BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Sumber Data Data untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, antara lain: a. Data literatur berupa data elektronik maupun non-elektronik yang berasal dari website dan buku. b. Wawancara dengan dokter spesialis ginekologi, Dr. Karina Susanto, Sp. Og c. Survei melalui penyebaran kuesioner kepada masyarakat wanita ruang lingkup Jakarta dengan umur sekitaran tahun melalui jaringan sosial. 2.2 Data Umum Definisi Keputihan Keputihan atau Fluor Albus adalah suatu mekanisme keluarnya cairan dari vagina selain menstruasi. Keputihan memberikan informasi adanya penyakit dan juga kesehatan organ intim. Cairan yang dikeluarkan dari dalam organ reproduksi ini berguna untuk membawa sel-sel mati dan juga bakteri. Proses ini juga menjadi cara alami organ intim membersihkan dirinya sendiri dan membantu mencegah infeksi. Kesehatan tubuh dan organ intim kewanitaan juga bisa dilihat dari warna, bau, tekstur, dan banyaknya cairan yang keluar saat keputihan. Keputihan ini biasanya dianggap normal ketika memiliki ciri dan muncul pada suatu waktu tertentu. Keputihan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu keputihan normal (Fisiologis) dan keputihan abnormal (Patologis) Keputihan Fisiologis Keputihan normal disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis. Biasanya banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal. Biasanya keputihan terjadi pada saat keadaan stress yang berlebihan, sebelum 5

2 6 atau sesudah menstruasi, hamil, dan bergairah seksual. Banyak atau sedikitnya cairan vagina ini sangat bergantung pada siklus bulanan menstruasi dan stress yang dapat mempengaruhi siklus bulanan itu sendiri. Keputihan Fisiologis ini juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Ciri-ciri yang dimiliki keputihan fisiologis atau juga banyak disebut dengan keputihan normal adalah sebagai berikut: a. Cairan keputihan bersifat encer atau tidak kental b. Umumnya cairan berwarna bening hingga putih susu atau krem c. Cairan yang keluar tidak berbau d. Tidak menyebabkan gatal e. Jumlah cairan yang keluar tidak berlebihan dan terbilang sedikit Keputihan Patologis Keputihan abnormal disebabkan oleh faktor-faktor patologis. Keputihan yang tidak normal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi jamur, bakteri, virus atau parasit, iritasi vagina, infeksi panggul hingga kanker serviks atau kanker leher rahim. Jika tidak segera ditangani, infeksi tersebut dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil. Perubahan warna serta jumlah cairan yang dikeluarkan dari vagina bisa dijadikan salah satu tanda adanya proses infeksi. Adapun ciri-ciri pengeluaran cairan keputihan yang abnormal adalah sebagai berikut: a. Cairan keputihan bersifat kental b. Warna cairan berubah menjadi kuning, kehijauan, kemerahan, keabuan atau berbuih c. Cairan memiliki bau yang tidak sedap d. Pengeluaran cairan dari vagina disertai gatal dan peradangan e. Cairan terus menerus keluar dan meningkat jumlahnya f. Ada sensasi panas pada vagina saat buang air kecil.

3 Keputihan pada Wanita Menurut WHO (2006), masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang pada wanita di seluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang sama dengan kaum wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa keputihan pada wanita di dunia, Eropa dan Indonesia merupakan yang cukup tinggi. Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), di Indonesia, keputihan terjadi pada hampir 90% wanita, dan 75-80% di antaranya adalah wanita pada usia produktif. Wanita usia remaja yang dimulai pada umur tahun rentan mengalami keputihan, dan banyak keputihan yang terjadi karena disebabkan oleh bakteri Candiadosis vulvagenitis di daerah Jakarta. Hal tersebut juga terjadi karena banyak wanita yang tidak mengetahui cara membersihkan daerah intim kewanitaannya, dan kebiasaan yang diterapkan sejak remaja dalam menjaga kebersihan organ reproduksinya belum sepenuhnya benar dilakukan. Menurut Survey Demografi Depkes (2010), ada 200 kasus keputihan tetapi hanya sekitar 95 kasus yang mengalami gejala keputihan dengan rasa gatal. Masalah keputihan ini sering kali tidak diperhatikan oleh wanita yang menderitanya, akan tetapi jika tidak segera diatasi bisa menyebabkan masalah yang serius Penyebab Keputihan Ada beberapa hal yang menjadikan keputihan normal pada wanita menjadi masalah keputihan yang abnormal atau berbahaya, antara lain adalah tidak menjaga kebersihan organ intim wanita, tubuh dalam keadaan letih serta stress, terkena infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri, dan lain sebagainya. Penting bagi kaum wanita untuk menjaga kesehatan organ kewanitaannya dari keputihan yang tidak normal. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa organ intim wanita merupakan masa depan dalam mengarungi sebuah bahtera rumah tangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui faktor apa saja

