DIKSI DALAM DONGENG WACAN BOCAH GLANGGANG REMAJA PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIKSI DALAM DONGENG WACAN BOCAH GLANGGANG REMAJA PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2008"

Transkripsi

1 DIKSI DALAM DONGENG WACAN BOCAH GLANGGANG REMAJA PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN 2008 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan Oleh Umiana Nur Rofiqoh BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIERSITAS NEGERI SEMARANG 2010

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi. Semarang, Juni 2010 Pembimbing I Pembimbing II Yusro Edy Nugroho, S.S, M. Hum. NIP I Drs. Sukadaryanto, M.Hum. NIP ii

3 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pada hari : Tanggal : Panitia Ujian Skripsi Ketua Sekretaris Prof. Dr. Rustono, M. Hum. NIP Ermi Dyah K. S. S, M. Hum. NIP Penguji I Sucipto Hadi Purnomo, M.Pd. NIP Penguji II Penguji III Drs. Sukadaryanto, M.Hum. NIP Yusro Edy Nugroho, S.S, M. Hum. NIP I iii

4 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Juni 2010 Umiana Nur Rofiqoh iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: Hidup adalah perjuangan, Usaha dan berdo a merupakan kunci utama untuk meraih cita-cita, Persembahan: Untuk orang tuaku tercinta Bapak H. Ali Sukani dan Ibu Munawaroh yang selalu memberiku kasih sayang. Untuk adik-adikku (Rida, Nurul, dan Isma) serta Mas Yoga tersayang yang selalu memberiku semangat dan motivasi. Untuk keluarga besarku dan Mbak Neng sekeluarga yang senantiasa selalu memberiku dorongan dan dukungan. v

6 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah penguasa alam beserta isinya. Rasa syukur saya kepada Allah yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Skripsi yang saya tulis ini adalah bagian dari proses pencapaian gelar Sarjana Pendidikan program Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih saya kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada yang terhormat. 1. Yusro Edy Nugroho, S.S, M.Hum sebagai dosen pembimbing I dan Drs. Sukadaryanto, M.Hum sebagai dosen pembimbing II, Sucipto Hadi Purnomo, M.Pd. sebagai dosen penelaah yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan terhadap pembuatan skripsi ini. 2. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh pendidikan formal di Unnes sehingga skripsi ini dapat dilaksanakan dengan baik. 3. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Unnes yang telah memberikan izin penulisan dalam penelitian skripsi ini. 4. Para dosen maupun staf jurusan Bahasa dan Sastra Jawa yang telah menyediakan fasilitas, tenaga maupun bantuan yang lain yang saya perlukan selama menempuh studi ini. vi

7 5. Orang tuaku tercinta Bapak H. Ali Sukani dan Ibu Munawaroh yang senantiasa mendo akan dan memberi dukungannya baik secara lahir maupun batin kepada saya. 6. Adik-adikku tersayang Rida, Nurul, dan Isma serta mas Yoga yang selalu memberi semangat dan selalu dihatiku. 7. Keluarga besarku, khususnya Nenekku tercinta sebagai pendorong saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat Gank Krupuks (Firoh, Irmawati, Sofi, dan Tia) yang selalu dihati dan teman-teman Griya Aurel khususnya Mbak Wiwik yang selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi ini. 9. Teman-temanku yaitu Mbah Munib, Mbak Pus, Mbak Dyan, Obing, Umi Uz, Ita, Asih, Sulis, Rike, dan Heri, kalianlah penyemangat saya untuk penyelesaian skripsi ini. 10. Teman-teman PBJ angkatan 2006 dan pihak-pihak lain yang membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih semuanya. Akhirnya saya menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, untuk itu saya nyatakan disini bahwa segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini adalah tanggung jawab saya dan bukan kesalahan dari pembimbing saya. Semarang, Juni 2010 Umiana Nur Rofiqoh vii

8 ABSTRAK Rofiqoh, Umiana Nur Diksi dalam Dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Yusro Edy Nugroho, S.S, M. Hum, Pembimbing II: Drs. Sukadaryanto, M.Hum. Kata Kunci: Diksi, dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja majalah Jawa Panjebar Semangat tahun Dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja salah satu bentuk rubrik yang terdapat dalam majalah Jawa Panjebar Semangat. Dongeng-dongeng tersebut menggunakan bahasa sederhana, selain itu bahasanya juga banyak ditemukan menggunakan bahasa Jawa logat Kulonan dan Semarangan. Untuk mendapatkan unsur keindahan dari dongeng, pengarang menggunakan bahasa kedaerahan yang bervariasi dengan melalui diksi yang sesuai dan tepat dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja dapat dinikmati pembaca. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah diksi yang terdapat dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2008 yang mencakup kata benda, kata sifat, kata kerja, kata keterangan, kata majemuk, kata ulang, dan kata Asing dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif, metode penelitiannya deskriptif analisis kualitatif, dan menggunakan teknik catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kata benda didominasi oleh kata benda konkret dengan jumlah 50 kata, dalam penggunaan kata benda insani berjumlah 13 kata, kata benda abstrak berjumlah 5 kata, dan kata benda noninsani berjumlah 3 kata, pendominasian kata benda konkret ini menyebabkan penekanan ceritanya lebih riil, lebih jelas ceritanya. Sehingga pembaca lebih mudah memahami isi ceritanya, karena tiap-tiap peristiwa dalam ceritanya digambarkan secara konkret melalui penggunaan kata benda yang mendominasi tersebut. Penggunaan kata sifat didominasi oleh kata sifat keadaan yaitu dengan jumlah 32 kata, dalam penggunaan kata sifat watak berjumlah 26 kata, pendominasian kata sifat keadaan ini menyebabkan peristiwa-peristiwa dalam ceritanya dapat digambarkan secara jelas. Sehingga pembaca lebih mudah memahami isi ceritanya, serta dapat diketahui bagaimana keadaan tiap-tiap peristiwa yang terjadi dengan jelas, karena diperjelas dengan adanya kata sifat keadaan yang mendominasinya. Penggunaan kata kerja didominasi oleh kata kerja aktif yaitu dengan jumlah 35 kata yang berupa kata kerja transitif (verba transitif) dengan jumlah 12 kata, dalam penggunaan kata kerja pasif berjumlah 10 kata dan kata kerja intransitif (verba intransitif) berjumlah 7 kata, pendominasian kata kerja aktif ini menyebabkan cerita dalam dongeng lebih aktif, lebih jelas dalam penceritaan peristiwa-peristiwanya, serta ceritanya berkesan lebih hidup, karena adanya penggunaan kata kerja aktif yang mendominasinya. Sehingga dongeng lebih mudah dipahami, menarik untuk dibaca, dan ceritanya tidak menimbulkan viii

