendapatan dari kerjasama pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah: 1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran pendapatan 2) Daftar rincian kerjasama pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat yang telah mengikat (kontrak) baik untuk kontrak yang belum, sedang, atau telah dilaksanakan dalam periode laporan, meliputi mitra kerjasama, jenis pekerjaan, nilai kontrak, dan jangka waktu penyelesaian pekerjaan. c. Pendapatan dari penyelenggaraan jasa layanan masyarakat lainnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan adalah : 1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran pendapatan 2) Rincian jenis jasa dan jumlah pendapatan jasanya selama periode pelaporan Pendapatan Hibah Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan BLU dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, BLU mendapat manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi BLU. Pendapatan hibah yang diterima oleh BLU harus dipastikan jenis dan sumbernya, dengan ketentuan sebagai berikut: 15 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

19 a. Apabila sumbernya dari APBN (DIPA satker lain), baik dari satker Kemdikbud maupun satker dari Kementerian/Lembaga lain tidak boleh diakui/disahkan sebagai pendapatan dan belanja BLU; b. Apabila sumbernya dari Pemda, lembaga swasta, individu, dan yang lainnya diakui dan disahkan sebagai pendapatan dan belanja BLU. c. Penerimaan uang beasiswa yang diterima oleh BLU dari Pemda/korporasi/individu dapat diakui sebagai pendapatan hibah jika : 1) pemberi beasiswa tidak menentukan individu penerima beasiswanya, dan 2) BLU harus mengeluarkan sumber daya atau manfaat ekonomi yang dimiliki untuk memperoleh dan mengelola beasiswa tersebut. (Contoh : Suatu korporasi memberikan sumbangan uang kepada BLU untuk beasiswa bagi mahasiswa dan menyerahkan sepenuhnya kepada BLU untuk menyeleksi dan menentukan penerima beasiswa berdasarkan kriteria dan pertimbangan BLU. Atas penerimaan sumbangan tersebut BLU melaksanakan kegiatan penyeleksian untuk menentukan individu penerima beasiswanya). d. Apabila penerimaan uang beasiswa yang diterima oleh BLU dari Pemda/korporasi/individu tidak sesuai dengan ketentuan pada huruf c di atas, satker BLU mengakui sebagai uang titipan (kewajiban), dan yang dicatat sebagai pendapatan hanya yang terkait dengan biaya pendidikan (SPP, Dana Penunjang, Biaya Praktikum, dll.,) yang diterima oleh BLU Pengakuan a. Hibah dalam bentuk uang diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B atas hibah tersebut. b. Hibah berbentuk barang atau aset, diakui pada saat hak kepemilikan berpindah kepada BLU. c. Hibah dalam bentuk jasa diakui pada saat jasa telah selesai dilaksanakan. d. Hibah dalam bentuk barang/jasa sebagaimana dimaksud pada huruf b dan c di atas, harus diikuti dengan melakukan 16 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

20 pengesahan pendapatan dan belanja dengan menerbitkan SP3B/SP2B sebagai dasar pengakuan pendapatan dan belanja Pengukuran a. Hibah dalam bentuk uang dicatat sebesar kas yang diterima oleh BLU. b. Hibah dalam bentuk aset atau jasa dicatat sebesar nilai wajar aset atau jasa yang diterima, yaitu nilai yang tertuang dalam dokumen hibah. c. Jika tidak terdapat bukti andal yang mendukung penetapan nilai wajar aset atau jasa hibah, maka aset hibah dicatat sebesar nilai yang ditentukan berdasarkan penetapan Menteri Keuangan. d. Apabila nilai wajar aset dari hibah sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas, belum diperoleh pada tanggal pelaporan, dicatat sebesar taksiran harga pasar dengan penetapan Pimpinan BLU. e. Jasa hibah dicatat sebesar taksiran harga pasar dengan penetapan Pimpinan BLU Penyajian dan Pengungkapan a. Hibah dalam bentuk uang disajikan dalam laporan realisasi anggaran pendapatan dan hibah. b. Hal-hal berikut mengenai pendapatan yang berasal dari hibah harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : 1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran pendapatan hibah 2) Rincian perolehan hibah yang meliputi pemberi hibah, jenis dan klasifikasi hibah, nilai wajar. 17 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

21 Pendapatan Lainnya Merupakan pendapatan yang berasal dari sumber yang tidak termasuk ke dalam jenis pendapatan di atas, yaitu pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan tugas dan fungsi BLU, seperti penyewaan aset BLU, kerjasama operasi, hasil investasi dan hasil penjualan produk dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dan sebagainya. Pendapatan Lainnya meliputi: a. Pendapatan dari usaha penyewaan aset BLU yaitu pendapatan yang berasal dari penyewaan aset yang dimiliki oleh BLU. b. Pendapatan Kerjasama operasi (KSO) yaitu pendapatan berkenaan dengan pengelolaan aset BLU oleh pihak ketiga (investor) berdasarkan perikatan/perjanjian hukum dimana pihak ketiga diberi hak untuk membangun dan mengelola aset BLU selama jangka waktu tertentu (masa konsesi), dan pada akhir masa konsesi seluruh aset KSO diserahkan kepada BLU (build-operate-transfer). Pendapatan yang diperoleh BLU dari perikatan KSO dapat berupa bagi hasil atau bagi pendapatan dengan cara tertentu, bergantung perikatannya. c. Pendapatan hasil investasi meliputi antara lain bunga deposito, bunga tabungan, bunga obligasi, dividen dari pemilikan saham atau pendapatan dari penyertaan langsung. d. Pendapatan Jasa Giro Rekening BLU/PNBP yaitu pendapatan yang diterima oleh BLU berupa bunga yang dihasilkan dari rekening giro yang dimiliki oleh BLU Pengakuan a. Pendapatan dari usaha penyewaan aset BLU: 1) diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B/ SP2B dari penyerahan jasa sewa tersebut. 2) Jika aset BLU disewakan untuk suatu jangka waktu tertentu yang melebihi satu periode pelaporan dengan basis kontrak pembayaran dimuka, maka pada akhir 18 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

22 periode penerimaan uang sewa tersebut diperlakukan sebagai pendapatan diterima dimuka. b. Pendapatan kerjasama operasi diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B/SP2B dari pendapatan tersebut. Sedangkan aset KSO diakui sebagai aset BLU pada akhir masa konsesi. c. Pendapatan hasil investasi diakui pada saat adanya pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B dari hasil investasi tersebut. d. Pendapatan jasa giro diakui pada saat pengesahan pendapatan melalui SP3B /SP2B dari jasa giro tersebut Pengukuran a. Pendapatan dari usaha penyewaan aset BLU dicatat sebesar nilai imbalan jasa sewa yang diterima. b. Pendapatan KSO dicatat sebesar kas yang diterima sesuai kesepakatan yang tertuang dalam perikatannya. c. Pendapatan hasil investasi dicatat sebesar nilai kas yang diterima. d. Pendapatan jasa giro dicatat sebesar jumlah yang dikreditkan kepada rekening giro BLU Pengungkapan a. Hal-hal berikut mengenai pendapatan penyewaan aset harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : 1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran pendapatan penyewaan aset. 2) Rincian jenis dan nilai tercatat aset yang disewakan, harga sewa, jangka waktu dan persyaratan-persyaratan mengikat penting lainnya dalam perikatan sewa. b. Hal-hal berikut mengenai pendapatan kerjasama operasi yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : 19 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

23 1) Kebijakan akuntansi pengakuan dan pengukuran pendapatan kerjasama operasi 2) Sifat, jenis, jangka waktu kerjasama operasi dan persyaratan-persyaratan mengikat penting lainnya dalam perikatan kerjasama operasi Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau dikuasai BLU yang timbul akibat transaksi atau peristiwa dimasa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan dapat diperoleh dan dapat diukur dalam satuan uang. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan kontribusi, baik langsung maupun tidak langsung, bagi operasional BLU berupa arus kas dan setara kas kepada BLU. Aset BLU disajikan di laporan posisi keuangan dengan mengklasifikasikannya ke dalam aset lancar dan aset tidak lancar, dan disajikan berdasarkan urutan tingkat likuiditasnya Aset Lancar Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika memenuhi kriteria sebagai berikut : a. dalam bentuk kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi, b. diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk digunakan atau dijual dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan. dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan lainnya dalam jangka pendek dan diperkirakan akan direalisasi dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar disajikan berdasarkan urutan likuiditas, meliputi antara lain : Kas Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan saldo uang persediaan yang belum disetorkan ke kas negara yang sumber dananya berasal dari APBN. 20 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

