KERAGAAN USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI POTONG Bubun Bunyamin 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
|
|
- Sri Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KERAGAAN USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI POTONG Bubun Bunyamin 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Riantin Hikmah Widi 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi Hj. Tenten Tedjaningsih 3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi ABSTRAK Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada peternak sapi di Kelompok Ternak Jayamukti di Desa Linggalaksana, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan kelompok yang mempunyai prestasi dari kelompok yang ada di Kecamatan Cikatomas. Informasi mengenai teknis budidaya penggemukan sapi potong diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden, sementara analisis yang digunakan adalah R/C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari aspek teknis budidaya usaha ternak penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh peternak responden masih bersifat tradisional. Sementara berdasarkan hasil analisis R/C, menunjukkan bahwa R/C Sapi Lokal sebesar 1,20 Sapi Brahman sebesar 1,03 dan Sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar 1,48. Sehingga dilihat dari analisis tersebut usaha ternak penggemukan sapi potong layak untuk diusahakan. Kata Kunci : Penggemukan Sapi Potong, Biaya, Penerimaan, Pendapatan, R/C. ABSTRACT Research method which is use on this research is case study method to fatening Kelompok Tani Ternak Jayamukti Desa Linggalaksana, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. This is a community whish have a prominent achievement between Kelompok Ternak at Kecamatan Cikatomas. Information about cultivation method about beef cattle fatten effort were got from live interview with respondence, otherwise the analysis is doing by R/C ratio.
2 The result of this research shows that if we are see it from cultivation technique beef cattle fatten effort which is doing by respondence has appropriate with the advice. Based on equals of R/C ratio analysis, shows the data Local Beef is 1,20, Brahman Beef is 1,03 and Peranakan Ongole (PO) Beef is 1,48. So, we can see from that analysis that beef cattle fatten effort have good feasibility. Key Word: Fattening Beef Catle, Cost, Receive, Income, R/C PENDAHULUAN Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi untuk mengembangkan sektor pertanian. Seperti yang telah dikenal sejak dulu bahwa Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah di sektor pertanian maka dapat dipastikan bahwa sektor pertanian merupakan jantung bagi pertumbuhan sektor ekonomi penduduknya Jumlah penduduk yang semakin meningkat disertai dengan proses pemulihan ekonomi nasional yang pesat mendorong semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi terutama yang berasal dari protein hewani. Kondisi ini menyebabkan permintaan terhadap produk-produk utama peternakan seperti daging, susu dan telur semakin meningkat pula. Lahan pertanian saat ini kian tergerus oleh pembangunan sektor non pertanian. Menyempitnya lahan pertanian yang digarap mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer atau pelengkap dari usaha utamanya. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan usaha ternak, secara umum usaha ternak memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sebagai penghasil protein hewani seperti daging dan susu. Selain itu, kotoran ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik (Purnomo Arbi, 2009) Pembangunan peternakan pada dasarnya penting untuk dilakukan karena sub sektor ini memiliki peranan yang strategis bagi bangsa Indonesia. Peranan strategis ini setidaknya dapat dilihat pada 4 (empat) hal. Pertama, sub sektor ini diharapkan memperbaiki/meningkatkan konsumsi dan distribusi gizi (protein) hewani. Kedua, untuk meningkatkan pendapatan petani/peternak yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat. Salah satu jenis ternak yang bernilai ekonomi tinggi adalah ternak sapi. Budi Gusdiansah (2003) mengungkapkan, jika dilihat dari segi ekonomi, ternak sapi