9 kejenuhan. Penggunaan kata keterangan sangat kompleks, kata keterangan tersebut ada yang menerangkan kata benda, kata sifat, kata kerja, dan juga kata keterangan itu sendiri. Pendominasian kata keterangan yang bervariasi ini menyebabkan jalan cerita dalam setiap peristiwa-peristiwanya lebih mudah dimengerti pembaca dengan mengetahui bagaimana jalan cerita dan dimana cerita itu terjadi. Sehingga tiap-tiap peristiwa dalam ceritanya terlihat jelas, karena diperjelas dan dipertegas dengan adanya kata keterangan yang bervariasi dan mendominasi tersebut. Penggunaan kata majemuk (tembung camboran) didominasi oleh tembung camboran utuh dengan jumlah 5 kata, dan dalam penggunaan tembung camboran tugel berjumlah 2 kata, pendominasian tembung camboran utuh ini menyebabkan tiap-tiap peristiwa dalam ceritanya dapat menggambarkan keadaan dan suasana cerita, seolah-olah pembaca ikut merasakan isi cerita, karena diperjelas dengan adanya kata majemuk yang mendominasi tersebut. Sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memahami isi ceritanya, dan ceritanya tidak menimbulkan kejenuhan serta ceritanya berkesan unik dengan menggunakan kata majemuk yang mendominasi tersebut. Penggunaan kata ulang didominasi oleh dwilingga yaitu dengan jumlah 22 kata, dalam penggunaan dwilingga salin swara berjumlah 9 kata, dwipurwa berjumlah 2 kata, pendominasian tembung dwilingga ini menyebabkan cerita dalam dongeng lebih aktif, lebih jelas dalam penceritaan peristiwa-peristiwanya. Sehingga dongeng lebih mudah dipahami pembaca, ceritanya tidak menimbulkan kejenuhan, karena peristiwa-peristiwanya digambarkan secara jelas dengan melalui kata ulang yang mendominasi tersebut. Penggunaan kata Asing dalam penelitian ini secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia yang terdapat dalam Wacan Bocah Glanggang Remaja selain menunjang keindahan, juga dapat memperjelas cerita serta berkesan intelek dengan bahasa sederhana yang biasa digunakan dalam bahasa sehari-hari. Sehingga ceritanya lebih menarik dan tidak menimbulkan kejenuhan, serta dengan menggunakan kata Asing ini dapat memperindah cerita dengan penggunaan bahasa yang dominan tersebut di atas. Berdasarkan penelitian Wacan Bocah Glanggang Remaja pada majalah Jawa Panjebar Semangat disarankan agar dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan permasalahan yang lain, selain itu dapat dicetak sebagai produk dalam media pembelajaran bahasa Jawa. ix

10 SARI Rofiqoh, Umiana Nur Diksi dalam Dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada Majalah Jawa Panjebar Semangat Tahun Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Yusro Edy Nugroho, S.S, M. Hum, Pembimbing II: Drs. Sukadaryanto, M.Hum. Kata Kunci: Diksi, dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja majalah Jawa Panjebar Semangat tahun Dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja klebu salah sijine wujud rubrik sing ana ing majalah Jawa Panjebar Semangat. Dongeng-dongenge migunakake basa sing prasaja, sakliyane nganggo basa standar uga akeh ditemukake migunakake basa Jawa logat Banyumasan lan logat Semarangan. Basa kedaerahan sing manekawarna iki digunakake kanggo nemokake unsur kaendahan, supaya basane enak dirasa lumantar diksi sing cocok lan terep, saengga dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja iki bisa enak diwaca. Prakara sing bakal dibabar ing panaliten iki yaiku kepiye diksi sing ana ing Wacan Bocah Glanggang Remaja ing majalah Jawa Panjebar Semangat taun 2008 sing klebu tembung aran, tembung sipat, tembung kriya, tembung katrangan, tembung camboran, tembung rangkep, lan tembung manca (tembung sakliyane basa Jawa) sajroning Wacan Bocah Glanggang Remaja. Panaliten iki migunakake pendhekatan objektip, metodhe panaliten sing digunakake yaiku metodhe deskriptip analisis kualitatip, lan migunakake teknik cathet. Asiling panaliten iki nudhuhake menawa anggone migunakake tembung aran paling akeh yaiku tembung aran katon cacahe 50 tembung, dene anggone migunakake tembung aran sukma cacahe 13 tembung, tembung aran tankaton cacahe 5 tembung, lan tembung tansukma cacahe 3 tembung. Tembung aran katon sing akeh digunakna iki anjalari critane kaya-kaya dumadi temenanan, luwih jelas critane, saengga sing maca bisa luwih gampang ngerti isi critane, amarga saben-saben kedadeane sajroning crita digambarake kanthi nyata lumantar tembung aran sing akeh kasebut. Dene anggone migunakake tembung sipat sing digunakake akeh-akehe tembung sipat kaanan cacahe 32 tembung, tembung sipat watak sing digunakake cacahe 26 tembung. Tembung sipat kaanan sing akeh digunakake iki anjalari kedadean-kedadean sing ana ing crita bisa nggambarake kanthi jelas, saengga sing maca bisa luwih gampang mangerteni isi critane, uga bisa ngerti kepiye kahanan saben-saben kedadean sing dumadi kanthi jelas, amarga luwih jelas maneh kanthi anane tembung sipat kaanan sing diakehi iku. Anggone migunakake tembung kriya sing akeh dening tembung kriya tanduk yaiku cacahe 35 tembung sing awujud tembung kriya tanduk mawa lesan cacahe 12 tembung, dene anggone migunakake tembung kriya tanggap cacahe ana 10 tembung, lan tembung kriya tanduk tanpa lesan cacahe 7 tembung. Tembung kriya tanduk sing wujud tembung kriya tanduk mawa lesan sing akeh digunakake iki anjalari crita sajroning dongeng luwih urip, luwih jelas anggone x

11 nyritakake kedadean-kedadeane, uga critane kesane luwih urip, amarga anane tembung kriya tanduk sing akeh digunakake iku. Saengga dongenge luwih gampang bisa dingerteni, dadi narik kanggo diwaca, lan critane ora ndadekake bosen sing maca. Tembung katrangan sing digunakake iki komplek banget anggone migunakake tembung katrangan, tembung katrangane ana sing kanggo nerangake tembung aran, tembung sipat, tembung kriya, lan uga ana sing nerangake tembung katrangan iku dhewe. Tembung katrangan sing manekawarna akeh digunakake iki ndadekake mlakune crita bisa luwih gampang dimangerteni kanthi mangerteni kepiye mlakune crita lan ing endi kedadean-kedadean critane iku dumadi. Saengga saben-saben kedadean ing critane bisa katon jelas, amarga dijelasna lan kanthi teges dening anane tembung katrangan sing akeh lan manekawarna iki. Tembung camboran sing akeh digunakake yaiku tembung camboran wutuh cacahe 5 tembung, dene anggone migunakake tembung camboran tugel cacahe 2 tembung. Tembung camboran wutuh sing akeh digunakake iki anjalari saben-saben kedadean ing crita iki bisa nggambarake suwasana lan kahanan crita, kaya-kaya sing maca bisa melu ngrasakna isi critane, amarga dijelasna kanthi anane tembung camboran sing akeh kuwi. Saengga bisa nggampangake sing maca anggone mangerteni isi critane, uga critane ora ndadekake sing maca dadi bosen lan critane kesane dadi unik kanthi migunakake tembung camboran sing akeh kuwi. Tembung rangkep sing akeh digunakake yaiku dwilingga cacahe 22 tembung, dene anggone migunakake tembung dwilingga salin swara cacahe 9 tembung, lan tembung dwipurwa cacahe 2 tembun. Tembung dwilingga sing akeh digunakake iki anjalari crita ing dongeng iki dadi luwih urip, luwih jelas anggone nyritakna saben-saben kedadeane. Saengga dongeng luwih gampang dingerteni sing maca, lan critane ora ndadekake bosen sing maca, amarga digambarake kanthi jelas nganggo tembung dwilingga sing akeh digunakake kuwi. Sajroning panaliten tembung manca (tembung sakliyane basa Jawa) iki sakabehane nggunakake basa Indonesia sing ana ing Wacan Bocah Glanggang Remaja, sakliyane bisa nambahi endah, uga bisa ndadekake crita dadi jelas lan crita kesane dadi wah kanthi basa sing prasaja sing lumrahe digunakake ing basa padinan. Saengga critane luwih marak ati lan ora ndadekake bosen sing maca, uga tembung manca (tembung sakliyane basa Jawa) sing akeh digunakake iki ndadekake critane dadi endah. Adhedasar panaliten Wacan Bocah Glanggang Remaja ing majalah Jawa Panjebar Semangat urun rembug supaya bisa ditliti maneh kanthi migunakake prakara sing liya. Sakliyane iku bisa uga dicetak minangka produk medhia piwulangan basa Jawa. xi