4 8 yang menjadi penyebab keputihan pada kaum wanita, terutama wanita muda berusia tahun. Berikut adalah faktor-faktornya: a. Kurangnya kesadaran pada kaum wanita muda Seorang wanita dengan berbagai macam kesibukan seperti belajar, bekerja, bermain dan segala macam aktivitas biasanya akan lebih sering menyepelekan hal yang sebenarnya sangat penting. Tidak sedikit kaum wanita muda yang hanya menjaga penampilan luarnya saja tanpa memperdulikan kesehatan organ intim kewanitaannya. Akibatnya, banyak dari kaum wanita yang justru menderita masalah keputihan. Berdasarkan hasil survei, hampir 40% dari kaum wanita muda kurang peduli dengan kesehatan organ intim mereka. Salah satu yang sering terjadi adalah kurangnya kesadaran kaum wanita muda untuk menjaga kebersihan organ intimnya. b. Penggunaan pakaian dalam yang kurang tepat Salah satu faktor penyebab keputihan pada kaum wanita muda adalah jenis bahan pakaian dalam dan penggunaan celana dalam yang terlalu ketat. Sirkulasi udara yang tidak lancar dapat mengakibatkan organ intim wanita menjadi lembab. Hal tersebut dapat memudahkan bakteri untuk tumbuh dan berkembang, dan menyebabkan keputihan abnormal. c. Pengkonsumsian makanan dan minuman yang tidak sehat Masalah keputihan pada kaum wanita juga dapat terjadi karena asupan makanan yang tidak sehat. Misalnya, minuman dan makanan yang terlalu banyak mengandung gula. Selain itu, makanan mengandung lemak dan minyak terlalu banyak juga dapat mendatangkan masalah keputihan.

5 9 d. Infeksi akibat bakteri Perubahan dalam keseimbangan bakteri dalam organ intim kewanitaan dapat mempengaruhi warna, bau, dan juga tekstur dari keputihan, dan menyebabkan keputihan abnormal. Berikut ini ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan perubahan keseimbangan bakteri maupun kadar (ph) asam vagina: Penggunaan antibiotik maupun streoid cukup lama sehingga menyebabkan bakteri baik penjaga ph vagina mati dan jamur tumbuh subur. Vaginosis bakterial, merupakan infeksi bakteri yang sering terjadi pada wanita hamil ataupun pada wanita yang memiliki banyak pasangan seksual. Pemakaian pil KB karena keseimbangan hormon terpengaruh dan terjadi ketidakseimbangan ph. Kanker serviks. Klamidia dan Gonorea, yang merupakan infeksi menular seksual. Diabetes tidak terkontrol sehingga kadar gula yang tinggi menyebabkan adanya gula dalam urin dan darah dan mengakibatkan bakteri tumbuh subur. Penggunaan sabun pencuci vagina karena mengganggu keseimbangan ph vagina. Infeksi panggul setelah operasi. Penyakit radang panggul. Trikomoniasis, infeksi parasit yang biasanya dikarenakan hubungan seks yang tidak aman. Vaginitis, merupakan kondisi peradangan dan iritasi sekitar vagina. Infeksi jamur.

