PEDOMAN INI MASIH MERUPAKAN DRAFT, KAMI MOHON AGAR KEPADA BAPAK/IBU/SAUDARA DAPAT MEMBERIKAN MASUKAN BERKAITAN DENGAN PENYEMPURNAAN PEDOMAN INI.
|
|
- Yandi Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CATATAN : PEDOMAN INI MASIH MERUPAKAN DRAFT, KAMI MOHON AGAR KEPADA BAPAK/IBU/SAUDARA DAPAT MEMBERIKAN MASUKAN BERKAITAN DENGAN PENYEMPURNAAN PEDOMAN INI. ATAS MASUKAN/SARAN YANG DISAMPAIKAN, KAMI UCAPKAN TERIMA KASIH PENGELOLA 1
2 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN I. Latar Belakang Laporan studi kelayakan adalah laporan dari pemegang izin/ kuasa pertambangan yang memuat hasil studi secara menyeluruh atas ascpek yang berkaitan dengan rencana pengusahaan suatu tambang, untuk mengetahui kelayakan usaha. Mengingat tujuan tersebut maka lingkup/ isi laporan studi kelayakan sangat luas mulai dari penyeampaian informasi hulu / dasar tentang kondisi daerah, keadaan geologi dan endapan bahan galian, sampai pada perencanaan penambangan, pengolahan/pemurnian, pengangkutan, penimbunan, produksi, pemasaran, dan bahkan sampai rencana penggunaan tenaga, peralatan, kebutuhan investasi, rencana pengelolaan lingkungan dan K-3, serta akhirnya pada kajian kelayakan. Laporan studi kelayakan dibuat oleh perushaan untuk memenuhi salah satu persyaratan teknis dalam permohonan peningkatan izin/ kuasa ketahap eksploitasi atau operasi-produksi. II. Maksud dan Tujuan Pedoman laporan studi kelayakan ini dibuat untuk memberi petunjuk/ quide dan dalam rangka keseragaman kepada perusahaan dalam membuat laporan studi kelayakan, dan memudahkan bagai pihak pemerintah/ pemrintah daerah dalam menilai dan meresume laporan tersebut III. Sasaran. 2
3 Target yang ingin dicapai dengan disusunnya pedoman teknis penyusunan laporan ini adalah terciptanya kajian kelayakan dan perencanaan usaha pertambangan yang komprehensif, detail, jelas, transparant, sehingga dapat dipakai seluruh stake holders untuk menjalankan fungsi masing masing, termasuk menjadi pedoman bagai perusahaan sendiri untuk pelaklsanaan kegiatannya. IV. Format Laporan : Format laporan ini merupakn panduan umum/ dasar untuk penyusunan laporan studi kelayakan, berisi pokok-pokok yang harus dibahas, urutan pembahasan, namun kedalaman lingkup bahasan dapat disesuaikan tergantung rencana kegiatan dan tingkat variasi kegiatan yang akan dilakukan. Format data pendukung seperti format laporan studi geoteknik, format laporan amdal dan sebagainya, tidak dibahas dan disesuaikan dengan format teknis masing masing. 3
4 A. FORMAT LAPORAN STUDI KELAYAKAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISII DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup dan Metode Studi 4. Pelaksana Studi 5. Jadwal Waktu Studi BAB II : KEADAAN UMUM 1. Lokasi dan Luas Wilayah Kuasa Pertambangan ( KP ), Kontrak Karya ( KK ) Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara ( PKP2B ) Eksploitasi Yang dimohon. 2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat 3. Keadaan Daerah 4. Morfologi Daerah BAB III : GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN 1. Geologi a. Litologi b. Struktur c. Geoteknik 2. Keadaan Endapan a. Bentuk dan Penyebaran Endapan 4