3 mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibanding dengan kerbau. Keunggulan lain dari usaha ternak sapi adalah karena sapi mudah dipelihara baik pada daerah yang mempunyai lahan pertanian sempit maupun daerah yang padat penduduknya Permintaan terhadap daging sapi dibanding dengan daging ternak lainya memiliki persentase terbesar yaitu sebesar 88,6 persen dari total permintaan daging ternak ruminansia (Direktorat Jendral Peternakan, 2012) Pada tahun 2000 konsumsi daging sapi per kapita adalah 1,72 kg/kapita/tahun sementara pada tahun 2010 meningkat menjadi 2,72 kg/kapita/tahun, yaitu dengan peningkatan pertahunnya 0,1 kg/kapita/tahun. Populasi sapi potong 14,8 juta ekor dengan produksi daging sebesar 654,4 ribu ton/tahun dengan jumlah penduduk sebesar 242,4 juta orang (Direktorat Jendral Peternakan, 2012). Kebutuhan akan daging sangat erat kaitanya dengan suplai daging dari dalam negeri, tapi sejauh ini permintaan daging dalam negeri belum diimbangi dengan suplai yang memadai, Khusus untuk sapi potong pemerintah Indonesia sejak tahun 2004 yang lalu mencanangkan swasembada daging sapi secepat mungkin, walaupun diakhir tahun 2010 pencapaiannya masih sangat jauh di bawah target yang diinginkan, sehingga target pencapaian tersebut dijadwalkan ulang sampai tahun 2014 (Mohamad Agus Setiadi dkk, 2012). Swasembada daging sapi merupakan tekad yang dicanangkan oleh pemerintah pusat sebagai pemacu pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini juga mendorong untuk mengembalikan Indonesia sebagai eksportir sapi seperti pada masa yang lalu dengan tujuan kemandirian pangan Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kawasan andalan Priangan Timur yang memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan peternakan, karena tersedia sumberdaya yang sangat potensial dan lingkungan agroklimat yang mendukung upaya pengembangan sapi potong. Sebagai komoditas peternakan yang potensial, sapi potong diharapakan mampu menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Kabupaten Tasikmalaya khususnya Cikatomas. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada peternak sapi di Kelompok Tani Ternak Jayamukti di Desa Linggalaksana, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan kelompok dilakukan secara
4 purvosive berdasarkan pertimbangan bahwa kelompok tersebut merupakan kelompok yang mempunyai prestasi diantara Kelompok yang ada di Kecamatan Cikatomas. Jumlah seluruh peternak di Kelompok Tani Ternak Jayamukti adalah 25 peternak. Dari 25 peternak tersebut diambil tiga peternak responden, ditentukan secara purposive sampling, yaitu pemilihan responden atas dasar kesamaan waktu dalam proses periode produksi penggemukan sapi potong pada bulan Juni sampai November Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani yang meliputi analisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C ratio. Menurut Ken Suratiyah (2006), analisis data yang dimaksud dijabarkan sebagai berikut : 1) Untuk menghetahui besarnya biaya dihitung dengan rumus sebagai berikut : TC = TFC + TVC Dimana: TC = Total Cost (biaya total) TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost (biaya variable total) 2) Untuk menghetahui besarnya penerimaan dihitung dengan rumus sebagai berikut : TR = Y. Py Dimana: TR = Total Revenue (penerimaan total) Y = Jumlah Produk (ekor) Py = Harga Produk (Rp/ekor) 3) Untuk mengetahui besarnya R/C dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Penerimaan R / C Biaya Dengan ketentuan : - Apabila R/C >1, maka usahatani tersebut menguntungkan. - Apabila R/C =1, maka usahatani tersebut tidak untung tidak rugi. - Apabila R/C <1, maka usahatani tersebut merugi. HASIL DAN PEMBAHASAN a) Iklim Indonesia tergolong sebagai wilayah yang cocok untuk usaha penggemukan sapi potong karena iklimnya adalah iklim tropis, Produktivitas sapi akan maksimal jika mereka hidup di lingkungan yang nyaman dan tidak perlu beradaptasi dengan lingkungan baru. Jika dua hal tersebut tidak didapatkan, sapi akan stres dengan tandatanda di antaranya adalah dengan naiknya suhu tubuh. Akibatnya sapi harus mengeluarkan air agar suhu tubuh normal melalui kelenjar, paru-paru ataupun mulut.