6 Mencegah Keputihan Keputihan yang terjadi pada kaum wanita muda umumnya adalah hal yang normal, dan disebabkan karena adanya perubahan hormon dalam tubuh pada saat remaja. Cairan yang keluar tersebut bermanfaat untuk membantu menjaga organ intim wanita agar tetap sehat. Namun, saat seorang wanita mengalami keputihan, kita harus menangani dan selalu menjaga kebersihan organ intim kewanitaan agar keputihan yang normal tidak berubah menjadi keputihan yang abnormal dan berbahaya. Untuk mencegah keputihan berbahaya terjadi pada wanita muda, berikut ini adalah tips mencegah keputihan pada kaum dengan mudah dan sehat, antara lain: a. Penggunaan pakaian dalam dari bahan katun Jangan menggunakan celana dalam yang ketat dengan bahan satin atau sintetis. Sebaiknya gunakan celana dalam yang berbahan katun, sehingga dapat menyerap keringat dan kelembaban organ intim wanita tetap terjaga. b. Ganti pakaian dalam setiap hari Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal dua kali dalam sehari. Biasakanlah untuk mengganti celana dalam yang sudah kotor atau basah karena keringat dengan yang baru dan kering. Celana dalam yang basah dan lembab adalah tempat yang mudah untuk bakteri berkembangbiak. c. Bilas dengan benar organ kewanitaan menggunakan air bersih, lalu keringkan Bersihkan organ intim wanita dengan menggunakan air bersih, dan jangan menggunakan sabun mandi saat membilas organ intim wanita, karena dapat mengganggu flora pada organ tersebut. Selain itu, kita harus mengetahui mengenai cara membersihkan yang aman dan sehat demi menjaga kesehatan organ kewanitaan, yaitu sebaiknya dilakukan dari arah depan ke belakang. Jika terbalik dapat menyebabkan bakteri yang ada

7 11 di sekitar anus dapat terbawa masuk ke dalam organ intim wanita. Setelah organ kewanitaan dibilas dengan benar dan bersih, keringkan dengan handuk atau tissue agar organ kewanitaan selalu dalam keadaan kering dan tidak lembab. Keadaan lembab akan menimbulkan jamur yang dapat menyebabkan keputihan. d. Waspada penggunaan sabun khusus organ kewanitaan Sebagai bahan pembersih, gunakan pembersih khusus organ kewanitaan yang tidak mengandung parfum. Dapat dipilih jenis pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu untuk mendapatkan kestabilan ph di daerah sekitar vagina. Namun, pemakaian pembersih ini jangan digunakan setiap hari karena dapat menyebabkan kelembaban yang berkurang atau menjadikannya terlalu kering. Ada baiknya jika menggunakan sabun khusus untuk organ kewanitaan dengan rekomendasi dokter, karena dapat menimbulkan iritasi dan berbahaya bagi kesehatan organ intim wanita jika penggunaannya tidak sesuai dengan kebutuhan. e. Jangan taburi bedak pada organ kewanitaan Hindari penggunaan bedak dengan tujuan untuk membuat organ intim wanita kering dan harum. Partikel halus dalam bedak akan dengan mudah masuk ke dalam lipatan-lipatan organ intim wanita, sehingga dapat menyebabkan jamur dan bakteri tumbuh serta berkembang. f. Rajin mengganti pembalut saat menstruasi dan pantyliner Pada saat seorang wanita mengalami menstruasi, disarankan untuk menjaga kebersihan organ kewanitaan secara rutin. Salah satu caranya adalah dengan selalu mengganti pembalut minimal dua hingga tiga kali dalam sehari, karena penggunaan pembalut yang terlalu lama pada saat menstruasi dapat

8 12 mengundang bakteri tumbuh subur di organ intim wanita. Jika ingin memakai pantyliner jangan dipakai terlalu lama. g. Tidak menggunakan pakaian dalam saat tidur Pada saat tidur, para wanita disarankan untuk tidak menggunakan celana dalam agar sirkulasi darah dapat masuk dan mengalir lebih lancar. h. Menjalani pola hidup yang sehat Menjalani gaya hidup yang sehat dengan menjaga berat badan yang ideal. Hal ini secara langsung akan terkait pada pengelolaan pola makan, mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, dan melakukan kegiatan fisik atau olahraga yang cukup, serta menghindari berbagai macam kegiatan dan konsumsi yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan diri kita serta organ intim kewanitaan, seperti merokok dan mengkonsumsi obat terlarang, serta melakukan hubungan intim yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan. i. Cek dan konsultasi tentang kesehatan organ kewanitaan ke dokter Apabila keputihan sudah dirasa tidak normal, sebaiknya langsung cek ke dokter agar ditangani dan diobati sesuai dengan jenis keputihan yang dideritanya. Para wanita juga dianjurkan untuk secara teratur mengunjungi dokter dan melakukan pemeriksaan ginekologi Data Event Berikut adalah program-program yang akan dilaksanakan pada kampanye sosial tentang mengenali keputihan pada wanita muda:

9 13 Pre-Event Event After Event Pre-Event - Pemberitahuan informasi seputar event dan keputihan di website dan media sosial, yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram. Event - Mini booth di mal di Jakarta dengan menampilkan poster seri. - Pembagian goodie bag yang berisi booklet, kaos, pin, stiker, notes, tentang keputihan. After Event - Aktif posting tentang kampanye keputihan dan info seputar keputihan di media sosial. - Konten website selalu update. 2.3 Target Market a. Demografi Jenis Kelamin : Wanita Usia : tahun SES : B b. Geografi Di daerah perkotaan dan sekitarnya yang padat akan pemukiman. c. Psikografi Remaja, remaja dewasa, dan dewasa Keseharian yang aktif Peduli kebersihan dan kesehatan diri Bergaya hidup sehat dan teratur

10 Survei Penulis membuat beberapa daftar pertanyaan untuk disebarkan dalam bentuk kuisioner kepada wanita muda antara usia tahun. Berdasarkan hasil survei dari 125 responden, 107 wanita muda (85.6%) pernah mendapatkan informasi tentang keputihan, dan 92 (73.6%) dari mereka mengetahui adanya jenis keputihan yang berbahaya atau tidak normal/abnormal. Namun, 49 wanita muda (39.2%) masih tidak dapat mengenali jenis keputihan seperti apa yang pernah atau sedang dialami, dan 39 (31.2%) dari mereka masih ragu-ragu. 2.5 Data Pembanding Website atau blog tertentu yang secara spesifik memberikan informasiinformasi seputar keputihan menjadi bentuk media serupa. Namun, beberapa dari website atau blog tersebut merupakan alat jualan untuk obat-obat yang dapat menyembuhkan keputihan. Kampanye tentang kesehatan organ reproduksi wanita, terutama yang membahas tentang keputihan, belum banyak ditemukan di Jakarta dan sekitarnya. Berikut salah satu kampanye yang mengangkat isu kesehatan organ kewanitaan di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, yaitu kampanye #AntiBechek. Gambar 1. Logo Kampanye #AntiBechek Sumber: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) mengadakan kampanye #AntiBechek di bawah tangga parkiran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip.

11 15 Gambar 2. Lokasi Kampanye #AntiBechek Sumber: Kampanye #AntiBechek merupakan kampanye sosial yang mengangkat isu tentang kesehatan organ kewanitaan, yang biasa disebut dengan Miss V. Mereka mengadakan kampanye #AntiBechek ini karena dilatarbelakangi oleh pengamatan mengenai keruhnya air di kamar mandi FISIP Undip. Setelah melakukan tes laboratorium, ditemukan bahwa kandungan air di kamar mandi FISIP Undip itu tidak layak pakai. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan Miss V karena dapat menyebabkan keputihan, dan bila dibiarkan akan beresiko kanker serviks. Untuk itu kami merasa perlu mengadakan kampanye ini di FISIP agar para mahasiswi FISIP semakin peduli dengan kesehatan Miss V-nya. Kebanyakan lebih sering ditemukan kampanye sosial gerakan anti kanker serviks atau kista, mengingat semakin meningkatnya penderita kanker serviks atau kista setiap tahunnya di Indonesia. 2.6 Analisa SWOT Berikut hasil analisa terhadap konten keputihan: Strength Keputihan sebagai indikator kesehatan organ intim kewanitaan Kesehatan tubuh dan organ intim kewanitaan juga bisa dilihat dari warna, bau, tekstur, dan banyaknya cairan yang keluar saat keputihan. Keputihan adalah masalah kesehatan yang spesifik pada wanita.