5 b. Sifat dan Kualitas Endapan c. Cadangan Cara Perhitungan Cadangan Klasifikasi dan Jumlah Cadangan ( insitu, Miniable, Marketable, Dilengkapi dengan perhitungan stripping ratio dan cut off grade ). BAB IV. : RENCANA PENAMBANGAN 1. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan ( dilengkapi bagan alir ) 2. Tahapan Kegiatan Penambangan ( termasuk penanganan tanah penutup ) 3. Rencana Produksi (kuantitas, kualitas, cut off grade, stripping ratio ) 4. Peralatan ( jenis, jumlahndan kapasitas ) 5. Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang 6. Rencana Penanganan/Perlakuan Bahan Galian yang belum Terpasarkan ( kualitas rendah, belum ekonomis masa sekarang ) 7. Rencana Pemanfaatan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan 8. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Cadangan pada Pasca Tambang. BAB V. RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN ATAU PENCUCIAN 1. Studi/Percobaan Pengolahan/Pemurnian 2. Tatacara Pengolahan dan Pemurnian a. Tahapan Pengolahan b. Bagan Alir c. Recofery Pengolahan 3. Peralatan Pengolahan ( jenis, jumlah dan kapasitas ) 5
6 4. Hasil Pengolahan dan Rencana Pemanfaatan Mineral Ikutan 5. Jenis, Jumlah, Kualitas Hasil Pengolahan dan Tailing BAB VI. PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN 1. Tata Cara 2. Peralatan ( jenis, jumlah, kapasitas ) BAB VII LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 1. Lingkungan ( mengacu kepada dokumen Amdal atau UKL dan UPL ) a. Dampak Kegiatan ( tambang, pengolahan, dan sarana penunjang ) b. Pengolahan Lingkungan Pengolahan Limbah ( tambang, pengolahan dan sarana penunjang ) Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang Penanganan Air Asam Tambang ( kalau ada ) c. Pemantauan Lingkungan 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Organisasi b. Peralatan c. Langkah langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan d. Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan Berbahaya Lainnya. BAB VIII. LINGKUNGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA 1. Bagan Organisasi 2. Jumlah dan kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap dalaam Bentuk Tabel 3. Tingkat gaji dan upah 6
7 4. Sistem Kerja ( kontrak, borongan, dll. ) BAB IX PEMASARAN 1. Bagan Organisasi 2. Prospek Pemasaran a. Dalam Negeri b. Luar Negeri BAB X INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN 1. Investasi a. Modal Tetap i. Pengurusan Perizinan dan eksplorasi ii. Pembebasan Lahan iii. Konstruksi atau Rekayasa iv. Peralatan (penambangan, pengolahan, pengngkutan dll.) b. Modal Kerja c. Sumber Dana 2. Analisis Kelayakan a. Biaya Produksi ( termasuk biaya pengolahan dan pemantauan lingkungan K3 ) b. Pendapatan Penjualan c. Cash Flow ( aliran uang tunai ) d. Perhitungan Discounted Cash Flow Rate of Return / Internal Rate of Return ( DCFROR/IRR ) e. Perhitungan Break Even Point ( BEP ) f. Waktu Pengembalian Modal g. Annalist Kepekaan dan Resiko 7
8 BAB XI LAMPIRAN ; : KESIMPULAN Memuat secara ringkas hal hal sebagai berikut : Luas wilayah yang dimohon/ditingkatkan ke tahap Eksploitasi Cadangan ( in situ Miniable marketable ) Rencana Penambangan ( tata cara dan sistem) Rencana Pengolahan dan pemurnian atau pencucian ( kalau ada ) Rencana Produksi pertahun dan umur tambang Rencana pemasaran dan harga jual Investasiyang diperlukan termasuk modal kerja dan sumber dana Hasil analisa kelayakan Jumlah tenaga kerja ( tetap dan harian atau buruh ) Pemantauan dan pengelolaan lingkungan Potensi dan rencana perlakuan bahan galian yang belum dapat dipasarkan dan mineral ikutan serta bahan galianlain. 1. Peta situasi wilayah yang akan ditingkatkan ke tahap Eksploitasi dan sekitarnya skala 1 : Peta topografi detail daerah tambang dan sekitarnya, skala minimum 1 : Peta penyebaran cadangan dan kualitas, skala minimum 1 : Peta situasi tambang ( Mining Lay Out ) skala 1 : yang memuat; a. Kontur topografi b. Penyebaran bahan galian c. Bangunan bangunan penting d. Batas wilayah eklsploitasi 8