24 Kas pada BLU Kas pada BLU merupakan saldo kas dan setara kas yang merupakan selisih antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan. Kas pada BLU terdiri dari : a. Kas - BLU adalah saldo kas yang merupakan selisih antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan dan Memo Penyesuaian yang terkait dengan kas blu. b. Setara Kas - BLU adalah bagian dari aset lancar yang sangat liquid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan tanpa mengalami perubahan nilai yang signifikan, antara lain: 1) Deposito berjangka kurang dari 3 (tiga) bulan; 2) Cek yang baru dapat diuangkan dalam jangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan. 3) Termasuk yang dicatat sebagai Setara Kas BLU adalah realisasi belanja yang bersumber dari PNBP yang belum disahkan pada tanggal pelaporan Kas Lainnya dan Setara Kas a. Pengertian Kas Lainnya adalah kas yang ada pada BLU selain Kas Bendahara Pengeluaran dan Kas pada BLU. Termasuk dalam setara kas adalah akun Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran yang meliputi antara lain: 1) Saldo uang LS yang dibayarkan ke bendahara pengeluaran yang belum dibayarkan kepada pihak ketiga yang berhak/akan disetor ke kas umum Negara. 2) Dana titipan (bansos/blockgrant) dari APBN atau DIPA satker lain; 3) Pendapatan yang belum disahkan; 4) Saldo lainnya di rekening yang sumber dananya dari APBN. 21 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

25 b. Pengakuan Kas Lainnya dan Setara Kas diakui pada saat terjadinya aliran kas masuk ke BLU c. Pengukuran 1) Kas Lainnya dan setara kas diukur sebesar nilai nominal pada saat diterima; 2) Kas yang diterima dalam mata uang asing dicatat dalam Rupiah sebesar nilai kurs tengah Bank Indonesia pada saat diterima; 3) Saldo kas lainnya dan setara kas dalam mata uang asing pada tanggal pelaporan dinyatakan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Kas Lainnya dan setara kas yang penggunaannya dibatasi disajikan secara terpisah di dalam kelompok kas dan setara kas dan diungkapkan alasan pembatasannya dalam catatan atas laporan keuangan. 2) Hal-hal berikut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam menentukan dan menyajikan kas lainnya & setara kas b) Rincian kas lainnya dan setara kas Investasi Jangka Pendek BLU a. Pengertian Investasi Jangka Pendek BLU adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki untuk jangka waktu dari 3 (tiga) sampai 12 bulan. b. Pengakuan Investasi jangka pendek BLU diakui pada saat terjadinya transaksi perolehan investasi tersebut, dengan melakukan Memo Penyesuaian (MP) oleh Pimpinan BLU. MP dilakukan dengan mereklasifikasi dari Kas pada BLU ke 22 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

26 Investasi Jangka Pendek dan tidak perlu melakukan pengesahan ke KPPN. c. Pengukuran 1) Investasi dalam bentuk deposito berjangka dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. 2) Investasi dalam bentuk efek diperdagangkan : a) Pada saat perolehan investasi efek diperdagangkan dicatat sebesar biaya perolehannya. b) Pada tanggal pelaporan, investasi efek diperdagangkan disajikan di laporan posisi keuangan sebesar nilai wajarnya, yaitu harga efek yang bersangkutan pada tanggal laporan. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Investasi jangka pendek BLU disajikan di laporan posisi keuangan pada kelompok aset lancar. 2) Hal-hal berikut mengenai investasi jangka pendek BLU harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam menyajikan investasi jangka pendek. b) Jenis dan jumlah investasi jangka pendek berdasarkan nilai perolehan dan nilai wajarnya. c) Jumlah penempatan/investasi pada pihak yang memiliki hubungan istmewa Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU dan Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU a. Pengertian 1) Piutang Dari Kegiatan Operasional BLU adalah hak tagih kepada pihak lain yang timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU misalnya piutang SPP Mahasiswa, 23 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

27 piutang kerjasama pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 2) Piutang Dari Kegiatan Non Operasional BLU adalah hak tagih kepada pihak lain yang timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa di luar kegiatan operasional BLU, misalnya piutang bunga, piutang sewa. 3) Penyisihan piutang tidak tertagih adalah bagian dari piutang yang kemungkinan tidak akan dapat ditagih. Besarnya nilai Penyisihan piutang tidak tertagih dihitung berdasarkan analisis kualitas piutang seperti yang tercantum dalam POS Pengelolaan Piutang di Lingkungan Kemdikbud. b. Pengakuan 1) Piutang dari kegiatan operasional BLU dan dari kegiatan non operasional BLU diakui pada saat barang, jasa atau uang diserahkan tetapi belum menerima pembayaran atau pengembalian dari penyerahan tersebut. 2) Penyisihan kerugian piutang tak tertagih diakui pada saat akhir periode pelaporan. c. Pengukuran 1) Piutang disajikan di laporan posisi keuangan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu jumlah piutang setelah dikurangi penyisihan kerugian piutang. 2) Penyisihan kerugian piutang dibentuk sebesar jumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Piutang dari kegiatan operasional BLU dan dari kegiatan non operasional BLU yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 tahun disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lancar, sedangkan piutang dari kegiatan operasional BLU dan dari kegiatan non operasional BLU yang jangka waktu 24 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

28 penyelesaiannya lebih dari 1 tahun disajikan di laporan posisi keuangan pada kelompok aset lainnya. 2) Hal-hal berikut mengenai piutang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam menyajikan piutang termasuk kebijakan penyisihan dan penghapusan piutang. b) Rincian jenis dan jumlah piutang dari kegiatan operasional BLU dan dari kegiatan non operasional BLU yang memiliki hubungan istimewa. c) Rincian jumlah penyisihan kerugian piutang berdasarkan penilaian kualitas piutang Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran a. Pengertian Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek, karena Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. b. Pengakuan Seluruh tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui sebagai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. c. Pengukuran Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lancar. 25 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

29 2) Hal-hal berikut mengenai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Dasar dan metode penilaian Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran termasuk kebijakan penyisihan dan penghapusan Bagian lancar TPA. b) Rincian jenis dan jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (Bagian Lancar TP/TGR) a. Pengertian Bagian Lancar TP/TGR merupakan reklasifikasi lain-lain aset yang berupa TP/TGR ke dalam aset lancar disebabkan adanya TP/TGR jangka panjang yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. b. Pengakuan TP/TGR yang harus diterima dalam waktu satu tahun diakui sebagai Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi. c. Pengukuran Bagian Lancar TP/TGR dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu tahun. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Bagian Lancar TP/TGR disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lancar. 2) Hal-hal berikut mengenai Bagian Lancar TP/TGR harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Dasar dan metode penilaian Bagian Lancar TP/TGR termasuk kebijakan penyisihan dan penghapusan bagian lancar TP/TGR. b) Rincian jenis dan jumlah Bagian Lancar TP/TGR. 26 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

30 Persediaan a. Pengertian Persediaan adalah aktiva yang berupa: 1) bahan dan atau perlengkapan untuk digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, seperti bahan yang digunakan di laboratorium, bengkel, studio atau rumah sakit pendidikan untuk kegiatan praktikum dan penelitian, 2) bahan dan perlengkapan untuk digunakan dalam proses penyelenggaraan administrasi, seperti kertas, barang cetakan dan alat tulis kantor lainnya. 3) barang atau produk yang tersedia untuk dijual dan dalam proses produksi untuk penjualan seperti persediaan hasil tanaman atau peternakan (hasil dari aset biolojik) tersedia untuk dijual dan persediaan robot pesanan dalam proses pengerjaan. b. Pengakuan 1) Persediaan diakui pada saat diterima berdasarkan berita acara penerimaan yang sah. 2) Pengakuan persediaan sebagai beban ditentukan berdasarkan inventarisasi fisik (stock opname) secara periodik pada setiap tanggal pelaporan keuangan. c. Pengukuran 1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; 2) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; 3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. 4) BLU harus menentukan nilai persediaan akhir berdasarkan hasil inventarisasi fisik dikalikan dengan harga terakhir. 27 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