12 16 Jenis keputihan yang tidak normal, apabila tidak segera ditangani dengan benar akan menyebabkan penyakit yang berbahaya, yaitu kanker serviks Weakness Perbedaan antara jenis keputihan normal dan tidak normal yang kurang dipahami oleh para wanita. Penyebab-penyebab keputihan abnormal yang beragam. Tips mencegah keputihan yang mudah, namun masih belum diketahui oleh para wanita Opportunity Banyak kegiatan oleh dinas kesehatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM perempuan yang akan mendukung. Keputihan yang abnormal dan berbahaya dapat mengganggu kesuburan hingga memicu kanker serviks atau kanker mulut rahim Keputihan memberikan informasi kesehatan organ intim kewanitaan dan adanya penyakit. Membantu para wanita untuk menjaga kesehatan organ intim kewanitaannya Threat Masih banyaknya wanita muda yang meremehkan dan tidak memperdulikan masalah keputihan yang tergolong berbahaya, dan juga tidak langsung menindaklanjutinya untuk kepentingan kesehatan organ intim kewanitaannya. Para wanita muda masih tertutup dan tabu untuk membahas soal keputihan secara terbuka. Karena membahas keputihan secara publik masih terdengar tabu, para wanita muda menjadi tidak peduli akan informasi maupun kegiatan yang mengedukasi tentang keputihan pada wanita.

13 Landasan Teori Dalam pembuatan kampanye sosial ini dibutuhkan beberapa teori penting seputar desain yang akan diterapkan di dalam media kampanye. Teori-teori yang mendukung desain secara visual antara lain, teori layout, teori ilustrasi, teori tipografi (Serif dan Sans Serif), teori warna, teori logo, dan teori komunikasi. Teori-teori tersebut merupakan teori yang relevan dengan projek kampanye sosial ini, dimana banyak mengandalkan ilustrasi serta tipografi dalam media utama maupun media pendukung Teori Kampanye Sosial Kampanye sosial merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga. Kampanye sosial juga mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dan bersifat non-komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi. dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Kampanye sosial merupakan upaya yang terencana oleh pihak yang jelas dengan maksud mengubah perilaku anggota masyarakat melalui pengembangan wacana tentang sesuatu yang dianggap penting bagi masyarakat tersebut. Pada dasarnya, isu sosial dianggap penting bagi komunikator, tetapi belum tentu penting bagi khalayak, tergantung masing-masing kebutuhan dan keperluan yang berbeda satu sama lain. Tujuan dari kampanye sosial adalah menyampaikan gagasan-gagasan mengenai perbaikan bagi masyarakat, dan memberikan pemahaman akan pentingnya perubahan dalam masyarakat. Kampanye sosial mengharapkan adanya sebuah dampak atau efek tertentu. Tidak terhitung berapa banyak komunitas yang peduli untuk berperan dalam perbaikan kehidupan masyarakat.

14 Teori Komunikasi Komunikasi mengandung arti memberitahukan dan menyebarkan informasi, pesan, pengetahuan, pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi orang lain agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama, antara orang yang menyampaikan informasi (komunikator) dan orang yang menerima komunikasi (komunikan) Teori Layout Dalam membuat desain layout, dibutuhkan kemampuan untuk menggabungkan seluruh elemen desain yaitu warna, bentuk, ilustrasi, tipografi menjadi sebuah layout yang harmonis. Untuk menarik perhatian audiens kepada sebuah desain, lebih diutamakan untuk memilih tiga elemen desain untuk difokuskan. Jika kita sudah menarik perhatian pembaca, informasi lain akan disampaikan dengan lebih mudah: Ada pun prinsip dalam layout yang juga prinsip dasar desain grafis yaitu: a. Sequence (urutan) Disebut juga hirarki atau alur dari buku tersebut. Merupakan urutan prioritas di buku untuk memastikan si pembaca melihat elemen-elemen dari pertama sampai terakhir. Jika semua informasi ditampilkan sama kuat, akan menjadikan si pembaca bingung dan infomasi tidak tersampaikan dengan baik. b. Emphasis (penekanan) Disebut juga vocal point atau point of interest. Emphasis diciptakan dengan cara memberi ukuran yang lebih besar dibanding elemen layout lainnya, memberi warna yang kontras dari background atau elemen lainnya, meletakkan pada posisi yang paling menarik perhatian si pembaca, menggunakan style yang berbeda dari sekitarnya. c. Balance (keseimbangan) Balance adalah pembagian kolom yang merata pada suatu bidang layout sehingga menghasilkan kesan seimbang. Ada dua macam