5 Akibatnya, energi yang seharusnya menunjang produktvitas justru digunakan untuk menahan panas tubuh. (As Sudarmono, 2010) b). Bakalan Sapi Pemilihan bakalan yang dilakukan oleh para peternak di kelompok dirasa cukup sulit sebab diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup. Akan tetapi, ketersediaan bibit yang bagus memang keberadaannya cukup sulit. Kriteria yang digunakan para peternak responden dalam memilih sapi bakalan adalah dilihat dari bakalan yang sehat, bagus, bentuk badannya gemuk dan murah. c). Pemberian Pakan dan Minum Jenis pakan yang diberikan para peternak pada sapi adalah berupa pakan hijauan saja. Pakan hijauan ini adalah berupa rumput gajah yang diberikan setiap dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Banyaknya rumput yang diberikan adalah sebanyak 50 kilogram per satu kali makan. Jadi di dalam satu hari peternak harus mencari rumput gajah sebanyak 100 kilogram. d) Sistem Penggemukan Sapi Sistem penggemukan yang dilakukan di kelompok penelitian adalah dry lot fattening yaitu sapi yang digemukan ditempatkan di dalam kandang sampai bobot sapi yang diinginkan tercapai dan pemberian pakan dilakukan di dalam kandang, namun pakan yang diberikan hanyalah pakan hijauan saja yang bisa diperoleh tanpa mengeluarkan biaya yang besar dan bisa didapat di daerah sekitar. e) Kebersihan Kandang Lingkungan peternakan harus bersih dan sehat supaya terbebas dari penyakit. Ternak-ternak yang dipelihara harus dalam keadaan yang sehat, begitu pula dengan peternak yang selalu berhubungan langsung dengan ternak harus dalam keadaan yang sehat. Untuk kebersihan kandang sapi, peternak selalu membersihkan kandangnya dari kotoran sapi setiap hari. f) Pemberian Vitamin dan Obat-obatan Vitamin dibutuhkan oleh ternak agar dapat hidup dan tumbuh secara normal. Vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi diperlukan untuk pengaturan metabolisme. Meskipun vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang kecil tetapi jika kekurangan vitamin maka akan menimbulkan akibat yang parah. g) Pengelolaan Kotoran
6 Kotoran ternak sejauh ini masih dianggap sebagai limbah yang mencemari lingkungan perkandangan. Padahal kotoran sapi masih bisa diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual. Para peternak di kelompok ini memanfaatkan kotoran sapi menjadi pupuk kandang. h) Lamanya Penggemukan Sapi Waktu yang dibutuhkan untuk penggemukan setiap sapi tidak selalu sama. Perbedaan waktu bagi penggemukan sapi yang satu dengan yang lain ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti umur, kondisi dan berat badan sapi pada awal penggemukan, jenis kelamin, kualitas bibit dan mutu pakan. Lama penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh peternak adalah selama enam sampai tujuh bulan, karena sapi bakalan yang dibeli berumur muda yakni satu tahun. i) Kriteria Sapi Potong Layak Jual Kriteria sapi yang sudah layak untuk dijual mengacu pada batasan umur sapi yang layak dipotong yakni berumur dua sampai dua setengah tahun. Adapun batasan dalam penjualan sapi potong yang ada di kelompok adalah sudah berumur satu tahun lebih, bentuk badan yang besar, tingkat penawaran harga yang ditawarkan dari bandar cukup tinggi. j) Kendala Usaha Ternak Sapi Potong Kendala usaha ternak sapi potong yang dialami para peternak adalah dalam hal teknik pemeliharaan yang baik dan benar, informasi terbaru, sulitnya mendapatkan bibit yang berkualitas, ketersediaan obat-obatan dan vitamin yang terbatas. Dalam hal teknik pemeliharaan peternak masih kekurangan informasi mengenai teknik pemeliharaan yang baik dan benar sehingga para peternak sering sekali merasa ketakutan bobot sapi potong yang dipeliharanya tidak sesuai dengan standar. Para peternak juga masih kekurangan informasi terbaru, baik itu dari segi teknologi pemeliharaan maupun harga sapi di pasaran. Kendala lain yang dihadapi para peternak adalah dalam hal sulitnya mendapatkan bibit yang berkualitas yang akan berimbas pada bobot akhir sapi serta penyediaan vitamin dan obat-obatan yang masih terbatas di kelompok Kendala Pemasaran Transaksi yang dilakukan dalam penjualan sapi potong ini adalah secara tunai. Kendala yang dihadapi kelompok Ternak Jayamukti dalam penjualan sapi potong adalah kurangnya informasi pasar, seperti pengetahuan struktur pasar, penampilan