12 DAFTAR ISI Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING ii PENGESAHAN KELULUSAN..... iii PERNYATAAN iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN v KATA PENGANTAR......vi ABSTRAK viii SARI x DAFTAR ISI xii DAFTAR SINGKATAN xiv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Landasan Teoretis Stilistika Diksi Pengertian Diksi Jenis-jenis Diksi Fungsi Diksi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Sasaran Penelitian Data dan Sumber Data 29 xii

13 3.4 Teknik Analisis Data BAB I DIKSI DALAM DONGENG WACAN BOCAH GLANGGANG REMAJA PADA MAJALAH JAWA PANJEBAR SEMANGAT TAHUN Penggunaan Kata Benda Penggunaan Kata Sifat Penggunaan Kata Kerja Penggunaan Kata Keterangan Penggunaan Kata Majemuk Penggunaan Kata Ulang Penggunaan Kata Asing 106 BAB PENUTUP 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR SINGKATAN WBGLR WCK AYK TA AUMC WLK JB DMM IRK DMS NGWP TRLI SCBNL PSE SBIWP OS LNP JW ND BT KB KK K Ket KM KU DL DLS DP DW : Wacan Bocah Glanggang Remaja : Wit Cempedhak : Akibate Yen Kesed : Tikus Alas : Asal Usule Manuk Cendrawasih : Walang Lan Kupu : Juragan Biting : Ditulung Malah Menthung : Impene Raja Kertabumi : Dongenge Mbah Surip : Ngundhuh Wohing Pakarti : Tusing Rencek Lan Impene : Si Cebol Bisa Nggayuh Lintang : Pitik Saka Eyang : Sinau Bareng Ing Wulan Pasa : Oh...Semangka : Lutung Nemu Pengilon : Judul Wacan : Nomor Data : Bulan Terbit : Kata Benda : Kata Kerja : Kata Keterangan : Kata Majemuk : Kata Ulang : Dwilingga : Dwilingga Salin Swara : Dwipurwa : Dwiwasana xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Kartu Data Lampiran II : Tabel Penggolongan Diksi Lampiran III : Tabel Dongeng Lampiran I : Teks Dongeng xv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dongeng diciptakan oleh pengarang dengan menggunakan unsur-unsur bahasa pilihan, baik itu kata, frasa, klausa, maupun kalimat sehingga menjadi suatu karangan indah yang dapat menarik perhatian pembaca. Pengarang dalam menyajikan dongeng kepada pembaca cenderung menyesuaikan pada tingkat umur anak dan tingkat kemampuan pemahaman isi cerita, pengarang berusaha sedemikian rupa bagaimana caranya dongeng bisa diikuti dan diterima oleh anakanak. Pengarang harus mengetahui betul perkembangan bahasa dan daya pikir anak, karena dongeng salah satu bentuk bacaan yang identik untuk dibaca anakanak. Dongeng tidak menimbulkan kejenuhan pada pembaca, melainkan rasa ketagihan untuk membaca atau mendengarnya, itu karena dongeng dikemas khusus oleh pengarang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, khususnya pada anak-anak. Dongeng dalam Wacan Bocah Glanggang Remaja disajikan pengarangnya cenderung menggunakan bahasa yang menunjuk kepada pengertian yang sebenarnya (denotasi), agar dongeng tersebut mudah dipahami pembaca khususnya anak-anak. Makna setiap kalimat pada dongeng langsung tertera dengan nyata dalam kalimat-kalimatnya, baik itu secara tersurat maupun tersirat. Pengarang dalam menuangkan gagasannya menggunakan bahasa yang mudah 1

17 2 diterima oleh pembaca khususnya pada anak-anak, dengan memilih diksi yang tepat dan sesuai akan mendapatkan bahasa yang dekat dengan pembaca khususnya pada anak-anak. Diksi dalam dongeng sengaja dihadirkan pengarangnya untuk mendapatkan unsur keestetisan, agar karyanya dapat dinikmati oleh pembaca. Ketepatan dan kesesuian pemilihan diksi sangat mempengaruhi menarik dan layak baca atau tidaknya sebuah dongeng. Selain itu, diksi dapat menjadi ciri khas pengarang dalam penggunaan bahasa dalam karyanya antara pengarang satu dengan pengarang yang lain. Dengan adanya diksi ini, dapat dijadikan identitas bagi para pengarang agar karya-karyanya dapat dikenali atau dekat dengan pembaca, karena bahasa pengarang merupakan ciri khas dari seorang pengarang. Pengarang dalam menyajikan dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja cenderung menggunakan bahasa yang disesuaikan dalam kehidupan nyata, benarbenar terjadi dan ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga maksud dalam cerita dapat lebih mudah diterima pembaca. Misalnya saja pada dongeng yang diambil dari majalah Jawa Panjebar Semangat, diantaranya: Asal Usule Manuk Cendrawasih, Ditulung Malah Menthung, Dongenge Mbah Surip, dan lain-lain. Kumpulan dongeng ini, cenderung menggunakan diksi yang menggambarkan kehidupan nyata, misalnya saja macan yang suka memangsa binatang lain. Dalam dunia nyata pun demikian, bahwa macan identik dengan binatang buas, yang suka memangsa binatang lain. Diksi dalam dongeng dimaksudkan agar pembaca lebih mudah memahami maksud atau pesan pengarang, karena pengarang menulis sesuatu tidak untuk