31 d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Persediaan disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lancar. 2) Hal-hal berikut mengenai persediaan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Dasar dan metode penilaian persediaan b) Jenis persediaan dan harga perolehannya jika di laporan posisi keuangan disajikan secara tergabung. c) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat d) Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang Belanja Dibayar Dimuka a. Pengertian Belanja dibayar dimuka adalah hak yang masih harus diterima dari pihak ketiga setelah tanggal neraca, yang telah dibayarkan secara penuh dari Rekening Kas Umum Negara dan membebani DIPA tahun berjalan tapi barang/jasa belum diterima. b. Pengakuan 1) Belanja dibayar dimuka bertambah pada saat pembayaran atau kas diserahkan; 2) Belanja dibayar dimuka berkurang pada saat barang/jasa diterima atau berlalunya waktu. 28 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

32 c. Pengukuran 1) Belanja dibayar dimuka dicatat sebesar kas yang dikeluarkan pada saat pembayaran; 2) Belanja dibayar dimuka yang berkurang dicatat sebesar jumlah barang/jasa yang diterima atau jumlah alokasi uang muka belanja berdasarkan periode berlalunya waktu. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Belanja dibayar dimuka disajikan dalam neraca pada kelompok aset lancar apabila manfaat yang akan diterima kurang dari 1 (satu) tahun, atau aset lainnya apabila manfaat yang akan diterima lebih dari satu tahun. 2) Hal-hal berikut mengenai Belanja dibayar dimuka yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Jenis Belanja dibayar dimuka b) Jumlah dari masing-masing uang muka belanja Uang Muka Belanja a. Pengertian Uang Muka Belanja adalah hak yang masih harus diterima dari pihak ketiga setelah tanggal neraca, yang telah dibayarkan dari Rekening Kas Umum Negara dan membebani DIPA tahun berjalan berupa uang muka/panjar. b. Pengakuan 1) Uang muka belanja bertambah pada saat pembayaran atau kas diserahkan; 2) Uang muka belanja berkurang pada saat barang/jasa diterima atau berlalunya waktu. 29 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

33 c. Pengukuran 1) Uang muka belanja dicatat sebesar kas yang dikeluarkan pada saat pembayaran; 2) Uang muka belanja yang berkurang dicatat sebesar jumlah barang/jasa yang diterima atau jumlah alokasi uang muka belanja berdasarkan periode berlalunya waktu; d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Uang muka belanja disajikan dalam neraca pada kelompok aset lancar apabila manfaat yang akan diterima kurang dari 1 (satu) tahun, atau aset lainnya apabila manfaat yang akan diterima lebih dari satu tahun. 2) Hal-hal berikut mengenai uang muka belanja yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Jenis uang muka belanja b) Jumlah dari masing-masing uang muka belanja Aset Tidak Lancar Aset tidak lancar adalah aset yang dikuasai dan digunakan secara langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan BLU dan tidak memenuhi kriteria sebagai aset lancar. Aset tidak lancar disajikan berdasarkan urutan likuiditas, meliputi antara lain : Investasi Jangka Panjang, Investasi Jangka Panjang Tidak dicatat di neraca satker BLU SAP, tapi dicatat di Bendahara Umum Negara (BUN). Oleh sebab itu, satker BLU menyampaikan data investasi jangka panjang ke BUN dan diungkapkan dalam CaLK satker BLU K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

34 Aset Tetap a. Pengertian 1) Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan atau dikuasai oleh BLU yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam kegiatan BLU. 2) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui. 3) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm's length transaction). b. Pengelompokan Aset Tetap Aset tetap BLU dikelompokkan sebagai berikut: 1) Tanah BLU 2) Peralatan dan mesin BLU 3) Gedung dan bangunan BLU 4) Jalan, irigasi, dan jaringan BLU 5) Aset Tetap Lainnya BLU 6) Konstruksi dalam pengerjaan BLU c. Pengakuan 1) Suatu perolehan aset tetap diakui dan dikelompokkan sebagai aset tetap jika memenuhi semua kriteria sebagai berikut : a) memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun b) memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. 31 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

35 c) nilainya memenuhi jumlah batasan biaya yang dapat dikapitalisasi sesuai peraturan tentang barang milik Negara (BMN). d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal. 2) Aset tetap yang dibangun sendiri a) Aset tetap yang dibangun sendiri diakui sebagai aset tetap pada saat aset tersebut telah dalam kondisi siap digunakan. b) Selama proses pembangunan, biaya yang timbul sehubungan dengan pembangunan aset tetap dicatat pada pos sementara Konstruksi Dalam Pengerjaan. Pada saat pembangunan secara fisik telah selesai dan siap untuk digunakan maka seluruh jumlah biaya konstruksi dalam pengerjaan direklasifikasi ke aset tetap. 3) Aset tetap yang diperoleh melalui sewa. Suatu aset tetap yang diperoleh melalui sewa diakui sebagai aset tetap jika memenuhi salah satu dari kriteria sewa pembiayaan sebagai berikut : a) Pada akhir masa sewa, kepemilikan aset beralih kepada penyewa (lesse) b) Penyewa mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibanding nilai wajarnya pada saat opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan. c) Masa sewa mencakup sebagian besar (75% atau lebih) masa manfaat ekonomi aset tersebut meskipun hak milik tidak dialihkan. d) Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum mendekati nilai wajar aset, yaitu mencapai 90% atau lebih nilai wajar aset tersebut. 32 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

36 e) Aset sewa memiliki karakteristik khusus dimana hanya penyewa yang dapat menggunakanya tanpa memerlukan modifikasi material. 4) Aset hibah Aset tetap yang diperoleh dari hibah diakui pada saat hak kepemilikan berpindah kepada BLU, yang dibuktikan dengan adanya BAST. Pengakuan aset tetap yang diperoleh dari hibah, harus diikuti dengan melakukan pengesahan pendapatan dan belanja dengan menerbitkan SP3B/SP2B sebagai dasar pengakuan pendapatan dan belanja. 5) Pengeluaran setelah perolehan awal a) Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, diakui dan ditambahkan pada jumlah tercatat aset yang bersangkutan (dikapitalisasi). b) Pengeluaran setelah perolehan yang tidak menimbulkan pertambahan masa manfaat, kapasitas, mutu atau standar kinerja harus diakui sebagai belanja pemeliharaan. Misalnya BLU melakukan pengecatan seluruh gedungnya dengan biaya Rp.100 juta. Pengeluaran tersebut harus dicatat sebagai belanja pemeliharaan gedung karena pengecatan hanya untuk mempertahankan kondisi aset. d. Pengukuran a) Biaya perolehan. Pada saat pengakuan awal, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan aset tetap meliputi harga beli atau konstruksinya, termasuk biaya hukum, biaya broker dan bea impor, setelah dikurangi diskon 33 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

37 dan potongan lainnya, dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang membuat aset tersebut dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki. Biaya yang dapat diatribusikan meliputi biaya penyiapan lahan/tempat, biaya pengiriman, penyimpanan dan bongkar-muat, biaya pemasangan, biaya pengujian dan biaya profesional. b) Perolehan dengan sewa pembiayaan, pembayaran cicilan atau penangguhan pembayaran. Jika aset tetap diperoleh dengan cara sewa pembiayaan (finance lease), pembayaran cicilan, atau penangguhan pembayaran untuk jangka waktu lebih dari satu tahun, maka biaya perolehan aset tersebut harus diukur sebesar nilai kini dari seluruh pembayaran dimasa depan. Sedangkan bunga yang diperhitungkan harus diakui sebagai belanja operasional lainnya selama jangka waktu sewa pembiayaan, cicilan atau penangguhan pembayaran. c) Perolehan dengan pertukaran. Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset non moneter atau kombinasi aset moneter dan aset non moneter, maka biaya perolehan aset tersebut diukur pada nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan, mana yang lebih andal. Jika transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal, maka biaya perolehan aset diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan. d) Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. 34 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

38 e. Penyajian dan Pengungkapan 1) Aset tetap disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset tetap dan dirinci berdasarkan jenisnya. 2) Hal-hal berikut mengenai aset tetap harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam menyajikan aset tetap. b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap. c) Rincian aset tetap yang dikelompokkan kedalam aset yang dimiliki dan aset sewa. d) Mutasi aset tetap lainnya. e) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penurunan nilai pada awal dan akhir periode baik untuk aset tetap yang dimiliki maupun aset yang diperoleh dari sewa pembiayaan (aset sewa). f. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, kerugian penurunan nilai, penyusutan, dan perubahan lainnya seperti revaluasi dan reklasifikasi, baik untuk aset tetap yang dimiliki maupun aset yang diperoleh dari sewa pembiayaan (aset sewa). g. Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset tetap yang dijaminkan atas utang Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang adalah hak tagih kepada pihak lain yang timbul karena adanya penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan operasional BLU, atau karena adanya penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun. 35 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