7 produk dan pelaksanaan pemasaran sehingga harga sering ditentukan sepihak oleh pihak bandar. Struktur pasar di sini berkaitan dengan persaingan antara penjual dan pembeli dalam produknya. Kekuatan pasar ini akan sangat berpengaruh terhadap harga dan jumlah produk yang beredar di pasar. Secara umum, struktur pasar ini disebabkan oleh jumlah penjual dan pembeli yang bermain di pasar tersebut, tingkat perkembangan biaya dan harga produk serta tingkat permintaan dan penawaran. Analisis Kelayakan Analisis usaha penggemukan sapi potong pada prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan cara pengelolaan yang sebaik-baiknya. Analisis usaha di sini ditekankan pada usaha penggemukan sapi potong. Sebagaimana dengan usaha yang bergerak dibidang produksi, keuntungan usaha penggemukan sapi ditentukan oleh penerimaan dan biaya produksi. Jumlah sapi yang dijual pada periode produksi dari bulan Juni sampai November sebanyak tiga ekor yang terdiri dari Sapi Lokal (sapi Jawa), Sapi Brahman dan Sapi Peranakan Ongole (PO). 1. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi, diantaranya adalah sewa lahan, peralatan yang digunakan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang, diantaranya adalah bakalan, pakan, vitamin dan obat-obatan, tenaga kerja dan biaya pemasaran. a. Biaya Tetap Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari penyusutan kandang, penyusutan alat, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), iuran kelompok dan bunga modal. Biaya tetap untuk setiap jenis sapi biaya tetap yang dikeluarkan selama masa penggemukan sapi potong untuk jenis Sapi Lokal sebesar Rp , Sapi Brahman sebesar Rp dan Sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Perbedaan biaya tetap ini dikarenakan adanya perbedaan dalam biaya yang digunakan untuk pembuatan kandang dan harga peralatan yang dibeli oleh setiap peternak untuk masing-masing jenis sapi. Iuran Kelompok yang dibayarkan peternak kepada kelompok sebesar Rp ,. Besarnya iuran terbentuk atas kesepakatan antara
8 kelompok dengan anggota. Pembayaran iuran kelompok ini dilakukan setelah peternak menjual sapi potongnya. Iuran tersebut masuk ke dalam kas kelompok. Tabel 1. Biaya Tetap Usaha Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Jayamukti. No Jenis Biaya (Rp Jenis Sapi Lokal Brahman PO 1 Penyusutan Kandang Penyusutan Peralatan PBB Kandang Iuran Kelompok Jumlah Bunga Modal (5,88%) Jumlah Total (Rp) Sumber : Data Primer Diolah, 2013 b. Biaya Variabel Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari harga bakalan, pakan hijauan, vitamin dan obat-obatan, tenaga kerja, biaya pemasaran dan bunga modal. Biaya variabel untuk setiap jenis sapi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Variabel Usaha Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Jayamukti. Jenis Sapi No Jenis Biaya Lokal Brahman PO Jumlah Nilai (Rp) Jumlah Nilai (Rp) Jumlah Nilai (Rp) 1 Bakalan (ekor) Pakan (Kg) Vitamin (frekuensi) Tenaga Kerja (HOK) Biaya Transport Jumlah Bunga Modal (5,88%) Jumlah Total Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Pada Tabel 2 menunjukan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan selama masa penggemukan sapi potong untuk jenis Sapi Lokal sebesar Rp , Sapi Brahman sebesar Rp dan Sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Perbedaan biaya variabel ini disebabkan adanya perbedaan harga bakalan yang dibeli, pakan yang diberikan setiap harinya dan frekuensi pemberian vitamin.