15 19 balance yang bisa diterapkan pada layout yaitu symmetrical balance (simetris) dan asymmetrical balance (tidak simetris). d. Unity (kesatuan) Unity adalah prinsip kesatuan elemen-elemen desain dalam layout dalam mencakup keseluruhan buku. Untuk menciptakan unity, desainer harus menselaraskan elemen-elemen yang digunakan dengan pesan yang ingin disampaikan dalam konsepnya Teori Tipografi Menurut Sihombing (2001:58) legibility dalam tipografi adalah suatu kualitas huruf dalam tingkat kemudahannya untuk bisa dibaca dalam suatu rangkaian kalimat. Keterbacaan tersebut tergantung dari tampilan fisik, ukuran, dan penataan dalam sebuah kalimat Teori Ilustrasi Ilustrasi artinya menjelaskan atau menerangkan sesuatu yakni cerita atau artikel dengan gambar. Keefektifan ilustrasi dalam penyampaian suatu pesan terhadap pembaca harus memenuhi berbagai kriteria sebagai berikut: Mempunyai daya tarik Jelas Sederhana Mudah dimengerti Representatif (Mewakili isi cerita yang terkandung di dalam gambar) Teori Warna Warna adalah salah satu elemen penting dalam desain, karena warna membentuk persepsi dan pikiran subyektif. Dengan adanya warna yang tepat, pesan dan komunikasi yang kita ingin sampaikan kepada khalayak akan lebih mudah tersampaikan. Warna adalah refleksi dari cahaya. Sesuatu yang menampung, memantulkan cahaya, serta yang memiliki energi. Pada dasarnya, warna dibagi

16 20 menjadi tiga, yaitu warna primer, sekunder, dan tersier. Warna primer adalah warna merah, kuning, dan biru. Warna sekunder adalah campuran dua warna primer, orange, hijau, dan ungu. Sedangkan warna tersier adalah warna yang terdapat di antara warna sekunder dan primer dalam lingkaran warna. Misalnya, campuran merah dan oranye, oranye dan kuning, kuning dan hijau, dan selanjutnya. Hitam dan putih tidak termasuk, karena bila dicampur dengan warna lain hanya akan menimbulkan gradasi atau turunan warna, bukan warna baru. Warna juga memiliki value dan intensitas. Value adalah teranggelapnya warna, yang terdiri dari Tint dan Shade. Tint adalah penambahan unsur putih ke dalam warna, agar warna menjadi terang. Putih mempunyai value tertinggi. Lalu, Shade yaitu menambahkan hitam ke dalam warna agar warna menjadi gelap. Hitam mengandung value terendah. Sementara itu, intensitas dalam warna dikenal juga sebagai chroma, yaitu kekuatan suatu warna. Dalam skala intensitas warna, yang dimaksud sebagai warna lemah (kurang intens) adalah yang mengarah ke warna abu-abu, sedangkan warna kuat lebih mengarah ke warna murni. Warna yang akan digunakan dalam kampanye sosial ini adalah skema warna yang memiliki sisi feminin, sensitif, aktif, menyenangkan, namun masih ada sisi sensitif dari peran wanitanya, karena warna-warna tersebut mewakili sifat target audiens dan isi kampanye ini Teori Warna dalam Website Warna bisa menjadi desain elemen terkuat jika kita menggunakannya secara efektif. Jika kita memahami teori warna, maka akan dengan mudah memilih kombinasi warna yang sesuai dengan nuansa website yang diinginkan. Mengkoordinasikan warna antara layout dengan fotografi atau ilustrasi adalah cara yang bagus untuk menciptakan suatu kesatuan. Suatu koordinasi itu membuat semuanya terlihat seperti bagaimana mestinya Teori Logo Logo mungkin adalah suatu elemen yang paling banyak digunakan dalam keseluruhan desain. Kriteria logo yang baik antara lain adalah harus