39 Piutang jangka panjang terdiri dari Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) BLU, dan Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) BLU Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) BLU a. Pengertian TPA BLU menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. b. Pengakuan TPA BLU diakui pada saat penandatanganan kontrak/berita acara penjualan aset. c. Pengukuran Pengukuran TPA BLU setiap akhir periode akuntansi harus dilakukan reklasifikasi, dilakukan sebagai berikut: 1) Dicatat sebagai aset lancar akun Bagian Lancar TPA sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca; 2) Dicatat sebagai Piutang Jangka Panjang akun TPA terhadap nilai yang akan dilunasi lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) TPA BLU disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok Piutang Jangka Panjang. 2) Hal-hal berikut mengenai TPA BLU harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Dasar dan metode penilaian TPA BLU. b) Rincian jenis dan jumlah TPA BLU. 36 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

40 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) BLU a. Pengertian TP/TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/ pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atas kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. b. Pengakuan TP/TGR diakui setelah : 1) Adanya Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM), yang menunjukkan bahwa penyelesaian atas TGR dilakukan dengan cara damai (diluar pengadilan); 2) Ada putusan final dari pengadilan untuk TP/TGR yang diselesaikan melalui jalur pengadilan. c. Pengukuran Pengukuran TP/TGR setiap akhir periode akuntansi harus dilakukan reklasifikasi berdasarkan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM), dilakukan sebagai berikut: 1) Dicatat sebagai aset lancar akun Bagian Lancar TP/TGR sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan; 2) Dicatat sebagai Piutang Jangka Panjang akun Tagihan TP/TGR terhadap nilai yang akan dilunasi lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. 37 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

41 d. Penyajian dan Pengungkapan 1) TP/TGR disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok Piutang Jangka Panjang. 2) Hal-hal berikut mengenai TP/TGR harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Dasar dan metode penilaian TP/TGR. b) Rincian jenis dan jumlah TP/TGR Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-TPA dan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih-TP/TGR. Penyisihan piutang tidak tertagih untuk TPA dan TP/TGR dialokasikan berdasarkan bagian dari piutang yang kemungkinan tidak akan tertagih. Besarnya nilai Penyisihan piutang tidak tertagih dihitung berdasarkan analisis kualitas piutang seperti yang tercantum dalam POS Pengelolaan Piutang di Lingkungan Kemdikbud Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan piutang jangka panjang Kemitraan dengan pihak Ketiga (Kerjasama Operasi/KSO) Kemitraan dengan pihak ketiga dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan Bangun, Serah, Kelola (BSK). a. Pengertian 1) Kerjasama Operasi (KSO) adalah perjanjian antara BLU dengan satu pihak lain atau lebih, dimana masingmasing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha tersebut. 38 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

42 BLU hanya dapat melaksanakan perjanjian KSO jika telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan. 2) KSO dengan pola Bangun, Kelola, Serah BKS (Build, Operate, Transfer BOT) adalah KSO yang dikelola oleh investor yang mendanai pembangunan sampai akhir masa konsesi. Pada akhir masa konsesi investor menyerahkan aset KSO dan pengelolaannya kepada pemilik aset. 3) KSO dengan pola Bangun, Serah, Kelola BSK (Build, Transfer, Operate BTO) adalah KSO yang dikelola oleh pemilik aset. Pemilik aset menerima aset KSO yang dibangun oleh investor saat aset KSO tersebut telah siap dioperasikan. 4) Aset KSO adalah aset tetap BLU yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan KSO. 5) Pengelola KSO adalah pihak, yang mengoperasikan aset KSO. Pengelola KSO mungkin pemilik aset, mungkin juga pihak lain yang ditunjuk. 6) Masa konsesi adalah jangka waktu dimana investor dan pemilik aset terikat dengan perjanjian bagi hasil atau bagi pendapatan atau bentuk pembayaran lain yang tercantum di dalam perjanjian KSO. b. Pengakuan 1) Aset tetap BLU yang digunakan untuk diusahakan dalam perjanjian KSO diakui sebagai aset KSO pada saat perjanjian KSO ditandatangani. Pengakuan sebagai aset KSO berakhir pada saat berakhirnya perjanjian KSO. 2) Pada saat perjanjian KSO dalam pola BKS berakhir, BLU mengakui aset yang dibangun oleh investor sebagai aset tetap. Perolehan aset tersebut merupakan penghasilan BLU. 3) Dalam perjanjian KSO pola BSK, BLU mengakui aset yang dibangun oleh investor sebagai aset KSO pada 39 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

43 saat aset tersebut siap untuk dioperasikan oleh BLU. Disisi lain, BLU juga mengakui kewajiban KSO jangka panjang. Pembayaran periodik kepada investor selama masa konsesi diakui sebagai pelunasan utang beserta bunganya. c. Pengukuran 1) Aset tetap BLU yang diserahkan untuk diusahakan dalam perjanjian KSO diukur sebesar nilai tercatatnya. 2) Pada saat perjanjian KSO dalam pola BKS berakhir, aset yang diterima oleh BLU dicatat sebesar nilai wajarnya berdasarkan penetapan Menteri Keuangan. 3) Aset yang dibangun dan diserahkan oleh investor kepada BLU untuk dioperasikan dalam KSO pola BSK dicatat oleh BLU sebagai aset KSO sebesar nilai perolehnnya. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Aset KSO disajikan di laporan posisi keuangan sebagai kelompok aset lainnya. 2) Hal-hal berikut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Mengenai perjanjian KSO (1) pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian KSO, (2) hak dan kewajiban dari masing-masing partisipan KSO berkenaan dengan perjanjian KSO, (3) ketentuan tentang perubahan perjanjian KSO, bila ada. (4) penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil KSO, (5) penentuan amortisasi hak bagi pendapatan /hasil KSO, (6) penghitungan (tambahan) beban atau penghasilan KSO yang timbul dari pembayaran bagi pendapatan/hasil KSO. 40 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

44 b) Mengenai aset KSO (1) jenis aset yang membentuk aset KSO, (2) penentuan biaya perolehan aset KSO, Aset Tak Berwujud BLU. a. Pengertian 1) Aset Tak Berwujud adalah Aset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa, atau disewakan kepada pihak lainnya, antara lain lisensi, peranti lunak computer (software), hak cipta, film, desain, dll. 2) Suatu aset tidak berwujud dinyatakan dapat diidentifikasikan jika: a) dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan dari BLU dengan cara dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau b) muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BLU atau dari hak dan kewajiban lainnya. b. Pengakuan Aset tidak berwujud diakui jika: 1) BLU akan memperoleh manfaat ekonomi dimasa depan dari aset tersebut; dan 2) biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur dengan andal. c. Pengukuran 1) BLU mencatat aset tidak berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan. 41 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

45 2) Pengeluaran setelah perolehan suatu aset tidak berwujud yang menambah manfaat atau kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang, diakui dan ditambahkan pada jumlah tercatat aset yang bersangkutan (dikapitalisasi). d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Aset tidak berwujud disajikan dalam laporan posisi keuangan dalam kelompok aset Lainnya. 2) BLU harus mengungkapan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak berwujud: a) Umur manfaat yang digunakan; b) Jumlah tercatat bruto ; c) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah. d) Penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan BLU. e) Keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak penggunaannya dibatasi f) Jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud Dana Yang Dibatasi Penggunaannya a. Pengertian Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu, antara lain : bank garansi, dana yang diperuntukan untuk membayar imbalan kerja, termasuk dana abadi (endowment fund). b. Pengakuan Dana yang Dibatasi Penggunaannya diakui pada saat pembentukan kas atau dana tersebut; 42 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