18 3 dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain. Diksi yang sesuai dan tepat tersebut dapat menciptakan keindahan pada tulisan pengarang. Dengan bahasanya pengarang berusaha masuk dalam perasaan dan fikiran pembaca serta menghadirkan citraan tertentu dalam benak pembaca. Diksi dalam dongeng harus mampu mendukung tujuan estetis yang diharapkan pengarang, mampu mengkomunikasikan makna, pesan, dan mampu mengungkapkan gagasan seperti yang dimaksudkan oleh pengarang. Diksi bagian dari kepuitisan bahasa yang perlu diperhatikan oleh pengarang, agar keestetisan dongeng dapat dinikmati oleh pembaca. Diksi dihadirkan pengarang dalam dongeng menyebabkan dongeng tersebut menjadi menarik untuk dibaca, lebihlebih dalam penggunaan diksi yang tepat dan sesuai kepada pembaca khususnya untuk anak-anak, karena dongeng dapat dibaca semua umur, dari anak-anak hingga orang dewasa. Pengarang harus lebih pandai dalam mengolah kata, yang kata-kata tersebut bisa diterima dan dekat dengan anak-anak. Kumpulan dongeng ini diciptakan oleh pengarang yang berbeda-berbeda, dengan penggunaan diksi dalam karyanya menggunakan logat kedaerahan yang berbeda-beda pula. Misalnya saja terdapat logat atau dialek Kulonan dan Semarangan. Kumpulan dongeng ini cenderung menggambarkan kehidupan nyata masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk masyarakat tradisional, serta memberikan ajaran-ajaran moral yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Logat Kulonan dan Semarangan tersebut sengaja dihadirkan pengarang untuk mendapatkan unsur keindahan, agar karyanya dapat menarik perhatian dan diminati pembaca. Dalam hal ini, pengarang

19 4 menambah keestetisan karyanya dengan menggunakan bahasa atau logat kedaerahan. Wacan Bocah Glanggang Remaja salah satu bentuk rubrik dalam majalah Jawa Panjebar Semangat yang cenderung digemari pelanggannya. Rubrik ini berisi cerita tentang dunia anak dan juga dunia remaja. Maksudnya, dalam rubrik ini tidak hanya berisi tentang bacaan atau cerita untuk anak-anak saja, melainkan juga berisi tentang cerita untuk kalangan remaja. Wacan Bocah Glanggang Remaja di dalamnya terdapat cerita-cerita yang secara khusus untuk dibaca anakanak dan remaja, kumpulan cerita dalam Wacan Bocah Glanggang Remaja dapat digolongkan menjadi dongeng, legenda, cerbung, dan cerkak. Cerita yang terdapat dalam Wacan Bocah Glanggang Remaja diterbitkan secara bergantian. Bacaan untuk anak-anak dapat berupa dongeng, seperti pada dongeng yang diambil yaitu sebagai berikut: Tikus Alas, Asal Usule Manuk Cendrawasih, Oh...Semangka, Wohing Pakarti, Tukang Rencek lan Impene, Si Cebol Bisa Nggayuh Lintang, Pitik Saka Eyang, Sinau Bareng Ing Wulan Pasa, Ditulung Malah Menthung, Dongenge Mbah Surip, Walang lan Kupu, Lutung Nemu Pengilon, Impene Raja Kertabumi, Akibate Yen Kesed, Juragan Biting, lan Wit Cempedhak. Dongeng berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Dongeng banyak memberikan pesan moral yang dapat di aplikasikasikan dalam kehidupan seharihari agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. Melalui pesan yang terkandung dalam dongeng tersebut dapat memberikan motivasi yang membangun dalam diri pembaca agar mau maju dan berkembang dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang serba mengikuti kemajuan teknologi, khususnya pada jiwa

20 5 anak yang dalam proses pembentukan watak dan karakter anak. Dalam hal ini, dongeng akan sangat berperan penting, karena dongeng merupakan salah satu sarana pembelajaran anak. Dongeng dapat memberi motivasi untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang cerita-cerita rekaan dan dapat lebih mudah untuk membaca dan memahami dongeng. Dongeng dapat dijadikan bahan atas kemajuan teknologi, misalnya saja, dapat mengakses dongeng lewat internet atau televisi yang telah divisualisasikan sehingga lebih menarik untuk dibaca, mendengarkan dan memahami dongeng. Selain itu, dongeng dikembangkan menjadi sebuah cerita dimana pembaca tidak hanya membaca sebuah tulisan saja melainkan sekaligus dapat menikmati gambar ilustrasinya. Dalam hal ini, untuk memahami isi dongeng pembaca tidak hanya mengandalkan daya imajinasinya sendiri, karena sudah ada gambar ilustrasi yang menjadi penjelas isi cerita. Hal itu ditandai dengan munculnya komik-komik atau cerita bergambar dan film-film kartun, komik dan film-film kartun tersebut terinspirasi dari dongeng-dongeng yang sudah mendarah daging pada masyarakat. Dongeng kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi tontonan yang cenderung paling diminati anakanak. Dengan demikian, dongeng dapat berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Dongeng salah satu bentuk karya sastra yang berupa rekaan, yang berasal dari imajinasi pengarangnya yang kemudian dituangkan dalam bentuk ceritacerita. Seorang pengarang menulis dengan tujuan agar tulisannya itu dibaca oleh orang lain, yang kemudian dari pembaca tersebut dapat mengetahui dan

21 6 memahami isi pesan yang disampaikan oleh pengarang. Serta dapat menambah pengetahuannya tentang kosakata dalam suatu bahasa, dan juga tentang pola kehidupan suatu masyarakat yang disampaikan pengarang melalui cerita. Dongeng dapat ditemui diberbagai majalah atau buku-buku tentang dongeng, diantaranya terdapat dalam majalah Jawa Panjebar Semangat yang selama tahun 2008 terkumpul menjadi empat puluh delapan cerita, yang dapat digolongkan berdasarkan jenis cerita, yaitu: dongeng (16), cerkak (27), legenda (1), dan cerbung (4). Dalam penelitian ini yang dianalisis adalah dongeng, yang berjumlah enam belas dongeng, dan cerita dari Wacan Bocah Glanggang Remaja yang lainnya selain dongeng tidak dianalisis dan tidak disertakan, karena bukan termasuk dongeng. Dongeng dapat dijumpai dalam majalah Jawa seperti majalah Panjebar Semangat, majalah Joko Lodhang, dan majalah Jaya Baya. Majalah Panjebar Semangat salah satu majalah yang berasal dari Surabaya yang terbit satu minggu sekali, yaitu khusus hari Sabtu. Selama satu tahun yaitu tahun 2008 majalah Panjebar Semangat terkumpul menjadi enam belas dongeng. Pemilihan dongeng yang ada dalam majalah Jawa Panjebar Semangat sebagai bahan penelitian didasari atas beberapa alasan, yaitu: 1) dongeng yang terkumpul dari majalah Jawa Panjebar Semangat menggunakan bahasa Jawa yang bahasanya mudah dipahami, khususnya oleh kalangan anak-anak, 2) diksi atau pilihan kata yang terdapat dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja sangat kompleks. Secara umum bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa ngoko. Untuk menambah keestetisannya pengarang menggunakan bahasa lain,

22 7 seperti bahasa Indonesia, logat Semarangan, dan logat Kulonan, 3) terdapat nilainilai moral yang dapat di ambil hikmahnya dan dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari, 4) dongeng yang tekumpul pengarangnya berbeda-beda, sehingga dapat mengetahui perbedaan dalam penggunaan bahasa atau penggunaan diksi dari masing-masing pengarang, 5) membaca dan memahami dongengnya dapat menyadarkan kita untuk bisa bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan maupun bertindak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah bagaimanakah diksi dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2008 yang mencakup penggunaan kata benda, penggunaan kata sifat, penggunaan kata kerja, penggunaan kata keterangan, penggunaan kata majemuk, penggunaan kata ulang, dan penggunaaan kata Asing dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dibahas di atas, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengungkap diksi dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2008 yang mencakup penggunaan kata benda, penggunaan kata sifat, penggunaan kata kerja, penggunaan kata keterangan, penggunaan kata majemuk, penggunaan kata ulang,

23 8 dan penggunaaan kata Asing serta konteknya dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan bahasa di Indonesia. Manfaat yang dapat diambil yaitu: 1. Menambah dan memperdalam tentang teori kebahasan yang berkaitan dengan diksi. 2. Memberikan wawasan dan pengetahuan pada pembaca tentang diksi dalam dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun Membantu pembaca dalam memahami teks dongeng Wacan Bocah Glanggang Remaja pada majalah Jawa Panjebar Semangat tahun 2008 khususnya pada anak-anak. 4. Memberikan sumbangan alternatif sebagai media pembelajaran bagi anak.