17 21 orisinil dan khas, mudah dibaca dan diingat, sederhana, sesuai dengan kriteria produk dan mudah diterapkan dalam media grafis. Logo akan menjadi mudah diingat bila memiliki keunikan sendiri yang membuat logo tersebut berkesan berbeda dengan logo lain, namun keunikan logo tersebut juga harus mampu memberikan identitas dan membawa pesan yang ingin disampaikan. Pembagian logo secara sederhana terbagi menjadi dua bagian, yakni nama brand (logotype) dan lambang (logogram). Pada logotype, nama perusahaan digunakan sebagai logo utama dimana logo tersebut dibuat dari huruf khususnya bergaya tipografi yang digunakan secara konsisten. Sedangkan logogram merupakan simbol visual yang dapat merepresentasikan suatu perusahaan secara konsisten. Selain sebagai logotype dan logogram, sebuah logo dapat pula terdiri dari gabungan keduanya Teori Semiotika Menurut Hemberee (2006:16), semiotika adalah studi tentang tandatanda dan simbol-simbol, serta dampaknya terhadap komunikasi dan bahasa. Tanda dan simbol membantu desainer menyampaikan pesan yang unik melalui suatu pengalaman, dan berbagi makna, serta merupakan salah satu alat yang paling efektif digunakan dalam komunikasi.

18 22

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE SOSIAL KENALI KEPUTIHAN SAHABAT PUTIH

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE SOSIAL KENALI KEPUTIHAN SAHABAT PUTIH PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE SOSIAL KENALI KEPUTIHAN SAHABAT PUTIH Kania Astari Jl. Metro Alam I/SA 22, Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310, 081298282244, kaniaastari@gmail.com Kania Astari,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Konsep Dasar Bubble Chat Bubble chat merupakan gambaran dari suatu kegiatan komunikasi antar sesama individu. Bubble chat membuat kesan pada suatu

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup merupakan prilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktifitas kesehariannya. Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap pola pikir, tingkah laku, dan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

Lebih terperinci

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV LAMPIRAN No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni I II III I V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pengajuan masalah penelitian 2 BAB I Pendahulua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya*, Ari Andayani **, Moneca Diah L *** Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (fluor albus) merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Padahal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB 5 METODE PERANCANGAN

BAB 5 METODE PERANCANGAN BAB 5 METODE PERANCANGAN 5.1 Logo Kampanye Gambar 5.1 : Logo Kampanye tanimini Logo utama kampanye tanimini terdiri dari logogram dan logotype. Logogram tanimini berupa pot dan bentuk bangunan rumah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida

Lebih terperinci

Tujuan Komunikasi

Tujuan Komunikasi BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi Dalam penyampaian strategi komunikasi, agar pesannya tersampaikan secara benar, dimana ingin menyampaikan

Lebih terperinci

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Ahmad Syahlani 1, Dwi Sogi Sri

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Ditempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola hidup sehat merupakan kebutuhan yang mutlak bagi tubuh agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan atau bahkan dapat menyebabkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS Sukatmi*, Nikmaturohmah.** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Puskesmas Badas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh wanita pada usia subur. Keputihan bisa terjadi setiap sesudah dan sebelum menstruasi akibat ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI BAB III STRATEGI KOMUNIKASI 3.1 Analisa Perancangan ini menggunakan data objektif yang diperoleh melalui pengambilan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui metode wawancara narasumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kontrasepsi jangka panjang IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang sangat populer

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1. Strategi Perancangan Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai identitas Kota Bandung ini adalah dengan merancang identitas yang dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya).