46 c. Pengukuran Dana yang Dibatasi Penggunaannya dicatat sebesar jumlah kas atau dana yang dicadangkan; d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Dana yang Dibatasi Penggunaannya disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lainnya. 2) Hal-hal yang perlu diungkapkan mengenai Dana yang Dibatasi Penggunaannya dalam catatan atas laporan keuangan adalah: a) rincian jenis dan jumlah Dana yang Dibatasi Penggunaannya. b) Alasan pembatasan dana Aset Lain-lain BLU a. Pengertian Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam dan Aset lainnya di atas. Aset lainlain dapat berupa aset tetap BLU yang dihentikan dari penggunaan aktif. Di samping itu, piutang macet BLU yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan cq. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain. b. Pengakuan Aset Lain-lain BLU diakui pada saat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif maupun piutang yang macet di reklasifikasi ke aset lain-lain. c. Pengukuran Aset Lain-lain BLU dicatat sebesar nilai aset tetap yang dihentikan dari penggunaannya maupun sebesar nilai piutang yang macet. d. Penyajian dan Pengungkapan 1) Aset Lain-lain BLU disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok aset lainnya. 43 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

47 2) Hal-hal yang perlu diungkapkan mengenai Aset Lain-lain BLU dalam catatan atas laporan keuangan adalah: a) rincian jenis dan jumlah aset lain-lain. b) proses penghapusan aset lain-lain ke DJKN KEWAJIBAN Definisi Kewajiban merupakan kewajiban (obligation) masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya di masa depan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya BLU yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban masa kini berbeda dengan komitmen. Keputusan untuk membeli aset dimasa depan tidak dengan sendirinya menimbulkan kewajiban kini. Kewajiban biasanya timbul saat aset telah diterima atau BLU telah membuat perjanjian (pembelian aset) yang tidak dapat dibatalkan Kewajiban dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Kewajiban hukum adalah kewajiban yang dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangundangan. Kewajiban konstruktif timbul dari tindakan BLU ketika: a. oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau pernyataan kini yang cukup spesifik BLU telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa BLU akan menerima tanggung jawab tertentu, dan b. akibatnya, BLU telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak lain bahwa BLU akan melaksanakan tanggung jawab tersebut. Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas dan/atau penyerahan aset lainnya, pemberian jasa, penggantian dengan kewajiban lain atau konversi kewajiban menjadi ekuitas Klasifikasi Laporan posisi keuangan menyajikan kewajiban dengan mengklasifikasikannya ke dalam kewajiban jangka pendek dan 44 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

48 kewajiban jangka panjang. Kriteria untuk mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek adalah jika kewajiban tersebut diharapkan akan diselesaikan dalam waktu tidak lebih dari satu tahun. Semua kewajiban lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek antara lain meliputi: a. Utang kepada Pihak Ketiga, yaitu utang berasal dari kontrak atau perolehan barang/jasa yang sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar. b. Utang Perhitungan Pihak Ketiga, yaitu kewajiban BLU kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan BLU sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum, dan sebagai penerima titipan dana beasiswa. c. Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang telah terjadi tetapi belum dibayar sampai tanggal laporan, misalnya utang gaji dan utang langganan daya dan jasa. d. Pendapatan diterima di muka, yaitu penerimaan kas atau aset lainnya dari pihak lain sebagai pembayaran jasa tertentu tetapi BLU belum memberikan jasa tersebut kepada pihak lain. Contoh pendapatan diterima dimuka adalah pungutan uang SPP dan praktikum yang diterima BLU pada setiap awal semester dan belum memberikan jasa pengajaran/praktek. e. Uang Muka dari KPPN, yaitu Uang Muka dari Kas Umum Negara merupakan utang yang timbul akibat bendahara pengeluaran Kementerian/Lembaga/SKPD belum menyetor sisa Uang Persediaan (UP) sampai dengan tanggal neraca. f. Bagian lancar utang jangka panjang, yaitu bagian dari utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal laporan. g. Utang jangka pendek lainnya, yaitu utang yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan setelah tanggal laporan yang tidak dapat dikelompokkan dalam huruf a sampai f diatas. 45 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

49 Prinsip Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui di laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan BLU harus mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi yang dikuasainya dimasa depan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini, dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur secara andal Kewajiban Jangka Pendek a. Pengakuan Kewajiban jangka pendek diakui sebagai berikut : 1) Utang kepada pihak ketiga diakui pada saat BLU menerima barang atau jasa atau memperoleh hak atas barang atau jasa. 2) Utang perhitungan pihak ketiga diakui pada saat BLU melakukan pemotongan, pemungutan atau menerima dana untuk disetorkan/ dibayarkan kepada pihak lain. 3) Belanja yang masih harus dibayar diakui pada saat BLU menerima manfaat ekonomi dari pihak lain tetapi BLU belum melakukan pembayaran atas manfaat yang diterima. 4) Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat BLU menerima pembayaran dari pihak lain untuk memperoleh jasa layanan tetapi BLU belum menyerahkan jasanya kepada pihak lain tersebut. 5) Uang Muka dari KPPN, diakui pada saat bendahara pengeluaran menerima UP/TUP dari Kas Umum Negara. 6) Bagian lancar utang jangka panjang, diakui pada saat melakukan reklasifikasi pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca pada setiap akhir periode akuntansi. 46 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

50 b. Pengukuran Kewajiban jangka pendek diukur sebesar nilai jatuh temponya. 1) Utang kepada pihak ketiga dan belanja yang harus dibayar diukur sebesar jumlah kas atau nilai tunai aset lain yang harus diserahkan untuk menyelesaikan utang tersebut. 2) Utang perhitungan pihak pihak ketiga diukur sebesar jumlah kas yang diterima BLU untuk diserahkan atau disetorkan kepada pihak lain. 3) Pendapatan diterima dimuka diukur sebesar kas yang diterima dari pihak lain 4) Uang Muka dari KPPN, sebesar saldo uang muka yang belum disetorkan/dipertanggungjawabkan ke kas negara sampai dengan tanggal neraca. 5) Bagian lancar utang jangka panjang, diukur sebesar jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. c. Penyajian Dan Pengungkapan Semua kewajiban yang diharapkan akan diselesaikan dalam waktu satu tahun atau kurang disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok kewajiban jangka pendek, termasuk bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau kurang. Hal-hal berikut mengenai kewajiban jangka pendek harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : 1) Rincian saldo kewajiban jangka pendek berdasarkan jenisnya; 2) Jumlah tunggakan yang disajikan berdasarkan umur tunggakan. 47 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

51 Kewajiban Jangka Panjang a. Pengakuan Kewajiban jangka panjang diakui pada saat BLU menerima hak dari pihak lain tetapi BLU belum memenuhi kewajiban yang timbul kepada pihak lain tersebut, b. Pengukuran Kewajiban jangka panjang diukur sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran dimasa depan. c. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban jangka panjang disajikan di laporan posisi keuangan dalam kelompok kewajiban jangka panjang. Hal-hal berikut mengenai kewajiban jangka panjang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan : 1) Rincian saldo kewajiban jangka panjang berdasarkan jenisnya, 2) Karakteristik umum dari setiap kewajiban jangka panjang termasuk informasi jangka waktu pinjaman, tingkat bunga, jumlah bunga terutang, agunan yang diberikan. d. Ketentuan pencatatan kewajiban jangka panjang akan ditetapkan lebih lanjut setelah ada keputusan dari kementerian keuangan EKUITAS DANA Definisi Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset dan utang BLU. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Lancar terdiri dari: 48 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

52 a. Cadangan piutang merupakan akun kontra dari total piutang, bagian lancar TPA, bagian lancar TP/TGR; b. Cadangan persediaan merupakan akun kontra dari total persediaan BLU; c. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek merupakan akun kontra dari total utang jangka pendek yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga; d. Dana Lancar BLU merupakan akun kontra dari total Kas yang ada pada BLU; e. Barang/Jasa yang masih harus diterima merupakan akun kontra dari total dari uang muka belanja dan belanja yang yang dibayar dimuka; Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang. Ekuitas dana investasi dikelompokkan menjadi: a. Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Merupakan akun kontra dari total Investasi Jangka Panjang; b. Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Merupakan akun kontra dari total aset tetap; c. Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Merupakan akun kontra dari total aset lainnya ditambah dengan total piutang jangka panjang. d. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang merupakan akun kontra dari total utang jangka panjang. 49 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