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada hasil penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan kajian pustaka untuk membandingkan seberapa besar keaslian sebuah penelitian yang akan dilakukan, dan untuk hal itu dapat dilakukan melalui pengkajian terhadap penelitian yang sebelumnya. Tinjauan pustaka tentang diksi dalam karya sastra pernah diteliti oleh beberapa peneliti dalam bentuk skripsi. Penelitian yang pernah dilakukan diantaranya sebagai berikut. Noor Hamidah (2006), meneliti dengan judul Diksi Dan Citraan Dalam Puisi Pada Tabloid Yunior Tahun 2004 mengkaji tentang jenis diksi dan citraan yang terdapat di dalam puisi-puisi pada tabloid yunior tahun 2004 serta apakah fungsi diksi dan citraan di dalam puisi pada tabloid yunior tahun Hasil penelitian tersebut adalah bahwa puisi anak pada tabloid yunior tahun 2004 dominan menggunakan jenis diksi yang berupa kata benda konkrit, kata kerja kompleks, kata denotasi, sedikit bahasa Daerah dan bahasa Asing, dan pemanfaatan bunyi akhir pada unsur bunyi dalam diksi. Jenis citraan dalam puisi pada tabloid yunior tahun 2004 terdapat tiga jenis citraan yaitu: citra gerak, citra pendengaran, dan citra penglihatan, dan citraan yang dominan pada puisi tersebut 9

25 10 adalah citra gerak. Kata kerja kompleks berfungsi untuk memperjelas makna, kata denotasi berfungsi untuk mendukung makna puisi dan memperjelas makna, bahasa Daerah dan bahasa Asing berfungsi memperjelas makna, member gambaran yang jelas pada pembaca dan menambah keestetisan puisi. Penggunaan unsur bunyi dalam diksi juga dimanfaatkan penyair untuk menambah keestetisan puisi yaitu dengan lebih memanfaatkan rima dan asonansi. Fungsi citraan adalah memberi gambaran yang jelas pada pembaca dan menimbulkan sugesti pada pembaca. Imam Syarifudin (2006), meneliti dengan judul Diksi Dan Majas Serta Fungsinya Dalam Novel Jangan Beri Aku Narkoba Karya Alberthiene Endah yang diteliti yaitu tentang bagaimana pilihan kata (diksi) yang dipakai dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah dan bagaimana wujud majas serta akibat yang ditimbulkan dalam novel Jangan Beri Aku narkoba karya Alberethiene Endah, dan bagaimana fungsi diksi dan majas dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba karya Alberthiene Endah?. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa pengarang Albertiene Endah tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan gagasanya, tetapi memanfaatkan unsur-unsur bahasa lain seperti: pemanfaatan bahasa Jawa berjumlah tujuh kalimat, pemanfaatan bahasa Arab berjumlah enam kalimat, pemanfaatan bahasa Inggris lima kalimat dan pemanfaatan bahasa Betawi berjumlah tiga kalimat. Diksi dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Selain itu dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas

26 11 mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut. Majas dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba sangat banyak diantaranya: 1).Majas Metafora berjumlah sembilan kalimat 2). Majas perbandingan berjumlah lima kalimat 3). Majas personifikasi berjumlah lima kalimat 4). Majas Hiperbola berjumlah empat kalimat. Dengan adanya majas dalam novel Jangan Beri Aku Narkoba berfungsi untuk meningkatkan kejelasan pemaknaan sehinga seolah-olah kejadian dalam cerita tampak seperti nyata dan dapat menimbulkan daya bayang bagi pembaca. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bekti Mustikawati (2008), meneliti dengan judul Diksi, Makna, Dan Kemungkinan Efek Teks Lagu Grup Band Letto. Penelitian tersebut mengkaji tentang diksi apa sajakah yang terdapat pada teks lagu grup band letto, makna apa sajakah yang terdapat pada teks lagu grup band letto, dan kemungkinan efek apa sajakah yang terdapat pada teks lagu grup band letto. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat beberapa jenis diksi dalam teks lagu grup band letto yaitu: kata konkret, kata abstrak, kata indria, bahasa standar, bahasa nonstandar, kata ilmiah, kata populer, kata denotatif, kata sinonim, kata umum, dan kata khusus. Selain itu terdapat beberapa jenis makna yaitu: makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi, makna konotasi, makna referensial, makna nonreferensial, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, dan makna kias. Kemungkinan efek yang terdapat pada teks lagu grup band letto adalah: 1) efek positif yaitu dampak yang bersifat baik bagi pendengar atau pembaca. Efek positif ada Sembilan jenis yaitu: menyampaikan nasihat, menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan, menghidupkan, menyenangkan,

27 12 meyakinkan, menimbulkan rasa semangat, estetis (keindahan), member perhatian, dan meminta. 2) efek negatif ada delapan yaitu: menimbulkan rasa sedih, menimbulkan rasa takut, merendahkan diri, menimbulkan rasa bimbang, ketidakmampuan, menimbulkan rasa ragu, membuat bingung, dan pasrah. 2.2 Landasan Teoretis Stilistika Secara etimologi stylistics berkaitan dengan style (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Latin stilus yang berarti alat untuk menulis yang kemudian berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis indah atau mempergunakan kata-kata secara indah. Style berarti gaya, sedangkan stylistics dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Gaya dalam kaitan ini mengacu pada pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:276) bahwa stile adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Stilistika (stylistics) menyaran pada pengertian studi tentang style (Lecch & Short dalam Nurgiyantoro, 2007:279). Lecch & Short dan Wellek & Waren (dalam Nurgiyantoro, 2007:279) mengungkapkan bahwa analisis stilistika biasanya dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang pada umumnya dalam dunia kesastraan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Disamping itu, ia dapat juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa bahasa yang dipergunakan itu memperlihatkan

28 13 penyimpangan, dan bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2007:279). Aminuddin (1995:46) mengungkapkan bahwa stilistika adalah studi cara pengarang dalam menggunakan sistem tanda dan sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan, dari kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra itu, dan yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud sistem tandanya. Style ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi, dll. Bentuk pengungkapan kebahasaan dalam sebuah prosa fiksi (dongeng) merupakan suatu bentuk performansi kebahasaan seseorang pengarang. Style atau wujud performansi kebahasaan hadir kepada pembaca dalam sebuah fiksi melalui proses penyeleksian dari berbagai bentuk linguistik yang berlaku dalam sistem bahasa itu, pengarang dalam hal ini memiliki kebebasan yang luas untuk mengekspresikan stuktur maknanya ke dalam struktur lahir yang dianggap paling efektif (Murywantobroto, Mei, & Yuli, 2007:64-65). Pusat perhatian stilistika adalah style yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa, ragam lisan dan ragam tulisan, ragam nonsatra dan ragam sastra secara tradisional gaya bahasa selalu ditautkan dengan teks sastra, khususnya ditautkan dengan teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi dan pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan (Sudjiman, 1993:13).