9 Perbedaan harga bakalan yang dibeli peternak dari setiap jenis sapi dipengaruhi oleh jenis bakalan tersebut. Jenis sapi Brahman mempunyai bentuk badan yang besar dan berisi, jadi bobotnya pun besar sehingga harga dari bakalan Brahman pun menjadi tinggi. Sedangkan sapi Lokal dan sapi PO bentuk badannya relatif sama yakni badanya kecil. 2. Penerimaan, Pendapatan dan R/C dari Usaha Penggemukan Sapi Potong Penerimaan dari usaha penggemukan sapi potong berupa penjualan sapi hidup. Potensi lain dari penggemukan sapi potong ini adalah dari pupuk kandangnya. Akan tetapi pupuk kandang tersebut belum mempunyai nilai ekonomi karena pupuk kandang yang dihasilkan tidak dijual, melainkan digunakan untuk keperluan pertaniannya. Penerimaan setiap jenis sapi tersaji pada Tabel 3. Jika besarnya penerimaan dan biaya produksi telah diketahui, maka dapatlah dihitung besarnya pendapatan yang diperoleh dalam usaha penggemukan sapi potong tersebut. Besarnya pendapatan yang diperoleh dalam usaha penggemukan sapi potong selalu berubah dari tahun ke tahun sejalan dengan terjadinya perubahan harga sarana produksi maupun harga penjualan sapi yang digemukan. Pendapatan setiap jenis sapi tersaji pada Tabel 3. Analisis usaha digunakan untuk melihat kelayakan sebuah usaha yang akan dijalankan atau dikembangkan. Ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan sebuah usaha, diantaranya yaitu revenue cost ratio (R/C ratio).. Pendapatan untuk setiap jenis sapi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usaha Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Jayamukti. No Uraian Jenis Sapi Lokal Brahman PO 1 Bobot Awal (Kg) Kenaikan Bobot (Kg) Bobot Akhir Sapi (Kg) Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) R/C 1,20 1,03 1,48 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Angka kenaikan bobot dari setiap jenis sapi mulai dari awal penggemukan sampai akhir dapat dilihat pada Tabel 3, yaitu untuk kenaikan bobot sapi Lokal sebesar 110 kilogram, sapi Brahman 170 kilogram dan sapi Peranakan Ongole (PO) 140 kilogram.
10 Perbedaan bobot sapi dapat terlihat pada setiap jenis sapi meskipun periode produksinya sama. Perbedaan tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya pemberian obatobatan, pakan dan dari jenis sapinya yang unggul. Menurut Edy Rianto Endang Purbowati (2009), pertambahan bobot badan per hari rata-rata masing-masing antara 0,61 kg per hari dan 0,80 kg per hari. Pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa penerimaan untuk sapi Lokal sebesar Rp , sapi Brahman sebesar Rp dan sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Perbedaan dalam penerimaan ini karena harga jual sapi berbeda. Selain itu, bobot akhir dari sapi juga sangat mempengaruhi besar kecilnya penerimaan yang akan diterima oleh peternak. Penerimaan yang di dapat sapi PO lebih besar dari sapi Brahman dan Lokal karena harga sapi PO per kilogramnya lebih tinggi, yakni Rp per kilogram. Tabel 3 menunjukan bahwa pendapatan yang diperoleh dari penggemukan Sapi Lokal sebesar Rp , Sapi Brahman sebesar Rp dan Sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Perbedaan pendapatan yang diperoleh peternak dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang telah dikeluarkan dan penerimaan dari penjualan sapi potong dari setiap peternaknya. Tabel 3 menunjukan bahwa R/C Sapi Lokal sebesar 1,20 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar dua puluh rupiah. R/C Sapi Brahman sebesar 1,03 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar tiga rupiah. R/C Sapi peranakan Ongole (PO) sebesar 1,48 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar empat puluh delapan rupiah. Berdasarkan hasil analisis usaha, penggemukan sapi potong jenis Sapi Lokal, Sapi Brahman dan Sapi Peranakan Ongole (PO) yang dilakukan oleh ketiga peternak ini layak untuk diusahakan. Tabel 4. Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usaha Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Jayamukti dengan potongan 30%. No Uraian Jenis Sapi Lokal Brahman PO 1 Bobot Awal (Kg) Kenaikan Bobot (Kg) Bobot Akhir Sapi (Kg) Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) ( ) ( ) R/C 0,84 0,72 1,04