53 BAB IV PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SAI UNTUK SATKER BLU 4.1. Mekanisme dan Tata Cara Konsolidasi Manual Mekanisme dan tata cara konsolidasi laporan keuangan BLU secara manual dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : a. Petugas SAK meyiapkan kertas kerja sebagaimana terlampir; b. Memetakan akun-akun pada laporan keuangan BLU berdasarkan SAK dan melakukan konversi ke akun-akun berdasarkan SAP; c. Memastikan bahwa seluruh akun (aset, utang, dan ekuitas) berdasarkan SAK telah terakomodasi/terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP; d. Akun SAK yang tidak dapat dikonsolidasikan/dikonversi ke SAP dijelaskan dalam CaLK Sistem Aplikasi Mekanisme dan tata cara konsolidasi laporan keuangan BLU dilakukan oleh sistem aplikasi Konversi Akun SAK ke Akun SAP Dalam rangka menjamin kesamaan perlakuan terhadap akun-akun untuk pengkonsolidasian/penggabungan dengan Laporan Keuangan Kemdikbud berdasarkan SAP, perlu ditetapkan konversi antara akun berdasarkan SAK dan SAP, sebagai berikut: 50 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

54 No ASET LANCAR 1. Kas dan Setara Kas BASIS AKUNTANSI SAK SAP 1. Kas di Bendahara Pengeluaran 2. Kas pada BLU 3. Kas lainnya dan Setara Kas 2. Piutang Usaha Piutang dari keg. operasional BLU Piutang Lain-lain 3. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang dari keg. non operasional BLU Penyisihan Piutang Tidak Tertagih 51 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n KETERANGAN SAP:Kas Bendahara Pengeluaran adalah sisa UP dari APBN (Non PNBP) yang belum dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal pelaporan SAP: Kas pada BLU merupakan saldo kas yang merupakan selisih antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan. Kas pada BLU terdiri dari : 1. Kas - BLU adalah saldo kas yang merupakan selisih antara pendapatan dan belanja yang telah dilakukan pengesahan dan MP yang terkait dengan kas BLU. 2. Setara Kas - BLU adalah bagian dari aset lancar yang sangat liquid, yang dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka waktu s.d. 3 bulan tanpa mengalami perubahan nilai yang signifikan, antara lain : a.deposito berjangka kurang dari 3 bulan; b.cek yang dapat diuangkan dalam waktu kurang 3 bulan; c. Termasuk realisasi belanja yang bersumber dari PNBP yang belum disahkan pada tanggal pelaporan. SAP: Kas Lainnya dan Setara Kas adalah kas yang ada pada rekening BLU selain Kas Bendahara Pengeluaran dan Kas pada BLU, antara lain: 1. Saldo kas di rekening bendahara pengeluaran yang bersumber dari APBN yang mencakup : a. seluruh SALDO rekening pada entitas termasuk yang tidak memiliki ijin b. Saldo uang LS yang dibayarkan ke Bend.Pengeluaran yang belum dibayarkan kepada yang berhak/akan disetor ke KUN. c. Dana Titipan (Bansos/Blokgrant) dari APBN atai DIPA satker lain 2. Saldo rekening operasional BLU di rekeningrekening Bank (Pusat). 3. Saldo uang tunai operasional Non APBN (uang muka kerja) di BPP Pusat, Fakultas dan Unit-Unit. 4. Saldo rekening dana kelolaan. 5. Setara Kas. SAK dan SAP: Piutang yang terkait dengan pemberian jasa tri dharma perguruan tinggi BLU seperti jasa pendidikan, dll) SAK dan SAP: Piutang di luar pemberian jasa tri dharma perguruan tinggi BLU, seperti piutang bunga, piutang sewa, dll) SAK dan SAP: sama yaitu untuk mencatat adanya penyisihan piutang yang kemungkinan tidak dapat ditagih. 4. Persediaan Persediaan BLU SAK dan SAP: Metode pencatatan menggunakan harga perolehan terakhir 5. Investasi Jangka Pendek Investasi Jangka Pendek SAK dan SAP: Deposito 3 s.d. 12 bulan

55 No 6. Biaya Dibayar Dimuka BASIS AKUNTANSI SAK SAP Belanja Dibayar Dimuka Uang Muka Belanja KETERANGAN SAP: Belanja dibayar dimuka digunakan untuk pembayaran penuh (100%) tapi barang/jasa belum diterima SAP: Uang muka belanja digunakan untuk pembayaran uang muka/panjar SAK: uang muka belanja barang dan belanja modal menggunakan akun Biaya dibayar dimuka ASET TETAP 1. Tanah Tanah BLU SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Tanah baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU 2. Peralatan dan Mesin 3. Gedung dan Bangunan 4. Jalan, Irigasi dan Jaringan 5. Aset Tetap Lainnya 6. Akumulasi Penyusutan 7. Konstruksi Dalam Pengerjaan PIUTANG JANGKA PANJANG 1. Tagihan Penjualan Angsuran 2. Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 3. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Peralatan Dan Mesin BLU Gedung dan Bangunan BLU Jalan, Irigasi Dan Jaringan BLU Aset Tetap Lainnya BLU 52 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Peralatan dan Mesin baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Gedung dan bangunan baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU SAK dan SAP, menyajikan aset tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU SAK dan SAP, menyajikan aset tetap lainnya baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU. Termasuk Aset Tetap Lainnya adalah Aset tetap dalam renovasi. - SAP, belum mencatat dan/atau mengakui adanya penyusutan tapi didasarkan pada penghapusan aset sesuai dengan ketentuan per undang-undangan dan dijelaskan dalam CaLK. SAK, mencatat dan/atau mengakui adanya penyusutan Konstruksi Dalam Pengerjaan BLU Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Penyisihan Piutang Tidak Tertagih SAK dan SAP, mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan KDP baik yang diperoleh dari APBN maupun hasil dari kegiatan BLU. SAK dan SAP, merupakan tagihan atas penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah SAK dan SAP, merupakan tagihan kepada bendahara/pegawai karena kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya harus membayar ganti rugi kepada negara. SAK dan SAP: sama yaitu untuk mencatat adanya penyisihan piutang jangka panjang yang kemungkinan tidak dapat ditagih.

56 No ASET LAINNYA 1. Aset Tak berwujud 2. Akumulasi Amortisasi BASIS AKUNTANSI SAK SAP Aset Tak berwujud 3. Aset lain-lain Kemitraan dengan pihak ketiga KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 53 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n KETERANGAN SAK dan SAP, menyajikan aset tak berwujud yang diperoleh APBN dan hasil dari kegiatan BLU - SAP, belum mencatat dan/atau mengakui adanya amortisasi tapi didasarkan pada penghapusan aset sesuai dengan ketentuan per undangundangan dan dijelaskan dalam CaLK. SAK, mencatat dan/atau mengakui adanya amortisasi. Dana Kelolaan BLU Dana yang dibatasi penggunaanya Aset lain-lain 1. Utang Usaha Utang kepada pihak ketiga BLU 2. Utang Pajak Utang kepada pihak ketiga lainnya SAP: Kemitraan dengan Pihak Ketiga merupakan perjanjian antara BLU dengan satu pihak lain atau lebih dengan pola Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan Bangun, Serah, Kelola (BSK) SAP: Dana kelolaan BLU merupakan dana untuk menampung dana antara lain: Dana bergulir, dan/ atau dana yang belum menjadi hak milik BLU SAP : Dana yang dibatasi penggunaanya merupakan kas atau dana yang alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu, contohnya antara lain : bank garansi, dana yang diperuntukan untuk membayar imbalan kerja, termasuk dana abadi (endowment fund) SAP, Aset lain-lain merupakan aset yang tidak dapat dikategorikan sebagai aset yang disebutkan diatas. Termasuk aset lain-lain adalah: a. kumpulan dari aktiva tetap yang rusak dan untuk dihapuskan dimasa yang akan datang. b. aset yang diperoleh dengan cara angsuran dicatat sebagai aset lain-lain dan diakui utang jangka panjangnya. c. aset yang diperoleh dengan cara leasing. d. piutang macet BLU yang dialihkan penagihannya kepada Kementerian Keuangan cq. Ditjen Kekayaan Negara SAK, Aset lain-lain : Keempat akun yang ada di SAP tersebut di atas semuanya masuk ke akun Aset lain-lain di SAK SAK dan SAP, utang berasal dari kontrak. SAP, tidak mencatat adanya hutang yang timbul dari transaksi pajak karena yang mencatat BUN. SAK, mencatat transaksi yang timbul akibat belum dilunasinya pajak 3. Utang Jaminan Utang lainnya SAK dan SAP sama, termasuk utang titipan. 4. Biaya yang Masih Harus Dibayar 5. Pendapatan Diterima Dimuka Belanja yang Masih Harus Dibayar Pendapatan Diterima Dimuka SAK dan SAP, mencatat adanya hutang kepada pihak lain karena telah menerima manfaat ekonomis, tapi belum melakukan pembayaran. SAK dan SAP, mencatat adanya utang kepada pihak ketiga karena telah menerima uang kas, tetapi belum memberikan jasa.