9 e. Jalan, perkampungan, Stock pile lokasi pencucian dan pengolahan f. Lokasi timbunan waste, tailling dan bahan galian yang belum dapat dipasarkan g. Indeks peta rencana pertambangan h. Dan sebagainya 5. Peta rencana penambangan dan reklamasi, minimal skala 1 : 2000 menggambarkan: a. Tahapan dan blok blok yang akan ditambang b. Tahapan dan blok wilayah yang akan direklamasi pertahun c. Jalan tambang d. Lokasi timbunan waste, tailing dan mineral ikutan serta bahan galian yang belum da[pat dipasarkan 6. Desain tambang dan pengolahan ( dalam bentuk peta. Penampang, gambar 3 dimensi, sketsa, bagan alir dan sebagainya ) 9
10 Penjelasan : I.1. Latar belakang : Berisi uraian tentang latar belakang perusahaan yang ingin mengusahakan tambang suatu bahan galian di suatu daerah, didasarkan atas pertimbangan prospek dari tambang saat ini atau akan datang, pertimbangan pengalaman perusahaan atau pertimbangan lain. 2. Maksud dan tujuan berisi uraian tentang maksud dan tujuan pembuatan laporan studi kelayakan, yang antara lain untuk menyusun perencanaan yang tepat dan mengetahui kebutuhan investasi, tenaga kerja, peralatan serta mengetahui kelayakan usaha. 3. Ruang Lingkup Studi Memuat seluruh aspek yang dilakukan studi dan dilaporkan. 4. Pelaksana Studi Menerangkan tentang pelaksana yang melakukan studi berbagai aspek, baik personil, keahlian, nama perusahaan/ konsultan dan sebagainya. 5. Jadwal waktu studi Menerangkan lamanya dan kapan studi tersebut dilakukan. II. 1. Lokasi dan luas wilayah : Menerangkan lokasi rencana tambang, termasuk kecamatan, kabupaten, propinsi, nomor KW/ KP nya, dilengkapai dengan gambar/ peta lokasi dan peta KP/KW beserta koordinat batas wilayahnya 10
11 2. Kesampaian daerah dan sarana perhubungan Menerangkan route kesampaian wilayah tambang mulai dari Jakarta sampai lokasi, berikut penjelasan kondisi prasarana dan sarana trasportasi, serta waktu perjalanannya. Dilengkapi dengan peta kesampaian wilayah. 3. Keadaan Daerah Keadaan lingkungan daerah, penduduk matapencarian, flora, fauna, iklim, sosial ekonomi, agama, tingkat pendidikan, pusat bisnis, keamanan dsb. 4. Morfologi Daerah : Menuangkan bentuk-bentuk morfologi, ketinggian, penggunaan lahan dan sebagainya. III. 1. Geologi : a. Lithologi Menjabarkan jenis-jenis batuan yang ada, umumnya, sifat fisiknya, urutan strtigrafinya,sebarannya. b. Struktur Menerangkan tentang struktur geologi yang ada disekitar daerah tambang, terutama yang mempengaruhi mineralisasi, baik struktur major ataupun minor, antara lain patahan, rekahan, pelipatan dan sebagainya. c. Geoteknik Menjabarkan pelaksanaan studi geoteknik yang dilakukan dan menerangkan hasilnya, dilbuatkan juga laporan lengkap studi 11
12 geotekniknya, baik untuk geoteknik ditambang dalam maupun, pembuatan jalan,pelabuhan, fasilitas pengolahan dan sebagainya. 2. Keadaan Endapan a. Bentuk dan Penyebaran Endapan Menerangkan dan menggambarkan jenis dan tipe endapan, arah penyebaran (strike/dip) luas penyebaran (lateral dan vertikal / down dip), ketebalan endapan/mineralisasi, serta jumlah lapisan endapan (untuk bahan galian batubara). b. Sifat dan Kualitas Endapan Menjelaskan kualitas endapan bahan galian berdasarkan hasil analisa laboratorium disesuaikan dengan jenis bahan galian. Selain itu perlu dijelaskan sifat-sifat fisiknya dan kadar masing-masing unsurnya. c. Cadangan Penentuan besarnya cadangan yang dilaporkan dijelaskan bahwa asalnya dari jumlah sumber daya terukur yang dalam perhitungannya layak secara teknis maupun ekonomis juga dilengkapi peta perhitungan cadangan tersebut. Cara Perhitungan Cadangan: Metode perhitungan cadangan yang dilakukan disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Klasifikasi dan Jumlah Cadangan Klasifikasi dan jumlah cadangan berdasarkan SNI (insitu, Mineable, Marketable) yang dilengkapi dengan perhitungan 12