29 14 Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kajian stilistika biasanya dibatasi pada suatu teks tertentu, dengan memperhatikan frekuensi penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati antar hubungan-hubungan pilihan itu untuk mengidentifikasi ciri-ciri stilistik (stilistic feature) seperti sintaksis (tipe struktur kalimat), retoris atau deviasi (penyimpangan dari kaidah umum tata bahasa) (Sudjiman, 1993:14). Menurut Kridalaksana (1993:202) stilistika adalah 1) ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra, 2) sebuah penerapan linguistik pada penelitian di dalam karya sastra. Gaya atau stile menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya penggunaan kata, frase, dan klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu (Keraf, 2000:112) lebih lanjut Keraf (2000 : ) menjelaskan bahwa persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Dilihat dari segi bahasa gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya dalam karya sastra mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Wacana sastra cenderung menggunakan pilihan kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, dan bersifat

30 15 konotatif. Selain itu tatanan kalimat-kalimatnya juga menunjukkan adanya keindahan dan bukan hanya nuansa makna tertentu saja (Sutadi, 2007:52). Stilistika kesastraan merupakan sebuah metode analisis karya sastra (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2007:280). Ia dimaksudkan untuk menggantikan kritik yang bersifat subjektif dan impresif dengan analisis stile teks kesaastraan yang lebih bersifat objektif dan ilmiah. Analisis dilakukan dengan mengkaji berbagai bentuk dan tanda-tanda linguistik yang dipergunakan seperti yang terlihat dalam struktur lahir. Dengan cara ini akan diperoleh bukti-bukti konkret tentang stile sebuah karya. Metode (teknik) analisis ini akan menjadi penting karena dapat memberikan informasi tentang karakteristik khusus sebuah karya. Tanda-tanda stilistika itu sendiri dapat berupa a) fonologi, misalnya pola suara ucapan dan irama, b) sintaksis, misalnya jenis struktur kalimat, c) leksikal, misalnya penggunaan kata abstrak atau konkret, frekuensi penggunaan kata benda, kerja, sifat, dan d) penggunaan bahasa figuratif, misalnya bentuk-bentuk pemajasan, permainan struktur, pencitraan, dan sebagainya. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas dapat diselaraskan bahwa stilistika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyampaian pengarang mengenai fikiran-fikiran, gagasan-gasannya melalui bahasa yang menonjolkan bahasa khas atau ciri khas dalam penggunaan bahasa dari pada pengarang tersebut. Sehingga pembaca dapat memahami bahkan dapat membedakan gaya penceritaan antara pengarang yang satu dengan pengarang yang lainnya. Jadi, style dapat dianggap ciri khas bahasa dari seorang pengarang.

31 Diksi Pengertian Diksi Diksi merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam keterampilan berbahasa. Diksi dipilih pengarang dengan mempertimbangkan makna, komposisi, dan kedudukan kata di tengah konteks kata lainnya. Pengertian diksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (cocok penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan) (Tim penyusun 2005:264). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa pengarang mempunyai tujuan agar pembaca atau pendengar memahami maksud yang disampaikannya dan ikut merasakan apa yang dirasakan dalam batinnya melalui karya-karyanya. Untuk itu pengarang harus mampu memilih kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasannya dan sesuai dengan situasi yang tepat pula. Diksi atau pilihan kata ini mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja di pilih oleh pengarang. Mengingat bahwa kaya fiksi adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata, pemilihan kata-kata tersebut tentulah melewati pertimbangan-pertimbangan tertentu yang memperoleh efek tertentu (Nurgiyantoro, 2007:290). Masalah pemilihan kata, menurut Chapman (dalam Nurgiyantoro, 2007:290) dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu. Pertama, pertimbangan fonologis misalnya untuk kepentingan alitrasi, irama, dan efek bunyi tertentu. Kedua, pertimbangan dari segi mode, bentuk, dan makna yang

32 17 dipergunakan sebagai sarana mengkonsentrasikan gagasan. Masalah konsentrasi ini penting sebab hal inilah yang membedakannya dengan stile bahasa nonsastra. Pemilihan kata itu dalam sastra dapat saja berupa kata-kata koloqial sepanjang mampu mewakili gagasan. Dalam hal ini, faktor personal pengarang untuk memilih kata-kata yang paling menarik perhatiannya berperan penting. Pengarang dapat saja memilih kata dan ungkapan tertentu sebagai siasat untuk mencapai efek yang diinginkan. Persoalan diksi atau pilihan kata bukanlah persoalan yang sederhana. Ketepatan pemilihan kata atau diksi untuk mengungkapkan suatu gagasan diharapkan fungsi yang diperoleh akan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Keraf (2000:24) mengemukakan tiga kesimpulannya tentang diksi, yaitu (1) pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi, (2) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar, (3) pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.

33 18 Pengarang dalam usaha mendayagunakan kata pertama, harus tepat memilih kata,untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang akan diamanatkan. Kedua, untuk memilih kata dengan tepat, ia harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya (Mido. 1994:-). Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya mungkin kalau ia menguasai sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu pula menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaringanjaringan kalimat yang jelas dan efektif guna menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya (Ibid dalam Mido, 1994:-) Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diselaraskan bahwa diksi adalah pemilihan kata yang tepat yang sengaja dilakukan oleh pengarang untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pengalamannya agar tercipta suatu keestetisan atau keindahan dalam karya-karyanya yang dapat di nikmati oleh pendengar atau pembacanya. Pemilihan kata merupakan menjadi dasar untuk menulis Jenis-jenis Diksi Analisis diksi sebuah karya dapat dilakukan berdasarkan tinjauan umum dan jenis kata yang keduanya bersifat saling melengkapi. Berdasarkan tinjauan umum, kata-kata tersebut dapat diidentifikasi yaitu (1) kata kompleks atau sederhana, (2) kata dan ungkapan formal atau kolokikal, artinya kata-kata baku, bentuk, dan

34 19 makna atau kata-kata seperti dalam percakapan sehari-hari yang nonformal, termasuk penggunaan dialek, (3) kata dan ungkapan dari bahasa lain yaitu bahasa Indonesia, bahasa Asing atau bahasa Jawa, (4) makna yang ditunjuk referensial ataukah asosiatif, denotasi atau konotasi (Nurgiyantoro, 2007:291). Berdasarkan jenis katanya, diksi ada enam yaitu (1) jenis kata yang bersangkutan, (2) kata benda, (3) kata kerja, (4) kata sifat, (5) kata bilangan, (6) kata tugas (Nurgiyantoro, 2007:292). Style bahasa dapat dicapai keindahannya bila bahasa mencakup seluruh penggunaan unsur bahasa. Unsur style merupakan unsur-unsur pendukung terwujudnya bentuk lahir pengungkapan bahasa tersebut. unsur style gabungan dari Abrams, Lecch dan Short (dalam Nurgiyantoro, 2007: ) adalah sebagai berikut: a) Unsur leksikal Unsur leksikal sama pengertiannya dengan diksi, yaitu yang mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang. Pemilihan kata-kata tersebut bertujuan memperoleh efek tertentu yaitu efek ketepatan (estetis). Masalah ketepatan kata dapat dipertimbangkan berdasarkan bentuk dan maknanya yaitu apakah diksi mampu mendukung tujuan estetis karya tersebut, mampu mengkomunikasikan makna, pesan, dan mampu memgungkapkan gagasan yang dimaksud oleh pengarang tersebut.