57 No 6. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang BASIS AKUNTANSI SAK SAK Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang KEWAJIBAN JANGKA PANJANG (Dicatat pada BA.999. ) KETERANGAN SAK dan SAP, merupakan pembayaran angsuran yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan mendatang. Hutang Jangka Panjang 1. Utang Jangka Utang Jangka SAK dan SAP, merupakan utang yang akan Panjang Panjang dibayar dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan. 2. Utang Bersyarat - SAP, tidak mencatat adanya transaksi dengan syaratsyarat tertentu karena tidak ada ketentuannya dalam peraturan perundang-undangan. SAK, mencatat jika tingkat keterjadiannya besar dan nilainya handal (dapat diyakini), maka dapat diakui sebagai utang bersyarat. Jika tidak dapat diyakini, maka cukup diungkapkan saja dalam CaLK. EKUITAS DANA LANCAR 1. - Cadangan Piutang 2. - Cadangan Persediaan 3. - Dana Lancar BLU EKUITAS DANA INVESTASI 1. - Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 2. - Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 3. Ekuitas Tidak Terikat SAP, Merupakan jumlah dari akun piutang, bagian lancar TPA, dan bagian lancar TGR. SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini. SAP, Merupakan akun kontra dari total persedian SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini. SAP, Merupakan akun kontra dari total kas pada BLU SAK, tidak ada transaksi dengan akun Dana Lancar BLU. SAP, Merupakan akun kontra dari total aset tetap. SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini. SAP, Merupakan akun kontra dari total aset lainnya SAK, tidak ada transaksi dengan akun/rekening ini. - SAP, tidak ada akun untuk ekuitas tidak terikat SAK, sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali. 4. Ekuitas Terikat - SAP, tidak ada akun untuk ekuitas terikat SAK, sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali. Ekuitas terikat meliputi: a. Tanah atau gedung/bangunan yang disumbangkan untuk tujuan tertentu dan tidak untuk dijual; b. Aset yang digunakan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen. c. Bantuan/sumbangan pemerintah atau pihak lain yang mengikat secara permanen. 54 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

58 4.3. Penyajian Dan Penyampaian Laporan Keuangan Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP disajikan dengan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : Per-67/PB/2007 tentang Tata Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan BLU ke Dalam Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka , sebelum disampaikan kepada UAPPA-E1, terlebih dahulu dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap triwulan BLU menyampaikan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca setiap triwulan kepada UAPPA-E BLU menyampaikan ADK bulanan kepada UAPPA-E1, selain itu satker BLU mengirim ADK file kirim 2 (dua) kali setiap bulan melalui Sistem Informasi Manajemen Keuangan (SIMKeu) Kemdikbud UAPPA-E1 menggabungkan seluruh ADK dari seluruh satker di bawahnya termasuk ADK yang diterima dari BLU setiap bulan UAPPA-E1 menyusun laporan keuangan berdasarkan hasil penggabungan ADK sebagaimana dimaksud pada angka UAPPA-E1 menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada UAPA Penyampaian Laporan Keuangan BLU semesteran dan Tahunan disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan Laporan keuangan berdasarkan SAK disampaikan oleh Satker BLU kepada Pejabat Eselon I atasannya dan Direktur Jenderal Perbendaharaan c-q. Direktorat pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU setiap triwulan Pejabat Eselon I membuat Ringkasan Laporan Keuangan BLU seluruh Satker BLU yang berada di bawahnya Ringkasan Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada angka dan lembar muka (face) Laporan Keuangan Satker BLU disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kemdikbud up. Kepala Biro Keuangan setiap triwulan Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kemdikbud membuat Ringkasan Laporan Keuangan BLU berdasarkan Ringkasan Laporan Keuangan dan lembar muka (face) yang diterima dari UAPPA-E Ringkasan Laporan Keuangan BLU dan lembar muka (face) Laporan Keuangan satker BLU sebagaimana dimaksud angka , disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU setiap semester dan tahunan Laporan keuangan berdasarkan SAK dan SAP disusun oleh unit akuntansi pada BLU. 55 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

59 Laporan Keuangan Kemdikbud Tahunan dilampiri Ringkasan Laporan Keuangan BLU dan lembar muka (face) laporan keuangan seluruh Satker BLU yang berada di lingkup Kemdikbud Penyampaian Laporan Keuangan ke jenjang unit akuntansi di atasnya dan unit terkait dilaksanakan sesuai jadwal sebagai berikut: a. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan I UNIT ORGNAISASI PENGIRIM TANGGAL KIRIM UNIT ORGANISASI PENERIMA TANGGAL TERIMA BLU 15 April 20X0 UAPPA-E1 23 April 20X0 PPK BLU UAPPA-E1 27 April 20X0 UAPA 30 April 20X0 UAPA 08 Mei 20X0 Menkeu c.q. Dirjen Pb. 30 April 20X0 b. Laporan Keuangan Semester I UNIT ORGNAISASI PENGIRIM BLU TANGGAL KIRIM 10 Juli 20X0 UNIT ORGANISASI PENERIMA UAPPA-E1 PPK BLU TANGGAL TERIMA 17 Juli 20X0 UAPPA-E1 20 Juli 20X0 UAPA 22 Juli 20X0 UAPA 25 Juli 20X0 PPK BLU Menkeu c.q. Dirjen Pb. c. Laporan Realisasi Anggaran Triwulan III UNIT ORGNAISASI PENGIRIM BLU TANGGAL KIRIM 15 Oktober 20X0 UNIT ORGANISASI PENERIMA UAPPA-E1 PPK BLU 26 Juli 20X0 TANGGAL TERIMA 23 Oktober 20X0 UAPPA-E1 27 Oktober 20X0 UAPA 31 Oktober 20X0 UAPA 08 November 20X0 Menkeu c.q. Dirjen Pb. 09 November 20X0 d. Laporan Keuangan Tahunan UNIT ORGNAISASI PENGIRIM BLU TANGGAL KIRIM 20 Januari 20X1 UNIT ORGANISASI PENERIMA UAPPA-E1 PPK BLU TANGGAL TERIMA 02 Februari 20X1 UAPPA-E1 08 Februari 20X1 UAPA 10 Februari 20X1 UAPA 27 Februari 20X1 PPK BLU Menkeu c.q. Dirjen Pb. 28 Februari 20X1 Keterangan : 1. Laporan Keuangan yang disampaikan ke Unit Akuntansi di atasnya adalah laporan keuangan yang telah direkonsiliasi dengan KPPN dan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. 2. Tahun 20X0 adalah untuk tahun anggaran berjalan, Tahun 20X1 adalah 1 (satu) tahun setelah tahun anggaran berakhir. 56 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