13 Stripping Ratio untuk batubara dan perhitungan Cut of Grade untuk bahan logam. IV. 1. Sistim/metode dan Tata Cara Penambangan. Didalam menentukan pemilihan sistim/metode penambangan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain: - Kondisi endapan bahan galian (bentuk, tebal, kedalaman, jarak interburden untuk bahan galian batubara). - Kondisi daerah sekitarnya (topografi, daerah pemukiman dll). Berdasarkan pertimbangan tersebut baru ditentukan bahwa rencana penambangan yang akan diterapkan dilakukan dengan sistim/metode yang cocok misalnya: Sistim tambang terbuka dengan metode Benching, Stripping, Quarry atau Aluvial mining. Selain itu juga dilengkapi dengan bagan alir urutan penambangan yang dimulai dari pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah penutup, operasi penambangan dan pengangkutan ketempat stok pile. 2. Tahapan Kegiatan Penambangan Menjelaskan secara rinci seluruh rangkaian operasi penambangan mulai dari tahap persiapan pembebasan lahan, pembangunan sarana penunjang, pembersihan lokasi tambang (land clearing), pembersihan tanah penutup/over burden, penambangan bahan galian dan pengangkutan ke stok pile. 3. Rencana Produksi 13
14 Menjelaskan produksi yang direncanakan meliputi: Jumlah produksi setiap tahun sampai tahun terakhir, jadwal produksi. Variasi kualitas atau kadar bahan galian sangat penting dalam merencanakan produksi yang akan dilakukan termasuk kadar mineral utama maupun mineral ikutan. 4. Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas) Dijelaskan peralatan apa saja yang akan dipergunakan kemudian dipisahkan jenis alat yang dipakai untuk pengupasan over burden dan untuk penambangan/pengangkutan serta dibuat rinciannya lengkap dengan tipe alat, spesifikasi, kapasitas, cycle time, jumlah alat dll. Selain itu diperhitungkan pula penyusutan alat, sinkronisasi alat dan disesuaikan dengan rencana produksi yang akan dicapai. 5. Jadwal rencana produksi dan umur tambang. Agar dijelaskan lama dan kapan rencana produksi direalisasikan dan pelaksanaan tambang itu dilakukan serta dari total cadangannya setelah diperhitungkan dengan rencana produksi menjadi berapa tahun habis ditambang. 6. Rencana penanganan bahan galian yang belum terpasarkan (kualitas rendah atau belum ekonomis saat ini). Menjelaskan detail tentang rencana pengusahaan bahan galian yang saat ini belum terjual yang mempunyai kadar rendah (saat ini belum ekonomis) terutama cara menaikkan kualitas supaya kadar yang rendah tersebut dapat meningkat dan laku dipasarkan/dibutuhkan oleh konsumen. 7. Rencana pemanfaatan bahan galian lain (mineral ikutan). Menjelaskan mengenai rencana pengusahaan mineral ikutan (mulai penambangan, pengolahan dan pemasaran) misalnya: bahan galian 14
15 tembaga mineral ikutannya emas. Mineral ikutan emas ini kalau diolah dapat layak atau tidak. 8. Rencana penanganan / perlakuan sisa cadangan pada Pasca Tambang. Menjelaskan mengenai langkah-langkah yang direncanakan dalam penanganan sisa cadangan setelah akhir tambang selesai apakah lokasi eks tambang langsung ditimbun dan direklamasi atau masih akan ditambang dengan sistim yang berbeda misalnya eks tambang terbuka kemudian akan diteruskan dengan sistim tambang dalam. V. 1. Studi Pengolahan Pemurnian Dalam percobaan pengolahan/pemurnian perlu dijelaskan: a. Siapa atau perusahaan mana yang melaksanakan studi/percobaan pengolahan tersebut, apakah perusahaan itu sendiri atau dari konsultan lain. b. Perlu dijelaskan proses percobaan pengolahan serta berapa kali percobaan sehingga mendapat hasil akhir yang banyak untuk dicoba dalam skala yang lebih besar. 2. Tatacara Pengolahan dan Pemurnian a. Tahapan Pengolahan Perlu dijelaskan tahap-tahap pengolahan mulai dari tahap awal pengumpulan raw material sampai jenis produk akhir. Misal: bahan galian batubara, mulai dari pengumpulan raw material masuk ke hopper kemudian ke crushing, screen, washing dan sebagainya. b. Bagan Alir 15