35 20 b) Unsur gramatikal Unsur gramatikal yang dimaksud adalah struktur kalimat, ada tidaknya penyimpangan struktur kalimatnya. Berdasarkan bentuk-bentuk penyimpangannya, dapat dilakukan dengan melihat kompleksitas kalimatnya, jenis kalimatnya, dan jenis klausa dan frase. c) Retorika Retorika merupakan suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis. Unsur style yang berwujud retorika, menurut Abrams meliputi pemajasan, penyiasatan struktur, dan pencitraan. d) Kohesi Antara bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain, atau kalimat yang satu dengan yang lain, terdapat hubungan yang bersifat mengaitkan antar bagian kalimat atau antarkalimat. Penanda hubungan kohesi berupa sambungan dapat berupa kata tugas. Bentuk penyingkatan, pengurangan, atau penggantian dapat memakai kata ganti persona. Namun dalam skripsi ini fokus kajiannya adalah unsur diksi. Berdasarkan pendapat di atas, mengenai kategori atau unsur leksikal yang dimaksud sama pengertiannya dengan diksi, yaitu yang mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang, yaitu sebagai berikut:

36 21 1. Kata benda (tembung aran) Kata benda yaitu suatu jenis kata yang menandai atau menamai suatu benda yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat dan tidak tergantung pada jenis kata lain, seperti misalnya orang, tempat, benda, kualitas, dan tindakan (Poedjosoedarmo, 1979:77). Kata benda dalam bahasa Jawa disebut tembung aran. Tembung aran utawa kata benda (nomina) yaiku tembung kang mratelakake jenenge barang utawa apa bae kang kaanggep barang (Sasangka, 2001:98). Sasangka (2001:100) bedakake tembung aran bisa dadi loro, yaiku tembung aran katon (kata benda konkret) lan tembung aran tankaton (kata benda abstrak). Tembung aran katon yaiku tembung aran kang bisa kanyatakake dening pancadriya (pancaindera), upamane: watu, pasir, gunung, pari, jagung, klapa, tangan, sirah, bulan, lintang, srengenge, lsp. Saliyane iku tembung aran uga bisa dibedakake dadi tembung aran sukma (nomina insani) utawa kata benda bernyawa lan tembung aran tansukma (nomina noninsani) utawa kata benda tak bernyawa. Kabeh titah ing jagad kang kapanjingan nyawa bisa kagolongake tembung aran sukma, dene tembung kang ora nate kapanjingan nyawa kagolongake tembung aran tansukma (Sasangka, 2001:100). Kata benda (nomina) yaitu kata yang menerangkan nama benda atau apa saja yang dianggap benda. Kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu kata benda konkret dan kata benda abstrak. Kata benda konkret yaitu kata benda yang dapat dilihat dengan panca indra, misalnya batu, pasir, gunung, padi, jagung, klapa, tangan, kepala, bulan, bintang, matahari, dsb. Kata benda abstrak yaitu kata benda yang tidak bisa dilihat dengan panca indra, misalnya kepandaian, kebudayaan, kesusilaan, ilmu, bab, kata, suasana, dsb.

37 22 Selain itu, kata benda juga bisa dibedakan menjadi nomina insani atau kata benda bernyawa dan nomina noninsani atau kata benda tak bernyawa. Semua yang berada di bumi yang mempunyai nyawa dapat digolongkan kata benda bernyawa, sedangkan kata yang tidak bernyawa disebut kata benda tak bernyawa. 2. Kata sifat (tembung sifat) Kata sifat yaitu kata yang digunakan bersama dengan kata benda untuk menerangkan atau untuk memberi modifikasi pada kata benda tersebut, baik kata benda yang menunjukkan benda hidup maupun mati (Poedjosoedarmo, 1979:103). Kata sifat dalam bahasa Jawa disebut tembung sifat. Tembung sifat utawa kata sifat (adjektiva) kang uga sinebut tembung watak utawa kaanan (kahanan) yaiku tembung kang bisa mratelakake kaanan utawa watak sawijining barang utawa bab. Tembung sifat bisa kabedakake dadi loro, yaiku tembung watak lan tembung kaanan. Tembung watak iku ora bisa owah, dene tembung kaanan iku bisa owah (Sasangka, 2001: ). Kata sifat (adjektiva) yang juga disebut kata watak atau keadaan yaitu kata yang bisa menjelaskan keadaan atau watak sebuah benda atau bab. Kata sifat bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kata watak dan kata keadaan. Kata watak itu tidak bisa berubah, sedangkan kata keadaan itu bisa berubah. 3. Kata kerja (tembung kriya) Kata kerja yaitu jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda atau makhluk (Poedjosoedarmo, 1979:22). Kata kerja dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung kriya. Tembung kriya atau kata kerja (verba) yaiku tembung sing mratelakake solah bawa utawa tandang gawe (verba tindakan) utawa mratelakake lumakuning kaanan (verba proses) (Sasangka,2001:100).

38 23 Tembung kriya bisa dibedakake dadi loro, yaiku kriya tanduk lan kriya tanggap (Sasangka, 2001:101). Tembung kriya tanduk utawa kata kerja aktif yaiku tembung kriya kang nuntut jejer (subjek) ing ukara dada paraga (pelaku ). Dene tembung kriya tanggap utawa kata kerja pasif yaiku tembung kriya kang jejer dadi sasaran (penderita). Tembung kriya tanduk bisa dibedakake dadi loro, yaiku tembung kriya tanduk mawa lesan lan tembung kriya tanduk tanpa lesan. Kriya tanduk mawa lesan utawa kata kerja transitif (verba transitif) yaiku tembung kriya kang tansah mbutuhake utawa ngarep-arep anane katrangan liya kang awujud lesan (objek). Kriya tanduk tanpa lesan utawa kata kerja intransitif (verba intransitif) yaiku tembung kriya kang ora mbutuhake utawa ngarep-arep anane lesan (objek). Kata kerja (verba) yaitu kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan (verba tindakan) atau menunjukkan terjadinya keadaan (verba proses). Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Kata kerja aktif yaitu kata kerja yang menuntut subjek dalam kalimat menjadi pelaku. Sedangkan kata kerja pasif yaitu kata kerja yang subjeknya menjadi sasaran (penderita). Kata kerja aktif dibedakan menjadi dua, yaitu verba transitif dan verba intransitif. erba transitif yaitu kata kerja yang membutuhkan objek, sedangkan verba intransitif yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan objek. 4. Kata keterangan (tembung katrangan) Tembung katrangan utawa kata keterangan (adverbia) yaiku tembung kang aweh katrangan marang tembung liya. Tembung katrangan iki bisa nerangake tembung aran, kriya, sifat (watak/kaanan), wilangan, lan bisa uga nerangake tembung katrangan (Sasangka, 2001:105). Kata keterangan (adverbia) yaitu yang memberi keterangan kata lain. Kata keterangan bisa menerangkan kata benda, kata kerja, kata sifat (watak/keadaan), kata bilangan, dan bisa juga menerangkan kata keterangan.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GAYA BAHASA DALAM NOVEL SER! SER! PLONG! KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Esty Peniarti NIM : 2102405606 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DIKSI DALAM NOVEL CLEMANG-CLEMONG KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Ria Hutaminingtyas NIM : 2102405609 Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Jurusan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM CERBUNG CINTRONG TRAJU PAPAT KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : : Rina Septiana