60 Unit akuntansi yang dibentuk dalam rangka melaksanakan pengintegrasian laporan keuangan BLU ini adalah: a. UAPA yang berada pada tingkat kementerian negara/lembaga b. UAPPA-E1 yang berada pada tingkat Eselon I c. Unit Akuntansi BLU yang berada pada satuan kerja Mekanisme pelaporan BLU, lebih rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini: UAPA UAPPA-E1 6 KPPN 2 MEKANISME PELAPORAN BLU 10 7/8 3/5 9 DIT. APK 1. BLU merekam dan memproses dokumen sumber. 2. BLU melakukan Rekonsiliasi dengan KPPN setiap Triwulan. 3. BLU kirim ADK ke UAPPA-E1 setiap bln dan LRA & Neraca setiap trwln. 4. BLU setiap triwulan mengirimkan LK berdasarkan SAK ke Ditjen Pb.Cq. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU. 5. BLU mengirimkan LRA dan Neraca beserta CaLK ke UAPPA-E1 dilampiri Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK setiap semester. 6. UAPPA-E1 menggabungkan ADK seluruh UAKPA dibawahnya termasuk UA-BLU dan membuat ringkasan Laporan Keuangan BLU. 7. UAPPA-E1 mengirimkan LRA dan Neraca setiap triwulan, dan file data transaksi berupa ADK ke UAPA setiap bulan. 8. UAPPA-E1 mengirimkan LRA dan Neraca beserta CaLK ke UAPA dilampiri lembar muka LK-BLU berdasarkan SAK beserta ringkasannya setiap semester. 9. UAPA menggabungkan ADK seluruh UAPPA-E1 dalam lingkungannya dan membuat ringkasan Laporan Keuangan BLU. 10.UAPA mengirimkan LRA dan Neraca beserta CaLK dilampiri lembar muka (face) LK BLU berdasarkan SAK beserta ringkasannya ke Dirjen. Pb.c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester. 11.UAPA mengirimkan lembar muka (face) LK BLU berdasarkan SAK beserta ringkasannya ke Ditjen. Pb.c.q. Direktorat PPK-BLU setiap semester. 12.Direktorat Pembinaan PK-BLU setiap semester dan tahunan mengirimkan Ringkasan LK-BLU kepada Direktorat APK. 12 BLU DIT. PPK-BLU 4.4. Audit dan Reviu Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAP sebelum disampaikan kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan internal Dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan internal, reviu dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kemdikbud Reviu dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan BLU Laporan Keuangan BLU berdasarkan SAK diaudit oleh auditor eksternal. 57 K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS LAMPUNG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS LAMPUNG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS LAMPUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA . Penjelasan atas pospos neraca

Lebih terperinci

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS UNIVERSITAS LAMPUNG A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI Tujuan kebijakan akuntansi adalah menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di antara laporan

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI MALANG BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM A. PENDAHULUAN UM

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. Profil dan Kebijakan Teknis Pengadilan Tinggi Agama Kupang Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis Tahun 2014 merupakan bagian dari rencana strategis

Lebih terperinci

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN A. PENDAHULUAN 1. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1785, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Investasi Pemerintah. Akuntansi. Pelaporan Keuangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 209/PMK.05/2015 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4. Kebijakan Akuntansi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Grobogan terkait dengan perlakuan akuntansi dalam sistem pencatatan administrasi pengelolaan keuangan daerah yang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut: RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 te

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2142, 2016 KEMENKEU. Pelaporan Keuangan. Sistem Akuntansi. BLU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/PMK.05/2016 TENTANG SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Lebih terperinci

MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM 1 Akuntansi merupakan tools manajemen untuk pengelolaan keuangan. Di dalamnya terdapat alat-alat dan prosedur-prosedur tertentu. Setelah melewati bermacam alat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152)

BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152) LAMPIRAN IVa PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 65/PB/2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152) LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sebagai Entitas Pelaporan Dan Entitas Akuntansi bahwa: Dalam pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (2005:19) menyatakan entitas pelaporan keuangan adalah

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED)

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) Jl. Ampera Raya No.7 Cilandak Jakarta Selatan Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 054. LAPORAN KEUANGAN SATKER BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN ANGGARAN 2012 (Unaudited)

BAGIAN ANGGARAN 054. LAPORAN KEUANGAN SATKER BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN ANGGARAN 2012 (Unaudited) BAGIAN ANGGARAN 054 LAPORAN KEUANGAN SATKER BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN ANGGARAN 2012 (Unaudited) Jalan Sutan Sumurung lumbantobing No.7 Telepon : 0633-21153 Fax. 0633-21755 Tarutung 22417 Home

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH 1 of 13 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :00

1 of 6 18/12/ :00 1 of 6 18/12/2015 16:00 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.391, 2016 KEMENHUB. Pelaporan Keuangan. Berbasis Akrual. Sistem dan Prosedur Akuntansi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 21 TAHUN

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENGELOLAAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BERGULIR PENGADAAN TANAH UNTUK JALAN TOL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. PSAK. Politeknik. Ilmu Pelayaran. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016

CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016 CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM bcatatan ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI PMK 76 /PMK.05/2008 tentang PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENIMBANG (a) dalam rangka pelaksanaan pengembangan dan penerapan sistem akuntansi

Lebih terperinci

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Pernyataan Tanggung Jawab ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik viii Daftar Lampiran ix Daftar Singkatan x Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran 4 II.

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS <KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA> (Diisi dengan rencana strategis Kementerian Negara/Lembaga)

RENCANA STRATEGIS <KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA> (Diisi dengan rencana strategis Kementerian Negara/Lembaga) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (UNAUDITED/AUDITED)* A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited)

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN. LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN LAMPIRAN IVd PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 57/PB/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2013 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 Sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013 BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 31 DESEMBER 2013 II. NERACA ( dalam Rp) NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBR 2014 31 DESEMBER 2013 ASET Aset Lancar C.1 Kas dan Bank Kas di Bendahara

Lebih terperinci

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA Neraca adalah Laporan Keuangan yang menginformasikan/menggambarkan harta kekayaan, kewajiban dan pembiayaan dalam bentuk equitas dana suatu

Lebih terperinci

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam penyusunan laporan keuangan serta tujuan dari

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN PERIODE TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM a) Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; b) Undang-Undang

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang... LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 46 TAHUN 20097 TAHUN 2007 TANGGAL : 11 NOVEMBER 20094 SEPTEMBER 2007 TENTANG : KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO. KERANGKA KONSEPTUAL A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. Sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS BALAI BESAR PULP DAN KERTAS Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 JALAN RAYA DAYEUHKOLOT No. 132 BANDUNG 40258 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012 RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED Jl. Veteran 17 18 Jakarta 10110 I. PENDAHULUAN Berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1067, 2014 KEMENDIKBUD. tansi. Universitas Padjajaran. Sistem. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.aTAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan Kebijakan Akuntansi 1. Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI

BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2014 Ds. Toyomarto Kec. Singosari Kab.Malang Kotak Pos 8 Singosari 65153 Telp.0341-458359 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA BAB XV TATA CARA PENGINTEGRASIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DALAM LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS A. DEFINISI Kas dan Setara Kas

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH I. KEBIJAKAN UMUM 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik dalam penyelenggaraan negara, dapat dilakukan melalui pengelolaan keuangan negara secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan. BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2010 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe No.762, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sistem Akuntansi Investasi. Pemerintah. Kebijakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH,

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH, PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN DAN SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A PENGADILAN AGAMA SANGGAU LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A Sanggau Jl. Jend. - Kalimantan Sudirman Barat km 78511 7 No.14A Telp. Sanggau 0564-2025335

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.861, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN, Sistem Akuntansi Hibah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR DINAS PARIWISATA

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011 I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN ix RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa

PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2013 Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa Jalan Masjid Agung No. 25 Sungguminasa Gowa - Sulawesi Selatan 92111

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne No.532, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Likuidasi Entitas Akuntansi. Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jalan Masjid Agung No.

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jalan Masjid Agung No. PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jalan Masjid Agung No._ Sungguminasa Gowa Jalan - Sulawesi Masjid Selatan Agung 92111 No. 25 Sungguminasa Telp.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013 BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1. ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan yang dimaksud dalam laporan keuangan ini adalah Pemerintah Kabupaten Purbalingga secara keseluruhan, Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan

SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 Jalan Urip Sumoharjo, Km.4 Pampang Makassar 1 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2016 Jl.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT MENTERI KEUANGAN SALINAN KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN A. KERANGKA DASAR 1. Tujuan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2014 JL. SOEKARNO-HATTA NO.2, GERUNG

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2014 JL. SOEKARNO-HATTA NO.2, GERUNG PENGADILAN AGAMA GIRI MENANG LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2014 JL. SOEKARNO-HATTA NO.2, GERUNG LOMBOK JL. SOEKARNO-HATTA BARAT - Nusa Tenggara NO.2, Barat GERUNG 83363

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.2139, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Belanja Subsidi. Pelaporan Keuangan. Sistem Akuntansi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RSUD Dr. MOEWARDI Jl. Kol. Sutarto 132 Telp. 634634 Fax. 637412 Surakarta 57126 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 BALAI BESAR PULP DAN KERTAS NERACA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 II. NERACA ( dalam Rp) NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER 2013 31 DESEMBER 2012 ASET Aset Lancar C.1 Kas dan Bank Kas di Bendahara Pengeluaran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA Lampiran III.2 Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA I. PENDAHULUAN I.1. Tujuan 1. Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2013 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga - Sumatera Utara 22553 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Telp. 0631 23204/21572

Lebih terperinci