16 Bagan alir menjelaskan mengenai proses pengolahannya dan digambarkan dalam bentuk diagram. c. Recovery Pengolahan Perlu diterangkan mengenai perbandingan antara material yang masuk dan prosentase produk hasil pengolahan. 3. Peralatan Pengolahan Dalam pengolahan perlu dijelaskan, jenis peralatan dan spesifikasi alat yang dipergunakan, jumlah dan kapasitasnya dan asal negara yang memproduksi perlatan tersebut. 4. Hasil pengolahan dan rencana pemanfaatan mineral ikutan. Perlu dijelaskan mengenai: jenis /wujud akhir hasil pengolahan, jumlah yang diolah dan yang akan diperoleh/diharapkan, kualitas hasil perolehan, mineral ikutan yang dihasilkan dan rencana pemanfaatannya, pemasaran hasil pengolahan kemana akan dijual apakah dalam negeri / luar negeri serta bagaimana penanganan tailing sebagai limbah pengolahannya. VI. Pengangkutan dan Penimbunan 1. Tatacara Dalam hal tatacara pengangkutan dan penimbunan perlu dijelaskan kesesuaian antara jumlah bahan galian atau tanah penutup yang akan diangkut dan jumlah perlatan angkutan dengan mempertimbangkan jarak angkut dan Circle time. 2. Peralatan Dalam hal pengangkutan dan penimbunan perlu dijelaskan: 1. Jenis peralatan apa saja yang dipergunakan untuk mengangkut dan menimbunnya. 16
17 2. Berapa jumlah alat angkutnya. 3. Berapa kapasitas masing-masing alat angkut. 17
18 VII. Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 1. Dampak Lingkungan. Dijelaskan secara rinci tentang akibat dampak yang terjadi baik yang bersifat positif dan negatif yang terjadi akibat kegiatan penambangan selain itu dijelaskan juga komponen-komponen yang terkena dampak. a. Pengelolaan Lingkungan. Adalah suatu penjelasan mengenai rencana usaha pengelolaan akibat terjadinya dampak negatif penting yang mungkin timbul meliputi: tahap persiapan, tahap operasi tambang dan tahap pasca operasi tambang. Adapun aspek-aspek yang dipantau dari kegiatan-kegiatan antara lain: pembebasan lahan, penebasan tanam tumbuh, pengupasan tanah penutup, penggalian over burden, penambangan bahan galian, pengolahan dan pengangkutan. b. Pemantauan Lingkungan. Adalah suatu penjelasan mengenai tatacara pemantauan akibat terjadinya dampak negatif penting yang mungkin timbul pada tahap persiapan, tahap operasi tambang dan tahap pasca operasi tambang. Adapun aspek-aspek yang dipantau dari kegiatankegiatan antara lain: pembebasan lahan, penebasan tanam tumbuh, pengupasan tanah penutup, penggalian/pemindahan over burden, penambangan bahan galian, pengolahan dan pengangkutan. 1. Keselamatan dan Kesehatan kerja. a. Organisasi: Personil yang menangani K-3 harus jelas dan dimasukkan dalam struktur organisasi perusahaan. 18
19 b. Peralatan: untuk dapat terjaminnya keselamatan kerja yang tinggi ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam kegiatan pertambangan (pemasangan papan peringatan, penggunaan pelindung kerja dan membiasakan menggunakan peralatan kerja yang sesuai). c. Rencana penggunaan dan pengamanan bahan peledak dan lain-lain. Menjelaskan mengenai perencanaan penggunaan bahan peledak dan pengamanannya (jenis bahan peledak yang dipakai, jumlah dan penjelasan lokasi gudang bahan peledak serta proses perizinannya). d. Langkah-langkah pelaksanaan K-3 untuk menjaga kesehatan bagi pekerja dan masyarakat sekitar tambang dijelaskan tentang rencana perawatan dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara kontinyu. VIII. Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Bagan organisasi : Setiap perusahaan agar membuat bagan organisasi yang menangani lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja di bawah pengawasan kepala teknik tambang. 2. Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja : menyampaikan jumlah tenaga kerja dan kriteria sesuai dengan keahlian baik tenaga kerja tetap maupun tidak tetap dan disampaikan dalam bentuk tabel. 3. Tingkat gaji dan upah : Sistim penggajian / upah tenaga kerja diperhitungkan secara cermat sesuai dengan kualifikasi masingmasing tenaga kerja serta dijelaskan sistim kerjanya secara kontrak, borongan atau harian. 19
20 IX. Pemasaran Dijelaskan tentang kebutuhan pasar baik secara jangka pendek maupuin jangka panjang (untuk kebutuhan dalam negeri dan luar negeri). Dijelaskan pula rencana pemasaran mulai tahun ke-1 sampai tahun ke-5 sedangkan untuk selanjutnya berdasarkan perkiraan harga pasar. Selain itu dijelaskan pula jenis bahan gal;ian yang siap jual dengan jenis kualitas yang ditentukan. X. Investasi dan Analisa Kelayakan 1. Investasi Menjelaskan mengenai besar modal yang harus ditanamkan oleh suatu perusahaan dalam rangka menjalankan seluruh kegiatan operasionalnya dengan investasi yang ditanamkan meliputi: a. Modal Tetap Menguraikan besar modal yang dikeluarkan sebelum memulai produksi yang meliputi: Biaya pendahuluan yang meliputi perizinan, eksplorasi, overhead, studi kelayakan, amdal, pembebasan lahan dan lain-lain. Biaya peralatan tambang yang meliputi peralatan land clearing, pengupasan tanah, peralatan penambangan, peralatan pengolahan, preparasi dan alat angkut. Biaya prasarana dan sarana penunjang meliputi: pembangunan kantor, mess karyawan, gudang, bengkel, jalan tambang dll. b. Modal Kerja 20
21 Merupakan besar modal yang harus dikeluarkan sebelum perusahaan tersebut dapat membiayai sendiri biaya operasi atau sampai perusahaan tersebut memperoleh hasil penjualan. c. Sumber Dana Menjelaskan dana yang dipakai/dikeluarkan tersebut berasal dari mana, apakah dengan modal sendiri atau dengan cara pinjaman, dan menjelaskan juga besar pinjaman dan bunga pinjaman. 2. Analisa Kelayakan Merupakan hasil penilaian dari segi ekonomi, apakah tambang tersebut layak atau tidak dilaksanakan dengan mempertimbangkan /memperhitungkan analisa kepekaan. Analisa kelayakan perlu dirinci secara detail mengenai: a. Biaya Produski Menjelaskan mengenai besar biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi bahan galian sesuai dengan target yang telah direncanakan. Biaya produksi dibedakan menjadi: - Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan yang berkaitan langsung dengan produksi antara lain gaji buruh, bahan bakar/pelumas dll. - Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung berpengaruh pada produksi antara lain: gaji pegawai dan lain-lain. b. Pendapatan Penjualan Menjelaskan mengenai harga jual bahan galian sesuai dengan kondisi saat itu karena setiap saat dapat terjadi fluktuasi harga. 21
22 c. Aliran Uang Tunai (Cash flow) Menjelaskan posisi keuangan mulai dari penjualan, biaya produksi, pajak dll. Sehingga dapat diketahui besar keuntungan bersih pertahun. d. DCFOR/IRR Adalah tingkat pengembalian yang secara tepat untuk menutup biaya investasi. DCFOR ini disebut juga IRR Dalam perhitungannya nilai sekarang netto harus sama dengan nol, sedang nilai sekarang netto adalah jumlah aliran kas netto yang digandakan dengan faktor diskonted pada tahun dan tingkat bunga tertentu atau IRR adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh nett cash flow sesudah present value sama jumlahnya dengan biaya investasi/ biaya proyek. d. BEP Mencakup perhitungan untuk mengetahui jumlah produksi minimal yang memberikan titik impas bagi perusahaan sehingga dapat diketahui nilai berapa produksi dapat untung. e. Analisis Kepekaan dan Resiko Adalah membuat perhitungan dengan suatu kemungkinan yang akan terjadi sehingga pada posisi tertentu perusahaan dapat beroperasi secara layak atau tidak. Analisa kepekaan ini dengan beberapa asumsi yaitu: - Apabila harga jual turun - Apabila biaya operasi naik - Apabila kombinasi keduanya 22