11 Pada Tabel 4 dapat terlihat bahwa penerimaan untuk sapi Lokal sebesar Rp , sapi Brahman sebesar Rp dan sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari penggemukan Sapi Lokal sebesar Rp ( ), Sapi Brahman sebesar Rp ( ) dan Sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Sehingga R/C untuk Sapi Lokal sebesar 0,84 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh kerugian sebesar enam belas rupiah, R/C Sapi Brahman sebesar 0,72 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh kerugian sebesar dua puluh delapan rupiah, R/C Sapi peranakan Ongole (PO) sebesar 1,04 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar empat rupiah. Berdasarkan hasil analisis usaha yang telah dipotong 30 persen, maka sapi Lokal dan Brahman mengalami kerugian, sedangkan sapi jenis PO masih menguntungkan. Tabel 5. Penerimaan, Pendapatan dan R/C Usaha Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Tani Ternak Atas Biaya Tunai. No Uraian Jenis Sapi Lokal Brahman PO 1 Bobot Awal (Kg) Kenaikan Bobot (Kg) Bobot Akhir Sapi (Kg) Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) R/C 1,38 1,05 1,79 Sumber : Data Primer Diolah, 2013 Pada Tabel 5 dapat terlihat bahwa penerimaan untuk sapi Lokal sebesar Rp sapi Brahman sebesar Rp dan sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari penggemukan Sapi Lokal sebesar Rp Sapi Brahman sebesar Rp dan Sapi Peranakan Ongole (PO) sebesar Rp Sehingga R/C untuk Sapi Lokal sebesar 1,38 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar sembilan puluh delapan rupiah, R/C Sapi Brahman sebesar 1,05 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar lima puluh empat rupiah, R/C Sapi peranakan Ongole (PO) sebesar 1,79 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar seratus lima puluh enam ripiah.
12 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara umum teknis pemeliharaan penggemukan sapi potong yang dilaksanakan oleh responden masih bersifat tradisional dan masih ada beberapa hal yang menjadi kendala yakni dalam hal mendapatkan bibit yang berkualitas, ketersedian vitamin dan obat-obatan dan harga pakan konsentrat yang mahal. 2. Nilai R/C aktual Usaha Penggemukan Ternak Sapi Potong untuk tiga jenis sapi Saran tersebut layak, tetapi apabila mendapatkan potongan sebesar 30 persen maka menjadi tidak layak. R/C atas biaya tunai memiliki nilai tertinggi, pada kondisi ini menunjukkan bahwa Usaha Penggemukan Sapi tersebut berpotensi sebagai pendapatan peternak yang bersumber dari tenaga kerja keluarga yang digunakan dalam Usaha Penggemukan Sapi Potong. Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kelompok harus bisa menyediakan bakalan yang berkialitas dan Bagi para penyuluh lebih intensif lagi dalam melakukan penyuluhan dan cepat menyampaikan teknologi terbaru dalam hal memperbaharui teknik pemeliharaan sapi potong. 2. Bagi para peternak disarankan untuk memperbesar skala usahanya dan lebih aktif dalam mencari informasi pasar terutama yang berkaitan dengan harga jual sapi. DAFTAR PUSTAKA As Sudarmono Pengaruh Iklim Pada Sapi Potong. Online. Tersedia: Budi Gusdiansah Evaluasi Proyek. Pionir Jaya. Bandung. Direktorat Jendral Peternakan Data dan Fakta Daging. (Online). Tersedia: html. Edy Rianto dan Endang Purbowati Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Bogor. Ken Suratiyah Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Mohamad Agus Setiadi, Gumbira Sa id, Kurnia Achjadi Sapi Dari Hulu Kehilir dan Info Mancanegara. Penerbit Agriflo (Penebar Swadaya). Jakarta. Purnomo Arbi Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Dipublikasikan.
KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA
KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA Andri Setiadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Andrisetiadi27@Gmail.com H. Djoni 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
Lebih terperinciKELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Irfan_fathurrahman58@yahoo.com Hj. Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris dimana mata pencarian penduduknya sebahagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebahagian besar
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)
ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan
Lebih terperinciRENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT
RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT Fiqrul Hilmi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi fiqrulhilmi@gmail.com Tedi Hartoyo 2) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI
ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI (Oriza sativa L) DAN TERNAK ITIK PETELUR (Studi Kasus di Kelompok Mukti Tani Desa Banjarsari Kecamatan Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ai Indah Perwati, Dedi
Lebih terperinciPENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG
1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan adalah bagian dari sektor pertanian yang merupakan sub sektor yang penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Komoditas peternakan mempunyai prospek
Lebih terperinciReny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini memberikan andil terhadap perbaikan gizi masyarakat, khususnya protein hewani yang sangat dibutuhkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK
ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam
Lebih terperinciANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK
ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK Susy Edwina, Dany Varian Putra Fakultas Pertanian Universitas Riau susi_edwina@yahoo.com
Lebih terperinciUnang 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dedi Sufyadi 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH SAYURAN PASAR Nizar Ramadhan 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi nizar_kuncunx@yahoo.co.id Unang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciIntisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita
Intisari Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo Zulfanita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian bertujuan
Lebih terperinciAnalisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)
Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup
Lebih terperinciBAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Studi Kasus di II Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan) Ista Yuliati 1, Zaenal Fanani 2 dan Budi Hartono 2 1) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Perusahaan PT. Agro Jaya Mulya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi permintaan pasar daging
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR
KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR Rio Aditia Nugraha 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Silentmonday11@Gmail.com Dedi Djuliansyah 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan
36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA
RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV Hasil Dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1.1. Peternakan Sapi Pedaging di Dusun Getasan Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
Lebih terperinciBab XIII STUDI KELAYAKAN
Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi
Lebih terperinciANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI
ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan konsumsi daging dan produk-produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA
e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan
Lebih terperinciRENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK
RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK Herman Syah 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Hsyah58@Gmail.com Iskandar Ma moen 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO
BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi Pada tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia mencapai 240 juta jiwa dan diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKBN)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor
Lebih terperinciOleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptana poir.) (Suatu Kasus di Desa Budiasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis) Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA
KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,
Lebih terperinciOleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mengalami keterpurukan ekonomi sejak tahun 1997, setelah itu Indonesia mulai bangkit dari keterpurukan itu, namun begitu ekonomi riil Indonesia belum
Lebih terperinciTernak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong
Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam
9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya
TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara
Lebih terperinciKELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas
KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Fajardwipranata21@gmail.com
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sub sektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial
Lebih terperinciPENDAHULUAN. satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang beberapa puluh tahun terakhir populasinya menurun dan tergantikan oleh sapi. Kerbau merupakan salah satu ternak penghasil
Lebih terperincidan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%
Lebih terperinciMASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)
MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*) I. LATAR BELAKANG 1. Dalam waktu dekat akan terjadi perubahan struktur perdagangan komoditas pertanian (termasuk peternakan)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciKata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.
KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi
Lebih terperinciKERAGAAN USAHATANI MINA PADI
KERAGAAN USAHATANI MINA PADI Turwavianti 1) Jurusan Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi turwavianti11@gmail.com Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi sumarsihenok@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena mayoritas penduduk Indonesia memperoleh pendapatan utamanya dari sektor ini. Sektor pertanian
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto
PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di pasar internasional, harga ikan patin segar per kilogram adalah USD 1. Sementara itu, harga fillet ikan patin per kilogram mencapai USD 3.4. Kekurangan ikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kontrol lingkungan kandang sangat penting untuk kenyamanan dan kesehatan sapi, oleh karena itu kebersihan kandang termasuk suhu lingkungan sekitar kandang sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sumber produksi daging
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk
Lebih terperinciANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga
VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya dengan mata pencarian dibidang pertanian, maka pembangunan lebih ditekankan kepada sektor pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan
Lebih terperinciPENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)
BAB VI PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC) Agung Hendriadi, Prabowo A, Nuraini, April H W, Wisri P dan Prima Luna ABSTRAK Ketersediaan daging
Lebih terperinci