GAYA BAHASA DALAM CERBUNG CINTRONG TRAJU PAPAT KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : : Rina Septiana GAYA BAHASA DALAM CERBUNG CINTRONG TRAJU PAPAT KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Nama : Rina Septiana NIM : 2102405523 Prodi Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM CERBUNG SALINDRI KENYA KEBAK WEWADI KARYA PAKNE PURI DI MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT

GAYA BAHASA DALAM CERBUNG SALINDRI KENYA KEBAK WEWADI KARYA PAKNE PURI DI MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT GAYA BAHASA DALAM CERBUNG SALINDRI KENYA KEBAK WEWADI KARYA PAKNE PURI DI MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh: Rizki Maisaroh 2102406557 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT

ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT ASPEK KONJUNGSI DALAM CERITA BERSAMBUNG (CERBUNG) BASKARA MUNCAR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anik Tantining NIM : 2102407173 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM NOVEL DOM SUMURUP ING BANYU KARYA SUPARTO BRATA

GAYA BAHASA DALAM NOVEL DOM SUMURUP ING BANYU KARYA SUPARTO BRATA GAYA BAHASA DALAM NOVEL DOM SUMURUP ING BANYU KARYA SUPARTO BRATA Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh: NGASIYATI 2102405617 Prodi PBSJ FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG STRUKTUR SERAT PARTAWIGENA SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Imam Arief Hidayat NIM : 2151407002 Program Studi : Sastra Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi, seni dan penciptaan. Bahasa yang digunakan dalam sastra mengemban fungsi utama sebagai fungsi

Lebih terperinci

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI

SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI SINESTESIA PADA TUTURAN MAHASISWA PBSJ FBS UNNES SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Suciati Duwi Sartika NIM : 2102407125 Prodi Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa :

Lebih terperinci

BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK)

BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK) BENTUK UJARAN BAHASA JAWA TATARAN FONOLOGI ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT BERAT SMP LUAR BIASA NEGERI SEMARANG (KAJIAN PSIKOLINGUISTIK) SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anggun Setyorini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh Finna Dwi Estianingrum 2102407038 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG

KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG KESALAHAN BERBAHASA JAWA PADA PAPAN NAMA PERTOKOAN DI KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nopita Ika Rahmawati NIM : 2102406677 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang digunakan untuk berinteraksi sesamanya. Kedudukan bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peran yang sangat penting, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini mengajar bahwa bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi ada hubungan antara individu yang

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS

SKRIPSI. oleh. Nama. : Elok Wahyuni. : Bahasa dan Sastra Jawa NIM. Program. Jurusan FAKULTAS PEROLEHAN BAHASAA JAWA ANAK PLAYGROUP AULIYAA KENDAL USIA 3-4 TAHUN SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama NIM : Elok Wahyuni : 2102407065 Program studi :Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA MAHASISWA PENUTUR NGAPAK DI LINGKUNGAN FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PEMAKAIAN BAHASA JAWA MAHASISWA PENUTUR NGAPAK DI LINGKUNGAN FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PEMAKAIAN BAHASA JAWA MAHASISWA PENUTUR NGAPAK DI LINGKUNGAN FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Anggraita Dyah Tantri NIM : 2102407090 Program

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN

2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra berkembang pesat dewasa ini,sastra dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak. Perkembangan sastra dengan ruang lingkup pembaca anak-anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dewi Larasati NIM : 2102408087 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan 1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang pengarang terhadap lingkungan sosial budaya melalui media bahasa. Karya sastra ini hadir sebagai

Lebih terperinci

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Ikasari Indah Hibridani NIM : 2102406042 Prodi : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PEMAKAIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA PADA IKLAN DALAM TABLOID NYATA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN MEDIA KOMIK UNTUK PEMBELAJARAN MENULIS DIALOG BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 KAJEN SKRIPSI untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian. 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG Skripsi Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Arie Ikha Safitri NIM : 2102407060 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Namaa NIM. Prodi

SKRIPSI. Oleh Namaa NIM. Prodi GAYAA BAHASA DALAM KUMPULAN CRITA CEKAK PANGGUNGG SANDIWARAA KARYAA DANIEL TITO SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Namaa NIM : Pudi Winarsih : 2102407137 Jurusan : Bahasaa dan Sastraa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Jawa mempunyai khasanah kebudayaan yang beraneka ragam. Mulai dari sastra, musik, teater, tari, seni rupa, dan sebagainya. Dilihat dari perkembangan zaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

NILAI-NILAI KULTUR TOKOH UTAMA WANITA DALAM NOVEL TJOBANING KATRESNAN SEBAGAI CERMINAN KULTUR WANITA JAWA (Kajian Sosiologi Sastra)

NILAI-NILAI KULTUR TOKOH UTAMA WANITA DALAM NOVEL TJOBANING KATRESNAN SEBAGAI CERMINAN KULTUR WANITA JAWA (Kajian Sosiologi Sastra) NILAI-NILAI KULTUR TOKOH UTAMA WANITA DALAM NOVEL TJOBANING KATRESNAN SEBAGAI CERMINAN KULTUR WANITA JAWA (Kajian Sosiologi Sastra) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Azmayunira Muharramah Sabran Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana agar

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin

BAB I PENDAHULUAN. kata dan kalimat yang tersusun secara harmonis, sehingga menggugah rasa ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dapat disebut sebagai hidangan yang sangat lezat bagi penikmat yaitu masyarakat. Sastra dihidangkan oleh sastrawan dengan keindahan kata dan kalimat yang

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

JENIS KALIMAT DAN VARIASI DIKSI DALAM KARTU UCAPAN ULANG TAHUN

JENIS KALIMAT DAN VARIASI DIKSI DALAM KARTU UCAPAN ULANG TAHUN JENIS KALIMAT DAN VARIASI DIKSI DALAM KARTU UCAPAN ULANG TAHUN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Disusun oleh

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Oleh: Mahasih Hesti Rochayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mahesti0509@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri bagi pembaca. Sastra dan manusia khususnya pembaca memiliki hubungan yang

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 Oleh : Eni Lismawati Nurmawitantri program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e_nie23@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetikanya dominan. Bahasa sastra sangat komunikatif, mengandung banyak arti tambahan,

Lebih terperinci