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI
LAMPIRAN XIII b KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN, EKSPLOITASI DAN PRODUKSI A. FORMAT LAPORAN
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan galian sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang semakin pesat berdampak pada pembangunan. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000
LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TATA CARA PENGAWASAN LINGKUNGAN SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BIDANG PERTAMBANGAN
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi
Lebih terperinci[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka
Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun
Lebih terperinciKONSEP PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KONSERVASI BAHAN GALIAN
KONSEP PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KONSERVASI BAHAN GALIAN Oleh Teuku Ishlah dan Mangara P.Pohan Subdit Konservasi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral Pendahuluan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.138, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. Reklamasi. Pasca Tambang. Prosedur. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciMENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,
Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 1211 k Tahun 1995 Tentang : Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum MENTERI PERTAMBANGAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 42 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG REKLAMASI TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang :
Lebih terperinciArtikel Pendidikan 23
Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram
Lebih terperinciJENIS DAN TAHAPAN IZIN
JENIS DAN TAHAPAN IZIN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2010, ada 3 (tiga) jenis izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota) sesuai dengan kewenangannya, yaitu : 1.
Lebih terperinciREKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN
REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan
Lebih terperinciTambang Terbuka (013)
Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih
Lebih terperinciDAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii
DAFTAR ISI RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciPENYUSUNAN RENCANA USAHA
PENYUSUNAN RENCANA USAHA I. DEFINISI RENCANA USAHA DAN MANFAAT RENCANA USAHA Rencana Usaha adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh seorang wirausaha yang menggambarkan hubungan faktor-faktor internal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
Lebih terperinciBUPATI POLEWALI MANDAR
BUPATI POLEWALI MANDAR KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR: KPTS/540/152/HUK TENTANG PERSETUJUAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI TAHAP III KEPADA PT. BUMI PERTIWI MAKMUR Menimbang BUPATI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Milagro Indonesia Mining adalah salah satu perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar. Lokasi penelitian secara administratif
Lebih terperinciTUGAS PERENCANAAN TAMBANG. Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Tambang II Pada Jurusan Teknik Pertambangan.