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA REMAJA PUTRI Nurlaila*, Mardiana Z* *Dosen Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Fluor albus dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 47 BAB III STRATEGI DAN KONSEP VISUAL 3.1 STRATEGI KOMUNIKASI Komunikasi menurut dance (1967) adalah usaha yang menimbulakan respons melalui lambang-lambang verbal yang bertindak sebagai stimuli, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. Kampanye isu sosial, bukan kampanye politik, bukan kampanye demonstrasi dan bukan

BAB 4 KONSEP DESAIN. Kampanye isu sosial, bukan kampanye politik, bukan kampanye demonstrasi dan bukan BAB 4 KONSEP DESAIN 4.3 Landasan Teori 4.3.1 Kampanye Sosial Kampanye isu sosial, bukan kampanye politik, bukan kampanye demonstrasi dan bukan kampanye promosi produk dan jasa. kampanye isu sosial merupakan

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva... Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva... HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya bagi remaja putri.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Visual Menggunakan visual dengan fotografi yang memakai tema suasana. Di setiap foto terlihat bagaimana seorang anak yang begitu fokus dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Keperawatan akan melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi 16 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Publikasi Timothy Samara (2005:10) menyatakan publikasi merupakan sebuah perluasan aplikasi dari dua unsur yaitu teks dan gambar. Perluasan aplikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman memang pasti akan berubah karena orang-orang yang hidup didalamnya juga mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan bisa berlangsung menjadi baik ataupun

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta 1 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Astuti, Yuli P. 2010. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap

Lebih terperinci

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang   ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2 TELUKNAGA TANGERANG Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : atnesia.ajeng@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perkembangan manusia dan merupakan periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini terjadi pacu tumbuh (growth

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serviks termasuk dalam organ reproduksi wanita bagian dalam yang berfungsi baik dalam sistem reproduksi. Serviks sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu mulut rahim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Definisi keputihan Prawirdjoharjo (2007) menjelaskan, keputihan (disebut juga leukorea, white discharge, fluor albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada

Lebih terperinci

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau

Insomnia merupakan gangguan tidur yang memiliki berbagai penyebab. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu aktivitas dalam kehidupan keseharian kita, termasuk kedalam kebutuhan dasar yang harus dipenuhi layaknya makan, minum bernafas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini masyarakat di Indonesia dituntut untuk serba cepat diantaranya dalam hal ekonomi, kesehatan, maupun informasi. Tidak

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Notoatmodjo ( 2012) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KREATIF

BAB IV STRATEGI KREATIF BAB IV STRATEGI KREATIF 4.1 Konsep Verbal 4.1.1 Tema Kampanye Usia remaja merupakan usia produktif yang memiliki banyak aktivitas sehingga memerlukan banyak energi agar terhindar dari sakit. Survei dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak diantaranya adalah Gonorea, Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, Kandidiasis dan Trichomonas.

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN Husnul Khatimah 1, Dede Mahdiyah 1, Anita Herawati 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keputihan a. Pengertian Keputihan Keputihan yang dalam bahasa kedokteran disebut fluor albus, tidak selalu berarti suatu penyakit, jika hanya muncul pada masa-masa

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan banyak bermunculan pusat layanan yang berhubungan dengan perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan medis maupun non medis

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Logo Kampanye Gambar 5.1 Logo Kampanye Logo utama kampanye NGANTUK JANGAN DILAWAN terdiri dari logotype. Logo itu sendiri dibuat menggunakan logotype karena memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB IV PRODUKSI MEDIA BAB IV PRODUKSI MEDIA 4.1. Gambaran Media Produksi Berdasarkan dari pengamatan penulis, selama ini industri tersebut belum menggunakan media komunikasi yang memadai yang dilakukan oleh pemilik industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL. Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET 48 BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL 3.1 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi untuk merancang media promosi event BIG MEET UP Fingerboard Contest sangatlah penting, sebagai pembenahan dari rancangan media

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian SMK Tarunatama merupakan sekolah dengan status swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Sion Salatiga

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

Lebih terperinci

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN SANTRI S BEHAVIOR MAINTAINING HYGIENE OF EXTERNAL GENITAL ORGANS WITH VAGINAL DISCHARGE CASES Azizatul Hamidiyah 1*),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini banyak penyakit yang membuat resah masyarakat, salah satunya yaitu penyakit kanker. Data dari World Health Organization dan Serikat Pengendalian

Lebih terperinci