PERENCANAAN PENAMBANGAN BATUBARA DI DUSUN PLAMPANG III DESA KALIREJO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PT. POTGIETERSTUST COAL MINING TUGAS PERENCANAAN TAMBANG Dibuat
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.
BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG PERTAMBANGAN UMUM
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional
SNI 13-6675-2002 Standar Nasional Indonesia Pengawasan eksplorasi bahan galian ICS 73.020 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPeraturan Reklamasi dan Pascatambang
Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Ir. Bambang Susigit, MT KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA Contents
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
1 of 8 28/04/2008 10:13 AM KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN DI BIDANG PERTAMBANGAN UMUM MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL LOGAM, MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.
Pengertian Pertambangan Pertambangan adalah : 1. Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG DISUSUN OLEH : BAGIAN HUKUM SETDA KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. III DASAR TEORI Aspek Teknis Aspek Ekonomi...22
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN...v ABSTRACT...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DARTAR TABEL...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH MUARA ENIM NOMOR 30 TAHUN 2001 TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH MUARA ENIM NOMOR 30 TAHUN 2001 Menimbang : Mengingat : TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM, a. bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi
BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 24 TAHUN 2009 TLD NO : 23
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 24 TAHUN 2009 TLD NO : 23 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa dengan adanya perubahan kewenangan
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda.
BAB III TEORI DASAR 3.1 Analisis Investasi Tambang Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100 % (karena telah dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar, tetapi kemungkinan
Lebih terperinciPENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB
PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH
- 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
Lebih terperinci~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha
Lebih terperinciAspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si
Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENETAPAN DAN PENGAWASAN SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENETAPAN DAN PENGAWASAN SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN Oleh : Tim Penyusun 1. Latar Belakang Seiring dengan bergulirnya reorganisasi dari Direktorat Sumber Daya
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 75 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN
Lebih terperincipendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif
A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa bahan galian pertambangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BUMI SAWAHLUNTO MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAWAHLUNTO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciFORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM
Lampiran : I Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : 51/KPTS/VI-PHP/2003 Tanggal : 28 Oktober 2003 BENTUK DAN ISI A. Bentuk FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
No. 4959 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA TAHUNAN RTKPL DAN RTPL
Lampiran V Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1453 K/29/MEM/2000 LAMPRAN V KEPUTUSAN MENTER ENERG DAN SUMBER DAYA MNERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal
Lebih terperinciPRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 1 Undang- Undang Nomor 4
Lebih terperinciManajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO
Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
148 BAB IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana
Lebih terperinciRINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG UMUM Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai prinsip-prinsip dan tata laksana reklamasi dan pascatambang.
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang
113 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciBAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang
BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau
Lebih terperinci- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.
- 2 - Perubahan Kelima atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Jenis
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...
Lebih terperinciPenetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.
- 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemasaran. Pada kegiatan usaha pertambangan, terdapat suatu kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan usaha pertambangan merupakan suatu rangkaian kegiatan usaha yang memiliki alur yang panjang, mulai dari kegiatan survei tinjau sampai dengan kegiatan pemasaran.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 55 TAHUN 20 10 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
Lebih terperinciDalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
-2-4. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172); Dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN
PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan
Lebih terperinciBAB IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
144 BAB IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana
Lebih terperinciUndang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3.
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciINVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan, maka komoditas endapan bahan
Lebih terperinciIX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik
126 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana
Lebih terperinciTENTANG LAHAN DENGAN. dan dan. hidup yang. memuat. dengan. pembukaan. indikator. huruf a dan. Menimbang : Tahun Swatantra. Tingkat.
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCAA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciUntuk perencanaan pembangunan kebun/usaha baru harus melalui tahap-tahap : (1) Identifikasi Proyek (IP)
MANAJEMEN PRODUKSI Untuk perencanaan pembangunan kebun/usaha baru harus melalui tahap-tahap : (1) Identifikasi Proyek (IP) (2) Pra Studi Kelayakan (Pra-SK/Pre Feasibility Study) (3) Studi Kelayakan (SK/Feasibility
Lebih terperinci